Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email : fisip@undip.ac.id
ABSTRACT
Children are not an object so that can rudely treated, they have own characteristic that need
to be determined by the differentiation towards their treatment, with an aim to protect and
guard them for supporting their future. At the District / City level, regulations and policies on
child protection tend to focus when a child has entered into legal matters or has committed
break the law, the actions of the government are limited to rehabilitation and often ignore the
aspects of prevention. This prevention aims to prevent a child from taking unlawful acts. This
research is to describe child-friendly school program as an effort to prevent child face with
law (ABH) in Semarang City. This research uses qualitative approach with the theoretical
concept from Mazmanian & Sabatier. The results of this research shows that the
implementation of child-friendly school program as an effort to prevent child face with law
(ABH) in Semarang City has not been implemented optimally yet, because the
implementation of child-friendly school program still facing many obstacles like physically
violence in school by their teacher or students. Lack of control from parents, as well as
environmental influences of children who are factors causing child face with law. Suggestion
from researcher are increased cooperation between related institutions, and also doing
communication intensity towards their parents. Then, the lack of human resources to guide
the student physically become an obstacle to the implementation of child-friendly school.
Keywords : Policy Implementation, Children Right, Human Resources,
Communication, Target Population
I. PENDAHULUAN
penelantaran terhadap anak. Kerangka
Sistem perlindungan anak di Indonesia
hukum tersebut harus menunjuk lembaga
telah dibuat dalam kerangka hukum dan
pemerintah tugas, wewenang dan
kebijakan di Indonesia perlu diperkuat
tanggungjawab yang jelas terhadap
untuk mencegah dan menangani
penanganan dan penyediaan layanan
kekerasan, perlakuan salah, eksploitasi dan
perlindungan anak. Tantangan yang
dihadapi Indonesia untuk memastikan daerah, masing-masing dengan
keselarasan Peraturan Daerah (Perda) dan kewenangan untuk menetapkan
kebijakan perlindungan anak disetiap peraturannya sendiri. Oleh karena itu,
langkah terakhir yang dilakukan oleh Kebijakan Kota Layak Anak menjadi salah
pemerintah pusat untuk mengembangkan satu bentuk dalam menjamin hak-hak anak
pedoman Perda yang mengacu pada di setiap daerah Kabupaten/Kota.
pendekatan berbasis sitem terhadap Kabupaten/Kota Layak Anak atau
perlindungan anak merupakan suatu sering disebut dengan KLA merupakan
langkah yang positif. sebuah upaya penyelarasan komitmen
Di tingkat daerah Kota/Kabupaten, pemerintah dengan sumber daya yang ada
peraturan dan kebijakan tentang secara menyeluruh dan berkelanjutan.
perlindungan anak cenderung berfokus Setiap daerah Kabupaten/Kota dalam
ketika seorang anak telah masuk ke dalam penyusunan perencanaan pembangunan
permasalahan hukum atau telah melakukan harus tetap mempertimbangkan isu tentang
tindakan yang melanggar hukum, tindakan hak-hak anak.
yang dilakukan pemerintah terbatas pada Peran Pemerintah Kota Semarang
rehabilitasi dan tidak jarang sering dalam mengupaya perlindungan dan
mengabaikan aspek-aspek pencegahan, pemenuhan terhadap hak-hak anak telah
aspek pencegahan ini bertujuan untuk dilakukan dengan dikeluarkan Peraturan
menecegah seorang anak supaya tidak Walikota Nomor 20 tahun 2010 tentang
melakukan tindakan yang melanggar Kota Layak Anak (KLA). Kota Semarang
hukum. Tidak adanya penetapan telah berhasil meraih penghargaan sebagai
kewenangan yang jelas bagi pelayanan Kota Layak Anak kategori Pratama oleh
perlindungan anak di tingkat provinsi dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan
kota/kabupaten menyebabkan tindakan dan Perlindungan Anak (KemenPPA).
yang terfragmentasi sehingga antar Namun pelaksanaan kebijakan KLA dinilai
lembaga terkait kurang terkoordinasi masih tergolong rendah, pasalnya berbagai
dengan baik. Dengan dikeluarkannya permasalahan mengenai anak yang belum
Peraturan Menteri Pemberdayaan teratasi masih banyak ditemukan. Sikap
Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor pemerintah dalam menangani
11 Tahun 2011 tentang Pengembangan permasalahan anak, khususnya yang
mengalami kekerasan dan berhadapan
dengan hukum (ABH) masih bersifat
rehabilitatif. Penanganan dilakukan
dengan cara ditahan dan dipenjarakan
untuk memberikan efek jera pada anak,
selain itu belum terdapat panti sosial untuk
manampung ABH serta pendampingan Sejauh in pemerintah Kota Semarang dalam
khusus hanya bersifat penegakan hukum. melakukan pencegahan anak berhadapan
dengan hukum (ABH) melalui lingkungan sekolah supaya anak tidak
pengembangan Kota Layak Anak (KLA). terjerumus dalam kasus hukum.
Upaya pengembangan Kota Layak Anak Menurut Data Komisi
(KLA) dalam bidang pendidikan yakni Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
kebijakan Sekolah Ramah Anak (SRA) tahun 2013, terdapat beberapa jenis
yang diharapkan mampu memenuhi, kekerasan yang dilakukan terhadap anak di
menjamin, dan melindungi hak anak di lingkungan sekolah yang dilakukan oleh
guru, teman sekelas, teman lain kelas.
Jumlah kasus di lingkungan pendidikan
berdasarkan jenis kekerasan yang dialami
oleh anak antara lain sebagai berikut :
Tabel 1.1
Bentuk Kekerasan di Lingkungan Sekolah
Jumlah Presentase (%)
Teman Teman
No Jenis Kekerasan Teman
Lain
Teman
Lain
Guru Guru
Sekelas Sekelas
Kelas Kelas
1 Menjewer 326 226 134 31,8 22 13,1
2 Mencubit 379 504 316 36,9 49,1 30,8
3 Menendang 70 261 175 6,8 25,4 17,1
4 Memukul dengan tangan 118 297 191 11,5 28,9 18,6
5 Memukul dengan benda 107 208 112 10,4 20,3 10,9
Menghukum hingga jatuh
6 29 23 19 2,8 2,2 1,9
sakit, pingsan
Melukai dengan benda
7 11 36 23 1,1 3,5 2,2
berbahaya
8 Kekerasan fisik lain 32 49 32 3,1 4,8 3,1
Membandingkan dengan
9 176 172 130 17,2 16,8 12,7
saudara/anak lain
Membentak dengan suara
10 357 357 254 34,8 34,8 24,8
keras dan kasar
Menghina dihadapan
11 133 298 212 13 29 20,7
teman/orang lain
Menyebut “bodoh”,
12 226 264 183 22 25,7 17,8
“pemalas”
Mencap dengan sebutan
13 56 151 108 5,5 14,7 10,5
jelek
14 Kekerasan fisik lain 19 25 13 1,9 2,4 1,3
Sumber : Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2013
Dari data di atas dapat diketahui menjadi menjadi dua jenis yaitu secara
bahwa kekerasan di lingkungan sekolah fisik dan secara psikologis. Namun data
ternyata masih sering dilakukan, baik oleh tersebut hanya berdasarkan kasus yang
guru, teman sekelas maupun teman dilaporkan kepada KPAI, sedangkan kasus
berbeda kelas. Bentuk kekerasan terbagi
yang tidak dilaporkan diperkirakan dalam bidang pendidikan, melalui Sekolah
jumlahnya lebih tinggi. Sekolah Ramah Ramah Anak tersebut diharapakan anak-
Anak (SRA) menjadi salah satu program anak dapat terpenuhi haknya dalam
pengembangan Kota Layak Anak (KLA) mendapatan pendidikan.
Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Publik, Konsep, Teori, dan Nomor 07 Tahun 2013 tentang
Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Penyelenggaraan Perlindungan Anak.
Pelajar
Peran Kanwil Kementrian Hukum dan
Sugiyono. 2009. Metodelogi Penelitian HAM Jawa Tengah Dalam Pemenuhan
kuantitatif Kualitatif dan R&D. HAM Anak Berhadapan dengan Hukum
Bandung : Alfabeta (ABH)
Internet :
Nur Istibsaroh, “Sekolah Ramah Anak
Dikembangkan di Kota Semarang”, Antara
Jateng, diakses dari http://www.antarajateng.com/detail/sekola
h-ramah-anak-dikembangkan-di- Website Resmi Data Kemendikbud RI
semarang.html). http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/se
kolah/8028FBC33A11FC35C939
Website Pendidikan.
http://www.websitependidikan.com/2016/ Website Resmi Kanwil Kementerian
05/pengertian-silabus-dan-prinsip- Hukum dan HAM Jawa Tengah Tahun
pengembangannya.html# 2015