You are on page 1of 9

26

Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643)


Vol. X No.1, Juni 2015. Hal. 26-34

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA GAHARU,


STUDI KASUS DI KABUPATEN PULANG PISAU
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

(Feasibility Analysis of Gaharu. Case Study at Pulang Pisau District,


Central Kalimantan Province)

Herna Widyarini1), Wahyudi2), Renhart Jemi2)

1) Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kota Palangka Raya


2) Fakultas Pertanian, Jurusan/PS. Kehutanan, Universitas Palangka Raya.
CP.Email: hernawidyarniplk@gmail.com

ABSTRACT

Gaharu is non timber forest product in the form of the rotted xylem of which yields fragrant resinous material
that produced from gaharu trees or tree eaglewood as Aquilaria spp. Gaharu trees are suitable planted at the
degraded peat-swamp forest that widely contained at the Central Kalimantan Province. This research was
aimed to analyze the feasibility of gaharu planted at the peat-swamp forest in Jabiren Raya sub District,
Pulang Pisau District, Central Kalimantan Province. The research was conducted at the gaharu (Aquilaria
malaccensis) plantation aged 1 to 6 years old. Inoculation of stems and harvesting were done at the moment
aged 5 and 6 years old respectively. Data analysis using NPV, BCR, and IRR with the assumption using
internl and external fund at the 7.5%, 7.75%, and 12% of rate. Research result showed that gaharu
cultivation is feasible with NPV, BCR, and IRR namely IDR 92.51 mill, 1.34, and 0.1686 respectively at the
7.5% of rate. At the rate of 7.75%, NPV, BCR, and IRR namely IDR 89.07 mill, 1.33, and 0.1686
respectively, and at the rate of 12%, NPV, BCR, and IRR namely IDR 40.46 mill, 1.17, and 0.1686
respectively. The value of IRR showed that gaharu cultivation is feasible conducted at the rate under 16.86%.
Keywords: external and internal fund, feasibility,gaharu

PENDAHULUAN 2010; Suharti, 2009; Sumarna, 2012).


Namun demikian potensi tanaman gaharu
Hasil hutan bukan kayu (HHBK)
belum dikembangkan secara optimal
adalah hasil hutan hayati, baik nabati
(Sumarna, 2012; Sitepu et al, 2011) dan
maupun hewani, beserta produk turunan
sampai saat ini masih banyak
dan budidayanya kecuali kayu yang
mengandalkan gaharu yang tumbuh secara
berasal dari hutan (Dephut, 2007). Salah
alami di hutan. Keberadaan pohon gaharu
satu hasil hutan bukan kayu yang sangat
alam sangat sulit diprediksi, baik jumlah,
potensial untuk dikembangkan pada lahan
kualitas serta kontinuitas produksinya
hutan terdegradasi serta mempunyai nilai
(Sitepu et al, 2011). Budidaya tanaman
ekonomi yang sangat tinggi adalah
gaharu (Aquilaria malaccensis) mulai
tanaman gaharu (Fathoni, 2010; Siran,
dijalankan oleh sebagian masyarakat di
27
ANALISIS KELAYAKAN USAHA GAHARU (Herna Widyarini, Wahyudi, Reinhart Jemi)

Kabupaten Pulang Pisau Provinsi 2013 (pada saat berumur 5 tahun) dan
Kalimantan Tengah dalam beberapa tahun telah dipanen pada tahun 2014 (pada saat
terakhir. Namun demikian, sampai saat berumur umur 6 tahun). Pengambilan
ini belum ada penelitian tentang pola data primer dan sekunder dilakukan pada
pertumbuhan tanaman gaharu serta bulan Agustus sampai November 2014
analisis kelayakan usaha khususnya di dilanjutkan pengolahan dan analisis data
lahan rawa gambut di daerah tersebut. pada bulan Desember 2014 sampai
Penelitian tentang pertumbuhan Februari 2015.
tanaman gaharu serta analisis kelayakan
usahanya, khususnya di lahan rawa Obyek Penelitian
gambut Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi
Penelitian dilakukan pada populasi
Kalimantan Tengah sangat diperlukan.
tanaman gaharu yang telah dipanen
Penelitian ini bertujuan untuk
berumur 6 tahun (kelas umur 6 tahun)
menganalisis kelayakan usaha dari aspek
seluas 2 ha dengan jumlah 1.056 tanaman.
finansial kegiatan budidaya tanaman
Pada tanaman ini dilakukan pendataan
gaharu pada umur 6 tahun yang ditanam
secara menyeluruh mengenai teknik
pada lahan rawa gambut di Kabupaten
silvikultur yang dipakai (pembibitan,
Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan
perawatan tanaman, inokulasi,
Tengah.
penebangan pohon dan pemanenan
gaharu), prosen hidup tanaman, jumlah
METODE PENELITIAN
pohon menggarbu serta semua komponen
biaya pengeluaran dan penerimaan dalam
Waktu dan Tempat
budidaya tanaman gaharu selama 6 tahun.
Penelitian dilakukan pada tanaman
gaharu (Aquilaria malaccensis) berumur 6
Analisis Data
(enam) tahun yang terdapat pada lahan
Analisis kelayakan usaha tanaman
rawa gambut di Desa Jabiren, Kabupaten
gaharu dilakukan dengan pendekatan Net
Pulang Pisau Provinsi Kalimantan
Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio
Tengah. Tanaman tersebut ditanam tahun
(BCR) dan Internal Rate of Return (IRR)
2008, dan telah diinokulasi pada tahun
28
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643)
Vol. X No.1, Juni 2015. Hal. 26-34

(Kadariah et al, 1999; Suliyanto, 2010).


Data pendukung diperoleh melalui NPV1
__________________
wawancara dengan para petani gaharu, IRR = i1 + X (i2 –i1)
observasi langsung serta studi pustaka │NPV1 – NPV2│
(Singarimbun dan Effendi, 2006).
Perhitungan NPV, BCR dan IRR Kriteria pengambilan keputusan:
dilakukan dengan pendekatan biaya - Bila IRR ≥ Social discount rate, berarti
internal pada tingkat suku bunga 7,5% dan usaha layak dijalankan
7,75% serta biaya eksternal dengan - Bila IRR <Social discount rate,berarti
tingkat suku bunga 12% (Baktiono, 2010; usaha tidak layak dijalankan.
Kadariah et al, 1999; Suliyanto, 2010):

n Bt n Cn n Bn - Cn Keterangan:

NPV = ∑ _________
-∑ __________
=∑ __________ Bt= Penerimaan yang diterima pada
tahun ke-t
t=0 (1+i)t t=0 (1+i)t t=0 (1+i)t
Ct= Biaya yang dikeluarkan pada
Kriteria pengambilan keputusan: tahun ke-t
- Bila NPV ≥ 0 , berarti usaha layak t = Umur tanaman
dijalankan I = Suku bunga
- Bila NPV < 0 , berarti usaha tidak IRR = Internal Rate of Return
layak dijalankan i1 = Tingkat diskonto untuk

n Bt menghasilkan NPV1 positif


∑ __________ mendekati nol
t=0 (1+i)t
BCR = _______________ NPV1= Nilai NPV positif mendekati nol
n Ct positif
∑ _________
t=0 (1+i)t i2 = Tingkat diskonto untuk
Kriteria pengambilan keputusan: menghasilkan NPV2 negatif
- Bila BCR ≥ 1, berarti usaha mendekati nol
layakdijalankan NPV2= Nilai NPV negatif mendekati nol
- Bila BCR < 1,berarti usaha tidak layak
dijalankan
29
ANALISIS KELAYAKAN USAHA GAHARU (Herna Widyarini, Wahyudi, Reinhart Jemi)

HASIL DAN PEMBAHASAN berkisar antara 7,5 sampai 7,75% pertahun


(BI, 2014; OJK, 2014), artinya dana
Pohon gaharu (Aquilaria
pribadi akan berkembang sebanyak 7,5%
malaccensis) yang berumur 6 tahun
sampai 7,75% per tahun apabila
mampu menghasilkan gaharu kualitas
didepositokan di bank. Analisis
kemedangan pada inokulasi selama 1
kelayakan usaha budidaya gaharu ini akan
(satu) tahun. Analisis kelayakan
menguji, apakah dana pribadi lebih
menggunakan semua komponen biaya
menguntungkan bila didepositokan di
(cost) dan penerimaan (benefit) selama 6
bank atau dipergunakan untuk investasi
tahun. Harga jual gaharu kualitas
usaha budidaya gaharu. Hasil
kemedangan yang merupakan komponen
perhitungan analisis kelayakan usaha
penerimaan tunggal ditentukan sebesar
menggunakan NPV, BCR dan IRR dengan
Rp. 800 ribu per kg, sesuai transaksi yang
asumsi pembiayaan internal ditampilkan
terjadi pada lokasi penelitian.
pada Tabel 1.
Hasil analisis kelayakan tersebut
Kelayakan usaha dengan asumsi biaya
internal diketahui bahwa dengan asumsi suku
bunga sebesar 7,5% didapatkan jumlah
Analisis kelayakan usaha dilakukan
pengeluaran dan penerimaan bersih
menggunakan pendekatan net present
selama 6 tahun masing-masing sebesar Rp
value (NPV), benefit cost ratio (BCR) dan
268.868.703,- dan Rp 361.282.608,-,
internal rate of return (IRR) (Baktiono,
sehingga diperoleh NPV sebesar Rp
2010; Kadariah et al, 1999; Suliyanto,
92.413.905, nilai BCR sebesar 1,34 dan
2010). Asumsi sumber pembiayaan dalam
IRR sebesar 0,1686. Sedangkan bila
melakukan analisis kelayakan dapat
menggunakan asumsi suku bunga sebesar
berasal dari pembiayaan internal dan
7,75% didapatkan jumlah pengeluaran dan
eksternal (Karim, 2009; Joni et al, 2010;
penerimaan bersih selama 6 tahun masing-
Puteri, 2011). Sumber biaya internal
masing sebesar Rp 267.211.617,- dan Rp
diperoleh dari dana pribadi atau
356.282.235,-, sehingga diperoleh NPV
perusahaan sendiri dengan memperhatikan
sebesar Rp 89.070.618,- nilai BCR
tingkat suku bunga deposito bank. Saat
sebesar 1,33 dan IRR sebesar 0,1686.
ini tingkat suku bunga deposito bank
30
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643)
Vol. X No.1, Juni 2015. Hal. 26-34

Semua indikator tersebut menyatakan namun apabila harta tersebut ditanamkan


bahwa NPV≥0, BCR≥1 dan IRR≥social untuk budidaya tanaman gaharu, maka
discount rate, yang menunjukkan bahwa selama 6 tahun akan berkembang (Vo)
dengan tingkat suku bunga 7,5% dan menjadi Rp 356.282.235,-.
7,75%; budidaya tanaman gaharu layak
Kelayakan usaha dengan asumsi biaya
untuk dikerjakan.
eksternal
Uraian sederhana berdasarkan hasil
Analisis kelayakan usaha dapat
analisis ini adalah: dengan tingkat suku
dilakukan menggunakan pendekatan net
bunga deposito sebesar 7,5%; maka
present value (NPV), benefit cost ratio
selama 6 tahun, harta (Vo) yang kita
(BCR) dan internal rate of return (IRR)
miliki akan berkembang menjadi Rp
(Baktiono, 2010; Kadariah et al, 1999;
268.868.703,-; namun apabila harta
Suliyanto, 2010). Asumsi sumber
tersebut ditanamkan untuk budidaya
pembiayaan dalam melakukan analisis
tanaman gaharu, maka selama 6 tahun,
kelayakan dapat berasal dari pembiayaan
akan berkembang (Vo) menjadi Rp
internal dan eksternal (Karim, 2009; Joni
361.282.608,-. Bila tingkat suku bunga
et al, 2010; Puteri, 2011). Sumber biaya
deposito sebesar 7,75%; maka selama 6
eksternal diperoleh dari dana pinjaman
tahun, harta (Vo) yang kita miliki akan
dari bank dengan memperhatikan tingkat
berkembang menjadi Rp 267.211.617,-;
suku bunga pinjaman bank. Saat ini

Tabel 1. Analisis kelayakan usaha tanaman gaharu menggunakan NPV, BCR dan IRR dengan
asumsi pendanaan internal

Suku bunga NPV BCR IRR


7,50% 92.413.905 1,34 0,1686
7,75% 89.070.618 1,33 0,1686
Sumber: data yang diolah
31
ANALISIS KELAYAKAN USAHA GAHARU (Herna Widyarini, Wahyudi, Reinhart Jemi)

tingkat suku bunga pinjaman bank sebesar Rp 282.481.301,-, sehingga diperoleh


12% pertahun (BI, 2014; OJK, 2014), NPV sebesar Rp 40.462.873, nilai BCR
artinya dana pinjaman dari bank akan sebesar 1,17 dan IRR sebesar 0,1686.
dibebani bunga sebesar 12% per tahun. Indikator-indikator tersebut menyatakan
Analisis kelayakan usaha budidaya gaharu bahwa NPV≥0, BCR≥1 dan IRR≥social
ini akan menguji, apakah dana pinjaman discount rate, yang menunjukkan bahwa
dari bank tersebut mampu berkembang dengan tingkat suku bunga pinjaman bank
melebihi dari bunga pinjaman tersebut sebesar 12% budidaya tanaman gaharu
apabila digunakan untuk budidaya layak untuk dikerjakan.
tanaman gaharu. Uraian sederhana berdasarkan hasil
Hasil perhitungan analisis kelayakan analisis ini adalah: dengan tingkat suku
usaha menggunakan NPV, BCR dan IRR bunga pinjaman bank sebesar 12% maka
dengan asumsi pembiayaan eksternal selama 6 tahun, dana pinjaman (Vo) dari
ditampilkan pada Tabel 2. bank berjumlah Rp 242.018.428,-, namun
Hasil analisis kelayakan tersebut dengan budidaya gaharu ini diperoleh
diketahui bahwa dengan asumsi suku penerimaan (Vo) yang lebih besar, yaitu
bunga pinjaman bank sebesar 12% sebesar Rp 282.481.301,- .
didapatkan jumlah pengeluaran dan Perhitungan di atas hanya
penerimaan bersih selama 6 tahun masing- menggunakan asumsi seluas 2 ha. Apabila
masing sebesar Rp 242.018.428,- dan lahan budidaya gaharu lebih luas dari 2

Tabel 2. Analisis kelayakan usaha tanaman gaharu menggunakan NPV, BCR dan IRR dengan
asumsi pendanaan eksternal

Suku bunga NPV BCR IRR

12 % 40.462.873 1,17 0,1686

Sumber: Data yang diolah


32
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643)
Vol. X No.1, Juni 2015. Hal. 26-34

ha, maka diperoleh hasil yang lebih usahanya. Untuk dapat memperoleh
banyak lagi. Menurut Soekartawi (2003), keuntungan besar dapat dilakukan dengan
terdapat 3 faktor yang mempengaruhi cara menekan biaya produksi atau
hasil produksi tanaman gaharu, yaitu: menaikkan harga jual (Firdaus, 2009;
a. Luas lahan yang digunakan untuk Baktiono, 2010). Keberlanjutan usaha
usaha budidaya gaharu budidaya gaharu ini ditentukan oleh
mempengaruhi skala usaha. Luas gambaran finansial usaha, sebab
dan banyaknya tanaman yang kemampuan suatu usaha dalam
dibudidayakan sangat mengembangkan modal terukur dalam
mempengaruhi pencapaian output. parameter investasi seperti kemampuan
b. Apabila lahan usaha lebih luas, usaha mengembangkan modal awal lebih
maka modal yang digunakan (baik besar daripada bunga bank serta
modal tetap dan tidak tetap) jauh keuntungan usaha pada tahun-tahun
lebih kecil dibandingkan dengan mendatang. Dengan kata lain usaha
hasil penerimaan usaha yang budidaya tersebut dapat bertahan jika
diperoleh. keuntungan yang diperoleh lebih besar
c. Tenaga kerja yang digunakan lebih daripada biaya yang dikeluarkan dimana
efisien. Tenaga kerja merupakan semuanya itu harus diputuskan layak
faktor produksi yang penting dan secara finansial (Fatah, 1994; Salam et al,
perlu diperhitungkan dalam proses 2006).
produksi, baik kualitas, kuantitas
dan jenis ketrampilan tenaga kerja KESIMPULAN DAN SARAN
mempengaruhi hasil usaha.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan
Usaha budidaya tanaman gaharu di
analisis kelayakan usaha diatas dapat
Desa Jabiren Kabupaten Pulang Pisau
diketahui sampai dimana keberhasilan
layak dikerjakan. Dengan harga jual
yang telah dicapai selama usaha itu
Rp.800 ribu per kg dan tingkat suku bunga
berlangsung. Pengusaha atau petani dapat
7,5%; 7,75% dan 12% diperoleh NPV
menentukan tindakan untuk memperbaiki
masing-masing sebesar Rp 92,41 juta;
atau meningkatkan keuntungan dalam
33
ANALISIS KELAYAKAN USAHA GAHARU (Herna Widyarini, Wahyudi, Reinhart Jemi)

89,07 juta dan 40,46 juta dengan BCR Fatah. 1994. Evaluasi Proyek. Aspek
Finansial Pada proyek Mikro CV.
masing-masing sebesar 1,34; 1,33 dan
Asona, Jakarta.
1,17. Nilai IRR sebesar 0,1686 Fathoni, T. 2010. Pengembangan
Teknologi Produksi Gaharu
menunjukkan bahwa usaha layak
Berbasis Pemberdayaan Masyarakat
dikerjakan bila suku bunga sama atau Sekitar Hutan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan
lebih kecil dari 16,86%.
Konservasi Alam, Bogor.
Firdaus, M. 2009. Manajemen Agribisnis.
Saran Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Karim, AR, 2009. Analisis Kelayakan
Masyarakat tidak perlu ragu untuk Usaha. Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman.
melakukan usaha budidaya gaharu, karena
Joni, Lina, Widi. 2010. Faktor-faktor yang
usaha ini sangat layak dikerjakan dan Mempengaruhi Struktur Modal.
STIE Trisakti. Jurnal Bisnis dan
sangat menguntungkan. Perlu dilakukan
Akutansi. Vol. 12, No. 2, Hlm. 81-
penelitian lanjutan untuk mengeksplorasi 96.
Kadariah, Karlina, C. Gray, 1999.
lebih jauh tentang kandungan gaharu
Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi
dengan kualitas yang lain (selain Revisi. Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
kemedangan) serta potensi kayu dan daun
Puteri. 2011. Analisis Pengaruh Sumber
gaharu, sehingga diperoleh nilai tambah Pendanaan Internal dan Eksternal
Terhadap Kemampuan Perusahaan
yang lebih tinggi.
Keluarga Berinvestasi. Fakultas
Ekonomi, Prodi Magister
Manajemen, Universitas Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Salam, Muis dan Rumengan. 2006.
Analisis Finansial Usaha Peternakan
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. Ayam Broiler Pola Kemitraan.
Peraturan Menteri Kehutanan Jurnal Agrisistem, ISSN 1858-4330
Nomor 35 Tahun 2007 tentang Hasil Singarimbun, Efendi. 2006. Metode
hutan bukan kayu. Departemen Penelitian Survai. Penerbit Pustaka
Kehutanan, Jakarta. LP3ES Indonesia, Jakarta, 2006.
Baktiono, R.A. 2010. Studi Kelayakan Siran, S.A. 2010. Perkembangan
Bisnis. Investment Criteria Analysis. pemanfaatan gaharu. Pusat
Universitas Narotama Surabaya. Penelitian dan Pengembangan Hutan
Bank Indonesia. 2014. Data Bank dan Konservasi Alam, Bogor.
Indonesia Rate. www.bi.go.id/id/ Sitepu, I.R., E. Santoso, M.Turjaman.
moneter/bi-rate/data/Default.aspx / 2011. Identification of eaglewood
Diakses tanggal 27 Nopember 2014. (gaharu) tree species susceptibility.
R & D Centre For Forest
Conservation And Rehabilitation,
34
Jurnal Hutan Tropika (ISSN: 1693-7643)
Vol. X No.1, Juni 2015. Hal. 26-34

Forestry Research And


Development Agency (Forda)
Ministry of Forestry Indonesia.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi
Produksi Dengan Pokok Bahasan
Analisis Fungsi Cobb-Douglas,
Edisi ketiga. PT. Rajawali Grafindo
Persada, Jakarta.
Sofyan A, Sumadi A, Kurniawan A,
Nurlia A. 2010. Pengembangan dan
Peningkatan Produktivitas Pohon
Penghasil Gaharu Sebagai Bahan
Obat di Sumatera. Balai Penelitian
Kehutanan Palembang, Kementerian
Kehutanan RI.
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis
(Pendekatan Praktis). Penerbit
ANDI, Yogyakarta.
Sumarna, Y. 2012. Budidaya jenis pohon
penghasil gaharu. Departemen
Kehutanan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Pusat
Litbang Produktivitas Hutan, Bogor.
Suharti, S. 2009. Prospek pengusahaan
gaharu melalui pola Pengelolaan
Hutan Berbasis Masyarakat
(PHBM). Pusat Penelitian dan
pengembangan Hutan dan
Konservasi Alam, Bogor.

You might also like