You are on page 1of 11

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008, Hal 39-49 Vol. 3.No.

2
ISSN : 1978 0303

PENGARUH LAMA PELAYUAN, TEMPERATUR PEMBEKUAN DAN


BAHAN PENGEMAS TERHADAP KUALITAS KIMIA DAGING SAPI BEKU

The Influence of Aging Period, Freezing Temperature and Packaging Material on


Frozen Beef Chemical Quality

Aris Sri Widati1


1)
Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

diterima 2 Februari 2008; diterima pasca revisi 5 Agustus 2008


Layak diterbitkan 20 Agustus 2008

ABSTRACT
The objective of the study was to evaluate the influences of aging period,
freezing temperature and packaging material on the frozen beef chemical quality. The
material of the study was 2-3 years old Ongole grade beef of the Longissimus dorsi
part, and was then classified into 3 treatments, namely A (aging periode; 0, 12 and 24
hours), B (freezing temperature; -10°C and -20°C) and C (packaging material;
aluminum foil (Al), polyprophylene (PP), polyethylene (PE) and without packaging
material). The observed variables were water content, crude protein, fat, ash content.
The data were analyzed by the Completely Randomized Design (CRD) in the
Factorial (3x2x4) pattern. The results indicated that the aging periode decreased the
water content, and ash content significantly (P<0.05), and decreased the crude protein
but increased the fat content insignificantly. The lower freezing temperature prevented
the decreases of the water content, and ash content significantly (P<0.05), but
prevented the decrease of crude protein, fat content insignificantly. The packaging
material could prevent the decreases of water content, ash content significantly
(P<0.05), but prevent the decreases of protein, and fat content insignificantly. A
significant interaction (P<0.05) occured between the freezing temperature and
packaging material factors on ash content of the frozen beef. The conclusion was the
frozen beef without aging has a high of water content, protein, and ash, but has a low
fat content.Temperature at -200C and using aluminium foil packaging can prevent
decreasing quality of frozen beef.
Key words : Aging period, freezing temperature, packaging material.

PENDAHULUAN sebesar 1,0 % (Judge, Aberle, Forrest,


Hedrick, and Merkel, 1989).
Kandungan gizi yang cukup
Daging merupakan salah satu
tinggi di dalam daging tersebut
bahan pangan asal ternak yang
merupakan media yang ideal bagi
mengandung zat-zat gizi bernutrisi
pertumbuhan mikroorganisme dan
tinggi yang sangat layak dikonsumsi
aktivitas enzim, sehingga daging meru-
manusia. Kandungan gizi daging
pakan bahan pangan yang cepat
sebagian besar terdiri dari air (65-
mengalami kerusakan yang diakibatkan
80)%, protein (16-22)%, lemak (1,5-
oleh aktivitas mikrobia dan proses
13)%, substansi non protein nitrogen
enzimatis yang berlanjut, dan jika tidak
sekitar 1,5 %, karbohidrat dan mineral
segera mendapatkan penanganan

39
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008, Hal 39-49 Vol. 3.No. 2
ISSN : 1978 0303

tertentu maka dalam batas waktu 24 keempukan daging meningkat, tetapi


jam pada temperatur ruang setelah sebaliknya water holding capacity
pemotongan daging sudah mengalami (WHC) daging menurun yang
kerusakan, oleh karena itu, suatu mengakibatkan cooking lost meningkat
pengawetan segera dilakukan untuk (Lawrie, 1979). Lama pelayuan daging
mencegah kerusakan daging sebelum dibekukan akan meningkatkan
(Tranggono, Noor, Wibowo, Gardjito, jumlah cairan daging segar (weep) dan
Astuti, 1990). cairan daging beku (drip) yang keluar
Kerusakan yang terjadi di pada saat pencairan kembali (thawing),
dalam daging dapat dicegah dengan yang akan menyebabkan terjadinya
menggunakan beberapa cara penurunan kandungan gizi daging
pengwetan antara lain pendinginan, karena sebagian zat-zat dalam daging
pembekuan, pengasinan, pengasapan, ikut terlarut dalam drip (Lawrie, 1979
pengeringan, irradiasi dan penambahan dan Judge et al.,1989).
bahan-bahan lain. Cara-cara tersebut Lama pelayuan daging
prinsipnya adalah untuk menekan berhubungan dengan selesainya proses
aktivitas mikrobia dan mengurangi rigormortis (proses kekakuan daging),
proses enzimatis yang dapat dalam hal ini apabila proses
mempercepat kerusakan daging rigormortis belum selesai dan daging
(Buckle et al., 1978). terlanjur dibekukan maka akan
Produk daging beku merupakan menurunkan kualitas daging atau
suatu alternatif pilihan pengawetan daging mengalami proses cold-
daging supaya tahan lama, karena shortening (pengkerutan dingin)
selain proses kerusakan daging dapat ataupun thaw rigor (kekakuan akibat
terhambat juga proses pembekuan pencairan daging) pada saat thawing
tidak merubah daging ke bentuk olahan sehingga akan dihasilkan daging yang
yang lain, sehingga ketersediaan tidak empuk/alot (Buckle et al.,1978).
daging segar dapat terjamin. Temperatur pembekuan yang
Pembekuan daging adalah digunakan akan mempengaruhi
salah suatu cara dari pengawetan kecepatan pembekuan cairan daging.
daging yaitu dengan membekukan Daging yang membeku dengan cepat
daging di bawah titik beku cairan yang akan menghasilkan kristal es yang
terdapat di dalam daging, titik beku lembut (halus) yang terletak dalam
daging pada temperatur -20 s/d -30C jaringan daging, dan akan
(Desrosier, 1969). Proses pembekuan menghasilkan drip yang lebih sedikit
daging dapat menghambat pada saat thawing sehingga penurunan
pertumbuhan mikrobia, proses gizi daging dapat dicegah, berbeda
proteolitik, proses hidrolisis, proses dengan pembekuan lambat akan
lipolitik dan sedikit proses oksidatif menghasilkan drip yang lebih banyak
(Tranggono et al.,1990). sehingga akan menurunkan kualitas
Lama pelayuan daging sebelum daging beku (Lawrie, 1979 dan Judge
dibekukan, temperatur pembekuan dan et al.,1989).
bahan pengemas yang digunakan Penggunaan temperatur untuk
merupakan faktor-faktor yang perlu pembekuan daging perlu
diperhatikan agar dapat dihasilkan dipertimbangkan pada temperatur
daging beku yang berkualitas tinggi. cairan daging telah membeku semua
Pada pelayuan daging terjadi disamping itu juga proses enzimatis,
denaturasi protein yang mengakibatkan proteolitik, hidrolisis, oksidatif dan

40
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008, Hal 39-49 Vol. 3.No. 2
ISSN : 1978 0303

aktivitas mikrobia sudah terhambat, 1. Daging sapi bagian otot lulur luar
sehingga kerusakan struktur daging (Longissimus dorsi) yang
dapat dikurangi seminimal mungkin diperoleh dari RPH (Rumah
dan akan menjamin kualitas daging Pemotongan Hewan) Yogyakarta
beku yang dihasilkan. dari empat ekor sapi PO jantan
Penggunaan bahan pengemas yang telah dewasa (umur 2-3
dalam pembekuan daging dapat tahun), dengan berat hidup sekitar
mencegah terjadinya gosong beku 200 - 250 kg.
(Freezer burn) yang dapat 2. Bahan pengemas daging beku
menyebabkan perubahan flavor, warna, yaitu : plastik PE dan PP dengan
tekstur dan penampakan daging beku ketebalan 0,4 mm merk Kucing
yang tidak menarik, selain itu angora Sidoarjo, Surabaya serta
pengemas dapat mengurangi terjadinya Aluminium foil, Reynolds wrap
desikasi, dehidrasi dan oksidasi lemak, quality aluminum foil Louisville,
sehingga kualitas daging beku dapat USA.
dipertahankan (Urbain, 1971). Plastik
polietilen (PE), plastik polipropilen Metode Penelitian
(PP) dan aluminium foil dapat Metode penelitian adalah
digunakan sebagai bahan pengemas percobaan dengan rancangan pola
(Harte, 1985) Faktorial (3x2x4). Sampel daging sapi
Penelitian tentang lama PO sebanyak 8-10 kg bagian lulur luar
pelayuan, temperatur pembekuan dan (LD) dipotong-potong dengan ukuran
bahan pengemas perlu dilakukan (4x4) cm, kemudian dikelompokkan
mengingat kualitas daging beku dalam perlakuan sebagai berikut :
dipengaruhi antara lain oleh faktor- 1. A0, A12 dan A24 sebagai faktor
faktor tersebut. Kualitas daging beku lama pelayuan yaitu 0 jam, 12 jam
diharapkan tidak mengalami perubahan dan 24 jam, pelayuan dilakukan
setelah mendapatkan perlakuan lama pada temperatur ruang.
pelayuan yang cukup, bahan pengemas 2. T10 dan T20 sebagai faktor
yang memadai dan temperatur pembe- temperatur pembekuan yaitu pada
kuan yang tidak memungkinkan suhu -100C dan -200C.
terjadinya kerusakan pada daging 3. TP, PP, PE dan Al sebagai faktor
sehingga produk daging beku akan bahan pengemas yaitu tanpa
aman dikonsumsi atau tidak merugikan pengemas, dengan plastik PP,
konsumen. plastik PE dan Aluminium foil.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh lama pelayuan Variabel-variabel yang diamati
daging sapi, temperatur pembekuan Setelah dibekukan selama 1
dan bahan pengemas terhadap kualitas bulan dan dilakukan pencairan
kimia daging sapi beku yang meliputi kembali (thawing) selama 4 jam
kadar air, protein, lemak, dan abu. pada temperatur ruang dari perlakuan
tersebut diamati variabel-variabel
berupa komposisi kimia daging beku
METODOLOGI PENELITIAN yang meliputi kadar air, kadar protein,
kadar lemak dan kadar abu (AOAC,
Materi Penelitian 1980).
Bahan yang digunakan untuk
penelitian ini adalah :

41
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008, Hal 39-49 Vol. 3.No. 2
ISSN : 1978 0303

Analisis Hasil Kadar air


Data hasil penelitian dianalisis Hasil analisis statistik
dengan Analisis Variansi pola menunjukkan faktor lama pelayuan
Faktorial 3x2x4 (Astuti, 1980), jika memberikan pengaruh yang sangat
terdapat perbedaan maka dilanjutkan nyata (P<0,01) terhadap penurunan
dengan uji DMRT. kadar air daging sapi beku. Kadar air
daging sapi beku tertinggi pada
HASIL DAN PEMBAHASAN pelayuan 0 jam, menurun pada
pelayuan 12 jam dan terendah pada pe-
Komposisi Kimia Daging Sapi Beku layuan 24 jam (73,22%, 71,56%,
Komposisi kimia daging sapi 71,40%). Hal ini disebabkan selama
beku yang meliputi rerata kadar air, pelayuan terjadi proses penguapan dari
kadar protein, kadar lemak dan kadar dalam daging dan keluarnya weep dari
abu setelah dibekukan selama 1 bulan dalam daging sehingga akan
dan dilakukan pencairan kembali menurunkan kadar air dalam daging.
(thawing) selama 4 jam pada suhu Penguapan dan keluarnya weep
kamar tercantum pada Tabel 1, 2, 3, semakin meningkat dengan semakin
dan 4, sedang interaksi perlakuan lamanya pelayuan, akibatnya kadar air
temperatur pembekuan dengan bahan menurun pada pelayuan 12 jam dan 24
pengemas terhadap kadar abu terdapat jam, oleh karena itu pembekuan daging
pasa Tabel 5. tanpa mengalami pelayuan akan
mencegah penurunan kadar air.

Tabel 1. Rerata kadar air (%) daging sapi beku dengan perlakuan lama pelayuan,
temperatur pembekuan dan bahan pengemas
Temp. Pembekuan/ Lama Pelayuan (Jam)
Rata-rata
Bahan Pengemas 0 12 24
Temp. Pemb. -100C
TP 71,27 69,67 68,33 69,76
AL 74,52 72,87 71,77 73,05
PP 72,92 71,20 70,34 71,48
PE 72,05 69,98 69,73 70,59
Rata-rata 72,69 70,93 70,04 71,22n
0
Temp. Pemb. -20 C
TP 72,61 71,18 70,25 71,35
AL 75,03 73,51 73,24 73,93
PP 73,93 72,63 71,66 72,74
PE 73,45 71,48 70,46 71,80
Rata-rata 73,76 72,20 71,40 72,45m
73,22a 71,56b 70,72c
Rata-rata Pengemas
70,55z 73,49w 72,11x 71,19y
TP, Al, PP, PE
Keterangan :
Superskrip a, b, c, w, x, y, z pada baris dan m, n pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata
(P<0,05).
TP : Tanpa pengemas Al : Aluminium foil
PP : Polipropilen PE : Polietilen

42
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008, Hal 39-49 Vol. 3.No. 2
ISSN : 1978 0303

Penguapan yang terjadi pada terhadap pencegahan penurunan kadar


karkas atau daging dipengaruhi oleh air daging sapi beku. Kadar air
temperatur dan kelembaban, bahan tertinggi terdapat pada pengemas Al
pangan mudah mengalami dehidrasi (73,49%) yang berbeda dengan
akibat penguapan yang ditimbulkan pengemas PP (72,11%) dan PE
oleh pengaruh temperatur dan (71,19%), terendah terdapat pada
kelembaban (Desrosier, 1969). daging beku tanpa pengemas (70,55%).
Swatland (1984) menyatakan bahwa Hal ini karena sifat pengemas
kehilangan cairan daging dapat dicegah aluminium foil yang lebih baik
dengan perlakuan pendinginan dibandingkan pengemas PP dan PE di
secepatnya, dengan demikian pembe- dalam pencegahan penguapan daging
kuan tanpa pelayuan akan mencegah selama pembekuan, sifat pengemas Al
pengurangan cairan yang lebih banyak. tidak dapat tembus cahaya, uap air dan
Faktor temperatur pembekuan gas serta tahan terhadap suhu
yang lebih rendah dapat pembekuan -850C 3700C (Edward,
mempertahankan daging sapi beku 1978). Menurut Harte (1985), plastik
terhadap penurunan kadar air secara PP mempunyai sifat kaku, ringan, kuat,
nyata (P<0,05). Pada temperatur -200C sifat tembus uap air yang rendah, oleh
menghasilkan kadar air yang lebih karena itu pengemas ini masih
tinggi (72,45%) dibanding-kan pada memungkinkan terjadinya penguapan
temperatur -100C (71,22%). Hal ini air selama pembekuan, sedang
karena pada temperatur -200C pengemas PE mempunyai sifat tembus
dihasilkan kristal es yang lebih lembut terhadap cahaya dan uap air yang
dibandingkan pada temperatur -100C, tinggi sehingga masih memungkinkan
yang terletak di dalam jaringan otot terjadinya penguapan dan denaturasi
daging yang tidak akan merusak sel protein akibat gosong beku.
tersebut apabila daging beku dicairkan Hasil analisis statistik
kembali, sehingga keluarnya drip dari menunjukkan tidak terdapatnya
daging dapat dikurangi, yang interaksi pada ketiga perlakuan
mengakibatkan kadar air daging tersebut (lama pelayuan, temperatur,
tersebut lebih tinggi. dan bahan pengemas), demikian pula
Gracey (1986) menyatakan antara dua perlakuan didalamnya.
bahwa kecepatan pembekuan
menentukan ukuran kristal es yang Kadar protein
terbentuk yang pada akhirnya akan Kadar protein kasar dengan
mempengaruhi kualitas produk, pada perlakuan lama pelayuan, temperatur
pembekuan cepat akan terbentuk pembekuan dan macam pengemas pada
kristal es yang lembut dan jika daging beku sapi tertera pada Tabel 2.
penurunan suhu pembekuan sangat Hasil analisis statistik
cepat akan terbentuk kristal es ultra menunjukkan rata-rata kadar protein
mikroskopik (sangat lembut), kristal kasar daging sapi beku tidak
yang terbentuk akan mempengaruhi mengalami perbedaan dengan ke tiga
jumlah cairan yang keluar pada saat macam perlakuan tersebut. Pada
daging dieairkan kembali (drip), pelayuan 0 jam kadar protein daging
sehingga akan mempengaruhi jumlah cenderung lebih tinggi (21,36%),
cairan dalam daging. menurun pada 12 jam (19,71%) dan
Penggunaan bahan pengemas terendah dijumpai pada 24 jam
mempengaruhi secara nyata (P<0,05) (18,98%). Hal ini karena terjadinya

43
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008, Hal 39-49 Vol. 3.No. 2
ISSN : 1978 0303

denaturasi protein daging (sarkoplasma kualitas daging (Desrosier, 1969).


dan miofibrilar) pada pelayuan yang Putnam (1953) disitasi Lawrie, (1979)
diakibatkan oleh penurunan pH tidak menyatakan bahwa denaturasi protein
mempengaruhi jumlah protein murni merupakan perubahan intramuskular
yang terdapat dalam daging. yang disebabkan hidrolisis rantai
Denaturasi protein tidak peptida, sehingga tidak akan
mempengaruhi jumlah protein tetapi mempengaruhi jumlah protein daging.
hanya mempengaruhi penampakan dan

Tabel 2. Rerata kadar protein kasar %) daging sapi beku dengan perlakuan lama
pelayuan, temperatur pembekuan dan bahan pengemas

Temp. Pembekuan/ Lama Pelayuan (Jam)


Rata-rata
Bahan Pengemas 0 12 24
Temp. Pemb. -100C
TP 21,50 18,17 17,13 18,93
AL 21,42 19,94 19,39 20,25
PP 21,59 19,42 18,67 19,89
PE 20,81 19,10 18,28 19,40
Rata-rata 21,33 19,16 18,7 19,62
Temp. Pemb. -200C
TP 20,68 18,99 18,18 19,28
AL 22,28 21,15 20,65 21,36
PP 21,58 20,54 19,93 20,68
PE 21,07 20,37 19,59 20,34
Rata-rata 21,40 20,26 19,59 20,42
21,36 19,71 18,98
Rata-rata Pengemas
19,10 20,80 20,29 19,87
TP, Al, PP, PE
Keterangan :
TP : Tanpa pengemas Al : Aluminium foil
PP : Polipropilen PE : Polietilen

Kadar protein daging sapi beku Penggunaan macam bahan


dengan perlakuan perbedaan pengemas memperlihatkan kadar
temperatur menunjukkan pada protein kasar daging sapi beku pada
temperatur -200C (20,41%) lebih tinggi pengemas Al tertinggi (20,83%),
daripada pada temperatur -100C menurun pada PP (20,29%), PE
(19,62%). Hal ini disebabkan (19,87%) dan terendah pada perlakuan
kehilangan nutrien dalam drip yang tanpa pengemas (19,10%). Hal ini
keluar pada saat thawing tergantung karena pengepak tidak memperbaiki
pada kecepatan pembekuan daging dan kualitas daging hanya dapat
proses thawing (Forrest et al., 1975 mempertahankan atau memperlambat
dan Lawrie, 1979). kerusakan produk selama penyimpanan
(Ramsbottom, 1971).

44
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008, Hal 39-49 Vol. 3.No. 2
ISSN : 1978 0303

Hasil analisis statistik terendah (1,18%), meningkat pada


menunjukkan tidak terdapatnya pelayuan 12 jam (1,29%) dan tertinggi
interaksi pada ke tiga perlakuan pada pelayuan 24 jam (1,42%). Hal ini
tersebut (lama pelayuan, temperatur, karena kadar air menurun (Tabel 1)
dan bahan pengemas), demikian pula dengan semakin lamanya pelayuan,
antara dua perlakuan didalamnya. yang menyebabkan isi sel atau kadar
gizi lainnya semakin meningkat,
Kadar lemak walaupun peningkatan kadar lemak
Kadar lemak daging sapi beku tidak berbeda nyata. Desrosier (1969)
dengan perlakuan lama pelayuan, menyatakan bahwa pengaruh prosesing
temperatur pembekuan dan bahan kemungkinan meningkatkan kadar
pengemas tercantum pada Tabel 3. lemak karena terjadinya penurunan
Hasil analisis statistik kadar air. Brewer dan Harbers (1991)
menunjukkan rata-rata kadar lemak menyatakan bahwa terjadinya
daging sapi beku tidak mengalami penurunan kadar air akan
perbedaan dengan ke tiga macam mengakibatkan peningkatan
perlakuan tersebut. Pada pelayuan 0 konsentrasi lemak.
jam menunjukkan kadar lemak yang

Tabel 3. Rerata kadar lemak (%) daging sapi beku dengan perlakuan lama pelayuan,
temperatur pembekuan dan bahan pengemas

Temp. Pembekuan/ Lama Pelayuan (Jam)


Rata-rata
Bahan Pengemas 0 12 24
Temp. Pemb. -100C
TP 1,01 1,07 1,25 1,11
AL 1,29 1,35 1,50 1,38
PP 1,27 1,33 1,61 1,40
PE 1,12 1,19 1,38 1,23
Rata-rata 1,17 1,23 1,43 1,28
Temp. Pemb. -200C
TP 1,02 1,14 1,47 1,21
AL 1,30 1,48 1,45 1,41
PP 1,25 1,46 1,31 1,34
PE 1,22 1,30 1,44 1,32
Rata-rata 1,19 1,35 1,42
1,18 1,29 1,42
Rata-rata Pengemas
1,16 1,39 1,37 1,28
TP, Al, PP, PE
Keterangan :
TP : Tanpa pengemas Al : Aluminium foil
PP : Polipropilen PE : Polietilen

45
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008, Hal 39-49 Vol. 3.No. 2
ISSN : 1978 0303

Pada temperatur pembekuan - pelayuan 24 jam (0,38%). Hal ini


200C menghasilkan kadar lemak yang karena selama pelayuan terjadi
lebih tinggi (1,32%) dibandingkan pelepasan Ca dan Na serta penyerapan
pada temperatur -100C (1,28 %). Hal K ke dalam sarkoplasma oleh protein
ini karena pada temperatur -200C miofibril yang diakibatkan adanya
reaksi oksidasi lebih dapat dihambat penurunan pH. Ca dan Na yang
apabila dibandingkan pada temperatur kemudian terlarut bersama weep dan
-100 C, sehingga menyebabkan drip, dengan pelayuan yang semakin
penurunan kadar lemak walaupun lama maka kemungkinan kadar mineral
perbedaannya tidak nyata. Desrosier semakin berkurang. Lawrie (1979)
(1969) menyatakan bahwa pada menyatakan selama pelayuan terjadi
temperatur -200 C, lemak sapi masih pelepasan Ca dan Na serta penyerapan
memberikan kualitas yang terbaik di- K kedalam sarkoplasma oleh protein
bandingkan dengan lemak babi dan otot yang diakibatkan karena terjadinya
ikan yang sudah rusak selama penurunan pH.
penyimpanan 6 bulan. Temperatur pembekuan dapat
Penggunaan bahan pengemas mencegah penurunan kadar abu secara
menunjukkan kadar lemak tertinggi nyata (P<0,05). Kadar abu pada
terdapat pada pengemas aluminium foil temperatur -200C (0,41%) lebih tinggi
(1,39%), menurun pada plastik PP dibandingkan dengan temperatur -100C
(1,37%) dan plastik PE (1,26%) sedang (0,38%). Hal tersebut berhubungan
terendah terdapat pada daging sapi dengan kecepatan pembekuan yang
beku tanpa pengemas (1,16%). Hal ini akan menghasilkan drip pada saat
karena penggunaan pengemas dapat thawing. Temperatur -100C akan
menghambat reaksi oksidasi lemak menghasilkan drip yang lebih banyak
yang dapat menimbulkan kerusakan dibandingkan -200C, sehingga mineral
sehingga akan mempengaruhi kadar dalam drip lebih banyak yang
lemaknya walaupun penurunan yang mengakibatkan kadar mineral dalam
ditimbulkan tidak berbeda. Lawrie daging berkurang. Lawrie (1979)
(1979), Desrosier (1969) serta Paine menyatakan didalam drip terkan-dung
dan Paine (1983) menyatakan bahwa beberapa mineral, sedangkan jumlah
penggunaan bahan pengemas dapat drip dipengaruhi oleh kecepatan
menghambat terjadinya reaksi oksidasi pembekuan dan pH.
dalam bahan pangan beku. Bahan pengemas memberikan
perbedaan kadar abu secara nyata
Kadar abu (P<0,05). Kadar abu tertinggi pada
Kadar abu daging sapi beku pengemas Al (0,43%), menurun pada
dengan perlakuan lama pelayuan, PP dan PE (0,40% dan 0,39%) dan
temperatur pembekuan dan bahan terendah pada daging beku tanpa
pengemas tercantum pada Tabel 4. pengemas (0,36%). Hal tersebut
Hasil analisis statistik disebabkan pengemas dapat meneegah
menunjukkan bahwa faktor lama pembentukan uap air yang akan
pelayuan mempengaruhi secara nyata membeku secara langsung pada
(P<0,05) terhadap penurunan kadar abu permukaan daging. Tekanan osmotik
daging sapi beku. Kadar abu tertinggi apabila lebih rendah dalam isi sel akan
pada pelayuan 0 jam (0,41%), mengakibatkan kristal es mengabsorbsi
kemudian menurun pada pelayuan 12 cairan daging yang kemungkinan ada
jam (0,39%) dan terendah pada sebagian mineral terikut dalam cairan

46
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008, Hal 39-49 Vol. 3.No. 2
ISSN : 1978 0303

tersebut pada saat thawing (Desrosier, tersebut dapat menarik eairan dalam
1969). daging dan agar peristiwa tersebut
Interaksi antara faktor tidak terjadi maka penggunaan
temperatur pembekuan dengan bahan pengemas amat penting. Pengemas
pengemas adalah nyata (P<0,05) dapat mencegah terbentuknya kristal es
terhadap kadar abu daging sapi beku. pada permukaan daging secara
Pada Tabel 5 dapat dilihat kadar abu langsung sehingga kristal es yang
interaksi tertinggi terdapat pada bentuknya besar tidak dapat menarik
temperatur pembekuan -200C dengan cairan yang ada dalam daging, dan
pengemas Aluminium foil (Al) cairan daging yang sebagian berisi
(0,46%) dan terendah pada temperatur mineral tidak terabsorpsi keluar sel dan
-10°C dengan tanpa pengemas dapat mencegah penurunan mineral.
(0,35%). Interaksi antara temperatur Terbukti dengan pengemas aluminium
dengan bahan pengemas terjadi karena foil pada temperatur pembekuan -100C
adanya bentuk kristal es yang terbentuk kadar abunya paling tinggi dibanding
pada suhu -200C kristal es terbentuk dengan pengemas lainnya dan juga
sangat lembut dan terletak pada dalam pada suhu -200C kadar abu tertinggi
serabut daging yang tidak akan pada pengemas aluminium foil. Daging
merusak struktur daging, tapi pada beku tanpa pengemas pada temperatur
suhu -100C kristal es yang terbentuk -100C dan -200C kadar abu paling
mungkin lebih besar dan apabila rendah hal ini karena tidak ada
tekanan osmotik lebih rendah dalam pelindungnya.
daging maka ada kemungkinan kristal

Tabel 4. Rerata kadar abu (%) daging sapi beku dengan perlakuan lama pelayuan,
temperatur pembekuan dan bahan pengemas
Temp. Pembekuan/ Lama Pelayuan (Jam)
Rata-rata
Bahan Pengemas 0 12 24
Temp. Pemb. -100C
TP 0,37 0,35 0,34
AL 0,43 0,41 0,40
PP 0,40 0,39 0,37
PE 0,39 0,37 0,36
Rata-rata 0,40 0,38 0,37 0,38n
Temp. Pemb. -200C
TP 0,38 0,36 0,35
AL 0,47 0,46 0,45
PP 0,43 0,41 0,40
PE 0,42 0,40 0,39
Rata-rata 0,42 0,41 0,40 0,41m
a b c
0,41 0,39 0,38
Rata-rata Pengemas
0,36z 0,43w 0,40x 0,39y
TP, Al, PP, PE
Keterangan :
Superskrip a, b, c, w, x, y, z pada baris dan m, n, p, q, r, s pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05).
TP : Tanpa pengemas Al : Aluminium foil
PP : Polipropilen PE : Polietilen

47
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008, Hal 39-49 Vol. 3.No. 2
ISSN : 1978 0303

Tabel 5. Interaksi antara perlakuan temperatur pembekuan dengan bahan pengemas


terhadap kadar abu
Temperatur Bahan Pengemas
Pembekuan TP Al PP PE
0 p s r
-10 C 0,35 0,41 0,39 0,37q
-200C 0,36pq 0,46t 0,41rs 0,40rs
Keterangan:
Nilai pada superskrip p,q,r,s,t yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).
TP : Tanpa pengemas Al : Aluminium foil
PP : Polipropilen PE : Polietilen

KESIMPULAN mempertahankan kualitas daging


selama pembekuan.
Hasil penelitian ini dapat 4. Interaksi yang nyata (P<0,05)
disimpulkan sebagai berikut : terjadi antara faktor temperatur
1. Faktor lama pelayuan pembekuan dengan bahan
mempengaruhi secara nyata pengemas terhadap kadar abu.
(P<0,05) terhadap penurunan
kadar air, dan kadar abu daging DAFTAR PUSTAKA
sapi beku. Kadar protein menurun
sedang kadar lemak meningkat AOAC, 1980. Official Methods Of
secara tidak nyata. Pada pelayuan Analysis. 13th ed. Association
0 jam memberikan hasil yang of Official Analytical
tertinggi terhadap kadar air, Chemistts. Benyamin Franklin
protein, abu, sedangkan kadar Station. Washington DC.
lemak menunjukkan hasil Astuti, M., 1980. Rancangan
terendah. Percobaan dan Analisa
2. Faktor temperatur pembekuan Statistik. Bagian I. Bagian
yang lebih rendah mempengaruhi Pemuliaan Ternak Fakultas
secara nyata (P<0,05) terhadap Peternakan Universitas Gadjah
penurunan kadar air, abu daging Mada, Yogyakarta.
sapi beku serta mencegah Brewer, M. S. dan Harbers, C. A. Z.,
penurunan kadar protein, lemak 1991. Effect Of Packaging On
secara tidak nyata. Temperatur - Physical and Sensory
200C lebih dapat mempertahankan Characteristics Of Ground Pork
kualitas daging selama in Long- term FrozenStorage. J.
pembekuan. Food Sci. 56 (3) : 627 631.
3. Faktor bahan pengemas Buckle, K.A., R. A. Edwards, G. H.
mempengaruhi secara nyata terha- Fleet dan M. Wooton, 1978.
dap penurunan kadar air, abu, Food Science. Watson
mencegah penurunan kadar Ferguson & Co. Brisbane,
protein, lemak daging sapi beku Australia.
secara tidak nyata. Pengemas Desrosier, N.W., 1969. The
aluminium foil dapat memberikan Technology Of Food
hasil yang terbaik dalam Preservation. 2nd ed. The AVI

48
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Agustus 2008, Hal 39-49 Vol. 3.No. 2
ISSN : 1978 0303

Publishing Co., Inc. Westport, Lawrie, R. A., 1979. Meat Science. 3rd
Connecticut. ed. Pergamon Press. Oxford.
Edward, R. A., 1978. Food Science Paine, F. A. dan H. Y. Paine, 1983. A
Laboratory. Australian-Asian Handbook of Food Packaging.
Cooperation Scheme. Short- Published by Leonard Hill.
Course, Brawijaya University London.
of New South Wales. Ramsbottom, J. M., 1971. Packaging.
Forrest, J. C., E. D. Aberle, H. B. In The Science of Meat and
Hedrick, M.D Judge dan R. A. Meat Products. 2nd ed. J. F.
Merkel, 1975. Principles Of Price dan B. S. Schweigert. W.
Meat Science. W. H. Freeman H. Freeman and Co. San
and Co., San Fransisco. Francisco.
Gracey, J. F., 1986. Meat Hygiene. Swatland, H. J., 1984. Structure and
Bailliere Tindall, ELBC Development of Meat Animals.
Eastbourne. East Sussex. Prantice-Hall Inc., Englewood
Harte, B. R., 1985. Packaging Of Cliffs. New Jersey.
Restructured Meats. In Tranggono, Z., Noor, J. Wibowo, M.
Advances in Meat Research. Gardjito dan M. Astuti, 1980.
Ed. A. M. Pearson and T. R. Kimia, Nutrisi Pangan. PAU.
Dutson. Vol. 3. An AVI Book, Pangan dan Gizi, Universitas
Publishing, New York. Gadjah Mada, Yogyakarta.
Judge, M. D., E. D. Aberle, J. C. Urbain, W. M., 1971. Meat
Forrest, H. B. Hedrick, dan R. Preservation In The Science of
A. Merkel, 1989. Principles Of Meat and Meat Products. 2nd
Meat Science. 2nd., ed. J. F. Price dan B. S.
Kendall/Hunt Publishing Co. Schweigert. W. H. Freeman and
Dubuque, Iowa. Co. San Fransisco.

49

You might also like