You are on page 1of 16

KEPUASAN KLIEN TERHADAP LAYANAN SOSIAL DI LEMBAGA REHABILITASI

SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

CLIENT SATISFACTION TO SOCIAL SERVICES IN SOCIAL REHABILITATION


INSTITUTIONS FOR DRUG ABUSERS

Suradi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Jln. Cawang III, Nomor 200, Jakarta Timur, Telp. 021-8017146
Email : mas.soeradi@yahoo.co.id

Abstract
The implementation of social rehabilitation programs for drug abusers in social rehabilitation institution or
Reporting Recipient Institution (RRI) should be supported with information on the client’s or beneficiaries’
satisfaction. Up to now, the author finds out that information about client’s satisfaction on social services in IPWL is
still very limited. In fact, information about client’s satisfaction is very important in the process of social
rehabilitation for drug abusers. This article aims to describe concepts, views and thoughts about beneficiaries’
satisfaction with social services. Information on beneficiaries’ satisfaction will benefit RRI and stakeholders in the
social rehabilitation process. This article is as a result of analyzing secondary data from various literatures. The
method in writing this article is descriptive - interpretative. The author seeked to adapt and interpret concepts, views
and thoughts into the context of social rehabilitation. The results of interpretation, that beneficiaries’ satisfaction is
influenced by product, service, ease, price, emotional and situation. In the end, the client’s satisfaction affects the
loyalty and motivation of the clients to follow the program in RRI. The active involvement of beneficiaries in RRI will
support the process of rehabilitation and social reintegration in family and community.

Keywords: drug abuse, client’s satisfaction, social rehabilitation.

Abstrak
Implementasi program rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA di lembaga rehabilitasi sosial atau
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL), perlu didukung dengan informasi mengenai kepuasan klien atau penerima
manfaat layanan. Sampai saat ini, sepengetahuan penulis, informasi mengenai kepuasan penerima manfaat layanan
terhadap layanan sosial di IPWL masih sangat terbatas. Padahal, informasi mengenai kepusan penerima manfaat
layanan ini sangat penting dalam proses rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA. Artikel ini
bertujuan untuk mendeskrisikan konsep, pandangan dan pemikiran mengenai kepuasan penerima manfaat layanan
terhadap layanan sosial. Informasi mengenai kepuasan penerima manfaat layanan ini akan bermanfaat bagi IPWL
dan para pemangku kepentingan dalam proses rehabilitasi sosial. Penulisan artikel ini sebagai hasil analisis data
sekunder dari berbagai literatur. Adapun metode dalam penulisan artikel ini adalah deskripftif - interpretatif. Penulis
berupaya mengadaptasi dan menginterpretasikan konsep, pandangan dan pemikiran ke dalam konteks rehabilitasi
sosial. Hasil interpretasi, bahwa kepuasan penerima manfaat layanan dipengaruhi oleh produk, layanan, kemudahan,
harga, emosional dan situasi. Pada akhirnya, kepusan penerima manfaat layanan berpengaruh terhdap loyalitas dan
motivasi penerima manfaat layanan untuk mengikuti program di IPWL. Keterlibatan secara aktif penerima manfaat
layanan di IPWL akan mendukung proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial di keluarga dan masyarakat.
Kata kunci : penyalahgunaan NAPZA, kepuasan klien, rehabilitasi sosial.

Kepuasan Klien Terhadap Layanan Sosial di Lembaga Rehabilitasi Sosial


313 Korban
Penyalahgunaan NAPZA, Suradi
PENDAHULUAN semakin kompleks, yang dapat diketahui dari
Permasalahan penyalahgunaan NAPZA wilayah sebaran, dampak, jenis NAPZA,
distribusi dan korban. Penyalahgunaan NAPZA atau rehabilitasi sosial. Eksistensi dan prosedur
terjadi di wilayah perkotaan, perdesaan dan untuk memperoleh layanan di IPWL ini diatur
daerah terpencil. Jenis NAPZA yang digunakan di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25
selain yang sudah terdaftar sebagai narkotika, Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor
juga jenis yang tidak terdaftar, seperti minuman Bagi Pecandu Narkotika. Peraturan Pemerintah
oplosan dan racikan-racikan dari berbagai zat tersebut merupakan implementasi Pasal 55,
yang dibuat sendiri penyalahguna. Korban Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
penyalahgunaan NAPZA sebagian besar tentang Narkotika. Asumsi yang mendasari PP
kelmpok usia produktif, berusia antara 15- 39 tersebut, bahwa seseorang yang melakukan
tahun. Kemudian, dilihat dari status sosial penyalahgunaan NAPZA pada dasarnya
ekonomi, korban penyalahgunan NAPZA, sebagai korban. Seseorang dapat menjadi
antara lain dari kalangan artis, oknum pejabat korban dari faktor internal atau dirinya sendiri
negara dan pemerintah, oknum anggota dewan (kepribadian) maupun dari faktor eksternal
dan oknum aparat negara lainnya. Distribusi atau keluarga dan sosial (Suradi, 2012;
NAPZA dengan berbagai cara, antara lain Spooner & Hetherington, 2004; Makoena,
dimasukkan ke perut (dalam bentuk kapsul), 2002; Ersogutcu & Karakas, 2016).
organ vital wanita, benda elektronik; dicampur
ke dalam aneka makanan dan minuman. Istitusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
Dampak penyalahgunaan NAPZA terhadap dimaksudkan memberikan layanan sosial,
kondisi kesehatan, mental dan sosial individu; terutama pada fungsi kuratif/rehabilitatif dan
dampak sosial ekonomi terhadap keluarga dan pengembangan bagi penerima manfaat layanan
masyarakat, serta negara. Penyalahguna atau korban NAPZA yang dilayani.
NAPZA berpotensi menularkan HIV/AIDS Sebagaimana di atur di dalam PP tersebut di
karena penggunaan jarum suntik yang tidak atas, IPWL tugasnya membantu kepulihan
stiril.. (Alkindi, 2016; Hidayat, 2016; Tracy, penerima manfaat layanan, sehingga nantinya
2016; Suradi, et. al, 2015; Anggraeni, 2015; penerima manfaat layanan tersebut mampu
Ahmadi, 2013; Amanda, Humaedi dan Santoso, reointegrasi dengan keluarga dan lingkungan
2013; Richardson, Wood & Kerr, 2013; Besral, sosialnya. Penerima manfaat layanan dapat
Utomo dan Zani, 2004). melaksanakan peranan dan tugas-tugas
sosialnya, baik di dalam keluarga, di sekolah,
Pemerintah telah menempuh berbagai di lingkungan kerja dan di lingkungan sosial
kebijakan strategis, baik yang bersifat yang lebih luas. Hasil akhir yang diharapkan
pencegahan, penindakan maupun rehabilitasi. atau outcome IPWL tersebut tentu akan banyak
Khusus bagi penyalahguna NAPZA, menghadapi hambatan dan tantangan, baik dari
Pemerintah menetapkan kebijakan, bahwa bagi individu, keluarga, lingkungan sosial dan
pengguna agar melaporkan diri kepada institusi lembaga layanan sosial sendiri. Berbagai
rehabilitasi sosial atau Istitusi Penerima Wajib variabel tersebut memerlukan pembahasan
Lapor (IPWL). Setelah seseorang melaporkan secara khusus dan mendalam, sehingga dapat
diri dan menjalani asesmen secara mendalam, diperoleh informasi dalam mengembangakan
serta telah memenuhi ketentuan, maka ia akan strategi yang tepat dan efektif dalam layanan
memperoleh layanan rehabilitasi medis, dan sosial bagi korban NAPZA.

314 Sosio Informa Vol. 4, No. 01, Januari - April, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial
Berkaitan dengan hasil atau outcome yang diketahui oleh lembaga rehabilitasi sosial
diharapkan, variabel penting yang perlu adalah kepuasan dari penerima manfaat
layanan itu sendiri. Kepuasan penerima layanan pada lembaga sosial. Artikel ini
manfaat layanan (pasian, penerima manfaat diharapkan memberikan bahan untuk
layanan, pelanggan) sangat penting untuk meningkatkan kualitas layanan, sehingga
dipertahakankan karena akan menguntungkan lembaga rehabilitasi sosial memperoleh citra
bagi keberlanjutan institusi layanan itu sendiri. yang baik, kepercayaan dan dukungan dari
Oleh akrena itu, layanan yang baik adalah penerima manfaat layanan, keluarga dan
layanan yang berpusat pada kepuasan masyarakat.
penerima manfaat layanan (Meilana, 2017;
Rahayuwati, Ermiati & Trisyani, 2016; PEMBAHASAN
Nugraheni, 2015; Bains, 2015; Suchanek &
1. Pendekatan Institusional-Based
Kralova, 2015; Sekandi. et. al. 2011).
Pembahasan mengenai institusional based
Artikel yang membahas kepuasan penerima mengarah pada layanan sosial atau layanan
manfaat layanan sudah banyak ditulis, dan kemanusiaan yang dilaksanakan melalui
dapat ditemukan pada publikasi nasional institusi atau organisasi. Istilah yang
maupun internsional. Dari berbagai literatur dikenal luas dalam sistem layanan sosial,
yang direview, konsep kepuasan dalam dunia yaitu Human Service Organization (HSO).
usaha dengan istilah “customer satisfacation” Netting (et. al, 2012), memberikan definisi
(Sharmin, 2012; Singh, 2006; Gaise & Cote, HSO as “the vast array of formal
2002; Anderson, Fornel & Rust, 1997); dan organizations that have as their stated
dalam dunia medis dengan istilah “patient purpose enhancement of the social,
satisfacation” (Ahenkan & Adjei, 2017; emotional, physical, and/or intellectual well
Puspita, 2017; Amola, 2015; Cong & Mai, being of some components of the
2014; Raheem. et. al, 2014), serta dalam population. ” Organisasi layanan manusia
layanan sosial dengan istilah “client diarahkan membantu masyarakat untuk
satisfaction” (FSU, tt; HACC, 2010). Tetapi meningkatkan kualitas hidup dan
dijumpai terjadi saling tukar penggunaan kesejahteraan secara sosial, emosional,
konsep customer, patient dan client dalam fisik dan atau intelektual.
membahas kepuasan penerima manfaat Pada konteks Indonesia, organisasi
layanan ini (lihat Bains, 2011, Alkha & layanan manusia diwujudkan dengan
Elnovrisa, 2007; WHO, 2000). nomenklatur panti atau balai layanan sosial
bagi lanjut usia, orang dengan kecacatan
Untuk keperluan penulisan artikel ini,
penulis mengadaptasi konsep-konsep kepuasan dan bagi anak dengan ketelantaran.
di berbagai area layanan. Hal ini dilakukan Sedangkan untuk koran penyalahgunaan
mengingat terbatasnya litertur yang spisifik NAPZA, dengan nomenklatur Institusi
membahas kepuasan penerima manfaat Penerima Wajib Lapor (IPWL). Tiga
layanan, terlebih kepuasan penerima manfaat institusi pemerintah yang mendapatkan
layanan korban penyalahgunaan NAPZA – mandat untuk mengelola IPWL, yaitu
pada publikasi nasional maupun iternasional. Kementerian Sosial, Kementerian
Konsep-konsep mengenai kepuasan tersebut Kesehatan dan Badan Narkotika Nasional.
dikategorisasi, sehingga sesuai dengan konteks Pada pratiknya, institusi pemerintah
dan tujuan penulisan artikel ini, yaitu tersebut di samping
menganalisis kepuasan penerima manfaat

Kepuasan Klien Terhadap Layanan Sosial di Lembaga Rehabilitasi Sosial


315 Korban
Penyalahgunaan NAPZA, Suradi
mengelola IPWL sendiri, juga membina penyalahguna NAPZA yang selanjutnya
lembaga layanan yang dikelola oleh disebut dengan korban atau penerima
masyarakat. Sehingga, ada IPWL Pusat, manfaat layanan. Di dalam Peraturan
IPWL Pemerintah Daerah (provinsi, Kemensos No 26 Tahun 2012 tentang
kabupaten/kota) dan IPWL masyarakat Standar Rehabiliatsi Sosial bagi Korban
untuk memberikan layanan medis dan atau NAPZA disebutkan, berbagai program dan
elayanan sosial. Berkenaan dengan status layanan yang disediakan oleh IPWL, yang
IPWL dan ruang lingkup elayanannya, harus diikuti atau diperoleh penerima
maka pada artikel ini dibatasi pada IPWL manfaat layanan, yaitu layanan kebutuhan
yang menyelenggarakan rehabilitasi sosial, dasar, kesehatan, konseling, bimbingan
siapapun yang menjadi pengelola sosial, bimbingan mental spiritual,
layanannya (Dit. RSKPN, 2015). bimbingan vokasional dan kewirausahaan,
resosialisasi/ reintegrasi dan bimbingan
Institusi Penerima Wajib Lapor
lanjut. Program dan layanan tersebut
(IPWL), dibentuk dalam rangka merespon
dilaksanakan oleh tenaga yang dibagi ke
perkembangan kasus dan korban
dalam tiga kelompok, yaitu tenaga
penyalahgunaan NAPZA yang cenderung
administrasi, tenaga teknis dan tenaga
meningkat dari tahun ke tahun.
penunjang. Setiap penerima manfaat
Pembentukan IPWL didasarkan pada
layanan secara individu diwajibkan
kondisi empiris, bahwa penjara tidak dapat
mengikuti semua program dan layanan
menyelesaikan masalah, karena sebagian
tersebut, sehingga tujuan rehabilitasi dapat
penyalahguna NAPZA lebih tepat disebut
dicapai sesuai dengan rencana yang telah
korban dari pada pecandu. Pendekatan
dibuat bersama antara pihak lembaga
penjara dengan menyatukan pengguna,
dengan pihak penerima manfaat layanan.
penjual/pengedar dan pembuat NAPZA
dalam satu ruang penjara, justru Kemudian, di dalam Peraturan Menteri
menimbulkan permasalahan baru. Maka Sosial No. 03 Tahun 2012 tentang Standar
pemerintah menempuh kebijakan dengan Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. Penyalahgunaan NAPZA disebutkan,
25 Tahun 2011 tentang Istitusi Penerima bahwa yang termasuk ke dalam tenaga
Wajib Lapor. teknis meliputi: pekerja sosial, kanselor
adiksi, dokter, psikolog, psikiater, tenaga
Pengguna secara mandiri atau dengan
medis, rohaniawan, instruktur keterampilan
keluarganya diberikan kesempatan untuk
dan tenaga kesejahteraan sosial. Dari tenaga
melaporkan diri sebagai pengguna ke
teknis tersebut, yang dapat dikatakan tenaga
IPWL. Setelah terdaftar, IPWL melakukan
profesional adalah pekerja sosial, psikolog
asesmen secara ketat dengan
dan psikiater. Mereka itu adalah tenaga
memperhatikan ketentuan hukum yang
tenaga yang menjadi penopang utama
berlaku. Untuk keperluaan tersebut, IPWL
proses rehabilitasi sosial di IPWL.
melibatkan profesional di bidang pekerjaan
Keberhasilan penerima manfaat layanan
sosial, psikolog dan psikiater. Hal ini
untuk mencapai kepulihan dan mampu
dilakukan untuk memastikan, bahwa
reintegrasi dengan keluarga dan lingkungan
pengguna NAPZA memenuhi syarat untuk
sosial, dipengaruhi oleh tenaga-tenaga
memperoleh rehabilitasi sosial di IPWL.
profesional tersebut.
Institusi Penerima Wajib Lapor
(IPWL) menyediakan layanan sosial bagi
316 Sosio Informa Vol. 4, No. 01, Januari - April, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial
Khusus berkenaan dengan pekerja dikonsepsikan sebagai suatu tingkat
sosial, masih ditemukan permasalahan di perasaan peneriman
lapangan. Masih ada perbedaan pemahaman manfaat layanan yang timbul sebagai akibat
pada penyelenggara dan pengelola IPWL dari kinerja layanan yang diperolehnya
mengenai siapa yang disebut dengan setelah membandingkannya dengan apa
pekerja sosial. Di dalam perspektif yang diharapkan (Pohan dalam Arifin,
pekerjaan sosial, yang disebut dengan Sumitri & Lestari, 2013; Hansemark and
pekerja sosial adalah seseorang yang Albinson in Angelova and Zekiri, 2011).
memiliki pengetahuan dan keterampilan Konsep kepuasan ini bersifat umum, dan
serta mematuhi etika dalam melakukan karenanya memberikan keleluasaan untuk
intervensi pekerjaan sosial. Seseorang merumuskan konsep yang lebih spesifik,
dimaksud memiliki pendidikan formal sesuai dengan konteks dan arena praktik
bidang pekerjaan sosial sekurang kurangnya layanan. Kata kuncinya adalah layanan,
setingkat sarjana. Sementara itu, dalam perasaan dan harapan.
perspektif praktisi sosial, pekerja sosial
Berdasarkan pemikiran di atas, bahwa
adalah seseorang yang telah memperoleh
secara konseptual kepuasan penerima
pelatihan mengenai pekerjaan sosial.
manfaat layanan di dalamnya meliputi
Seseorang dimaksud memiliki latar
unsur, yaitu: penyedia layanan, pengguna
pendidikan apapun di luar disiplin
layanan (sikap, reaksi emosional), barang
pekerjaan sosial (Suradi, et. al, 2015).
dan atau jasa sebagai bentuk layanan, serta
Perbedaan pemahaman tersebut cara bagaimana layanan tersebut diberikan.
berimplikasi pada tugas-tugas yang Penyedia layanan pada konteks ini adalah
seharusnya dilakukan oleh pekerja sosial lembaga rehabilitasi sosial atau IPWL,
dalam proses rehabilitasi. Sebagaimana siapapun yang mengelolanya; dan pengguna
dikemukakan oleh Sumarno (Suradi. et. al, layanan adalah korban penyalahgunaan
2015), bahwa pekerja sosial di IPWL yang NAPZA atau penerima manfaat layanan.
dikunjunginya belum memahami tugasnya Produk (barang dan jasa) adalah layanan
dengan benar. Oleh karena belum dan atau kegiatan-kegiatan yang
memahami tugasnya, maka pekerja sosial dilaksanakan di dalam IPWL. Cara-cara
mengerjakan tugas-tugas yang sebenarnya layanan diberikan berkaitan dengan
menjadi tugas tenaga kesejahteraan sosial metode, teknik-teknik dan pendekatan yang
atau tenaga penunjang. Seringkali terjadi digunakan ketika memberikan layanan
tumpang tindih antara tugas pekerja sosial kepada penerima manfaat layanan.
dengan kanselor adiksi.
Komponen atau unsur-unsur tersebut
2. Kepuasan Klien perlu dipahami dengan baik oleh pengelola
maupun stakeholders yang menjadi sistem
Pengertian kegiatan (action system) di dalam
Perdebatan mengenai konsep kepuasan rehabilitasi sosial. Hal ini dikarenakan
masih terjadi hingga kini, mengingat belum integrasi dari komponen tersebut
ada literatur yang menetapkan definisi berpengaruh langsung terhadap citra
kepuasan yang diterima secara umum lembaga atau organisasi. Citra lembaga
(Geise and Cote, 2002). Kepuasan rehabilitasi sosial (IPWL) yang baik, tentu
akan berimplikasi pada dukungan dari keberlanjutan aktivitas lembaga
masyarakat, dan akan mendukung

Kepuasan Klien Terhadap Layanan Sosial di Lembaga Rehabilitasi Sosial


317 Korban
Penyalahgunaan NAPZA, Suradi
(Bains, 2015; Suchánek & Kralova, 2015; effect on organization’s profitability. Much
Sekandi. et. al. 2011). empirical evidence also shows the positive
connection between customer satisfaction,
Alasan Mengetahui Kepuasan Klien loyalty and retention”. Lebih ditegaskan
Kepuasan penerima manfaat layanan oleh Nai (2011) “customer satisfaction is
terhadap layanan yang sudah diterima perlu the single most important issue affecting
diketahui oleh IPWL selaku pemberi organizational survival. It has the most
layanan. Hal ini dimaksudkan untuk important effect on customer retention and
memperoleh informasi apakah layanan in order to narrow it down, focus on
yang disediakan tersebut sudah tepat, dan customer service quality as one of the
sudah memberikan kepuasan pada customer satisfaction factors”. Kepuasan
penerima manfaat layanan. Atau penerima layanan merupakan satu satunya
sebaliknnya, layanan yang diberikan belum isu terpenting yang memengaruhi
tepat, dan belum memuaskan penerima kelangsungan hidup organisasi. Kepuasan
manfaat layanan. Jika situasi kedua yang pelanggan memiliki efek yang paling
terjadi, maka IPWL sebaiknya segera penting karena dapat mempertahankan atau
menempuh langkah-langkah pembaruan menurukan pelanggan. Maka fokus pada
secepatnya. Jika ketidakpuasan penerima kualitas layanan sebagai salah satu faktor
manfaat layanan berlarut-larut, maka akan untuk mencapai kepuasan pelanggan.
memberikan pengaruh negatif terhadap
eksistensi dan citra IPWL tersebut. Oleh Berbagai informasi tersebut penting
karena itu, identifikasi terhadap kepuasan untuk diketahui oleh pengelola IPWL, dan
penerima manfaat layanan akan semua pihak yang terlibat di dalam proses
memberikan landasan dasar dalam rehabilitasi sosial, sehingga dapat diperoleh
penjaminan mutu pelayanan. Pentingnya kesamaan persepsi. Ketika terjadi
mengukur kepuasan penerima manfaat kesamaan persepsi, maka tentu mudah
layanan perlu diartikulasikan dengan baik, untuk membangun sinergitas sumber daya
dan pengukuran dilakukan secara ekstensif yang tersedia di IPWL. Sehubungan
dalam rangka mempertahankan kualitas dengan itu, maka secara periodik IPWL
layanan (Wulandari, 2015; Sofaer and perlu menggali informasi terkait dengan
Firminger, 2005, Donabedian, 1980, Lin kepuasan penerima manfaat layanan.
and Kelly, 1995, Heidegger et al., 2006 in
Manfaat Kepuasan Klien
Gill and White, 2014).
Kepuasan penerima manfaat layanan
Kepuasan penerima manfaat layanan akan memberikan manfaat bagi sebuah
akan menentukan keberlangsungan lembaga rehablitasi sosial (IPWL). Manfaat
organisasi. Oleh karena itu, kepuasan tersebut pada jangka pendek mungkin saja
pelanggan hendaknya menjadi perhatian tidak memberikan keuntungan ekonomi
utama sebuah organisasi. Sebagaimana secara langsung. Tetapi untuk jangka
dikemukakan oleh Angelova dan Zakiri panjang, akan berdampak secara ekonomi
(2011) “customer satisfaction has a positive bagi IPWL. Kepuasan atau tidak kepuasan
penerima manfaat layanan tersebut bagi berusaha untuk mempertahankan kualitas
IPWL akan menjadi masukan yang sangat layanannya. Atau sebalinya, ketika
penting. Ketika penerima manfaat layanan penerima manfaat layanan tidak
mendapatkan kepuasan, maka IPWL akan

318 Sosio Informa Vol. 4, No. 01, Januari - April, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial
memperoleh kepuasan, maka IPWL dituntut keberpihakan kepada orang-orang yang
untuk meningkatkan kualitas pelayannya. tidak berkemampuan.
Oleh karena itu, informasi mengenai tingkat Langkah-langkah tersebut apabila
kepuasan penerima manfaat layanan atas semua dapat dilakukan, maka IPWL akan
layanan merupakan informasi yang sangat dapat dikelola secara berkelanjutan. Korban
penting diketahui oleh IPWL (Gill and penyalahgunaan NAPZA yang memerlukan
White, 2014; Beard, 2014). rehabilitasi sosial, akan menentukan sendiri
IPWL berdasar pada kepercayaan. Korban
Berdasarkan pembahasan di atas, bahwa
dan keluarganya percaya, bahwa IPWL
kepuasan penerima manfaat layanan itu
dapat memberikan layanan dan membantu
sangat penting untuk diketahui. Kepuasan
kepulihan dan reintegrasi sosial korban
dan ketidakpuasan penerima manfaat
dalam keluarga dan masyarakat. Maka
layanan atas layanan yang telah diterima
kemudian akan terbangun sebuah mata
akan berkaitan dan menentukan eksistensi
rantai yang tidak terputus, yaitu antara
dan keberlanjutan IPWL. Penerima manfaat
IPWL yang memberikan layanan yang
layanan yang merasa puas dengan layanan
berkualitas, kepuasan penerima manfaat
yang diterima, akan percaya kepada semua
layanan dan kepercayaan untuk
komponen yang ada pada IPWL, bahwa
menempatkan korban di dalam IPWL.
masalah yang dihadapinya dapat
selesaikan. Penerima manfaat layanan yang Faktor-faktor yang Memengaruhi
merasa percaya tentu akan merasa nyaman Kepuasan Klien
untuk dapat mengikuti setiap program dan
Kepuasan dipengaruhi oleh layanan
kegiatan yang diselenggarakan oleh IPWL.
yang baik dan berkualitas yang sediakan
Implikasi dari mengetahui manfaat oleh IPWL. Berdasarkan hasil penelitian
kepuasan penerima manfaat layanan, bahwa Syaparilwadi dan Wardhana (2015), bahwa
pengelola IPWL perlu menempuh langkah kualitas produk (jasa layanan) berpengaruh
langkah berikut: positif sebesar 58,9% terhadap kepuasan
pnerima manfaat. Kemudian hasil penelitian
1. Pengendalian atas kualitas kegiatan,
Erviana (2013) juga membuktikan, bahwa
layanan dan sarana prasarana dalam
proses rehabilitasi sosial. kualitas layanan berpengaruh positif
terhadap kepuasan peneriman manfaat di
2. Pemeliharaan kualitas dan
sebuah rumah sakit (berdasarkan uji t
profesionalitsme sumber daya manusia,
sehingga layanan yang diberikan dapat dengan skor 7,673 atau siginifikan).
dilaksanakaan secara profesional. Penelitian Sudaryanto (2016), memperkuat
penelitian sebelumnya, bahwa kualitas
3. Pengembangan metode dan teknik teknis
yang didukung dengan fasilitas dan layanan berpengaruh positif terhadap
teknologi modern. kepuasan penerima manfaat.
4. Pencitraan positif organisasi secara luas Berkaitan dengan layanan yang baik,
melalui layanan yang humanis, dan dikemukakan oleh Nugraheni (2015),
bahwa layanan yang baik pada akhirnya citra organisasi yang baik, maka segala
akan mampu meningkatkan image yang dilakukan oleh organisasi tersebut
organisasi, sehingga citra organisasi di akan dianggap baik pula oleh masyarakat.
mata masyarakat terus meningkat. Adanya

Kepuasan Klien Terhadap Layanan Sosial di Lembaga Rehabilitasi Sosial


319 Korban
Penyalahgunaan NAPZA, Suradi
Di dalam filosofi manajemen modern, Harun (2006), selain kualitas layanan, yang
kepuasan penerima manfaat sebagai menjadi faktor pendorong kepuasan
indikator kinerja utama setiap organisasi. penerima manfaat adalah citra organisasi
Sebagaimana dikemukakan oleh Gerson penyedia layanan. Kemudian Aditia dan
and Mihelis (Cengiz, 2010) “modern Suhaji (2012) menambahkan lagi dengan
management science’s philosophy considers biaya dan kemudahan untuk memperoleh
customer satisfaction as a baseline standard produk. Jadi dari pendampat tersebut,
of performance and a possible standard of diperoleh berbagai faktor yang dapat
excellence for any business organization. to menjadi pendorong penerima manfaat
reinforce customer orientation on a day memperoleh kepuasan.
today basis, a growing number of
Pendapat mengenai faktor-faktor
companies choose customer satisfaction as
pendorong kepuasan tersebut sudah
their main performance indicator.
dibuktikan pada beberapa penelitian.
Ada beberapa faktor yang menjadi Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo
pendorong (driver) pelanggan memperoleh (2013) membuktikan, bahwa ada hubungan
kepuasan atas layanan yang diterimanya. antara harga, kualitas layanan dan kepuasan
Menurut Zamazalova (Suchanek, et. al, penerima manfaat. Penelitian Aditia dan
2014) faktor-faktor kunci yang Suhaji (2012) membuktikan, bahwa kualitas
memengaruhi kepuasan penerima manfaat, produk, harga, kualitas layanan, emosional,
dan yang dapat digunakan untuk mengukur biaya dan kemudahan berhubungan dengan
kepuasan, yaitu (1) produk yang berkaitan kepuasan. Kedua penelitian tersebut dapat
dengan kualitas dan ketersediaan, (2) harga dijadikan dasar untuk mengambil langkah
yang berkaitan dengan kondisi pembayaran langkah guna menjadikan setiap penerima
yang nyaman dan lain-lain, (3) manfaat memperoleh kepuasan atas layanan
jasa/layanan, dan (4) distribusi dan citra yang telah diperolehnya.
produk. Kemudian, dikemukakan oleh
Berdasarkan pendapat dan hasil hasil
Zeithaml dan Bitner (Prandita dan Riani,
penelitian di atas, bahwa layanan
2013) dan Irawan (Aditia dan Suhaji,
merupakan satu dari beberapa faktor yang
2012), bahwa kepuasan penerima manfaat
menyebabkan penerima manfaat layanan
didorong oleh beberapa faktor, yaitu:
memperoleh kepuasan. Hal ini berarti,
kualitas produk, harga, kualitas layanan,
kepuasan kilen terhadap layanan yang
faktor pribadi dan faktor situasi.
diterima, belum dapat menggambarkan
Menciptakan kepuasan melalui kualitas
kepuasannya terhadap keseluruhan yang
produk, kualitas layanan, dan faktor
ada di IPWL. Pada konteks ini, maka untuk
pribadi merupakan upaya yang dilakukan
dapat mendeskripsikan kepuasan penerima
perusahaan untuk memaksimalkan
manfaat layanan, maka faktor-faktor
kepuasan konsumen. Ditambahkan oleh
tersebut hendaknya dijadikan dasar untuk
melakukan pengukuran. ukuran seberapa bagus tingkat layanan
yang diberikan mampu disesuaikan dengan
C. Mengukur Kepuasan Klien ekspektasi penerima manfaat layanan.
Menurut Lewis dan Booms yang Dengan demikian, ada dua faktor penting
dikutip dari oleh Tjiptono dan Chandra yang memengaruhi kualitas jasa/layanan,
(Amir, 2012), kualitas jasa merupakan

320 Sosio Informa Vol. 4, No. 01, Januari - April, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial
yakni (1) jasa yang diharapkan (expected seberapa puas mereka dengan produk atau
services), dan (2) jasa yang dirasakan jasa spesifik tertentu. Biasanya ada dua
(perceived services). Jika perceived service bagian dalam proses pengukurannya.
mampu melebihi expected services, maka Pertama, mengukur tingkat kepuasan
layanan dapat dikatakan telah memenuhi pelanggan terhadap produk atau jasa
kualitas yang ideal. Namun sebaliknya, jika perusahaan. Kedua, menilai dan
perceived services lebih kecil dari pada membandingkan dengan tingkat kepuasan
expected services, maka layanan dipandang pelanggan keseluruhan terhadap produk dan
negatif atau belum memenuhi standar jasa para pesaing.
kualitas yang ideal. 2. Dimensi Kepuasan Pelanggan (Customer
Pemikiran Lewis dan Booms tersebut Satisfaction)
menegaskan, bahwa secara periodik Berbagai penelitian memilah kepuasan
sebaiknya IPWL menghimpun informasi pelanggan kedalam komponen
yang berkenaan dengan expected services komponennya. Umumnya proses semacam
dan perceived services. Hal ini berarti, itu terdiri dari empat langkah. Pertama
bahwa IPWL secara periodik melakukan mengidentifikasikan dimensi-dimensi kunci
monitoirng dan evaluasi atas program yang kepuasan pelanggan, kedua, meminta
sudah dilaksanakan. Sejauhmana program pelanggan menilai produk dan jasa
sudah sesuai dengan harapan, dan juga perusahaan berdasarkan item-item spesifik
sejauhmana program tersebut dirasakan seperti kecepatan layanan atau keramahan
oleh penerima manfaat layanan. Implikasi staf yang melayani pelanggan. Ketiga,
dari keharusan dilakukan monitoring dan meminta pelanggan menilai produk atau
evaluasi ini, maka diperlukan dukungan jasa pesaing berdasarkan item-item spesifik
pembiayaan yang memadai. yang sama. Keempat, meminta para
pelanggan menentukan dimensi
Untuk mengukur kepuasan, tidak ada dimensi yang mana menurut mereka paling
satupun ukuran tunggal terbaik yang disepakati penting dalam menilai kepuasan pelanggan
secara universal. Meskipun demikian, di tengah keseluruhan.
beragamnya cara mengukur kepuasan, terdapat 3. Konfirmasi Harapan (Confirmation of
kesamaan paling tidak dalam enam konsep inti Expectations)
(Nurlinda, 2015): Dalam konsep ini, kepuasan tidak diukur
1. Kepuasan Pelanggan Keseluruhan (Overal langsung, namum disimpulkan berdasarkan
Customer Satisfaction) kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan
pelanggan dengan kinerja aktual produk
Cara yang paling sederhana untuk perusahaan.
mengukur kepuasan pelanggan adalah
4. Minat Pembelian Ulang (Repurchase Intern)
langsung menanyakan kepada pelanggan
Kepuasan pelanggan diukur secara lama (seperti mobil, broker rumah,
behavioral dengan jalan menanyakan komputer tur keliling dunia) kesediaan
apakah pelanggan akan berbelanja atau pelanggan untuk merekomendasikan
menggunakan jasa perusahaan lagi. produk kepada temanatau keluarganya
menjadi ukuran yang paling penting untuk
5. Kesediaan untuk Merekomendasi dianalisis dan ditindaklanjuti.
(Willingness to Recommend). Dalam kasus
produk yang pembelian ulangnya relatif

Kepuasan Klien Terhadap Layanan Sosial di Lembaga Rehabilitasi Sosial


321 Korban
Penyalahgunaan NAPZA, Suradi
6. Kesediaan untuk Merekomendasi tamu, dan lain-lain. Formulir tersebut diisi
(Willingness to Recommend) oleh pelanggan dengan keluhan-keluhan
Dalam kasus produk yang pembelian mereka sehingga pihak perusahaan dapat
ulangnya relatif lama (seperti mobil, broker mengetahui kesulitan-kesulitan yang
rumah, computer tur keliling dunia) dihadapi oleh pelanggan. Perusahaan dan
kesediaan pelanggan untuk dapat mengambil tindakan untuk mengatasi
merekomendasikan produk kepada teman masalahnya dan juga pelanggan diminta
atau keluarganya menjadi ukuran yang memberikan sarannya agar layanannya
paling penting untuk dianalisis dan akan menjadi lebih baik.
ditindaklanjuti. 2. Survei Kepuasan (Costumer Satisfaction
Survey)
7. Ketidakpuasan Pelanggan (Customer
Dissatisfaction) Melalui survei, perusahaan akan
memperoleh tanggapan dan umpan balik
Beberapa macam aspek yang sering
secara langsung dari pelanggan dan juga
telaah guna mengetahui ketidakpuasan
memberikan tanda positif bahwa
pelanggan, meliputi: komplain, retur atau
perusahaan menaruh perhatian terhadap
pengembalian produk, biaya garansi, recall,
pelanggannya. Pengukuran kepuasan
word of mounth negatif dan defectio.
melalui metode ini menurut Kotler, dapat
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
setiap organisasi untuk mengukur dan a. Directly Reported Satisfaction
memantau kepuasan. Philip Kotler (Nurlinda, Pengukuran dilakukan secara
2015) mengemukakan metode untuk mengukur langsung melalui pertanyaan seperti
kepuasan, yaitu 1) sistam keluhan dan saran; “ungkapan seberapa puas saudara
2) survei kepuasan; 3) pelanggaran bayangan; terhadap layanan sebuah rumah sakit
dan 4) analisis pelanggan yang berhenti. Dari pada skala: sangat tidakpuas, tidak puas,
keempat metode tersebut, sistem keluhan dan netral, puas dan sangat puas.
saran; dan survei kepuasan, memungkinkan b. Derived Dissatisfaction
digunakan untuk mengukur kepuasan penerima
Pertanyaan yang diajukan
manfaat layanan di IPWL.
menyangkut dua hal utama, yaitu
1. Sistem Keluhan dan Saran (Complaints and besarnya harapan pelanggan terhadap
Suggestions System) atribut tertentu dan besarnya kinerja
Perusahaan dapat menyediakan formulir yang mereka rasakan.
yang berisi keluhan dan saran yang dapat c. Problem Analysis
diisi disetiap pintu masuk, meja penerima Pelanggan yang dijadikan responden
diminta mengungkapkan dua hal pokok. derajat pentingnya setiap elemen
Pertama, masalahmasalah yang mereka tersebut. Selain itu responden juga
hadapi berkaitan dengan penawaran dari diminta merangking seberapa baik
perusahaan. Kedua, saran-saran untuk kinerja perusahaan dalam masing
melakukan perbaikan. masing elemen tersebut.
d. Importance performance analysis Dalam Metode pengukuran kepuasan
teknik ini, responden diminta untuk penerima manfaat yang ditawarkan oleh
merangking berbagai elemen atau Philip Kotler (Nurlinda, 2015) tersebut
atribut dari penawaran berdasarkan

322 Sosio Informa Vol. 4, No. 01, Januari - April, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial
merupakan alternatif, di di mana disediakan IPWL merupakan faktor utama
pengelola IPWL dapat salah satu yang memengaruhi kepuasan penerima
memilih cara yang sesuai. Berkaitan layanan. Untuk mengetahui apakah layanan
dengan itu, bagi pengelola IPWL IPWL sudah berkualitas, dan sudah
hendaknya memiliki kapasitas, memberikan kepuasan, dengan cara
sehingga mampu melakukan membandingkan antara layanan yang
pengukuran kepuasan penerima diharapkan dengan layanan yang dirasakan.
manfaat demi kemajuan dan Jika layanan yang dirasakan melebihi layanan
keberlanjutan organisasi. yang diharapkan, maka layanan tersebut telah
memenuhi kualitas dan akan memberikan
PENUTUP kupuasan bagi penerima manfaat.
Konsep tentang kepuasan klien terhadap UCAPAN TERIMA KASIH
layanan social, khususunya di lembaga Disampaikan terima kasih kepada rekan
rehabilitasi sosial korban Penyalahgunaan rekan peneliti, yang senantiasa memberikan
NAPZA hingga kini masih menjadi perdebatan, inspirasi melalui diskusi yang intensif tentang
mengingat belum ada literatur yang kebijakan dan program kesejahteraan sosial.
menetapkan definisi kepuasan yang diterima Terima kasih secara khusus disampaikan
secara umum. Kepuasan dikonsepsikan kepada jajaran pimpinan di Direktorat
sebagai suatu tingkat perasaan peneriman Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan
manfaat layanan, sebagai akibat dari kinerja Napza– Kementerian Sosial RI, yang telah
layanan yang diperoleh setelah memberikan ruang dan tempat, sehingga
membandingkan dengan yang diharapkan. penulis dapat menyampaikan pikiran-pikiran
Secara konseptual, kepuasan meliputi unsur: terkait dengan rehabilitasi sosial dan
penyedia layanan, pengguna layanan, barang reintegrasi bagi korban penayalahgunaan
dan atau jasa sebagai bentuk layanan, serta NAPZA.
cara bagaimana layanan tersebut diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Mengetahui kepuasan penerima manfaat
ini penting guna mengetahui sejauhmana Aditia, I dan Suhaji. (2012). Faktor-Faktor
layanan sudah tepat, dan memberikan kepuasan Yang Mempengaruhi Kepuasan
bagi penerima manfaat. Informasi mengenai Pelanggan Pada Ud Pandan Wangi
kepuasan penerima manfaat akan Semarang/ https://media. neliti. com/
memberikakan manfaat jangka panjang secara media/ publications/ 102771-id-faktor
ekonomi bagi IPWL. Kualitas layanan yang faktor-yang-mempengaruhi-kepuasan.
pdf [30/8/2017]. Penggunaan Narkoba pada Penghuni
Lembaga Pemasyarakatan Wanita
Ahenkan, A.A, and Adjei, K.A. (2017), Semarang Tahun 2012/2013”. Sains
Predictors of Patient Satisfaction With Medika, Vol. 5, N 34 o. 1, Januari- Juni
Quality of Healthcare in University 2013: 34-37
Hospitals in Ghana, http://www. jhpr.
ir/ DOI: 10. 15171/hpr. 2017. 03/Hosp Alkindi. H. M. (2016). Faktor Penyebab dan
Pract Res. 2017 Feb;2(1):9-14 [24/2/2- Dampak Penyalahgunaan NAPZA:
17]. Studi di Pondok Pesantren Al-Qodir
Yogyakarta (Skripsi. Universitas Islam
Ahmadi. N.H., Fitri, 1., dan Elly N.H. (2013). Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta).
“Hubungan Faktor Risiko dengan

Kepuasan Klien Terhadap Layanan Sosial di Lembaga Rehabilitasi Sosial


323 Korban
Penyalahgunaan NAPZA, Suradi
Amanda. M. P, Humaedi. S, dan Santoso. M. B. Customer Satisfaction with Service
(2017). “Penyalahgunaan Narkoba Di Quality Using American Customer
Kalangan Remaja”. Jurnal Penelitian & Satisfaction Model (ACSI Model)”,
PPM, Vol 4, No: 2 Hal: 129 - 389 Juli International Journal of Academic
2017. Research in Business and Social
Sciences October 2011, Vol. 1, No. 3
Amir, F. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang http://www.hrmars.com/admin/
Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan pics/381. pdf [1/2/2017].
Pada Pt. Hasjrat Abadi Di Makassar
(Skripsi)/ 634/http://repository. unhas. Anggreni. D. (2015). “Dampak Bagi Pengguna
ac. id/ Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
bitstream/handle/123456789/1174/ (NAPZA) di Kelurahan Gunung Kelua
skripsi%20lengkap%20feb%20 Samarinda Ulu”. Ejournal Sosiatri
-%20manajemen-0312%20-%20 Sosiologi, Volume 3, Nomor 3, 2015:
fachruzi%20amir. pdf? sequence=1 [9/2 37 – 51.
2017]. Arifin, M. Sumitri and Lestari, Y. (2013).
“Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap
Amole. B.B., Oyatoye. E.O., and Kuye. O.L. Terhadap Layanan Keperawatan”.
(2015). “Determinants of Patient Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol V,
Satisfaction on Service Quality No 2, September 2013.
Dimensions in the Nigeria Teaching
Hospitals”. Emi, Vol. 7, Issue 3, 1805- Azkha, N. dan Elnovriza, D. (2007). “Analisis
353x (Online) [10/2/2017]. Tingkat Kepuasan Penerima Manfaat
Layanan Terhadap Layanan Kesehatan
Anderson. E. W, Fornel. C and Rust. R. T, di Puskesmas dalam Wilayah Kota
(1997), “Customer Satisfacation, Padang Tahun 2006”. Jurnal Kesehatan
Productivity and Profitability: Masyarakat, September 2007, I (2).
Deffernet Between Goods and Service”
MARKETING SCIEN Vol 16, No 02, Bains, B. (2015). “Measuring Client
1997, 129-145. Satisfaction”. In Practice, April 2015,
Volume 37, 203-205.
Angelova. B. and Zekiri. S. (2011). “Measuring
Naval Science and Engineering, Vol. 6,
Beard, R. (2014). “Why Customer No. 2, 76-88. https://www.
Satisfacation Is Important”/ http:// blog. dho.edu.tr/sayfalar/02_akademik/
clientheartbeat.com/why-customer egitim_programlari/deniz_bilimleri_
satisfaction-is-important/diakses 28 enstitusu/dergi/044_emrah_cengiz. pdf
Januari 2016. [1/2/2017].
Besral, Utomo B., dan Zani, A.P. (2004). Cong, N.T, Nguye and Mai T.T. (2014).
“Potensi Penyebaran Hiv Dari “Service Quality and Its Impact on
Pengguna Napza Suntik Ke Masyarakat Patient Satisfaction: An Investigation in
Umum”. Makara, Kesehatan, Vol. 8, Vietnamese Public Hospitals”. Journal
No. 2, Desember 2004: 53-58. of Emerging Economies and Islamic
Cengiz, E. (2010). “Measuring Customer Research, Vol. 2 No. 1.
Satisfaction: Must Or Not?“. Journal of

324 Sosio Informa Vol. 4, No. 01, Januari - April, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial
Direktorat Rehabilitasi Sosial Korban
Penyalahgunaan NAPZA, Kementerian Giese, J.L., and Cote. J.A. (2002). Defining
Sosial RI. (2015). Data IPWL dan Consumer Satisfaction, Academy of
Target Tahun 2015. Jakarta: Dit. Marketing Science Review Volume
RSKN. 2000 No. 1 Available: http://www.
amsreview. org/articles/giese01-2000.
Ersogutcu, F., and Karakaş, S.A. (2016). pdf [24/2/2017].
Social Functioning and Self-Esteem of
Subtance Abuse Patients Volume 30, Gill, L., and White, L. (2009). A Critical
Issue 5, 2016, page 597-592/DOI: Review of Patient Satisfaction,
http:// Leadership in Health Services Vol. 22
dx.doi.org/10.1016/j.apnu.2016. No. 1, 2009 pp. 8-19. Emerald Group
03.007/http://www.psychiatricnursing. Publishing Limited 1751-1879, DOI 10.
org/ article/S0883-9417(16) 30004-8/ 1108/17511870910927994 [27/1/2017].
fulltext [10/12/2017]. Harun, H. (2006). Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan
Erviana, O. (2013). Pengaruh Kualitas
Layanan dan Kepercayaan Terhadap untuk Meningkatkan Loyalitas
Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Pelanggan Produk Telkom Flexi. Studi
Dr. Soewondo Kendal. (Skripsi: Jurusan Kasus PT. Telekomunikasi Indonesia
Manajemen Fakultas Ekonomi Kota Semarang (Tesis: Program Studi
Universitas Negeri Semarang). Magister Manajemen Program Pasca
Sarjana Universitas Diponegoro
Ferris State University (FSU), (tt); Client Semarang).
Satisfaction Survey, https://
ferris.edu/HTMLS/studentlife/ Hidayat, F. (2016). Dampak Sosial
PersonalCounseling/docs/Client Penyalahgunaan Narkoba pada
Satisfaction-Survey1. pdf [1/2/2018] Remaja di Kelurahan Kalabbirang
Kecamatan Pattallassangkabupaten
Takalar. Skripsi: Fakultas Dakwah dan University of Pretoria.
Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
Meilana, D. (2017). Pengaruh Kualitas
Home and Community Care (HCC). (2010). Layanan pada Kepuasan Pasien di
Quality of Life – Client Satisfaction Puskesmas Rawat Inap Tanjung Mas
Survey, Australia, The University of Makmur Kabupaten Mesuji Provinsi
Western Australia. http://ww2.health. Lampung. Skripsi: Fakultas Ekonomi
wa.gov.au/~/media/Files/Corporate/ dan Bisnis Universitas Lampung –
general%20documents/HACC/PDF/ Bandarlampung.
HACC_Client_Quality_of_Life_
Survey_2010. pdf [2/2/2018]. Nai, E.A.A. (2011). Effect of Customer Service
on Customer Satisfaction, A Case Study
Mokoena, T.L. (2012) The Social Factors of Fidelity Bank, Adum, Kumasi/
Influencing Adolescent Drug Abuse: A http://dspace.knust.edu.gh/bitstream/
Study of Inpatient Adolescents At 123456789/4232/1/ENYO’S%20
Magaliesoord Centre, Master of Arts In THESIS-COMPLETE%20PDF.pdf
Social Work Supervision Faculty of (31/1/ 2017).
Humanities Department of Social Work

Kepuasan Klien Terhadap Layanan Sosial di Lembaga Rehabilitasi Sosial


325 Korban
Penyalahgunaan NAPZA, Suradi
Netting, F.E. et.al. (2012). Social Work Macro
Practice. USA: Pearson Education Inc. Puspita. C. M, (2017). Gambaran Kepuasan
Pasien Rawat Jalan terhadap Layanan
Nugraheni, dan Arif, Z.A. (2015). “Analisis di Rumah Sakit Islam Jakarta, Sukapura
Kepuasan Masyarakat Terhadap (RSIJS) Tahun 2015, Jurnal Kedokteran
Layanan Publik Berdasarkan Indeks dan Kesehatan, Vol. 13, No. 1, Januari
Kepuasan Masyarakat di Kantor 2017.
Kecamatan Mungkid, Kabupaten
Magelang”, http:// Rahayuwati. L, Ermiati dan Trisy. M, (2016).
eprints.uny.ac.id/28393/ 1/skripsi. pdf “Efektifitas dan Kepuasan Pasien pada
[22/1/2016]. Layanan Keperawatan Maternitas di
RSHS Bandung”. JSK, Volume 2
Nurlinda, R.A. (2013). Pengaruh Customer Nomor 1 September, hal 20-25.
Satisfaction Strategy Terhadap
Peningkatan Kepuasan Konsumen/ Raheem, A.R., Nawaz, A., Fouzia, N., and
Http://Digilib. Esaunggul. Ac. Imamuddin, K. (2014). “Patients
Id/Public/ Satisfaction and Quality Health
Ueu-Journal-2218-R_A_Nurlinda. Pdf Services: An Investigation from Private
[26/7/2017]. Hospitals of Karachi, Pakistan”.
Research Journal of Recent Sciences
Prandita. L dan Iriani. S. S, (2013). Pengaruh Vol. 3(7), July, 34-38.
Kualitas Produk, Kualitas Layanan, dan Sekandi, J.N., et.al. (2011). “Patient
Emosional Terhadap Kepuasan Satisfaction With Services In Outpatient
Pelanggan Sogo Departemen Store/ Clinics At Mulago Hospital, Uganda”.
jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/ International Journal For Quality In
article/5215/56/article. pdf [28/8/2017]. Health Care, Volume 23, Number 5:
Pp. 516–523 10. 1093/Intqhc/Mzr040, Wales, Sydney,
Advance Access Publication: 19 July
2011 [2/8/2017]. Suchánek. P, dan Králová. M. (2015). Effect of
Customer Satisfaction on Company
Sharmin, W. (2012). Customer Satisfaction In Performance, Volume 63, Number 3,
Business: A Case Study of Moon Travel 2015 /http://dx. doi. org/10. 11118/
LTD (Thesis, Laurea University), Actaun201563031013 [27/8/2017].
Finland.
Sudaryanto, Y. (2016). Pengaruh Kualitas
Singh, H. (2006). UCTI Working Paper WP Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen
06-The Importance of Customer Satisfaction (Studi Kasus Pada Monumen Yogya
in Relation to Customer Loyalty and Kembali Yogyakarta)/ http://www.
Retention, UCTI Working Paper WP-06-06, amaypk. ac. id/ download/pengaruh_
Asia Pacific University College of Technology kualitas_layanan_terhadap_kepuasan_
& Innovation Technology Park Malaysia. konsumen. pdf [30/8/ 2017].

Spooner, C., and Hetherington, K. (2004). Syaparilwadi, Panzy., dan Wardhana, A.


Social Determinants of Drug Use, (2015). Pengaruh Kualitas Produk
Technical Report Number 228, Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada
National Drug and Alcohol Research
Centre. University of New South

326 Sosio Informa Vol. 4, No. 01, Januari - April, Tahun 2018. Kesejahteraan Sosial
Perusahaan Konveksi Fazry. https://
openlibrary.telkomuniversity.ac.id/.../
pengaruh-kualitas-produk-terhadap
kepu.. [30/8/2017].

Suradi. (2012). NAPZA: Permasalahan dan


Upaya Penanganannya, Jakarta: P3KS
Press Jakarta.

Suradi, et.al. (2015). Kapasitas Institusi


Penerima Wajib lapor dalam
Penanganan Korban Penyalahgunaan
NAPZA. Jakarta: P3KS press.

Tracy, N. (2016). Effect of Drug Addiction


Physical and Psychological/ https://
www.healthyplace.com/Addiction/
Drug-Addiction/effect-of-Drug
Addiction-Physical -And-Psychological
[10/12/2017].

Wibowo, (2013). Pengaruh Harga, Kualitas


Layanan dan Nilai Pelanggan Terhadap
Kepuasan Konsumen pada Rumah
Makan di Kota Purwokerto (Skripsi:
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang).

Wulandari, N. (2015). Hubungan Layanan


Keperawatan dengan Tingkat Kepuasan
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Ungaran Kabupaten
Semarang (Skripsi: Universitas Negeri
Semarang).

Kepuasan Klien Terhadap Layanan Sosial di Lembaga Rehabilitasi Sosial


327 Korban
Penyalahgunaan NAPZA, Suradi

You might also like