You are on page 1of 23

MEKANISME MENGATASI STIGMA DI KALANGAN Journal of Correctional Issues

2019, Vol.2 (2), 57-78


KLIEN PEMASYARAKATAN (STUDI KASUS KLIEN Politeknik Ilmu
NARKOBA DI BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I Pemasyarakatan
JAKARTA SELATAN) Review
10 November 2019
Kania Anjani Sudirman Accepted
Universitas Indonesia 2 Desember 2019

Iqrak Sulhin
Universitas Indonesia

Abstract

The research discusses the coping stigma mechanism by drug correctional clients at Class I
Correctional Center South Jakarta. Research is a qualitative study and uses the method of
unstructured interviews, which are conducted by interviewing narcotics correctional client and
correctional supervisor who are directly related to correctional client in providing social
guidance. Guidance provided to correctional clients is an effort of correctional institutions to
achieve successful social reintegration. The social reintegration program in the penal system in
Indonesia regarding planning assistance and supervision of criminals so that they stop
committing crimes and can successfully return to the community. However, the results of the
study indicate that stigma in the community towards ex-convicts still leads to negative stigma.
As one of the extraordinary crimes, drugs abuse have a large impact and multi-dimensional
against social, cultural, economic, and political. This makes former drug convicts more
vulnerable to negative stigma in society. The results also showed that each correctional client
had a different view of the stigma in the community regarding ex-convicts. Because they have
different views on stigma, the coping stigma mechanism by the drug correctional client are also
different. Stigma on ex-convicts in the community is seen as adversity. To overcome the
adversity, correctional clients will go through resilience process including coping stigma
mechanism. In the resilience process found support from the community and having a stable
job will helps correctional clients overcoming the stigma given by the community.

Keywords :
Coping mechanism, stigma, resilience, social re-integration, correctional client.

Abstrak

Penelitian ini membahas mengenai mekanisme mengatasi (coping) stigma yang dilakukan oleh
klien pemasyarakatan narkoba di Balai Pemasyarakatan Kelas I Jakarta Selatan. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan metode wawancara tidak berstruktur, yang
dilakukan pada klien pemasyarakatan narkoba serta pembimbing kemasyarakatan yang
berinteraksi secara langsung terhadap klien pemasyarakatan dalam memberikan bimbingan
kemasyarakatan. Bimbingan yang diberikan kepada klien pemasyarakatan merupakan upaya
dari lembaga pemasyarakatan untuk mencapai re-integrasi sosial yang berhasil. Program re-
integrasi sosial dalam sistem pemasyarakatan di Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk
57
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
memberi bantuan dan pengawasan kepada narapidana agar mereka berhenti melakukan
kejahatan dan dapat dengan berhasil kembali ke masyarakat. Namun hasil penelitian
menunjukkan bahwa hingga saat ini stigma di masyarakat terhadap mantan narapidana masih
mengarah kepada stigma yang negatif. Sebagai salah satu kejahatan luar biasa, narkoba
termasuk kejahatan yang memiliki dampak yang besar dan multi dimensional terhadap sosial,
budaya, ekonomi, dan politik. Hal tersebut membuat mantan narapidana narkoba menjadi lebih
rentan terkena stigma negatif di masyarakat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masing-
masing klien pemasyarakatan memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap stigma yang
ada di masyarakat terkait mantan narapidana. Karena memiliki pandangan terhadap stigma
yang berbeda-beda, maka mekanisme mengatasi (coping) stigma yang dilakukan oleh klien
pemasyarakatan narkoba tersebut pun berbeda-beda pula. Stigma terhadap mantan narapidana
yang ada di masyarakat dilihat sebagai sebuah kesulitan (adversity). Sehingga dalam
menghadapi kesulitan tersebut, klien pemasyarakatan akan melalui proses ketahanan yang
didalamnya terdapat mekanisme mengatasi (coping). Dalam proses ketahanan tersebut
ditemukan bahwa dukungan dari masyarakat dan memiliki pekerjaan yang stabil membantu
klien pemasyarakatan dalam menghadapi dan mengatasi stigma yang diberikan oleh
masyarakat

Kata kunci :
Mekanisme mengatasi, stigma, ketahanan, re-integrasi sosial, klien pemasyarakatan.

Pendahuluan Menteri Hukum dan HAM, Yasonna


Kejahatan narkoba merupakan Laoly, mengatakan bahwa lebih dari 50%
masalah yang cukup serius di Indonesia. penghuni Lembaga Pemasyarakatan
Berdasarkan laporan tahunan World adalah narapidana narkoba. Dikatakan
Drugs Reports yang diterbitkan oleh pula bahwa narapidana narkoba
United Nations Office on Drugs and Crime merupakan penyumbang terbesar
(UNODC) pada tahun 2018 lalu, terhadap permasalahan over kapasitas
ditemukan bahwa sebanyak 275 juta (over capacity) di Lapas dan Rutan. Untuk
penduduk dunia atau 5,6% penduduk mengatasi permasalahan tersebut, salah
dunia dalam rentang usia 15-64 tahun satu cara yang digunakan oleh lembaga
pernah mengkonsumsi narkoba. pemasyarakatan adalah dengan
Sementara itu di Indonesia pada tahun memberikan asimilasi dan re-integrasi
2017 yang lalu, Badan Narkotika Nasional sosial bagi narapidana. Dengan
(BNN) mencatat angka prevalensi memenuhi persyaratan, narapidana pun
penyalahgunaan narkoba adalah sebesar berhak mendapatkan Pembebasan
1,77% atau setara dengan lebih dari 3 Bersyarat (PB), Cuti Bersyarat (CB), dan
juta orang pada rentang usia 10-59 Cuti Menjelang Bebas (CMB). Selanjutnya
tahun. Selain itu, jumlah korban yang narapidana tersebut akan mendapatkan
disebabkan oleh narkoba pun mengalami bimbingan lanjutan di luar penjara, yaitu
peningkatan hingga dua kali lipat di Balai Pemasyarakatan (Bapas). Saat
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. berada di Bapas, narapidana selanjutnya
Melihat kondisi yang demikian, Presiden disebut sebagai klien pemasyarakatan.
Republik Indonesia pun menyatakan Tugas pokok dari Bapas sendiri adalah
bahwa Indonesia sedang darurat untuk memberikan bimbingan kepada
narkoba.

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


58
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
setiap klien dalam upaya mencapai re- pembunuh, mantan koruptor, dan
integrasi sosial yang berhasil. lainnya. Dengan memberikan label,
Re-integrasi sosial merupakan kemudian akan muncul stigma negatif di
masyarakat terhadap mantan
upaya dari lembaga pemasyarakatan
untuk mengembalikan kesatuan narapidana. Terlebih lagi, untuk mantan
hubungan antara narapidana dengan narapidana narkoba sendiri, yang rentan
dirinya sendiri, narapidana dengan untuk mendapatkan stigma negatif dari
lingkungan masyarakat sekitarnya, dan masyarakat.
narapidana dengan sang pencipta. Penggunaan narkoba seringkali
Dengan kata lain, tujuan pembinaan mempengaruhi penilaian orang lain
terhadap narapidana dilakukan untuk terhadap penggunanya. Penilaian negatif
membangun kembali integritas hidup, yang diberikan terhadap pengguna
kehidupan, dan penghidupan narapidana. narkoba kemudian mempengaruhi
Selaras dengan tujuan dari keputusan pengguna narkoba untuk
pemasyarakatan itu sendiri yaitu untuk kembali melanggar hukum dan jatuh
mengubah sikap narapidana dan pada kesalahan yang sama (Cromwell,
membentuk kembali sikap dan tingkah 1991). Penggunaan narkoba selalu
laku sosial narapidana agar dapat dihubungkan dengan kejahatan akuisisi
diterima kembali oleh masyarakat. seperti pencurian, perampokan, dan
Namun nyatanya hal tersebut rasanya perdagangan narkoba (Bennett dan
sulit tercapai jika masyarakat masih Holloway, 2009). Status sebagai
memiliki stigma negatif terhadap mantan pengguna narkoba, ditambah lagi
narapidana. Sesungguhnya tantangan menyandang status sebagai narapidana,
mendasar dari pemenjaraan bagi memiliki potensi menimbulkan stigma.
narapidana adalah kembali ke komunitas Selain itu keluarga dengan masalah
(Jonson dan Cullen, 2006). ketergantungan narkoba cenderung
Walaupun sudah dibina di mendapatkan stigma dari lingkungan
Lembaga Pemasyarakatan, tetap saja ketika hal tersebut diketahui oleh orang
sikap penolakan terhadap mantan sekitarnya (Corrigan, 2008). Terdapat tiga
narapidana masih ada di dalam aspek utama yang dipengaruhi oleh
masyarakat. Terlepas dari retorika stigma, yaitu pekerjaan, layanan atau
rehabilitasi tahanan, program re-integrasi perawatan kesehatan, dan penerimaan
sosial, dan peningkatan pemantauan dan oleh keluarga dan masyarakat (Olphen,
pengawasan yang telah dilakukan di 2009). Jika ketiga aspek tersebut tidak
lembaga pemasyarakatan, mantan dipenuhi maka mantan narapidana
narapidana masih belum berhasil kembali narkoba rentan terkena dampak dari
ke masyarakat, dimana masih ada stigma ketika mereka kembali ke
penolakan di dalam masyarakat terhadap masyarakat. Stigma dari masyarakat
mantan narapidana (Listwan, Cullen & membuat mantan narapidana memiliki
Latessa, 2006). Penolakan berawal dari identitas yang terdevaluasi dan
adanya stereotype negatif terhadap direndahkan dalam masyarakat (Shih,
mantan narapidana. Hal tersebut 2004). Kerap kali yang ditemukan saat
kemudian mengarah pada pemberian mantan narapidana narkoba kembali ke
label terhadap mantan narapidana. masyarakat adalah diskriminasi dan
Masyarakat umumnya menerapkan label konsekuensi yang dihadapi
seperti mantan pemakai, mantan

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


59
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
ketidakpercayaan, kebencian, dan tanggulangi secara efektif. Sebagai suatu
permusuhan. strategi, mekanisme coping menjadi
Mantan narapidana yang diberikan upaya khusus, baik behavioral maupun
psikologis, yang digunakan individu untuk
stigma akan mengalami kesulitan yang
lebih besar dalam memperoleh akses ke menguasai, mentoleransi, mengurangi,
sumber daya seperti perumahan, atau meminimalkan dampak kejadian
akomodasi publik, pekerjaan, dan yang menimbulkan stress. Terdapat dua
pendidikan (Corrigan, 2009). Tidak hanya jenis coping, yaitu: Problem Focused
penolakan di lingkungan masyarakat, Coping dan Emotion Focused Coping
tetapi penolakan juga terdapat dalam (Matthieu & Ivanoff, 2006). Problem
konteks pekerjaan. Pada umumnya focused coping merupakan jenis coping
mantan narapidana kesulitan untuk yang berfokus pada permasalahan,
mendapatkan pekerjaan karena sementara emotion focused coping
kurangnya kepercayaan dan adanya merupakan jenis coping yang berfokus
syarat berkelakuan baik. Mantan pada emosi yang dirasakan. Mekanisme
narapidana harus menerima kenyataan coping merupakan suatu cara yang
bahwa selamanya Surat Keterangan dilakukan oleh individu guna
Catatan Kepolisian (SKCK) akan menodai mengembangkan ketahanan (resilience)
rekam jejak sebagai seorang pelamar dirinya dari situasi sulit yang
pekerjaan. Stigma mantan narapidana menimpanya.
menyebabkan banyak perusahaan yang Beberapa penelitian terdahulu
tidak bersedia menerima mantan yang mengkaji mengenai ketahanan
narapidana sebagai pegawainya, (resilience) memulai penelitian dengan
khususnya bagi pelaku tindak pidana adanya kesulitan (adversity). Beberapa
terkait narkotika (Lockwood & Nally, penelitian tersebut menunjukkan bahwa
2012). Akibatnya, mantan narapidana kerentanan berkontribusi terhadap hasil
akan kembali ke gaya hidup kriminal negatif (negative outcomes) di kemudian
apabila mereka sulit maupun tidak hari. Ada suatu proses yang memediasi
mendapatkan pekerjaan setelah keluar antara kesulitan (adversity) dan hasil
dari penjara (Berg, 2011). Padahal negatif (negative otucomes). Hal tersebut
ditemukan bahwa cara terbaik untuk dapat dijelaskan dengan ketahanan
mengurangi residivisme diantara mantan sebagai proses (resilience as process)
pelaku adalah melalui peluang kerja yang yang diartikan sebagai proses yang
memungkinkan mereka untuk menjadi meliputi kapasitas individu yang berhasil
bagian dari anggota masyarakat yang melewati atau pulih dari kesulitan yang
produktif (Blessett & Pryor, 2013). dialami dan menjadi pribadi yang lebih
kuat lagi. Terkait penelitian ini maka
Penelitian ini akan berfokus pada kesulitan yang dimaksud adalah masa
bagaimana klien pemasyarakatan ketika klien pemasyarakatan kembali ke
narkoba memandang dan memiliki masyarakat dan menghadapi stigma yang
mekanisme bertahan dalam mengatasi ada di masyarakat. Untuk itu klien
stigma yang diberikan oleh masyarakat. pemasyarakatan akan melewati proses
Mekanisme mengatasi (coping) ketahanan (resilience process) agar
merupakan suatu strategi yang dipelajari berhasil keluar dari situasi sulit yang
individu untuk meminimalkan kecemasan menimpanya. Mekansime mengatasi
dalam situasi yang tidak dapat mereka (coping) berperan dalam proses

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


60
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
ketahahan (resilience process) yang individu dalam mengatasi tekanan
dilalui oleh klien pemasyarakatan. tersebut. Peristiwa yang terkait stigma
Penelitian stigma saat ini tidak akan dianggap sebagai peristiwa
yang mengancam apabila individu
menunjukkan bahwa semata-mata diberi
label tidak mengarah pada hasil negatif, mengalami pertahanan psikologis, sosial,
tetapi sebaliknya perbedaan dalam cara perilaku, ekonomi, serta pendidikan yang
masing-masing individu berpikir dan baik. Dengan adanya judgement positif
merasa tentang distigmatisasi, dan dari masyarakat maka akhirnya mantan
sejauh mana mereka mengantisipasi narapidana pun memperoleh
diskriminasi di masa depan. Sehingga kepercayaan dari masyarakat (social
cara klien pemasyarakatan memandang trust).
stigma yang diberikan masyarakat akan
mempengaruhi cara pandang terhadap Metode
diri mereka sendiri. Untuk itu menjadi Pendekatan penelitian yang
penting untuk meneliti mengenai digunakan dalam penelitian ini adalah
pandangan klien pemasyarakatan pendekatan kualitatif dengan metode
mengenai stigma yang ada di dalam studi kasus. Penelitian kualitatif adalah
masyarakat. Karena masalah terbesar penelitian yang bermaksud untuk
bagi mantan narapidana pada umumnya memahami secara holistik terkait
fenomena yang dialami oleh subyek
adalah sikap terhadap diri sendiri. Stigma
penelitian misalnya, perilaku, tindakan,
yang diberikan oleh masyarakat dapat
motivasi, mapun persepsi (Moleong,
membuat mereka meyakini bahwa
2005). Terdapat tiga komponen utama
sebagai seorang mantan narapidana,
dalam penelitian kualitatif. Yang pertama
mereka memang sosok yang tidak
adalah data yang berasal dari berbagai
berguna sehingga menjadi putus asa dan
sumber seperti dokumen (teks),
akan sulit kembali bersosialisasi ditengah
wawancara, observasi, rekaman, dan
masyarakat. Namun, hukuman penjara
film. Kedua adalah prosedur yang
juga dapat membuat pelakunya berubah
digunakan untuk melakukan interpretasi
menjadi pribadi yang lebih baik ketika
dan mengolah data. Ketiga adalah
kembali ke masyarakat. Sehingga menjadi
penyajian hasil penelitian dalam bentuk
penting bagi peneliti untuk
laporan tertulis dan verbal. Untuk itu,
mempertimbangkan bagaimana setiap
pada penelitian ini, penulis menekankan
indvidu mengalami reaksi stigmatik yang
pada pencarian informasi, pengumpulan
berbeda.
data, yang kemudian di interpretasikan
Oleh karena itu, penerimaan dan dianalisis. Dengan metode studi
masyarakat memiliki peran dalam kasus, peneliti dapat melakukan
kehidupan mantan narapidana setelah eksplorasi terhadap penemuan yang
keluar dari lembaga pemasyarakatan. ditemukan di lapangan. Data didalam
Penerimaan oleh keluarga dan penelitian ini diperoleh melalui hasil
masyarakat merupakan salah satu aspek wawancara dan observasi terhadap klien
yang dipengaruhi oleh stigma (Olphen, pemasyarakatan narkoba dan
2009). Stigma akan dirasakan dampak pembimbing kemasyarakatan di Balai
negatifnya apabila tekanan yang Pemasyarakatan Kelas I Jakarta Selatan.
dihasilkan dari pemberian stigma Wawancara merupakan teknik
tersebut melampaui sumber daya pengumpulan data yang dilakukan oleh

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


61
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
peniliti untuk mendapatkan informasi menemukan klien pemasyarakatan
secara lisan melalui proses tanya-jawab. narkoba. Peneliti kemudian berhasil
Peneliti akan berhadapan langsung menemukan 10 (sepuluh) klien
dengan sejumlah informan yang dapat pemasyarakatan narkoba yang bersedia
memberikan keterangan-keterangan untuk melakukan wawancara dengan
secara mendalam yang berkaitan dengan peneliti. Sisanya, klien pemasyarakatan
permasalahan penelitian. Selain itu narkoba yang ditemukan tidak bersedia
observasi dilakuakn melalui pengamatan karena alasan pribadi.
secara langsung terhadap subyek
penelitian untuk memperoleh gambaran Hasil
yang lebih jelas dan nyata. Berdasarkan penelitian yang
Penentuan informan dalam dilakukan di lapangan, ditemukan bahwa
penelitian ini menggunakan teknik stigma negatif masyarakat terhadap
purposive sampling atau sampling mantan narapidana masih ditemukan.
bertujuan. Teknik purposive memberikan Lembaga pemasyarakatan di Indonesia
kuasa pada peneliti untuk memilih mengakui bahwa stigma tekait mantan
informan menurut kriteria tertentu yang narapidana memang masih ada di dalam
telah ditetapkan. Kriteria tersebut harus masyarakat hingga saat ini. Hal tersebut
relevan dengan topik penelitian yang yang membuat sistem pemasyarakatan di
diangkat. Informan yang dipilih pun harus Indonesia lebih fokus pada upaya re-
dianggap kredibel untuk menjawab integrasi sosial, yang juga dikenal sebagai
permasalahan penelitian. Peneliti resosialiasi. Re-integrasi atau resosialiasi
menemukan 12 (dua belas) informan bertujuan untuk
yang terdiri dari 10 (sepuluh) klien mengembalikan dan mengembangkan
pemasyarakatan narkoba dan 2 (dua) pengetahuan serta motivasi dari
pembimbing kemasyarakatan di Balai narapidana sebagai bagian dari warga
Pemasyarakatan Kelas I Jakarta Selatan. masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh
Penentuan jumlah informan tersebut salah satu Pembimbing Kemasyarakatan
didasari atas kesediaan dari informan (PK) di Bapas Jakarta Selatan, Ibu Indah,
untuk dilakukan wawancara terhadap bahwa ketika berbicara mengenai stigma,
dirinya. Pemilihan klien pemasyarakatan, maka stigma yang ada di masyarakat
khususnya klien narkoba sebagai tentang mantan narapidana pasti berupa
informan tidak semata-mata dipilih stigma negatif. Dikatakan jika masyarakat
secara acak. Melainkan, berdasarkan masih mempunyai pemikiran bahwa
jumlah populasi dari klien setiap narapidana harus dihukum dengan
pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan seberat-beratnya. Masyarakat masih
Kelas I Jakarta Selatan yang didominasi memandang mantan narapidana sebagai
oleh klien pemasyarakatan narkoba. individu yang jahat, bahkan hingga
Dimana tercatat bahwa klien mereka telah keluar dan bebas pun
pemasyarakatan narkoba yang berada masyarakat masih memiliki penilaian
dibawah bimbingan Bapas Jakarta bahwa mereka adalah individu yang jahat
Selatan pada sepanjang tahun 2019 karena di masa lalu mereka telah
berjumlah 322 klien dari total melakukan kejahatan tertentu.
keseluruhan klien yang berjumlah 468 Ibu Elyana, yang juga merupakan
klien. Oleh karena itu, selama rentang salah satu Pembimbing Kemasyarakatan
waktu penelitian, peneliti paling banyak (PK) di Bapas Jakarta Selatan memiliki

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


62
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
pandangan yang sama terkait stigma lingkungan sosialnya. Peran keluarga
negatif yang diberikan masyarakat tentunya menjadi penentu bagi klien
kepada mantan narapidana. Stigma yang pemasyarakatan dalam bersikap saat
ada di masyarakat dikaitkan dengan kembali ke masyarakat. Apabila keluarga
proses pelabelan mantan narapidana, dapat memberi dukungan positif, maka
dimana individu yang dahulunya pernah masyarakat di sekitar pun dapat
melakukan tindak kejahatan, maka akan melakukan hal yang sama.
diberikan label sebagai penjahat. Sampai Selain itu, stigma sendri dirasakan
saat ini pun label penjahat tersebut maupun dialami dalam bentuk yang
diakui beliau masih ditemui di dalam berbeda-beda oleh klien narkoba yang
masyarakat. Asumsi dasar dari ada di Bapas Kelas I Jakarta Selatan.
pemberian label jahat dalam studi Berdasarkan data yang diperoleh di
mengenai kriminalitas adalah reaksi lapangan, ditemukan 10 (sepuluh) klien
sosial yang timbul dari kelompok pemasyarakatan narkoba, yang memiliki
masyarakat terhadap seseorang yang pandangan yang berbeda-beda terhadap
perilakunya berbeda dari mayoritas stigma mantan narapidana yang ada di
sehingga ia didiskualifikasi penuh dari dalam masyarakat. 4 (empat) dari 10
penerimaan sosial. Sementara itu stigma (sepuluh) narasumber tidak mengetahui
memainkan peran penting dalam fase istilah stigma, namun ketika dijelaskan
pasca labelling. Setelah diberi label mengenai definisi dari istilah stigma
sebagai menyimpang, individu tersebut, mereka kemudian baru
menghadapi segala macam reaksi sosial memahami apa yang dimaksud sebagai
mulai dari pengucilan dan ejekan hingga stigma. Namun secara umum, klien
rasa iba atau marah. narkoba tersebut memiliki cara tersendiri
Hingga saat ini Lembaga dalam merespon stigma yang ada di
Pemasyarakatan menyadari bahwa masyarakat. Perbedaan dalam cara
memang stigma terhadap mantan masing-masing individu berpikir dan
narapidana masih lekat di masyarakat. merasa tentang distigmatisasi menjadi
Pemasyarakatan sendiri baik dari Lapas dasar pada sejauh mana mereka
maupun Bapas masih terus mengantisipasi diskriminasi di masa
mengupayakan agar stigma masyarakat depan (Major & Brien, 2005). Oleh
tersebut tidak terus-terusan tumbuh di karena itu, setiap klien narkoba memiliki
dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih mekanisme yang berbeda-beda pula
lanjut Ibu Indah menyatakan bahwa dalam menghadapi stigma yang ada di
dalam upaya mencapai re-integrasi sosial masyarakat.
yang berhasil, tidak hanya lembaga Secara umum ditemukan bahwa
pemasyarakatan dan narapidana saja terdapat dua aspek yang paling
yang memiliki peran, namun masyarakat menentukan sejauh mana para klien
juga dituntut untuk dapat berperan narkoba tersebut dapat mengatasi stigma
secara aktif untuk membantu proses re- yang diberikan oleh masyarakat. Kedua
integrasi sosial. Beliau mengatakan aspek tersebut adalah supporting group
bahwa masyarakat yang paling dekat dan pekerjaan. Kelompok pendukung
dengan klien pemasyarakatan, yang (supporting group) memainkan peranan
mana adalah keluarga, harus berperan yang penting dalam membantu klien
aktif untuk membantu klien narkoba dalam memandang dan
pemasyarakatan pada saat kembali ke mengatasi stigma yang diberikan oleh

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


63
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
masyarakatan. Kelompok yang memiliki dalam membentuk pandangan klien
peran utama adalah orang-orang yang terhadap stigma yang ada di masyarakat.
paling dekat dan berhubungan secara Umumnya, mantan narapidana yang
langsung dengan klien, yaitu keluarga. diberikan stigma akan mengalami
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, kesulitan yang lebih besar dalam
mayoritas dari klien narkoba mengaku memperoleh akses ke sumber daya
memiliki dukungan yang positif dari seperti perumahan, akomodasi publik,
keluarga. Menurut mereka hal tersebut pekerjaan, dan pendidikan (Corrigan,
lah yang membantu mereka untuk 2009). Tidak hanya penolakan di
memiliki sikap yang benar dalam lingkungan masyarakat, tetapi penolakan
menghadapi stigma yang ada di juga terdapat dalam konteks pekerjaan.
masyarakat. Selain keluarga, lingkungan Stigma mantan narapidana menyebabkan
pertemanan dan juga masyarakat, baik banyak perusahaan yang tidak bersedia
itu masyarakat di lingkungan tempat menerima mantan narapidana sebagai
tinggal klien, maupun masyarakat secara pegawainya, khususnya bagi pelaku
umum juga berperan dalam kehidupan tindak pidana terkait narkotika
para klien narkoba pasca keluar dari (Lockwood & Nally, 2012). Akibat yang
lembaga pemasyarakatan. dapat terjadi adalah mantan narapidana
Ketika penerimaan dari akan kembali ke gaya hidup kriminal
masyarakat baik, maka hal tersebut apabila mereka sulit maupun tidak
dapat membantu para klien untuk dapat mendapatkan pekerjaan setelah keluar
berpikir lebih positif dan tidak merasa dari penjara (Berg, 2011). Namun,
dirinya didevaluasi. Menurut lembaga berdasarkan data yang ditemukan di
pemasyarakatan, penerimaan yang baik lapangan, meskipun tidak semua dari
dari masyarakat dapat membantu proses klien narkoba memiliki pekerjaan, namun
kehidupan klien pasca keluar dari terdapat 3 (tiga) dari 10 (sepuluh) klien
lembaga pemasyarakatan. Untuk itu pula narkoba yang sudah memiliki pekerjaan
kemudian Bapas mengadakan program tetap. Menurut mereka, waktu yang
home visit bagi klien pemasyarakatan. diperlukan dari sejak mereka keluar dari
Dengan melakukan home visit, pihak lembaga pemasyarakatan hingga
Bapas dapat memberikan penyuluhan akhirnya mendapat pekerjaan tidak
terhadap masyarakat terkait kondisi klien terlalu lama, yaitu sekitar 2-3 bulan. Klien
pemasyarakatan. Selain itu Bapas pun narkoba yang sudah memiliki pekerjaan
turut mengikutsertakan penjamin klien, ini cenderung tidak mempedulikan
yang pada umumnya adalah keluarga stigma yang ada di masyarakat. Peluang
maupun kerabat, dalam beberapa kerja memungkinkan mereka untuk
kegiatan di Bapas yang ditujukan kepada menjadi bagian dari anggota masyarakat
klien pemasyarakatan. Sadar bahwa yang produktif sehingga mereka tidak
masyarakat masih memiliki pengetahuan dapat merasakan stigma yang ada di
yang minim terkait sistem masyarakat, dan tidak merasakan
pemasyarakatan, maka Bapas juga dampak dari stigma itu sendiri.
mengedukasi masyarakat agar stigma Sementara itu, klien narkoba
yang sebelumnya negatif, dapat berubah lainnya, walaupun belum memiliki
kearah yang lebih positif. pekerjaan, namun mereka turut aktif
Selain aspek dukungan dari dalam berbagai kegiatan. Banyak pula
kelompok, pekerjaan juga berperan dari mereka yang memilih untuk memulai

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


64
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
bisnis sendiri dibandingankan harus Pembahasan
bekerja diluar karena sadar bahwa A. Pandangan Klien Pemasyarakatan
dengan status mereka, tentunya akan Narkoba terhadap Stigma
menjadi sulit untuk mendapatkan
pekerjaan. Meskipun demikian, klien Penelitian stigma saat ini
narkoba yang ditemukan mayoritas menunjukkan bahwa semata-mata diberi
memiliki keinginan untuk dapat stigma tidak selalu mengarah pada hasil
berpartisipasi dalam masyarakat, baik itu negatif, tetapi tergantung pada
dalam bekerja, atau dengan mengikuti perbedaan dalam cara berpikir masing-
organisasi dan kegiatan bermasyarakat. masing individu dan bagaimana mereka
Pengakuan dari masyarakat tersebut merasakan stigma yang diberikan.
yang kemudian dapat mengubah diri Dikatakan pula bahwa perbedaan dalam
mereka menjadi lebih baik, mempunyai cara masing-masing individu berpikir dan
pikiran yang terbuka, dan berhenti merasa tentang distigmatisasi menjadi
melakukan kejahatan yang pernah dasar pada sejauh mana mereka
dilakukan sebelumnya. mengantisipasi diskriminasi di masa
Dengan demikian, hasil penelitian depan (Major & Brien, 2005).
menunjukkan bahwa stigma terhadap Dari konsep stigma oleh Goffman,
mantan narapidana masih ditemukan di ketika seseorang diberikan stigma, maka
dalam masyarakat, Sejauh ini, stigma seseorang atau individu tersebut merasa
yang ditemukan masih mengarah pada dikucilkan, disingkirkan, didiskualifikasi,
hasil yang negatif. Untuk itu, baik atau ditolak dari penerimaan sosial.
lembaga pemasyarakatan maupun balai Perlakuan dari masyarakat yang kerap
pemasyarakatan, melalui program yang memberikan prasangka dan diskriminasi
dijalankannya, berupaya agar stigma tersebut lah yang menjadi sumber
masyarakat tersebut dapat mengarah ke tekanan bagi individu yang
hasil yang lebih positif. Selain itu, terstigmatisasi. Namun, tidak semua
diperlukan juga kesadaran dari dalam diri individu yang terstigmatisasi lantas
klien pemasyarakatan untuk dapat menyakini bahwa apapun reaksi di
berubah menjadi pribadi yang lebih baik lingkungannya merupakan bentuk dari
lagi sehingga masyarakat pun dapat prasangka dan diskriminasi. Hal tersebut
menerima dengan baik. Secara kembali lagi pada masing-masing indvidu
keseluruhan, klien narkoba yang dalam menafsirkan situasi atau tekanan
ditemukan memiliki pandangan yang yang dialaminya.
berbeda-beda terkait stigma yang ada di
masyarakat. Pandangan yang berbeda Hal yang sama pun diutarakan
tersebut lah yang kemudian membentuk oleh RN, dimana terdapat perasaan malu
mekanisme mengatasi stigma yang dan cemas ketika ia pertama kali kembali
berbeda-beda pula antar masing-masing ke masyarakat. RN mengatakan bahwa ia
klien. Namun yang menjadi aspek paling mempunyai rasa malu ketika harus
penting dalam membantu klien berhadapan kembali dengan masyarakat,
mengatasi stigma yang ada di masyarakat terutama orang-orang di sekitarnya
adalah peran dari keluarga dan kelompok seperti keluarga, teman-teman, dan
pendukung yang mana adalah tetangga. Selain mempunyai perasaan
masyarakat dan pekerjaan. malu, RN juga memiliki perasaan cemas,
dimana kecemasan timbul dari dalam

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


65
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
dirinya mengingat bahwa dirinya tidak melakukan kejahatan. Namun bagi IJ
memiliki pekerjaan atau pengangguran. sendiri, stigma negatif yang diberikan
RN lebih panjang lagi berpikir apa yang masyarakat tersebut tidak membuatnya
akan ia lakukan saat kembali ke berpikiran untuk kembali lagi melakukan
masyarakat, kegiatan seperti apa yang kejahatan yang sama. Ia mengatakan
dapat ia lakukan ketika kembali ke bahwa selama menjalani masa hukuman
masyarakat. RN juga memiliki kecemasan di Lapas, dirinya banyak membekali diri
ketika berbicara mengenai pekerjaan, dengan hal-hal positif yang bermanfaat,
dimana ia pun tidak mengetahui terutama ia semakin mendekatkan diri
pekerjaan apa yang dapat ia lakukan saat kepada sang pencipta.
kembali ke masyarakat dan menyandang Stigma negatif masyarakat
status sebagai mantan narapidana. Pada terhadap mantan narapidana pun
umumnya mantan narapidana diyakini oleh DN. Ia memandang bahwa
mengalami kesulitan untuk mendapatkan stigma terhadap mantan narapidana
pekerjaan karena kurangnya kepercayaan terdapat di setiap lingkungan sosial. Ia
dan adanya syarat berkelakuan baik. berpendapat jika seseorang mepunyai
Stigma mantan narapidana menyebabkan kesalahan dalam bentuk apapun, maka
banyak perusahaan yang tidak bersedia masyarakat akan memandang bahwa apa
menerima mantan narapidana sebagai yang dilakukan seseorang tersebut akan
pegawainya, khususnya bagi pelaku selalu salah. Masyarakat memandang
tindak pidana terkait narkotika narapidana sebagai seseorang yang
(Lockwood & Nally, 2012). pernah melakukan kejahatan, sehingga
Sementara itu, IJ juga mengetahui selamanya label penjahat tersebut akan
dengan jelas bahwa akan sulit bagi mengikutinya. Namun menurut DN,
dirinya yang merupakan mantan dampak negatif dari stigma itu sendiri
narapidana kasus narkoba untuk kembali tidak akan terkena pada individu yang
diterima lagi oleh masyarakat. IJ saat memiliki pikiran yang positif. DN
pertama kali kembali ke masyarakat mengutarakan, jika stigma mantan
sempat merasa mentalnya tertekan dan narapidana di masyarakat diterima begitu
membuatnya menjadi down. IJ mengakui saja, maka tentu akan membuat individu
bahwa stigma di masyarakat bagi mantan yang terstigmatisasi menjadi penuh
narapidana kasus narkoba adalah negatif. dengan tekanan dan dapat mengarah
IJ sendiri saat kembali ke masyarakat pada hasil yang negatif.
mengaku mendapatkan perlakuan yang
PR juga mengakui bahwa ia
tidak baik dari masyarakat di tempat
mengetahui adanya stigma di masyarakat
tinggalnya. Bahkan saudara kandungnya
terhadap mantan narapidana. Yang PR
sendiri pun memberikan stigma negatif
ketahui terkait stigma adalah, ketika
terhadap dirinya sebagai mantan
seseorang diberikan stigma maka mereka
narapidana. Perlakuan masyarakat
akan diasingkan dari masyarakat. PR juga
seperti menjauhi dan mengucilkan pun
mengatakan bahwa mantan narapidana
diterima oleh IJ ketika berinteraksi
selalu dipandang buruk oleh masyarakat.
dengan masyarakat di lingkungannya.
Namun bagi PR sendiri, stigma negatif
Stigma masyarakat yang negatif tersebut
yang diberikan masyarakat tersebut tidak
lah yang menurut IJ dapat
berpengaruh buruk terhadap dirinya. PR
menjerumuskan mantan narapidana
mengatakan bahwa yang paling penting
kepada lubang yang sama, yaitu kembali

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


66
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
adalah bagaimana diri masing-masing dari stigma itu sendiri pun mereka
individu melihat dirinya sendiri dan tidak menyatakan bahwa, apabila memang
memperdulikan apa yang orang lain stigma itu ada di masyarakat, juga tidak
katakan terhadap mereka. Berdasarkan akan memiliki dampak apapun terhadap
pengalamannya, PR menemukan tidak dari mereka. Baik YA, PT, maupun GH
sedikit teman-temannya yang kembali memiliki sikap yang tidak peduli,
melakukan kejahatan, salah satunya cenderung cuek terhadap apa yang
adalah karena stigma negatif yang ada di masyarakat katakan terhadap diri
masyarakat tersebut. Absennya mereka. Ketika individu tidak merasakan
dukungan dari orang-orang terdekat stigmatisasi maka dampak negatif dari
seperti keluarga dan teman-teman juga stigma pun tidak akan terkena kepada
dipandang PR sebagai penyebab mantan mereka.
narapidana kembali melakukan Berdasarkan temuan di lapangan,
kejahatan. Pandangan lain diutarakan peneliti menemukan salah satu
oleh DY, walaupun ia mengetahui adanya narasumber yang mempunyai pandangan
stigma di masyarakat terhadap mantan yang berbeda dengan narasumber
narapidana, DY berpendapat bahwa lainnya. AV merupakan salah satu klien
masyarakat yang masih berpikiran kuno pemasyarakatan narkoba yang telah
saja yang masih berpikiran negatif menjalani bimbingan sebanyak 2 (dua)
terhadap mantan narapidana. Secara kali. Menurut pandangan AV, stigma
umum DY mengakui bahwa stigma masyarakat terhadap mantan narapidana
terhadap mantan narapidana memang adalah negatif. Namun, ketika kembali ke
ada di masyarakat luas, tetapi tidak masyarakat, AV tidak menemukan
berlaku bagi masyarakat di lingkungan adanya perlakuan atau stigma negatif
tempat tinggalnya. DY mengatakan terhadap dirinya, karena AV
bahwa keluarga, teman-teman, hingga menyembunyikan kasus yang
tetangga di lingkungan tempat tinggalnya menjeratnya beberapa tahun yang lalu.
sejauh ini tidak mempunyai stigma Oleh karena itu, AV tidak merasakan
negatif terhadap dirinya. Menurut DY langsung adanya stigma masyarakat
hanya terdapat satu atau dua orang yang terhadap dirinya. AV sengaja
pernah mengatakan hal-hal negatif menyembunyikan kasus yang
terhadap dirinya, namun omongan menjeratnya dan statusnya sebagai
negatif tersebut tidak mempengaruhi DY mantan narapidana di lingkungannya. Di
dalam menjalani kehidupannya. Jakarta sendiri AV tinggal hanya bersama
Nyatanya, ada pula klien isterinya, sementara keluarga keduanya
pemasyarakatan yang tidak mengetahui tinggal di pulau yang berbeda. AV dan
pengetahuan apapun terkait stigma yang isterinya memilih untuk menutupi dan
ada di masyarakat terhadap mantan merahasiakan kejadian yang
narapidana. Setelah dijelaskan mengenai menimpanya. Untuk kasus seperti AV
istilah dari stigma tersebut pun yang sendiri, Goffman memiliki konsep terkait
bersangkutan tidak merasakan adanya identitas tersembunyi. Manusia pada
stigma yang diberikan terhadap dirinya. umumnya memiliki identitas sosial yang
YA, PT, GH adalah ketiga narasumber menandakan bahwa ia adalah bagian dari
yang tidak mengetahui akan adanya suatu kelompok. Namun bagi orang-
stigma di masyarakat terhadap mantan orang tertentu, mereka memilih untuk
narapidana. Setelah mengetahui definisi memiliki identitas tersembunyi.

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


67
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
Identitas tersembunyi ini terkait misalnya diberikan masyarakat terhadap mantan
dengan mantan narapidana yang hanya narapidana. Karena pandangan terhadap
mengungkapkan informasi yang stigma berbeda-beda antar
diinginkan tentang diri mereka sendiri masing-masing individu, maka dapat
karena kemungkinan konsekuensi dan dikatakan bahwa mekanisme mengatasi
penolakan. (coping) yang dilakukan oleh klien
Berdasarkan temuan yang pemasyarakatan narkoba tersebut pun
diperoleh, stigma, baik itu yang dirasakan beragam.
atau dialami secara langsung, memang
Dari 10 (sepuluh) klien
masih ada di masyarakat. Namun yang
pemasyarakatan, semuanya dapat
menjadi hal penting adalah bagaimana
melakukan coping terhadap stigma yang
kita sebagai individu dapat memandang ada di masyarakat dengan baik.
serta memaknai stigma yang diberikan Berdasarkan jenis coping yang dilakukan,
oleh masyarakat tersebut. Stigma akan maka ditemukan bahwa mereka secara
dirasakan dampak negatifnya apabila tidak langsung menggunakan problem
tekanan yang dihasilkan dari pemberian focused coping yang berorientasi pada
stigma tersebut melampaui sumber daya
permasalahan, bukan emotion focused
individu dalam mengatasi tekanan
coping yang berorientasi pada perasaan
tersebut. Stigma yang diberikan oleh
atau rasa tertekan yang dirasakan akibat
masyarakat akan merugikan diri individu
stigma yang diberikan oleh masyarakat.
hanya jika individu tersebut tidak dapat
Problem Focused Coping lebih mengarah
mengatasinya dengan baik.
pada penyelesaian masalah secara
B. Mekanisme Mengatasi (Coping) langsung dan dapat ditujukan pada
Stigma oleh Klien Pemasyarakatan lingkungan maupun pada diri sendiri.
Narkoba Ketika individu fokus pada permasalahan
Stigma yang diberikan oleh yang dihadapi maka ia akan berusaha
masyarakat akan merugikan diri individu mengatasi permasalahan tersebut agar
hanya jika individu tersebut tidak dapat tidak menimbulkan dampak yang buruk
mengatasinya dengan baik. Mekanisme seperti tekanan yang dihasilkan karena
mengatasi (coping) merupakan suatu ditimpa suatu permasalahan.
strategi yang dipelajari individu untuk FR mampu mengatasi (coping)
meminimalkan kecemasan dalam situasi stigma yang ada di masyarakat dengan
yang tidak dapat mereka tanggulangi baik. Menurut FR perlakuan dari
secara efektif. Sebagai suatu strategi, masyarakat yang negatif merupakan
mekanisme coping menjadi upaya reaksi terhadap perlakuan mantan
khusus, baik behavioral maupun narapidana yang negatif pula. Ia
psikologis, yang digunakan individu untuk berpendapat jika dirinya menunjukkan
menguasai, mentoleransi, mengurangi, sikap yang baik, maka masyarakat pun
atau meminimalkan dampak kejadian akan memperlakukannya dengan baik.
yang menimbulkan tekanan. Berdasarkan Walaupun FR mengetahui terdapat
hasil temuan di lapangan, masing-masing stigma negatif masyarakat terhadap
klien pemasyarakatan narkoba, yang mantan narapidana, FR berusaha
merupakan subyek utama dari penelitian mengesampingkan ketakutannya
ini, memiliki pandangan yang berbeda- tersebut dan lebih fokus untuk berubah
beda terkait stigma negatif yang menjadi lebih baik. Selain itu sang ibu

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


68
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
juga memiliki peranan penting dalam kepada dukungan positif yang diberikan
membantunya saat kembali ke oleh keluarganya.
masyarakat dan dihadapkan oleh stigma Selain itu, IJ juga dapat mengatasi
terhadap mantan narapidana. Peneliti
stigma negatif di masyarakat terhadap
juga sempat berbincang dengan ibu FR, mantan narapidana dengan baik.
dimana beliau mengatakan bahwa ia Menurut IJ, ketika masih menjalani
memiliki rasa simpati kepada anaknya hukuman di lembaga pemasyarakat, ia
sendiri karena kasus yang menimpa sudah banyak melakukan hal-hal yang
anaknya dahulu. Beliau sempat merasa lebih bermanfaat. Dari berbagai macam
gagal sebagai orang tua, serta sempat masalah yang menimpanya saat masih
merasa kecewa dan marah terhadap berada di dalam lapas, seperti ia yang
tindakan yang dilakukan oleh anaknya. harus kehilangan ayahnya, hingga
Namun bagaimana pun juga sebagai ibu, kemudian disusul ia harus menjalani
beliau hanya bisa memberi dukungan perceraian dengan isterinya, IJ dapat
kepada anaknya dengan harapan bahwa melewatinya hingga saat ini. IJ mengaku
anaknya dapat berubah menjadi pribadi masa-masa tersebut pastinya sulit bagi
yang lebih baik dan berguna di masa dirinya, namun ia tidak mau fokus pada
depan. Untuk itu setiap kali melakukan perasaan yang membelenggunya. IJ
bimbingan di Bapas, ibu FR selalu ikut mengatakan jika ia menuruti
serta menemani anaknya. perasaannya, mungkin saja ia sudah
Sementara itu, DN tmemilih untuk melakukan hal-hal yang tentunya tidak
tidak peduli dengan omongan-omongan diinginkannya. Selain itu, IJ memiliki
jelek yang masyarakat berikan dukungan dari keluarga, yaitu sang ibu,
kepadanya. hal tersebut tidak yang senantiasa memberikan dukungan
menjadikan DN menjadi pribadi yang kepadanya. IJ mengaku yang menjadi
putus asa dan menjadi tertekan. DN juga kekuatannya adalah sang ibu yang tidak
mengatakan bahwa dirinya mendapatkan henti-hentinya memberikan support
dukungan yang besar terutama dari untuknya. Bagi IJ, kalau bukan karena
keluarga yang mana adalah kedua orang dukungan dari ibunya, ia tidak akan bisa
tuanya. Ketika banyak dari teman- bertahan hingga saat ini. Terlepas dari
temannya yang ditinggalkan oleh segala permasalahan yang dideritanya
keluarganya pada saat berada di penjara, saat berada di dalam Lapas hingga stigma
hal tersebut tidak berlaku untuk DN. negatif masyarakat yang harus ia hadapi
Walaupun telah melakukan kesalahan, saat kembali ke masyarakat, IJ merasa
orang tua tetap memberi dukungan dukungan dari ibunya lah yang dapat
terhadapnya, dimana keluarganya rutin membuatnya bertahan dan mampu
membesuknya pada saat masih berada di berpikir lebih jernih dan positif.
tahanan. DN merasa bersyukur karena Sementara itu RN juga
keluarganya masih mau menerima mengatakan bahwa satu-satunya yang
bahkan memberi dukungan yang positif memberi dukungan kepadanya hingga
terhadap dirinya. Hal tersebut juga yang saat ini adalah sang ibu. RN memutuskan
menjadi motivasi bagi DN untuk berubah hubungan dengan pertemanannya
menjadi pribadi yang lebih lagi pada saat karena ia tidak mau kembali lagi
ia bebas. Terlepas dari stigma negatif berteman dengan orang-orang yang
yang masyarakat berikan, ia lebih fokus dapat menjerumuskannya ke dalam

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


69
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
hal-hal yang negatif. Bagi RN sang ibu keluarganya yang memberikan ia
adalah semangat bagi dirinya untuk pekerjaan. Menurut PR, keluarganya
bertahan dan dapat melewati berbagai memberi dukungan yang positif terhadap
stigma di masyarakat. Meskipun pada dirinya dan bahkan membantunya agar
masa awal kembalinya ia ke masyarakat dapat bekerja. Bagi DY sendiri, ia tidak
RN sempat mengurangi kontak dengan terlalu memperdulikan stigma yang ada
masyarakat dan memilih untuk berdiam di masyarakat, baginya dukungan dan
di rumah. RN kemudian mau berusaha penerimaan dari keluarga dan teman-
untuk membuktikan ke masyarakat teman saja sudah lebih dari cukup untuk
bahwa dirinya telah berubah menjadi membuatnya berubah hingga saat ini.
pribadi yang lebih baik lagi. RN pun sudah Dukungan yang paling dirasakan oleh DY
tidak lagi berhubungan dengan teman- datang dari ibunya.
teman yang dulunya Sedangkan bagi GH, YA, dan PT
menjerumuskan dirinya untuk yang dari awal mulanya memang sudah
menggunakan narkoba. RN merasa ada tidak fokus pada stigma yang diberikan
tanggung jawab dari dalam dirinya untuk masyarakat, maka mereka tidak
membuktikan kepada masyarakat bahwa mempunyai masalah dalam mengatasi
dirinya adanya pribadi yang baik. Didalam stigma tersebut. Ketiganya malah lebih
mekanisme problem focused coping fokus terhadap hal-hal yang dapat
terdapat mekanisme dimana individu membuat diri mereka berkembang dan
yang terstigmatisasi berusaha untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Menurut
merubah keadaan secara bertahap dan YA, ia tidak pernah merasakan adanya
menerima tanggung jawab. Jenis coping penolakan atau sikap negatif yang
tersebut lah yang dilakukan oleh RN jika ditujukan kepada dirinya oleh keluarga
dilihat dari cara ia mengatasi stigma yang maupun teman-temannya. Keluarga YA
ada di masyarakat. terutama selalu menjadi pengingat bagi
Hal yang sama juga dilakukan oleh dirinya untuk tidak melakukan hal-hal
PR dan DY pada saat kembali ke yang negatif diluar karena keluarganya
masyarakat, mereka yang mengetahui selalu mengingatkan dan memberikan
stigma negatif terhadap mantan nasihat kepadanya untuk tidak berbuat
narapidana ada di masyarakat lebih hal-hal yang negatif. Pada saat kembali
memilih untuk tidak fokus kepada stigma ke masyarakat, PT juga merasakan
yang diberikan. Keduanya dukungan yang besar dari kedua orang
mengungkapkan jika pada saat pertama tuanya. Bahkan saat ini PT dipercaya oleh
kali keluar dari penjara, maka yang orang tuanya untuk membantu dalam
dipikirkan adalah rencana kehidupan usaha yang dirintis oleh orang tuanya.
mereka kedepannya yaitu keduanya Hal tersebut menurut PT sedikit banyak
sama-sama berpikiran untuk segera membantunya untuk bertahan, karena ia
bekerja. Keduanya fokus untuk menata merasa dianggap dan diterima dengan
kehidupan agar menjadi lebih baik dan baik oleh keluarganya. Untuk mengisi
tidak fokus pada stigma negatif terhadap waktu kosongnya, PT pun dipercaya
mantan narapidana yang ada di orang tuanya untuk membantu usaha
masyarakat. PR juga mendapatkan yang dirintis. Selagi PT dapat melakukan
dukungan yang sama dari keluarganya. hal-hal yang positif, maka stigma yang
Bahkan PR saat ini dapat bekerja salah ada di masyarakat tidak akan
satunya adalah karena bantuan dari

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


70
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
memberikan dampak yang negatif Dengan dukungan dari isteri juga AV
terhadap dirinya. sekarang menjalani kehidupan seperti
biasa dengan identitas tersembunyi yang
Selain keluarga, GH juga
dimilikinya.
memperoleh dukungan dari
teman-teman. Ia yang cenderung Salah satu yang membantu klien
menghadadapi stigma dengan sikap yang pemasyarakatan narkoba dalam
cuek mengaku bahwa keluarga dan mekanisme mengatasi (coping) stigma
teman-temannya selalu memberikan yang dilakukannya adalah dengan adanya
dukungan yang positif terhadapnya, bantuan dukungan dari masyarakat.
sehingga ia cenderung tidak Seperti yang dikatakan sebelumnya oleh
mendengarkan omongan negatif orang Ibu Indah sebagai Pembimbing
lain terhadap dirinya. Bagi GH, teman- Kemasyarakatan di Bapas Jakarta Selatan,
temannya saat ini dapat membawa dan bahwa re-integrasi sosial dapat tercapai
mengubah dirinya menjadi lebih positif jika masyarakat pun turut berperan aktif
lagi yaitu melalui kegiatan-kegiatan atas program tersebut. Sesuai dengan
positif yang dilakukan bersama-sama tujuan utama dari pemasyarakatan
dengan teman-temannya seperti sendiri yang mana adalah untuk
bermusik. Dibandingkan harus merasa membina warga binaannya dengan baik
tertekan dengan stigma negatif di agar mereka dapat mengakui kesalahan,
masyarakat terhadap mantan memperbaiki diri, sehingga dapat
narapidana, GH lebih memilih diterima oleh masyarakat. Artinya, jika
menghabiskan waktunya dengan hal-hal masyarakat masih memberikan stigma
yang positif seperti bermain musik yang negatif terhadap mantan
dengan teman-temannya. narapidana, maka akan menjadi sulit pula
Meskipun demikian, nyatanya ada bagi mantan narapidana tersebut untuk
dapat kembali ke masyarakat dan
1 (satu) dari 10 (sepuluh) klien
pemasyarakatan narkoba yang lebih berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
cenderung mengatasi coping stigma Berdasarkan temuan di lapangan, seluruh
dengan cara yang lain. Saat kembali ke narasumber yaitu sepuluh (10) klien
masyarakat, dibandingkan harus pemasyarakatan narkoba di Bapas
Jakarta Selatan mempunyai support
menghadapi stigma yang ada di
group yang baik. Hal tersebut pula lah
masyarakat, AV lebih memilih untuk
yang membantu mereka untuk dapat
menyembunyikan kejadian yang
menjalani kehidupan hingga saat ini.
menimpanya dulu dan statusnya sebagai
Selain perubahan yang datang dari dalam
mantan narapidana. Mekanisme coping
diri individu itu sendiri, maka
stigma yang dilakukannya termasuk ke
diperlukannya dukungan dari pihak luar
dalam ketegori emotion focused coping,
pula. Klien pemasyarakatan narkoba
dimana AV memilih untuk menghindari
tersebut tidak semata-mata dapat
permasalahan agar terlihat positif
berhasil mengatasi (coping) stigma
(distancing) dan mengalihkan diri dari
karena atas dasar usaha diri sendiri saja,
kondisi tertekan (escape/avoidance).
melainkan juga melalui dukungan dari
Namun untuk orang-orang terdekat
masyarakat di sekitarnya terutama yang
sendiri seperti isteri, orang tua, dan
paling dekat dengan mereka adalah
beberapa teman terdekat mengetahui
keluarga.
statusnya sebagai mantan narapidana.

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


71
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
Selain adanya dukungan dari Sementara itu, klien
masyarakat, termasuk keluarga dan pemasyarakatan narkoba lainnya sampai
teman-teman didalamnya, maka aspek saat ini masih berusaha untuk mencari
lain yang juga membantu klien pekerjaan. Namun tidak semuanya benar-
pemasyarakatan dalam mengatasi benar menganggur dan tidak memiliki
(coping) stigma yang diberikan kegiatan apapun. IJ contohnya, sambil
masyarakat adalah pekerjaan. mencari pekerjaan, ia juga aktif di
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, organisasi karang taruna. Kegitan IJ
jumlah klien pemasyarakatan narkoba selama mengikuti organisasi tersebut
yang mempunyai pekerjaan saat ini dinilainya sebagai positif dan bermanfaat,
hanya berjumlah 3 (tiga) orang yaitu DY, serta dapat mengisi kekosongan
PR, dan YA. DY yang saat ini bekerja waktunya selagi ia mencari pekerjaan
sebagai buruh di salah satu Perseroan tetap. Selain itu PT lebih memilih untuk
Terbatas di Tanah Kusir. Menurut DY, ia membantu usaha yang dimiliki oleh
tidak mengalami kesulitan saat mencari orang tuanya. PT belum berusaha
pekerjaan. Sementara itu PR yang juga mencari pekerjaan dikarenakan PT juga
sudah bekerja saat ini menemui kesulitan baru bebas dari tahanan sekitar satu
saat pertama kali mencari pekerjaan bulan. Sehingga untuk mengisi
karena ia mengetahui di setiap kekosongan dengan kegiatan yang
perusahaan akan meminta Surat bermanfaat, PT memilih unutk
Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). membantu usaha dagang milik orang
Namun PR terbantu oleh keluarganya tuanya. Berbeda dengan GH, yang saat ini
yang mempunyai dan mengelola event pun masih belum memiliki rencana untuk
organizer di Jakarta. Selang 3-4 bulan bekerja. GH memilih untuk mengisi
ketika ia keluar dari lembaga waktunya dengan kegiatan bermanfaat
pemasyarakatan, PR pun diangkat seperti menyalurkan hobi bermusik yang
menjadi karyawan di event organizer dimilikinya. Bagi GH yang terpenting saat
milik keluarganya tersebut. Menurut PR, ini adalah ia ingin melakukan hal yang
jika ia tidak mendapatkan bantuan dari membuatnya bahagia dan juga tentunya
keluarganya, mungkin sampai saat ini ia positif, dibandingkan harus
masih kesulitan untuk mendapatkan mendengarkan stigma negatif
pekerjaan. Sementara itu YA saat ini pun masyarakat terhadap dirinya.
sudah memiliki pekerjaan sebagai
Klien pemasyarakatan narkoba
pegawai tetap di salah satu waralaba.
lainnya yaitu FR, DN, RN, dan AV masih
Pada saat keluar dari lembaga
berusaha untuk mencari-cari pekerjaan.
pemasyarakatan, YA tidak langsung
Mereka sendiri merasakan kesulitan
bekerja, melainkan ia harus menanggur
untuk mencari pekerjaan sehingga
kurang lebih 4 bulan lamanya. Setelah
mereka berpikiran untuk membuka usaha
itu, atas bantuan dari temannya, ia
sendiri. Kesulitan yang dialami oleh klien
ditawari pekerjan sebagai daily worker,
pemasyarakatan saat mencari pekerjaan
yaitu pekerja lepas yang bertugas hanya
terutama adalah karena dibutuhkannya
untuk membantu. Namun seiring
SKCK untuk melamar pekerjaan. Dengan
berjalannya waktu, sebulan kemudian YA
tindak kejahatan yang pernah dilakukan
pun diangkat menjadi pegawai tetap dan
di masa lalu tentunya akan membuat
hingga saat ini ia masih bekerja.
mereka kesulitan untuk memperoleh
pekerjaan. Lebih lanjut dikatakan bahwa

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


72
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
mereka yang dapat berhasil mengatasi salah satunya karena identitas sosial dan
stigma salah satunya adalah mereka yang stabilitas kehidupan. Bila dikaitkan
sudah memiliki pekerjaan yang stabil. dengan penelitian ini, maka dalam upaya
Memiliki pekerjaan yang stabil termasuk untuk dapat diterima kembali oleh
dalam proses bertahan (resilience) dari masyarakat, klien pemasyarakatan
stigma negatif yang ada di masyarakat. berusaha untuk meninggalkan perilaku
Teori desistensi juga menyebutkan kejahatan yang dulu pernah dilakukannya
bahwa perubahan dalam keluarga dan agar identitas sosialnya sebagai
kondisi pekerjaan adalah faktor kunci seseorang yang telah selesai dibina diakui
dalam tercapainya desistensi. Ditemukan dengan baik oleh masyarakat.
bahwa peristiwa penting seperti C. Upaya Balai Pemasyarakatan dalam
perkawinan atau pekerjaan yang stabil Mengatasi Stigma terhadap Klien
mungkin mejadi titik balik dari pelaku Pemasyarakatan
kejahatan untuk berhenti melakukan
pelanggaran (Sampson & Laub, 1993). Tugas pokok dari Balai
Terkait dengan stabilitas kehidupan (life Pemasyarakatan (Bapas) adalah untuk
stability), seorang pelaku penyimpangan memberikan bimbingan terhadap klien
atau kejahatan memutuskan untuk pemasyarakatan untuk membantu proses
berhenti melakukan kejahatan karena re-integrasi klien ke dalam masyarakat.
sudah mencapai kestabilan dalam hidup, Khawatir akan adanya stigma negatif
diantaranya adalah telah memiliki yang diberikan masyarakat karena tindak
pekerjaan yang tetap dan memiliki kriminal yang sebelumnya dilakukan,
kehidupan pernikahan. Seseorang yang Bapas melihat bahwa diperlukan adanya
memiliki pekerjaan tetap memusatkan bimbingan khusus bagi klien
perhatiannya kepada pekerjaan yang pemasyarakatan. Bapas Kelas I Jakarta
dilakukan dibandingkan untuk berbuat Selatan hingga saat ini memiliki dua jenis
penyimpangan. program bimbingan yang dikhususkan
bagi klien pemasyarakatan, yaitu
Klien pemasyarakatan yang program bimbingan kepribadian dan
menggunakan problem focused coping program bimbingan kemandirian. Selain
sebagai mekanisme mengahadapi stigma itu, Bapas melalui pembimbing
tentunya mempunyai planful problem kemasyarakatan juga melakukan
solving dimana mereka memili keinginan bimbingan konseling setiap kali klien
untuk merubah keadaan secara bertahap. pemasyarakatan datang ke Bapas untuk
Selain itu jika dilihat dari dukungan melapor.
keluarga, maka seluruh klien
pemasyarakatan memiliki dukungan yang Pembimbingan kepribadian
positif dari keluarga hingga teman- ditujukan bagi pembentukan pribadi klien
teman. Hal tersebut juga yang menjadi pemasyarakatan agar dapat menjadi
dasar bagi klien pemasyarakatan narkoba lebih baik lagi dan dapat diterima oleh
dalam mengatasi stigma yang ada di masyarakat. Program bimbingan
masyarakat. Ketika mereka diakui oleh kepribadian tersebut juga dilakukan
masyarakat maka identitas sosialnya pun untuk mempersiapkan diri klien
akan terbentuk kembali. Berdasarkan pemasyarakatan agar ketika kembali ke
pada teori terkait desistensi, salah satu masyarakat, mereka dapat menangani
faktor individu memutuskan untuk tidak dan mengatasi stigma yang diberikan
lagi melakukan kejahatannya masyarakat. Kegiatan yang dilakukan

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


73
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
dalam bimbingan kepribadian meliputi ketika mereka kembali ke masyarakat.
bimbingan kerohanian penyuluhan Dalam melakukan program
keagamaan dan bimbingan pasca bimbingannya, Bapas Kelas I Jakarta
rehabilitasi khusus bagi klien Selatan bekerjasama dengan pihak
pemasyarakatan narkoba. Dalam eksternal diantara lain adalah BPKD
program bimbingan kerohanian, maka Jakarta Selatan.
akan dilakukan penyuluhan agama Dalam membantu klien
selama satu bulan sekali. Dalam pemasyarakatan untuk mengatasi stigma
menjalankan program bimbingan yang ada di masyarakat, Bapas tidak
kerohanian tersebut, Bapas Jakarta hanya melaksanakan program bimbingan
Selatan bekerjasama dengan bagi klien pemasyarakatan saja. Bapas
Departemen Agama untuk menghadirkan juga turun ke lapangan untuk
rohaniawan. Selain itu ada pula program memberikan kunjungan ke rumah-rumah
bimbingan pasca rehabilitasi khusus bagi (home visit) klien pemasyarakatan. Jadi
klien pemasyarakatan narkoba yang tidak hanya klien pemasyarakatan yang
dilakukan satu bulan sekali. Dalam rutin datang ke Bapas untuk wajib lapor
menjalankan program tersebut, Bapas dan mengikuti bimbingan, namun pihak
Jakarta Selatan bekerjasama dengan Bapas pun, melalui Pembimbing
Badan Narkotika Nasional (BNN). Kemasyarakatan (PK) mengadakan
Bimbingan pasca rehabilitasi yang kunjungan ke wilayah tempat tinggal
dilakukan tesebut meliputi kegiatan klien pemasyarakatan yang dibimbinng.
therapeutic community dan family Kunjungan ke rumah dilaksanakan
support. Selain itu Bapas juga minimal satu bulan sekali oleh masing-
bekerjasama dengan Yayasan Kharisma masing pembimbing
dalam memberikan bimbingan kemasyarakatan. Melalui kunjungan ke
kepribadian berupa penyuluhan terkait rumah (home visit) tersebut, pembimbing
HIV / AIDS dan VCT kepada klien kemasyarakatan dapat melakukan survei
pemasyarakatan narkoba. lapangan dimana diharapkan akan
Selain program bimbingan ditemukan permasalahan yang timbul di
kepribadian, Bapas juga mempunyai dalam lingkungan tempat tinggal klien
program bimbingan kemandirian untuk pemasyarakatan. Pada saat melakukan
klien pemasyarakatan. Program kunjungan ke rumah tersebut lah
bimbingan kemandirian tersebut pembimbing kemasyarakatan dibawah
ditujukan untuk menambah dan Bapas melakukan sosialisasi kepada
meningkatkan keterampilan klien tetangga di sekitar lingkungan tempat
pemasyarakatan. Bimbingan kemandirian tinggal klien pemasyarakatan. Hal
yang ada di Bapas Kelas I Jakarta Selatan tersebut dirasa penting untuk dilakukan
saat ini adalah berupa kegiatan service karena tidak semua masyarakat memiliki
dan las pendingin ruangan (Air pehamaham terkait bimbingan
Conditioner) yang tersertifikasi. Dengan kemasyarakatan baik yang dilakukan
adanya kegiatan bimbingan kemandirian sebelumnya di lembaga pemasyarakatan
tersebut, diharapkan akan menambah maupun saat berada di balai
kemampuan dan keterampilan klien pemasyarakatan. Menurut pihak Bapas,
pemasyarakatan sehingga mereka sosialisasi kepada masyarakat tersebut
mempunyai nilai dan kemampuan bermanfaat agar masyarakat tidak lagi
tambahan dalam mencari pekerjaan memberikan stigma negatif terhadap

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


74
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
mantan narapidana saat berada di stigma yang diberikan kepada mantan
tengah-tengah masyarakat. narapidana narkoba pun lebih nyata lagi
Menurut salah satu pembimbing dan mengarah kepada stigma yang
kemasyarakatan yang diwawancarai, negatif. Berdasarkan data yang diperoleh
dalam upaya mencapai re-integrasi sosial dari hasil temuan di lapangan, mayoritas
yang berhasil, tidak hanya lembaga klien pemasyarakatan narkoba yang
pemasyarakatan dan narapidana saja berada dibawah bimbingan Balai
yang memiliki peran, namun masyarakat Pemasyarakatan Kelas I Jakarta Selatan
juga dituntut untuk dapat berperan merasakan adanya stigma negatif
secara aktif untuk membantu proses re- terhadap diri mereka saat kembali ke
integrasi sosial. Untuk itulah kemudian masyarakat. Namun reaksi dari klien
Bapas melakukan kunjungan ke rumah- pemasyarakatan narkoba yang diberikan
rumah klien untuk memberikan sosialisasi stigma tersebut pun berbeda-beda.
dan pehamaman terkait bimbingan di Dikatakan bahwa masalah terbesar bagi
balai pemasyarakatan yang dijalani oleh mantan narapidana adalah sikap
klien pemasyarakatan. Beliau terhadap diri sendiri. Bagi klien
mengatakan bahwa masyarakat yang pemasyarakatan narkoba yang tidak
paling dekat dengan klien meyakini stigma yang ada di masyarakat,
pemasyarakatan, yang mana adalah maka dampak dari stigma negatif
keluarga, harus berperan aktif untuk tersebut tentu tidak akan terkena
membantu klien pemasyarakatan pada kepadanya. Dalam menghadapi stigma
saat kembali ke lingkungan sosialnya. yang diberikan oleh masyarakat, masing-
Peran keluarga tentunya menjadi masing klien pemasyarakatan narkoba
penentu bagi klien pemasyarakatan memiliki mekanisme mengatasi (coping)
dalam bersikap saat kembali ke stigma sendiri yang telah dilakukan.
masyarakat. Apabila keluarga dapat Stigma diibaratkan sebagai kesulitan
memberi dukungan positif, maka (adversity) yang dihadapi oleh klien
masyarakat di sekitar pun dapat pemasyarakatan saat kembali ke
melakukan hal yang sama. Jika setiap masyarakat. Sehingga dari kesulitan
anggota masyarakat mampu memberikan tersebut terdapat upaya dari klien untuk
dukungan yang posistif, maka lama menjalani suatu proses bertahan
kelamaan stigma negatif terhadap (resilience process) untuk melewati masa-
mantan narapidana di masyarakat pun masa kesulitan tersebut.
dapat perlahan-lahan memudar bahkan Mekanisme mengatasi (coping) lah yang
menghilang. kemudian berperan dalam proses
Kesimpulan bertahan oleh klien pemasyarakatan
Stigma terhadap mantan narapidana, narkoba tersebut. Dalam mekanisme
baik itu nyata atau yang dirasakan, mengatasi (coping) stigma yang dilakukan
memang masih banyak ditemukan oleh klien pemasyarakatan narkoba,
didalam masyarakat sampai saat ini. terdapat peran dari keluarga dan teman-
Stigma terhadap mantan narapidana teman sebagai support group dari klien
narkoba ditemukan lebih banyak pemasyarakatan narkoba. Selain memiliki
dikarenakan kejahatan narkoba support group, mempunyai pekerjaan
bersamaan dengan terorisme dan korupsi yang stabil juga menjadi aspek yang
dikategorikan sebagai kejahatan luar mendukung keberhasilan suatu
biasa (extraordinary crime). Sehingga

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


75
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
mekanisme mengatasi (coping) stigma. banyak ditemui. Untuk itu Bapas
Hasil yang diperoleh dari temuan pun kemudian membuat program
beragam, namun secara keseluruhan pembimbingan yang bertujuan untuk
masing-masing dari klien membantu re-integrasi sosial klien
pemasyarakatan narkoba mempunyai pemasyarakatan, terutama jika harus
support group yang baik. Walaupun berhadapan dengan stigma di
banyak dari mereka yang belum memiliki masyarakat. Program bimbingan yang
pekerjaan yang stabil, paling tidak diberikan oleh Bapas meliputi program
dukungan positif yang datang dari bimbingan kepribadian, program
support group mereka membawa bimbingan kemandirian, serta kunjungan
keberhasilan dalam mengatasi (coping) ke rumah (home visit) klien
stigma yang ada di masyarakat. pemasyarakatan.
Selain itu, akibat terciptanya support Dengan demikian dapat
group dan pekerjaan yang stabil, klien disimpulkan bahwa dalam menghadapi
pemasyarakatan narkoba pun mencapai stigma yang ada di masyarakat, klien
desistensi, yaitu tidak lagi melakukan pemasyarakatan narkoba memiliki
kejahatan. Dipercayai bahwa desistensi mekanisme mengatasi (coping) yang
yang dilakukan oleh seorang mantan berbeda-beda. Walaupun mempunyai
narapidana dapat menghasilkan mekanisme yang berbeda-beda, namun
judgement positif dari masyarakat. secara keseluruhan hasil yang diperoleh
Dimana masyarakat melihat sosok dari proses mekanisme mengatasi
mantan narapidana sebagai pribadi yang (coping) stigma tersebut mengarah pada
telah berubah menjadi lebih baik. Adanya hasil yang baik. Aspek utama yang
penilaian dari masyarakat dilihat dari cara memainkan peranan paling besar dalam
mantan narapidana berinteraksi dengan keberhasilan klien pemasyarakatan
masyarakat. Selain itu, keluarga juga narkoba dalam mengatasi stigma adalah
memainkan peran penting dalam dengan adanya dukungan yang positif
membantu proses desistensi dari seorang dari keluarga maupun teman-teman klien
mantan narapidana. Dengan adanya pemasyarakatan narkoba. Selain
judgement positif dari masyarakat maka didukung oleh support group yang baik,
akhirnya mantan narapidana pun sikap terhadap diri sendiri juga
memperoleh kepercayaan dari mempengaruhi cara pandang klien
masyarakat (social trust). pemasyarakatan terhadap stigma mantan
Permasalahan terkait stigma bukan narapidana yang diberikan oleh
merupakan permasalahan yang harus masyarakat. Dalam mengatasi (coping)
dihadapi dan diatasi oleh klien stigma, hampir seluruhnya klien
pemasyarakatan saja. Lebih dari itu, pemasyarakatan narkoba menggunakan
permasalahan terkait stigma terhadap mekanisme yang berorientasi pada
klien pemasyarakatan narkoba juga masalah yang akan ditimbulkan, bukan
menjadi tanggungjawab dari Balai pada perasaan yang dirasakan oleh klien
Pemasyarakatan sebagai lembaga yang pemasyarakatan narkoba pada saat
memberikan bimbingan terhadap klien diberikan stigma. Dengan fokus pada
pemasyarakatan narkoba. Berdasarkan permasalahan, maka klien
temuan di lapangan, Bapas sendiri pemasyarakatan narkoba menjadi lebih
menyadari bahwa stigma masyarakat fokus lagi pada pengembangan dirinya
terhadap mantan narapidana masih sendiri, perencanaan terhadap

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


76
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
kehidupannya yang akan datang, serta masyarakat. Oleh karena itu, untuk
fokus mencari dukungan sosial yang menghindari hal tersebut terjadi
dapat membantunya dalam mengatasi kiranya masyarakat dapat berperan
(coping) stigma. aktif juga dalam proses re-integrasi
sosial mantan narapidana di
Implikasi masyarakat.
Berdasarkan kesimpulan Selain itu, Balai
penelitian yang telah diuraikan Pemasyarakatan juga diharapkan
sebelumnya ditemukan bahwa dapat memberikan bimbingan yang
masyarakat masih memberikan stigma sesuai dengan kebutuhan dari klien
negatif terhadap mantan narapidana pemasyarakatan. Program bimbingan
ketika mereka kembali ke lingkungan yang diberikan kepada klien
sosialnya. Masyarakat seharusnya pemasyarkatan dinilai masih kurang
merubah pandangannya terhadap tepat sasaran. Dimana jika berbicara
mantan narapidana. Mantan mengenai bimbingan kemandirian,
narapidana umumnya menyesali program yang dimiliki oleh Bapas
tindak kejahatan yang dilakukan pada Jakarta Selatan saat ini masih terbatas.
masa lampau. Mereka mempunyai Kiranya kedepannya akan terjalin
keinginan untuk menebus kerjasama dengan pihak-pihak lain
dosa-dosanya di masa lampau dan untuk dapat mewujudkan program
memulai kehidupan yang baru dengan bimbingan kemandirian yang tepat
memberikan partisipasi sosial di dalam guna. Selain itu, jika berbicara
kehidupan masyarakat agar statusnya mengenai klien pemasyarakatan
dapat disamakan dengan anggota narkoba, selain memperoleh berbagai
masyarakat lainnya. Ketika mantan program bimbingan dan penyuluhan,
narapidana sudah berusaha untuk mereka juga membutuhkan adanya
berubah, maka sisanya adalah perawatan medis karena
bagiamana masyarakat dapat penyalahgunaan yang mereka lakukan
menerima mereka dengan baik. sebelumnya. Namun di Bapas Jakarta
Stigma yang diberikan masyarakat Selatan sendiri belum memiliki
terhadap mantan narapidana tentunya perawatan medis secara khusus untuk
tidak dapat diterima dengan baik oleh klien pemasyarakatan narkoba.
masing-masing dari mantan Sampai saat ini diketahui jika
narapidana tersebut dengan baik. Jika perawatan medis dilakukan oleh BNN
mereka tidak dapat menerimanya dimana BNN memantau kondisi
dengan baik maka dampak negatif dari kesehatan dari klien pemasyarakatan
stigma tersebut pun akan terkena narkoba.
kepada mereka. Pada akhirnya mereka Dengan demikian, merupakan
akan meyakini label penjahat yang ada tugas dari semua pihak untuk dapat
di masyarakat dan memungkinkan mewujudkan re-integrasi sosial yang
bagi mereka untuk mengulangi berhasil. Tidak hanya lembaga
kejahatan yang sama. Dikatakan pemasyarakatan yang berperan aktif,
bahwa residivisme dianggap sebagai namun masyarakat pun wajib berperan
kegagalan sosial yang diindikasikan aktif dalam mewujdukan hal tersebut.
dari sejauh mana pelanggar hukum Selain itu, diharapkan juga klien
dapat diterima atau tidak dalam pemasyarakatan mempunyai pandangan

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


77
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
yang lebih positif terhadap stigma yang How Stigma Limits the Options of
masih ada di masyarakat dan fokus pada Female Drug Users After Release
pengembangan diri. from Jail,” Substance Abuse
Treatment, Prevention, and
Referensi Policy,Vol. 4, No. 10 (2009): 1-10.

Brandi Blessett dan Marie Pryor, “The Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian

Invisible Job Seeker: The Absence Kualitatif. (Bandung: Remaja


of Ex-Offenders in Discussions of Rosdakarya, 2005) 6.
Diversity Management,” Public
Major B dan O’Brien LT, “The Social
Administration Quarterly, Vol. 37
(2013): 433-455 Pyschology of Stigma.” (University
of California, 2005).
Cheryl Lero Jonson dan Francis T. Cullen,
Margart Shih, “Positive Stigma:
“Prisoner Reentry Programs,”
Crime and Justice, Vol. 44, No.1 Examining Resillience and
(2015): 517-575. Empowerment in Overcoming
Stigma,” The ANNALS of the
CNN Indonesia, “Survei BNN: 2,3 Juta
American Academy of Political
Pelajar Konsumsi Narkoba.”CNN, and Social Science, Vol. 591
Juni 22, 2019. (2004): 175-185.

Corrigan PW, “Self-Stigma and The “Why Mark T. Berg, “Reentry and the Ties that

Try” Effect: Impact on Life Goals Bind: An Examination of Social


and Evidence-Based Practices.” Ties, Employment, and
(Illionis Institute of Technology, Recidivism,” Justice Quarterly,
2009). Vol.28 (2011): 382-410.

Elizabeth Cromwell, “Modern Varieties Monica Matthieu dan Andre Ivanoff,

and Sustainable Development: “Using Stress, Appraisal, and


New Evidence from Different Coping Theories in Clinical
Perspectives,” Journal of Practice: Assessments of Coping
International Development, Vol. 3, Strategies After Disasters,” Brief
No. 5 (1991): 551-556. Treatment and Crisis Intervention,
Vol. 6 (2006):337-348.
Humas BNN, “Hari Anti Narkoba
Rina Widiastuti, “Yasonna Sebut Kasus
Internasional (HANI) 2019
“Milenial Sehat Tanpa Narkoba Narkoba Jadi Momok Lembaga
Menuju Indonesia Emas,” Badan Pemasyarakatan,” Tempo.Co,
Narkotika Nasional, Juni 26, 2019. April 27, 2019.

Juliana van Olphen, “Nowhere to Go: Robert J. Sampson dan John H. Laub,

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019


78
Sudirman, K.A & Sulhin, I Mekanisme Mengatasi Stigma
“”Crime in The Making: Pathways
and Turning Points Through Life.”
(Harvard University Press, 1993).
Shelley Johnson Listwan, Francis T.
Cullen, dan Edward J, Latessa,
“How to Prevent Prisoner Re-
entry Programs From Failing:
Insights From Evidence-Based
Corrections,” Federal Probation,
Vol, 70 No. 3 (2006): 19-25.
Susan Lockwood dan John M. Nally, “The
Effect of Correctional Educational
on Postrelease Employment and
Recidivism: A 5-Year Follow-Up
Study in the State of Indiana,”
Crime and Delinquency, Vol. 58
(2012): 380-396.
Trevor Hugh Bennett dan Katy Holloway,
“The Causal Connection Between
Drug Misuse and Crime,” British
Journal of Criminology Vol. 49, No. 4
(2009): 513-531.

Journal of Correctional Issues Volume 2, No.2 | 2019

You might also like