You are on page 1of 9

AKTIVITAS ENZIM PEROKSIDASE PADA LIMA GENOTIP CABAI

YANG MEMPUNYAI KETAHANAN BERBEDA TERHADAP PENYAKIT


ANTRAKNOS1)
(PEROXIDASE ACTIVITY IN FIVE PEPPER GENOTYPES WITH DIFFERENT
RESISTANCY TO ANTHRACNOSE DISEASE)

2) 3) 3)
Khairul Zen , Ridwan Setiamihardja , Murdaningsih H.K. ,
3)
dan Tarkus Suganda

Kata kunci : peroksidase, penyakit Antraknos, tanaman cabai


Key Words : peroxidase, Anthracnose, pepper

Abstract Anthracnose infection and peroxidase


An experiment was conducted at the activity in the infected pepper leaves.
Experiment Farm and Green House of Therefore, peroxidase activity could not
Fakultas Pertanian Universitas Padja- be used as selection criterium for
djaran in Jatinangor from August 2001 resistancy of pepper to Anthracnose
till Februari 2002. The objective of the infection.
experiment was to evaluate peroxidase
activity in pepper plants with different
Sari
resistancy to Anthracnose, and co- Percobaan ini dilakukan di Kebun Per-
rrelations between peroxidase activity cobaan dan rumah kaca, Fakultas Per-
and resistancy to Anthracnose. tanian, UNPAD, Jatinangor dari bulan
Agustus 2001 sampai bulan Februari
The experiment was arranged in a ran-
2002, bertujuan untuk mendapatkan in-
domized complete block design with six
formasi mengenai aktivitas enzim perok-
replications. The five pepper genotypes
sidase pada tanaman cabai yang mem-
were: CF-03, KRT-I, KRT-Shatol,
punyai ketahanan berbeda dan korelasi
Paprika, and RS-07. Each genotype
aktivitas peroksidase dengan ketahanan
was planted in field plot of 1.2 m × 4 m
terhadap penyakit Antraknos.
to study peroxidase activity in infected
pepper, and at the same time the same Percobaan menggunakan rancangan
genotypes were also planted in acak kelompok dengan enam kali
polybags in the green house to study ulangan. Sebagai perlakuan adalah lima
peroxidase activity in uninfected pepper. genotipe cabai yang mempunyai
Susceptible genotype plants were ketahanan berbeda terhadap penyakit
planted surrounding experimental plots Antraknos, yaitu : CF-03, KRT-I, KRT-
and between replications as source of Shatol, Paprika, dan RS-07. Untuk
inoculum one month prior to planting the mengetahui aktivitas enzim peroksidase
tested genotypes. pada tanaman yang terinfeksi, setiap
genotipe ditanam di lapangan pada
The results of the experiment indicated
petakan berukuran 1,2 m × 4 m,
that there were different peroxidase acti-
sedangkan untuk mengetahui aktivitas
vities among pepper genotypes tested.
peroksidase pada tanaman yang tidak
The peroxidase activity of Anthracnose in-
terinfeksi, penanaman dilakukan di
fected pepper leaves was higher than
polybag di rumah kaca. Sebagai sumber
the uninfected. There was no significant
inokulum Antraknos, dilakukan pena-
correlation between intensity of
naman genotipe rentan di sekeliling
petakan percobaan dan diantara
1) Bagian dari Tesis pada Program Pasca- ulangan satu bulan sebelum
sarjana Universitas Padjadjaran, Bandung
penanaman genotipe uji.
2002.
2) Peneliti BPTP Sukarami.
3) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univer-
sitas Padjadjaran.
Aktivitas Enzim Peroksidase pada Lima Genotip Cabai yang Mempunyai Ketahanan Berbeda 97
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian (Rusli dkk., 2000). Selain
terdapat perbedaan aktivitas menyerang buah, jamur ini dapat pula
peroksidase antara genotip setelah menyerang batang, cabang, ranting, dan
terinfeksi Antraknos. Aktivitas daun (Gleason, 1995). Kerusakan pada
peroksidase pada daun cabai yang
daun berupa bercak-bercak yang tidak
terinfeksi Antraknos lebih tinggi
beraturan, bagian pinggir bercak ber-
dibanding daun cabai yang tidak
terinfeksi. Tidak terdapat korelasi antara warna coklat tua sampai hitam (Gleason,
intensitas serangan penyakit Antraknos 1995), sedangkan kerusakan pada buah
dengan aktivitas peroksidase pada daun berupa busuk buah yang dapat meng-
tanaman cabai yang terinfekai. Aktivitas akibatkan rendahnya mutu dan penu-
peroksidase yang tinggi tidak berkaitan runan hasil panen (Rusli dkk., 2000).
dengan intensitas serangan penyakit Pengendalian penyakit Antraknos sam-
yang rendah. Dengan demikian aktivitas pai saat ini masih mengandalkan peng-
peroksidase tidak dapat dipakai sebagai gunaan fungisida. Cara ini mampu me-
kriteria seleksi untuk ketahanan tanam- ngendalikan penyakit secara cepat, akan
an cabai terhadap penyakit Antraknos.
tetapi penggunaan fungisida yang terus-
menerus selain dapat menimbulkan ras-
Pendahuluan ras baru patogen yang lebih virulen,
Kebutuhan cabai terus meningkat setiap biayanya lebih mahal dan dapat menim-
tahun sejalan dengan meningkatnya bulkan pencemaran terhadap lingkung-
jumlah penduduk dan berkembangnya an (Sastrahidayat, 1991). Cara lain ada-
industri yang membutuhkan bahan baku lah dengan penggunaan tanaman tahan.
cabai (Suwandi dkk., 1995). Peningkat- Cara ini lebih ekonomis, tanpa resiko
an kebutuhan tersebut belum diikuti pencemaran lingkungan, dan umumnya
oleh peningkatan hasil yang nyata. kompatibel dengan komponen pengen-
Rata-rata hasil cabai di Indonesia pada dalian lainnya (Subiyanto, 1990).
tahun 1999 baru mencapai 4,86 t.ha−1
Masalah utama pada pemuliaan keta-
(Direktur Bina Program Tanaman Pa-
hanan terhadap hama dan penyakit ada-
ngan, 2000), jauh lebih rendah dari
lah prosedur penyaringan yang mahal
potensi hasil yang dapat dicapai yaitu
dan sulit (Kusmenoglu dkk., 1992).
12 t.ha−1 apabila tanaman cabai dipe-
Selain itu, beberapa karakter morfologis
lihara secara intensif (Duriat dan Sastro-
dan fisiologis untuk identifikasi ber-
siswojo, 1995). Salah satu faktor pe-
bagai kultivar sangat dipengaruhi oleh
nyebab rendahnya hasil yang diperoleh
lingkungan (Tao dan Sugiura, 1987).
adalah gangguan hama dan penyakit.
Untuk mengatasi masalah ini, identifi-
Penyakit Antraknos yang disebabkan
kasi tanaman yang tahan termasuk ter-
jamur Colletotrichum spp. termasuk pe-
hadap penyakit Antraknos dapat dila-
nyakit yang sering menimbulkan gang-
kukan melalui pendekatan biokimia,
guan pada tanaman cabai.
yaitu berdasarkan aktivitas enzim ter-
Menurut Hadden dan Black (1988), da- tentu. Enzim yang telah banyak diteliti
lam kondisi yang cocok untuk perkem- korelasinya dengan ketahanan tanaman
bangan jamur Colletotrichum spp., an- terhadap penyakit adalah enzim perok-
traknos dapat menurunkan hasil lebih sidase.
dari 50%. Selanjutnya dari hasil perco-
van Lelyveld dan van Vuuren (1988),
baan yang dilakukan di Kebun Perco-
melaporkan bahwa kenaikan aktivitas
baan BPTP-Sumatera Barat pada MT.
enzim peroksidase berhubungan secara
1998/1999, ternyata bahwa serangan pe-
nyata dengan penyakit yang disebabkan
nyakit ini dapat menyebabkan kerugian
virus, infeksi bakteri, dan jamur, seperti
sampai 100% apabila tidak dilakukan
pada tanaman jeruk terhadap penyakit

98 Zuriat, Vol. 13, No. 2, Juli-Desember 2002


‘greening’. Korelasi juga ditemukan an- hardja, Laboratorium Pemuliaan Ta-
tara peningkatan aktivitas peroksidase naman, Fakultas Pertanian, UNPAD,
dengan ketahanan terhadap penyakit yang mempunyai ketahanan berbeda
pada jaringan tanaman setelah terjadi terhadap penyakit Antraknos, yaitu: CF-
infeksi. Adanya korelasi menunjukkan 03 (tahan), KRT-1 (agak tahan), KRT-
peroksidase terlibat dalam perkembang- shatol (agak rentan), RS-07 (rentan),
an ketahanan tanaman terhadap penya- dan Paprika (rentan).
kit (Lovrekovich dkk., 1968). Daun
Pada percobaan lapangan, setiap geno-
tembakau yang mempunyai aktivitas
tip ditanam pada petak berukuran 1.2 m
peroksidase tinggi lebih tahan terhadap
× 4 m, jarak antar petak 0.5 meter, dan
infeksi penyakit Pseudomonas tabaci.
jarak antar ulangan dua meter. Pena-
Pada tanaman cabai peran enzim per- naman dilakukan pada saat bibit ber-
oksidase belum banyak diteliti. Sehu- daun 4−5 helai. Pupuk yang digunakan
bungan dengan hal tersebut, pada MT. adalah pupuk kandang dengan dosis 10
2001/2002 dilakukan penelitian aktivi- t.ha−1 (0.24 kg/lubang tanaman), pupuk
tas enzim peroksidase pada lima genotip N berasal dari dua sumber, yaitu Urea
cabai yang mempunyai ketahanan ber- dan ZA masing-masing dengan 150
beda terhadap penyakit Antraknos, de- kg.ha−1 (3.6 g/lubang tanam) dan 360
ngan tujuan untuk mendapatkan infor- kg.ha−1 (8.6 g/lubang tanam), TSP 200
masi mengenai akitivtas enzim peroksi- kg.ha−1 (4.8 g/lubang tanam), dan pupuk
dase pada tanaman cabai yang mempu- KCl dengan dosis 100 kg.ha−1 (2.4
nyai ketahanan berbeda dan korelasi g/lubang tanam). Pupuk kandang dibe-
aktivitas peroksidase dengan ketahanan rikan satu minggu sebelum tanam, yaitu
terhadap penyakit Antraknos. dengan cara dimasukkan ke dalam lu-
bang tanam, pupuk N dan K diberikan
Bahan dan Metode pada saat tanam, umur satu bulan
setelah tanam (bst) dan umur dua bst
Percobaan dilakukan di lapangan dan
masing-masing sepertiga dosis, sedang-
rumah kaca Kebun Percobaan Fakultas
kan pupuk P diberikan sekaligus pada
Pertanian, UNPAD, Jatinangor, Kabu-
saat tanam. Insektisida yang digunakan
paten Sumedang, pada ketinggian tem-
adalah Karbofuran 3G dosis 20 kg.ha−1
pat ± 753 meter di atas permukaan laut,
(8 g per petak percobaan).
dari bulan Agustus 2001 sampai dengan
bulan Februari 2002. Sebagai sumber inokulum penyakit An-
traknos dilakukan penanaman genotip
Percobaan lapangan untuk mengetahui
rentan (RS-07) di sekeliling petakan
tingkat serangan penyakit Antraknos
percobaan dan diantara setiap ulangan,
serta materi daun untuk analisis enzim
satu bulan sebelum penanaman genotip
peroksidase pada tanaman yang terin-
uji.
feksi, sedangkan percobaan rumah kaca
dilakukan untuk penyediaan materi Pada percobaan rumah kaca bibit yang
daun untuk analisis aktivitas enzim sudah berdaun 4−5 helai dari masing-
peroksidase pada tanaman yang tidak masing genotip di tanam dalam poly-
terinfeksi. bag, dengan jumlah tanaman untuk ma-
sing-masing genotip pada setiap ulang-
Percobaan lapangan dan rumah kaca
an sebanyak satu tanaman. Sebagai me-
menggunakan rancangan acak kelom-
dia tumbuh digunakan tanah yang sudah
pok (RAK) dengan lima perlakuan dan
dicampur secara merata dengan pupuk
diulang enam kali. Sebagai perlakuan
kandang dengan dosis pupuk kandang
adalah genotip-genotip cabai dan Papri-
sebanyak 240 gr setiap polybag, kemu-
ka (rentan) koleksi Ridwan Setiami-

Aktivitas Enzim Peroksidase pada Lima Genotip Cabai yang Mempunyai Ketahanan Berbeda 99
dian dimasukkan ke dalam polybag. nya dengan spektrofotometer pada pan-
Pupuk anorganik diberikan pada saat jang gelombang 420 nm. Tabung kedua
tanam sebanyak 1.2 g Urea; 3.0 g ZA, berisi campuran yang terdiri dari 5.0 ml
5.0 g TSP, dan 0.8 g KCl, serta umur ekstrak enzim, 5.0 ml larutan pyrogallol
satu dan dua BST masing-masing seba- dan 5.0 ml H2O2 dengan konsentrasi
nyak 1.2 g Urea, 3 g ZA, dan 0.8 g KCl 1%, diukur absorbansinya dengan spek-
untuk setiap polybag. Agar tanaman trofotometer pada panjang gelombang
tidak kekeringan dilakukan penyiraman 420 nm dan diamati perubahan nilai
secukupnya setiap hari. Pengamtan ha- absorbansinya sampi mencapai angka
nya dilakukan terhadap aktivitas enzim konstan. Waktu yang diperlukan untuk
peroksidase. mencapai absorbansi yang konstan dica-
tat. Perubahan nilai absorbansi menun-
Pengujian aktivitas peroksidase sebagai
jukkan adanya reaksi pembentukan
berikut: (1) sepuluh gram daun cabai di-
senyawa purpurogallin dari oksidasi py-
gerus dengan mortar dalam 100 ml
rogallol oleh peroksidase dan H2O2. Pe-
aquades pada suhu 4oC sampai homo-
nentuan aktivitas enzim peroksidase di-
gen, kemudian disaring dengan kertas
lakukan berdasarkan absorbansi dari
saring. Selanjutnya filtrat disentrifus
larutan yang diperiksa dengan formulasi
pada suhu 4oC selama 15 menit pada
sebagai berikut :
4500 putaran per menit. Supernatan
yang diperoleh dipergunakan sebagai A
V =
ekstrak enzim. Ekstrak enzim disimpan txc
dalam lemari es sebelum ditentukan ak-
tivitasnya, (2) pyrogallol sebagai donor Keterangan:
hidrogen (Mahley dan Chance, 1961), V = aktivitas enzim dinyatakan sebagai unit
dibuat dengan mencampur 10.0 ml aktivitas enzim/gram sampel daun.
larutan pyrogallol 0.5 M dengan 12.5 A = selisih absorbansi sesudah dan sebelum
penambahan hidrogen peroksida
ml buffer fosfat pH 7.0. Selanjutnya
t = waktu yang diperlukan untuk peru-
campuran tersebut diencerkan dengan
bahan absorbansi
aquades sampai volume 100.0 ml. Hi- c = konsentrasi enzim dalam g berat bahan
drogen peroksida dibuat dengan men-
campur 2.0 ml H2O2 0.01 N dengan Pengamatan terhadap intensitas penya-
10.0 ml buffer fosfat 0.05 M pH 7.0. kit Antraknos dilakukan pada umur tiga,
Dengan penambahan hidrogen per- empat, lima, enam dan tujuh minggu se-
oksida, pyrogallol akan teroksidasi oleh telah tanam pada enam tanaman sampel
enzim peroksidase dan menghasilkan yang diambil secara zigzag. Intensitas
purpurogallin yang berwarna merah serangan dihitung berdasarkan Natawi-
jingga dengan reaksi: gena (1985), yaitu:

2 C6H 6O3 + 3 H 2O 2
→ I=
∑ nxv ×100%
Pyrogallol NxZ
C11 H 8 O 5 + 5H 2 O + CO 2 Keterangan:
I = intensitas serangan
Purpurogallin
n = jumlah daun dari skala contoh
(3) aktivitas enzim peroksidase diten- v = nilai skala dari setiap individu daun
tukan dengan menggunakan dua tabung. N = jumlah seluruh daun yang diamati
Tabung satu sebagai blangko berisi Z = harga numerik dari skala serangan ter-
campuran yang terdiri dari 5.0 ml eks- tinggi.
trak enzim dan 5.0 ml larutan pyro-
gallol. Campuran ini diukur absorbansi-

100 Zuriat, Vol. 13, No. 2, Juli-Desember 2002


Kriteria untuk menilai ketahanan geno- rumus sebagai berikut:
tipe terhadap penyakit Antraknos dida-
sarkan pada intensitas serangan daun rs n − 2
(Kadu, dkk., 1978) sebagai berikut: t=
1 − rs2
Intensitas
Kriteria serangan (%)
Imun (I) 0 Jika t-hitung > t-tabel (α = 0.05/2; n−2),
Tahan (T) 0<x≤5 maka koefisien korelasinya dinyatakan
Agak tahan (AT) 5 < x ≤ 10 bermakna.
Agak rentan (AR) 10 < x ≤ 50
Sangat rentan (SR) x < 50 Hasil dan Pembahasan
Hasil pengamatan terhadap intensitas
Untuk mengetahui perbedaan aktivitas
serangan penyakit Antraknos pada lima
peroksidase pada lima genotipe cabai
genotip cabai memperlihatkan bahwa,
yang terinfeksi penyakit Antraknos di-
genotip CF-03 memiliki tingkat keta-
gunakan analisis varians. Bila nilai F-
hanan yang stabil sampai pengamatan
hitung varians berbeda nyata maka
akhir, yaitu bereaksi tahan. Genotip
dilakukan uji jarak berganda Duncan
KRT-I dan KRT-Shatol menunjukkan
(DMRT) pada taraf nyata 5%.
reaksi tahan pada pengamatan awal,
Koefisien korelasi antara aktivitas en- tetapi bereaksi agak tahan (KRT-I) dan
zim pereoksidase dengan karakter ke- agak rentan (KRT-Shatol) pada peng-
tahanan dihitung berdasarkan korelasi amatan akhir. Sedangkan genotip Papri-
peringkat Spearman (Gaspersz, 1995), ka dan RS-07, walaupun sempat bereak-
sebagai berikut: si agak tahan pada pengamatan awal,
pada pengamatan akhir kedua genotip
rs = 1 −
∑ d i2 bereaksi rentan (Tabel 1). Hasil yang
sama sebelumnya dilaporkan oleh Setia-
n (n 2 − 1)
ningsih (1993) dan Rudarmono (2000).
Untuk uji signifikansi nilai korelasi
Dari Tabel 1 juga terlihat bahwa ge-
antar karakter digunakan uji-t menurut
notip CF-03 secara statistika berbeda
Tabel 1. Intensitas serangan penyakit Antraknos dan tingkat ketahanan
lima genotip cabai terhadap penyakit Antraknos. Jatinangor,
Agustus 2001−Februari 2002.
Intensitas serangan (%)/tingkat ketahanan
pada pengamatan umur
3 4 5 6 7
Genotip MST MST MST MST MST
CF-03 1.08 dc 1.84 cc 2.52 dc 2.55 d 2.61 d
(T) (T) (T) (T) (T)
KRT-1 2.63 cd 3.29 bc 5.45 cc 5.75 c 8.50 c
(T) (T) (AT) (AT) (AT)
KRT-Shatol 3.43 cc 4.31 bc 8.38 bc 14.22 b 16.24 b
(T) (T) (AT) (AR) (AR)
Paprika 8.90 ac 15.62 a 25.98 a 37.75 a 44.61 a
(AT) (AR) (R) (R) (R)
RS-07 6.41 bc 15.90 a 25.02 a 35.00 a 40.16 a
(AT) (AR) (R) (R) (R)
Keterangan: T = tahun, AT = agak tahan, AR = agak rentan, R = rentan (Kadu dkk.,
1978), MST = minggu setelah tanam. Angak-angka selajur yang diikuti
oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada peluang 5%
menurut uji jarak berganda Duncan.

Aktivitas Enzim Peroksidase pada Lima Genotip Cabai yang Mempunyai Ketahanan Berbeda 101
nyata dengan genotip uji lainnya, ke- dase, tetapi juga oleh aktivitas senyawa
cuali dengan genotip KRT-I pada lainnya, seperti fitoaleksin.
pengamatan minggu ketiga dan ke-
Galston dan Davies (1970) mengatakan
empat. Genotip KRT-I juga berbeda
bahwa mekanisme tanaman menghadapi
nyata dengan genotip KRT-Shatol, Pa-
cekaman atau pelukaan karena serangan
prika, dan RS-07 setiap kali penga-
patogen adalah dengan pembentukan
matan, kecuali pada pengamatan ming-
dinding sel baru atau lapisan gabus
gu ketiga dan keempat dengan genotip
yang tidak tembus air, dan pembentuk-
KRT-Shatol. Selanjutnya genotip KRT-
an fitoaleksin melalui aktivitas enzim
Shatol berbeda nyata dengan genotip
peroksidase. Selanjutnya, mekanisme
Paprika dan RS-07, sedangkan antara
ketahanan tanaman terhadap serangan
genotip Paprika dan RS-07 berbeda
patogen juga dapat disebabkan adanya
tidak nyata.
senyawa-senyawa yang tidak mudah
Aktivitas enzim peroksidase daun pada diuraikan oleh enzim patogen yang
semua genotip uji yang terinfeksi pe- berusaha menyerang tanaman. Senya-
nyakit Antraknos lebih tinggi dibanding wa-senyawa tersebut bersifat kompleks
genotip yang tidak terinfeksi (Tabel 2). seperti pektin, protein, dan katon poli-
Namun demikian, aktivitas peroksidase valen.
yang tinggi tidak diikuti oleh pe-
Dari Tabel 2 terlihat bahwa genotip CF-
ningkatan ketahanan tanaman terhadap
03 memperlihatkan tingkat ketahanan
penyakit Antraknos. Hal ini diduga
tertinggi dibanding dengan empat geno-
karena mekanisme tanaman mengha-
tipe lainnya, peningkatan aktivitas per-
dapi cekaman atau pelukaan karena
oksidasenya lebih rendah dibanding

Tabel 2. Aktivitas enzim peroksidase pada lima genotip cabai yang tidak
terinfeksi dan yang terinfeksi penyakit Antraknos pada penga-
matan minggu kelima. Jatinangor, Sumedang. Agustus 2001 –
Februari 2002.
Tanaman tidak terinfeksi Tanaman terinfeksi
Aktivitas
Peroksidase Aktivitas
Intensitas (unit/gram Intensitas Peroksidase
serangan sampel serangan unit/gram
No. Genotip (%) daun (%) sampel daun
1. Paprika 0.00 0.010 a 25.98 a 10.20 ac
(R)
2. KRT-I 0.00 0.005 a 5.45 c 6.50 ab
(AT)
3. KRT-Shatol 0.00 0.060 a 8.38 b 6.20 ab
(AT)
4. CF-03 0.00 0.030 a 2.52 d 2.90 bc
(T)
5. RS-07 0.00 0.000 a 25.02 a 0.50 cc
(R)

Keterangan : Angka-angka selajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda
tidak nyata pada peluang 5% menurut uji jarak berganda Duncan

serangan patogen tidak hanya dise-


dengan genotip Paprika yang bereaksi
babkan oleh aktivitas enzim peroksi-
rentan. Kondisi ini menggambarkan

102 Zuriat, Vol. 13, No. 2, Juli-Desember 2002


bahwa tinggi atau rendahnya aktivitas dilaporkan sebelumnya oleh Seever dan
peroksidase tidak dapat digunakan seba- Daly (1970), bahwa tidak ada korelasi
gai tolok ukur suatu genotip cabai yang antara aktivitas peroksidase daun gan-
tahan terhadap penyakit Antraknos. Ha- dum dengan ketahanan terhadap penya-
sil yang sama dilaporkan olah Roosiana kit karat. Berdasarkan hal demikian, van
dkk. (1997) pada tanaman kedelai, Loon (1986), menyimpulkan bahwa
bahwa aktivitas peroksidase meningkat meskipun enzim peroksidase dapat me-
pada tanaman yang rentan maupun yang nentukan ketahanan, diperkirakan pe-
tahan setelah terinfeksi penyakit karat ngaruhnya hanya secara kuantitatif ter-
(Phakopspora pachyrhizi), tetapi tidak hadap respon ketahanan.
dapat digunakan sebagai tolok ukur
dalam seleksi tanaman.
Tabel 3. Korelasi antara aktivitas per-
Hasil analisis statistik terhadap aktivitas oksidase pada genotip cabai
enzim peroksidase (Tabel 2) memperli- yang terinfeksi penyakit An-
hatkan bahwa pada tanaman yang tidak traknos dengan intensitas se-
rangan
terinfeksi Antraknos, aktivitas enzim
peroksidase antara genotip uji berbeda Aktivitas
tidak nyata, sedangkan pada tanaman Intensitas peroksidase
yang terinfeksi dijumpai pada genotip serangan
*)
No. Antraknos (rs)
rentan Paprika, yaitu sebesar 10.10 unit
per gram sampel daun dan secara sta- 1. Minggu ke3 0.3108 btn
tistik berbeda nyata dengan genotip CF- 2. Minggu ke-4 0.1265 btn
03 dan genotip RS-07. Aktivitas enzim 3. Minggu ke-5 0.1985 btn
peroksidase pada genotip KRT-I dan 4. Minggu ke-6 0.2175 btn
5. Minggu ke-7 0.2318 btn
KRT-Shatol, masing-masing sebesar
6.50 dan 6.20 unit per gram sampel Keterangan: btn = berbeda tidak nyata;
daun dan secara statistika berbeda nyata * = pengamatan pada minggu
ke-3 sampai dengan minggu
dengan genotip RS-07, tetapi berbeda
ke-7 setelah tanam.
tidak nyata dengan genotip CF-03 dan
Paprika. Selanjutnya antara genotip CF- Peroksidase merupakan bagian dari ke-
03 dengan genotip RS-07 berbeda tidak seluruhan mekanisme ketahanan, de-
nyata. ngan demikian terdapat mekanisme lain
Hasil analisis korelasi antara aktivitas yang juga terlibat dalam ketahanan.
enzim peroksidase dengan tingkat keta- Galston dan Davies (1970), melaporkan
hanan genotip cabai terhadap penyakit bahwa selain peroksidase ada beberapa
Antraknos tidak bermakna (Tabel 3). enzim yang terlibat dalam ketahanan
Tidak terlihatnya korelasi diduga dise- berbagai spesies tanaman, seperti: fenil-
babkan jumlah genotip yang diuji ter- alanin amonialiase, tirosin amonialiase,
lalu sedikit. monofenolase, difenolase, difenol oksi-
dase, dan polifenol oksidase. Seperti
Korelasi yang tidak bermakna juga dilaporkan pada daun kedelai yang me-
dilaporkan oleh Roosiana dkk. (1997), nunjukkan reaksi hipersensitif terhadap
antara aktivitas peroksidase dengan ke- cowpea chlorotic virus, perkembangan
tahanan kedelai terhadap penyakit karat ketahanan yang diperoleh tidak berhu-
(Phakopsora pachyrhizi), serta hasil bungan dengan kenaikan aktivitas per-
penelitian Barmawi (1998), antara akti- oksidase. Hal yang sama juga dilapor-
vitas enzim peroksidase dengan keta- kan pada daun tembakau yang terinfeksi
hanan tanaman kedelai terhadap hama Tobacco Mozaic Virus (TMV), mes-
lalat kacang. Hasil yang sama juga telah kipun aktivitas peroksidase meningkat

Aktivitas Enzim Peroksidase pada Lima Genotip Cabai yang Mempunyai Ketahanan Berbeda 103
tinggi penyebaran mozaik tidak dapat Dalam: Agribisnis Cabai. Adhi Santika
dicegah, sehingga disimpulkan bahwa (Ed.) Penebar Swadaya. Cetakan IV,
pembatasan penyebaran virus pada daun Jakarta. 1999.
yang menunjukkan reaksi tahan tidak Galston, A.W., and D.J. Davies. 1970.
terkait erat dengan aktivitas peroksidase Control Mechanisms in Plant Deve-
(van Loon, 1986). Hal yang sama lopment. Prentice-Hall, Inc. Engliword
diduga juga terjadi antara reaksi keta- Cliffs. New Jersey. 184 pp.
hanan genotipe cabai terhadap patogen Gaspersz, V. 1995. Teknik Analisis dalam
Antraknos dengan aktivitas peroksidase, Penelitian Percobaan. Jilid 2. Penerbit
artinya pembatasan kerusakan Antrak- Tarsito, Bandung. 718 hal.
nos pada daun cabai yang menunjukkan Gleason, M. 1995. Antracnose and Black
reaksi tahan tidak terkait erat dengan Rots on Grapes. Departement of Plant
aktivitas peroksidase. Pathology, Iowa State University, Ames,
Iowa. P. 120
Kesimpulan dan Saran Hadden, J.F., and L.L. Black. 1988. An-
thracnose of pepper caused by Colle-
Terdapat perbedaan aktivitas peroksida- totrichum spp. in pepper. p. 189−199. In:
se antara genotip cabai yang mempu- Tomato and Pepper Production in Tro-
nyai ketahanan berbeda terhadap penya- pics. Proceeding of The International
kit Antraknos setelah terjadi infeksi. Symposium on Integrated Management
Aktivitas enzim peroksidase pada geno- Practises. AVRDC, Taiwan. 21−26
tip yang terinfeksi lebih tinggi diban- March. 1988.
ding genotip yang tidak terinfeksi. Kadu, I.K., B.B. More, and P.G. Utikar.
1978. Field Reaction of Chilli Germ-
Tidak terdapat korelasi antara intensitas plasm to Anthracnose. Indian Phytopa-
thology (31): 378−379.
penyakit Antraknos dengan aktivitas en-
zim peroksidase. Aktivitas enzim per- Kusmenoglu, I., F.J. Muehlbauer, and K.
oksidase yang tinggi tidak berkaitan de- Kazan. 1992. Inheritance of isozyme
variation in aschochyta blight resistant
ngan intensitas penyakit yang rendah.
chickpea lines. Crop. Sci. 32: 121−127.
Aktivitas peroksidase tidak dapat dipa-
kai sebagai kriteria seleksi untuk keta- Lovrekovich, L., H. Lovrokovich, and M.A.
Stachman. 1968. The important of
hanan tanaman cabai terhadap Antrak-
peroxidase in the wild fire disease. Phy-
nos.
tophatology (58): 193−198.
Natawigena, H. 1985. Pestisida dan Kegu-
Pustaka
naannya. Armico, Bandung.
Barmawi, M. 1988. Hubungan antara Roosiana, N., A. Baihaki, R. Setiamihardja,
Ketahanan Kedelai terhadap Lalat Ka- dan M. Haeruman. 1997. Hubungan
cang (Ophiomyia phaseoli Tyron) de- antara Aktivitas Enzim peroksidase
ngan Aktivitas Peroksidase dan Penentu dengan Ketahanan Tanaman Kedelai
Pola Pewarisannya. Disertasi. Program terhadap Penyakit Karat (Phakopsora
Pascasarjana, UNPAD, Bandung (tidak pachyrhizi). Zuriat, Vol. 8, No. 1,
dipublikasi). Januari−Juli 1997.
Direktur Bina Program Tanaman Pangan. Rudarmono, 2000. Penampilan beberapa
2000. Luas Panen, Produksi, dan Rata- Genotipe Cabai Merah pada Pertanaman
rata Hasil Tanaman Pangan dan Horti- Tunggal dan Tumpangsari dengan Sing-
kultura di Indonesia. Departemen Perta- kong. Tesis S2. Program Pascasarjana,
nian, Jakarta. Universitas Padjadjaran Bandung. 90 hal.
Duriat, A.S., dan S. Sastrosiswojo. 1995. (tidak dipublikasi).
Pengendalian hama penyakit terpadu Rusli, I., A. Muchtar, E. Rusdi, dan Arya-
pada agribisnis cabai. Hal. 98−121. waita. 2000. Reaksi tanaman cabai merah

104 Zuriat, Vol. 13, No. 2, Juli-Desember 2002


lokasi Sumatera Barat terhadap penyakit an Tanaman Menunjang Terwujudnya
antraknos. Makalah disampaikan pada Pertanian Tangguh dan Kelestarian Ling-
Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian kungan. S. Pawiroesoemardjo, D. Sudar-
dan Pengkajian Pertanian di Padang, madji, Harsono, dan I.S. Basuki (eds.).
21−22 Maret 2000. PT. Agricon. Jakarta.
Sastrahidayat, I.R. 1991. Hubungan antara Suwandi., N. Sumarni., dan F.A. Bahar.
kerapatan inokulum dan cuaca dengan 1995. Aspek Agronomi Cabai. Hal.: 53–
tingkat serangan penyakit karat pada 65. Dalam: Agribisnis Cabai. Adhi
tanaman kedelai. Prosiding Lokakarya Santika (ed.). Penebar Swadaya. Cetakan
Penelitian Komoditas dan Studi Khusus. IV, Jakarta. 1999.
Hal. 483−493. Tao, R., and A. Sugiura. 1987. Cultivar
Seever, P.M., and J.M. Daly. 1970. Studies identification of Japanese Persimmon by
on wheat stem rust resistance controlled leaf isozymes. Hort. Science 22:
at the sr 6 locus. Phytopath. 60: 1642– 932−935.
1674. van Lelyveld, L.D., and S.P. van Vuuren.
Setianingsih, E. 1993. Fertilitas dan Keta- 1988. Peroxidase activity as a marker in
hanan Terhadap Penyakit Antraknos Pa- greening disease of Citrus for assesment
da Tanaman F1 Hasil Persilangan Inter- of tolerance and susceptibility. Phyto-
spesifik Cabai Rawit dengan Cabai phatology (121): 357−362.
Merah. Skripsi S1. Fakultas Pertanian, van Loon, L.C. 1986. The significance of
Universitas Padjadjaran, Bandung (tidak changes in peroxidase in disease plant. p.
dipublikasi). 405−418. In: Molecular and Physiolo-
gical Aspects of Plant peroxidase.
Subijanto. 1990. Peranan pemuliaan tanam- Greppin, H., C. Penel., and Th. Gasper
an dalam perlindungan tanaman hortikul- (eds.). University of Geneva Switzerland.
tura. Hal. 287−296. Dalam: Perlindung-

Aktivitas Enzim Peroksidase pada Lima Genotip Cabai yang Mempunyai Ketahanan Berbeda 105

You might also like