You are on page 1of 18

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No.

2337- 6597
Vol.5.No.2, April 2017 (52): 422- 433

Tingkat Perkembangan Tanah Berdasarkan Pola Distribusi Mineral Liat Di Kecamatan


Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir

The level of soil development based on the pattern of clay mineral distribution in
Subdistric Lumbanjulu, Distric of Toba Samosir

Horas Manik*, Purba Marpaung, T. Sabrina


Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155
*Corresponding author: aisoise437@gmail.com

ABSTRACT

Soil development can be characterized by the distribution and composition of minerals in the soil.
The aim of this research was to determine the level of soil development based on the pattern of
distribution of clay minerals. This research was held in Subdistric Lumbanjulu, Distric of Toba
Samosir. It was located at North Sionggang Village, Jangga Toruan, Sibaruang and Hatinggian
Village, Subdistric Lumbanjulu, Distric of Toba Samosir from July 2015 to April 2016.
Morphological properties were identified by describing the soil profiles while physical and
chemical properties were identified by laboratory analysis. Clay minerals analysed using
Differential Thermal Analysis (DTA). The results showed that the profile 1 (horizon Ap, Bw1,
Bw2, B/C) with maximum pattern of was Inceptisol have started to develop. Profile 2 (horizon Ap,
Bw1, Bw2, Bw3) with pattern decreasing and increasing was Inceptisol have started to develop.
Profile 3 (horizon A, B/A, Bw1, Bw2) with an increasing pattern was Inceptisol have started to
develop. Profile 4 (horizon A, Bw1, Bw2) with maximum pattern was Inceptisol have started to
develop.

Keywords: clay minerals, soil development, DTA

ABSTRAK

Perkembangan tanah dapat dicirikan oleh distribusi dan komposisi mineral di dalam tanah. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan tanah berdasarkan pola distribusi
mineral liat. Penelitian ini dilakukan di Desa Sionggang Selatan, Jangga Toruan, Sibaruang dan
Hatinggian, Kecamatan Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir dari pada bulan Juli 2015 sampai
April 2016.Dilakukan deskripsi profil tanah untuk menentukan sifat morfologi tanah sementara sifat
fisik dan kimia dilakukan dengan analisis laboratorium. Analisis mineral liat menggunakan
Differential Thermal Analysis (DTA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil 1 (horizon Ap,
Bw1, Bw2, B/C) dengan pola maksimum merupakan tanah Inceptisolyang mulai berkembang. Profil
2 (horizon Ap, Bw1, Bw2, Bw3) dengan pola menurun dan meningkat merupakan tanah
Inceptisolyang mulai berkembang. Profil 3 (horizon A, B/A, Bw1, Bw2) dengan pola meningkat
merupakan tanah Inceptisol yang mulai berkembang. Profil 4 (horizon A, Bw1, Bw2) dengan pola
maksimum merupakan tanah Inceptisol yang mulai berkembang.

Kata kunci : mineral liat, perkembangan tanah, DTA.

422
Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.5.No.2, April 2017 (52): 422- 433

PENDAHULUAN sehingga walaupun sulit dideteksi dengan


kajian morfologi tetapi dapat ditentukan
Tanah adalah tubuh alam yang berdasarkan susunan mineral liat yaitu dengan
tersusun dari bahan padatan (bahan mineral sistem koordinat grafik nisbi hubungan
dan bahan organik), cairan dan gas, terjadi mineral dengan kedalaman tanah (Marpaung,
pada permukaan lahan, menutupi ruang dan 1992).
dicirikan oleh salah satu atau kedua hal Kecamatan Lumbanjulu merupakan
berikut: horizon-horizon yang dibedakan dari salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
bahan asalnya, sebagai akibat dari Toba Samosir dan merupakan salah satu
penambahan, penghilangan, transfer, dan daerah pertanian yang sangat besar khususnya
perubahan bentuk dari energi dan bahan, atau tanaman musiman, lahan pertanian yang
kemampuan dalam menyokong tanaman dikelola oleh petani di daerah Lumbanjulu
berakar pada lingkungan alami (Soil Survey berbeda yang disebabkan berbeda jenis tanah
Staff, 1999). dan sifat tanahnya. Perbedaan jenis dan sifat
Perkembangan tanah dicirikan oleh tanah ini dipengaruhi oleh pembentukan dan
terjadinya diferensiasi horizon sebagai wakil perkembangan tanah. Daerah ini memiliki
proses pedogen baik fisik, kimia dan biologi kondisi topografi berbukit yang memiliki
yang oleh reaksi dalam profil tanah terjadi tingkat perkembangan yang berbeda dan jenis
penambahan bahan organik dan mineral tanah yang berbeda pula.Daerah ini belum
berupa bahan padatan, cair atau gas, pernah dilakukan penelitian untuk mengetahui
menghilangnya bahan diatas tanah, alih tingkat perkembangan tanahnya, karena inilah
tempat bahan dari satu bagian ke bagian lain penulis tertarik meneliti tingkat
dalam tubuh tanah, alih rupa senyawa mineral perkembangan tanah berdasarkan pola
dan bahan organik di dalam tubuh tanah distribusi mineral liat.
(Rajamuddin, 2009).
Penilaian tingkat perkembangan tanah
ditentukan berdasarkan sifat morfologis tanah BAHAN DAN METODE
dan genesa tanah, dimana secara morfologi
ditentukan berdasarkan kelengkapan horizon- Penelitian ini dilakukan di empat desa
horizon genetis dan kedalaman solum, yaitu Desa Sionggang Selatan, Jangga
sedangkan secara genetis tanah ditetapkan Toruan, Sibaruang, dan Hatinggian,
berdasarkan tingkat pelapukan baik secara Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba
kualitatif maupun kuantitatif sebagai hasil Samosir. Analisis tanah dilakukan di
evaluasi analisa fisika, kimia dan mineralogi laboratorium PT. Socfindo Medan,
tanah. Perkembangan tanah tergantung pula Laboratorium Asian Agri Tebing Tinggi dan
pada jenis bahan induk yang menentukan sifat Laboratorium Politeknik Teknologi Kimia
kimia dari tanah yang dihasilkan. Pengaruh Industri (PTKI) Medan pada bulan Juli 2015 -
bahan induk ini sangat jelaspada stadia awal April 2016.
pembentukan tanah(Hakim., dkk, 1986). Bahan yang digunakan adalah sampel
Mineral liat merupakan salah satu tanah dari setiap lapisan profil, bahan-bahan
komponen tanah yang sangat penting, karena kimia yang digunakan untuk menganalisa
mineral liat dapat menentukan sifat fisik dan tanah di laboratorium, dan bahan lain untuk
kimia tanah dan sebagai sentral dalam proses analisis tanah di lapangan. Alat yang
reaksi pertukaran ion di dalam tanah. Muatan digunakan adalah Peta Administrasi
tanah, konsistensi tanah, dan kemampuan Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba
tanah untuk dapat mengembang dan Samosir skala 1:100.000, Peta Jenis Tanah
mengkerutdipengaruhi oleh jenis mineral liat Kecamatan Lumbanjulu dengan skala 1 :
yang dominan dalam tanah. 100.000 (sistem klasifikasi Soil Taxonomy
Distribusi mineral liat tidak terlepas 1998), data curah hujan dan suhu udara, GPS
dari genesis tanah yang membenarkan bahwa (Global Position System), formulir isian
terdapat warisan mineral pada masa lalu, deskripsi profil tanah, meteran, buku Munsell
423
Jurnal Online Agroekoteaknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.2 : 717 - 723, Maret 2015

Karakteristik Beberapa Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah Pada


Sistem Pertanian Organik

The Characteristis of Some of The Physical, Chemical, and Biological Properties of Soil in
Organic Farming Systems

Rizky Dharmawan Margolang, Jamilah*, Mariani Sembiring


Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155
*Coressponding author : jamilah_tnh@yahoo.co.id

ABSTRACT

The purpose of the study to determine the characteristis of some of the physical, chemical, and
biological properties of soil in organic farming systems. The study was held about 6 month from
November 2013 to April 2014 in Bioenvironment Education Center of Organic Farming Bahorok in
Timbang Lawan village, Bahorok, at Langkat district for observe the characteristic of some
physical, chemical, and biological characteristic of soil in organic farming system. This research
was conducted with survey method by evaluation the soil character in the area of farming base on
the time of application of the organic farming, so it taken 3 samples which are the organic farming
system beginning from year 2005; the organic farming system beginning from year 2010; and
farming system which not applicate the system of organic farming yet as the comparation and was
conducted about 3 sample points. The result of this research showed that the application of organic
farming can fix the physical and biological characteristic, but not chemistry charactreristic yet. The
charactreristic of physical of the soil that can be fixed by the application of organic farming were
changed soil color become darken, decreased bulk density of soil, increased the total soil pore
space, and increased soil permeability from criteria a bit slow to medium. Whether for the
infiltration of soil can not be increased yet with the organic farming application. The application of
this organic farming system can not fix the chemical characteristic of soil as pH of soil, C-organic
of soil, N-total of soil, and P-available still have the same criteria with conventional farming
application, but for parameter K-exchange can increase this parameter from low to medium. The
organic farming application can fix the biology characteristic by increase the soil respiration,
number of soil microorganism and earthworms population.

Keywords : organic farming, conventional farming, soil characteristic

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik beberapa sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
pada sistem pertanian organik. Penelitian dilaksanakan selama ± 6 bulan dari bulan
November 2013 - April 2014 di kebun organik Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH)
Bohorok di Desa Timbang Lawan Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat. Penelitian dilakukan
dengan metode survey dengan cara mengevaluasi sifat tanah pada areal pertanian berdasarkan
waktu diterapkannya sistem pertanian organik, sehingga diperoleh 3 sampel yaitu sistem pertanian
organik yang dimulai dari tahun 2005, sistem pertanian organik yang dimulai dari tahun 2010, dan
sistem pertanian yang belum menerapkan sistem pertanian organik sebagai pembanding dan
dilakukan sebanyak 3 titik sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem pertanian
organik mampu memperbaiki karekteristik sifat fisik dan biologi tanah, tetapi belum mampu
memperbaiki sifat kimia tanah. Karakteristik sifat fisik tanah yang mampu diperbaiki dengan
penerapan sistem pertanian organik yaitu warna tanah menjadi kehitaman, menurunkan bulk density
tanah, meningkatkan total ruang pori tanah, dan meningkatkan permeabilitas tanah dari kriteria
717
Jurnal Online Agroekoteaknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.2 : 717 - 723, Maret 2015

Dari hasil penelitian C-organik dan kalium di dalam tanah dipengaruhi beberapa
N-total (Tabel 1) dapat dilihat bahwa faktor, salah satunya adalah pH tanah.
rendahnya kandungan C-organik dan N-total
tanah disebabkan peningkatan C-organik dan Sifat Biologi Tanah pada Sistem Pertanian
N-total tanah pada sistem pertanian organik Organik
2005 berasal dari mineralisasi pupuk organik
Penerapan sistem pertanian organik
yang dilakukan berupa pupuk hijau dan pupuk
mampu meningkatkan jumlah
kandang sapi dengan pengelolaan tanah
mikroorganisme tanah. Hal ini sesuai dengan
jangka panjang atau berkesinambungan,
Ardi (2010) yang menyebutkan bahwa salah
sedangkan pada sistem pertanian
satu faktor yang mempengaruhi
konvensional berasal dari pupuk urea dan
perkembangan mikroorganisme tanah adalah
mineral tanah. Hal ini sesuai dengan Sri dan
bahan organik.
Suci (2003) yang menyatakan bahwa
peningkatan C-organik dan N-total tanah Jumlah produksi CO2 yang dihasilkan
berasal dari pemberian dan mineralisasi bahan oleh aktivitas mikroorganisme tanah
organik yang ditambahkan dalam sistem berbanding lurus dengan jumlah
pertanian organik, sementara pada sistem mikroorganisme tanah, dimana aktifitas
pertanian konvensional ditambahkan dalam mikroorganisme tinggi maka produksi CO2
bentuk pupuk dan Winarso (2005) juga tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah CO2
menyebutkan bahwa penambahan bahan yang dihasilkan oleh aktivitas
organik pada sistem pertanian organik lebih mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh
kuat pengaruhnya ke arah perbaikan sifat-sifat bahan organik. Hal ini sesuai dengan
tanah pengelolaan jangka panjang dan Penelitian Ardi (2010) yang menyatakan
berkesinambungan. bahwa aktivitas mikroorganisme tanah
dipengaruhi oleh bahan organik, kelembaban,
Peningkatan P-tersedia sejalan dengan
aerasi, dan sumber energi. Jika aktivitas
kenaikan pH, tetapi tidak dengan C-organik
mikroorganisme tinggi maka produksi CO2
dan N-total. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1
juga tinggi.
bahwa pH tanah yang tergolong agak masam
sejalan dengan rendahnya P-tersedia tanah, Besarnya populasi cacing tanah pada
tetapi tidak sejalan dengan C-organik dan sistem pertanian organik 2010 (Tabel 1)
N-total tanah. Hal ini sesuai dengan Nyakpa, berpengaruh terhadap laju infiltrasi dengan
dkk (1988) yang menyebutkan bahwa lobang yang dibuat cacing tanah dapat
mineralisasi P organik akan meningkat meresapkan air, dan hasil pencernaannya
seirama dengan kenaikan pH, tetapi dapat meningkatkan pH tanah dan K-tukar
mineralisasi karbon organik dan nitrogen tanah. Hal ini sesuai dengan Subowo (2012)
tidak demikian. Nisbah dari total karbon yang menyatakan bahwa buangan padat
organik dan nitrogen terhadap total P organik (casting) cacing tanah mempunyai indeks
bertambah dengan meningkatnya pH tanah. stabilitas agregat, pH, KTK, K, dan lobang
yang dibuat cacing tanah mampu
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa
memasukkan air ke dalam tanah dengan
rendahnya kandungan K-tukar tanah pada
volume yang besar. Dengan peningkatan laju
sistem pertanian konvensional dibandingkan
infiltrasi, maka laju aliran permukaan dan
dengan sistem pertanian organik dikarenakan
erosi tanah menjadi berkurang.
ketersediaan K-tukar tanah juga sejalan
dengan pH tanah, karena faktor yang
mempengaruhi ketersediaan kalium di dalam SIMPULAN
tanah yaitu pH tanah. Hal ini sesuai dengan
Sri dan Suci (2003) yang menyebutkan bahwa Penerapan sistem pertanian organik
sistem pertanian organik meningkatkan mampu memperbaiki karakteristik sifat fisik
kandungan K tersedia tanah, dan Nyakpa, dkk tanah yaitu warna tanah menjadi kehitaman,
(1988) menyebutkan bahwa ketersediaan menurunkan bulk density tanah,

722
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.3, Juni 2016. (593) :1983 - 1988

Karakteristik Biologi Tanah pada Berbagai Penggunaan Lahan di Sub DAS Petani
Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

The Characteristics of Soil Biology in Various Land Use in Petani Watershed Deli Serdang
Regency Sumatera Utara

Arif Ghazali Ritonga, Abdul Rauf*, Jamilah


Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155
*Coressponding author : a.raufismail@gmail.com

ABSTRACT

Land use is dominated by a variety of cover crop with good soil biological properties is one indicator
of healthy watershed. The objectives of the research were to get the characteristics of soil biology in
various land use in Petani watershed. This research was held at Buluh Awar Village Sibolangit Sub
district Deli Serdang Regency Sumatera Utara, BPT Laboratory of Bogor, Soil Biology Laboratory
Agriculture Faculty of Sumatra Utara University from March until November 2015.Theresearch
usestechniques sampling by purposive sampling method. The measured parameters is C±organic, N±
total, C/N, soil respiration, population of earthworm and population of microorganisms tested with t
test level of 5 %.The results showed that the changes of forest stands into a variety of stands reduce
the content of C±organic, N±total, the population of earthworms, soil respirationand population of
microorganisms, increasing the ratio of C/N. Although not show differences in biological
characteristics of the soilbut the sugar palm and durian is recommended.

Key Words :Soil Biology, Land Use, Petani Sub Watershed.

ABSTRAK

Penggunaan lahan yang didominasi dengan berbagai vegetasi penutup lahan yang memiliki sifat
biologi tanah yang baik merupakan salah satu indikator DAS yang baik.Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan karakteristik biologi tanah pada berbagai penggunaan lahan di Sub DAS Petani.
Penelitiandilakukan di desa Buluh Awar, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Sumatera
Utara, di Laboratorium BPT Bogor, Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara padabulan Maret sampai dengan November 2015. Penelitian ini menggunakan teknik
sampling berdasarkan metode purposive sampling.Parameter yang diukur yaitu C±organik, N±total,
C/N, respirasi tanah, populasi cacing tanah dan total populasi mikroorganisme.Data diuji dengan uji
t taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan tegakan hutan menjadi berbagai tegakan
menurunkan kandungan C±organik tanah, N±total tanah, populasi cacing tanah, respirasi tanah dan
populasi mikroorganisme, meningkatkan rasio C/N. Meskipun tidak menunjukan perbedaan
karakteristik biologi tanah, namun tanaman aren dan durian lebih dianjurkan.

Kata Kunci :Biologi Tanah, Penggunaan Lahan, Sub DAS Petani


PENDAHULUAN laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di
Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya laut sampai dengan daerah perairan yang
disebut DAS adalah suatu wilayah daratan masih terpengaruh aktivitas daratan (PP No. 37
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai Tahun 2012).
dan anak±anak sungainya, yang berfungsi DAS Deli merupakan salah satu dari
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air beberapa DAS di Sumatera utara. DAS Deli
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke memiliki beberapa sub DAS, salah satunya
1983
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.3, Juni 2016. (593) :1983 - 1988

adalah sub DAS Petani yang wilayah tanah pada berbagai jenis penggunaan lahan di
administrasinya berada pada kecamatan Sub DAS Petani Kecamatan Sibolangit
Sibolangit kabupaten Deli Serdang yang Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
membentuk wilayah hulu sungai Deli.
Menurut data(BPDAS Wampu Sei Ular, 2003)
kawasan Sub DAS Petani berada pada DAS BAHAN DAN METODE
Deli dengan luas 12.695,32 Ha. Penggunaan
lahan di Sub DAS Petani adalah untuk Penelitian dilaksanakan di Desa Buluh
kawasan hutan, pertanian dan agroforestri Awar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli
dengan vegetasi yang sangat beragam seperti Serdang dengan ketinggian 503 meter diatas
aren, durian, karet, kakao, pinang, kelapa, permukaan laut.Penelitian ini dilaksanakan
padi, bawang, jagung, jahe, dan lain mulai bulan Maret sampai dengan November
sebagainya. 2015.Contoh tanah dianalisis di Laboratorium
Penggunaan lahan di kawasan DAS BPT Bogor dan di Laboratorium Biologi
sebagai sumberdaya alam memiliki Tanah Fakultas Pertanian Universitas
karekteristik lahan yang sangat Sumatera Utara, Medan.
beragam.Menurut Saribun (2007) karakteristik Bahan yang digunakan dalam
lahan pada suatu DAS sangat bervariasi penelitian ini adalah sampel tanah yang
tergantung keadaan topografi, iklim, geologi, diambil di bawah tegakan vegetasi aren, karet,
tanah, dan vegetasi yang menutupinya.Sebagai durian dan tanah hutan, kantong plastik dan
salah satu unsur pembentuk lahan, tanah karet gelang, es batu, kotak stereoform, kertas
memiliki karakteristik yang bervariasi, terdiri label serta bahan±bahan yang digunakan untuk
dari sifat fisik, kimia, dan biologi.ketiga sifat analisis di Laboratorium.Alat yang digunakan
tersebut memiliki peran tersendiri dalam dalam penelitian ini adalah GPS (Global
meningkatkan produktivitas lahan. Positioning System), bor tanah, ring sampel,
Penggunaan lahan yang didominasi pisau atau parang, clinometer, kamera dan alat
dengan berbagai vegetasi penutup lahan yang tulis sebagai alat untuk menulis data
memiliki sifat biologi tanah yang baik dilapangan.
merupakan salah satu indikator DAS yang Metode yang digunakan dalam
baik. penelitian ini adalah metode survey dengan
Selain itu sifat biologi tanah memiliki analisis dekskriptif.Teknik sampling
peran penting untuk menjaga stabilitas berdasarkan metode acak.Data masing±
kesuburan dan kesehatan tanah.Menurut masing parameter untuk setiap tegakan di
Hanafiah (2009) pengaruh biota tanah, baik analisis dengan menggunakan uji t dengan
makro maupun mikro terhadap penyusunan taraf 5%. Parameter Pengamatan yang akan
tubuh tanah, kesuburan tanah, kesuburan diukur antara lain : C±Organik (%), N±Total
tanaman yang tumbuh diatasnya dan (%), Rasio C/N, Populasi Cacing Tanah
lingkungan sangatlah penting.Saat ini berbagai (ind/m3), Respirasi Tanah (mg/CO2), Total
atribut biologi tanah mulai banyak digunakan Populasi Mikroorganisme (CFU/ml).
sebagai indikator kualitas dan kesehatan tanah.
Namun pengelolaan lahan yang tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
tepat seperti penggunaan tanah dalam jangka
waktu lama, penggunaan pupuk dan pestisida C±Organik
kimia secara terus menerus, akan mengancam Hasil pengamatan diperoleh rataan C-
agroekosistem berkelanjutan. Sehingga organik pada tegakan hutan sebesar 2,086%,
peningkatan pengetahuan tentang ekosistem aren 1,793%, karet 1,108% dan durian 2,189%
bawah tanah dan proses±prosesnya dirasa .
perlu untuk memahami pengelolaan lahan dan Hasil uji t pada parameter C±
tanah berkelanjutan. organik pada tiap tanaman serbaguna
Berdasarkan uraian diatas, penulis diperoleh seperti yang tertera pada Tabel 1.
tertarik untuk mengetahui karakteristik biologi
1984
KARAKTERISTIK MORFOLOGI TANAH DI BAWAH TEGAKAN
JATI (Tectona grandis) DAN LAHAN TERBUKA DI KECAMATAN
MANDE, KABUPATEN CIANJUR, PROPINSI JAWA BARAT

Paranita Asnur1 dan Ratih Kurniasih1


1
Staf Pengajar Agroteknologi, Fakultas Teknologi Industri, Universitas, Jl. Margonda Raya
No.100, Depok 16424 Indonesia.
Email: paranita@staff.gunadarma.ac.id

INTISARI

Morfologi tanah erat kaitannya dengan daya dukung tanah untuk pemanfaatan dan
pengelolaan tanah. Secara sederhana morfologi menunjukkan kesuburan tanah yang dapat
dianalisi dilapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi tanah di bawah
tegakan jati (Tectona grandis) dan lahan terbuka. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode survey dan secara kualitatif. Pembuatan profil tanah sebanyak 3 titik pada masin-masing
sistem penggunaan lahan berukuran 1x1x1,5 m. Lapisan horison dibawah tegakan jati terdiri
dari horison A dan B, terdapat lapisan peralihan diantara keduannya. Tanah bertekstur lempung
hingga lempung debuan, dengan struktur tanah remah, gumpal bersudut dan lempeng/kemping.
Sedangkan konsistensi terdiri dari tidak teguh, agak teguh dan teguh. Ukuran perakaran mikro
dan meso, dengan jumlah perakaran 5-30% dan kedalaman bervariasi hingga 114 cm. Morfologi
tanah di lahan terbuka terdiri dari lapisan O, A dan Bt membentuk lapisan bergelombang.
Variasi struktur, tekstur, konsistensi dan ukuran perakaran serupa dengan dibawah tegakan jati,
jumlah perakaran bervariasi 5-30% dan kedalaman perakaran hingga 109 cm.
Kata kunci: morfologi tanah, lahan terbuka, jati

ABSTRACT

Keywords :

PENDAHULUAN
Proses fisika, kimia dan biologi membantu pelapukan bahan mineral dan dekomposisi
bahan organik. Proses pembentukan tanah ini terus berlanjut. Dalam prosesnya, mikroorganisme
dan penetrasi akar membantu terjadinya perpindahan mineral tanah akibat adanya erosi dan
infiltrasi. Proses ini menyebabkan terjadinya perbedaan morfologi tanah pada horison tanah.
Morfologi tanah hutan berkembang pada waktu yang lama. Hal ini disebabkan sistem
pengelolaan tanah hutan yang tidak intensif dibandingkan tanah pertanian. Kerusakan pada
tanah hutan terjadi ketika terjadi pemanenan, kebakaran atau alih fungsi penggunaan lahan. Lain
halnya dengan penggunaan tanah pertanian, pengelolaan intensif yang dilakukan menyebabkan
penurunan produktivitas tanah. Penurunan produktivitas tanah ditandai dengan terjadinya
pemadatan tanah, kehilangan lapisan permukaan, struktur, porositas, aerasi, kekuatan, warna
tanah, ketersediaan oksigen dan kemudahan penetrasi akar tanaman (Utomo, et al., 2016).
Selain itu penggunaan dan pengelolaan lahan intensif tentu berbeda dengan tanah yang tidak
dikelola secara intensif. Intensifikasi penggunaan lahan menurunkan stabilitas agregat tanah,
terutama di lapisan tanah permukaan (Le Bissonais, et al., 2018).
Mengetahui morfologi tanah artinya mengetahui daya dukung penggunaan tanah.
Morfologi tanah menentukan kemudahan penetrasi akar, ketersediaan air, kemudahan
penyerapan air oleh tanaman, jumlah oksigen dan gas lainnya di tanah, dan sejauh mana air
bergerak baik secara lateral dan vertikal melalui tanah Sifat fisika tanah sebagian besar
antara butir-butir primer pasir, debu dan lempung yang dinyatakan dalam persen (Rachim dan
Suwardi, 2002). Dengan demikian, keadaan tekstur tanah akan menentukan jumlah pori-pori
yang ada di dalam tanah sehingga akan menentukan tingkat aerasi tanah dan kemampuan
penetrasi akar di dalam tanah. Semakin halus tekstur tanah, maka jumlah pori-pori mikro dalam
tanah akan meningkat sehingga mengakibatkan tingkat aerasi tanah sedikit rendah dan
kemampuan penetrasi akar menurun.
Hasil pengamatan menunjukkan pada lapisan dengan tekstur tanah lempung, perakaran
yang ditemukan adalah perakaran mikro sampai dengan meso. Dalam hal ini, persentase
perakaran mikro lebih mendominasi jika dibandingkan dengan perakaran meso. Hal ini
menunjukkan bahwa pada tekstur tanah lempung dengan fraksi lempung yang mendominasi,
perakaran mikro sampai dengan meso masih bisa menembus pori-pori yang didominasi oleh
pori mikro.
Selain itu, tekstur tanah juga akan menentukan kemampuan mengikat dan menahan air
oleh tanah. Tanah bertekstur lempung memiliki ruang pori halus yang lebih banyak sehingga
kemampuan menahan dan mengikat air lebih tinggi. Tanah dengan tekstur pasir banyak
mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air. Sebaliknya, pada top-top soil
bertekstur halus, memiliki lebih banyak ruang pori total yang sebagian besar terdiri pori-pori
kecil. Hasilnya adalah tanah dengan kapasitas memegang air yang besar (Hardjowigeno, 2007).
Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah
Ultisol dari batu kapur, batuan andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus
seperti lempung dan lempung halus. Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat,
dengan bentuk gumpal bersudut. Ciri morfologi yang paling penting pada tanah Ultisol yaitu
terjadinya peningkatan fraksi lempung dalam jumlah tertentu yang biasa disebut dengan horison
argilik (Bt) (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lapisan dengan struktur remah mengandung
perakaran makro yang tinggi, sedangkan pada lapisan di bawahnya perakaran didominasi oleh
akar meso dan mikro. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan akar dalam mempenetrasi
semakin rendah jika struktur tanah bersifat pejal, dalam hal ini gumpal bersudut dan gumpal
membulat. Tanah yang berstruktur granuler atau remah memiliki tingkat porositas yang lebih
tinggi daripada tanah yang berstruktur massive (pejal) dengan tingkat porositas tanah yang kecil.
Kedua tipe struktur tanah tersebut memiliki perbedaan dalam hal ruang/ pori yang didalamnya
terdapat air dan udara. Tanah yang berstruktur granuler memiliki ruang/pori tanah yang besar
berisi udara yang lebih sehingga menunjang tanaman dalam perkembangannya, sedangkan
tanah bertekstur massive dengan tingkat pori yang lebih kecil sehingga tingkat aerasi di dalam
tanah rendah (Pairunan, dkk, 1997).
Pada struktur tanah di profil tanah pada lahan naungan di bawah tegakan jati dan lahan
kosong tidak ternaungi tidak memiliki perbedaan yang berarti. Pada kedua lahan tesebut, variasi
tipe struktur tanahnya adalah remah sampai dengan pejal. Untuk struktur tanah bertipe remah
terdapat pada lapisan paling atas, yaitu horison O dan juga A. Hal ini menunjukkan bahwa top
soil yang kandungan bahan organiknya lebih tinggi dibanding horison di bawahnya memiliki
organisme tanah yang mampu menggemburkan tanah. Namun, tipe struktur tanah yaitu remah,
didominasi pada lapisan paling atas pada lahan kosong tanpa naungan. Hal ini membuktikan
bahwa seresah tanaman yang berasal dari pohon jati yang kandungan ligninnya lebih tinggi
dibandingkan pada seresah rumput, dalam hal ini mempengaruhi proses dekomposisi bahan
organik di tanah. Seresah daun dan ranting jati memiliki rasio C/N yang tinggi yaitu 200-400
jika dibandingkan dengan seresah rumput yang memiliki rasio C/N sekitar 50-70.
Kedalaman efektif merupakan kedalaman suatu tanah yang bisa ditembus oleh akar
tanaman (Foth, 1994) atau kedalaman tanah sampai dapat ditumbuhi akar, menyimpan cukup air
dan hara, umumnya dibatasi adanya kerikil dan bahan induk atau lapisan keras yang lain,
sehingga tidak lagi dapat ditembus akar tanaman (Hardjowigeno, 2003). Hasil pengamatan
terhadap kedalaman efektif pada penelitian ini sangat bervariasi, mulai dari dalam sampai
dengan sangat dalam. Perbedaan kedalaman efektif ini dipengaruhi oleh proses pengendapan
bahan material yang terjadi sejak lama sehingga akar sudah tidak mampu lagi menembusnya.
e-J. Agrotekbis 4 (3) : 227 - 234, Juni 2016 ISSN : 2338-3011

SIFAT FISIK TANAH PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN


DI DESA OLOBOJUKABUPATEN SIGI
The Physical in Some of The use of Land in The Village Oloboju of Sigi

Delsiyanti1), DanangWidjajanto2), Ulfiyah A. Rajamuddin2)

1)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi. Jurusan Sumber Daya Lahan. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu
2)
Dosen Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.
Jl. Soekarno-Hatta Km 9. Tondo-Palu 94118. Sulawesi Tengah. Telp. 0451-429738. Pertanian Universitas Tadulako. Palu.
gmail: yanti_delsi@yahoo.com. E-mail: widjajanto@yahoo.co.id. E-mail: Ulfiyah_ar@yahoo.co.id

ABSTRACT

This research aim is to know the characteristics of soil physic on some land use system in oloboju
village sigi district of Sigi Biromaru. The research has done on the Sigi 6 units of rice field, the dry
field and mixed farm with the slope of 0-8% and 8-15%. Soil analysis has in soil science
Laboratory, Faculty Of Agriculture, University Tadulako. The research was done on March until
May 2016. Determination of soil sample Location taken for analyse laboratory determined in the
Purposive Sampling so that it sets 18 sample poin. Soil sample was taken as much as 3 replications
for every land use. The result of research showed that soil physical from oloboju on 6 unit land with
different land slope have different soil physical, soil characteristics dominated by texture the faction
of dust and sand, with the soil texture are silt loam, moderate organic matter, moderate bad,
permeability, porosity, field capacity and saturated water were low until high, liquid limitation and
plasticity were moderate until high. The characteristic of the soil on 6 land units, in general,
determined by texture and organic matter.

Key Words : Land use, soil physical nature.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman sifat fisik tanah pada beberapa
penggunaan lahan di Desa Oloboju Kabupaten Sigi. Penelitian dilaksanakan di Desa Oloboju
Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi pada 6 unit lahan sawah, tegalan, kbun campuran
dengan masing-masing kelerengan mulai dari 0-8% dan 8-15%. Analisis tanah dilakukan di
Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. Penelitian dilaksanakan Pada
Bulan Maret sampai bulan Mei tahun 2016. Penentuan lokasi pengambilan sampel tanah untuk
bahan analisis di laboratorium ditentukan secara sengaja (Purposive sampling) sehingga diperoleh
18 titik sampel. Pengambilan sampel tanah diambil sebanyak 3 ulangan pada setiap penggunaan
lahan. hasil penelitian menunjukan sifat fisik tanah pada desa Oloboju pada 6 unit lahan yaitu lahan
sawah, lahan tegalan, lahan kebun campuran dengan masing-masing kelerengan yang berbeda,
mempunyai sifat fisik yang beragam, tekstur tanah didominasi fraksi debu dan pasir dengan kelas
tekstur lempung berdebu, mempunyai bahan organik sedang, permeabilitas sedang, porositas yang
kurang baik, kapasitas lapang dan kadar air jenuh rendah sampai tinggi, batas cair dan plastisitas
sedang hingga tinggi. Sifat fisik tanah pada 6 unit lahan umumnya ditentukan oleh tekstur dan
bahan organik.

Kata Kunci : Penggunaan lahan, sifat fisik tanah.

227
cara menumpang tindihkan peta kelerengan perakaran tanaman, baik dalam hal absorbsi
dan peta penggunaan lahan dengan unsur hara, air maupun oksigen juga sebagai
menggunahkan aplikasi ArcGIS 10.0, pembatas gerakan akar tanaman (Kurnia
sehingga didapatkan 6 unit lahan dengan dkk, 2006).
kelerengan berbeda.
Tekstur. Hasil analisis tekstur tanah pada
Penentuan lokasi pengambilan sampel
beberapa penggunaan lahan berdasarkan
tanah untuk bahan analisis di laboratorium
kelerengannya, sebagai mana disajikan pada
ditentukan secara sengaja (Purposive sampling)
Tabel 1.
pada 6 unit lahan sehingga diperoleh 18
Berdasarkan hasil analisis tekstur
titik sampel. Pengambilan sampel tanah
tanah pada Tabel 1. beberapa tipe
diambil sebanyak 3 ulangan pada setiap
penggunaan lahan memiliki kandungan
penggunaan lahan. Pengambilan sampel
tekstur yang berbeda yaitu lahan sawah dan
tanah utuh menggunakan ring sampel
tegalan pada kelerengan 0-8% dan 8-15%.
dengan kedalaman (0-30 cm) dari lapisan
tekstur tanah didominasi fraksi pasir (43,5 ±
tanah bagian atas pada setiap unit lahan
53,9%), debu (33,6 ± 40,6%), kemudian
yang telah dibuat. Sedangkan pengambilan
fraksi liat (5.5-22.9%) dengan kelas tekstur
sampel tanah tidak utuh dilakukan dengan
lempung berpasir. Kecuali pada lahan
cara dikomposit tanah tidak utuh disetiap
kebun campuran kelerengan mulai dari 8-
3 titik sampel pada tiap lahan kemudian
15%, tekstur tanah didominasi fraksi debu
dicampurkan setelah itu dimasukan kedalam
(53,7 ± 63,2%), pasir (31,1 ± 42,3%)
kantong plastik.
kemudian fraksi liat (4,0 ± 5,7%) dengan
Analisis sampel tanah dilakukan
kelas tekstur lempung berdebu.
untuk menentukan beberapa sifat fisik tanah
dengan metode analisisnya sebagai mana Tabel 2. Variabel Pengamatan Sifat Fisik Tanah
tercantum pada Tabel 2. dan Metode Analisisnya
Analisis data yang dilakukan dengan
metode deskriptif yaitu menjelaskan suatu Variabel Pengamatan Metode Analisis
keadaan yang ada dilapangan berdasarkan Konduktifitas Hidrolik Constant Head
karakteristik tanah pada masing-masing Tanah Jenuh Permeameter
penggunaan lahan. Bulk density Gravimetrik
HASIL DAN PEMBAHASAN Porositas Gravimetrik
Tekstur Pipet
Sifat Fisik Tanah. Sifat fisik tanah Kadar air jenuh Gravimetrik
merupakan sifat tanah yang berhubungan Kadar air kapasitas lapang Gravimetrik
dengan bentuk/kondisi tanah asli, yang
C-Organik Walkeley and
termaksud diantaranya adalah tekstur, black say
struktur, bobot isi tanah, porositas, stabilitas, Batas Plastis Menggulung
konsistensi, warna maupun suhu tanah dan
Batas Cair Casagrande
lain-lain. sifat tanah berperan dalam aktivitas
Tabel 1. Hasil Analisis Tekstur Tanah pada Beberapa Penggunaan Lahan
Lereng Tekstur
No. Penggunaan lahan Kriteria
(%) Pasir (%) Debu (%) Liat (%)
1. Sawah 0-8 46,1 38,3 15,6 Lempung
2. Sawah 8-15 53,9 40,6 5,5 Lempung berpasir
3. Tegalan 0-8 51,3 38,5 10,2 Lempung berpasir
4. Tegalan 8-15 43,5 33,6 22,9 Lempung
5. Kebun campuran 0-8 31,1 63,2 5,7 Lempung berdebu
6. Kebun campuran 8-15 42,3 53,7 4,0 Lempung berdebu
229
J. Agroland 16 (1) : 45 – 52, Maret 2009 ISSN : 0854 – 641X

KAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH PADA LAHAN


PERSAWAHAN DI DESA KALUKU TINGGU KABUPATEN
DONGGALA SULAWESI TENGAH

Study of Soil Morphology and Development Level on Paddy Soil in Kaluku


Tinggu Village, Donggala Regency, Central Sulawesi
Ulfiyah A.Rajamuddin1)
1)
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Jl. Soekarno Hatta KM 5. Tondo Palu 94118,
Sulawesi Tengah Telp/Fax : 0451 – 429738. E-mail : ulfiyah_ar@yahoo.co.id

ABSTRACT

The objective of the research was to identify the level of soil development in paddy soil in
Kaluku Tinggu Village Donggala Regency Central Sulawesi. The method used in this research was a
survey method in which observation and soil sample were taken systematically using a grid system.
The distance between observation points was 250 m. The observation on soil sample distribution is
carried out by using soil auger. Soil profile for observation of soil morphological characteristics was
determined based on the result of the soil auger data. The data of soil resulted from field and laboratory
analysis were used to compare soil characteristics among horizon. The average of each parameter was
calculated using formula of balance average. The morphological soil characteristics observation on
paddy field showed that the profile thickness was 0-80 cm, horizon thickness >12 cm, soil color was grayish
to grayish red, texture was sandy loam and clay loam, soil structure was granular and rounded blocky, and soil
consistency were sticky and plastic. Such soil characteristics indicated that the soil development was at a recent
stage. A long period under submerged condition has impeded the soil development.

Keywords : Soil development, paddy soil

PENDAHULUAN Perkembangan tanah dicirikan oleh terjadinya


diferensiasi horizon sebagai wakil proses
Tanah sawah berbeda dengan tanah pedogen baik fisik, kimia dan biologi yang
lahan kering. Ciri utama tanah sawah adalah oleh reaksi dalam profil tanah terjadi
identik dengan genangan air dalam waktu penambahan bahan organik dan mineral
yang lama. Penggenangan tanah menyebabkan berupa bahan padatan, cair atau gas,
terjadinya perubahan sifat kimia, fisika menghilangnya bahan diatas tanah, alih
dan biologi tanah. Kondisi inilah yang tempat bahan dari satu bagian ke bagian lain
membedakan lahan sawah dengan lahan dalam tubuh tanah, alih rupa senyawa mineral
kering (Siradz, 2006). dan bahan organik di dalam tubuh tanah.
Penggenangan tanah untuk lahan Kehidupan daur tanah dimulai dari
persawahan dapat menyebabkan perubahan taraf bahan induk, tanah muda atau belum
permanen pada sifat-sifat tanah asal yang matang (immature), tanah dewasa atau
selanjutnya dapat menyebabkan perubahan matang (mature) dan berlanjut ke tanah tua
tingkat perkembangan profil tanah dan (senil). Bahan induk dapat berubah menjadi
klasifikasi tanah. Menurut Didin (2000) tanah muda dalam suatu periode waktu
45
horizon secara sempurna. Terhambatnya Tekstur Tanah
perkembangan solum ini terkait dengan
Tekstur tanah ialah perbandingan
proses penggenangan dan pengeringan akibat
relatif tiga golongan besar fraksi tanah (pasir,
pengolahan tanah sehingga dapat menghambat
debu dan lempung) dalam suatu massa
terbentuknya solum.
tanah (Notohadisuwarno, 2003). Fraksi tanah
Warna Tanah dikelompokkan berdasar atas ukuran tertentu,
Warna tanah merupakan morfologi fraksi tanah ini dapat kasar ataupun halus.
tanah yang dapat tegas disidik dan diukur. Dari hasil analisis menunjukkan
Joffe (1949) menyatakan bahwa warna tanah bahwa tanah sawah di lokasi penelitian
merupakan suatu alat yang dapat digunakan mempunyai tekstur yang hampir seragam
untuk membedakan horizon-horizon tanah yakni lempung liat berpasir dan lempung liat
dari satu profil secara cepat. Darmawidjaya berdebu. Pola sebaran fraksi tanah pada
(1980), mengatakan bahwa warna tanah masing-masing horizon memberikan ciri
merupakan pernyataan tentang: (a) jenis dan yang berbeda yakni semakin dalam jeluk
kadar bahan organik, (b) keadaan pengatusan maka tekstur tanah semakin halus. Perbedaan
dan aerasi tanah yang berhubungan dengan pola sebaran fraksi tanah ini mengindikasikan
hidratasi, oksidasi dan proses pencucian, bahwa proses pedogenesis tidak berjalan
(c) tingkat perkembangan tanah, (d) kadar sama dan adanya perbedaan faktor lingkungan.
air tanah termasuk pula dalamnya permukaan Hal ini mungkin disebabkan karena
air tanah, dan atau (e) adanya bahan bahan penggenangan dan pelumpuran yang
tetentu. Warna tanah dipengaruhi oleh empat menyebabkan partikel-partikel halus dalam
jenis bahan, yaitu senyawa-senyawa besi, lumpur akan bergerak kebawah bersama air
senyawa mangan dan magnesium, kuarsa perkolasi sehingga terjadi pemindahan
dan feldspar, dan bahan organik. partikel-partikel tanah baik fraksi pasir,
pada profil tanah sawah lapisan debu dan lempung.
0-20 cm, 20-40 cm dan 40-60 cm terlihat Menurut Notohadiprawiro dan
adanya warna kelabu, hal ini menunjukkan Suparnowo (1978), pengalihan lempung lokal
bahwa terjadi proses gleysasi pada horizon di dalam profil terjadi karena tanah
tersebut. Perubahan warna tanah dari coklat mempunyai pengatusan dakhil yang agak
menjadi kelabu yang terlihat pada epipedon terhambat. Pengayaan lempung pada profil
akibat penggenangan dengan proses gleisasi tanah disebabkan oleh pengaruh suasana
yang dicirikan oleh adanya gejala reduksi
pembasahan lengas dan pengeringan yang
pada profil tanah sebagai akibat dari reduksi
berhubungan dengan lingkup lengas tanah
Fe3+ berubah menjadi Fe2+ (Nagarajah, dkk,
(moisture regime). Sedangkan Menurut
1989). Sedangkan warna kemerahan pada
lapisan 60-80 cm disebabkan karena kondisi Buckman dan Brady (1969), perbedaan
pengatusan yang cukup baik, sehingga agihan besar butir lebih sering dihubungkan
memungkinkan tercucinya kation-kation yang dengan perbedaan pelapukan, dimana
mudah larut (Si dan Mg) dan kemungkinan pelapukan yang makin intensif akan
yang tertinggal adalah Fe membentuk oksida- menghasilkan fraksi halus lebih banyak.
oksida besi. Warna merah ini berkaitan Struktur Tanah
langsung dengan oksida senyawa besi
yang terkandung di dalam bahan induk tanah Struktur tanah adalah susunan ikatan
selama proses pembentukan tanah, warna partikel-partikel tanah satu sama lain
merah ini akan tetap bertahan selama kondisi membentuk agregat tanah, merupakan sifat
tanah yang sangat ditentukan oleh partikel
pengatusan tanahnya tetap baik.
49
Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika
Volume 2 Number 1 month March 2017. Page 7-9
p-ISSN: 2477-5959 e-ISSN: 2477-8451

Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika is licensed under


A Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0 International License.

ANALISIS SEBARAN BUTIRAN AGREGAT TANAH, SEBARAN BUTIR PRIMER


TANAH, DAN PERMEABILITAS TANAH PADA PABRIK TEH
Irina Mei Risca Pratama1), Ian Yulianti2), dan Masturi3)
1, 2, 3)
Prodi Pendidikan Fisika Program Pascasarjana UNNES
1)
E-mail: mayicha8@gmail.com

Abstrak. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh
proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan
tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain,
sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan
biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Tumbuhan teh
merupakan salah satu sumber daya alam yang dihasilkan dari pengolahan pucuk (daun muda) tanaman teh, Produksi pengolahan teh
hitam di PT. Pagilaran menggunakan sistem pengolahan orthodox rotorvane. Pembuangan limbah teh yang telah diproduksi dalam
PT.Pagilaran beruba cairan yang dibuang didalam tanah. Penelitian ini bermaksud mengkaji sebaran butiran agregat tanah yang
dihasilkan adalah tanah berpasir dengan presentasi sebesar 59,34%, sebaran butir primer tanah dengan presentase lempung dan lanau
sebesar 40,66%, pasir 59,34%, dan kerikil 0,00% karena ukuran butiran tidak lengkap dan hal itu menyebabkan butiran-butiran yang
ada tidak saling mengisi dan menyebabkan adanya rongga, dan permeabilitas tanah tersebut termasuk dalam tanah pasir kelanauan
hasil pembuangan pengolahan teh di PT.Pagilaran.

Kata Kunci: Tanah, Sebaran Butiran Agregat Tanah,Sebaran Primer tanah, Permeabilitas Tanah

berukuran kecil, sesuai dengan perkembangan pasar. Teh


I. PENDAHULUAN hitam produksi PT. Pagilaran sebagian besar diekspor ke luar
Tanah memiliki arti yang sangat penting bagi setiap negeri. Pembuangan limbah teh yang telah diproduksi dalam
individu dalam masyarakat. Tanah terbentuk dari partikel PT.Pagilaran beruba cairan yang dibuang didalam tanah.
pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan Penelitian ini bermaksud mengkaji tekstur, struktur dan
lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi . Proses permeabilitas tanah [3] hasil pembuangan pengolahan teh di
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk PT.Pagilaran.
(regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses
pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang II. METODE
dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral A. Rancangan Penelitian
dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan
bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan Dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis tanah yang
didaerah pembuangan limbah pabrik teh, tentang sebaran
berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang
butiran agregat tanah, sebaran butir primer tanah, dan
pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang
permeabilitas tanah pada pabrik teh yang berada di Kabupaten
berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan
Batang. Dengan menggunakan 2 sampel yang diambil
inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari
mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa berdasarkan jarak dari pembuangan limbah dari pabrik teh
disebut Profil Tanah. Tekstur, struktur dan konsistensi tanah tersebut dengan melihat pada sebaran agregat tanah dilihat
bagaimana struktur tanah tersebut yang meliputi lempung,
merupakan beberapa komponen yang penting dalam tanah
lanau, pasir dan kerikil. Dalam sebaran butir primer tanah
sehingga pempengaruhi pertumbuhan dari tumbuhan [1].
dibahas tentang kelas tekstur pada tanah yaitu tanah bertekstur
Tumbuhan teh merupakan salah satu sumber daya alam
yang dihasilkan dari pengolahan pucuk (daun muda) tanaman kasar, tanah bertekstur halus dan tanah bertekstur sedang.
teh, Produksi pengolahan teh hitam di PT. Pagilaran Dan untuk permeabilitas tanah untuk menganalisis daya serap
air dalam tanah dengan menggunakan alat hidrolik.
menggunakan sistem pengolahan orthodox rotorvane. Sistem
ini digunakan untuk memperoleh partikel bubuk teh yang

7
JURNAL ILMIAH MAHASISWA PERTANIAN
E-ISSN: 2614-6053 P-ISSN: 2615-2878
Volume 5, Nomor 2, Mei 2020
www.jim.unsyiah.ac.id/JFP

Karakteristik, Klasifikasi, dan Pengelolaan Tanah yang Terbentuk di Daerah


Gunung Api Jaboi Kota Sabang
(Characteristics, Classification, and Management of Soil Formed in Jaboi Volcano
Sabang City)

Jhoni Setiawan1, Abubakar Karim1, Teti Arabia1*


1
Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala
*Corresponding author: tetiarabia@unsyiah.ac.id

Abstrak. Kota Sabang memiliki luas 12.061,08 ha, yang terdiri dari pulau-pulau kecil, yaitu: Pulau Weh, Pulau
Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, dan lain-lain. Pulau kecil ini terbentuk karena adanya gerakan vulkanik berupa
letusan gunung Seulawah yang mengakibatkan pulau ini terpisah dari daratan Aceh Besar. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui karakteristik, klasifikasi, serta pengelolaan tanah-tanah yang terbentuk di daerah gunung api
Jaboi Kota Sabang. Metode yang digunakan yaitu survai deskriptif kuantitatif. Parameter yang diukur di lapangan
berupa karakteristik morfologi diantaranya: warna dan kedalaman tanah. Dilaboratorium berupa karakteristik
fisika tanah adalah tekstur tanah; karakteristik kimia tanah yaitu C-organik dan kejenuhan basa serta jenis mineral
tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dan klasifikasi tanah Alfisol adalah: (a) epipedon molik
karena memiliki solum tanah ≥ 18 cm (23 cm), kandungan C-organik ≥ 0,6% (1,29%), kejenuhan basa ≥ 50%
(55,72%) dan value serta chroma ≤ 3 (value 3 dan chroma 3); (b) horison penciri bawah yang dijumpai adalah
argilik karena mengandung liat < 15%, maka horison argilik > 3% lebih liat yang terdapat pada horison Bt
dibandingkan horison di atasnya; (c) subordo dikategorikan Udalf, great group Hapludalf, subgroup Typic
Hapludalf, famili Typic Hapludalf, berlempung, campuran, isohipertermik. Pengelolaan yang sesuai tanah Alfisol
yaitu dengan olah tanah konvensional.

Kata kunci : Gunung api Jaboi, karakteristik tanah, klasifikasi tanah, pengelolaan tanah

Abstract. Sabang City has an area of 12,061.08 ha, which are consists of small islands, namely: Weh Island, Klah
Island, Rubiah Island, Seulako Island, and others. This small island was formed due to a volcanic movement in
the form of the Seulawah volcano eruption which resulted in the island being separated from the mainland of Aceh
Besar. This study aims to determine the characteristics, classification, and management of soils formed in the Jaboi
volcano in Sabang City. The method in this research is used a quantitative descriptive survey. The parameters
measured in the field in the form of morphological characteristics include: color and depth of the soil. In the
laboratory the characteristics of soil physics are soil texture; soil chemical characteristics are C-organic and base
saturation and soil mineral types. The results showed that the characteristics and classification of Alfisol soils
were: (a) Molic epipedon because it had soil solum ≥ 18 cm (23 cm), C-organic content ≥ 0.6% (1.29%), base
saturation ≥ 50% ( 55.72%) and the value and chroma ≤ 3 (value 3 and chroma 3); (b) the lower characteristic
horizon found is argillic because it contains clay < 15%, the argillic horizon > 3% more clay found in the Bt
horizon compared to the above horizon; (c) subordo is categorized as Udalf, Hapludalf great group, Typic
Hapludalf subgroup, Typic Hapludalf family, clay, mixed, isohipertermic. Appropriate management of Alfisol
land is conventional tillage.

Keywords: Jaboi Volcano, soil characteristics, soil classification, soil management

PENDAHULUAN
Kota Sabang memiliki luas 12.061,08 ha, yang terdiri dari pulau-pulau kecil
diantaranya: Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, dan lain-lain. Pulau kecil
ini terbentuk karena adanya gerakan vulkanik berupa letusan gunung Seulawah yang
mengakibatkan pulau ini terpisah dari daratan Aceh Besar. Pulau vulkanik ini mengalami tiga
tahap pengangkatan patahan bumi yang mengakibatkan Pulau Weh terbagi atas tiga teras
dengan dataran tertinggi terdapat pada bagian Barat pulau (Distamben Aceh, 2006).
Morfologiatanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang,
klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu
sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, Volume 5, Nomor 2, Mei 2020 283


Soilrens, Volume 16 No. 2, Juli – Desember 2018

Pengaruh Posisi Lereng terhadap Sifat Fisika dan Kimia Tanah pada Inceptisols di
Jatinangor
Mahfud Arifin1), Novarina Darmawan Putri2), Apong Sandrawati1), dan Rachmat Harryanto1)
1) Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
2) Alumni Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21 Jatinangor


Korespondensi: mahfud.arifin@unpad.ac.id; novarinadp1234@gmail.com

ABSTRACT
Slope held a vital role in soil formation and development through erosion, transportation, and
deposition. The degree of the slope determines the flow rate and volume of surface water, while the
slope position determines rate of the erosion. The research aimed to understand the impact of the
slope position against physical (texture, Bulk Density, top soil thickness,) and chemical (pH, Organic
carbon, and cation exchange capacity (CEC)) and the correlation between the top soil thickness to
physical and soil chemical properties. The research was conducted in April to June 2016. The soil
samples were taken from 15-25% slope and three positions: upper slope, middle slope and lower
slope. Each slope was repeated 5 times, hence 15 spots of soil samples were obtained. This research
used descriptive comparative method and stratified purpose sampling as the sampling technique.
The results of T-Student test showed that the slope position influenced the topsoil thickness of 6.91
point in the upper and middle slope and 3.89 point in the middle and lower slope. The results of the
correlation test in each parameter in the upper hill showed there was correlation between top soil
against dust fraction (r=0.826), top soil against clay fraction (r=0.823), and top soil against soil CEC
(r=0.787). The middle slope showed there was correlation between top soil and soil pH (r=0.872) and
topsoil to soil CEC (r=0.790). The lower slope showed there was correlation between top soil and soil
pH (r=0.870).
Key words: soil erosion, Inceptisols, slope position, topsoil

1. PENDAHULUAN menghasilkan bahan yang dapat dipanen


Tanah dalam bidang pertanian diartikan sangat ditentukan oleh tingkat kesuburan
sebagai media tempat tumbuhnya tanaman. tanah. Kesuburan tanah merupakan faktor
Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan penting yang dibutuhkan tanaman untuk
bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dapat bertahan hidup dan berproduksi baik.
dan organisme (vegetasi atau hewan) yang Kesuburan tanah sangat ditentukan oleh
hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu ketersediaan dan jumlah hara yang ada di
di dalam tanah terdapat juga air dan udara. Air dalam tanah. Di lahan pertanian, kadar hara
dalam tanah berasal dari air hujan yang tanah merupakan fungsi dari bahan induk,
ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke iklim, topografi, organisme, vegetasi, dan
tempat lain. Disamping percampuran bahan waktu.
mineral dengan bahan organik, maka dalam Lereng merupakan parameter topografi,
proses pembentukan tanah terbentuk pula dimana lereng memiliki pengaruh yang besar
lapisan-lapisan tanah atau horizon. Definisi terhadap pengolahan atau penggunaan suatu
tanah adalah kumpulan dari benda alam di lahan. Hal ini disebabkan karena sifat faktor-
permukaan bumi yang tersusun dalam faktor pembentuk tanah yang berbeda di
horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan setiap tempat. Menurut Hardjowigeno (2010)
mineral, bahan organik, air, udara, dan hubungan lereng dengan sifat-sifat tanah tidak
merupakan media untuk tumbuhnya tanaman selalu sama di semua tempat. Sebagai salah
(Hardjowigeno, 2010). satu komponen topografi, lereng berperan
Menurut Sutanto (2005), kemampuan penting dalam proses pembentukan dan
tanah sebagai habitat tanaman dan perkembangan tanah melalui proses erosi,

37
ANALISIS KESUBURAN TANAH TEMPAT TUMBUH
POHON JATI (Tectona grandis L.) PADA KETINGGIAN YANG BERBEDA

BAHIDIN LAODE MPAPA1)


1)
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah, Luwuk, 94711
Email : bahidin@gmail.com

ABSTRAK

Pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh beragam faktor, baik faktor internal seperti :
hormon, keseimbangan air dan genetik serta faktor eksternal seperti : iklim, api, pencemaran,
temperatur, radian energi, ketersediaan lengas, reaksi tanah, susunan gas dalam tanah dan ketersediaan
hara tanah. Tanaman jati merupakan salah satu tanaman yang dalam proses pertumbuhannya
membutuhkan unsur hara, baik makro dan mikro. Ketersediaan unsur hara makro dan mikro dalam
tanah berbeda-beda tergantung dimana habitatnya. Pohon jati merupakan jenis pohon yang
pertumbuhannya menyesuaikan habitatnya, baik habitat yang berada di dataran rendah maupun
dataran tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur hara tanah tempat tumbuh
jati pada ketinggian yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan meliputi dua tahap yaitu : pertama, pengambilan
sampel tanah pada ketinggian 0 – 200 mdpl (A), 201 – 400 mdpl (B) dan 401 – 600 mdpl (C); kedua, uji
laboratorium untuk mengetahui kandungan unsur hara tanah baik makro dan mikro. Pengambilan
contoh tanah menggunakan sistem composite sampel, yaitu percampuran contoh yang diambil dari
areal yang dikehendaki. Data hasil analisis laboratorium akan ditabulasi berdasarkan ketinggian tempat,
kemudian di analisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH tanah tergolong agak masam (A dan B) dan masam (C).
Kandungan C organik tergolong sedang sampai tinggi (A,B dan C), bahan organik termasuk dalam kriteria
sedang sampai tinggi (B dan C) sedangkan berlebihan (A). Kriteria kandungan unsur hara makro dan
mikro pada ketinggian A, B dan C bervariasi. Unsur hara makro, N tergolong rendah sampai sedang, P
dan K sangat rendah, Ca tinggi dan unsur Mg tergolong sedang sampai tinggi. Kandungan unsur hara
mikro Fe, Zn dan Cu sangat rendah, Mn berada dalam kisaran 20 - 3.000 ppm dan Na sangat rendah.
Kata kunci : Hara tanah, pohon jati, ketinggian tempat

PENDAHULUAN memerlukan makanan yang sering disebut


hara tanaman (plant nutrient). Manusia
Tanah merupakan media penting menggunakan bahan organik, sedangkan
untuk mendukung kehidupan di muka tanaman menggunakan bahan anorganik
bumi. Tanah memiliki ciri yang khas untuk mendapatkan energi dan
dikarenakan kemampuannya untuk pertumbuhannya.
menyediakan ruang tumbuh, air, udara, Dengan menggunakan hara,
hara serta ruang untuk saling berinteraksi tanaman dapat melakukan kegiatan
antara berbagai organisme tanah yang metabolismenya. Kegiatan metabolisme
dapat mempengaruhi kehidupan akan berjalan dengan baik apabila unsur-
tumbuhan. unrur hara dalam tanah tersedia dengan
Pertumbuhan tanaman sangat cukup. Tanaman yang kekurangan suatu
ditentukan oleh beragam faktor, baik unsur hara akan menampakan gejala pada
faktor internal seperti : hormon, suatu organ tertentu. Unsur hara yang
keseimbangan air dan genetik serta faktor diperlukan tanaman dibagi menjadi dua
eksternal seperti : iklim, api, pencemaran, golongan, yaitu unsur hara makro dan
temperatur, radian energi, ketersediaan unsur hara mikro. Unsur hara makro
lengas, reaksi tanah, susunan gas dalam diperlukan tanaman dan terdapat dalam
tanah dan ketersediaan hara tanah. jumlah besar dibandingkan dengan unsur
Seperti halnya manusia, tanaman hara mikro. Walaupun unsur hara mikro

Jurnal Agrista Volume 20, No. 3, 2016 135


BAHAN AJAR
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ITN-100

Universitas Bengkulu
Fakultas Pertanian
2016

i
II. PEMBENTUKAN TANAH

2.1 Pengertian Profil dan Solum Tanah

A. Beberapa Definisi
Profil tanah adalah penampang vertikal tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah.
Sedangkan horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil
pembentukan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan tanah. Apabila kita membuat irisan
tegak tanah (biasanya hingga kedalaman 110 cm), maka kita akan melihat lapisan-lapisan tanah
(horizon) ini, yang secara berturut-turut dari permukaan tanah adalah (1) horizon organik (O),
(2) horizon A, (3) horizon B, dan (4) horizon C

Horison A, B, dan C disebut sebagai horison mineral. Tanah pada hakekatnya merupakan
gabungan horizon A dan B yang disebut solum. Solum berbeda dengan regolit, yaitu lapisan
batuan yang telah mengalami pelapukan yang berada di atas batuan induk. Regolit meliputi
horizon A, B, dan C (Gambar 1).

B. Horizon-Horizon pada Profil Tanah


Pada Tabel 2.1. disajikan nama-nama horison utama tanah yang lazim ditemukan di lapangan.

Tabel 2.1. Karakteristik Horison Utama Tanah


Horison Keterangan
O Horizon ini ditemukan pada tanah hutan yang belum terganggu. Horizon O merupakan
horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral.
O1 Bentuk asli sisa-sisa tanaman masih dapat dibedakan secara jelas.
O2 Bentuk asli sisa-sisa tanaman tidak lagi dapat dibedakan secara jelas
A Merupakan horizon yang berada di permukaan tanah, terdiri atas campuran antara bahan
organik dan bahan mineral. Horizon A merupakan horizon pencucian (eluviasi) dari bahan-
bahan seperti liat, asam-asam organik, serta kation tanah terutama Ca 2+, K+, Na+, dan Mg2+.
A1 Bahan mineral bercampur dengan bahan organik (humus) dan memiliki warna yang gelap.
A2 Horizon A yang telah mengalami pencucian (eluviasi) maksimal atas bahanbahan seperti
liat, bahan organik, dan kation. Warna horizon A2 lebih terang dibandingkan dengan
horizon A1
A3 Horizon A3 merupakan horizon peralihan dari A ke B namun, masih memiliki sifat yang
lebih menyerupai horizon A (terutama struktur tanahnya).
B Horizon B merupakan horizon penimbunan (iluviasi) bahan-bahan tercuci dari horizon A.
B1 Peralihan horizon A ke B, namun sifatnya lebih menyerupai horizon B.
B2 Horizon penimbunan (iluviasi) yang maksimum terhadap bahan-bahan seperti liat, kation,
Fe, Al, dan bahan organik.
B3 Horizon peralihan dari B ke C, namun lebih menyerupai horizon B.

You might also like