You are on page 1of 12

HUBUNGAN KARAKTERISTIK WIRAUSAHA DENGAN KOMPETENSI

KEWIRAUSAHAAN PETERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN BOGOR


1
Yustika Muharastri, 2Rachmat Pambudy, 2Wahyu Budi Priatna
1)
Alumni Magister Sains Agribisnis, Institut Pertanian Bogor
2)
Staf Pengajar Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
Email : muharastri@gmail.com

ABSTRACT
Entrepreneurship has a positive relationship with economic growth in a country since its role in
the economic growth which absorbs local resources and creates jobs. Livestock subsector is one
of parts of agricultural sector which has good opportunity to be developed because the national
market demand of milk product is still high. Bogor Regency is one area in West Java which has
dairy cow industry. Nevertheless, dairy farmers in Bogor have not been optimally developed the
potential opportunities in dairy farm business through entrepreneurial activities. This study
aims to (1) analyse the entrepreneurial characteristics and entrepreneurial competences of
dairy farmers, (2) analyse the relationship between entrepreneurial characteristics and
entrepreneurial competences. The research objectives were analysed using descriptive
qualitative analysis and quantitative analysis with Kendall Tau test. The result shows that the
level of entrepreneurial characteristic and entrepreneurial competences of dairy farmers are
low. The entrepreneurial characteristics and entrepreneurial competences also has a positive
strong? adequate relationship. It shows that to increase entrepreneurial competences of dairy
farmers, entrepreneurial characteristics are also should bedeveloped. The government role is
needed in increasing materials in training for dairy farmers to increase entrepreneurial
competences and government policy to set a good milk price is also needed to give a better
incentive for dairy farmers.

Keywords: entrepreneur characteristic, entrepeneurial competence, dairy farmer

PENDAHULUAN Untuk mencapai keberhasilan dalam


Kewirausahaan dan pertumbuhan berwirausaha, seorang wirausaha
ekonomi memiliki hubungan yang erat membutuhkan karakteristik kewirausahaan
dimana peningkatan jumlah wirausaha yang baik (Wickham, 2004). Karakteristik
menyebabkan peningkatan pertumbuhan individu wirausaha merupakan salah satu hal
ekonomi suatu negara dan wirausaha yang melekat pada diri seorang wirausaha,
merupakan inovator utama dan sebagai suatu dimana karakteristik individu merupakan
kekuatan di balik pembangunan ekonomi ciri-ciri yang dimiliki oleh individu
(Schumpeter dalam Casson et al, 2006; sepanjang hidupnya, meliputi faktor kognitif
Schumpeter dalam Smallbone et al, dan karakteristik lain yang dimiliki individu
2009).Kewirausahaan merupakan suatu yang menentukan dalam proses belajar
kemampuan dalam hal menciptakan (Woolfolk, 2004). Hisrich dan Peter (1992)
kegiatan usaha dan kewirausahaan memiliki menyatakan bahwa latar belakang dan
peran dalam pengembangan ekonomi karakteristik individu dari seorang
melalui peningkatan output dan pendapatan wirausaha meliputi latar belakang
perkapita, serta menimbulkan perubahan lingkungan keluarga (pekerjaan orang tua),
struktur usaha dan masyarakat (Kasmir, pendidikan, nilai pribadi, usia, dan
2006; Winardi, 2004). Selain itu, pengalaman bekerja. Menurut Wickham
kewirausahaan juga mendorong masyarakat (2004), karakteristik-karakteristik
untuk berkembang dan berpartisipasi dalam kewirausahaan meliputi bekerja keras,
perekonomian nasional. inisiatif, penentuan tujuan atau sasaran,
keuletan, kepercayaandiri, kemauan untuk
menerima ide-ide baru, ketegasan, pencarian

JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015 25


informasi, kemauan belajar, kemauan untuk (Direktorat Jenderal Peternakan dan
mencari peluang, kemauan untuk berubah, Kesehatan Hewan, 2012).
dan ketegasan. Kabupaten Bogor merupakan salah
Selain karakteristik wirausaha, untuk satu daerah di Propinsi Jawa Barat yang
mencapai keberhasilan suatu usaha juga memiliki banyak populasi sapi perah. Sapi
diperlukan kompetensi pelaku usaha. perah juga merupakan komoditas yang
Kompetensi merupakan karakteristik menjadi salah satu dari 17 komoditas
mendasar seseorang yang menentukan hasil unggulan di Kabupaten Bogor.Salah satu
kerja yang terbaik dan efektif sesuai dengan wilayah yang merupakan sentra peternakan
kriteria yang ditentukan dalam suatu sapi perah dimana hampir seluruh peternak
pekerjaan atau situasi tertentu dan juga sapi perah merupakan pemilik atau
diartikan sebagai sebuah kontinum antara wirausaha dari peternakan sapi perah
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dikelolanya adalah Desa Tajurhalang,
dan keahlian dengan karakteristik dasar Kecamatan Cijeruk. Desa Tajurhalang
seseorang seperti motif, nilai, sikap, dan merupakan satu-satunya desa di Kecamatan
konsep diri yang akan mendorong kinerja Cijeruk yang memiliki peternakan sapi
(Spenser dan Spencer, 1993; Maman, 2008). perah. Jumlah populasi sapi perah di
Karakteristik wirausaha dan kompetensi Kecamatan Cijeruk pada tahun 2011
kewirausahaan memiliki hubungan yang mencapai 321 ekor (Badan Pelaksana
positif dimana karakteristik individu Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
dipertimbangkan sebagai salah satu faktor Kehutanan, 2011).
yang mendukung dalam peningkatan Peternakan sapi perah di Kecamatan
kemampuan wirausaha (Syafiuddin dan Jahi, Cijeruk memiliki potensi besar untuk
2007; Syafruddin, 2006). dikembangkan mengingat permintaan susu
Salah satu sektor di Indonesia yang juga tinggi. Hingga tahun 2013, usaha ternak
memiliki banyak jenis kegiatan yang dilakukan para peternak meliputi
kewirausahaan adalah sektor pertanian. kegiatan produksi susu segar, penjualan susu
Dalam sektor pertanian, subsektor segar, dan pengolahan susu segar. Susu segar
peternakan merupakan salah satu bagian diolah menjadi beberapa produk makanan
yang memiliki beranekaragam kegiatan seperti dodol susu, permen karamel, kerupuk
usaha, baik dari kegiatan usaha yang susu, pangsit susu, dan stick susu. Namun,
dilakukan di subsistem hulu hingga kegiatan pengolahan susu segar hanya
subsistem hilir yang menyerap banyak dilakukan oleh beberapa peternak saja secara
tenaga kerja. Pada tahun 2011, subsektor perseorangan pada saat mendapat pesanan
peternakan mampu menyerap tenaga kerja dari konsumen.
sekitar 11,51 persen dari jumlah tenaga kerja Sebagian besar peternak menjual susu
di sektor pertanian (Direktorat Jenderal segar ke Koperasi Peternakan Sapi Bogor
Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2012). dan sebagian kecil menjualnya ke flopper
Peternakan sapi perah merupakan untuk diolah menjadi yogurt dan sabun
salah satu jenis usaha pada subsektor mandi. Hal ini menunjukkan bahwa para
peternakan yang memiliki banyak kegiatan peternak memiliki keterampilan dalam
kewirausahaan, baik dari kegiatan usahatani, membudidayakan ternak sapi perah dan
mengolah hasil ternak, hingga membuat produk olahan susu, namun
memasarkannya. Di Indonesia, salah satu keterampilan tersebut belum dimanfaatkan
wilayah yang memiliki populasi sapi perah dengan optimal untuk mengembangkan
ketiga terbesar dan mengalami peningkatan potensi-potensi dan memanfaatkan peluang
dari tahun 2008 hingga tahun 2012 adalah yang ada. Pengusahaan ternak sapi perah
Propinsi Jawa Barat dan pada tahun 2011, masih relatif masih tradisional dan dalam
Propinsi Jawa Barat merupakan produsen skala kecil. Padahal apabila dikembangkan
susu segar terbesar kedua di Indonesia dengan lebih baik dapat berimplikasi pada
dengan total 326.115 ton atau 32,04 psersen peningkatan kesejahteraan para peternak
dari total produksi susu segar di Indonesia sapi perah. Berdasarkan uraian di atas,
penelitian ini bertujuan untuk : (1)

26 JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015


menganalisis karakteristik wirausaha dan Karakteristik wirausaha dibagi menjadi dua
kompetensi wirausaha peternak sapi perah, bagian, yaitu karakteristik individu dan
dan (2) menganalisis hubungan karakteristik karakteristik kewirausahaan. Karakteristik
wirausaha dan kompetensi wirausaha individu wirausaha meliputi (1) pendidikan
peternak sapi perah. formal, (2) pendapatan rumah tangga, (3)
pendidikan informal, (4) motivasi usaha, (5)
METODE PENELITIAN pemanfaatan media infomasi, (6) modal
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan usaha. Sedangkan karakteristik
Cijeruk, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi kewirausahaan meliputi (1) kemauan bekerja
penelitian ini dikarenakan Kecamatan bekerja keras, (2) inisiatif, (3) memiliki
Cijeruk merupakan lokasi peternakan sapi tujuan atau sasaran, (4) keuletan, (5)
perah yang memiliki jumlah populasi ternak kepercayaandiri, (6) kemauan menerima ide
sapi perah terbesar ketiga di Kabupaten baru, (7) keinginan mengambil risiko, (8)
Bogor dimana para peternak merupakan keinginan untuk mencari informasi, (9)
pemilik peternakan sapi perah dan juga kemauan untuk belajar, (10) kebiasaan untuk
merupakan pelaku usaha.Penelitian ini mencari peluang, (11) kemauan untuk
dilakukan pada bulan Mei-Oktober 2013. berubah, (12) ketegasan. Kompetensi
Jenis data yang digunakan pada kewirausahaan peternak juga dibagi
penelitian ini adalah data primer dan data menjadi, yaitu kompetensi teknis dan
sekunder. Data primer diperoleh melalui kompetensi manajerial. Kompetensi teknis
pengisian kuesioner dan wawancara meliputi (1) pengembangan bibit ternak, (2)
langsung dengan responden. Data sekunder nutrisi dan pakan ternak, (3) reproduksi, (4)
diperoleh dari buku, jurnal, data Direktorat laktasi, (5) keamanan ternak, (6)
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, kenyamanan ternak, (7) pencatatan, (8)
dan data Badan Pelaksana Penyuluhan pengolahan hasil ternak. Sedangkan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. kompetensi manajerial meliputi (1)
Metode pengambilan responden yaitu perencanaan usaha, (2) pengelolaan tenaga
metode sensus, dimana sensus dilakukan kerja, (3) pemasaran, (4) pengelolaan
kepada seluruh peternak sapi perah di keuangan, (5) evaluasi usaha, (6)
Kecamatan Cijeruk yang aktif memproduksi kemampuan berkomunikasi, (7) kemampuan
susu yaitu sebanyak 39 orang peternak. negosiasi, (8) kepemimpinan, (9)
Dalam penelitian ini, variabel yang kemampuan mencari peluang, (10)
diukur dibedakan menjadi dua, yaitu kemampuan menjalin kerjasama dengan
karakteristik wirausaha dengan indikator mitra. Variabel-variabel yang diteliti dalam
sebanyak 18 indikator dan kompetensi penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
kewirausahaan dengan 18 indikator.

Karakteristik Kompetensi
Wirausaha Kewirausahaan

Karakteristik Karakteristik Kompetensi Kompetensi


Individu Kewirausahaan Teknis Manajerial
(6 indikator (12 indikator (8 indikator (10 indikator
variabel) variabel) variabel) variabel)

Gambar 1. Variabel yang diteliti dalam Penelitian

JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015 27


Pengukuran indikator dari masing- karena sudah menjadi usaha turun menurun
masing variabel dilakukan dengan skala keluarga.Sebagian besar peternak berjenis
ordinal yang mengacu pada prinsip skala kelamin laki-laki (94,87 persen) dan sisanya
Likert dengan skala satu sampai dengan perempuan (5,13 persen).
empat. Terkait dengan keabsahan data dalam Karakteristik wirausaha peternak
penelitian ini dan kekonsistenan instrumen, dibagi menjadi karakteristik individu dan
butir instrumen dilakukan uji validitas dan karakteristik kewirausahaan. Karakteristik
reliabilitas dengan rumus Cronbach individu peternak sapi perah yang diteliti
(Cronbach Alpha). Hasil uji validitas dalam penelitian ini, antara lain pendidikan
menunjukkan bahwa semua indikator valid. formal, pendapatan rumah tangga,
Hasil uji reliabilitas juga menunjukkan pendidikan informal, motivasi usaha,
bahwa instrumen yang digunakan reliabel pemanfaatan media informasi, dan modal
dengan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,854. usaha.
Dalam penelitian ini, analisis yang Karakteristik kewirausahaan peternak
digunakan adalah analisis kualitatif sapi perah terdiri dari 12 variabel, yaitu
deskriptif dan analisis hubungan (korelasi). kemauan bekerja keras, inisiatif, memiliki
Analisis deskriptif digunakan untuk tujuan atau sasaran, keuletan,
menggambarkan karakteristik wirausaha dan kepercayaandiri, kemauan menerima ide
kompetensi kewirausahaan peternak sapi baru, keinginan mengambil risiko, keinginan
perah. Analisis hubungan digunakan untuk untuk mencapai informasi, kemauan untuk
mengetahui hubungan antara karakteristik belajar, kebiasaan mencari peluang,
wirausaha dengan kompetensi kemauan untuk berubah, dan ketegasan.
kewirausahaan peternak. Analisis korelasi Tingkat karakteristik wirausaha peternak
dalam penelitian ini menggunakan uji sapi perah dibagi menjadi empat tingkat,
Korelasi Kendal Tau. Data kuantitatif dalam yaitu sangat rendah (skor 18-31,5), rendah
penelitian ini diolah dengan menggunakan (skor 31,6-45), sedang (skor 45-58,5), dan
program SPSS (Statistical Package for The tinggi (58,6-72). Sebagian besar para
Social Sciences) . peternak memiliki tingkat karakteristik
wirausaha rendah yaitu sebanyak 22 orang
HASIL DAN PEMBAHASAN (56,42 persen). Sebanyak satu orang (2,56
Karakteristik Wirausaha persen) termasuk dalam kategori tingkat
Rata-rata usia peternak yaitu 44 tahun sangat rendah, sebanyak sepuluh orang
atau termasuk dalam kategori tenaga kerja (25,64 persen) termasuk dalam kategori
produktif sebagai wirausaha dan memiliki tingkat sedang, dan sebanyak enam orang
pengalaman cukup matang dalam bekerja. (15,38 persen) termasuk dalam kategori
Rata-rata lama pengalaman usahaternak sapi tinggi (Tabel 1).
perah petani adalah 17 tahun. Mayoritas
peternak melakukan usahaternak sepi perah

Tabel 1. Tingkat karakteristik wirausaha peternak sapi perah


No. Tingkat karakteristik Skor Jumlah (orang) Persentase (%)
wirausaha
1 Sangat Rendah 18-31.5 1 2.56
2 Rendah 31.6-45 22 56.42
3 Sedang 45-58.5 10 25.64
4 Tinggi 58.6-72 6 15.38
Total 39 100

28 JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015


Penggolongan tingkat karakteristik pada saat para peternak mendapatkan materi
wirausaha peternak sapi perah per variabel penyuluhan atau pelatihan, serta rendahnya
digolongkan menjadi empat, yaitu sangat tingkat adopsi teknologi di kalangan
rendah (skor 1-1,75), rendah (skor 1,76-2,5), peternak.
sedang (skor 2,51-3,25), dan tinggi (skor Pendapatan rumah tangga peternak
3,26-4). Penggolongan tersebut didasarkan merupakan pendapatan yang diperoleh
pada rataan skor dari masing-masing peternak dari pendapatan usahaternak sapi
indikator dari variabel karakteristik perah ditambah dengan pendapatan lain
wirausaha peternak sapi perah. Karakteristik selain usahaternak. Pendapatan sumber
wirausaha peternak sapi perah terbagi lainnya tersebut diperoleh antara lain dari
menjadi dua bagian, yaitu karakteristik bekerja sebagai buruh tani, buruh bangunan,
individu dan karakteristik kewirausahaan. mengusahakan tanaman hias, usaha warung,
Secara keseluruhan, karakteristik wirausaha dan gaji sebagai pegawai. Sebesar 41,03
peternak sapi perah berada pada tingkat persen peternak memiliki pendapatan dari
rendah dengan rata-rata skor sebesar 2,46. non usahaternak dengan rata-rata
Karakteristik individu peternak sapi pendapatan tersebut sebesar Rp
perah berada pada tingkat rendah dengan 1.450.000,00 per bulan. Rata-rata
rata-rata skor sebesar 2,27. Indikator pada pendapatan rumah tangga para peternak
variabel karakteristik individu yang mencapai Rp 2.260.000,00 per bulan dengan
memiliki rataan skor paling rendah adalah rata-rata jumlah tanggungan anggota
pendidikan formal dengan rataan skor 1,69, keluarga sebanyak 4 orang. Pendapatan
dimana sebagian besar peternak mengenyam dengan nominal tersebut tentu tergolong
pendidikan formal terakhir pada tingkat SD. rendah sehingga pendapatan tersebut hanya
Indikator-indikator lain yang meliputi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
pendapatan rumah tangga, pendidikan hari keluargadan tidak mampu untuk
informal, motivasi usaha, pemanfaatan dialokasikan untuk pengembangan
media informasi, dan modal usaha berada usahanya.
pada tingkat rendah. Pendidikan informal para peternak
Karakteristik kewirausahaan peternak meliputi pelatihan, penyuluhan, seminar, dan
sapi perah berada pada tingkat sedang workshop. Pendidikan informal peternak
dengan rata-rata skor sebesar 2,65. Indikator dinyatakan dalam frekuensi peternak dalam
pada karakteristik kewirausahaan yang mengikuti pelatihan atau penyuluhan dalam
memiliki rataan skor paling rendah adalah kurun waktu satu tahun terakhir. Pendidikan
inisiatif dengan rataan skor sebesar 1,64. informal berkaitan dengan seberapa banyak
Indikator yang tergolong dalam kategori pengetahuan yang diperoleh peternak baik
tingkat sangat rendah adalah inisiatif. teknis maupun manajerial. Sebagian besar
Indikator-indikator yang tergolong dalam (46,15 persen) peternak mengikuti pelatihan
kategori tingkat rendah, antara lain indikator informal sebanyak 3-4 kali dalam setahun
memiliki tujuan atau sasaran, keinginan terakhir. Penyuluhan dan pelatihan biasanya
mengambil risiko, keinginan untuk mencari dilakukan oleh para petugas Dinas
informasi, dan kebiasaan untuk mencari Peternakan, BP4K, KPS Bogor, dan
peluang. universitas-universitas. Kegiatan-kegiatan
a. Karakteristik Individu tersebut tidak rutin dan tidak diikuti oleh
Pendidikan formal sebagian besar semua peternak, melainkan hanya pengurus
(sekitar 66,66 persen) peternak yaitu sekolah aktif kelompok ternak saja. Hal ini
dasar (SD). Sisanya masing-masing 10,26 menyebabkan kurang meratanya
persen berlatarbelakang pendidikan formal pengetahuan peternak.
sekolah menengah pertama (SMP) dan Motivasi usaha merupakan motivasi
sekolah menengah atas (SMA) dan 12,82 peternak dalam menjalankan usahanya.
persen perguruan tinggi. Rendahnya tingkat Mayoritas para peternak (35,90 persen)
pendidikan formal peternak sebagai memiliki motivasi usaha pada tingkat
wirausaha berpengaruh terhadap rendahnya sedang. Rendahnya tingkat motivasi usaha
daya tangkap pengetahuan dan informasi ini disebabkan karena anggapan para

JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015 29


peternak bahwa usahaternak sapi perah usahaternak sapi perah dalam skala usaha
hanya memberikan keuntungan yang rendah kecil, dengan jumlah ternak, jumlah tenaga
karena harga jual susu ke KPS Bogor yang keluarga, peralatan, faislitas, dan teknologi
rendah dan tingginya harga konsentrat. yang minim. Hal ini menyebabkan usaha
Dengan rendahnya harga susu yang diterima peternak sulit untuk berkembang.
oleh peternak yaitu Rp 3.000,00-Rp b. Karakteristik Kewirausahaan
3.800,00 per liter, menyebabkan peternak Kemauan keras untuk bekerja
tidak mendapatkan insentif yang layak merupakan seberapa besar kemauan
menjalankan usahanya sesuai dengan kerja peternak untuk bekerja keras dalam
kerasnya. Menurut Rusdiana dan Sejati mengelola dan memajukan usaha peternakan
(2009), peternak baru dapat memperoleh sapi perah. Kemuan bekerja keras peternak
keuntungan dalam usahanya apabila harga dapat dilihat dari cukup rutinnya para
jual susu per liter paling sedikit 2,1 kali dari peternak dalam melakukan aktivitas sehari-
harga per kilogram pakan konsentrat. Saat hari dalam usahaternak yang cukup rumit.
penelitian dilakukan, harga konsentrat per Rata-rata tingkat kemauan bekerja keras
kilogram mencapai Rp 2.000,00. Untuk para peternak berada pada tingkat sedang.
mendapatkan keuntungan, seharusnya harga Inisiatif merupakan kesadaran
susu minimal yang diterima peternak adalah peternak dalam memulai melakukan suatu
Rp 4.200,00 per liter. Hal inilah yang tindakan dalam menjalankan usahanya.
menyebabkan motivasi usaha peternak Rata-rata tingkat inisiatif peternak berada
menjadi rendah. pada tingkat rendah. Hal ini dapat dilihat
Pemanfaatan media informasi di dari kecenderungan peternak yang pasif
sebagian besar kalangan para peternak dalam memulai atau mencoba suatu hal baru
berada pada tingkat rendah. Rata-rata dalam usahanya sehingga ini menghambat
pemanfaatan media informasi oleh peternak peternak untuk mengaplikasikan ide-idenya
yaitu kurang dari dua kali dalam sebulan. sendiri untuk mengembangkan usahanya.
Rendahnya pemanfaatan media informasi Peternak pasif dalam mencari pasar baru
disebabkan karena sebagian besar peternak untuk memasarkan susu dan belum ada yang
belum dapat memanfaatkan media informasi bereksperimen membuat produk baru olahan
seperti majalah, tabloid, buku, dan internet susu. Selain itu, para peternak juga pasif
untuk memperoleh informasi yang dalam mengemukakan pendapat, ide, atau
berkenaan dengan pengembangan usahanya. saran pada saat kegiatan kumpul kelompok
Padahal apabila media informasi dapat ternak.
dimanfaatkan dengan baik,peternak dapat Tingkat memiliki tujuan dan sasaran
mendapatkan informasi cara atau kreasi menunjukkan apakah peternak memiliki
pembuatan produk olahan berbahan baku tujuan atau sasaran dalam menjalankan
susu, mempromosikan produk susu dan usahanya. Rata-rata kepemilikan tujuan dan
olahannya melalui media informasi tersebut, sasaran peternak berada pada tingkat rendah.
dan mencari informasi atau akses pinjaman Hal ini terlihat dari belum adanya target
modal usaha. yang dibuat peternak untuk usahanya,
Modal usaha merupakan besarnya misalnya target produksi susu, jumlah
modal yang dikeluarkan oleh peternak untuk kepemilikan ternak, produksi hasil olahan
memulai usaha beternak sapi perah. Rata- susu, atau keuntungan usaha yang ingin
rata peternak mengeluarkan modal usaha diperoleh.
sebesar Rp. 5.000.000,00-Rp.7.500.000,00 Keuletan merupakan seberapa gigih
atau tegrolong dalam kategori rendah. dan telaten peternak menjalankan usaha
Sebagianb besar para peternak memperoleh peternakan sapi perah. Rata-rata tingkat
modal usaha dari keluarga dan tidak berani keuletan peternak secara keseluruhan
mengambil risiko untuk meminjam bantuan termasuk dalam kategori sedang. Para
modal dari bank meskipun ada tawaran dari peternak cukup ulet dan tekun dalam
bank swasta untuk bantuan kredit modal. menjalankan tugas-tugasnya dari segi
Dengan nominal modal usaha tersebut, para pemeliharaan ternak (memberi pakan,
peternak hanya mampu membangun membersihkan kandang, mencari pakan

30 JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015


rumput, membersihkan ternak, dan memerah pelatihan, dan pengurus kelompok ternak
susu) meskipun aktivitas tersebut cukup dan belum memiliki inisiatif untuk mencari
menyita waktu dari pagi hingga sore. Hal ini informasi secara mandiri.
disebabkan karena rata-rata lama Kemauan belajar para peternak berada
pengalaman berusaha para peternak cukup pada tingkat sedang. Para peternak mau
lama dan usahaternak sapi perah masih berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan
menjadi sumber pendapatan utama bagi para dan pelatihan untuk belajar. Semakin tinggi
peternak. Beberapa peternak juga mengolah kemauan belajar peternak, maka semakin
susu menjadi produk olahan meskipun tinggi juga informasi dan pengetahuan yang
prosesnya cukup rumit, misalnya membuat dapat diserap oleh peternak untuk
dodol dan karamel susu. pengembangan usahanya.
Kepercayaandiri diri peternak dalam Rata-rata tingkat kemauan peternak
penelitian ini adalah rasa percaya diri untuk mencari peluang termasuk dalam
peternak dalam menjalankan usahanya dan kategori rendah. Para peternak cenderung
menghadapi tantangan yang dihadapinya. hanya menjalankan sesuatu dari peluang
Rata-rata tingkat kepercayaan diri peternak yang sudah ada dan enggan mencoba
berada pada tingkat sedang. Hal ini terlihat mencari peluang-peluang lain yang lebih
bahwa para peternak cukup yakin dalam baik masih rendah. Misalnya, dalam
melaksanakan usahanya dan yakin dalam memasarkan susu para peternak masih
mengambil keputusan. Para peternak juga sangat bergantung pada KPS Bogor
masih percaya diri menjadikan usahaternak meskipun harga jual susu yang diterima
sapi perah sebagai pekerjaan utamanya. peternak cukup rendah.
Kemauan menerima ide baru para Kemuan untuk berubah para peternak
peternak berada pada tingkat sedang. Para tergolong sedang. Dalam menjalankan
peternak cukup terbuka dalam menerima usahanya, para peternak mudah dalam
ide-ide baru untuk pengembangan usahanya, menerima perubahan-perubahan positif dan
misalnya para peternak cukup antusias menjalankannya. Hal ini terlihat saat
dalam menerima ide baru dari kegiatan peternak memperoleh penyuluhan budidaya
penyuluhan atau pelatihan mengenai produk ternak, para peternak menjalankan apa yang
olahan susu. Meskipun demikian, terkadang disarankan, diajarkan, dan dianjurkan oleh
pengimplementasian ide tersebut terhambat penyuluh. Meskipun demikian, para
pada keberanian para peternak untuk peternak tetap membutuhkan pendampingan
mengambil risiko. untuk menjaga konsistensi dan kontinuitas
Keinginan para peternak dalam perubahan tersebut.
mengambil risiko tergolong rendah. Hal ini Ketegasan peternak dilihat dari sikap
terlihat dari sikap para peternak yang masih tegas peternak dalam memutuskan sesuatu
merasa takut dalam mengambil risiko saat atau menentukan sesuatu yang berhubungan
akan memulai untuk menjalankan sesuatu. dengan usahanya. Ketegasan para peternak
Misalnya, keadaan finansial yang kurang berada pada tingkat sedang. Hal ini
baik membuat para peternak takut untuk disebabkan karena lama pengalaman
mengajukan kredit pinjaman modal karena beternak peternak yang cukup lama. Dari
para petani beranggapan bahwa memiliki lama pengalaman beternak tersebut,
hutang merupakan hal yang berat dan para peternak memiliki banyak pengalaman
peternak tidak berani menghadapi risiko dalam memutuskan hal-hal yang berkenaan
kegagalan dalam mengembalikan pinjaman. dengan usahanya.
Rata-rata tingkat keinginan peternak
untuk mencari informasi tergolong rendah. Kompetensi Kewirausahaan
Hal ini terlihat dari sikap para peternak yang Kompetensi kewirausahaan dalam
cenderung pasif dalam mencari informasi penelitian ini dibagi menjadi menjadi dua,
yang berkaitan dengan hal-hal yaitu kompetensi teknis dan kompetensi
pengembangan usahanya. Para peternak manajerial. Kompetensi kewirausahaan
cenderung masih menggantungkan peroleh peternakterdiri dari pengembangan bibit
informasi dari penyuluh, pemberi materi ternak, nutrisi dan pakan ternak, reproduksi,

JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015 31


laktasi, keamanan ternak, kenyamanan kompetensi manajerial peternak sapi perah
ternak, pencatatan, dan pengolahan hasil berada pada tingkat rendah dengan skor
ternak. Sedangkan kompetensi manajerial rataan 10,22.
peternak terdiri dari perencanaan usaha, Indikator dari kompetensi teknis yang
pengelolaan tenaga kerja, pemasaran, memiliki nilai rataan skor paling rendah
pengelolaan keuangan, evaluasi usaha, adalah laktasi. Hal ini disebabkan karena
kemampuan berkomunikasi, kemampuan kemampuan para peternak dalam menjaga
negosiasi, kepemimpinan, kemampuan kebersihan dan kehigienisan selama proses
mencari peluang, dan kemampuan menjalin laktasi. Kelemahan para peternak dalam
kerjasama dengan mitra. laktasi ini berpengaruh terhadap kualitas
Rata-rata tingkat kompetensi susu (total protein, total lemak, dan total
kewirausahaan peternak sapi berada pada bakteri) yang dihasilkan dan berdampak
tingkat rendah. Sebagian besar peternak sapi pada rendahnya harga susu yang diterima
perah memiliki kompetensi kewirausahaan para peternak dari KPS Bogor. Indikator dari
dengan kategori rendah, yaitu sebanyak 20 kompetensi teknis yang berada pada tingkat
orang (51,28 persen). Sebanyak satu orang rendah, antara lain pengembangan bibit
peternak (2,57 persen) termasuk dalam ternak, nutrisi dan pakan ternak, reproduksi,
kategori kompetensi sangat rendah, 13 orang laktasi, keamanan ternak, kenyamanan
(33,33 persen) termasuk dalam kategori ternak, pencatatan, dan pengolahan hasil
kompetensi sedang, dan sebanyak lima ternak.
orang (12,82 persen) tergolong dalam Indikator dari kompetensi manajerial
kategori kompetensi tinggi (Tabel 2). Hal ini yang memiliki nilai rataan skor paling
menunjukkan bahwa secara umum, para rendah adalah pemasaran. Para peternak
peternak sapi perah masih belum memiliki masih tergantung pada KPS Bogor dalam
keterampilan atau keahlian yang baik dalam memasarkan hasil susu meskipun harga yang
mengusahakan ternak sapi perah. diterima para peternak tergolong rendah.
Tingkat kompetensi kewirausahaan Para peternak juga masih banyak yang
peternak per indikator dikategorikan mengalami kesulitan dalam memasarkan
menjadi empat berdasarkan rataan skor dari produk-produk susu olahan, sehingga hanya
butir-butir pertanyaan tiap indikator memproduksi produk-produk olahan susu
kompetensi, yaitu sangat rendah (skor 4- berdasarkan pesanan konsumen saja.
7,99), rendah (skor 8-10,99), sedang (skor Indikator dari variabel kompetensi
11-13,99), dan tinggi (skor 14-16). Rata-rata manajerial yang tergolong dalam kategori
tingkat kompetensi kewirausahaan peternak rendah, antara lain perencanaan usaha,
sapi perah berada pada tingkat rendah pengelolaan tenaga kerja, pemasaran,
dengan rataan skor total 10,23. Rata-rata pengelolaan keuangan, evaluasi usaha,
tingkat kompetensi teknis peternak sapi kemampuan negosiasi, dan kemampuan
perah berada pada tingkat rendah dengan mencari peluang.
skor rataan 10,35. Rata-rata tingkat

Tabel 2 . Tingkat Kompetensi Kewirausahaan Peternak Sapi Perah


No. Tingkat kompetensi Skor Jumlah (orang) Persentase (%)
kewirausahaan
1 Sangat Rendah 72-125 1 2.57
2 Rendah 126-179 20 51.28
3 Sedang 180-233 13 33.33
4 Tinggi 234-288 5 12.82
Total 39 100

32 JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015


a. Kompetensi Teknis Kompetensi peternak dalam hal
Pengetahuan para peternak mengenai keamanan ternak dapat dilihat dari sikap
pengetahuan jenis genetika bibit ternak peternak dalam menangani penyakit ternak,
unggul, pemilihan indukan ternak yang misalnya pengetahuan gejala-gejala penyakit
unggul, serta strategi untuk perbaikan ternak dan cara menangani penyakit-
genetik bibit ternak masih rendah. Para penyakit ringan. Tingkat pengetahuan
peternak masih sangat tergantung pada peternak dalam hal keamanan ternak
ketersediaan bibit di KPS Bogor. Pada saat tergolong sedang. Para peternak rutin
petugas inseminasi buatan akan melakuka mengikuti jadwal vaksinasi ternak, mampu
inseminasi, peternak tidak menanyakan mengetahui gejala-gejala penyakit ternak
terlebih dahulu historis pejantan yang dan mampu mengatasi penyakit ringan.
spermanya akan diinseminasikan sehingga Apabila terdapat gejala penyakit yang tidak
kemungkinan terjadinya inbreeding yang mampu diatasi oleh peternak, para peternak
dapat menyebabkan menurunnya produksi menghubungi petugas kesehatan hewan
susu tidak dapat dicegah. untuk memeriksakan kesehatan ternaknya
Untuk nutrisi dan pakan ternak, para dan memisahkan hewan ternak yang sakit
peternak masih dalam kategori rendah. agar tidak menular pada hewan ternak
Pengetahuan peternak mengenai kualitas lainnya.
pakan, sistem ketersediaan hijauan, dan Kenyamanan ternak merupakan hal-
pengetahuan produk pakan masih hal yang berkenaan dengan fasilitas
rendah.Para peternak menggantungkan perkandangan sapi perah, kenyamanan sapi
ketersediaan pakan konsentrat dari KPS perah, dan praktek pengelolaan kotoran
Bogor. Mayoritas peternak tidak memiliki ternak. Keterampilan para peternak dalam
lahan hijauan sendiri sehingga ketersediaan hal kenyamanan ternak tergolong dalam
hijauan para peternak bergantung pada kategori rendah.Sebagian besar para
buruh pencari rumput. Selain itu, para peternak masih belum begitu
peternak banyak yang memberi pakan ternak memperhatikan kenyamanan ternak,
tidak sesuai dengan proporsi takaran yang misalnya kandang yang terlalu sempit,
direkomendasikan oleh penyuluh. kebersihan kandang yang masih rendah dan
Rata-rata tingkat pengetahuan kandang sering dalam kondisi tidak kering
reproduksi peternak berada pada tingkat (becek), sinar matahari yang masuk ke
sedang. Para peternak memiliki pengetahuan dalam kandang sedikit,konstruksi bangunan
yang cukup mengenai fisiologi reproduksi, kandang yang masih semi permanen,
pemahaman siklus estrus, lama masa sirkulasi udara yang kurang baik, tidak
bunting, waktu kosong, frekuensi sapi perah adanya matras karet yang menyebabkan
dikawinkan hingga terjadi kebuntingan, dan banyak ternak mengalami luka di kaki, dan
jarak beranak. Hal ini disebabkan karena pembuangan kotoran ternak yang tidak
masa pengalaman usahaternak yang cukup dikelola dengan baik.
lama. Dalam hal pencatatan ternak, rata-rata
Kemampuan peternak mengenai peternak tergolong dalam kategori rendah.
laktasi rata-rata peternak tergolong rendah. Hal ini terlihat dari kurang disiplinnya
Hal ini disebabkan karena kurangnya peternak dalam melakukan segala
pemahaman para peternak atas prosedur dan pencatatan yang berkenaan dengan
proses pemerahan yang baik dan usahanya, misalnya pencatatan jumlah
pemahaman mengenai kualitas susu. populasi ternak, riwayat kesehatan ternak,
Rendahnya kemampuan peternak dalam hal hasil produksi susu yang dihasilkan oleh
laktasi terlihat dari kondisi peternak yang ternak,hasil produk-produk olahan yang
cenderung mengabaikan aspel kebersihan dihasilkan, serta jumlah hasil olahan susu
dan kehigienisan dalam proses laktasi, baik yang dijual.Hampir seluruh peternak hanya
dari kebersihan hewan ternak sebelum mengandalkan pencatatan jumlah susu segar
proses laktasi, kebersihan pemerah, maupun yang disetor ke KPS Bogor dari catatan
kebersihan peralatan laktasi. pihak KPS Bogor. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar para peternak belum

JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015 33


memahami pentingnya pencatatan sebagai sederhana dan kemasannya kurang menarik,
alat kontrol atau evaluasi usaha. serta belum ada inisiatif dari peternak untuk
Rata-rata kemampuan peternak dalam mencari saluran pemasaran baru. Para
pengolahan hasil ternak tergolong rendah. peternak juga belum melakukan kegiatan
Kegiatan para peternak untuk memberikan promosi terhadap produk hasil olahan susu
nilai tambah dan membentuk produk baru dan hanya menunggu pesanan dari
masih rendah, serta inovasi atas produk- konsumen.
produk olahan susu masih rendah dan hanya Dalam hal pengelolaan keuangan,
mengikuti produk yang sudah ada di para peternak tergolong rendah
pasaran. Sebagian besar produk olahan susu kemampuannya. Rendahnya kemampuan
yang dihasilkan oleh para peternak adalah para peternak dalam pengelolaan keuangan
susu murni aneka rasa yang dijual ke terlihat dari sikap para peternak yang hampir
konsume akhir di Pasar Anyar. Beberapa seluruh peternak responden belum
produk olahan susu lainnya seperti stik susu, melakukan pencatatan atau pembukuan
dodol susu, karamel susu, dan pangsit susu keuangan. Para peternak tidak memiliki
hanya dibuat saat ada pesanan dari catatan penerimaan dan pengeluaran (arus
konsumen. kas usaha), tidak melakukan perhitungan
b. Kompetensi Manajerial laba rugi usaha, tidak melakukan
Perencanaan usaha merupakan rancangan perhitungan tingkat pengembalian usaha,
yang dilakukan peternak berkaitan dengan dan tidak melakukan perhitungan tingkat
pelaksanaan usahanya, baik untuk hal teknis pengembalian usaha, dan tidak melakukan
maupun manajerial, misalnya perencanaan perhitungan risiko usaha. Hal ini
perlakuan terhadap ternakdalam budidaya, menyebabkan para peternak tidak
perencanaan finansial usaha, dan mengetahui laba usaha dan tingkat
perencanaan pemasaran. Para peternak pengembalian usaha secara pasti.
belum memiliki perencanaan strategi atau Evaluasi usaha para peternak
langkah-langkah untuk menjalankan usaha tergolong rendah. Rendahnya kemampuan
sesuai dengan rencana. Tidak adanya ini terlihat dari sikap mayoritas peternak
perencanaanusaha ini menyebabkan para yang tidak melakukan evaluasi usaha
peternak kesulitan dalam menetapkan dan sehingga para peternak tidak mengetahui
mencapai sasaran-sasaran yang ingin dituju. sejauh mana keberhasilan dari sasaran usaha
Hal ini disebabkan karena para peternak dapat tercapai. Para peternak belum
belum biasa melakukan perencanaan usaha melakukan evaluasi hasil produksi ternak,
dan masih terbiasa dengan pola subsisten. evaluasi tenaga kerja, evaluasi pemasaran
Rata-rata tingkat kompetensi dan keuangan. Dengan tidak adanya
pengelolaantenaga kerja para peternak evaluasi, para peternak tidak mengetahui
berada pada tingkat rendah. Hal ini terlihat hal-hal apa saja yang harus diperbaiki
dari belum adanya penjadwalan aktivitas kinerjanya.
tenaga kerja, pembagian tugas kerja, Tingkat kompetensi kemampuan
deskripsi tanggung jawab pekerja, berkomunikasi peternak rata-rata berada
pendelegasian pekerjaan, dan pengawasan pada tingkat sedang. Kegiatan komunikasi
terhadap tenaga kerja. Lemahnya antara para peternak dengan orang lain
manajemen tenaga kerja dapat menyebabkan seperti sesama peternak, penyuluh, petugas
pemborosan upah tenaga kerja bagi kesehatan hewan, petugas inseminasi
peternak, serta pekerjaan tidak selesai buatan, petugas KPS Bogor, dan konsumen
dengan baik dan tepat waktu. terjalin dengan baik. Kegiatan komunikasi
Kompetensi pemasaran para peternak tersebut terasah dari kegiatan perkumpulan
dinilai dari beberapa hal, yaitu segi produk, kelompok ternak yang melibatkan para
harga, tempat memasarkan, dan promosi. peternak untuk melakukan komunikasi
Kompetensi pemasaran para peternak dengan pihak-pihak lain.
tergolong dalam kategori rendah. Hal ini Kemampuan negosiasi para peternak
terlihat dari masih rendahnya kualitas susu tergolong pada tingkat rendah. Para peternak
yang dihasilkan, produk olahan yang masih tidak memiliki kemampuan tawar-menawar

34 JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015


yang kuat dan posisi peternak yang lemah Secara umum, karakteristik wirausaha
sebagai pricer taker dalam menjual susu ke berhubungan positif dengan kompetensi
KPS Bogor maupun konsumen akhir. Hal ini teknis dan manajerial peternak sapi perah.
disebabkan karena para peternak masih Karakteristik wirausaha memiliki
memiliki ketergantungan yang tinggi hubungan positif dengan kompetensi
terhadap KPS Bogor dalam memasarkan kewirausahaan sebab semakin tinggi tingkat
hasil susunya. karakteristik wirausaha, maka tingkat
Kompetensi para peternak dalam hal keterampilan peternak pun semakin tinggi.
kepemimpinantergolong dalam tingkat Semua indikator karakteristik individu
sedang.Jiwa kepemimpinan peternak dapat maupun karakteristik kewirausahaan
dilihat dari cara peternak dalam memimpin memiliki hubungan dengan kompetensi
dan memotivasi tenaga kerja untuk kewirausahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
mengerjakan pekerjaannya. Para peternak indikator-indikator tersebut mendukung
cukup mampu memberikan arahan atau kompetensi peternak. Semakin tinggi
masukan terhadap sesama peternak jika karakteristik wirausaha, maka semakin
peternak lain mengalami kesulitan dan tinggi keinginan peternak untuk
memberikan motivasi terhadap sesama meningkatkan keterampilannya untuk
peternak.Kepemimpinan peternak terasah memajukan usahanya sehingga kompetensi
melalui kegiatan kelompok ternak. peternak juga akan semakin tinggi.
Kemampuan peternak untuk mencari Indikator dari karakteristik individu
peluang tergolong rendah. Para peternak yang memiliki hubungan positif paling kuat
rerbiasa mengambil peluang yang sudah ada dengan kompetensi kewirausahaan peternak
dan enggan mencari peluang yang lebih adalah modal usaha (τ=0,571). Semakin
baik. Para peternak cenderung pasif dan besar modal usaha yang dimiliki peternak,
kurang jeli dalam mengidentifikasi peluang maka peternakdapat menginvestasikannya
dari suatu keadaan. Kemampuan peternak untuk meningkatkan keahlian atau
dalam mencari peluang dari gap antara keterampilan kewirausahaannya melalui
kondisi yang ada dengan kondisi ideal yang kegiatan pelatihan, kursus, atau seminar
diinginkan masih kurang terasah. sehingga peternak dapat meningkatkan
Kemampuan menjalin kerjasama kompetensi kewirausahaannya. Demikian
dengan mitra para peternak berada pada juga sebaliknya, semakin tinggi kompetensi
tingkat sedang. Para peternak mampu kewirausahaan peternak maka semakin besar
menjalin kerjasama dan hubungan baik keinginan peternak untuk menambah modal
dengan mitra usaha seperti kerjasama usaha untuk mengembangkan dan
terhadap KPS Bogor dan konsumen akhir memajukan usahanya.
selaku mitra usaha. Para peternak juga Indikator karakteristik kewirausahaan
menjaga komitmen dengan baik saat yang memiliki hubungan positif paling kuat
melakukan kerjasama dengan pihak lain. dengan kompetensi kewirausahaan peternak
Selain itu, para peternak mampu memahami adalah kemauan belajar (τ=0,634). Kemauan
dan memenuhi kebutuhan mitra usaha. belajar peternak sebagai wirausaha sangat
dibutuhkan dan menentukan seberapa besar
Hubungan Karakteristik Wirausaha kemauan, konsistensi, serta kerja keras yang
dengan Kompetensi Kewirausahaan dicurahkan peternak untuk menjalankan dan
Karakteristik wirausaha memiliki mengembangkan usaha peternakannya.
hubungan positif yang cukup dengan Semakin tinggi keinginan peternak untuk
kompetensi kewirausahaan peternak sapi belajar, maka semakin besar usaha peternak
perah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai untuk mendapatkan pengetahuan dan
koefisien Kendall Tau (τ) sebesar 0,609 dan keterampilan, semakin tinggi juga
nilai signifikansi 0,000 pada taraf nyata kompetensi yang akan dimiliki peternak.
α=0.05. Karakteristik wirausaha dengan
kompetensi teknis memiliki hubungan
positif yang cukup dengan τ=0,601 dan nilai
signifikansi 0,000 pada taraf nyata α=0.05.

JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015 35


SIMPULAN Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakatya (ID):
Karakteristik wirausaha memiliki PT. Raja Grafindo Persada.
hubungan dengan kompetensi Maman U. 2008. Faktor-Faktor yang
kewirausahaan peternak sapi perah. Hal ini Berhubungan dengan Kompetensi
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan Wirausaha Santri di Beberapa
kompetensi kewirausahaan peternak, Pesantren di Jawa Barat dan Banetn
karakteristik wirausaha juga perlu [Disertasi]. Bogor (ID): IPB.
ditingkatkan. Pemerintah memiliki peranan Smallbone D, Landstorm H, Dylan JE. 2009.
dalam pemberian penyuluhan secara Entrepreneurship and Growth in
intensif terutama dalam bidang Local, Regional and National
kewirausahaan untuk meningkatkan Economics, Frontiers in European
kompetensi para peternak dan diharapkan Entrepreneurship Research.
memberikan kebijakan penentuan harga Cheltenham (GB): Edward Elgar
susu yang lebih baik yang berpihak kepada Publishing Limites.
pengembangan usaha peternakan rakyat Syafiuddin, Jahi A. 2007. Hubungan
sehingga peternak sapi perah mendapatkan Karakteristik Individu dengan
insentif yang lebih baik dan akan Kompetensi Wirausaha Petani
termotivasi untuk meningkatkan Rumput Laut di Sulawesi Selatan.
kinerjanya. Jurnal Penyuluhan. 3(1):35-44.
Syafruddin. 2006. Hubungan Sejumlah
DAFTAR PUSTAKA Karakteristik Petani Mete dengan
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Kompetensi Mereka dalam Usahatani
Perikanan, dan Kehutanan. 2011. Data Mete di Kabupaten Bombana,
Kelompok Tani Ternak di Kabupaten Sulawesi Tenggara [Tesis]. Bogor
Bogor Tahun 2011. Bogor (ID): (ID): IPB.
Pemerintah Kabupaten Bogor. Spencer LM, Spenser SM. 1993.
Casson M, Yeung B, Basu A, Wadeson N. Competence at Work: Models for
2006.The Oxford Handbook of Superior Performance. New York
Entrepreneurship.New York (US): (US): John Wiley & Sons, Inc.
Oxford University Press. Wickham PA. 2004. Strategic
Direktorat Jenderal Peternakan dan Entrepreneurship 3th Ed. Essex (GB):
Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Pearson Education Limited.
Peternakan dan Kesehatan Hewan Winardi J. 2004. Entrepreneur dan
2012. Jakarta (ID): Kementerian Entrepreneurship. Jakarta (ID):
Pertanian RI. Prenada Media.
Hisrich RD, Micahel P Peter. 1992. Woolfolk AE. 2004. Educational Psychology
Entrepreneurship: Starting, 9th Ed. Boston (US): Pearson
Developing and Managing a New Education, Inc.
Enterprise 2nded. Illinois (US):
Richard D. Irwin, Inc.

36 JSEP Vol. 8 No.1 Maret 2015

You might also like