Professional Documents
Culture Documents
Analisis Prediksi Kinerja Simpang Bersinyal Dalam Kondisi Eksisting Dan 5 Tahun Kedepan Pada
Ruas Jalan Rijali Untuk Mendapatkan Solusi Manajemen Lalu Lintas Yang Optimal
Abstract
On Rijali street, Sirimau sub-district, Ambon city, where the road is a connecting road between
Ambon city and Ambon city center, along the Rijali road, there are several community activities centers
such as schools, offices, places of worship, supermarkets, etc., so access to the road is increasing. The
purpose of this study is to find out the magnitude of two-way saturation currents and to conduct
alternative traffic management solutions for saturation flow that occurs. Data collection techniques are
carried out by collecting primary data and secondary data, namely primary data, namely by field
observations, where the research is done directly in the field to obtain traffic volume of data traffic signals
while secondary data by knowing the data of Ambon city population from related agencies. Based on the
calculation results of the saturation degree value of DS in the existing condition, the highest is at the value
of 0, 878, while based on the highest delay value is 23.54 which results in Level of Service or traffic
performance of this intersection is at the value level C. Performance of traffic results the prediction for
the next 5 years (Year 2023) shows a very severe congestion in the peak hours of morning, afternoon and
evening, which results in a saturation degree of DS = 329.35 with Level of Service (LOS) F. The right
traffic management solution is to do an alternative calculation by changing the movement phase from 2
phases to 3 phases and changing the green cycle time from 30 seconds to 50 seconds on the east approach
while the green time cycle stays 15 seconds at the west and south approach, so that the degree of
saturation is especially at the east approach ≤ 0.85.
38
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703
di simpang bersinyal Ruas Jalan Rijali kota kendaraan akan dapat melewati
Ambon? beberapa lalulintas tanpa berhenti.
5)
2. KAJIAN PUSTAKA 2.2. Arus Jenuh Lalulintas.
2.1. Sinyal dan Pengaturan Lalulintas Arus jenuh lalulintas adalah tingkat
Menurut (Manual Kapasitas Jalan Inonesia arus maksimal yang dinyatakan dalam
1997), pada umumnya sinyal lalulintas ekivalen mobil penumpang (EMP) yang
dipergunakan untuk beberapa alasan seperti dapat mengalir secara terus menerus
dibawah ini. melewati garis henti suatu kaki
1) Untuk menghindari kemacetan simpang persimpangan selama periode nyala hijau.
akibat adanya konflik arus lalulintas, sehingga (Salter, 1980)
terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat Suatu siklus dianggap jenuh apabila
dipertahankan, bahkan selama kondisi jam pada akhir siklus masih terdapat kendaraan
puncak. yang antri. Model keberangkatan kendaraan
2) Memberikan mekanisme pengaturan dibuat dengan asumsi bahwa tidak ada
lalulintas yang lebih efektif dan murah kendaraan melewati garis henti pada saat
dibandingkan pengaturan manual lampu merah sedang menyala efektif
3) Untuk memberi kesempatan kepada (Malkhamah, 1994)
kendaraan atau pejalan kaki dari jalan 2.3. Volume Lalulintas
minor memotong jalan mayor. Menurut (Sukirman,1994),
4) Dengan dipasangnya lampu lalulintas pengukuran jumlah dari arus lalulintas
maka kecelakaan yang timbul digunakanlah volume. Volume lalulintas
diharapkan akan berkurang, karena menunjukan jumlah kendaraan yang
konflik yang timbul antar lalulintas melintasi satu titik pengamatan dalam satu
dapat dikurangi. satuan waktu (hari, jam, menit). Volume
Lampu lalulintas adalah suatu lalulintas yang tinggi membutuhkan lebar
peralatan yang dioperasikan secara manual, perkerasan jalan yang lebih lebar sehingga
mekanis, atau elektris untuk mengatur tercipta keamanan dan kenyamanan.
kendaraan-kendaraan agar berhenti atau Sebaliknya jalan yang terlalu lebar untuk
berjalan, biasa alat ini terdiri dari tiga warna volume lalu lintas rendah cenderung
yaitu merah, kuning, dan hijau. Penggunaan membahayakan, karena pengemudi
sinyal dengan lampu tiga warna diterapkan cenderung mengemudi kendaraannya pada
untuk memisahkan lintasan dari gerakan- kecepatan yang lebih tinggi.
gerakan lalulintas yang saling bertentangan 2.4. Kecepatan
dalam dimensi waktu. Menurut (Hobbs, 1995 dan Sukirman,
engaturan lalulintas yang berupa 1994,) kecepatan merupakan indikator dari
perintah atau larangan. Perintah atau kualitas gerakan lalulintas yang digambar
larangan tersebut dapat berupa lampu sebagai suatu jarak yang dapat ditempuh
lalulintas, rambu-rambu lalulintas atau marka dalam waktu tertentu dan biasanya
jalan. Sistem pengontrolan lalulintas pada dinyatakan dalam km/jam, kecepatan ini
persimpangan jalan meliputi beberapa hal menggambarkan nilai gerak dari kendaraan.
sebagai berikut. Perencanaan jalan yang baik tentu
1) Optimalisasi lampu lalulintas, berupa saja haruslah berdasarkan kecepatan yang
pengaturan cycle time (waktu siklus), dipilih dari keyakinan bahwa kecepatan
waktu hijau merah dan jumlah fase tersebut sesuai dengan kondisi dan fungsi
2) Pemasangan atau pemindahan lampu jalan yang diharapkan.
lalulintas, dengan memasang lampu Kecepatan terbagi menjadi tiga macam
lalu lintas ditempat-tempat dengan arus meliputi beberapa hal sebagai berikut.
lalulintas yang tinggi. 1) Kecepatan perjalanan adalah kecepatan
3) Prioritas kepada bus kota pada efektif kendaraan yang sedang dalam
persimpangan dengan lampu lalulintas, perjalanan antara dua tempat dan
yakni berupa pemasangan antena merupakan jarak antara dua tempat
pemancar pada bus kota, sehingga jika dibagi dengan waktu kendaraan untuk
bus kota tersebut mendekati lampu menempuh perjalanan antara tempat
lalulintas, lampu akan selalu hijau. tersebut.
4) Koordinasi lampu lalulintas, berupa 2) Kecepatan setempat adalah kecepatan
koordinasi antara lampu-lampu kendaraan pada suatu saat diukur dari
lalulintas, sehingga sebagian tempat yang ditentukan
39
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703
40
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703
41
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703
42
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703
g=
masing pendekat memilki lebar jalan yang
FASE SIGNAL YANG ADA
30 g= 15 g= g= Waktu siklus
m Servic
N H Hasil
Pu e) atau Simpang
o ari perhitungan
nca Kinerj rata-rata
JL
.C
k a (det/smp)
EN
DR
AW
AS
I
JL. KARPAN Simpa
ng
JL. RIJALLI
Pag 18,48 =
A
i <5 LoS C
Se
1 ni B
HAMBATAN BELOK KIRI JARAK KE
Sia 5.1 s/d 23,04 =
KODE
PENDEKAT
TIPE
LINGKUNGAN SAMPING
MEDIAN KELANDAIAN
LANGSUNG KENDARAAN LEBAR PENDEKAT (m)
n
Gambar 4. Geometrik simpang (Jl.Rijalli,
PARKIR
ng 15 LoS C
( TINGGI /
RENDAH )
(YA / TIDAK) (% + -) (YA / TIDAK) (m)
PENDEKAT
Wa
MASUK
W masuk
BELOK KIRI
LANGSUNG
WLTOR
KELUAR
W keluar
C
U
1
COM R
3 4
T
5
T
6 7 8
6.00
9
6.00
10 11
6.00
S RES R T T 7.00 7.00 7.00
Sor 15.1 s/d 16,52 =
4.2. Nilai DS Eksisting Simpang
T
B
COM
COM
R
R
T
T
T
T
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
43
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703
44
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703
45
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703
5.2. Saran
1. Dari hasil analisa dengan manajemen lalu
lintas, direkomendasikan untuk
menerapkan perubahan fase pergerakan
dari 2 fase menjadi 3 fase dan perubahan
waktu siklus hijau khususnya pada
pendekat bagian timur dari 30 detik mejadi
50 detik.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang manajemen lalu lintas untuk solusi
alternatif lainnya selain merubah waktu
siklus yang efektif. .
DAFTAR PUSTAKA
46