You are on page 1of 10

ANALISIS MITIGASI BENCANA DALAM MEMINIMALISIR RISIKO BENCANA

(Studi pada Kampung Wisata Jodipan Kota Malang)

Raudya Dimas Wicaksono


Edriana Pangestuti
Fakultas Ilmu Administrasi
Univеrsitas Brawijaya
Malang
Еmail: dimaswicaksono.mlg0397@gmail.com

ABSTRACT

Tourism activities in Malang City continuously experiencing improvement and development, one example of
which is Jodipan Tourism Village. Of course the development of tourism activities will have a positive impact
such as increasing regional income and also negative impact such as decreasing the quality of the
environment or nature. On one hand, tourism activities will have a negative impact on the environment, on
the other hand, Jodipan Tourism Village is an area prone to disasters since it is located in the river border
area. If there’s no efforts from the local community to prevent or reduce the impact, it will certainly cause
disaster. The community must be able to anticipate and take steps to deal with possible disaster at any time.
The type of research used is descriptive research using qualitative approach. Having three formulation of
problems namely (1) How is the community of Jodipan Tourism Village comprehension of disaster mitigation
on minimizing disaster risk? (2) How are disaster mitigation efforts carried out by the community of Jodipan
Tourism Village on minimizing disaster risk? (3) What are the supporting and inhibiting factors of disaster
mitigation carried by the community of Jodipan Tourism Village on minimizing diaster risk?
Keywords: Disaster Mitigation, Minimizing Disaster Risk, Tourism Village.

АBSTRАK

Kegiatan pariwisata di Kota Malang terus mengalami peningkatan dan perkembangan, salah satu contoh
Kampung Wisata Jodipan. Tentu dengan berkembangnya kegiatan wisata akan menimbulkan dampak positif
seperti peningkatan pendapatan daerah serta negatif seperti pengurangan kualitas lingkungan atau alam. Di
satu sisi kegiatan pariwisata akan mendapat dampak negatif terhadap lingkungan di sisi lain, Kampung Wisata
Jodipan merupakan daerah yang rentan terhadap bencana karena berada di daerah sepadan sungai. Jika tidak
ada upaya pencegahan atau pengurangan dampak dari masyarakat setempat tentunya akan menimbulkan
bencana. Karena masyarakat harus mampu melakukan antisipasi dan langkah-langkah untuk menghadapi
kemungkinan terjadinya bencana setiap saat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Memiliki tiga rumusan masalah yaitu (1) bagaimana pemahaman masyarakat
kampung wsiata jodipan tentang mitigasi bencana dalam meminimalisir risiko bencana? (2) Bagaimana upaya
mitigasi bencana oleh masyarakat Kampung Wisata Jodipan dalam meminimalisir risiko bencana? (3) Apa
saja faktor pendukung dan penghambat dalam mitigasi bencana oleh masyarakat Kampung Wisata Jodipan
dalam meminimalisir risiko bencana?

Kаtа Kunci: Mitigasi Bencana, Meminimalisir Risiko Bencana, Kampung Wisata

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 71 No. 1 Juni 2019| 8


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PЕNDАHULUАN Pada tahun 2018, bencana yang ada di
Kegiatan pariwisata yang dilakukan secara Indonesia yang telah terjadi hingga bulan
terus-menerus dapat menimbulkan dampak positif september 2018 tercatat oleh Badan Nasional
seperti semakin meningkatnya jumlah wisatawan Penanggulangan Bencana (BNPB) terjadi 1227
dan peningkatan devisa negara, dan dampak bencana alam, mulai dari angin puting beliung,
negatif yakni penurunan kualitas lingkungan banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, gelombang
bahkan terjadinya kerusakan lingkungan. Beberapa pasang, kekeringan, gempa bumi, dan letusan
dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan gunung berapi.
fisik menurut Sunaryo, (2013: 75-76) adalah Tahun 2018 tepatnya dari bulan Agustus
bencana lingkungan, yang terjadi akibat hingga Oktober 2018 terjadi beberapa kejadian
perencanaan tata guna lahan untuk kegiatan gempa yang membuat semua berduka. Seperti
kepariwisataan yang tidak baik, seperti dalam gempa di Lombok, Donggala dan yang baru baru
rangka pembangunan fasilitas hotel, jalan, ini terjadi yaitu di daerah Jawa Timur tepatnya di
jembatan maupun resort wisata dan bisa Situbondo pada dini hari. Meskipun tidak
menyebabkan bencana banjir, tanah longsor dan berpotensi tsunami, namun terdapat korban jiwa.
bentuk bencana lainya. Hasil pemantauan Badan Meteorologi,
Salah satu hal yang menjadi dampak negatif Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan
dari kegiatan pariwisata adalah persoalan tata guna pusat gempa berada di laut pada jarak 55 km arah
lahan, seperti pemanfaatan lingkungan untuk timur laut Kota Situbondo, Kabupaten Situbondo,
kepariwisataan yang tidak memperhitungkan tata Provinsi Jawa Timur pada kedalaman 12 km
guna lahan. Kurangnya pemanfaatan lahan tersebut (www.bbc.com, 2018).
akan berdampak pada pemanfaatan lahan untuk Hujan yang mengguyur di wilayah Malang
kegiatan sektor yang lain, seperti untuk pertanian, Raya, Jumat (17/11/2017) menyebabkan arus
perkebunan, perikanan dan sebagainya. Sungai Brantas meningkat. Salah satu wilayah
Pencemaran air tanah juga menjadi akibat terdampak naiknya muka air adalah kawasan
terkontaminasinya air tanah yang ada di sekitar wisata Kampung Wisata Jodipan dan Kampung
kawasan pariwisata seperti hotel atau resort oleh Tridi Kesatrian. Tinggi muka air naik sekitar dua
limbah deterjen dan limbah dapur. meter disbanding hari-hari biasa. Kepala Badan
Dampak yang dirasakan khususnya oleh pihak Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota
kepariwisataan dan lingkungan setempat seperti Malang, J Hartono membenarkan adanya kenaikan
bencana alam tanah longsor, banjir dan penurunan muka air pada aliran Sungai Brantas.
kualitas lingkungan serta bencana lainya. (www.malangtimes.com, 2018)
Banyaknya dampak negatif yang dapat Beberapa contoh bencana yang telah
ditimbulkan dari kegiatan pariwisata terhadap dipaparkan sebelumnya, hal ini menunjukan
lingkungan fisik, dapat merugikan berbagai pihak diperlukan sebuah tindakan seperti menejemen
apabila tidak dilakukanya pengelolaan secara benar bencana baik sebelum terjadi bencana, saat terjadi
atau tidak sesuai dengan pembangunan yang bencana, maupun setelah terjadi bencana.
berkelanjutan. Mengingat lokasi Indonesia yang Pengertian menejemen bencana menurut BPLHD
berada pada jalur ring of fire sehingga rawan (Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah),
terhadap bencana dan juga menjadikan bencana 2007 sebagaimana dikutip oleh Sukowati (2008:
mudah terjadi. 846) merupakan seluruh kegiatan yang meliputi
Tingkat kerentanan merupakan salah satu aspek perencanaan dan menejemen bencana, pada
faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang
bencana. Hal ini dikarenakan bencana baru akan dikenal sebagai siklus menejemen bencana, yang
terjadi jika “bahaya” ada pada “kondisi rentan”. bertujuan untuk mencegah kehilangan jiwa,
Bahaya terbagi lagi menjadi dua yaitu bahaya alam mengurangi penderitaan yang dialami manusia,
dan bahaya oleh ulah manusia. Menurut United memberikan informasi kepada masyarakat dan
Nations International Strategy for Disaster pihak berwenang mengenai risiko bencana, serta
Reduction (UN-ISDR), bahaya dapat mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta
dikelompokan menjadi bahaya geologi, bahaya benda dan kehilangan sumber ekonomis.
hidrometeorologi, bahaya biologi, bahaya Seperti yang dijelaskan pada Undang-undang
teknologi dan penurunan kualitas lingkungan nomor 24 tahun 2007 tentang penyelenggaraan
(bnpb.co.id, 2018). penanggulangan bencana adalah serangkaian
upaya yang menyelimuti penetapan kebijakan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 71 No. 1 Juni 2019| 9


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, berkembang di Kota Malang adalah Kampung
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan Wisata Jodipan. Permukiman yang dahulu
rehabilitasi. Secara umum kegiatan menejemen mendapat stigma permukiman kumuh ini, kini
bencana dapat dibagi dalam 3 kegiatan utama, yaitu berubah menjadi salah satu kampung wisata yang
kegiatan pra-bencana yang mencakup kegiatan ada di Kota Malang. Kampung Wisata Jodipan
pencegahan, mitigasi, kesiap-siagaan, serta merupakan kampung wisata yang berada pada
peringatan dini, kegiatan saat terjadi bencana yang daerah aliran sungai (DAS) Sungai Brantas.
mencakup kegiatan tanggap darurat untuk Berkembangnya Kampung Wisata Jodipan ini juga
meringankan penderitaan sementara, seperti SAR memiliki risiko bencana dikarenakan sepanjang
atau kegiatan search and rescue, bantuan darurat daerah aliran Sungai Brantas, merupakan salah satu
dan pengungsian serta kegiatan pasca-bencana daerah rawan bencana di Kota Malang. Seperti
yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, yang disampaikan oleh Wakil Wali Kota Malang
dan rekonstruksi. Sutiaji di Balai Kota Malang, Kamis (27/10/2016),
Kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitanya bahwa Pemerintah Kota Malang akan mengkaji
dengan istilah mitigasi bencana yang merupakan potensi risiko bencana di Kampung Warna Warni
upaya dalam meminimalisir dampak yang setelah adanya rumah yang ambruk akibat banjir
ditimbulkan oleh bencana. Mitigasi bencana yang melanda daerah tersebut pada saat hujan
meliputi hal baik perencanaan dan pelaksanaan (Hartik, 2016).
berbagai tindakan untuk mengurangi risiko dan Selain itu, adanya pemukiman di daerah
selama ini banyak tidak dihiraukan. Pada tahap pra sepadan sungai ini berdampak secara langsung
bencana ini sangatlah penting, karena sebelum terhadap penurunan kualitas sumber daya alam
terjadinya bencana sudah dipersiapakan untuk khususnya air. Meskipun sudah menjadi kampung
meminimalisir dampak yang didapat saat terjadi wisata, namun dikarenakan berada pada daerah
bencana serta setelah terjadinya bencana. Untuk itu sepadan sungai sehingga Kampung Wisata Jodipan
dibentuk Badan Nasional Penanggulangan perlu adanya perhatian khusus masalah
Bencana (BNPB) sebagai salah satu organisasi pencegahan bencana. Oleh karena itu, masyarakat
yang memberikan perhatian khusus terhadap selaku pelaku pertama yang paling dekat dengan
bencana di Indonesia dan Badan Penanggulangan bahaya/ancaman terutama pada kegiatan mitigasi
Bencana Daerah (BPBD) bertujuan untuk bencana agar dapat meminimalisir risiko bencana
membantu, mengurangi, dan menanggulangi risiko karena merekalah yang mengetahui daerah mereka
bencana yang ada di masing masing daerah. sendiri, permasalahan, dan kebutuhan mereka
Mitigasi bencana sangat diperlukan, terutama sendiri.
di sektor pariwisata. Program Mitigasi Bencana di Menurut Undang-undang kepariwisataan
daerah Wisata Penting dilakukan dan merupakan nomor 10 tahun 2009 pasal 26 ayat d dijelaskan
salah satu program strategis Kementrian Pariwisata bahwa setiap pengusaha pariwisata berkewajiban
yang bertujuan untuk meminimalisir dampak memberikan kenyamanan, keramahan,
bencana. Semakin berkembangnya kegiatan perlindungan keamanan, dan keselamatan
pariwisata, semakin besar pula risiko yang wisatawan. Melihat kondisi dan penjelasan diatas,
ditimbulkan. Salah satu kota wisata yang ada di usaha akomodasi harus memberikan apa yang
Jawa Timur adalah Kota Malang. Kota Malang menjadi hak dari wisatawan, khususnya pada
memiliki daya tarik tersendiri baik dari segi perlindungan keamanan dan keselamatan
geografis, iklim, tradisi dan seni budayanya. pengunjung yaitu meliputi kegiatan dalam
Dengan kelebihan dan keunikan tersebut persiapan sebelum terjadi bencana, saat terjadi
menjadikan Kota Malang terkenal sebagai kota bencana dan setelah terjadi bencana atau
pariwisata dengan segala fasilitas dan pendukung menejemen bencana dari Kampung Wisata Jodipan
lainya diantaranya: keindahan alam dan panorama Kota Malang dan pengimplementasian agar dapat
yang indah hawa yang sejuk, banyaknya meminimalisir risiko yang dapat dihasilkan dari
peninggalan bangunan atau gedung pada masa bencana itu.
kolonial belanda yang bisa kita lihat sampai saat ini
dan peninggalan seni, adat, tradisi dan budaya KAJIAN PUSTАKА
lainya. (kominfo.malangkota,go.id, 2018) Konsep Kampung Wisata
Berkembangnya kegiatan pariwisata di Kota Menurut Elena Manula dalam Putri (2016: 22)
Malang tentunya mendapatkan banyak dampak kampung wisata merupakan bentuk integrasi antara
positif. Salah satu tempat wisata yang saat ini atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 71 No. 1 Juni 2019| 10


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
disajikan dalam suatu struktur kehidupan Manajemen Risiko Bencana pada fase pra-
masyarakat dimana terdapat sekelompok bencana, Manajemen Kedaruratan pada fase
wisatawan yang dapat tinggal atau berdekatan tanggap darurat, dan Manajemen Pemulihan pada
dengan lingkungan tradisional tersebut untuk fase pasca-bencana.
belajar mengenai kehidupan masyarakatnya.
Menurut OECD (Organisation for Economic Manajemen Bencana
Co-operation and Development) 2005, kampung Menejemen bencana (disaster management)
wisata memiliki kriteria yang penting dalam adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek
merancang sebuah hubungan yang positif antara perencanaan dan penanganan bencana, pada
pariwisata dan budaya yaitu : a) memiliki aktivitas sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana,
budaya yang permanen dan rutin dilakukan, b) mencakup pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
melibatkan penduduk lokal secara langsung, dan c) tanggap darurat dan pemulihan. Manajemen
dapat menghasilkan produk serta jasa yang Bencana (disaster Management) adalah ilmu
diperlukan untuk keperluan wisatawan (Putri, pengetahuan yang mempelajari bencana serta
2016: 23) segala aspek yang berkaitan dengan bencana,
terutama risiko bencana dan bagaimana
Bencana menghindari risiko bencana (Nurjanah dkk,
Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2013:42).
2007 yaitu Bencana adalah peristiwa atau Sedangkan menurut Badan Pengendalian
rangkaian peristiwa yang mengancam dan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD), 2007,
mengganggu kehidupan dan penghidupan sebagaimana dikutip oleh Sukowati (2008: 846),
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek
alam serta faktor non-alam maupun faktor perencanaan dan manajemen bencana, pada
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, dikenal sebagai siklus manajemen bencana, yang
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. bertujuan untuk:
Definisi lain menurut International Strategi 1) Mencegah kehilangan jiwa
for Disaster Reduction (UN-ISDR) (2002) 2) Mengurangi penderitaan manusia;
sebagaimana dikutip Nurjanah dkk (2013: 10) 3) Memberi informasi masyarakat dan pihak
adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh alam berwenang mengenai aspek risiko; serta
atau karena ulah manusia, terjadi secara tiba-tiba 4) Mengurangi keruskan infrastuktur utama,
atau perlahan-lahan, sehingga menyebabkan harta benda dan kehilangan sumber ekonomis.
hilangnya jiwa manusia, harta benda dan kerusakan Menurut UNDP (1992:34) Secara umum
lingkungan, kejadian ini di luar kemampuan kegiatan manajemen bencana dapat dibagi menjadi
masyarakat dengan sumber dayanya. 3 (tiga) tahapan umum (1) Kegiatan pra bencana
Menurut Undang-undang No 24 Tahun 2007 yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,
bencana berdasarkan penyebabnya terdiri atas kesiapsiagaan serta peringatan dini; (2) Kegiatan
bencana alam, bencana non-alam, dan bencana saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan
sosial. tanggap darurat, kegiatan search and rescue
Dalam Nurjanah (2013: 21-22) secara umum (SAR), bantuan darurat dan pengungsian; (3)
faktor penyebab terjadinya bencana adalah karena Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan
adanya interaksi antara ancaman (hazard) dan pemulihan, rehabilitaasi, dan rekontruksi.
kerentanan (vulnerability). Dalam Kausar (2008: 797-798) Kegiatan-
kegiatan manajemen bencana meliputi:
Penanganan Bencana
(a) Pencegahan (prevention)
Menurut Undang-undang No 24 Tahun 2007
(b) Mitigasi (mitigation)
penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah
(c) Kesiapan (preparedness)
serangkaian upaya yang meliputi penetapan
(d) Peringatan dini (early warning)
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
(e) Tanggap darurat (respone)
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
(f) Bantuan darurat (relief)
darurat, dan rehabilitasi.
Kegiatan manajemen bencana berdasarkan (g) Pemulihan (recovery)
(h) Rehabilitasi (rehabilitation)
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007
(i) Rekonstruksi (reconstruction)
dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan yaitu

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 71 No. 1 Juni 2019| 11


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 c. Pelatihan dasar kebencanaan
tentang penanggulangan bencana menyatakan d. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan
bahwa penanggulangan bencana didasarkan pada masyarakat
prinsip-prinsip utama: kemanusiaan, keadilan, e. Pengadaan jalur evakuasi
kesamaan, kependudukan dalam hukum dan f. Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi
pemerintahan, keseimbangan, keselarasan dan untuk mencegah, mengamankan, daan
keserasian, ketertiban dan kepastian hukum, mengurangi dampak yang ditimbulkan
kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup, ilmu bencana seperti: tanggul, dam, bangunan tahan
pengetahuan dan teknologi. gempa dan sejenisnya.
Mitigasi Bencana
Menurut Priyambodo (2009: 25) terdapat dua
Mitigasi bencana dalam Nurjanah dkk, (2013:
unsur penting yang menjadi dasar keberhasilan
54) adalah upaya untuk mengurangi risiko yang
mitigasi bencana yaitu unsur mikrokosmos dan
ditimbulkan oleh bencana (jika terjadi bencana).
makrokosmos.
Fokus dalam mitigasi bencana adalah untuk
1. Mikrokosmos adalah pembangunan kesadaran
mengurangi dampak dari ancaman sehingga
manusia yakni pada pola pikir dan pola hidup
dampak negatif yang ditimbulkan akan berkurang.
atau kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan mitigasi bencana di dalam Undang-
2. Makrokosmos adalah pembangunan lingkungan
Undang No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan
yang ramah bagi kehidupan makhluk hidup
bencana serangkaian upaya untuk mengurangi
yang tinggal didalamnya maupun bagi
risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
lingkungan itu sendiri. Untuk membangun alam
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
yang ramah perlu diperhatikan dua hal yakni
dalam menghadapi ancaman bencana. Secara
karakteristik lingkungan dan hukum alam.
umum kegiatan mitigasi bencana adalah pemberian
peraturan dan pengaturan, sanksi dan penghargaan
untuk memberi pemahaman dan kesadaran kepada MЕTODE PЕNЕLITIАN
manusia terhadap usaha untuk mengurangi dampak Pеnеlitiаn ini mеrupаkаn pеnеlitiаn dеskriptif
suatu bencana. dеngаn pеndеkаtаn kuаlitаtif. situs penelitian ini
Menurut peraturan kepala BNPB No.4 tahun adalah Kampung Wisata Jodipan, tepatnya RT 06,
2008 tentang penyusunan rencana penanggulangan 07, 09, RW 02, Kelurahan Jodipan, Kota Malang
bencana mitgasi bencana dapat digolongkan serta instansi lain yang terkait. Mengingat Kota
menjadi mitigasi aktif dan mitigasi pasif. Yang Malang adalah salah satu kota wisata dan daerah
termasuk kedalam kegiatan mitigasi pasif antara yang termasuk rawan bencana. Tеknik
lain: pеngumpulаn dаtа yаng digunаkаn olеh pеnеliti
a. Penyusunan peraturan perundang-undangan. аntаrа lаin: wawancara, dokumentasi dan
b. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan observasi. Instrumеnt pеnеlitiаn yаng digunаkаn
masalah. iаlаh: pedoman wawancara, catatan lapangan, alat
c. Pembuatan pedoman/ standart/ prosedur penunjangdan peneliti. Adapun focus penelitian
d. Pembuatan brosur/ poster sebagai berikut:
e. Pengkajian karakteristik bencana 1. Pemahaman masyarakat Kampung Wisata
f. Analisis risiko bencana Jodipan tentang mitigasi bencana dalam
g. Pembentukan organisasi satuan gugus tugas meminimalisir risiko bencana.
bencana 2. Upaya mitigasi bencana oleh masyarakat
h. Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat Kampung Jodipan Kota Malang dalam
Meminimalisir risiko bencana.
Sedangkan tindakan pencegahan yang
termasuk dalam mitigasi aktif adalah: HАSIL PENELITIAN
a. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda Pemahaman Masyarakat Kampung Wisata
peringatan, bahaya, larangan memasuki daerah Jodipan Tentang Mitigasi Bencana Dalam
rawan bencana Meminimalisir Risiko Bencana.
b. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai Fenomena terjadinya bencana sering terjadi di
peraturan tentang penataan ruang dan Indonesia, dimana bencana secara umum
sebagainya yang berkaitan dengan pencegahan disebabkan karena terdapat interaksi antara
bencana. kerentanan dengan bahaya serta ketidakmampuan
untuk mengurangi dampak atau risiko. Dalam

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 71 No. 1 Juni 2019| 12


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Ulum (2014: 23) kerentanan manusia destinasi tersebut layak dikatakan sebagai destinasi
mencerminkan kurangnya kapasitas masyarakat wisata. Terdapat Sapta Pesona yang harus dimiliki
untuk mengantisipasi, mengatasi, dan memulihkan oleh sebuah destinasi wisata. Ketujuh unsur sapta
dari dampak bahaya. Salah satu penyebab pesona menurut Kementrian Pariwisata dan
kurangnya kapasitas ini tidak lain karena ekonomi kreatif yang dimaksud diatas adalah
masyarakat sendiri tidak memahami karakteristik sebagai berikut:
dari ancaman bencana. Sehingga saat bencana 1. Aman
terjadi secara tiba-tiba, masyarakat tidak siap 2. Tertib
menghadapinya. Selain itu, menurut Nurjanah 3. Bersih
(2013: 18) banyak penduduk memilih atau dengan 4. Sejuk
sengaja tinggal di kawasan yang rawan terhadap 5. Indah
bencana dengan berbagai alasan seperti kesuburan 6. Ramah tamah
tanah, tidak adanya kemampuan ekonomi untuk 7. Kenangan
memiliki rumah dan lain-lain. Hal ini sesuai Selain itu deatinasi wisata dimana keselamatan
dengan apa yang disampaikan oleh pak SP (70th) dan keamanan menjadi salah satu faktor penarik
bahwa rata-rata tidak tahu tentang risiko bangunan dari kegiatan wisata. Keamanan dari tempat wisata
sepadan sungai, karena bagi mereka yang penting tidak hanya bergantung pada pemerintah saja,
mereka punya tempat tinggal dan bisa tidur saja. tetapi dimulai dari masyarakat atau destinasi wisata
Sehingga jika ada banjir atau apapun itu, mereka tersebut. Menurut Othman dkk (2012: 93) faktor
tidak berfikir sampai situ. yang penting adalah dominan untuk berkunjung pada sebuah lokasi
mereka punya tempat untuk tinggal. wisata adalah keamanan dan kenyamanan. Alasan
Mitigasi merupakan berbagai macam tindakan tersebut dapat merugikan wisatawan itu sendiri
yang dapat diambil untuk mengurangi kerentanan baik fisik maupun finansial. Aktifitas pariwisata
(Ulum, 2014: 26) Mitigasi bencana merupakan pada dasarnya selain meberikan kenyamanan,
upaya dari pengurangan terhadap risiko bencana. keamanan merupakan prioritas penting untuk
Mitigasi bencana adalah tanggung jawab semua wisatawan. Oleh karenanya, dengan mitigasi
pihak, bukan dari pemerintah saja. Hal tersebut bencana dapat memberikan jaminan kepada
dikarenakan masyarakat merupakan pihak pertama
wisatawan bahwa kegiatan wisata akan berjalan
yang berhadapan langsung dengan ancaman atau dengan aman dan nyaman.
bencana. Masyarakat juga adalah pelaku penting Jika dilihat dari sebelum menjadi kampung
dalam upaya untuk mengurangi kerentanan dengan wisata, alasan utama masyarakat menjadikan
meningkatkan kemampuan diri dalam menangani daerah aliran sungai ini menjadi tempat tinggal
dan menghadapi bencana. Karena itu, peningkatan dikarenakan tidak mengerti ancaman yang akan
kapasitas atau kemampuan masyarakat perlu terjadi selain dari faktor ekonomi. Berdasarkan
diberikan agar masyarakat memahami, siap dalam wawancara yang telah dilakukan dapat
menghadapi bencana. disimpulkan bahwa kejadian banjir sering terjadi di
Kampung Wisata Jodipan merupakan salah Kampung Jodipan. Banjir ini merupakan banjir
satu destinasi wisata yang ada di Kota Malang. kiriman dari Kota Batu yang sewaktu-waktu bisa
Dengan keunikannya, Kampung Wisata Jodipan datang. Kejadian banjir juga berasal dari kebiasaan
mampu menarik pengunjung domestik maupun lama yaitu membuang sampah di sungai dan tidak
mancanegara. Namun, hal yang perlu diperhatikan menjaga lingkungan sekitar.
adalah lokasi Kampung Wisata Jodipan yang Menurut Nurjanah (2013: 112) masyarakat
berada pada daerah aliran sungai (DAS) Sungai harus mampu melakukan antisipasi dan langkah-
Brantas dimana merupakan daerah yang termasuk langkah untuk menghadapi kemungkinan
rawan bencana. Jika dilihat dari lokasinya, terjadinya bencana setiap saat. Sedangkan pada
Kampung Wisata Jodipan kurang dari unsur kenyataannya, masyarakat Kampung Jodipan
“aman”. Kurangnya unsur aman pada Kampung beranggapan bahwa pencegahan bencana
Wisata Jodipan ini dikarenakan pada saat musim merupakan tugas dari pemerintah Kota Malang
hujan tiba sering dilanda banjir yang sewaktu- yakni BPBD Kota Malang. Hal ini dikarenakan
waktu dapat terjadi, sehingga tidak hanya penduduk Kampung Wisata Jodipan sendiri
merugikan masyarakat yang tinggal di Kampung berlatar pendidikan rendah, sehingga sedikit yang
Wisata Jodipan namun para pengunjung. memahami tentang bahaya berada di sepadan
Sebagai salah satu destinasi, terdapat unsur-
sungai. Itu merupakan salah satu alasan mengapa
unsur yang perlu diperhatikan dalam menjadikan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 71 No. 1 Juni 2019| 13


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
kesadaran dan pemahaman tentang bencana dapat bencana merupakan tindakan yang terkait satu
dibilang belum merata. Saat melaksanakan mitigasi sama lain.
bencana, perlu adanya kerjasama antara Menurut peraturan kepala Badan Nasional
pemerintah dan juga masyarakat. Oleh karena itu, penanggulangan Bencana nomor 4 tahun 2008,
pemahaman mitigasi bencana harus dimiliki oleh upaya mitigasi dibagi menjadi 2 yaitu mitigasi aktif
setiap orang terutama masyarakat Kampung Wijata dan mitigasi pasif. Upaya yang telah dilakukan
Jodipan. Kampung Wisata Jodipan dalam upaya mitigasi
Meskipun belum semua masyarakat Kampung termasuk kedalam mitigasi aktif. Upaya mitigasi
Jodipan memahami mitigasi bencana, tetapi setelah aktif di Kampung Wisata Jodipan adalah
menjadi kampung wisata sudah banyak masyarakat pengadaan dan penempatan tanda titik kumpul dan
yang peduli dan merubah pola pikir terhadap jalur evakuasi, penyuluhan dan peningkatan
pengurangan risiko bencana. Selain itu masyarakat kewaspadaan masyarakat. Upaya mitigasi aktif ini
telah hidup berdampingan dengan alam/lingkungan dilakukan dengan tujuan memberikan pemahaman
dimana mereka tinggal. Bentuk kesiapan mencegah serta kewaspadaan bencana masyarakat kampung
terjadinya banjir yang dilakukan oleh masyarakat jodipan yang diberikan oleh pemerintah Kota
Kampung Wisata Jodipan dengan menjaga Malang.
kebersihan lingkungan maupun sungai agar tidak Dalam tahap pengurangan dan pencegahan di
terjadinya penyumbatan saluran air got dan Kampung Wisata Jodipan, terdapat dua unsur dasar
meluapnya sungai. yang menjadikan kegiatan mitigasi menjadi dasar
Itu merupakan tindakan prefentif dari keberhasilan. Dalam wawancara yang telah
masyarakat untuk menghindari atau mengurangi dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat
risiko bencana seperti meluapnya air sungai. Selain perubahan pola pikir dan pola hidup atau kebiasaan
kegiatan dari masyarakat, terdapat pula kegiatan yang membuat masyarakat kampung jodipan saat
dari pemerintah Kota Malang terkait mitigasi menjadi kampung wisata. Perubahan-perubahan ini
bencana, seperti sosialisasi mitigasi pra-bencana terlihat baik dari individual dan segi kelompok.
dan pengadaan wind stock dan alat-alat lain yang Sesuai hasil wawancara yang didapat,
berkaitan dengan bencana guna memberikan dikatakan bahwa perubahan masyarakat kampung
pemahaman terhadap bencana. Selain itu jodipan mengalami perubahan pola pikir. Hal ini
masyarakat mengantisipasinya dengan terlihat dari yang awal masyarakat mendirikan
memberikan jarak antara bangunan rumah dengan bangunan dan tidak mengerti ancaman bencana dan
bibir sungai dan lebih menjaga lingkungan dan juga tidak menjaga lingkungan sehingga banyak
tidak membuang sampah di sungai. terjadi bencana terutama banjir dan longsor.
Menjadi lebih menjaga lingkungan karena sudah
Upaya Mitigasi Bencana oleh Masyarakat cukup mengetahui setelah menjadi kampung
Kampung Jodipan Kota Malang Dalam wisata dan juga kelurahan tangguh bencana.
Meminimalisir Risiko Bencana Selain mengalami perubahan pola pikir,
Kampung Wisata Jodipan termasuk kategori masyarakat jodipan juga mengalami perubahan
bahaya tinggi terhadap longsor, banjir dan cuaca pola hidup atau kebiasaan. Kebiasaan lama yaitu
ekstrim. Bencana seperti banjir sering terjadi di membuang sampah di sungai dan tidak menjaga
kawasan ini, dikarenakan daerah sepadan sungai. lingkungan sudah mulai ditinggalkan. Masyarakat
Pemahaman masyarakat Kampung Wisata Jodipan Kampung Jodipan sudah memikirkan bagaimana
tentang mitigasi bencana sudah dibilang cukup lingkungan tetap terjaga agar para pengunjung
setelah berkembang menjadi kampung wisata. lebih nyaman dan merasa aman saat melakukan
Dalam kegiatan pengurangan risiko bencana, kegiatan wisata. Dengan menjadi kampung wisata,
upaya yang dapat dilakukan adalah melalui masyarakat kampung jodipan mengalami
penurunan tingkat kerentanan karena hal tersebut peningkatan pendapatan.
lebih mudah dibandingkan dengan Menurut Nurjanah (2013: 112) masyarakat
mengurangi/memperkecil bahaya (Nurjanah, 2013: harus memiliki pengetahuan, keterampilanm etika
19) moral, sikap dan komitmen tentang
Meskipun tidak bisa menghilangkan penanggulangan bencana. Meskipun begitu,
sepenuhnya bencana yang bisa terjadi, setidaknya bencana seperti banjir tetaplah terjadi meskipun
harus ada upaya mengurangi dan mencegah tidak sampai adanya korban jiwa. Hal itu tidak
bencana agar tidak terjadi. Dalam Priyambodo dapat dipungkiri bahwa lokasi yang berada sepadan
(2009: 25) Upaya pencegahan dan pengurangan sungai. Warga kampung jodipan cukup sering

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 71 No. 1 Juni 2019| 14


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
mengalami banjir. Oleh karena itu masyarakat tersebut dapat diatasi dan ditangani oleh
kampung jodipan mulai memahami karakteristik masyarakat kampung jodipan terlebih dahulu
bencana sehingga dapat dicegah. Seperti sebelum pihak BPBD Kota Malang datang
melakukan kegiatan kerja bakti saat setelah terjadi untuk membantu. Selain itu, untuk
banjir yang menyebabkan sampah naik ke meningkatkan kapasitas masyarakat, salah satu
lapangan. Selain itu dilakukannya bersih sungai yang dilakukan adalah pelatihan pemulihan
agar meminimalisir risiko bencana sosial ekonomi masyarakat rentan bencana.

Faktor Pendukung dan Penghambat Mitigasi b. Faktor penghambat


Bencana Oleh Masyarakat Kampung Wisata 1) Menurut UNDRO dalan Nurjanah (2013: 22)
Jodipan Dalam Meminimalisir Risiko Bencana. ada beberapa faktor yang mempengaruhi
a. Faktor pendukung timbulnya kerentanan salah satunya adalah
1) Dalam upaya mitigasi bencana, tidak lepas dari berada dilokasi yang berbahaya dan kurangnya
bantuan dari BPBD Kota Malang. Hal ini informasi dan kesadaran. Berada di daerah
menjadi kewajiban dari BPBD Kota Malang aliran sungai ini menjadikan Kampung Wisata
untuk membantu mencegah, mengurangi dan Jodipan menjadi rentan terhadap bencana.
menanggulangi bencana yang terjadi. Salah Oleh sebab itu seringnya terjadi bencana
satu bantuan dari BPBD Kota Malang adalah seperti banjir. Namun warga Kampung
pemberian wind stock yang berfungsi untuk Jodipan sudah terbiasa dengan adanya banjir
mengetahui kecepatan angin. Mengingat salah yang terjadi. Seperti yang dikatakan oleh pak
satu atraksi yang ada di Kampung Wisata SP (70th) selaku ketua RW dan pengurus
Jodipan adalah jembatan kaca sehingga jika Kampung Wisata Jodipan bahwa masyarakat
cuaca sedang ekstrim, pengunjung dilarang sebagian besar kurang mengetahui tentang
untuk naik ke jembatan kaca. Selain itu ada bahaya mendirikan bangunan di sepadan
bantuan berupa pengadaan jalur evakusai dan sungai. Hal ini dikarenakan pengetahuan
titik kumpul. Hal ini bertujuan untuk masyarakat yang kurang mengenai bencana.
membantu para pengunjung dan juga Selain itu, kurangnya informasi dan kesadaran
masyarakat agar bisa keluar dari kampung masyarakat kampung jodipan dulu, sehingga
jodipan jika terjadi bencana. Selain itu, saat terjadi banjir mereka hanya pasrah karena
terdapat pula pemberian informasi kepada mereka beranggapan bahwa banjir ini kiriman
masyarakat kampung jodipan jika terjadi hujan dari batu yang kurun waktunya hanya sebentar
yang dapat menimbulkan banjir sehingga saja. Namun setelah menjadi kampung wisata,
warga memiliki persiapan jika memang terjadi masyarakat kampung jodipan mulai sedikit
bencana yang cukup besar. memahami bahwa pencegahan memang harus
2) Sesuai dengan yang dikatakan Nurjanah dilakukan agar dampak yang ditimbulkan bisa
(2013: 19), bahwa menurunkan kerentanan diminmalisir.
dan meningkatkan kemampuan, sehingga 2) Bangunan di Kampung Wisata Jodipan
risiko terhadap masyarakat akan berkurang. terletak di daerah aliran sungai (DAS) Sungai
Salah satu upaya untuk meningkatkan Brantas. Dimana bangunan yang berada dalam
kapasitas serta mengurangi kerentanan adalah jarak 15 meter dari aliran sungai merupakan
menjadikan Kampung Wisata Jodipan menjadi daerah yang illegal karena daerah tersebut
salah satu kelurahan tangguh. Menjadi digunakan untuk kepentingan pengendali
kelurahan tangguh merupakan program dari banjir. Peraturan Pemerintah No. 38 tahun
BPBD Kota Malang. Hal ini bertujuan untuk 2011 tentang sungao melarang mendirikan
mengurangi kerentanan dan meningkatkan bangunan di daerah sepadan sungai yang
kapasitas masyarakat. Mengurangi kerentanan bertujuan untuk pengendali banjir. Oleh
ini bertujuan untuk memperkecil bahaya yang karena itu, terdapat peraturan bahwa setiap
didapat. Kelurahan tangguh membantu bangunan atau pemukiman yang berada di
masyarakat untuk lebih sigap dan tanggap jika lingkungan daerah aliran sungai secara
akan terjadinya bencana dan juga mampu bertahap dipindahkan. Namun setelah menjadi
mengurangi dan mencegah terjadinya bencana. kampung wisata, upaya pemindahan dan
Upaya pembentukan kelurahan tangguh ini relokasi belum dapat dijalankan dikarenakan
untuk meringankan dan membantu BPBD adanya penolakan dari masyarakat Kampung
Kota Malang. Jika terjadi bencana, kejadian Wisata Jodipan. Untuk itu diperlukannya

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 71 No. 1 Juni 2019| 15


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
pemahaman dan pelaksanaan mitigasi bencana kumpul, dan wind stock. Kedua, yang tidak
untuk masyarakat kampung jodipan agar dapat kalah penting adalah sosialisasi mengenai
bertahan jika bencana datang sewaktu-waktu pentingnya bencana serta menjadikan kelurahan
yang dapat merugikan warga maupun jodipan menjadi salah satu kelurahan tangguh di
pengunjung Kampung Wisata Jodipan. Disisi Kota Malang. Kelurahan tangguh ini bertujuan
lain karena memang terbatasnya peran agar masyarakat lebih sigap dan tanggap baik
pemerintah dikarenakan berada di daerah sebelum bencana seperti pencegahan dan
yang melanggar peraturan. pengurangan faktor risiko, saat terjadi bencana
dan setelah terkena bencana. Selain pengadaan
KЕSIMPULАN DАN SАRАN barang dan sosialisasi, BPBD Kota Malang juga
Kеsimpulаn membantu dalam segi logistik saat terjadinya
1. Pemahaman masyarakat Kampung Wisata bencana serta meningkatkan kapasitas
Jodipan terhadap mitigasi bencana bisa dibilang masyarakat dalam menghadapi bencana.
cukup dalam pelaksanaan, namun kurang dalam 4. Selain faktor pendukung, terdapat juga faktor
hal teori. Setelah menjadi kampung wisata, penghambat dari kegiatan mitigasi bencana di
masyarakat kampung jodipan sudah mulai Kampung Wisata Jodipan yang pertama adalah
meninggalkan kebiasaan lama dan lebih tidak menyeluruhnya pemahaman tentang risiko
menjaga kondisi lingkungan. Hal ini adalah dari warga yang yang didapat serta pentingnya
upaya yang dilakukan agar memberikan mitigasi bencana. Sedikitnya warga yang
keamanan dan kenyaman untuk pengunjung memahami kegiatan mitigasi bencana dapat
kampung wisata dan juga untuk masyarakat menyebabkan kurang maksimalnya upaya
sendiri. Selain itu keamanan dan kenyamanan pencegahan tersebut. Hal ini dikarenakan faktor
merupakan salah satu faktor penarik kegiatan ekonomi dari masyarakat Kampung Jodipan
wisata. Faktor dominan untuk berkunjung pada sehingga mereka tidak mau dipindahkan atau di
sebuah lokasi wisata adalah keamanan dan relokasi. Yang kedua adalah lokasi Kampung
kenyamanan. Wisata Jodipan yang berada pada daerah illegal
2. Upaya mitigasi bencana oleh masyarakat membuat pemerintah tidak dapat membantu
Kampung Wisata Jodipan dalam meminimalisir banyak dalam kegiatan mitigasi bencana sebab
risiko bencana. Terdapat upaya yang dilakukan dapat melanggar peraturan yang sudah ada.
masyarakat Kampung Wisata Jodipan mengenai
mitigasi bencana dengan melihat dasar mitigasi Sаrаn
bencana. Berdasarkan hasil penelitian dapat 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait
disimpulkan bahwa terbentuknya Kampung upaya mitigasi dalam menanggulangi dan
Wisata Jodipan memberikan pengaruh yang mencegah bencana di Kampung Wisata Jodipan
sangat besar pada perubahan pola pikir dikarenakan daerah yang termasuk kedalam
masyarakat serta pola hidup atau kebiasaan rawan bencana dan dilarang untuk didirikannya
masyarakat. Hal tersebut menunjukan bahwa bangunan.
Kampung Wisata Jodipan nampak lebih bersih 2. Perlu adanya pemahaman lebih lanjut yang
dan tertata dengan susunan warna dan diberikan untuk masyarakat Kampung Wisata
pemberian hiasan sehingga menghilangkan Jodipan terkait masalah bencana dan upaya
kesan kumuh dari Kampung Wisata Jodipan pencegahan dan pengurangan risiko bencana
yang dahulu melekat. Selain itu dari pola hidup agar seluruh masyarakat bisa melaksanakannya.
atau kebiasaan masyarakat Kampung Wisata 3. Perlu adanya kegiatan sosialisasi lebih lanjut
Jodipan untuk mulai menjaga lingkungan serta pelatihan-pelatihan terkait mitigasi
terutama kebersihan sungai agar terhindar dari bencana karena masyarakat belum sepenuhnya
risiko yang didapat. memahami masalah mitigasi bencana.
3. Dalam kegiatan mitigasi bencana tak lepas dari 4. Meningkatkan koordinasi dan sinkronasi antara
berbagai faktor pendukung dan penghambat dinas yang terkait agar tetap adanya
untuk mecapai keberhasilan mitigasi bencana. kesinambungan upaya dalam mengatasi
Jika dilihat dari faktor pendukungnya, kegiatan permasalahan bencana.
mitigasi bencana di Kampung Wisata Jodipan 5. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran serta
yang pertama adalah bantuan dari Badan berkontibusi aktif didalam kegiatan tentang
Penanggulangan Bencana Daerah Kota Malang pencegahan bencana.
seperti pengadaan papan jalur evakuasi, titik

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 71 No. 1 Juni 2019| 16


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
6. Kerjasama dengan seluruh masyarakat sealiran Ulum Chazienul,M. 2014. Governance dan
sungai dan juga masyarakat luas terutama Capacity Building Dalam Manajemen
wisatawan agar menjaga aliran sungai bebas Bencana Banjir Di Indonesia.
dari sampah.
7. Perlu adanya koordinasi antara para pelaku Web dan artikel
usaha pariwisata dan dinas terkait mitigasi
bencana agar lebih meningkatkan kesadaran Dibi.bnpb.go.id. 2018. Data Informasi Bencana
tentang pengurangan dan pencegahan risiko Indonesia. (http://dibi.bnpb.go.id/) (diakses
bencana. pada 18 oktober 2018 pukul 12.00)
kominfo.malangkota.go.id. 2018.
DАFTАR PUSTАKА (http://kominfo.malangkota.go.id/) (diakses
Nurjanah, R. Sugiharto, Dede Kuswanda, Siswanto pada 5 november 2018 pukul 17.15)
BP dan Adikoesoemo. 2013. Manajemen
Bencana.:Alfabeta www.bbc.com. 2018. Gempa bumi 6,4 SR guncang
Jawa Timur dan Bali: 'Panik dan bersiap lari
Priyambodo, S. Arie, 2009, Panduan Praktis ke bukit.
Menghadapi Bencana. Yogyakarta: Kanisius (https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-
RPJMD Kota Malang Tahun 2013-2018. 45819360) (diakses pada 15 oktober 2018
Sunaryo, Bambang. 2013. Kebijakan pukul 16.38)
Pembangunan Destinasi Pariwisata. www.malangtimes.com. 2017 Seram, Banjir
Yogyakarta: Gava Media Terjang Kampung Warna Warni Jodipan.
Ulum Chazienul,M. 2014. Manajemen Bencana: (https://www.malangtimes.com/baca/22562/
Suatu Pengantar Pendekatan Proaktif. 20171118/092512/seram-banjir-terjang-
Malang : Tim UB Pres kampung-warna-warni-Jodipan-berikut-
videonya/) (diakses pada 20 oktober 2018
UNDP, 1992. Tinjauan Umum Manajemen pukul 20.00)
Bencana. PBB: pusat Manajemen Bencana
Universitas Wisconsin Hartik, Andi. 2016. Rawan Terhadap Bencana,
Kampung Warna-Warni Perlu Dibenahi.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang (http://regional.kompas.com/read/2016/10/2
Penanggulangan Bencana 7/16172101/rawanterhadap.bencana.kampun
g.warna-warni.di.malang.perlu.dibenahi)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang (diakses pada 26 Februari 2019.)
Kepariwisataan

Jurnal

Othman, Norasmah, dkk. 2012. Tourism Activities


and Its Impact on Environmental
Sustainability in Coastal Areas. Selangor.
Bangi: Faculty of Education, UKM.2012 2ND
Insternational Conference on Economics,
Trade, and Development IPEDR vol.36
Sukowati, Praptining. 2008. Manajemen Bencana
Integratif Berbasis Masyarakat terhadap
Daerah Rawan Bencana Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Paska
Bencana. Jurnal Administasi Negara Vol.X
No.2 Malang: Fakultas Ilmu Administrasi
UNIBRAW

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 71 No. 1 Juni 2019| 17


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

You might also like