Professional Documents
Culture Documents
6
PENDAMPINGAN KELAYAN DI PANTI REHABILITASI KORBAN
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Abstract
Problem on drug abuses are still the thing that deliberated by the government and privat sector. The establisment
of institution for drug abusers rehabilitation, either by the government or privat sector as a proofof an effort done to
overcome the problem. Institutional and non-institutional based social rehabilitation designedpricipally to help clients
able to reduce its dependency and having social role.Social guides at rehabilitation institution having competency in
social work, espcially in adiction. The Ministry of Social Affairs prepares adiction social guides through recruitment to
answer the increasing need of drug abuse victims that must be rehabilitated. This study is an effort to analyse drug abuse
victims, that gradually able to reduce their dependency through rehabilitation. Social guides have a role as motivator
in every phase of rehabilitation. The role of social guides are so important to help victims reduce its dependency, bring
ex-victims back to their families and doing their social role well. Social guide competency is the most. The existance of
social guide is a must, even its special expertise competency in social guidance are yet adequate.
Abstrak
Permasalahan mengenai penyalahgunaan narkoba masih menjadi bahan pemikiran bagi pemerintah dan
swasta. Berdirinya panti rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba, baik milik pemerintah maupun swasta merupakan
bukti usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan
narkoba melalui sistem panti dan non panti, prinsipnya memiliki tujuan untuk membantu kelayan mampu mengurangi
ketergantungan dan dapat berperan secara sosial. Pendamping di panti rehabilitasi memiliki kompetensi pekerjaan sosial,
khususnya adiksi. Kementerian Sosial menyiapkan pendamping adiksi melalui rekruitmen dalam menjawab kebutuhan
makin meningkatnya korban penyalahgunaan narkoba yang harus direhabilitasi.Kajian ini berupaya menganalisa
permasalahan korban penyalahgunaan narkoba, yang bisa sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan melalui
rehabilitasi. Pedamping berperan sebagai motivator dalam menjalani tahap-tahap rehabilitasi.Peran pendamping
begitu penting membantu korban dalam mengurangi ketergantungan, mengembalikan korban ke lingkungan keluarga
dan menjalankan peran sosialdengan baik. Kompetensi pendamping merupakan sebuah keutamaan. Ketersediaan
pendamping dalam panti rehabilitasi korban narkoba merupakan sebuah keniscayaan, tetapi suplay skill khusus yang
berkompeten dalam pendampingan kurang memenuhi.
165
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 2, Agustus 2016, 165-176
166
Pendampingan Kelayan di Panti Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba (Ani Mardiyati dan Dwi Winarni)
ketentuan bahwa pengguna dan pecandu narkoba merokok, mereka yang sudah kecanduan akan
tidak lagi dikenai hukuman penjara. Mereka sulit sekali meninggalkan.Berbagai propaganda
dimasukan di panti rehabilitasi yang jumlahnya efek negatif merokok sudah dilakukan baik
tidak seimbang dengan jumlah pengguna dan dari lembaga kesehatan yang merupakan
pecandu. Kondisi tersebut berakibat kurang kepanjangan tangan pemerintah maupun oleh
maksimalnya proses rehabilitasi. Menteri Sosial, relawan-relawan yang peduli keselamatan orang
Kofifah menyatakan bahwa panti rehabilitasi banyak, namun mengapa makin banyak orang-
yang ada di Indonesia saat ini hanya mencukupi orang yang merokok? Jawaban sementara
delapan persen dari kebutuhan nasional. Jumlah dapat dikemukakan, karena penduduk semakin
105 panti rehabilitasi yang ada hanya dua yang bertambah serta belum adanya larangan merokok
dikelola Kementerian Sosial. Setiap panti rata-rata secara resmi dari pemerintah. Dengan kata lain
dihuni 180 pengguna dan tidak mampu tertangani pemerintahmasih memfasilitasi beredarnya rokok
konselor, seharusnya satu konselor mengkover di kalangan masyarakat.
10 pengguna, tetapi kenyataannya satu konselor Seperti dilansir harian Kompas, pada
menangani 45 klien/ kelayan (http://elshinta.com/ bulan Juni 2013,Polda Kepulauan Riau sita
news, 2015) 230.000 ekstasi. Jenis obat terlarang (sabu)
Kebutuhan tenaga pendampingan korban yang dibawa Bandar dari Hongkong, Malaysia,
penyalahgunaan narkoba di panti rehabilitasi dan India sebesar 928,5 gram melalui Bandar
begitu penting. Pendamping sosial termasuk Udara Juanda, Surabaya, Propinsi Jawa Timur.
konselor jumlahnya masih terbatas. Satu panti Pihak Bea Cukai Juanda telah menangani
terkadang hanya memiliki 2-3 pendamping itupun penyelundupan narkoba sebanyak tujuh
terdiri pendamping yang tidak bersertifikasi, kali(Kompas, 7 Juni 2013: 18).Berita tersebut
dasarnya hanya panggilan hati. Pendampingan menunjukkan Indonesia merupakan Negara yang
korban penyalahgunaan nakoba bukanlah terbuka dan rawan untuk sasaran peredaran obat-
pekerjaan mudah, sebab mereka (pendamping) obat terlarang (Narkoba). Permasalahan tersebut
harus beradaptasi dengan kebiasaan kelayan hingga saat ini belum ditemukan solusi, meskipun
yang diluar kewajaran. Para pengguna yang sebagian pengedar sudah ditindak tegas bahkan
mengalami ketergantungan berperilaku di dengan hukuman mati, namun tidak membuat
luar kewajaran jika datang masa ketagihan/ jera pengedar-pengedar lainnya. Masalah ini
kecanduan. Berangkat dari kondisi tersebut mesti menjadi pekerjaan rumah bagi pengemban
pemerintah sebagai penjamin kesejahteraan amanat bangsa pada khususnya dan masyarakat
masyarakat seyogyanya berupaya memenuhi pada umumnya.
kebutuhan pendampingan di panti rehabilitasi Penyebaran pengguna semakin
dengan rekruitmen tenaga pendamping dengan mengkhawatirkan, sebab sudah merambah ke
kompensasi yang memadai untuk menarik tenaga anak didik dari Sekolah Menengah Pertama
atau SDM yang dibutuhkan panti. Pada tahun (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang
2015 Kementerian Sosial sudah mulai memikirkan merupakan calon-calon pemimpin bangsa. Efek
hal tersebut dengan adanya rekruitmen tenaga negatif pengguna narkoba yang mempengaruhi
pendamping adiksi untuk pendampingan pada system saraf dan berhubungan dengan pikiran
korban penyalahgunaan narkoba. akan mengkhawatirkan bagi pemikir-pemikir
Pelaku pengedar dan pengkonsumsi yang diharapkan perannya bagi keberlanjutan
narkoba adalah pelanggar hukum, baik dari segi kehidupan bangsa.
norma agama maupun hukum negara. Manusia Hasil penelitian Elly Kuntjorowati dan
yang memiliki kecenderungan ingin menikmati Pranowo tahun 2014 dengan lokasi Sumatera
sesuatu yang dianggap menarik itulah yang Barat, Sulawesi Tenggara, dan Jawa Tengah
memungkinkan keterlibatan pengguna maupun bertujuan mengkaji peran masyarakat terhadap
pengedar obat- obat terlarang tersebut ada di bahaya narkoba. Penelitian ini melihat perlunya
berbagai lapisan masyarakat. Seperti kebiasaan pemberdayaan kelompok masyarakat dalam
167
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 2, Agustus 2016, 165-176
bentuk forum meliputi semua elemen termasuk lain masih minimnya relawan yang mau bekerja
PKK, untuk peduli dengan pencegahan menjadi pendamping. Mengingat pekerjaan
terhadap bahaya narkoba. Pemberdayaan pada pendamping dapat disejajarkan relawan, maka
masyarakat mengenai upaya penanggulangan untuk memotivasi perlu adanya kompensasi
penyalahgunaan narkoba dilakukan dengan (gaji/ honor) yang memadai agar penanganan
pelatihan ataupun simulasi oleh lembaga klien di panti rehabilitasi dapat efektif. Perlunya
pemerintah maupun swasta yang terdiri dari kajian untuk mengungkap bagaimana peran
Dinas Sosial Provinsi, Dinas Kesehatan, Badan pendamping korban penyalahgunaan narkoba di
Narkotika Nasional Provinsi, Kementerian panti rehabilitasi. Dalam rangka mengupas peran
Agama di Provinsi, Polda, dan LSM yang pendamping bagi korban penyalahgunaan narkoba
memiliki kepedulian terhadap penanggulangan ini, dilakukan kajian pustaka yang berupa konsep-
penyalahgunaan narkoba.Penelitian lainnya konsep maupun hasil penelitian yang berkait.
yang bertajuk penyalahgunaan narkoba dengan
B. METODE PENYAJIAN
judul “When Napza Lure Human Being” (“Ketika
Kajian ini berpijak dari permasalahan makin
Napza Menggoda Manusia”)dilakukan Sunit
banyaknya korban penyalahgunaan obat-obat
(2009) menunjukkan bagaimana pengaruh napza
terlarang (narkoba) yang masih menjadi sebuah
mengenaimanusia,cara memperolehnya,faktor
isu permasalahan sosial yang bersifat patologis
yang berpengaruh diantaranya kepribadian yang
dan belum ditemukan solusi yang tepat. Hal
labil, broken home dan pergaulan yang salah.
tersebut dapat dilihat dengan masih ditemukannya
Badan Narkoba Nasional (BNN) sudah
dan ditangkapnya pengedar maupun gembong
melakukan berbagai upaya penanganan masalah
narkoba yang menyediakan obat terlarang sebagai
narkoba, dari tindakan preventif hingga kuratif.
penyebab korban kecanduan.Ada pembeda antara
Salah satu upaya BNN adalah disusunnya
pengedar, gembong dengan korban. Pengedar
buku berjudul Pencegahan Penyalahgunaan
adalah mereka yang melakukan penjualan,
Narkoba, Apa Yang Bisa Anda Lakukan. Dilihat
gembong adalah produsen atau pemasok, dan
dari judul tersebut dapat diketahui bagaimana
korban adalah pemakai yang mengalami kecaduan
BNN sebagai lembaga pemerintah berupaya
atau ketergantungan. Gembong maupun pengedar
elakukan pencegahan agar penggunaan narkoba
menjadi masalah kriminal, sedangkan pemakai
tidak semakin menggerogoti generasi muda
menjadi korban. Masalah kriminal merupakan
kita yang merupakan modal pembangunan
wilayah hukum, sedangkan korban menjadi
bangsa. Disebutkan efek penggunaan narkoba
wilayah penanganan permasalahan sosial yang
dapat merusak jasmani, mental dan emosional
berkaitan dengan rehabilitasi.
(BNN, 2009:5).Korban penyalahgunaan narkoba
Tulisan mengenai Pendamping Pada Kela-
merupakan korban yang harus direhabilitasi.
yan di Panti Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan
Dalam rehabilitasi diperlukan adanya lembaga
Narkoba disajikan dengan metode studi pustaka
atau panti khusus dengan perangkatnya baik
atau dokumen. Data atau hasil yang disajikan
berupa SDM (tenaga medis, pekerja sosial yang
berasal dari hasil penelitian yang sudah
meliputi psikister atau psikolog, tenaga teknis yang
dipublikasikan sebagai karya tulis ilmiah baik
merawat atau melayani kebutuhan fisik sehari-
berupa buku maupun jurnal. Untuk memperkaya
hari bagi klien dan pekerja sosial yang menjadi
analisis dilengkapi isu-isu yang berkaitan dengan
pendamping klien dengan keahlian tertentu.
korban penyalahgunaan narkoba dengan contoh
Makin meningkatnya jumlah korban
kasus-kasus yang berkaitan dengan penanganan
penyalahgunaanobat terlarang, panti rehabilitasi
korban baik yang berasal dari media cetak
semakin diperlukan. Yang tidak kalah pentingnya
maupun media elektronik lainnya seperti televisi
yaitu kebutuhan akan pendamping. Rasio
dan radio. Penyajian data secara naratif dengan
pendamping dengan jumlah klien yang ideal
analisa kualitatif, yaitu memberikan pemaknaan
ialah 1 : 10, akan tetapi hal tersebut belum
terhadap fenomena ataupun permasalahan
dapat dipenuhi. Ada beberapa penyebab antara
yang berkaitan dengan penanganan korban
168
Pendampingan Kelayan di Panti Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba (Ani Mardiyati dan Dwi Winarni)
169
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 2, Agustus 2016, 165-176
mengurangi kebutuhan akan obat terlarang kesenangan semu. Korban ketergantungan obat
tersebut. Apabila kebutuhannya sudah dapat terlarang (narkoba) cenderung tidak produktif baik
dikurangi secara berangsur-angsur dan sudah dalam berfikir maupun bekerja.
tidak mengalami ‘sakau’, maka baru dilakukan Sejarah Penyebaran pengguna narkoba dan
rehabilitasi secara psikis oleh tim psikiater. Proses Upaya penanggulangan.
penanganan ketergantungan narkoba panjang
Penggunaan sejenis narkoba merupakan
dan memerlukan biaya yang mahal. Bagi korban
semacam adat atau kebiasaan sejak dahulu
dari keluarga mampu tidak begitu masalah, namun
kala. Masyarakat suku tertentu seperti Dayak
bagaimana untuk mereka yang tidak mampu?
misalnya, mereka yang masih tinggal di
Berbagai upaya pencegahan dan
pedalaman ada kebiasaan minum tuak terutama
penanganan permasalahan narkoba sudah banyak
setiap ada perhelatan. Tamu yang hadir dijamu
dilakukan berbagai pihak, baik swasta maupun
tuak yang menyebabkan “mabok”. Bagi mereka,
pemerintah namun jumlah pengguna narkoba
tamu yang menghargai tuan rumah adalah yang
masih merebak. Subagyo Partodiharjo (2010)
bersedia menikmati hidangan yang disajikan.
dalam buku yang berjudul‘ Kenali Narkoba dan
Jadinya hampir setiap ada perhelatan pasti
musuhi Penyalahgunaanya menyebut bahwa;
terjadi acara ‘mabok’ bersama. Tamu yang
“kita telah kalah perang melawan narkoba.
Buktinya, jumlah dan kualitas penyalahgunaan tidak mau menikmati tuak, harus bisa mengelak
narkoba semakin meningkat. Dampak dengan alasan yang bisa mereka terima,
buruk penyalahunaannya pun semakin misalnya mengaku punya penyakit tertentu.
menyengsarakan.”
Sejarah pemakaian obat-obat yang
Kita maknai apa yang dinyatakan Dr. disalahgunakan sudah mendunia sejak jaman
Subagyo Partodiharjo, jumlah tentara yang dahulu. Bukti-bukti arkeologis dari Siprus, Kreta
melawan pasukan narkoba kalah banyak. Lagi pula dan Yunani memperlihatkan, bahwa salah satu
musuh target tidak terlihat secara jelas. Mungkin jenis narkoba yaitu Opium kemungkinan besar
belum menemukan jenis senjata dan strategi yang telah digunakan untuk upacara ritual sekitar tahun
tepat untuk melawan narkoba. Pekerjaan rumah 2000 Sebelum Masehi (SM). Penggunaannya
bagi bangsa Indonesia tercinta ini untuk mencari dalam bidang pengobatan juga sudah sejak
bibit-bibit pemimpin bangsa yang tidak tersentuh lama digunakan. Menurut McKinlay dan Piggott,
narkoba dan sejenisnya.Dapat dibayangkan narkoba (drugs) juga diketahui digunakan
seandainya negara ini dipimpin orang-orang yang untuk tujuan sosial seperti upacara seremonial
akalnya sudah tidak sempurna dengan kata lain atau dalam pertemuan-pertemuan (Chattarjee,
sering mabuk dan sakau, dapat dipastikan negara 1981:3-4, dalam Santoso dan Silalahi).
akan terombang- ambing. Penelitian mengenai awal mula penggunaan
Perilaku yang normatif seseorang yang narkoba dilakukan para ahli dunia seperti Blum
tidak menjadi korban penyalahgunaan obat and Associated, Chopra, Chronicler Santillan,
terlarang (narkoba) dengan kemampuan dan Vceroy Francisco de Toledo serta Kritikos dan
kesadarannya mampu meberikan peran sosialnya Papandaki mengungkapkan bahwa narkoba
yang positif bagi dirinya dan masyarakat telah digunakan dalam kehidupan sosial
sekitarnya. Korban penyalahgunaan obat serta pengobatan berabad-abad lalu di Peru,
terlarang melakukan perilaku menyimpang, Yunani hingga negeri-negeri jajahan di Asia
sebab dengan mengkonsumsi narkoba ia akan maupun Afrika serta Amerika (Chattarjee,
menjadi ketergantungan yang semakin kuat Ibid). Satu yang penting dicatat bahwa, sejak
dan hal tersebut menjadikan orang tersebut lama, sejarah obat-obatan tadi berkaitan erat
memiliki perilaku tidak normatif. Sikap korban dengan penyalahgunaan. Jika penggunaan
penyalahgunaan narkoba dikatakan tidak normatif narkoba, seperti sedikit diuraikan di atas,telah
karena mereka dapat digolongkan sebagai orang berlangsung sejak lama, maka upaya berbagai
yang malas, ingin lepas dari masalah dengan bangsa untuk menanggulanginya sebenarnya
170
Pendampingan Kelayan di Panti Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba (Ani Mardiyati dan Dwi Winarni)
171
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 2, Agustus 2016, 165-176
Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun sial berperan sebagai konselor. Mengacu pada
1976 yang bersifat kerjasama internasional Undang-undang Nomor 11 tahun 2009, pekerja
dan berbagai peraturan yang berhubungan sosial profesional adalah seseorang yang bek-
serta aspek-aspek historis yang berkait dengan erja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta
kehadiran Undang-Undang tentang Narkotika yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan
tersebut (Soedjono Dirdjosisworo, 1990: hal sosial, dan kepedulian dalam praktik pekerjaan
v).Upaya payung hukum untuk menangani sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelati-
korban penyalahgunaannarkoba sudah dimulai han, atau pengalaman praktek pekerjaan sosial
sejak 1997, dengan ditetapkannya Perundang- untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan
undangan yang berkaitan dengan Narkotika dan penanganan masalah sosial.
psikotropika. Kekuatan hukum yang mengatur Peran pendamping dalam rehabilitasi sosial
mengenai obat terlarang Narkotika dan korban penyalahgunaan narkoba sebagai konselor
Psikotropika tersebut untuk membuat regulasi di samping sebagai fasilitator maupun mediator.
bagi pemerintah dalam penanggulangan dan Pendamping sebagai fasilitator, mediator maupun
pencegahan terhadap penyalahgunaan Narkotika konselor melakukan pendampingan pada klien
dan Psikotropika. Pemerintah membuat regulasi sesuai standar pelayanan. Korban penyalahgunaan
melalui Undang- Undang Republik Indonesia narkoba memerlukan pendampingan baik secara
Nomor 35 tahun 2009 Tentang Narkotika dan psikologis maupun sosial. Pendamping memiliki
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 peran sebagai motivator yang mampu memberikan
tahun 1997 Tentang Psikotropika.Penegakan pesan positif bagi korban penyalahgunaan narkoba
hukum bagi yang terlibat baik pengedar, untuk memiliki hidup yang positif, memiliki harapan
pengguna maupun produsen sudah mulai kedepan menjadi anggota masyarakat yang dapat
dilaksanakan. Pemerintahan Indonesia sudah berperan secara normatif di lingkungan sosialnya.
menerapkan hukuman mati bagi gembong dan Kompetensi tenaga pendamping dalam panti
orang-orang yang tertangkap basah membawa dapat diuraikan berdasarkan tugas pokok, fungsi,
narkoba dalam jumlah besar ke Indoenesia. dan peran pendamping. Menteri Sosial dalam
Hukuman mati tersebut menjadi perdebatan seminar internasional Hari Pekerja Sosial Sedunia
panas beberapa bulan di tahun 2015 ini. Ditengah di Jakarta menyatakan bahwa kemampuan
perdebatan panas secara Internasional, profesional pekerja sosial dalam penyelenggaraan
hukuman mati tetap dilaksanakan.Upaya kesejahteraan sosial oleh pemerintah dan
pemerintah dalam menangani permasalahan masyarakat harus ditingkatkan dari segi kualitas.
narkoba yaitu dengan dicanangkan rehabilitasi “Semakin kompleks tantangannya sehingga
sosial bagi 10.000 korban penyalahgunaan dibutuhkan pendidikan dan sertifikasi profesi”
Napza (narkotika, psikotropika, dan zat (www.satuharapan.com, 2015).
adiktif) pada 31 Januari 2015 oleh Menteri Kompetensi pendamping memiliki tiga
Sosial, sebagai bagian dari program nasional dimensi yaitu pengetahuan (knowledge),
penanggulangan narkoba. keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitude and
value). Seorang pendamping dituntut memiliki
Peran Pendamping Korban Penyalahgunaan
Narkoba di Panti Re-habilitasi. bekal pengetahuan yang memadai, menguasai
keterampilan dan teknik pendampingan. Peran
Proses rehabilitasi korban penyalahgunaan pendamping sebagai fasilitator penting dalam
narkoba dilakukan karena klien tidak bisa menye- pendampingan gangguan psikososial termasuk
lesaikan masalahnya sendiri. Peran Pekerja Sosial korban penyalahgunaan narkoba. Pendamping
dalam mendampingi dan membantu kelayan san- yang bekerja di panti adalah tenaga fungsional yang
gatlah penting. Pendamping yang bertugas dalam memiliki kompetensi pekerjaan sosial. Menururt
rehabilitasi secara standar memiliki tugas-tugas Edi Suharto (2006), pendamping sosial adalah
sebagai pendamping sosial. Pendamping Sosial seseorang yang bertugas untuk mendampingi
disebut juga pekerja sosial dalam rehabilitasi so- masyarakat yag tidak berdaya karena hambatan
172
Pendampingan Kelayan di Panti Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba (Ani Mardiyati dan Dwi Winarni)
internal dan eksternal. Pendamping sebagai tenaga untuk mampu membantu masyarakat dalam
fungsional yang sudah terlatih melalui pendidikan mengakses sumber-sumber yang dibutuhkan.
memiliki sertifikasi kompetensi pendampingan. Peran utamanya pendamping adalah sebagai
Tidak banyak jumlah pendamping yang sesuai motivator. Sebagai motivator perannya sebatas
dengan kompetensinya yang sudah memiliki mendorong kelayan dalam mengakses sumber-
sertifikat. Karena keterbatasannya sebagian sumber, melakukan interaksi sosial sehingga dapat
panti sosial memperkerjakan pendamping yang mencapai keberfungsian sosial secara memadai.
bukan profesi, akan tetapi merupakan tenaga Pendampingan pada korban penyalah-
relawan yang bersedia membantu kelayan untuk gunaan narkoba dilakukan melalui konseling
mengatasi permasalahannya. dengan motivasi pada kelayan. Diperlukan
Tenaga pendamping yang bekerja di panti- keterampilan seorang pendamping dalam
panti rehabilitasi sosial pada prinsipnya didasarkan melakukan motivasi pada kelayan yang merupakan
pada kompetensi. Mereka adalah yang memiliki korban ketergantungan obat terlarang. Mereka
keahlian dibidang pekerjaan sosial (social work). para pecandu mengalami distorsi kepribadian
Morales dan Sheafor (dalam Dwi Heru Sukoco, sehingga mereka akan mengalami kelemahan
2005), menguraikan pekerjaan sosial yang bisa dalam keberfungsian sosialnya. Penyalahgunaan
dikonotasikan sebagai pertolongan, diuraikan Napza merupakan salah satu wujud kelemahan
dalam empat hal antara lain; (1) berkepentingan logika seseorang dengan tanpa menyadari akibat
untuk memberikan fasilitas agar terjadi perubahan buruknya. Dampak adiktif secara medis berupa
yang direncanakan, (2) berusaha membantu kelainan paru, gangguan fungsi liver, hepatitis dan
orang atau institusi sosial (keluarga, kelompok, penularan HIV-AIDS. Disamping itu dampak psikis
organisasi, dan komuniti) dalam memperbaiki dan juga menjadi ancaman bagi korban ketergantungan
menangani kefungsian sosial (social funcioning), narkoba (Sunit, 2014: 237- 238).
(3) membantu orang agar dapat berinteraksi Kecanduan atau ketergantungan dapat
secara lebih efektif dengan llingkungan sosialnya, digolongkan sebagai penyimpangan, karena
(4) pekerja sosial dituntut mampu membantu terus menerus dilakukan maka efek obat yang
masyarakat untuk memperoleh sumber-sumber menyebabkan kecanduan tidak dihiraukan
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan sehingga membuat keadaan korban menjadi
memperbaiki fungsi sosialnya. semakin parah. Sayangnya para korban kecanduan
Pendamping Sosial bertugas menciptakan pada umumnya dimasukan ke panti rehabilitasi
interaksi dinamis pada pihak yang didampingi setelah ketahuan dan kondisinya sudah parah.
(Edi Suharto, 2006). Pendamping sosial dalam Pihak pertama yang berkompeten dalam penangan
melaksanakan perannya sesuai prinsip-prinsip kecanduan adalah medis, kemudian setelah
pekerjaan sosial yaitu membantu orang agar korban agak bisa diajak berkomunikasi disinilah
dapat menolong dirinya sendiri. Berkait dengan peran pendamping sebagai motivator baru mulai
pendampingan pada korban penyalahgunaan berjalan. Penelitian yang dilakukan Kurniawati
narkoba, seorang pendamping memberikan (2014) menyimpulkan bahwa dalam rehabilitasi,
motivasi agar kelayan dapat menolong dirinya pendamping membantu residen (klien) untuk
sendiri untuk menemukan jatidiri yang normatif. kembali berfungsi sosial serta bermanfaat bagi
Tugas pendamping melakukan motivasi untuk masyarakat. Pendamping rehabilitasi dilakukan
membantu korban ketergantungan untuk oleh pekerja sosial yang bertugas dipanti, dengan
membebaskan diri dari jeratan narkoba.Tugas menggacu standar pelayanan antara lain berupa
dan tanggung jawab pendamping sosial begitu pendekatan awal, pengungkapan dan pemahaman
kompleks, dari bentuk pertolongan hingga masalah (asessment), penyusunan rencana
perubahan. Mulai dari individu, institusi terkecil pemecahan masalah, resosilisasi dan terminasi.
yaitu keluarga hingga masyarakat luas peran Menyembuhkan pecandu narkoba bukanlah
pendamping diperlukan untuk menangani hal yang mudah dilakukan. Dibutuhkan motivasi
keberfungsian sosial. Tuntutan bagi pendamping
atau dorongan dari dalam diri pecandu itu sendiri,
173
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 2, Agustus 2016, 165-176
serta dari orang lain merupakan cara yang efektif pendamping sebagai motivator sangat diperlukan
dalam menyembuhkan pecandu narkoba.Cara bagi korban kecanduan narkoba.
pendamping dalam mendampingi kelayan korban Fungsi pendamping sosial antara lain
penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan antara sebagai motivator (pemberi motivasi), sebagai
lain; (1) terus menerus memberikan motivasi pada penguat kapasitas masyarakat atau kelayan,
pecandu untuk sembuh dari kecanduannya, (2) sebagai pelindung yang berkait dengan interaksi
menyampaikan kisah-kisah pecandu lain yang pendamping dengan lembaga lain dalam menjalin
telah berhasil lepas dari kecanduan, (3) memberi jaringan untuk kepentingan dampingannya,
motivasi mengenai peluang hidup yang lebih baik, dan fungsi supporting yang mengacu pada
(4) motivasi dan kasih sayang dari keluarga, (5) aplikasi keterampilan praktis yang mendukung
motivasi dengan mendekatkan diri pecandu pada terjadinya perubahan positif pada dampingannya.
Tuhan, (6) motivasi untuk menjadi lebih baik, Permasalahan korban penyalahgunaan narkoba
dan (7) motivasi pada pecandu bahwa ia bisa memerlukan penanganan yang benar-benar
melaukannya dan lepas dari kecanduan narkoba jeli, dengan menganalisa permasalahan melalui
yang dialaminya. Menyembuhkan pecandu perspektif pribadi/ individu sebagai makluk sosial
narkoba bisa efektif jika dilakukandengan motivasi diharapkan dapat menemukan solusi yang tepat.
(http://www.binauralbeats). Pendamping yang Perlu melakukan pendekatan kesejahteraan, yaitu
berperan sebagai konselor /motivator, fasilitator dengan tujuan bagaimana upaya mengentaskan
sifatnya berupaya membantu mendampingi para korban penyalahgunaan narkoba dari
kelayan dalam mengentaskan dirinya dari permasalahan yang semakin kompleks.
ketergantungan, jadi bukan satu-satunya pihak Pendekatan sosial, yaitu melihat korban
yang harus bertanggungjawab atas berhasil penyalahgunaan narkoba sebagai individu
tidaknya proses rehabilitasi. Pendamping yang memerlukan lingkungan dan hidup dalam
bekerja sesuai standar rehabilitasi, akan tetapi sebuah komunitas. Dalam kehidupan sosial,
keberhasilan masih dominan dengan niat kelayan mereka memerlukan lingkungan yang bisa
sendiri. Apabila kelayan memiliki motivasi diri memahami dirinya. Untuk menghindari timbulnya
untuk sembuh maka pendampingan akan berjalan permasalahan yang semakin kompleks,
lancar mengantarkan korban bebas dari jeratan maka perlu pendampingan bagi para korban
narkoba. Sebagai pendamping tetap berupaya penyalahgunaan narkoba. Tindakan persuasif
membantu kelayan untuk bangkit. Akhir kata “Apa dengan penangkapan yang dilakukan pihak
yang Bisa Anda Lakukan” merupakan semboyan berwajib perlu dikoordinasikan dengan bagian
Badan Narkotika Nasional yang menggambarkan rehabilitasi. Menghukum dengan memasukan
dorongan dalam mengatasi masalah narkoba penjara bagi korban kecanduan bukan solusi
sekecil apapun hasilnya, tetap harus dilakukan. yang tepat. Rehabilitasi dengan pendampingan
hingga saat ini masih merupakan langkah yang
D. SIMPULAN diandalkan dalam upaya membantu para pecandu
Permasalahan korban penyalahgunaan untuk mengurangi ketergantungan dengan obat
narkoba dari perspektif sosial, mengedepankan terlarang tersebut.
pentingnya peran pendamping yang mengawal para Perlu dilakukan pendekatan individu secara
korban untuk mengurangi ketergantungannya. psikologis dalam melakukan pendampingan.
Pendamping sangat dibutuhkan disetiap panti Mereka memiliki keluarga dan lingkungan
rehabilitasi. Kenyataan menunjukkan panti-panti masyarakat dengan tatanan dan nilai kehidupan
rehabilitasi di Indonesia memiliki kekurangan yang normatif. Bagi para pecandu yang sudah
proporsi pendamping dengan jumlah kelayan. menjadi korban ketergantungan memiliki
Dengan keadaan keterbatasan ini, pendamping komunitas tersendiri yang agak menyimpang dari
akan bekerja keras mencurahkan tenaga dan tatanan umum di masyarakat. Oleh karena itu
fikirannya untuk terus dengan sekuat tenaga panti rehabilitasi dengan pendampingannya perlu
berupaya mendampingi para kelayan. Peran menyiapkan kliennya untuk siap masuk kembali
174
Pendampingan Kelayan di Panti Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba (Ani Mardiyati dan Dwi Winarni)
pada lingkungan yang berbeda dengan ketika _______. (2008).Pedoman Pelaksanaan Unit Pelayanan
mereka megalami ketergantungan narkoba. Sosial Keliling Bagi Korban Penyalahgunaan
Pemberian motivasi pada klien merupakan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif
langkah yang paling utama. Lainnya. Jakarta: Dirjend Yanrehsos Korban
Penyalahgunaan Napza.
Perlu dikaji alasan mereka terjerumus dalam
_______. (2009). Pedoman Rehabilitasi Sosial
“lembah hitam” tersebut. Mereka membentuk suatu
Berbasis Masyarakat (RBM) Bagi
komunitas dengan kebiasaan yang dapat berbeda
PenyalahgunaanNapza. Jakarta: Dirjen
dengan sebelum mengalami ketergantungan.
Yanrehsos Departemen Sosial RI.
Perlu bagi pihak yang menangani permasalahan
Dwi Yani L. (2001). Narkoba, Pencegahan dan
korban penyalahgunaan obat terlarang Penanganannya. Jakarta: pt Elex Media
memahami nilai-nilai dan sikap, dengan tujuan Komputindo Kelompok Gramedia.
dapat menemukan cara yang tepat mengatasi Edi Suharto. (2006). Membangun Masyarakat
masalah, lebih baik lagi dapat mengembalikan Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika
mereka dalam kehidupan normatif dan dapat Aditama.
memerankan fungsi sosialnya dengan baik. Fachril, Yuanita. (2007). Narkoba, Mengenal Untuk
Pemerintah daerah, Kementerian Sosial melalui Menangkal . Bandung : CV. Sarana Penunjang
Dinas Sosial, serta dinas kesehatan bekerjasama Pendidikan.
secara terpadu menangani permasalahan korban Fitria Kurniawati. (2014). Standar Pelayanan Pekerja
Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan
penyalahgunaan narkoba. Perlakuan manusiawi
NAPZA Di Panti Pamardi Putra. Skripsi.
dan mengembalikan kepribadian yang normatif
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas
merupakan pekerjaan yang harus disikapi dengan
Islam Negeri Yogyakarta.
baik meskipun bukan pekerjaan mudah.
Kuntjorowati, Elly dan Pranowo. (2014). Kelompok
Diucapkan terimakasih kepada semua
Masyarakat Pedui Penanggulangan Korban
pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Penyalahgunaan Narkoba. Yogyakarta:
penelitian, hingga tersusun naskah ini. B2P3KS PRESS.
Nurdin Widodo, dkk. (2010). Studi Kebijakan
Pengembangan Kegiatan Satuan Bakti
PUSTAKA ACUAN Pekerja Sosial di Panti Sosial Masyarakat.
Jakarta: P3KS Press.
Badan Narkotika Nasional RI. (2009). Pencegahan Petra W. B. Prakosa Jurnal Psikologi Volume 32, No. 2,
Penyalahgunaan Narkoba Sejak Usia 61-73 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Dini. Edisi ke 2. Jakarta: Badan Narkotika Mada ISSN: 0215-8884
Nasional. Subagyo Partodiharjo. (2010). Kenali Narkoba dan
_______. (2009). Pencegahan Penyalahgunaan musuhi Penyalahgunaanya. Jakarta: Efisien.
Narkoba Apa yang Bisa Anda Lakukan. Soedjono Dirdjosisworo. (1990). Hukum Narkotika
Jakarta: Badan Narkotika Nasional R I. Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Bahransyaf, Daud etc. (2010). Ujicoba Model Rehabilitasi Soeprapto Hadi. (2002).Penelitian Profil Institusi
Berbasis Masyarakat Dalam Penanggulangan Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial Bagi
Penyalahgunaan Napza. Yogyakarta: B2P3KS Penyalahgunaan Narkotika Psikotropika
Press. dan Zat Adiktif (Napza).https://books.google.
Departemen Sosial RI Direktorat Pelayanan dan co.id.
Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Sunit Agus Tri Cahyono. (2009). When Napza Lure
Napza. (2007). Pedoman Perlindungan dan Human Being. Yogyakarta: B2P3KS PRESS.
Advokasi Sosial Bagi Korban Penyalahgunaan --------------- (2014). “Kuasa Napza Atas Logika.” Jurnal
Napza Narkoba Tidak Bahagia. Jakarta: Penelitian Kesejahteraan Sosial. Vol 13 No 3
Dirjend Yanrehsos. September 2014.
_______ . (2008). Pedoman Sheltered Workshop --------------- (2014). “Fenomena Sosial Penyebab
Bagi Alumni Rehabilitasi Sosial Korban PenyalahgunaanZat Adiktif”. Jurnal Penelitian
Penyalahgunaan Napza. Jakarta: Kesejahteraan Sosial, Vol 13 No 3 September
Dirjend Yanrehsos. 2014. Hlm. 236-250).
175
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 2, Agustus 2016, 165-176
Tashakkori, Abbas and Teddlie, Charles (ed). (2010). Miratul ‘Azizah. (2013). Alamat tempat rehabilitasi
Handbook of Mixed Methoods In Social pecandu narkoba diIndonesia (https://
and Behavioral Research. Terjemahan oleh miratulazizah.wordpress.com/2013/01/08/
Daryatno. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. alamat-tempat-rehabilitasi-pecandu-narkoba-
Tim Redaksi Nuansa Aulia. (2010). Narkotika dan di-indonesia/).
Psikotropika . Edisi ke-2. Bandung: CV. Nusiriska Prisaria. (2012). “Hubungan Pengetahuan
Nuansa Aulia Dan Lingkungan Sosial Terhadap Tindakan
Topo Santoso dan Anita Silalahi. (2000). “ Pencegahan Penyalahgunaan Napza Pada
Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Siswa Sma Negeri 1
Remaja: Suatu Perspektif”. Jurnal Kriminologi Jepara”. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah.http://google.
Indonesia( Vol. 1 No. I September 2000: 37 com, akses 5 Juni 2016.
– 45). http://jauhinarkoba.com/pusat-rehabilitasi-narkoba/
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun Akses Oktober 2015.
2009 Tentang Narkotika dan Undang-undang http://www.kompasiana.com/phadli/jumlah-pengguna-
Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 narkoba-di-indonesia_553ded8d6ea834b92b
Tentang Psikotropika.Peraturan Perundangan f39b35.
yang terkait. Troels Vester. (2014). Laporan Akhir Survei Nasional
Warto, at all. (2009). Efektifitas Program Pelayanan Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba
Sosial di Panti Rehabilitasi dan Non Panti Tahun Anggaran 2014.http://www.dw.de/
Rehabilitasi Korban Napza. Yogyakarta: pbb-indonesia-salah-satu-jalur-utama-
B2P3KS PRESS. penyelundupan-narkoba/a-18252054
http://www.binauralbeats.co.id/Menyembuhkan-
176