You are on page 1of 18

PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.

2,Desember 2018

Pengaruh Motivational Group terhadap Penurunan Penggunaan NARKOBA pada Perempuan


Penyalahguna NARKOBA di Kecamatan Cimahi Tengah

Soraya Medina1*, A Nelson Aritonang2 , Jumayar Marbun3


Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

*sorayamedina56@yahoo.com

Abstract

Women victims of substance abuse or drugs in Cimahi Tengah consists of various groups, namely
housewives, students, and even high school girls. Abuse of substances by women not only cause
health problems, but also affects the psychological, the task of women as mothers to educate and
care for children become dormant because women abusers put substances or drugs in the first
sequence is the next needs of their children. In Kecamatan Cimahi Tengah, the existence of abusive
women is very hidden even families in this case parents do not know the substance abuse
experienced by their child. Women abusers in Cimahi Tengah have not accessed the source system
in the form of rehabilitation because there is no motivation from within them plus the fear and
shame of social punishment that will be received. In previous practicum activities, the researcher
applied Motivational Interviewing done individually on the subject of AP and had an impact on
increasing motivation on the subject, but when the subject returned to her social environment and
she did not get support from the family, AP misused again the substance. Women abusers who have
not received support from the community or family usually prefer to join in the group, this is the
basis for the formation of Motivational Group. The purpose of this study is to determine the effect
of Motivational Group on the decrease in frequency and dose of substance use on the subject of AP.
The research used quantitative approach with Single Subject Design (SSD) method and A-B-A
design model. Initial baseline showed that subjects were initially unable to pass the day without
using a substance with a frequency of 9 times in a period of six consecutive days and the doses used
were excimer of 17 grains and 5 shoots of shabu. After the intervention was made in eleven times,
there was a decrease in frequency of use that is equal to 54,5% and decrease to dose equal to
46,7%. Implementation Motivational Group can be said to have an effect to lower the frequency
level and dose of substance use on the subject.

Key Words: Influence Of Motivational Group, Female Drug Abusers

Abstrak

Perempuan korban penyalahgunaan zat atau obat-obatan di Kecamatan Cimahi Tengah terdiri dari
berbagai kalangan yaitu, ibu rumah tanggga, mahasiswi, bahkan siswi sekolah menengah.
Penyalahgunaan zat oleh perempuan tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan saja, namun juga
berdampak pada psikologisnya, selain itu pula tugas perempuan sebagai ibu untuk mendidik dan
merawat anak menjadi terbengkalai karena perempuan penyalahguna menempatkan zat atau obat
diurutan pertama selanjutnya adalah kebutuhan anak mereka. Di Kecamatan Cimahi Tengah,
keberadaan perempuan penyalahguna sangat tersembunyi bahkan keluarga dalam hal ini orangtua
tidak mengetahui penyalahgunaan zat yang dialami oleh anak mereka. Perempuan penyalahguna di
Kecamatan Cimahi tengah belum mengakses sistem sumber berupa rehabilitasi karena belum
adanya motivasi dari dalam diri mereka ditambah dengan adanya rasa takut dan malu terhadap
hukuman sosial yang akan diterimanya. Pada kegiatan praktikum yang sebelumnya telah
dilaksanakan, peneliti menerapkan Motivational Interviewing yang dilakukan secara individual

316
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

pada subjek AP dan berdampak pada peningkatan motivasi pada subjek, namun ketika subjek
kembali ke lingkungan pergaulannya dan ia tidak mendapatkan dukungan dari keluarga, ia kembali
menyalahgunakan zat. Perempuan penyalahguna yang belum mendapatkan dukungan dari
masyarakat maupun keluarga biasanya lebih memilih untuk bergabung didalam kelompok, hal ini
yang menjadi dasar pembentukan Motivational Group. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh Motivational Group terhadap penurunan frekuensi dan dosis penggunaan zat
pada subjek AP. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Single Subject
Design (SSD) dan model rancangan A-B-A. Baseline awal menunjukkan bahwa subjek pada
awalnya tidak dapat melewatkan hari tanpa menggunakan zat dengan frekuensi yaitu sebanyak 9
kali dalam periode waktu enam hari berturut-turut dan dosis yang digunakan adalah excimer
sebanyak 17 butir serta shabu sebanyak 5 shoot . Setelah diberikan intervensi yang dilakukan dalam
sebelas kali pertemuan, terjadi penurunan frekuensi penggunaan yaitu sebesar 54,5 % dan
penurunan terhadap dosis sebesar 46,7%. Implementasi Motivational Group dapat dikatakan
berpengaruh untuk menurunkan tingkat frekuensi dan dosis penggunaan zat pada subjek.

Kata Kunci: Pengaruh Motivational Group, Perempuan Penyalahguna NARKOBA

1. PENDAHULUAN butir tramadol, dan 152 butir riklona. Data


Kota Cimahi dihimpit tiga Kota yaitu BNN Kota Cimahi dari tahun 2011 sampai
Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan Kota dengan 2017 mencatat ada 191 kasus
Bandung dengan luas 40 KM2 dengan jumlah penyalahgunaan NARKOBA yang tersebar di
penduduk sebanyak 613.000 jiwa dan 40% atau tiga kecamatan yaitu Kecamatan Cimahi Utara
sebanyak 240.000 penduduk rentan terhadap sebanyak 48 kasus, Kecamatan Cimahi Selatan
penyalahgunaan NAKOBA (Walikota Cimahi sebanyak 61 kasus, dan penyumbang terbesar
Ajay Muhammad, 2018). Pada tahun 2016, dari Kecamatan Cimahi Tengah yaitu sebanyak
kasus penyalahgunaan NARKOBA di wilayah 81 kasus.
POLRES Cimahi yang meliputi Kota Cimahi BNN dan Puslitkes UI sejak tahun 2009
dan Kabupaten Bandung Barat menduduki hingga 2012 telah melakukan survey mengenai
peringkat kedua tertinggi di Jawa Barat dengan penggunaan NARKOBA di semua Provinsi dan
trend penggunaan obat-obat psikotropika yang jumlahnya cenderung stabil, tetapi khusus bagi
dijual terbatas. Data jumlah Kasus pada Satuan pengguna di kalangan perempuan justru
Reserse NARKOBA POLRES Cimahi tahun meningkat setiap tahunnya sebanyak 6 – 8%
2017 mencatat ada 97 kasus dengan 123 setiap tahunnya. Temuan dilapangan, jumlah
tersangka dari wilayah Kota Cimahi dan perempuan penyalahguna NARKOBA di
Kabupaten Bandung Barat pada bulan Januari Kecamatan Cimahi Tengah cukup besar
hingga Desember 2017 dengan barang bukti meskipun belum diketahui pasti secara
terbanyak diantaranya 87,34 gram shabu , 7 kuantitas, namun dari kelompok narasumber
kilogram ganja, 22.232 butir excimer, 5.628 saja terdapat sekitar 20 orang penyalahguna

317
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

NARKOBA perempuan yang masih aktif. masyarakat untuk ikut terlibat didalam
Perempuan penyalahguna NARKOBA yang pencegahan dan penanganan permasalahan
ada di Kecamatan Cimahi Tengah terdiri dari NARKOBA termasuk didalamnya ajakan
berbagai kalangan yaitu ibu rumah tangga, untuk mengikuti program rehabilitasi bagi
mahasiswi, siswi sekolah menengah, karyawan korban penyalahgunaan NARKOBA.
pabrik, bahkan pada asisten rumah tangga. Penyalahguna NARKOBA perempuan
Temuan tersebut membuat peneliti ingin cenderung tidak berusaha untuk mencari
mengetahu lebih dalam mengenai kehidupan pengobatan, hal ini dikarenakan kurang adanya
perempuan penyalahguna NARKOBA yang motivasi perubahan dalam diri individu dan
ada di Kecamatan Cimahi Tengah. besarnya rasa takut yang dimiliki mereka. Rasa
Penggunaan NARKOBA pada takut yang muncul dari diri pengguna adalah,
perempuan, menimbulkan efek yang jauh lebih takut akan masa depan, takut akan teman-teman
serius daripada efek yang ditimbulkan pada atau pasangan hidup, dan yang terberat adalah
pengguna laki-laki. Efek yang ditimbulkan ini takut akan hukuman sosial yang akan
tidak hanya berkaitan dengan masalah menimpanya (Elements behavioral health,
kesehatan, namun juga berdampak pada 2010). Hal ini sejalan dengan kondisi yang ada
psikologisnya (BNN, 2013). Rehabilitasi di lapangan, yaitu peserta pada program
diperuntukkan untuk penyalahguna rehabilitasi rawat jalan di Puskesmas Cimahi
NARKOBA seperti yang tertuang dalam Tengah dan Rumah Sakit MAL didominasi
Peraturan Menteri Sosial Nomor 26 Tahun oleh laki-laki dari total keseluruhan peserta
2012 yang berisi bahwa korban rehab hanya 2 orang saja penyalahguna
penyalahagunaan NARKOBA berhak atas perempuan yang mengikuti program ini.
rehabilitasi yang menjadi tanggung jawab Program bagi penanganan
pemerintah dan masyarakat sesuai dengan permasalahan perempuan penyalahguna
amanat UU No. 5 Tahun 1997 dan UU No. 35 NARKOBA tentunya tidak akan berjalan
Tahun 2009. Dalam berbagai kesempatan, apabila belum ada motivasi di dalam diri
BNN Kota Cimahi melakukan sosialisasi dan mereka sehingga dibutuhkan peningkatan
penyuluhan mengenai Rehabilitasi medis dan motivasi pengguna terhadap perubahan.
Rehabilitasi sosial kepada anggota masyarakat, Berdasarkan hasil pada kajian dibeberapa
keluarga, tokoh masyarakat, hingga pendidik tahapan pada saat praktikum fokus peneliti
yang ada di Kota Cimahi dengan harapan adalah terhadap permasalahan penyalahgunaan
materi tersebut pada akhirnya akan sampai NARKOBA dikalangan perempuan yaitu
kepada kelompok sasaran yaitu penyalahguna, subjek AP, VR, dan TR (remaja dan ibu rumah
dalam kegiatan tersebut BNN mengajak tangga). Permasalahan yang terjadi pada subjek
318
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

yaitu diantaranya rendahnya motivasi diri figur orang tua meningkatkan resiko
untuk perubahan sehingga mereka tidak multigenerasional atau penggunaan
berusaha untuk mencari bantuan dalam hal ini NARKOBA menjadi turun-temurun. Naluri
adalah mengakses sistem sumber yang tersedia. keibuan mereka seakan lenyap bersamaan
Tidak sedikit penyalahguna NARKOBA yang dengan hilangnya kesadaran akibat
masih aktif kebingungan ketika ditanya NARKOBA. Kebutuhan anak menjadi nomor
mengapa masih menggunakan NARKOBA kesekian dan nomor satunya adalah
padahal merekapun paham betul dampak dan NARKOBA. Kurangnya pengetahuan keluarga
kerugian yang timbul akibat penggunaan terus- terutama orang tua juga menjadi faktor
menerus setiap harinya baik itu dampak fisik, penyebab penyalahgunaan mereka, menurut
emosional, sosial, maupun finansial. pengakuan dari salah satu perempuan
Perempuan penyalahguna yang ada di penyalahguna menyatakan bahwa ibunya
Kecamatan Cimahi Tengah mengaku bisa pernah menemukan 5 butir trihexy di dalam
kapan saja mengehentikan penggunaan saku celananya reaksi ibunya hanyalah
NARKOBAnya kalau mereka mau, namun menanyakan kepemilikan dari obat tersebut dan
menurut mereka rasanya seperti ada yang hanya sebatas memberi tahu jangan meminum
kurang apabila tidak mengkonsumsi obat-obatan yang tidak jelas asal-usulnya,
NARKOBA seharian. Pola kebiasaan ini setelah itu berlalu begitu saja tanpa ada tindak
menjadikan penyalahguna sulit untuk dapat lanjut, hal ini membuat penyalahguna tidak
lepas dari jeratan NARKOBA. Efek-efek memiliki efek jera dan dengan bebas
euforia, santai, senang, fly , selalu membayangi melanjutkan perilaku penyalahgunaannya.
hari-hari mereka. Kehadiran seorang bahkan Selain orang tua, kondisi diperburuk dengan
dua orang anak bukan penghalang mereka suami mereka yang mengetahui dan sama-sama
untuk tetap menggunakan NARKOBA, bahkan menggunakan NARKOBA, pembiaran dari
seringkali mereka meminum obat-obat keras suami menjadikan perempuan penyalahguna
tersebut didepan wajah polos sang anak, bukan dapat secara bebas memuaskan keinginannya
hal yang tidak mungkin apabila perilaku untuk tetap dalam pengaruh NARKOBA
penyalahgunaan akan meregenerasi terhadap sedangkan menurut Dmitry, (2012) motivasi
anak-anak mereka hal ini pula yang pemulihan untuk alkoholik atau penyalahguna
dikemukakan oleh National Drug Intelligence NARKOBA harus mempertimbangkan tiga
Center (2006) bahwa anak-anak dari aspek motivasi yaitu pertama motivasi internal
penyalahguna NARKOBA sering klien, kedua pengaruh lingkungan seperti
diterlantarkan oleh orang tuanya dan adanya ketersediaan sumber daya dan dukungan
perilaku penyalahgunaan NARKOBA pada interpersonal, ketiga adalah pengaruh
319
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

profesional (yang memberi pelayanan) untuk 2. Motivational Group dapat menurunkan


merangkum keseluruhan aspek tersebut maka dosis penggunaan NARKOBA pada
dibentuklah Motivational Group sebagai media subjek AP
untuk membantu perempuan penyalahguna
meningkatkan motivasi perubahan. 2. METODE
Peranan kelompok sangatlah Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan
berpengaruh besar terhadap keberhasilan Cimahi Tengah Kota Cimahi dengan jangka
pengobatan subjek. MI yang dianggap cukup waktu yang diperlukan selama enam bulan,
berhasil untuk subjek AP dikembangkan yaitu sejak Februari s/d Mei 2018.Penelitian ini
kedalam kegiatan kelompok dengan tujuan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
untuk dapat merubah perilaku penggunaan metode penelitian eksperimental dan disain
NARKOBA. Motivational Group dapat penelitiannya menggunakan disain subjek
dijadikan alternatif bagi perempuan korban tunggal (Single Subject Design) atau N=1.
penyalahgunaan NARKOBA untuk dapat Penelitian dengan Single Subject Design atau
meningkatkan motivasi perubahan. Anggota dikenal dengan SSD merupakan metode
kelompok berperan untuk memperkuat gagasan evaluasi yang banyak digunakan dalam praktek
bahwa mereka tidak sendirian dan dapat pekerjaan sosial dalam seting pelayanan
menciptakan sistem dukungan bagi anggotanya langsung yang ditujukan untuk mengevaluasi
serta menjadi wadah untuk berbagai kegiatan perubahan perilaku subjek setelah diberikan
positif demi mengurangi penggunaan intervensi dalam kurun waktu yang ditentukan.
NARKOBA pada perempuan. Perbandingan tidak dilakukan atar individu
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dalam kelompok tetapi dibandingkan pada
memahami permasalahan yang dialami oleh subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda.
perempuan korban penyalahgunaan Model rancangan subjek tunggal yang
NARKOBA dan melakukan penurunan digunakan adalah model A-B-A. Desain A-B-
frekuensi dan dosis penggunaan NARKOBA A menunjukkan adanya hubungan sebab akibat
dengan menerapkan Motivational Group . antara variable terikat yakni perilaku
Hipotesis yang dirumuskan penelitian penyalahgunan NARKOBA dan variabel bebas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : yakni Motivational Group Prosedur
1. Motivational Group dapat menurunkan pelaksanaan dilakukan dengan mengukur target
Frekuensi penggunaan NARKOBA pada perilaku secara kontinyu pada kondisi baseline
subjek AP (A1) dengan periode waktu tertentu kemudian
pada kondisi intervensi (B), pengukuran pada
kondisi baseline yang kedua (A2) ini
320
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

dimaksudkan sebagai kontrol untuk fase yang ingin diukur. Validitas ini disebut juga
intervensi sehingga memungkinkan untuk validitas muka, validitas isi dilakukan dengan
menarik kesimpulan adanya hubungan melakukan konsultasi kepada dosen
fungsional antara variabel bebas dan variabel pembimbing.
terikat model ABA sebagai berikut ; (1) Fase A, 2.1 Teknik Analisis Data
disebut juga baseline (A1) adalah gambaran Dalam penelitian ini, teknik analisa data
kondisi awal perilaku penggunaan NARKOBA dilakukan dengan menggunakan statistik
pada subjek AP sebelum intervensi dalam inferensial. Statistik inferensial dilakukan
keadaan alamiah sebagai dasar untuk untuk menguji hipotesis dengan uji t atau t-test,
pengamatan dan penilaian pada variabel terikat, dan untuk mengukur rata-rata perbedaan antara
(2) Fase B atau fase intervensi, fase treatment skor target pengukuran yang diperoleh pada
adalah implementasi dari intervensi yang fase baseline dan fase intervensi dengan
diberikan secara berulang dalam periode waktu menggunakan perbandingan two standard
tertentu yaitu penerapan Motivational Group, deviation (2 SD). Untuk mendapatkan hasil
(3) Fase A2, merupakan fase hasil atau fase tentang perbedaan perilaku penggunaan
akhir. Pada tahap ini peneliti melakukan NARKOBA pada responden sebelum dan
asesmen kembali dan observasi lanjutan setelah intervensi, peneliti melakukan uji beda
terhadap Pengaruh Motivational Group dan dua sample dependent (paired sample) untuk
melakukan pengukuran kembali terhadap skala perilaku penggunaan NARKOBA.
perilaku penggunaan NARKOBA pada subjek Pengukuran ini merujuk pada subjek yang sama
AP hingga memperoleh data yang stabil dengan yaitu responden yang ditujukan untuk
hasil pengukuran yang menetap. mengetahui sejauh mana penurunan perilaku
Teknik pengambilan sampel yang penggunaan NARKOBA responden yang
digunakan adalah purposive sampling yaitu berhasil diraih olehnya.
teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini yaitu satu orang orang perempuan 3.1 Deskripsi Subjek Penelitian
korban penyalahgunaan NARKOBA yang Subjek dalam penelitian adalah
masih aktif menggunakan NARKOBA yaitu perempuan bernama “AP” berusia 31
subjek AP. tahun dan sudah menikah namun suami
Dalam penelitian ini digunakan validitas isi “AP” meninggalkannya ketika sedang
(Content Validity) yaitu sejauh mana butir tes hamil 8 bulan, “AP” memiliki seorang
mencakup keseluruhan indikator kompetensi anak perempuan. Subjek aktif
yang dikembangkan dan materi atau bahan menggunakan NARKOBA obat keras
321
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

terbatas (OKT) jenis trihexy dan excimer Tabel 3.1 Pencatatan Frekuensi Penggunaan
sejak tahun 2005 – 2018 dan penggunaan NARKOBA Subjek AP Sebelum Intervensi
shabu-shabu di pertengahan 2017 – 2018 . Sumber : Data hasil pengamatan frekuensi
Setiap hari subjek mengkonsumsi OKT penggunaan NARKOBA tahun 2018
sebanyak 2-3 dan shabu sebanyak 0,25 Total frekuensi penggunaan NARKOBA
gram dalam seminggu. subjek berdasarkan pengamatan adalah dengan
Subjek bekerja sebagai asisten rumah total 9 kali penggunaan dalam 6 hari berturut-
tangga tidak tetap dan ia seringkali turut. Jenis Narkoba yang paling sering
mendapatkan obat-obatan dan shabu digunakan adalah excimer yaitu sebanyak 7
secara cuma-cuma dari majikannya yang kali dan Shabu sebanyak 2 kali penggunaan.
juga teman subjek. “AP” hidup Subjek menggunakan NARKOBA rata-rata
dilingkungan yang juga banyak terdapat sebanyak 1 kali per hari dan yang terbanyak
penyalahguna NARKOBA diantaranya, adalah 2 kali per hari dengan pola pencampuran
kakak ke 2 “AP” (alm) meninggal karena Excimer dan Shabu. Subjek biasa
over dosis, kakak ke 3 masih aktif menggunakan NARKOBA bersama dengan
menggunakan NARKOBA dan sedang teman-temannya. Selain itu dosis penggunaan
menjalani terapi methadon, kakak ipar dan subjek dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :
adik AP masih aktif menggunakan Tanggal Jenis Tally Total
NARKOBA. Kondisi awal penggunaan NARKOBA terjadinya Kejadian
perilaku
NARKOBA subjek dilihat dari frekuensi
11 Apr Excimer III 3 Butir
dan dosis penggunaan sebelum intervensi 2018
digambarkan dalam tabel berikut : 12 Apr Excimer III 3 Butir
Tgl Jenis Tally Total 2018
NARKOBA terjadinya Kejadian 13 Apr Excimer II 2 Butir
perilaku 2018 Shabu II 2 Shoot
11 Apr Excimer I 1 Kali 14 Apr Excimer IIII 4 Butir
2018 2018
12 Apr Excimer I 1 Kali 15 Apr Excimer III 3 Butir
2018 2018
13 Apr Excimer I 2 Kali 16 Apr Excimer II 2 Butir
2018 Shabu I 2018 Shabu III 3 Shoot
14 Apr Excimer II 2 Kali Jumlah 22
2018 Tabel 3.2 Pencatatan Dosis Penggunaan
15 Apr Excimer I 1 Kali NARKOBA Subjek AP Sebelum Intervensi
2018
Sumber : Data hasil pengamatan dosis
16 Apr Excimer I 2 Kali
2018 Shabu I penggunaan NARKOBA tahun 2018.
Jumlah 9 Kali
322
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

3.2 Deskripsi Pelaksanaan Motivational tujuan kelompok, dan menentukan aturan


Group didalam kelompok. Pertemuan kedua,
Motivasi merupakan keadaan dinamis melakukan eksplorasi gaya hidup untuk melihat
yang ditandai dengan keinginan atau kesiapan bagaimana pla hidup subjek sehari-hari pada
untuk perubahan. Tingkat motivasi berfluktuasi hasil eksplorasi gaya hidup dapat terlihat
dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi bahwa subjek kurang memiliki kegiatan positif
lain. Tingkat motivasi untuk perubahan dan selalu memanfaatkan waktu diluar rumah
dipengaruhi oleh tingkat kesulitan klien, untuk menggunakan NARKOBA bersama
Tujuan dan nilai bagi klien, harapan atau teman-temannya dan hal ini berdampak pada
keyakinan dalam diri bahwa tujuan dapat hubungannya dengan orang tua dan anak
dicapai. Motivational Grup yang dilakukan subjek.
dengan menggunakan model psycho- Sesi ke 2 adalah tahapan perubahan dan
educational . dengan tujuan untuk peningkatan kesadaran subjek menilai dirinya
meningkatkan motivasi perubahan dan bahwa saat ini berada pada tahapan kontemplasi
hal ini dapat dicapai melalui kombinasi dari dimana ia mulai mempertimbangkan untuk
proses pendidikan dan interpersonal serta mengubah perilakunya, subjek menyadari
kemampuan konselor dan kondusifitas aspek negatif dari perilaku
kelompok (Karen, Christopher & Sandra, penyalahgunaannya. Subjek menyadari tidak
2002) . Motivational Group dipilih banyak hal yang baik mengenai penggunaan
berdasarkan hasil praktikum sebelumnya, yaitu NARKOBA nya. Hal baik yang dirasakan
ada peningkatan motivasi terhadap subjek adalah penggunaan NARKOBA sebagai ajang
setelah diberikan Motivational Interviwing sosialisasi dengan teman-temannya dan untuk
namun masih dibutuhkan penguatan didalam mencari hiburan dan hal yang tidak baik adalah
lingkungan pergaulan subjek. Motivational semakin tidak baik dalam merawat anak, sering
Group diharapkan dapat memberikan bertengkar dengan orang tua, uang hasil kerja
perubahan terhadap perilaku penggunaan dihabiskan untuk membeli obat-obatan, kondisi
NARKOBA pada subjek berupa penurunan fisik menurun (mudah sakit), dan yang paling
frekuensi dan dosis hingga dapat mencapai ditakuti oleh subjek adalah apabila berurusan
abstinen. dengan hukum.
Motivational Group terbagi dalam 8 sesi Sesi ke 3 adalah melihat kedepan, subjek
dan dilakukan sebanyak 11 kali pertemuan. mengutarakan harapannya untuk masa depan
Dimulai dengan sesi 1 yaitu pengenalan dan kegiatan ini berusaha memunculkan
kegiatan kelompok dan eksplorasi gaya hidup dampak emosional dari mimpi dan harapan
dalam sesi ini, kelompok membuat harapan, subjek agar dapat mencari cara untuk
323
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

mewujudkannya. Harapan subjek yaiu ingin Sesi ke 6, merencanakan perubahan.


mendapatkan pekerjaan yang layak untuk Perubahan yang ingin dibuat adalah subjek
memenuhi kebutuhan anaknya, bisa ingin berhenti menggunakan obat-obatan
mendapatkan suami yang bertanggung jawab, dengan langkah yang akan diambil adalah
dan ingin menghentikan pemakaian obat- dengan mengikuti rehabilitasi rawat jalan dan
obatannya. Subjek menyadari untuk mengurangi pergaulan yang negatif. Adapun
mewujudkan harapannya tersebut, ia harus hal yang dapat menganggu rencana subjek
mengurangi bergaul dengan teman-temannya adalah apabila ada masalah dengan suaminya
yang berpengaruh negatif dan lebih banyak dan teman yang selalu mengajak untuk
meluangkan waktu dengan keluarga terutama berkumpul.
anaknya. Hal lain yang menurutnya dapat Sesi ke 7 adalah menjelajahi pentingnya
dilakukan adalah dengan mengikuti program keyainan dan keinginan untuk perubahan
rehabilitasi rawat jalan yang diselenggarakan subjek mengungkapkan bahwa ia sudah bisa
oleh BNN Kota Cimahi. mengontrol keinginannya untuk menggunakan
Sesi ke 4 adalah saldo keputusan, subjek NARKOBA dan saat ini subjek telah berada
membuat daftar keuntungan dan kerugian pada tahap aksi
apabila membuat perubahan diantaranya, yaitu dengan menolak ajakan teman untuk
tubuhnya akan semakin sehat, memiliki masa menggunakan NARKOBA.
depan yang baik, dapat merawat dan Sesi ke 8 adalah refleksi hasil kegiatan,
membesarkan anak dengan benar. Namun hasil dari kegiatan ini adalah subjek menilai
terdapat kerugian apabila ia membuat perubahan merupakan hal yang penting bagi
perubahan yaitu kehilangan pekerjaannya saat kehidupannya dan ia percaya diri untuk dapat
ini sebagai asisten rumah tangga di rumah melakukan perubahan tersebut.
tempat ia biasa berkumpul dan menggunakan Pengamatan dan pengukuran frekuensi dan
NARKOBA bersama teman-temannya. dosis penggunaan NARKOBA dilakukan
Sesi ke 5 adalah mengingat keberhasilan selama kegiatan Motivational Group dan
dan menjelajahi kekuatan, beberapa perubahan setelah kegiatan selesai. Rekapitulasi hasil
positif yang telah dilakukan subjek adalah pengukuran tersebut diperlihatkan pada tabel
mengurangi kegiatan keluar malam dan mulai 3.3 berikut ini :
banyak menghabiskan waktu dirumah bersama
anaknya, dorongan terbesar untuk perubahan
adalah rasa tanggung jawab subjek terhadap
anaknya.

324
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

Tabel 3.3 Rekepitulasi pengukuran frekuensi penggunaan NARKOBA Tahap Baseline A1,
Intervensi B , dan Setelah Intervensi A2 dengan Motivational Group
Fase Pengamatan Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Baseline (A1) 1 1 2 2 1 2 9

Intervensi (B) 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 7

Baseline (A2) 0 1 0 1 1 0 3

Sumber : Pengolahan data peneliti tahun 2018

Hasil dari mean intervensi dan mean baseline kegiatan Motivational Group memberikan
menggunakan 2 SD adalah pengaruh yang signifikan terhadap penurunan
0,64 – 1,5 = -0,86 < 1,1 maka artinya frekuensi penggunaan NARKOBA pada
perubahannya signifikan, sama signifikannya subjek. Untuk lebih jelas dalam melihat
dengan selisih mean baseline akhir dan mean perubahan yang terjadi ditunjukkan pada grafik
baseline awal adalah 0,5 – 1,5 = -1 < 1,1 3.1 :
Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa

Grafik 3.1 Frekuensi Penggunaan NARKOBA Subjek "AP" Tahun


2018
2,5

1,5

0,5

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Baseline A1 Intervensi B Baseline A2

Grafik menunjukkan bahwa pada hasilnya fluktuatif tetapi cenderung menurun


pengamatan ke tujuh, Motivational Group dibandingkan dengan baseline awal. Subjek
mulai diterapkan terhadap subjek. Frekuensi pada baseline awal setiap hari mengkonsumsi
penggunaan NARKOBA pada subjek ketika NARKOBA minimal satu kali dalam sehari dan
proses intervensi dan setelah intervensi maksimal dua kali dalam sehari, sedangkan

325
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

kondisi pada saat intervensi dan setelah baseline dilakukan sebanyak enam kali, tahap
intervensi, subjek dapat melewai sehari penuh intervensi dilakukan sebanyak sebelas kali
tanpa mengkonsumsi NARKOBA dan jumlah pengamatan, dan fase setelah intervensi
maksimal penggunaan subjek adalah satu kali dilakukan sebanyak enam kali pengamatan.
dalam sehari. Maka hipotesis Motivational Hasil pengamatan tersebut diperlihatkan pada
Group dapat menurunkan frekuensi tabel 3.4 dibawah ini :
penggunaan NARKOBA subjek diterima.
Pengamatan terhadap banyaknya dosis
penggunaan NARKOBA subjek pada fase

Tabel 3.4 Rekapitulasi pengukuran dosis penggunaan NARKOBA tahap baseline A1, Intervensi B ,
dan Setelah intervensi A2 dengan Motivational Group
Fase Pengamatan Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Baseline (A1) 3 3 4 4 3 5 22

Intervensi (B) 3 2 2 0 3 3 0 0 0 4 2 19

Baselina (A2) 0 2 0 3 3 0 8

Sumber : Pengolahan data peneliti tahun 2018

Tabel diatas menunjukkan bahwa subjek awal adalah 1,34 – 3,67 = -2,33 < 1,64 maka
mulai menampilkan perubahan yang signifikan hasil keduanya berarti mendapatkan
pada pengamatan ke tujuh namun terjadi perubahan signifikan. Grafik 3.2 dapat
peningkatan dosis pada pengamatan ke menunjukkan lebih jelas mengenai perubahan
sepuluh. Hasil dari selisih mean intervensi dan yang terjadi pada dosis penggunaan
mean baseline adalah NARKOBA subjek AP seperti yang tergambar
1,73 – 3,67 = -1,96 < 1,64 sedangkan sebagai berikut :
selisih mean baseline akhir dan mean baseline

326
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

Grafik 3.1 Dosis Penggunaan NARKOBA Subjek "AP" Tahun


2018
6

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Baseline A Intervensi B Baseline A2

Grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah individunya lebih daripada itu faktor lingkungan
dosis terbanyak subjek terlihat pada sangat berpengaruh terhadap proses pertolongan
pengamatan ke enam yaitu sebanyak 5 poin terhadap korban penyalahgunaan NARKOBA
diantaranya penggunaan Excimer sebanyak dua dalam analisis terkecil yaitu penilaian
butir dan penggunan Shabu tiga kali hisap pandangan klien tentang masalah yang
(shoot). Dosis penggunaan subjek mengalami dihadapinya dan pola kegiatan klien tergambar
penurunan pada pengamatan ke tiga belas pada kegiatan Motivational Group pada awal
sampai lima belas namun mengalami sesi pertemuan, sedangkan pada aspek meso
penigkatan kembali pada pengamatan ke enam terdapat hubungan antara lingkungan kerja klien
belas menurut hasil wawancara dengan subjek, dengan lingkungan pergaulan dimana keduanya
ia mengalami konflik dengan mantan suaminya mempengaruhi penggunaan NARKOBA pada
sehingga memicunya untuk menaikan dosis subjek, peneliti sebagai pekerja sosial mencoba
penggunaannya namun dalam keseluruhan masuk kedalam kelompok subjek dengan
pengamatan, subjek mengalami penurunan melibatkan mereka didalam kegiatan
dosis cukup signifikan dibandingkan dengan Motivational Group dan mencoba
baseline awal. Motivational Group dapat menghubungkan subjek dengan profesional lain
menurunkan dosis penggunaan NARKOBA yaitu psikolog adiksi yang dapat membantu
pada subjek maka hipotesis dapat diterima. proses pemulihan.
Model motivational group sendiri
3.3 Pembahasan merupakan gabungan dari berbagai pendekatan,
Dilihat dari sudut pandang pekerjaan sosial diantaranya pendekatan Cognitive Behavioral
penanganan NARKOBA, bahwa fokus utama dalam model pembelajaran sosial, proses
dalam proses pemulihan, tidak hanya dari faktor kognitif, persepsi, memori, dan harapan

327
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

mempengaruhi perkembangan dan perilaku anggota yang lain sehingga ada perasaan
individu. Selain itu, interaksi sosial menjadi diakui didalam kelompok, tidak merasa
salah satu faktor untama karena pengalaman kesepian, adanya media untuk melakukan
interpersonal dan pengamatan sangat katarsis (ventilasi) dengan mengungkapkan
berpengaruh terhadap kognisi seseorang baik permasalahan yang dialaminya didalam
kearah rasional dan tidak rasional. Individu dan kelompok. Kelompok dapat memberikan
lingkungan saling mempengaruhi satu sama masukan kepada individu untuk langkah-
lain. Metode Cognitive Behavioral umumnya langkah yang dapat diambil sebagai
meliputi, memfasilitasi pengembangan dan alternatif pemecahan masalah, alih-alih
pemeliharaan perilaku, melakukan perubahan menggunakan NARKOBA sebagai pelarian
perilaku, serta menilai dampak dari mereka dari permasalahan yang sedang
mempertahankan atau mengubah perilaku dihadapinya.
tersebut. Sehingga pendekatan Cognitive 2. Stress, perempuan cenderung melakukan
Behavioral dan motivasional saling melengkapi beberapa tugas dan pekerjaan sekaligus
didalam Motivational Group (Karen, 2002). dalam satu waktu sehingga merasa tidak ada
Motivational Group merupakan media yang waktu dan energi unruk diri mereka sendiri.
cocok bagi perempuan korban penyalahgunaan Tingkat stress yang tinggi dapat menjadi
NARKOBA karena pada dasarnya perempuan pemicu penyalahgunaan NARKOBA.
lebih suka berkomunikasi dengan berkelompok, Dengan adanya kegiatan sharing didalam
mengutarakan permasalahan dengan kelompok kelompok menggunkan pertemuan informal,
yang dianggap dekat secara personal. Secara perempuan korban penyalahgunaan
teori, penyebab penyalahgunaan NARKOBA NARKOBA merasa tidak sendirian karena
pada perempuan dipicu oleh beberapa faktor banyak pengalaman-pengalaman dari
yang khas dan faktor ini dapat diperkecil dengan anggota kelompok lain yang dapat dijadikan
adanya pertemuan Motivational Group pelajaran dan motivasi untuk dirinya
diantaranya adalah : sehingga mengurangi beban dan
1. Kesepian, perempuan membutuhkan menghindarkan individu dari kondisi stress.
hubungan sosial dan emosional yang baik 3. Rendah diri, banyak perempuan merasa
dengan orang lain untuk merasa bahagia dan buruk tentang dirinya sendiri sehingga
mencapai kepuasan dalam hidup mereka, penggunaan NARKOBA menjadi salah satu
dengan menggabungkan individu dan cara menutupi rasa sakit yang dialaminya
kelompok didalam Motivational Group, dan menjadi salah satu usaha agar dapat
maka perempuan korban penyalahgunaan diterima di dalam kelompok. Motivational
NARKOBA dapat berinteraksi dengan Group sebagai media aktualisasi diri karena
328
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

individu dapat merasa diterima didalam pilihan-pilihan pada situasi tertentu serta
kelompo terlebih dengan memodivikasi memberikan pengalaman yang bersifat
kelompok yang memiliki tujuan untuk perbaikan dan pengembangan terhadap
pemulihan sehingga dapat menghadirkan disfungsi personal dan sosial. Subjek dapat
kelompok yang positif bagi perempuan melewati tahapan perubahan yaitu dari tahap
korban penyalahgunaan NARKOBA. persiapan perubahan ke tahap aksi, dimana
Teknik Motivational Group mencakup subjek memulai pengurangan penggunaan
tujuan kelompok untuk korban NARKOBA nya dengan mengikuti kegiatan
penyalahguna NARKOBA adalah antara kelompok dan rehabilitasi yang diadakan di
lain ; Kelompok mengurangi rasa terasing Rumah Sakit Mitra Anugerah Lestari dengan
yang dialami oleh korban penyalahguna sungguh-sungguh dan tanpa paksaan. Tahap
NARKOBA, Kelompok menyediakan yang sedang dijalani oleh subjek saat ini adalah
kesempatan untuk anggota agar dapat tahap pemeliharaan dimana subjek harus dapat
belajar mengatasi kecanduannya, Kelompok mempertahankan perubahan dengan
adalah wadah untuk bertukar informasi yang menciptakan perilaku positif dan
baru dan mengembangkan konsep diri, menghilangkan perilaku negatif bersama-sama
Kelompok memberikan dukungan dengan lingkungan kelompok dan
emosional (Flores, dalam Charles D. Garvin, pergaulannya seperti yang dikemukakan oleh
2004) James (1995) yaitu pada tahap pemeliharaan,
Teknik Motivational Group dapat pekerja sosial membutuhkan profesional lain
membuktikan terjadinya penurunan terhadap untuk membantu proses pemulihan dan
frekuensi dan dosis penggunaan NARKOBA pemeliharaan lanjutan. Kegiatan yang telah
subjek sesuai dengan yang diharapkan. dilakukan berdampak pada subjek yaitu
Sebelum menentukan teknik ini, peneliti sebelum intervensi, subjek meyakini bahwa
melakukan pengamatan terlebih dahulu dengan menggunakan NARKOBA dapat
terhadap hasil praktikum sebelumnya, kegiatan membuatnya lebih bersemangat dalam bekerja
ini dilaksanakan atas dasar kondisi yang ada di sehingga subjek merasa NARKOBA dapat
lapangan setelah itu peneliti melakukan menunjang pekerjaannya dan tidak akan dapat
pengukuran baseline awal kondisi subjek yaitu melewati hari tanpa mengkonsumsi
pada aspek frekuensi dan dosis penggunaan. NARKOBA. Ketika fase intervensi, subjek
Teknik Motivational Group dapat berhasil melewati harinya tanpa menggunakan
mendukung perubahan yang terjadi pada subjek NARKOBA dan dapat tetap beraktifitas seperti
karena kelompok berpengaruh terhadap biasa tanpa hambatan sehingga kondisi tersebut
pilihan-pilihan subjek disaat mengahadapi sedikit banyak mempengaruhi aspek kognisi
329
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

subjek. Ditambah dengan kegiatan kelompok perubahan. Keuntungan tidak hanya untuk
pada sesi ke-2 yaitu peningkatan kesadaran dirinya sendiri melainkan untuk orang-
ketika itu subjek menyadari penggunaan orang disekitarnya termasuk anak dan
NARKOBA nya menimbulkan lebih banyak orang tuanya.
dampak yang tidak baik didalam kehidupannya 3. Aspek ke 3 yaitu aksi, sesi ke-6 dalam
sehingga subjek dapat berpikir lebih realistis. Motivational Group yang sudah
Implikasi teori motivasi Miller & dilaksanakan yaitu merencanakan
Rollnick (2002) yang menyebutkan tiga aspek perubahan, berisi rencana perubahan yang
penting dalam motivasi adalah rekognisi, ingin dibuat, alasannya, langkah-langkah,
ambivalensi, dan aksi. Ketiga komponen cara untuk mewujudkannya hal ini
tersebut masuk kedalam tahapan kegiatan merupakan aksi yang dilakukan oleh
Motivational Group yang telah dilaksanakan subjek untuk melakukan perubahan. Hasil
yaitu : lain yang dicapai adalah subjek pada
1. Rekognisi (pengakuan) dimana individu akhirnya meminta peneliti untuk
mempertimbangkan untuk mengubah merujuknya ke Rumah Sakit MAL demi
perilaku dengan membantunya menyadari mengikuti rehabilitasi rawat jalan yang
aspek negatif dari perilaku ditangani oleh psikolog dan psikiater
penyalahgunaan NARKOBA kegiatan adiksi.
yang dilakukan yaitu dengan Apabila ketiga aspek tersebut telah
mengeksplorasi hal yang baik dan tidak dilewati maka dapat dikatan individu tersebut
terlalu baik mengenai perilaku penggunaan sudah termotivasi untuk melakukan perubahan,
NARKOBA pada sesi ke-2 dengan merencanakan langkah-langkah perubahan,
membuat jendela kesadaran, hasil dari melakukan langkah-langkah yang sudah
kegiatan ini adalah kelompok menyadari dibuat, maka individu tersebut berada pada
bahwa dalam penggunaan NARKOBA tahap pemeliharaan. Motivasi perubahan
cenderung tidak memiliki hal yang baik. berdampak sangat besar terhadap penurunan
2. Aspek kedua ambivalensi, yaitu kondisi frekuensi dan dosis penggunaan NARKOBA
dimana individu berada pada saat memilih dengan harapan selanjutnya adalah menuju
akan merubah atau tetap pada kondisi yang abstinen atau behenti menggunakan
sama. Pada kegiatan Motivational Group NARKOBA sama sekali. Hal yang perlu
terdapat pada sesi ke 4 yaitu saldo diperhatikan sebagai proses berkelanjutan
keputusan dan menjelajahi nilai hasil yang setelah rehabilitasi baik sosial maupun medis
didapatkan adalah, subjek dapat melihat idealnya klien segera mendapatkan layanan
banyak keuntungan apabila ia melakukan after care demi memelihara kondisi klien agar
330
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

tidak kembali relapse . Kegiatan yang sangat membantu korban pengguna NARKOBA
penting ini belum tergambar pada pelayanan perempuan yang kurang mendapatkan
rehabilitasi sosial maupun medis yang ada di dukungan dari keluarga dan masyarakat
Kota Cimahi. sehingga kelompok sesama pengguna dibentuk
Pelaksanaan kegiatan Motivational Group untuk mendapatkan kenyamanan individu
bagi praktisi dalam penanganan perempuan dalam berbagi informasi, memberikan
korban penyalahgunaan NARKOBA cukup dukungan, dan semangat untuk perubahan.
efektif, hal ini telah dibuktikan oleh peneliti Anggota kelompok saling memahami
didalam menerapkan intervensi terhadap permasalahan kecanduannya satu sama lain
subjek “AP” yang mengalami peningkatan sehingga penyampaian dukungan akan lebih
motivasi terhadap perubahan yaitu menurunnya maksimal terhadap antar individu. Pekerja
tingkat frekuensi dan dosis pemakaian Sosial diharapkan dapat mempelajari,
NARKOBA. Dari pelaksanaan intervensi yang memahami, dan menerapkan teknik
dilakukan dalam sebelas kali pertemuan Motivational Group ini dalam proses intervensi
terdapat hasil yang cukup signifikan. pekerjaan sosial, hasil penelitian menunjukkan
Pelaksanaan Motiational Group dalam bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan
penelitian berjalan baik karena antusiasme motivasi perubahan dan berdampak pada
anggota di dalam kelompok cukup besar, penurunan frekuensi dan dosis penggunaan
sehingga sesi kelompok dapat dilaksanakan NARKOBA terhadap penyalahguna.
sesuai dengan jadwal yang ditentukan 4. KESIMPULAN
sebelumnya. Penelitian berfokus kepada permasalahan
Implementasi Motivational Group berjalan penyalahgunaan NARKOBA dikalangan
sesuai dengan prosedur pelaksanaan karena perempuan yaitu remaja dan ibu rumah tangga.
peneliti tidak menemukan hambatan yang Permasalahan yang terjadi pada perempuan
bearti. Implikasi praktis dari hasil penelitian ini peyalahguna NARKOBA yaitu diantaranya,
adalah bahwa kegiatan Motivational Group rendahnya motivasi diri untuk perubahan, tidak
berfungsi dengan baik dalam mengurangi adanya keinginan untuk mencari bantuan dalam
frekuensi dan dosis penggunaan pada subjek. hal ini adalah mengakses sistem sumber yang
Dukungan dari kelompok perempuan pengguna tersedia. Fokus utama peneliti adalah
NARKOBA sangatlah berpengaruh besar bagaimana pengaruh motivational group
terhadap individu satu sama lain karena adanya terhadap penurunan frekuensi dan dosis
sama rasa diantara mereka. penggunaan NARKOBA pada subjek.
Kegiatan Motivational Group merupakan Frekuensi pengunaan NARKOBA pada
suatu kegiatan yang dilakukan untuk subjek sebelum dilakukan intervensi
331
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

menampilkan bahwa subjek tidak dapat subjek dapat melewati harinya tanpa
melewatkan harinya tanpa menggunakan meggunakan NARKOBA. Dosis penggunaan
NARKOBA dengan dosis penggunaan yang subjek menurun sebanyak 46,7% dosis yang
cukup tinggi yaitu 9 kali penggunaan dalam digunakan yaitu 2 butir excimer dan 6 butir
waktu 6 hari pengamatan, hal ini berarti subjek trihexy dalam kurun waktu enam hari
dapat menggunakan NARKOBA lebih dari satu pengamatan.
kali dalam satu hari. Kondisi tersebut Keberhasilan program Motivational Group
diperparah dengan kelompok bergaul subjek akan dicapai apabila setiap anggota kelompok
yang mayoritas adalah pengguna NARKOBA . konsisten dan berkeinginan untuk dapat
Selain itu pula, subjek tidak mendapatkan melakukan perubahan, selain itu pula peranan
dukungan yang cukup dari pihak keluarga fasilitator sangatlah berpengaruh terhadap
karena ketidaktahuan keluarga mengenai pencapaian tujuan program. Fasilitator didalam
penggunaan NARKOBAnya, sehingga subjek Motivational Group harus dapat menyesuaikan
membutuhkan dukungan lain diluar keluarga diri dengan kondisi anggota kelompok yang
yaitu kelompok. notabene nya adalah penyalahguna narkoba
Sebelum dilaksanakan intervensi, subjek yang ingin hidupnya serba bebas, cara
tidak dapat melalui hari tanpa menggunakan komunikasi yang cenderung berbeda dengan
NARKOBA, bahkan ia bisa menggunakan perempuan yang bukan penyalahguna yaitu tata
obat-obatan lebih dari satu kali dalam bahasa yang terkadang terdengar kasar dan
sehari.Dosis penggunaan pada subjek yaitu frontal. Selain itu, membangun kepercayaan
sebanyak 22 kali dalam seminggu diantaranya antara fasilitator dan anggota kelompok
penggunaan shabu sebanyak 5 shoot dan memerlukan waktu yang cukup panjang dan
penggunaan excimer sebanyak 17 butir. Selama tidak mudah karena anggota kelompok masih
proses intervensi, subjek menjalani rangkaian berada dilingkungan keluarga dan masyarakat
kegiatan dengan baik meskipun terdapat yang tidak mengetahui permasalahan
beberapa hambatan yaitu sulitnya penyalahgunaan mereka, ditambah dengan
mencocokkan jadwal dengan anggota yang tingkat pendidikan anggota yang rata-rata
lainnya tetapi hal tersebut tidak mengganggu hanyalah lulusan Sekolah Menengah Pertama
keseluruhan proses intervensi. membuat fasilitator harus dapat memodifikasi
Setelah diberikannya intervensi materi Motivational Group agar mudah diikuti
Motivational Group yang dilakukan dalam dan dipahami oleh setiap anggota.
sebelas kali pertemuan, terjadi penurunan
frekuensi penggunaan yaitu sebanyak 54,5%
yaitu sebanyak 3 kali penggunaan, itu berarti
332
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.17 No.2,Desember 2018

DAFTAR PUSTAKA
Charles D Garvin, Lorraine & Maeda. (2004) . Handbook of Social Work with Groups. New York :
The Guilford Press

James G Barber. (1995). Social Work With Addictions. London : The Macmillan Press

Karen S. Ingersoll, Christopher & Sandra. (2002). Motivational Groups for Community Substance
Abuse Programs. Virginia U.S : Mid Atlantic ATTC

National Drug Intelligence Center. (2006). National Drug Threat Assesment . Electronic Journal

William,R Miller & Stephen,Rollnick.(2002). Motivational Interviewing Preparing People For


Change Second Edition.New York : Guilford Press

Sumber Lain :

Data Ungkap Kasus NARKOTIKA dan Penyelesaiannya SAT RES NARKOBA POLRES Cimahi
Tahun 2016-2017

Data Ungkap Kasus NARKOTIKA BNN Kota Cimahi Tahun 2011-2016

https://www.elementsbehavioralhealth.com/addiction-recovery/women-have-special-needs-in-
substance-abuse-treatment/
Diakses pada 29 November 2017 pukul 02.51

https://journeypureriver.com/substance-abuse-among-women/
Diakses pada 20 November 2017 pukul 01.03

333

You might also like