You are on page 1of 9

JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703

Analisis Prediksi Kinerja Simpang Bersinyal Dalam Kondisi Eksisting Dan 5 Tahun Kedepan Pada
Ruas Jalan Rijali Untuk Mendapatkan Solusi Manajemen Lalu Lintas Yang Optimal

Richrisna Helena Waas


Staf Pengajar Universitas Kristen Indonesia Maluku, Jalan OT Pattimaipauw Talake - Ambon
Gmail : riichrisnawaas@gmail.com

Abstract

On Rijali street, Sirimau sub-district, Ambon city, where the road is a connecting road between
Ambon city and Ambon city center, along the Rijali road, there are several community activities centers
such as schools, offices, places of worship, supermarkets, etc., so access to the road is increasing. The
purpose of this study is to find out the magnitude of two-way saturation currents and to conduct
alternative traffic management solutions for saturation flow that occurs. Data collection techniques are
carried out by collecting primary data and secondary data, namely primary data, namely by field
observations, where the research is done directly in the field to obtain traffic volume of data traffic signals
while secondary data by knowing the data of Ambon city population from related agencies. Based on the
calculation results of the saturation degree value of DS in the existing condition, the highest is at the value
of 0, 878, while based on the highest delay value is 23.54 which results in Level of Service or traffic
performance of this intersection is at the value level C. Performance of traffic results the prediction for
the next 5 years (Year 2023) shows a very severe congestion in the peak hours of morning, afternoon and
evening, which results in a saturation degree of DS = 329.35 with Level of Service (LOS) F. The right
traffic management solution is to do an alternative calculation by changing the movement phase from 2
phases to 3 phases and changing the green cycle time from 30 seconds to 50 seconds on the east approach
while the green time cycle stays 15 seconds at the west and south approach, so that the degree of
saturation is especially at the east approach ≤ 0.85.

Keywords: Current, Signal, Performance, Interchange

1. PENDAHULUAN 2017 sebesar 411.617 jiwa dan bertumbuhnya


Transportasi adalah pemindahan penumpang sektor ekonomi, menyebabkan semakin tinggi
dan barang dari suatu tempat ke tempat lain, Pada ruas jalan Rijali Kecamatan Sirimau Kota
dalam transportasi terdapat unsur pergerakan, dan Ambon di mana ruas jalan tersebut merupakan
secara fisik terjadi perpindahan tempat atas jalan penghubung antara luar kota Ambon dengan
barang atau penumpang dengan atau tanpa alat pusat kota Ambon, pada sepanjang ruas jalan
angkut ke tempat lain, transportasi menjadi Rijali juga terdapat beberapa pusat aktifitas
sesuatu kegiatan yang tidak dapat dapat di lepas masyarakat yakni sekolah, perkantoran, tempat
pisahkan dari kehidupan masyarakat baik yang ibadah, swalayan, dan lain – lain sebagainya,
ada di desa maupun yang ada di kota.(Direktorat sehingga akses menuju jalan tersebut menjadi
Perguruan Tinggi Swasta, Sistem Transportasi) meningkat. Di mana di sebabkan oleh daya
Dalam transportasi modern, transportasi tampung lajur jalan pada arah menuju ke luar
merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kota Ambon tidak mampu menampung
aktifitas masyarakat, dimana ada hubungan yang banyaknya jumlah kendaraan yang datang dari
erat antara perokonomian dengan gaya hidup, arah luar kota Ambon, sehingga hal ini
jangkauan dan lokasi kegitan – kegiatan produksi menyebabkan sering terjadinya over kapasitas
dan pemenuhan barang – barang bagi masyarakat, yang menyebabkan tundaan pada simpang
seiring dengan perkembangan peradaban bersignal ruas jalan Rijali Kecamatan Sirimau
manusia, transportasi dalam kehidupan Kota Ambon. Tujuan dari penelitian ini adalah
masyarakat merupakan suatu kesatuan mata Untuk mengetahui kinerja lalu lintas simpang
rantai kehidupan yang berpengaruh sangat besar bersinyal ruas jalan rijali dalam kondisi eksisting
dalam pembangunan masyarakat, baik dari segi saat ini, Untuk mengetahui kinerja lalu lintas
ekonomi, sosial, budaya dan politik.(Direktorat simpang bersinyal ruas jalan Rijali untuk 5 Tahun
Perguruan Tinggi Swasta, Sistem Transportasi) kedepan, Untuk melakukan solusi manajemen
Pertambahan jumlah penduduk kota Ambon lalu lintas yang tepat untuk mengatasi kemacetan
berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun

38
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703

di simpang bersinyal Ruas Jalan Rijali kota kendaraan akan dapat melewati
Ambon? beberapa lalulintas tanpa berhenti.
5)
2. KAJIAN PUSTAKA 2.2. Arus Jenuh Lalulintas.
2.1. Sinyal dan Pengaturan Lalulintas Arus jenuh lalulintas adalah tingkat
Menurut (Manual Kapasitas Jalan Inonesia arus maksimal yang dinyatakan dalam
1997), pada umumnya sinyal lalulintas ekivalen mobil penumpang (EMP) yang
dipergunakan untuk beberapa alasan seperti dapat mengalir secara terus menerus
dibawah ini. melewati garis henti suatu kaki
1) Untuk menghindari kemacetan simpang persimpangan selama periode nyala hijau.
akibat adanya konflik arus lalulintas, sehingga (Salter, 1980)
terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat Suatu siklus dianggap jenuh apabila
dipertahankan, bahkan selama kondisi jam pada akhir siklus masih terdapat kendaraan
puncak. yang antri. Model keberangkatan kendaraan
2) Memberikan mekanisme pengaturan dibuat dengan asumsi bahwa tidak ada
lalulintas yang lebih efektif dan murah kendaraan melewati garis henti pada saat
dibandingkan pengaturan manual lampu merah sedang menyala efektif
3) Untuk memberi kesempatan kepada (Malkhamah, 1994)
kendaraan atau pejalan kaki dari jalan 2.3. Volume Lalulintas
minor memotong jalan mayor. Menurut (Sukirman,1994),
4) Dengan dipasangnya lampu lalulintas pengukuran jumlah dari arus lalulintas
maka kecelakaan yang timbul digunakanlah volume. Volume lalulintas
diharapkan akan berkurang, karena menunjukan jumlah kendaraan yang
konflik yang timbul antar lalulintas melintasi satu titik pengamatan dalam satu
dapat dikurangi. satuan waktu (hari, jam, menit). Volume
Lampu lalulintas adalah suatu lalulintas yang tinggi membutuhkan lebar
peralatan yang dioperasikan secara manual, perkerasan jalan yang lebih lebar sehingga
mekanis, atau elektris untuk mengatur tercipta keamanan dan kenyamanan.
kendaraan-kendaraan agar berhenti atau Sebaliknya jalan yang terlalu lebar untuk
berjalan, biasa alat ini terdiri dari tiga warna volume lalu lintas rendah cenderung
yaitu merah, kuning, dan hijau. Penggunaan membahayakan, karena pengemudi
sinyal dengan lampu tiga warna diterapkan cenderung mengemudi kendaraannya pada
untuk memisahkan lintasan dari gerakan- kecepatan yang lebih tinggi.
gerakan lalulintas yang saling bertentangan 2.4. Kecepatan
dalam dimensi waktu. Menurut (Hobbs, 1995 dan Sukirman,
engaturan lalulintas yang berupa 1994,) kecepatan merupakan indikator dari
perintah atau larangan. Perintah atau kualitas gerakan lalulintas yang digambar
larangan tersebut dapat berupa lampu sebagai suatu jarak yang dapat ditempuh
lalulintas, rambu-rambu lalulintas atau marka dalam waktu tertentu dan biasanya
jalan. Sistem pengontrolan lalulintas pada dinyatakan dalam km/jam, kecepatan ini
persimpangan jalan meliputi beberapa hal menggambarkan nilai gerak dari kendaraan.
sebagai berikut. Perencanaan jalan yang baik tentu
1) Optimalisasi lampu lalulintas, berupa saja haruslah berdasarkan kecepatan yang
pengaturan cycle time (waktu siklus), dipilih dari keyakinan bahwa kecepatan
waktu hijau merah dan jumlah fase tersebut sesuai dengan kondisi dan fungsi
2) Pemasangan atau pemindahan lampu jalan yang diharapkan.
lalulintas, dengan memasang lampu Kecepatan terbagi menjadi tiga macam
lalu lintas ditempat-tempat dengan arus meliputi beberapa hal sebagai berikut.
lalulintas yang tinggi. 1) Kecepatan perjalanan adalah kecepatan
3) Prioritas kepada bus kota pada efektif kendaraan yang sedang dalam
persimpangan dengan lampu lalulintas, perjalanan antara dua tempat dan
yakni berupa pemasangan antena merupakan jarak antara dua tempat
pemancar pada bus kota, sehingga jika dibagi dengan waktu kendaraan untuk
bus kota tersebut mendekati lampu menempuh perjalanan antara tempat
lalulintas, lampu akan selalu hijau. tersebut.
4) Koordinasi lampu lalulintas, berupa 2) Kecepatan setempat adalah kecepatan
koordinasi antara lampu-lampu kendaraan pada suatu saat diukur dari
lalulintas, sehingga sebagian tempat yang ditentukan

39
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703

3) Kecepatan bergerak adalah kecepatan gi = Tampilan waktu hijau pada fase i


kendaraan rerata pada suatu jalur pada (detik)
saat kendaraan bergerak yang didapat cua = Waktu siklus sebelum penyesuaian
dengan membagi jalur dengan waktu (detik)
kendaraan bergerak menempuh jarak LTI = Jumlah waktu hilang total per siklus
tersebut (detik)
2.5. Penggunaan Sinyal PRi = Rasio fase FRCRIT / ∑FRCRIT
1). Fase Sinyal c). Waktu Siklus Yang Disesuaikan
Biasanya pengaturan dua fase dicoba Waktu siklus yang disesuiakan
sebagai kejadian dasar, karena biasanya berdasarkan pada waktu hijau yang telah
menghasilkan kapasitas yang lebih besar dan dibulatkan dan waktu hilang (LTI)
tundaan rata-rata lebih rendah dari pada tipe Waktu siklus yang disesuaikan, dapat
fase sinyal lain dengan pengaturan fase yang dihitung dengan rumus berikut:
biasa dengan fase konvensial. c = ∑g + LTI……………….3)
2). Waktu Antar Hijau Dan Waktu Dengan:
Hilang. c = Waktu siklus sinyal (detik)
Waktu antar hijau (IG) periode LTI = Jumlah waktu hilang per siklus (detik)
kuning + merah semua antara dua fase sinyal ∑g =. Tampilan waktu hijau
yang berurutan (detik) sedangkan waktu
hilang (LTI) adalah jumlah semua periode Tabel 2: Waktu Siklus Yang Disarankan Untuk
antar hijau dalam siklus yang lengkap Waktu Yang Berbeda
(detik). (Manual Kapasitas Jalan Indonesia No Tipe Pengaturan Waktu Siklus
1997) Yang Layak (
Detik)
Tabel 1: Nilai Normal Waktu Antar Hijau
Nilai 1 Pengaturan dua fase 40-80
Lebar Normal
NO Ukuran Jalan Waktu 2 Pengaturan tiga fase 50-100
Simpang
Antar
Rata-rata
Hijau 3 Pengaturan empat 80-130
fase
1 Kecil 6-9 m 4 det/fase
Sumber: MKJI 1997. Hal 60
2 Sedang 10-14 5 det/fase 7). Arus Lalulintas
Arus lalulintas adalah jumlah unsur
≥6 lalulintas yang melalui titik tak terganggu
3 Besar ≥15 m dihulu, pendekat per satuan waktu. Sebagai
det/fase
contoh kebutuhan lalulintas kendaraan/jam,
Sumber: MKJI 1997. Hal 21,43 smp/jam (Manual Kapasitas Jalan Indonesia
3). Waktu Siklus dan Siklus Hijau 1997)
a) Waktu Siklus Sebelum Penyesuaian. Hitung arus lalulintas dalam
Waktu siklus dapat dihitung dengan smp/jam bagi masing-masing jenis
rumus berikut kendaraan untuk kondisi terhitung dan
CUA = (1.5 x LTI + 5) / (1- ∑FRCRIT)...(1) terlawan (yang sesuai tergantung pada fase
Dengan: sinyal dan gerakan belok kanan yang
CUA = Waktu siklus sebelum penyesuaian diijinkan) dengan menggunakan emp berikut:
(detik) Tabel.3: Ekivalen Kendaraan Penumpang
LTI = Jumlah waktu hilang total per siklus (emp)
(detik) Emp Untuk Tipe
FR = Arus dibagi dengan arus jenuh (Q/S) Tipe Pendekat
FRCRIT = Nilai tertinggi dari semua pendekat Kendaraan
yang berangkat pada suatu fase sinyal NO Terlindung Terlawan
IFRCRIT = Rasio arus simpang = jumlah FRCRIT
dari semua fase pada siklus tersebut Kendaraan
b). Waktu Hijau 1.0 1.0
1 Ringan (LV)
gi= (cua- LTI) x PRi…………..(2)
Dengan:

40
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703

Kendaraan dipisahkan per arah dan kapasitas ditentukan


1.3 1.3 perlajur (Manual Kapasitas Jalan Indonesia
2 Berat (HV)
1997)
Sepeda
0.2 0.4 C= S x g/c………………(7)
3 Motor (MC)
Dengan:
C = Kapasitas
Sumber: MKJI 1997. Hal 41
S = Arus Jenuh
Rasio berbelok merupakan
g/c = Rasio Hijau
perbandingan antara jumlah arus lalulintas
2). Derajat Kejenuhan (DS).
yang berbelok dengan jumlah total arus
Derajat kejenuhan lalulintas
lalulintas dalam suatu pendekatan. Rasio
menunjukan rasio dari suatu arus lalulintas
berbelok terbagi atas dua macam:
terhadap kapasitas untuk suatu pendekat,
a) Rasio berbelok kiri PLT, merupakan
pada dasarnya derajat kejehunan tidak boleh
rasio untuk lalulintas yang berbelok
lebih dari 0,85 ini dapat menyebabkan
kekiri. Dengan persamaan:
𝐿𝑇 𝑠𝑚𝑝/𝑗𝑎𝑚 simpang tersebut lewat jenuh. (Manual
PLT = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑠𝑚𝑝/𝑗𝑎𝑚……….(.4) Kapasitas Jalan Indonesia 1997)
b) Rasio berbelok kanan PRT merupakan DS = Q/C= (Q x c) / (S x g)… (8)
rasio untuk lalulintas yang berbelok 3). Panjang Antrian (QL)
kekanan. Dengan persamaan: Panjang antrian merupakan jumlah
𝑅𝑇 𝑠𝑚𝑝/𝑗𝑎𝑚 kendaraan yang antri pada suatu pendekat.
PRT = …………..(5)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑠𝑚𝑝/𝑗𝑎𝑚 Pendekat adalah daerah suatu lengan
Rasio kendaraan tak bermotor dapat persimpangan jalan untuk kendaraan
di hitung dengan rumus sebagai berikut: mengantri sebelum keluar melewati garis
𝑄𝑈𝑀
PUM = 𝑄𝑀𝑉 …………………(6) henti. Satuan panjang antrian yang
2.6. Perilaku Lalu Lintas digunakan adalah Satuan Mobil Penumpang
Perilaku lalulintas adalah ukuran (Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997)
kuantitas yang menerangkan kondisi Jumlah rata-rata antrian smp pada
operasional fasilitas dari lalulintas. awal sinyal hijau (NQ) dihitung sebagai
Pengukuran kuantitas sendiri diartikan jumlah smp yang tersisa dari fase hijau
sebagai kemampuan maksimum yang dapat sebelumnya (NQ1) ditambah jumlah smp yang
melintasi suatu penampang jalan dalam datang selama fase merah (NQ2).
melayani lalulintas ditinjau dari volume Untuk DS > 0.5
kendaraan yang dapat ditampung oleh jalan NQ1 = 0.25 x C x
tersebut pada kondisi tertentu.( Manual
Kapasitas Jalan Indonesia 1997)
1). Kapasitas (C)
Kapasitas suatu ruas jalan dalam ……………..................................................(
satu sistem jalan raya adalah jumlah 9)
kendaraan maksimum yang memiliki Untuk DS ≤ 0.5 : NQ1 = 0
kemungkinan yang cukup untuk melewati Dengan:
ruas jalan tersebut dalam periode waktu NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase
tertentu dan dibawah kondisi jalan dan hijau sebelumnya
lalulintas yang umum. Kondisi jalan yang DS = Derajat Kejenuhan
umum menyangkut ciri fisik sebuah jalan GR = Rasio Hijau
yang mempengaruhi kapasitas, seperti lebar C = Kapasitas (smp/jam)
jalur dan bahu jalan, jarak pandang, landai
jalan. Kondisi lalulintas yang umum
mencerminkan perubahan karakter arus
lalulintas (Oglesby, Clarkson. Hill. dan Gary.
Hicks. R. 1990)
Kapasitas didefinisikan sebagai
arus maksimum yang melalui suatu titik di
jalan yang dapat dipertahankan per satuan
jam pada kondisi tertentu. Untuk jalan dua-
lajur dua-arah, kapasitas ditentukan untuk
arus dua arah (kombinasi dua arah) tetepi
untuk jalan dengan banyak lajur, arus

41
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703

Gambar 2. Jumlah Kendaraan Antrian (smp) yang


tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ1)
Sumber: MKJI 1997. Hal 64
Jumlah antrian smp yang datang 3. METODOLOGI PENELITIAN
selama fase merah (NQ2), dapat dihitung 3.1. Lokasi Penelitian dan waktu penelitian
dengan rumus sebagai berikut: 1. Lokasi Penelitian
1−𝐺𝑅 𝑄
NQ2 = c x 1−𝐺𝑅 𝑥
𝑥𝐷𝑆 3600
…………...…..(10) a) Lokasi penelitian adalah di
simpang bersignal, pada ruas
NQ2 = Jumlah smp yang datang selama fase
jalan Rijali Kota Ambon.
merah
DS = Derajat Kejenuhan
GR = Rasio Hijau
c = Waktu siklus (detik)
Q = Arus Lalulintas pada pendekat tersebut Lokasi
(det) Pene
NQ = NQ1 + NQ2………….................. (11)

Panjang antrian dirumuskan sebagai berikut:


QL = NQMAX x 20 /
WMASUK….....................................................(12)
Dengan:
NQ = Panjang antrian
NQMAX = Jumlah kendaraan antri max
Gambar:4 Lokasi penelitian
20 = Luas rata-rata yang dipergunakan per
2. Waktu Penelitian
smp (20 m2)
Penelitian di lakukan pada
simpang bersignal ruas Jalan Rijalli
PELUANG UNTUK PEMBEBANAN LEBIH
Kota Ambon, waktu penelitian di
POL
lakukan selama 3 hari, yakni senin,
Rabu dan sabtu, penelitian dilakukan
selama 12 jam perhari
(pukul 06.00-18.00).

3.2. Bahan dan Alat Penelitian


Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah surat ijin penelitian dan alat – alat
yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu:
a. Kamera foto
b. Meter rol
c. Alat pencatat ( pena,pensil dan buku
Gambar.3: Perhitungan Jumlah Antrian NQMAX
tulis )
Dalam smp.
d. Serta alat pendukung lainnya.
Sumber: MKJI 1997. Hal 66
4). Angka Henti
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Angka henti (NS) adalah jumlah berhenti
Sehubungan dengan metode
rata-rata per kendaraan sebelum melewati suatu
pengumpulan data, maka tidak dapat di
simpang.
lepas pisahkan dari teknik pengambilan data
yang terdiri atas penelitian lapangan dan
2.7. Laju Pertumbuhan
penelitian kepustakaan. Dengan demikian
Rumus Geometrik laju pertumbuhan dalam
metode pengumpulan data yang digunakan
memprediksi jumlah volume kendaraan
dalam penelitian ini adalah:
pada masa yang akan datang
a) Pengumpulan Data Primer.
Pt = P0 (1+r)t atau r = Pt/P0)1/t – 1 ......... (13)
1. Observasi lapangan
Dimana :
Obeservasi lapangan di lakukan
Pt : Jumlah Kendaraan pada tahun t
yakni dengan penelitian secara
Po : jumlah kendaraan pada tahun dasar
langsung di lapangan untuk
t : jangka waktu
mendapatkan data volume lalu
r : laju pertumbuhan kendaraan
lintas, , sinyal lalu lintas dan
tata guna lahan.

42
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703

2. Dokumentasi Berdasarkan hasil perhitungan dari


Kegiatan ini dilakukan untuk formulir SIG IV, untuk hari senin sedangkan
mendukung pernyataan yang di pada hari kamis dan Sabtu dapat dilihat
lakukan dalam penelitian dilampiran, maka rekapitulasi nilai derajat
nantinya, maka dokumentasi kejenuhan pada masing-masing pendekat
secara visual diperoleh melalui dapat dilihat pada Tabel 4. dibawah ini.
foto-foto dukumentasi dari lokasi Tabel. 4 Nilai DS Existing
penelitian. Derajat Kejenuhan ( DS )
b) Pengumpulan Data Sekunder. Jam
- Data Jumlah penduduk yang N Ha Jalan Jalan Jalan
Punca
o ri Rijalli Karpan Rijali
di gunakan untuk menentukan k
faktor penyesuain ukuran (U) (T) (S)
kota.
- Data jumlah kendaraan kota Pagi 0,856 0,855 0,857
Ambon 5 tahun terakhir dari
Se
Dinas Perhubungan Kota 1 Siang 0,878 0,878 0,878
nin
Ambon
Sore 0,758 0,758 0,736
3.4. Analisa data
Analisa data bertujuan untuk Pagi 0,841 0,840 0,800
menganalisa permasalahan yang ada untuk Ra
2 Siang 0,878 0,878 0,878
usulan pemecahan masalah serta bu
pertimbangan dampak dari permasalahan pada Sore 0,704 0,703 0,703
masa yang akan datang. Adapun langkah
analisis yang akan dilakukan pada penelitian Pagi 0,470 0,470 0,470
ini adalah
Sa
Analisis volume dan pergerakan lalu lintas 3 Siang 0,722 0,722 0,722
btu
pada simpang bersignal, yaitu perhitungan
setiap jenis kendaraan yang melalui suatu Sore 0,685 0,686 0,686
titik pengamatan pada persimpangan.
(Analisa yang dipakai berdasarkan MKJI
1997) Berdasarkan rekapitulasi nilai derajat
kejenuhan diatas maka diketahui bahwa nilai
derajat kejenuhan melebihi dari standar yang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN di pakai yakni lebih dari 0,75. Derajat
4.1. Geometrik Simpang kejenuhan tertinggi terjadi pada lengan
Data geometrik simpang yang diukur,
SIMPANG BERSIGNAL
FORMULIR SIG I SIMPANG JL.RIJALLI - JL. KARPAN - JL. CENDRAWASI
bagian Utara simpang Rijalli.
ukurannya berbeda dikarenakan masing –
GEOMETRI
PENGATURAN LALU
LINTAS LINGKUNGAN
UKURAN KOTA
PERIHAL
379615 JIWA
2 FASE
Nilai tundaan rata-rata atau nilai LoS
yang menuntukan tingkat pelayanan simpang
PERIODE Jam puncak sore

g=
masing pendekat memilki lebar jalan yang
FASE SIGNAL YANG ADA

30 g= 15 g= g= Waktu siklus

berbeda dan ukuran masing – masing c = 53


tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah
pendekat (Jl.Rijalli, Jl.Karpan, Jl. Cendrawasi) ini.
dapat di lihat pada (gambar 4.1) Waktu hilang
LTI = 8
Tabel. 5. Nilai LoS Eksisting
Los
IG = 4 IG = 4 IG = IG =
(Level
U Ja of Tundaan
JL. RIJALLI

m Servic
N H Hasil
Pu e) atau Simpang
o ari perhitungan
nca Kinerj rata-rata
JL
.C
k a (det/smp)
EN
DR
AW
AS
I
JL. KARPAN Simpa
ng
JL. RIJALLI

Pag 18,48 =
A
i <5 LoS C
Se
1 ni B
HAMBATAN BELOK KIRI JARAK KE
Sia 5.1 s/d 23,04 =
KODE
PENDEKAT
TIPE
LINGKUNGAN SAMPING
MEDIAN KELANDAIAN
LANGSUNG KENDARAAN LEBAR PENDEKAT (m)
n
Gambar 4. Geometrik simpang (Jl.Rijalli,
PARKIR
ng 15 LoS C
( TINGGI /
RENDAH )
(YA / TIDAK) (% + -) (YA / TIDAK) (m)
PENDEKAT

Wa
MASUK

W masuk
BELOK KIRI
LANGSUNG
WLTOR
KELUAR

W keluar
C
U
1

Jl.Karpan, Jl. Cendrawasih)


2

COM R
3 4

T
5

T
6 7 8

6.00
9

6.00
10 11

6.00
S RES R T T 7.00 7.00 7.00
Sor 15.1 s/d 16,52 =
4.2. Nilai DS Eksisting Simpang
T
B
COM
COM
R
R
T
T
T
T
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00

43
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703

e D 25 LoS C Sian 245 57 299 69


383 466
g 8 3 4 8
Pag E 25.1 s/d 13,02 = 191 27 233 33
Sore 272 332
i 40 LoS B 8 2 7 1
F 224 23 272 28
Pagi 239 292
R 0 2 9 3
Sia 40.1 s/d 23,54 =
2 ab Ra Sian 239 59 291 72
ng 60 LoS C 2 547 666
u bu g 0 1 1 0
169 34 206 42
Sor 14,05 = Sore 315 384
2 8 1 4
e > 60 LoS B 103 10
Pagi 852 175 87 213
8 5
Pag 11,88 = Sa Sian 168 28 205 34
3 294 358
i LoS B btu g 4 5 1 7
173 27 211 33
Sa Sore 208 253
Sia 11,01 = 4 2 1 1
3 bt
ng LoS B
u
Sor 11,98 = 3. Prediksi Kinerja Lalu Lintas Simpang
e LoS B Bersinyal Ruas jalan Rijali Tahun 2023
Dari hasil bangkitan arus lalu lintas pada
Tabel 4.5 di atas, maka dapat dihitung
4.3. Prediksi Kinerja Lalu Lintas 5 Tahun ke Derajat Kejenuhan DS untuk tahun 2023
depan seperti pada Tabel 8 di bawah ini.
1. Pertumbuhan Kendaraan Kota
Ambon beberapa tahun terakhir Tabel 8. Prediksi Derajat Kejenuhan Tahun
Tabel 6. Data Fisik Kendaraan Tahun 2013-2017 2023
DATA FISIK KENDARAAN Prediksi Derajat
2013 2014 2015 2016 2017 Kejenuhan (DS) Tahun
Jam 2023
106.28 111.79 119.68 No Hari
Puncak Jalan Jalan Jalan
0 kend 8 kend 3 kend 124.47 129.44 Rijalli Karpan Rijali
0 kend 9 kend (U) (T) (S)
Pagi
1,042 1,042 1,042
Dengan menggunakan persamaan laju
pertumbuhan kendaraan, maka diperoleh 1 Senin Siang
1,017 1,070 1,070
laju pertumbuhan kendaraan sebagai berikut Sore
: 0,911 0,911 0,374
r = Pt/P0)1/t – 1 Pagi
1,024 1,024 0,978
r = (129.449/106.280)1/5 -1
r = 0,0402 = 4,02% 2 Rabu Siang
1,070 1,070 1,070
2. Bangkitan Arus Lalu Lintas Tiap Sore
Pendekat Simpang 0,857 0,857 0,857
Berdasarkan hasil perhitungan laju Pagi
0,573 0,573 0,573
pertumbuhan kendaraan maka dapat
dihasilkan prediksi bangkitan arus lalu 3 Sabtu Siang
0,880 0,880 0,880
lintas kendaraan tiap pendekat untuk 5
Sore
tahun kedepan dengan menggunakan 0,835 0,835 0,835
rumus 13 dalam Tabel 7 di bawah ini.
dari Tabel 9. di atas, menunjukan bahwa derajat
Tabel 7. Bangkitan Arus Lalu Lintas Tiap kejenuhan yang akan terjadi pada Tahun 2023
Pendekat Simpang 5 tahun kedepan (Tahun 2023) menghasilkan angka yang lebih dari standar yaitu
Arus Lalu Lintas
Bangkitan Arus 0,85. Kondisi ini menyatakan bahwa simpang
Lalu Lintas tahun bersinyal pada Tahun 2023 akan mengalami
Eksisting
2023
kemaceta yang sangat parah untuk setiap Jam
Jam Jala Jala Jal Jala Jala Jal
N Ha puncak pagi, siang maupun sore. Dari hasil
Pun n n an n n an
o ri perhitungan DS di atas maka dapat didapatkan
cak Rij Kar Rij Rij Kar Rij
alli pan ali alli pan ali juga hasil perhitungan tundaan dan LOS seperti
(U) (T) (S) (U) (T) (S) yang dapat ditampilkan dalam Tabel 4.7. di
bawah ini.
Se 214 24 261 29
1
nin
Pagi
9
361
6 7
440
9 Tabel 9. Nilai LOS Tahun 2023

44
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703

Los perhitungan manajemen lalu lintas alternatif


(Level penyelesaian dalam Tabel 10
Tundaan
Jam of Tabel. 10. Nilai Derajat Kejenuhan (DS)
N Har Hasil
Punc Service)
o i Simpang rata- perhitungan Hasil Manajemen untuk Tahun 2023
ak atau Derajat Kejenuhan ( DS )
rata (det/smp)
Kinerja
Simpang Jam Jalan
Har Jalan Jalan
No Punc Karpa
124,52 = LoS i Rijalli Rijali
Pagi ak n
F
(T) (B)
Sen (S)
1 Sian 196,25 = LoS
in <5
g F Pagi 0,787 0,792 0,447
A
5.1 s/d 15
Sore 22,65 = LoS C Sen Sian
B 1 0,758 0,651 0,609
15.1 s/d 25 in g
Pagi 79,54 = LoS F
C Sore 0,756 0,676 0,692
25.1 s/d 40
Ra Sian 329,35 = LoS
2
bu g D F Pagi 0,773 0,769 0,517
40.1 s/d 60

Sore E 21,35 = LoS C Rab Sian


> 2 0,758 0,605 0,554
60 u g
F
Sore 0,756 0,626 0,679
Pagi 13,63 = LoS B
Pagi 0,764 0,488 0,756
Sab Sian
3 29,04 = LoS D
tu g Sab Sian
3 0,738 0,584 0,570
tu g
Sore 18,15 = LoS C
Sore 0,781 0,477 0,731

4.4. Manajemen Lalulintas


Dalam perhitungan awal didapati bahwa
derajat kejenuhan simpang lebih besar dari 5. PENUTUP
standar yang ada dalam Manual Kapasitas 5.1. Kesimpulan
Jalan Indonesia (MKJI) yakni lebih dari 0,85 Kesimpulan yang dapat disampaikan
yang terjadi di hari senin. oleh sebeb itu dalam hasil penelitian ini adalah sebagai
maka akan dilakukan alternatif manajemen berikut :
lalu lintas penyelesaian dalam mengurangi 1. Kinerja lalu lintas simpang bersinyal di
derajat kejenuhan pada simpang tersebut Ruas Jalan Rijali dalam kondisi eksisting
yakni dengan perubahan fase signal lampu sudah mengarah pada kondisi macet
hijau pada lengan timur yakni dari 30 detik pada jam puncak pagi, siang dan sore.
mejadi 50 detik, sedangkan durasi lampu Berdasarkan hasil perhitungan nilai
hijau lengan bagian selatan dan barat tetap 15 derajat kejenuhan DS yang tertinggi
detik ,diikuti dengan penambahan fase yaitu pada nilai 0, 878, sedangkan
pergerakan dari yang awalnya 2 fase berdasarkan nilai tundaan yang tertinggi
pergerakan menjadi 3 fase pergerakan. yaitu 23,54 yang menghasilkan Level Of
Dengan demikian hasil perhitungan alternatif Service atau kinerja lalu lintas simpang
penyelesain dapat di lihat di bawah ini. ini ada pada level nilai C
Berdasarkan alternatif penyelesaian 2. Kinerja lalu lintas hasil prediksi untuk 5
dengan penambahan waktu hijau dari 30 tahun kedepan (Tahun 2023)
detik menjadi 50 detik dan perubuhan fase menunjukkan kemacetan yang sangat
pergeerakan dari 2 fase menjadi 3 fase maka parah di jam-jam puncak pagi, siang
derajat kejenuhan pada simpang Rijalli ≤ maupun sore, dimana menghasilkan nilai
0,85 dari standar yang ditetapkan dalam derajat kejenuhan DS = 329,35 dengan
manual kapasitas jalan indonesia (MKJI) Level of Service (LOS) F.
sehingga hal ini dapat mengakibatkan arus 3. Solusi manajemen lalu lintas yang tepat
jenuh pada simpang Rijalli dapat berkurang, adalah dengan melakukan perhitungan
berikut ini dapat dilihat rekapitulasi hasil

45
JURNAL MANUMATA VOL 4, NO 2 (2018) ISSN 2087-5703

alternatif penyelesaian dengan merubah


fase pergerakan dari 2 fase menjadi 3
fase dan perubahan siklus waktu hijau
dari 30 detik menjadi 50 detik pada
pendekat timur sedangkan siklus waktu
hijau tetap 15 detik pada pendekat barat
dan selatan, maka didapat bahwa nilai
derajat kejenuhan khususnya pada
pendekat timur ≤ 0,85.

5.2. Saran
1. Dari hasil analisa dengan manajemen lalu
lintas, direkomendasikan untuk
menerapkan perubahan fase pergerakan
dari 2 fase menjadi 3 fase dan perubahan
waktu siklus hijau khususnya pada
pendekat bagian timur dari 30 detik mejadi
50 detik.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang manajemen lalu lintas untuk solusi
alternatif lainnya selain merubah waktu
siklus yang efektif. .

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah. A. A, 2008, “Rekayasa Lalulintas”.


Universitas Muhammadiyah. Malang.
Badan Pusat Statistik Kota Ambon, “Kota
Ambon Dalam Angka 2015”, Ambon.
Badan Pusat Statistik Kota Ambon, “Kota
Ambon Dalam Angka 2016”, Ambon.
Badan Pusat Statistik Kota Ambon, “Kota
Ambon Dalam Angka 2017”, Ambon.
Budiman Arif, dkk, 2016, “ Analisa Kinerja
Simpang Bersinyal pada Simpang Boru
Kota Serang”, Jurnal Fondasi, Vol 5 No
2, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa, Tangerang
C. Jotin Khisty, B. Kent Lall, 2005, “Dasar-
dasar Rekayasa Transportasi”.
Erlangga, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997, “Manual
Kapasitas Jalan Indonesia, Departemen
Pekerjaan Umum”, Jakarta.

46

You might also like