You are on page 1of 8

ISSN 1978-3000

Fermentabilitas Rumen dan Kecernaan In Vitro Ransum yang Disuplementasi


Kulit Buah Kopi Produk Fermentasi Jamur Pleurotus ostreatus

Rumen Fermentability and In Vitro Digestibility of Diet Supplemented with Coffee Husk
Fermented by Pleurotus ostreatus Mushroom

Irma Badarina1, Dwierra Evvyernie2, Toto Toharmat2, Elis Nina Herliyana3


1
Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Jalan Raya WR Supratman Kodya Bengkulu
Email : ibadarina@yahoo.com
2
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,Fakultas Peternakan IPB
3
Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB

ABSTRACT

The aim of this research was to evaluate the potency of coffee husk fermented with Pleurotus ostreatus as feed
supplement in vitro through rumen fermentability and in vitro digestibility (dry matter and organic matter).
Fermented coffee husk were incorpotared into concentrate diet as much as 0% (R0), 2% (R2), 4% (R4) and 6%
(R6) from total dry matter in diet. The completely blok design was used with three sources of rumen goat
innoculum as block and the level of coffee husk supplementation as treatment. The research showed that there
were no significant effects on rumen pH and NH3-N. The mean of rumen pH was in normal range.
Supplementation for up to the 6% did not interfere rumen protein metabolism. Volatile fatty acid (VFA)
concentration significantly decreased with coffee husk than control diet, and there was no significant difference
in VFA production among supplemented diets. The VFA productions were in normal range. There was no
significant difference in rumen microbia population (protozoa and bacteria). This condition suggested that the
supplementation of fermented coffee husk for up to 6% was not endangering the rumen microbia. The dry
matter and organic matter were decreased with coffee husk. The supplementation of coffee husk for up to 6% in
the diet was still showing good digestion.

Key Words : Coffee husk, P.ostreatus, fermentability, digestibility, rumen

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi potensi kulit buah kopi yang telah difermentasi jamur Pleurotus
ostreatussebagai pakan suplemen secara in vitro berupa tingkat fermentabilitas dalam rumen dan kecernaan
bahan kering serta bahan organik ransum. Kulit buah kopi produk biokonversi ditambahkan ke dalam ransum
konsentrat sebanyak 0%(R0), 2%(R2), 4%(R4) dan 6%(R6) dari total bahan kering ransum. Rancangan
penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dan tiga sumber cairan rumen kambing sebagai blok dan
level pemakaian kulit buah kopi dalam ransum sebagai perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pH rumen dan NH 3-N. Nilai rerata pH rumen
dalam penelitian ini berada dalam kisaran normal. Suplementasi sampai level tertinggi (6%) tidak mengganggu
metabolisme protein dalam rumen. Kadar VFA nyata menurun pada ransum yang disuplementasi dibandingkan
ransum kontrol, dan tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam produksi VFA diantara ransum yang
disuplementasi. Produksi VFA berada dalam kisaran normal. Perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap populasi mikrobia rumen (protozoa dan bakteri). Hal ini memberikan indikasi bahwa suplementasi
kulit buah kopi produk biokonversi sampai level 6% tidak membahayakan kehidupan mikroba rumen.
Kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum yang disuplementasi menurun dibandingkan ransum kontrol.
Level 6% penambahan di dalam ransum, kecernaan masih dikategorikan baik.

Kata Kunci : Kulit buah kopi, P.ostreatus, fermentabilitas, kecernaan, rumen

PENDAHULUAN Indonesia. Buah kopi umumnya diproses


melalui metoda kering dan hanya sebagian
Kopi merupakan salah satu
kecil melalui metoda basah. Kulit buah
komoditi pertanian yang cukup penting di
kopi (coffee husk) diperoleh setelah biji

Jurnal Sains Peternakan Indonesia Vol. 9, No. 2 Juli – Desember 2014 | 102
ISSN 1978-3000
kopi segar dikeringkan dan digiling. Kulit ini adalah Pleurotus ostreatus (jamur
buah kopi tersedia dalam jumlah yang tiram). Jamur P. ostreatus dapat ditanam
besar, sekitar 21.5% dari berat total buah pada berbagai jenis substrat lignoselulosa
kopi (Muryanto et al. 2009). Saat ini seperti jerami gandum, bagas tebu dan
keberadaan kulit buah kopi masih kulit buah coklat (Fazaeli et al. 2004;
merupakan limbah pertanian. Sejumlah Okano et al. 2007; Alemawor 2009).
besar limbah kulit kopi menumpuk di Jamur P. ostreatus tergolong white rot
tempat pengolahannya. Upaya yang biasa fungi yang mampu mendegradasi lignin
dilakukan untuk mengenyahkan limbah karena memproduksi enzim ligninolitik
tersebut yaitu dengan dibakar atau ekstraselular seperti laccase, lignin
dibuang ke sungai. Hanya sebagian kecil peroxidase dan Mn peroxidase (Periasamy
dikembalikan ke lahan sebagai pupuk. dan Natarajan 2004; Mayer dan Staples
Kondisi ini dikhawatirkan akan 2002).
menimbulkan masalah polusi lingkungan. Kemampuan P. ostreatus
Kulit buah kopi berpotensi sebagai mendegradasi sejumlah besar jenis substrat
salah satu sumber bahan pakan ruminansia. lignoselulosa, menyebabkan jamur ini
Kadar proteinnya adalah 9.2-11.3% (Fan berperan penting dalam menangani limbah
dan Soccol 2005). Komponen dinding organik. Spesies Pleurotus telah
selnya dapat digunakan oleh ruminansia digunakan oleh manusia karena nilai
sebagai sumber energi (Russel et al. 2009). nutrisinya, mengandung bahan-bahan obat,
Bagaimanapun kadar lignin yang tinggi mengubah limbah menjadi pakan ternak
membatasi kecernaan selulosa dan dan pengaruh-pengaruh menguntungkan
hemiselulosa. Kulit buah kopi lainnya (Ijeh et al. 2009; Gregori et al.
mengandung substansi anti nutrisi seperti 2007; Darwish et al. 2012). Produk
kafein, tannin, lignin dan senyawa biokonversi dari jamur P.ostreatusdapat
polifenol (Orozco et al. 2008). Adanya digunakan sebagai makanan kesehatan
tannin dan kafein menurunkan kesukaan (suplemen).
dan palatabilitasnya bagi ternak Jamur P.ostreatus tidak hanya
(Mazzafera 2002). diketahui mampu sebagai dekomposer
Penerapan bioteknologi adalah primer bahan lignoselulosa, namun juga
pertimbangan yang tepat untuk telah lama dikenal sebagai makanan
memperbaiki nilai nutrisi limbah suplemen. P.ostreatus mengandung
pertanian. Kulit buah kopi kaya akan sejumlah senyawa-senyawa aktif secara
bahan organik, dan cocok sebagai substrat biologis membantu meningkatkan
untuk proses kultivasi. Jamur kelas tinggi kesehatan; berpotensi membantu melawan
diketahui memiliki kemampuan untuk penyakit (Wong et al. 2011; Patel et al.
mengubah secara biologis limbah 2012). Komponen senyawa aktif ini
pertanian menjadi produk bernilai tambah bernama β-glucan merupakan salah satu
melalui aktivitas enzim ekstraselular. polimer struktural dinding sel (Chan et al.
Salah satu jamur yang termasuk kelompok 2009). Komponen bioaktif lain yang

103 | Kecernaan In Vitro Ransum Kulit Buah Kopi Fermentasi Pleurotus ostreatus (I. Badarina et al.)
ISSN 1978-3000
berperan sebagai anti mikrobial berasal dingin, masing-masing kantong
dari metabolit sekunder yang dihasilkan diinokulasi dengan ±15 gram (3.75%)
sebagai senjata pertahanan diri jamur dari bibit. Kantong yang telah diinolukasi bibit
lingkungan sekitar. Metabolit sekunder ini jamur kemudian ditempatkan dalam ruang
antara lain triterpenoid, alkaloid dan inkubasi pada suhu 22-28 oC dan
flavonoid (Ijeh et al., 2009). kelembaban relatif 60-80% selama 60 hari
Penelitian ini bertujuan untuk perioda inkubasi.
mengevaluasi potensi kulit buah kopi yang Baglog substrat yang telah penuh
telah difermentasi oleh jamur P.ostreatus dikolonisasi oleh miselium jamur
(jamur tiram) sebagai pakan suplemen P.ostreatus dibuka dan substrat
o
ternak ruminansia melalui peubah dikeringkan dalam oven 60 C selama 2
fermentabilitas rumen dan kecernaan hari kemudian dihaluskan. Kulit buah
ransum in vitro. kopi yang telah difermentasi siap
digunakan lebih lanjut.
BAHAN DAN METODA
Ransum Perlakuan dan Rancangan
Kultivasi Kulit Buah Kopi dengan Percobaan
P.ostreatus Potensi kulit buah kopi produk
Kulit buah kopi diambil dari tempat biokonversi sebagai pakan suplemen
penggilingan biji kopi di kabupaten Rejang dievaluasi dengan menambahkannya ke
Lebong Provinsi Bengkulu yang dalam ransum konsentrat sebanyak
merupakan salah satu penghasil kopi 0%(R0), 2%(R2), 4%(R4) dan 6%(R6)
terbesar di pulau Sumatera.Kulit kopi yang dari total bahan kering ransum. Ransum
dipilih baru dihasilkan dari penggilingan disusun untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
kopi. kambing perah laktasi dengan protein
Kulit buah kopi dikeringkan kasar 11-12% dan TDN 55% (NRC 2001)
sehingga mencapai kadar air 10-15%. yang terdiri dari rumput gajah (60%) dan
Percobaan inokulasi dilakukan pada skala konsentrat (40%). Ransum konsentrat
laboratorium. Metoda dan komposisi disusun dari ampas kedele (34.88%),
subtrat mengadopsi tehnik Herliyana et al. dedak padi (23.26%), bungkil kelapa
(2008). Komposisi subtrat terdiri atas (23.26%), onggok (11.63%) dan crude
82.5% kulit buah kopi, 15% dedak padi, palm oil (CPO) (6.96%). Komposisi zat
1.5% gips dan 1.0% CaCO3. Air bersih makanan hijauan dan konsentrat yang
ditambahkan sebanyak 65-70%(v/w). digunakan untuk fermentasi in vitro dapat
Semua bahan dicampurkan dan dilihat pada Tabel 1.
dikomposkan selama 24 jam. Sebanyak Penelitian menggunakan rancangan
400 gram campuran dimasukkan ke dalam acak kelompok dan tiga sumber cairan
kantong propilene. Kantong diikat bagian rumen sebagai blok dan level pemakaian
ujungnya dengan memasukkan kapas ke kulit buah kopi dalam ransum sebagai
dalam cincin. Kantong disterilkan pada
suhu 121oC selama 30 menit. Setelah

Jurnal Sains Peternakan Indonesia Vol. 9, No. 2 Juli – Desember 2014 | 104
ISSN 1978-3000
perlakuan. Percobaan dilakukan pada tahap ini akan digunakan untuk
dengan dua ulangan. Hasil yang terbaik percobaan in vivo.

Tabel 1. Komposisi zat makanan hijauan dan konsentrat dalam percobaan in vitro

Zat Makanan (%) Rumput gajah Konsentrat


Bahan kering 21.00 72.75
Abu 10.60 7.11
Protein kasar 9.60 13.39
Serat kasar 32.70 27.58
Lemak kasar 1.90 4.87
Beta-N 27.12 47.05
Hasil Analisa Proksimat di Lab. Ilmu dan Teknologi Pakan IPB (2012)

Karakteristik Fermentasi Rumen dan dalam termos) dan terus dialiri CO2.
Kecernaan In vitro Seterusnya cairan rumen segera
Karakteristik fermentasi (pH
digunakan.
rumen, konsentrasi NH3-N, totalvolatile
fatty acid/ total VFA), populasi mikroba
Analisis Populasi Protozoa Rumen
rumen (protozoa dan bakteri rumen),
Perhitungan populasi protozoa
kecernaan bahan kering dan bahan organik
menggunakan 0.5 ml larutan fiksasi
in vitro dianalisis untuk mengevaluasi nilai
(Methyl green formaline saline/MFS) yang
nutrisinya sebagai suplemen pakan. Kadar
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ammonia-N dianalisis dengan metoda
dicampur dengan cairan rumen 0.5 ml
mikrodifusi Conway (Obrink 1954). VFA
kemudian diaduk hingga merata (Ogimoto
total dianalisis dengan metoda distilasi
dan Imai, 1981). Sebanyak 0.1 ml sampel
uap. Kecernaan bahan kering (KBK) dan
diteteskan dengan menggunakan pipet
kecernaan bahan organik (KBO) in vitro
pada bilik hitung (hemacytometer) dan
dievaluasi menurut metoda Tilley dan
ditutup dengan covered glass.
Terry (1963).
Penghitungan protozoa dilakukan dengan
Cairan rumen berasal dari rumen
bantuan mikroskop dengan menggunakan
kambing diambil dari tempat pemotongan
perbesaran 40x. Dari jumlah protozoa
kambing didaerah Empang Bogor.
yang didapatkan dengan prosedur
Pengambilan cairan rumen dilakukan
penghitungan ini, maka jumlah protozoa
dengan mengambil isi rumen kemudian
yang dikandung per 1 ml cairan rumen
dimasukkan dalam termos yang
dapat dihitung dengan rumus sebagai
sebelumnya berisi air panas namun air
berikut:
panas segera dibuang ketika isi rumen
Populasi Protozoa/mL= (1 / 0.1 x 0.065 x
akan dimasukkan ke dalam termos. Di
5 x 16) x n x d
laboratorium, selanjutnya isi rumen
Dimana : n = jumlah protozoa pada
diperas dan cairan disaring dengan
counting chamber
menggunakan kain kasa. Hasil saringan
d = pengenceran sampel
dimasukkan ke dalam termos yang
sebelumnya diisi air hangat (air hangat
dibuang ketika cairan rumen dimasukkan

105 | Kecernaan In Vitro Ransum Kulit Buah Kopi Fermentasi Pleurotus ostreatus (I. Badarina et al.)
ISSN 1978-3000
Analisis Populasi Bakteri Rumen roller,sehingga media agar dapat menjadi
Populasi bakteri dihitung dengan padat secara merata. Selanjutnya bakteri
metode pencacahan koloni bakteri hidup. diinkubasi selama 24 jam. Koloni bakteri
Prinsip kerjanya adalah cairan rumen dihitung pada setiap tabung menggunakan
diencerkan secara serial, lalu disimpan marker.
dalam tabung Hungate. Media tumbuh
yang digunakan untuk menghitung Jumlah koloni
populasi bakteri total adalah BHI (Brain Populasi bakteri =
Heart Infusion). Pembuatan media BHI 0.05 x 10-x x 0.1
yaitu dengan cara mencampurkan bahan- Keterangan : x = tabung seri pengenceran
bahan seperti BHI powder 3.7 g, glukosa ke-x
0.05 g, selulobiosa 0.05 g, pati 0.05 g, Data dianalisis keragamannya
cystein 0.05, hemin 100µl, resazurin 0.005 dengan ANOVA (Steel dan Torrie 2003).
g dan agar 1.5 g. Semua bahan Apabila terdapat perbedaan yang
dimasukkan kedalam botol steril. significant antar perlakuan dilakukan uji
Campuran bahan-bahan ini dipanaskan lanjut menggunakan Duncan Multiple
sampai terjadi perubahan warna dari coklat Range Test. Perbedaan antar perlakuan
kekuningan menjadi coklat kemerahan dan dinyatakan pada taraf p<0.05.
berubah kembali menjadi coklat
kekuningan. Setelah itu larutan HASIL DAN PEMBAHASAN
didinginkan dan dialiri gas CO2. Media
BHI anaerob dimasukkan ke dalam tabung Tabel 2. Menunjukkan
hungate yang sebelumnya telah diisi bacto fermentabilitas (pH, NH3-N dan produksi
agar sebanyak 0.150g dengan volume VFA), populasi mikrobia rumen,
masing-masing 4.9ml. kecernaan bahan kering dan bahan organik
Sampel cairan rumen yang telah ransum yang disuplementasi kulit buah
mengalami perlakuan dan difermentasi kopi produk biokonversi. Perlakuan tidak
empat jam dipipet 0.05 ml dan dimasukkan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
ke dalam media pengencer. Pengenceran pH rumen (p>0.05) dan NH3-N (p>0.05).
dilakukan sebagai berikut: 0.05 ml kultur Nilai rerata pH rumen dalam penelitian ini
bakteri dimasukkan de dalam 4.95 ml berada dalam kisaran normal. Hal ini
media pengencer. Selanjutnya dari media sebagaimana yang telah dilaporkan oleh
pengencer diambil kembali sebanyak 0.05 Sung et al. (2007) bahwa pH ideal rumen
ml lalu dimasukkan ke dalam 4.95 ml untuk mempertahankan proses
media pengencer berikutnya sehingga metabolisme normal rumen adalah 6.0-7.0.
terdapat pengenceran 10-1, 10-2, 10-3 dan Kecernaan serat kasar menurun pada pH
10-4. Dari masing-masing seri tabung yang rendah, khususnya dibawah pH 6.0.
pengenceran diambil sebanyak 0.1 ml, Peningkatan level suplementasi
kemudian dimasukkan ke media agar dan kulit buah kopi produk biokonversi tidak
diputar sambil dialiri air pada menimbulkan perbedaan yang nyata

Jurnal Sains Peternakan Indonesia Vol. 9, No. 2 Juli – Desember 2014 | 106
ISSN 1978-3000
terhadap level NH3-N rumen. Kondisi ini bahwa terjadi penurunan kadar lignin kulit
menunjukkan bahwa suplementasi sampai buah kopi setelah difermentasi sebesar
level tertinggi (6%) tidak mengganggu 31.12%, namun nilai lignin kulit buah kopi
metabolisme protein dalam rumen. Kadar masih cukup tinggi yaitu berkisar 45.04%.
VFA menurun pada ransum yang Hasil penelitian ini didukung oleh Xu et
mengandung kulit buah kopi produk al. (2007) yang melaporkan bahwa cairan
biokonversi (p<0.05) dibandingkan rumen dari sapi pejantan Holstein atau
ransum kontrol (tanpa suplementasi kulit domba yang mendapat pakan limbah
buah kopi produk biokonversi), dan tidak ampas kopi mengandung konsentrasi total
terdapat perbedaan yang nyata dalam VFA nyata lebih rendah daripada
produksi VFA diantara ransum R2, R4 dan kelompok ternak yang tidak
R6. Menurunnya produksi VFA seiring disuplementasi ampas kopi. Kadar NH3-
dengan meningkatnya level kulit buah N dan produksi VFA dalam penelitian ini
kopi produk biokonversi dalam ransum berada dalam kisaran normal. Sutardi
kemungkinan karena masih tingginya (1977) menyatakan bahwa kisaran
kadar lignin sehingga tidak dapat produksi NH3 dan VFA yang baik untuk
didegradasi dengan baik oleh mikroba kehidupan mikroba rumen adalah 4-12
rumen. Badarina et al. (2013) melaporkan milimol NH3 dan 80-160 milimol VFA.

Tabel 2. Produksi pH, N-NH3, VFA, kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum yang ditambahkan produk
biokonversi
Parameter R0 R2 R4 R6 Pvalue

pH 6.77±0.005 6.78±0.005 6.80±0.04 6.77±0.008 0.43


N-ammonia (mM) 12.32±1.91 12.38±1.83 13.19±0.00 11.88±1.091 0.62
VFA (mmol/liter) 173.79±8.66a 150.62±0.094b 142.73±10.91b 138.71±9.44b 0.031
Protozoa,cell/mL
(Log10) 5.71±0.086 5.73±0.17 5.69±0.27 5.73±0.16 0.99
Bakteri (Log109) 9.67±0.47 9.00±0.82 9.33±0.47 9.33±0.47 0.71
Kecernaan Bahan
Kering(%) 70.48±2.13a 68.94±1.94ab 65.59±0.16c 66.63±0.29bc 0.029
Kecernaan bahan
organik(%) 70.34±1.83a 68.88±1.75a 64.74±1.15b 66.42±0.73ab 0.044

Catatan: Superskrip yang berbeda yang baris yang sama menunjukkan perbedaan pada taraf (p<0.05). Level pemakaian
kulit buah kopi fermentasi sebagai suplemen pakan di dalam ransum: R0(kontrol/tanpa kulit buah kopi fermentasi),
R2(2% dalam ransum), R4(4% dalam ransum) dan R6 (6% dalam ransum).

Perlakuan tidak memberikan kecernaan bahan kering dan bahan organik


pengaruh nyata terhadap populasi dibandingkan ransum kontrol/tanpa kulit
mikrobia rumen (protozoa dan bakteri) buah kopi yang telah dikultivasi (p<0.05).
(P>0.05) ( Tabel 2.). Hal ini memberikan Inkorporasi sampai dengan level
indikasi bahwa suplementasi kulit buah 6% di dalam ransum memiliki nilai
kopi produk biokonversi sampai level 6% kecernaan lebih dari 55%, nilai dimana
dari total bahan kering ransum tidak lebih tinggi dari nilai minimal kecernaan
membahayakan kehidupan mikroba rumen. yang dianjurkan (55%) untuk hijauan
Pemakaian kulit buah kopi produk tropika yang berkualitas rendah (Preston
biokonversi didalam ransum menurunkan dan Leng 1987). Level 6% (R6)

107 | Kecernaan In Vitro Ransum Kulit Buah Kopi Fermentasi Pleurotus ostreatus (I. Badarina et al.)
ISSN 1978-3000
penambahan di dalam ransum, kecernaan Badarina, I., D. Evvyernie, T.Toharmat,
masih dikategorikan baik. E.N.Herliyana, and L.K.
Darusman. 2013. Nutritive value
SIMPULAN of coffee husk fermented with as
ruminant feed. Med. Pet. 36 (1):
Pemanfaatan kulit buah kopi 58-63.
produk biokonversi tidak menimbulkan Darwish, G.A.M.A., A.A. Bakr, &
perbedaan didalam pH rumen dan produksi M.M.F.Abdallah. 2012.
N-ammonia tetapi menurunkan produksi Nutritional value upgrading of
VFA dan kecernaan (bahan kering dan maize stalk by using Pleurotus
bahan organik). Penambahan kulit buah ostreatus and Saccharomyces
kopi produk biokonversi sampai level 6% cerevisiae in solid state
tidak mempengaruhi populasi mikrobia fermentation. Annals of
rumen. Penambahan kulit buah kopi Agricultural Science 57 (1): 47-51.
produk biokonversi dalam ransum sampai Fan, L and C. R. Soccol. 2005. Coffee
level 6% masih dapat diterapkan karena residue. http://www. fungifun.
kecernaan masih dikategorikan baik. org/mushworld/shiitake mush room
cultivation mushroom growers
handbooks2 mushworld com
UCAPAN TERIMAKASIH
chapter04 02-p.92.pdf. 26 Maret
Peneliti mengucapkan terimakasih 2010.
kepada DP2M Dikti yang telah Fazaeli, H., H.Mahmodzadeh, A.Azizi,
memberikan dana penelitian melalui Z.A. Jelan, J.B. Liang, Y.
kegiatan Hibah Bersaing dengan Surat Rouzbehan, and A.Osman. 2004.
Perjanjian No. 256/h30.10/p1/2011 tanggal Nutritive value of wheat straw
20 April 2011. treated with Pleurotus fungi.
Asian-Aust. J. Anim. Sci. 17 (12)
DAFTAR PUSTAKA :1681-1688.
Gregori, A., Mirjan Svagelj, and J.
Alemawor, F., V. P.Dzogbefia, E.O.K. Pohleven. 2007. Cultivation
Oddoye, and J.H.Oldham.2009. technique and medicinal properties
Effect of Pleurotus ostreatus of Pleurotus spp. Review. Food
fermentation on cocoa pod husk Technol. Biotechnol.[26 February
composition: influence of 2012].
fermentation period and Herliyana, E.N., D. Nandika, Achmad, L.I.
++
Mn supplementation on the Sudirman, and A.B. Witarto. 2008.
fermentation process. African Biodegradation of Sengon-wood
Journal of Biotechnology. 8 (9) : Sawdust Substrate by Pleurotus
1950-1958. Group Fungi from Bogor. J.

Jurnal Sains Peternakan Indonesia Vol. 9, No. 2 Juli – Desember 2014 | 108
ISSN 1978-3000
Tropical Wood Science and Orozco, A.L., M.I. Perez, O. Guevara, J.
Technology. Vol 6, No. 2. Rodriguez., M. Hernandez, and
Ijeh, I.I., A.I. Okwujiako, C.P. Nwosu, and Gonzales-Vila. 2008.
H.I. Nodim. 2009. Phytochemical Biotechnology enhancementof
composition of Pleurotus tuber coffee pulp residues by solid state
regium and effect of its dietary fermentation with streptomyces.
incorporation on body Py-Gel MS Analysis. J. Anal. Appl.
/organweights and serum Pyrolysis 81:247-252.
triacylglycerols in albino mice. J. Periasamy, K. and K. Natarajan. 2004.
of Medicinal Plants Research Role of lignocellulosic enzymes
3:939-943. during basidiomata production by
Mayer AM and R.C. Staples. 2002. Pleurotus djamor var roseas. Indian
Laccase: new functions for an old Journal of Biotechnolog 3 : 577-583.
enzyme. Phytochemistry 60:131- Russel, J. B, R. E. Muck, and P. L.
565. Weimer. 2009. Quantitative analysis
Mazzafera, P. 2002. Degradation of of cellulose degradation and growth
Caffeine by Microorganisms, and of cellulolytic bacteria in rumen.
Potential Use of Decaffeinated Minireview. FEMS Microbiol Ecol
Coffee Husk and Pulp in Animal .67: 183-197.
Feeding. Scientia Agricola. Vol. Steel, R.G.D. & J.H. Torrie. 2003.
59. N.4 p. 815-821 Principles and Procedures of
Muryanto, U.Nuschati, D. Pramono dan T. Statistics. 2ed. Mc. Graw-Hill Book
Prasetyo. 2005. Potensi Limbah Co. Inc., New- York.
Kulit Kopi sebagai Pakan Ayam. Sutardi, T. 1977. Ikhtisar Ruminologi.
http://peternakan.litbang.deptan.go. Bahan Penataran. Kursus
id/publikasi/lokakarya/lkugs06- Peternakan Sapi Perah di Kayu
21.pdf Ambon. Lembang. BPPLP-Ditjen
NRC. 2001. Nutrient Requirement of Peternakan-FAO.
Dairy Cattle. Revised Ed. Tilley, J.M.A and R.A. Terry. 1963. A
Washington DC: National two stage technique for the in vivo
Academy Press. digestion of forage crops. J. Brit.
Okano, K., S. Fukui, R. Kitao, and T. Grassland Soc. 18; 104.
Usagawa. 2007. Effect of cultural Xu, C.C., Y. Cai, J.G. Zhang, and M.
length of Pleurotus eryngii grown on Ogawa. 2007. Fermentation quality
sugarcane bagasse on in vitro and nutritive value of total mixed
digestibility and chemical ration silage containing coffee
composition. Anim. Feed. Sci. ground at ten or twenty percent of
Technol . 136: 240-247. dry matter. J. Anim. Sci. 85:1024-
1029

109 | Kecernaan In Vitro Ransum Kulit Buah Kopi Fermentasi Pleurotus ostreatus (I. Badarina et al.)

You might also like