You are on page 1of 15

MANAJEMEN BENCANA BANJIR OLEH BADAN PENANGGULANGAN

BENCANA DAERAH KABUPATEN KAMPAR


Oleh : Galih Razuna Alghifari
Galihrazuna06@gmail.com
Pembimbing : Dr. Febri Yuliani, S.Sos, M.Si
Jurusan Ilmu Administrasi - Program Studi Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293
Telp/Fax 0761-63272

Abstract

Disaster management is an action taken at the time before, during, and after
disasters. Kampar Regency is one of regencies in Riau Province experienced frequent
flood events in some regions. In addition due to the overflow of rivers in Kampar regency
result of the opening of the door power (hydropower) Long Koto Kampar, flooding in
Kampar also be caused by heavy rains. The purpose of this study was to determine how
the flood disaster management conducted by the Regional Disaster Management Agency
(BPBD) Kampar and to determine the factors inhibiting the flood disaster management.
The research is a qualitative research with descriptive approach. The collection of data
is needed both primary data and secondary data were collected through interviews,
observation and documentation and then analyzed so that it can be deduced from existing
research problems. The results of this study found that implementation of disaster
management conducted by the Regional Disaster Management Agency (BPBD) Kampar
not implemented to the fullest, it is caused by several factors inhibiting the ability of
human resources, people, budgets, and organizational structures that are not performing
their duties and functions.

Keyword: Disaster Management, Disaster Management Agency

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 1


1. PENDAHULUAN Riau cukup tinggi karena letak geografis dan
geologis yang tidak cukup efektif dalam
1.1 Latar Belakang menahan air yang diakibatkan dari hujan
Indonesia merupakan negara rawan maupun luapan air sungai.
bencana, salah satu penyebabnya karena Banjir merupakan bencana yang terjadi
posisi geografis Indonesia yang di apit oleh hampir diseluruh Indonesia, selain memutuskan
dua samudra besar dunia (samudra Hindia akses, banjir juga menyebabkan masyarakat
dan samudra Pasifik) dan posisi geologis mengalami kerugian harta dan benda serta
Indonesia pada pertemuan tiga lempeng merendam rumah masyarakat. Selain itu akibat
utama dunia yaitu lempeng Indo-Australia, dari bencana banjir biasanya juga menyebabkan
lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik yang bencana longsor karena tanah yang ada
sewaktu-waktu dapat menjadi bencana besar strukturnya menjadi lemah. Kemudian menurut
bagi Indonesia apabila lempeng-lempeng BPBD Provinsi Riau apabila terjadi banjir selain
tersebut saling bertabrakan. Selain itu menyebabkan longsor biasanya juga
Indonesia memiliki berbagai potensi bencana mendatangkan bencana puting beliung. Ketiga
seperti banjir, kebakaran hutan dan lahan, bencana tersebut merupakan bencana yang
gempa, puting beliung, longsor, dan saling berkaitan dan memiliki runtutan kejadian.
sebagainya. Oleh karena itu, BPBD Provinsi Riau
Sebagai bentuk upaya mengklasifikasikan ketiga bencana tersebut di
penanggulangan bencana yang terjadi di satu kelompok. Berikut kejadian bencana banjir,
Indonesia, maka dibentuk Badan Nasional longsor dan puting beliung di Provinsi Riau
Penanggulangan Bencana (BNPB) yang tahun 2017-2019.
memiliki tugas dan fungsi yang secara Tabel 1.1
sederhana BNPB sebagai pengarah Kejadian Bencana Banjir, Longsor dan
penanggulangan bencana dan sebagai Puting Beliung di Provinsi Riau Tahun
pelaksana penanggulangan bencana secara 2017-2019
nasional. Selama melaksanakan Puting
penanggulangan bencana, BNPB dibantu Banjir Longsor
Beliung
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tahun
(BPBD) yang ada di setiap Provinsi dan 249 6 6
2017
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tahun 196 18 10
(BPBD) tingkat kabupaten.
2018
Provinsi Riau menjadi provinsi yang
Tahun 261 8 7
rawan terhadap bencana kebakaran hutan dan
2019
lahan , banjir, tanah longsor, dan kekeringan.
Jumlah 706 32 23
Potensi bencana yang paling tinggi di
Sumber: BPBD Kabupaten Kampar, 2019
Provinsi Riau adalah bencana kebakaran
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat
hutan lahan dan bencana banjir, ini
bahwa dari kelompok bencana tersebut bencana
disebabkan tanah yang ada di Provinsi Riau
yang sering terjadi dibandingkan dengan
sebahagian merupakan lahan gambut yang
bencana lainnya di kelompok tersebut adalah
rawan apabila terbakar. Terjadinya
bencana banjir. Tahun 2017 bencana banjir
kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau
terbanyak terjadi di Kuantan Singingi dengan
didukung cuaca panas ditambah dengan
total 81 kejadian, Indragiri Hilir 71 kejadian,
faktor ulah manusia yang melakukan
Kampar 60 kejadian, dan seterusnya. Tahun
pembakaran hutan, penebangan, dan
2018 bencana banjir terbanyak terjadi di
sebagainya. Selain kebakaran hutan dan
Kampar dengan total 46 kejadian, Rokan Hulu
lahan, potensi bencana banjir di Provinsi
37 kejadian, Bengkalis 27 kejadian, dan

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 2


seterusnya. Pada tahun 2019 bencana banjir khususnya bencana banjir karena bencana banjir
terbanyak terjadi di Kuantan Singingi dengan menjadi salah satu bencana yang rutin terjadi di
total 92 kejadian, Kampar 71 kejadian, Kabupaten Kampar selain bencana kebakaran
Rokan Hulu 63 kejadian, dan seterusnya. hutan dan lahan. Manajemen bencana banjir
Dapat dilihat bahwa kejadian yang dilakukan BPBD Kabupaten Kampar
bencana banjir yang paling sering terjadi di setiap tahunnya memiliki inti yang sama dan
Kabupaten Kuantan Singingi dan Kabupaten kegiatan yang dilakukan pun sama karena
Kampar, yang membedakan penyebab banjir kegiatan yang disusun oleh BPBD Kampar telah
di Kabupaten Kuantan Singingi dan disesuaikan dengan keadaan dan kondisi
Kabupaten Kampar adalah banjir di Kabupaten Kampar.
Kabupaten Kuantan Singingi disebabkan Manajemen bencana banjir yang
oleh cuaca hujan deras yang terjadi namun di dilaksanakan BPBD Kabupaten Kampar saat
Kabupaten Kampar selain cuaca hujan deras sebelum terjadi bencana berupa kegiatan
yang terjadi, banjir juga dapat terjadi sosialisasi dan patroli. Sebelum terjadi bencana,
walaupun tidak memasuki musim BPBD Kabupaten Kampar melalui bidang
penghujan. Hal tersebut disebabkan didaerah pencegahan dan kesiapsiagaan melaksanakan
Kabupaten Kampar terdapat PLTA Koto sosialisasi dengan turun ke kecamatan dan desa
Panjang yang merupakan arah hilir sungai yang wilayahnya sering terdampak bencana,
dari Provinsi Sumatera Barat, oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan mengenai mitigasi
apabila Sumatera Barat mengalami hujan bencana dan biasanya sosialisasi dilakukan 2
deras akan berpengaruh kepada Kabupaten kali dalam 1 bulan. Selain itu BPBD Kabupaten
Kampar. Apabila air di PLTA Koto Panjang Kampar turun langsung menyebarkan
sudah tidak mampu menahan volume air leaflet/pamflet mengenai kebencanaan kepada
maka pintu air akan dibuka dan biasanya masyarakat sekitar kawasan terdapat potensi
akan menyebabkan banjir karena air Sungai bencana banjir serta melakukan siar radio baik
Kampar meluap. melalui radio komunikasi (ripiter) maupun radio
Oleh karena itu Badan pemerintah daerah Suara Kampar yang biasanya
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten dilakukan hanya pada awal tahun yaitu bulan
Kampar yang merupakan Satuan Kerja Januari, tidak hanya melalui radio akan tetapi
Perangkat Daerah (SKPD) dengan tugas dan juga melalui media sosial seperti website,
fungsi pokok mengenai penanggulangan facebook serta melalui aplikasi Easy Record
kebencanaan, sekaligus sebagai penanggung Disaster (E-Red) yang dimiliki oleh BPBD
jawab utama dalam menanggulangi bencana- Kabupaten Kampar. Selain itu sebelum bencana
bencana yang ada di Kabupaten Kampar banjir terjadi, biasanya BPBD Kampar telah
sesuai dengan peraturan yang ada maka menghimbau kepada masyarakat melalui
BPBD Kabupaten Kampar harus kecamatan ataupun ke desa-desa yang sering
menyelenggarakan penanggulangan bencana terdampak bencana agar masyarakat sudah siap
atau manajemen bencana pada wilayahnya. jika terjadi bencana di wilayahnya.
Manajemen Bencana bertujuan untuk Kegiatan manajemen bencana banjir
mengurangi dampak kejadian bencana serta yang telah dilaksanakan BPBD Kabupaten
mengurangi kejadian bencana di suatu Kampar pada saat bencana terjadi berupa
wilayah. Bencana memang tidak dapat membangun posko terpadu, membangun tenda
dihindari, akan tetapi bencana dapat pengungsi, memberikan bantuan korban-korban
dikurangi dampaknya ataupun dapat dicegah bencana dan membuat dapur umum. Tenda yang
dengan manajemen bencana yang baik. didirikan oleh BPBD Kabupaten Kampar
BPBD Kabupaten Kampar telah tergantung permintaan dari masyarakat sehingga
melaksanakan manajemen bencana tidak ada jumlah pasti dalam mendirikan tenda-

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 3


tenda tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut Sebagai pelaksana, BPBD Kabupaten
dilakukan untuk tetap menjaga masyarakat Kampar memiliki peran untuk memberikan
korban bencana terhindar dari rasa traumatis, perlindungan masyarakat melalui upaya
takut, dan sebagainya yang dikhawatirkan penanggulangan dan pengurangan risiko
akan mempengaruhi psikologis mereka. bencana banjir baik pra bencana, saat bencana,
Selain membantu masyarakat, pada saat maupun pasca bencana, pelaksanaan manajemen
bencana banjir BPBD Kabupaten Kampar bencana yang dilakukan oleh Badan
juga membangun kembali akses darurat Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
seperti jembatan kayu guna menghubungkan Kabupaten Kampar tersebut dikoordinasikan
kembali akses jalan yang terputus karena dengan beberapa pihak, yang BPBD Kabupaten
terendam banjir. Kampar menjadi leading sector dan
Saat sesudah bencana BPBD berkoordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup,
Kabupaten Kampar melaksanakan kegiatan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan
pendataan dan merekap jumlah fisik yang Umum, TNI, POLRI, Pemerintah Daerah dan
terdampak, dan bila ada anggaran yang pihak lain yang terkait dalam bidang pekerjaan
disediakan oleh pemerintah setempat maka teknis.
perbaikan kembali akan langsung Berdasarkan uraian di atas, maka penulis
dilaksanakan seperti pembangunan turap, ingin mengetahui manajemen bencana banjir
jembatan, dan sebagainya. Anggaran dalam oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah
pelaksanaan manajemen bencana sama setiap Kabupaten Kampar serta untuk mengetahui
tahunnya namun terkadang dapat mengalami faktor-faktor penghambat manajemen bencana
pengurangan selama prosesnya karena banjir oleh BPBD Kabupaten Kampar. Oleh
prediksi penggunaan anggaran bencana sebab itu, sangat perlu dilakukan penelitian lebih
terkadang tidak sesuai dengan keadaan yang jauh, sehingga dalam penelitian ini penulis
ada. Anggaran yang dimiliki BPBD memilih judul : “ Manajemen Bencana Banjir
Kabupaten Kampar merupakan anggaran oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah
yang digunakan untuk membeli Kabupaten Kampar ” .
inventaris/peralatan agar dalam pelaksanaan
manajemen bencana lebih efektif. 1.2 Perumusan Masalah
Manajemen bencana banjir pada saat Dari uraian diatas maka dapat penulis
sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana rumuskan masalah pokok dalam penelitian ini
banjir intinya sama setiap tahunnya baik itu adalah :
di tahun 2017, 2018 dan 2019. Manajemen 1. Bagaimana manajemen bencana banjir
bencana pada tahun 2017, 2018 dan 2019 oleh Badan Penanggulangan Bencana
tidak ada bedanya karena semua kejadian Daerah (BPBD) Kabupaten Kampar ?
bencana apapun itu sulit ditanggulangi 2. Apa saja faktor penghambat manajemen
karena beberapa faktor seperti keadaan letak bencana banjir oleh Badan
geografis dan topografi, anggaran, kurang Penanggulangan Bencana Daerah
tanggap pemerintah setempat dalam (BPBD) Kabupaten Kampar ?
melaksanakan manajemen bencana, sumber 1.3 Tujuan Penelitian
daya manusia yang tidak sesuai kriteria atau Berdasarkan rumusan masalah di atas,
kemampuan di BPBD Kabupaten Kampar, maka tujuan penelitian ini adalah:
dan kesadaran masyarakat yang tidak mau 1. Untuk mengetahui manajemen bencana
berubah. Jika berbicara mengenai banjir oleh Badan Penanggulangan
manajemen bencana, intinya pada tahun Bencana Daerah Kabupaten Kampar.
2017, 2018 dan 2019 manajemen bencana 2. Untuk mengetahui faktor penghambat
yang dilaksanakan tetaplah sama. manajemen bencana banjir oleh Badan

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 4


Penanggulangan Bencana Daerah diinginkan. Manajemen berorientasi pada proses
Kabupaten Kampar. (process oriented) yang berarti bahwa
manajemen membutuhkan sumber daya
1.4 Manfaat Penelitian
manusia, pengetahuan, dan keterampilan agar
1. Manfaat Akademis
aktivitas menjadi lebih efektif atau dapat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
menghasilkan tindakan dalam mencapai
rekomendasi bagi pemerintah daerah
kesuksesan. Oleh sebab itu, tidak akan ada
dan Badan Penanggulangan Bencana
organisasi yang akan sukses apabila tidak
Daerah. Terutama bagi Pemerintah
menggunakan manajemen yang baik.
Daerah Kabupaten Kampar dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Kampar dalam menyikapi 2.2 Bencana
Definisi “bencana” berasal dari bahasa
bencana banjir yang terjadi di
Inggris “disaster” yang berakar dari kata latin
Kabupaten Kampar.
“disastro”. Disaster berasal dari gabungan kata
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan berguna DIS yang berarti “negatif” dan ASTRO yang
berarti “bintang” (star). Posisi bintang diyakini
untuk menambah referensi kepustakaan
dapat memengaruhi nasib manusia sehingga
di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
“disastro” berarti “nasib kemalangan” atau
khususnya Program Studi Administrasi
“tidak beruntung” (unlucky). Ada juga yang
Publik, serta menjadi rujukan bagi
mengartikan “peristiwa jatuhnya bintang-
peneliti-peneliti berikutnya yang
bintang ke bumi” menurut Soemarno dalam
membahas permasalahan yang sama.
Adiyoso (2018:20).
2. KONSEP TEORI Secara umum menurut Adiyoso
2.1 Manajemen (2018:21) bencana adalah suatu kejadian yang
Nickels, McHugh dan McHugh ditimbulkan baik oleh faktor alam maupun
dalam Sule dan Saefullah (2005:6) nonalam yang dapat mengakibatkan kehilangan
mengatakan manajemen adalah sebuah nyawa manusia, kerugian atau kerusakan
proses yang dilakukan untuk mewujudkan ekonomi, sosial, lingkungan, dan budaya
tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan (peradabar) pada wilayah tertentu.
berupa perencanaan, pengorganisasian, Pendapat lain mengenai bencana
pengarahan, dan pengendalian orang-orang diungkapkan oleh Asian Disaster Reduction
serta sumber daya organisasi lainnya. Centre dalam Adiyoso (2018:21) bencana
Weihrich dan Koontz dalam adalah suatu gangguan serius terhadap
Musfah (2015:2) menulis bahwa manajemen masyarakat yang menimbulkan kerugian secara
adalah proses perencanaan dan pemeliharaan meluas dan dirasakan masyarakat, berbagai
lingkungan di mana individu, bekerja material, dan lingkungan (alam) di mana
bersama dalam kelompok, mencapai tujuan- dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan
tujuan terpilih secara efektif. Dari definisi ini, manusia untuk mengatasinya dengan sumber
tergambar pentingnya penciptaan lingkungan daya yang ada.
yang kondusif selain perencanaan, sehingga Menurut Parker dalam Adiyoso
seseorang bisa bekerja dalam kelompok (2018:21) bencana ialah sebuah kejadian yang
tanpa merasa canggung, yang pada akhirnya disebabkan oleh alam maupun ulah manusia dan
akan mengefektifkan pencapaian tujuan. tidak biasa terjadi yang termasuk imbas dari
Menurut Torang (2013:165) kesalahan teknologi yang memicu respon dari
manajemen sangat penting bagi setiap masyarakat, komunitas, individu, maupun
aktivitas individu atau kelompok dalam lingkungan untuk memberikan antusiasme yang
organisasi untuk mencapai tujuan yang bersifat luas.

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 5


Kemudian United Nations pengaruh air pasang, penurunan tanah, bangunan
Development Programme dalam Adiyoso air, kerusakan bangunan pengendali banjir.
(2018:20) memberikan definisi bencana, Kodoatie dan Sjarief (2006) juga memberikan
merupakan fenomena yang terjadi karena beberapa contoh dampak atau kerugian banjir
komponen-komponen ancaman dan antara lain hilangnya nyawa atau terluka,
kerentanan bekerjasama secara sistematis hilangnya harta benda, kerusakan permukiman,
yang didorong oleh pemicu sehingga kerusakan wilayah perdagangan, kerusakan
menyebabkan terjadinya resiko bencana pada wilayah industri, kerusakan areal pertanian,
komunitas. kerusakan system drainase dan irigasi,
kerusakan jalan dan rel kereta api, kerusakan
2.3 Banjir jalan raya, jembatan, dan bandara, kerusakan
Menurut Gunawan (2010: 377) system telekomunikasi, dan lain-lain.
Banjir adalah fenomena alam biasa yang
terjadi ketika badan sungai tidak mampu 2.4 Manajemen Bencana
menampung air sehingga melimpas ke kanan Menurut Kusumasari (2014) dalam
kiri sungai. Wulansari et.al (2017) manajemen bencana
Adiyoso (2018: 38) berpendapat didefinisikan sebagai istilah kolektif yang
banjir ialah limpasan air yang melebihi tinggi mencakup semua aspek perencanaan untuk
muka air normal sehingga melimpas dari merespons bencana, termasuk kegiatan-kegiatan
palung sungai yang menyebabkan genangan sebelum bencana dan setelah bencana yang
pada lahan rendah di sisi sungai. mungkin juga merujuk pada manajemen risiko
Sedangkan menurut Schwalb et.al dan konsekuensi bencana.
(1981) dalam Mardikaningsih et.al (2017) Covello (1989) dalam Adiyoso
banjir adalah luapan atau genangan dari (2018:88), dalam pengelolaan risiko bencana
sungai atau badan air lainnya yang memiliki proses sebagai berikut:
disebabkan oleh curah hujan yang berlebihan a. Penilaian risiko (risk assesment)
atau salju yang mencair atau dapat pula b. Pengelolaan risiko (risk management)
karena gelombang pasang yang membanjiri c. Komunikasi risiko sebagai bagian penting dari
kebanyakan pada dataran banjir. manajemen risiko bencana.
Kemudian Suprapto (2011) dalam Kemudian Susanto (2006) dalam
Mardikaningsih et.al (2017) mengatakan Adiyoso (2018:96) mengatakan manajemen
potensi bencana banjir di Indonesia sangat bencana atau pengelolaan bencana adalah
besar dilihat dari topografi dataran rendah, sebuah proses yang terus menerus dilakukan
cekungan dan sebagian besar wilayahnya oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat
adalah lautan. Curah hujan di daerah hulu untuk merencanakan dan mengurangi pengaruh
dapat menyebabkan banjir di daerah hilir. bencana, mengambil tindakan segera setelah
Apalagi untuk daerah-daerah yang tinggi bencana terjadi, dan mengambil langkah-
permukaan tanahnya lebih rendah atau hanya langkah untuk pemulihan.
beberapa meter di atas permukaan laut. Menurut Sukma dalam Adiyoso
Kodoatie dan Sjarief (2006) dalam (2018:93) penyelenggaraan pengelolaan
Rosyidie (2013) menjelaskan faktor bencana atau manajemen bencana dibagi
penyebab banjir antara lain perubahan guna menjadi 3 tahapan yakni tahap prabencana,
lahan, pembuangan sampah, erosi dan tahap saat tanggap darurat, dan tahap
sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang pascabencana. Tahap prabencana dibagi menjadi
sungai, system pengendalian banjir yang 2 situasi yakni; situasi tidak ada bencana dengan
tidak tepat, curah hujan tinggi, fisiografi indikator perencanaan, pencegahan,
sungai, kapasitas sungai yang tidak memadai, pengurangan risiko, pendidikan, penelitian,

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 6


penataan tata ruang. Dan situasi terdapat Kemudian menurut Ramli (2010: 31)
potensi bencana dengan indikator mitigasi, mengatakan manajemen bencana sendiri adalah
peringatan dini, kesiapsiagaan. Kemudian suatu proses terencana yang dilakukan untuk
pada tahapan saat tanggap darurat terdapat mengelola bencana dengan baik dan aman
indikator berupa kajian cepat, status keadaan melalui tiga tahapan, pertama ada tahap pra
darurat, penyelamatan & evakuasi, bencana yang terdiri dari kesiapsiagaan,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, mitigasi, dan peringatan dini, yang kedua ada
dan pemulihan. Kemudian pada tahapan saat bencana/ tanggap darurat, dan yang ketiga
pascabencana melibatkan tindakan yaitu pascabencana yang terdiri dari rehabilitasi
rehabilitasi dan rekonstruksi dengan dan rekonstruksi.
indikator prasarana, sosial, ekonomi,
kesehatan, kamtib, dan lingkungan. 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Asian Disaster Preparedness Center Jenis penelitian yang digunakan adalah
(2003) dalam Adiyoso (2018:88) kualitatif dengan pendekatan deskriptif,
mengatakan manajemen bencana dapat maksudnya mencatat secara teliti segala gejala
diartikan sebagai organisasi yang efektif, (fenomena) yang dilihat dan didengar serta
panduan, pemanfaatan sumber daya untuk dibacanya (via wawancara atau bukan, catatan
mencegah bencana. Carter (2008: 19) lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi atau
berpendapat manajemen bencana pada memo, dokumen resmi atau bukan, dan lain-
dasarnya adalah proses yang dinamis. Ini lain), dan peneliti harus membandingkan,
mencakup fungsi manajemen klasik mengkombinasikan, mengabstraksikan, dan
perencanaan, pengorganisasian, menarik kesimpulan (Bungin, 2008: 93).
kepegawaian, memimpin, dan Dengan menggunakan jenis deskriptif hasil
mengendalikan. Ini juga melibatkan banyak penelitian ditujukan untuk mampu memberikan
organisasi yang harus bekerja bersama untuk jawaban atas permasalahan-permasalahan yang
mencegah, memitigasi, mempersiapkan, ada terkait manajemen bencana oleh Badan
merespons, dan memulihkan dari dampak Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
bencana. Manajemen bencana didefinisikan Kampar dalam menangani bencana banjir di
sebagai: Ilmu pengetahuan terapan yang Kampar.
berupaya, dengan pengamatan dan analisis
bencana secara sistematis, untuk 3.2 Lokasi Penelitian
meningkatkan langkah-langkah yang Lokasi penelitian ini berada di Badan
berkaitan dengan pencegahan, mitigasi, Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan Kabupaten Kampar di Jalan Langgini, Kota
pemulihan. Bangkinang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Alasan memilih lokasi penelitian di BPBD
Rijanta et.al (2018:38) mengatakan Kabupaten Kampar karena BPBD merupakan
manajemen bencana (disaster management) SKPD yang memiliki fungsi dan tugas pokok
memiliki beberapa fase yang terkadang dalam penanggulangan bencana, dan juga
memiliki terminologi berbeda di berbagai karena BPBD Kabupaten Kampar merupakan
negara. Secara umum, manajemen bencana penanggungjawab utama dalam melaksanakan
dapat dikelompokkan menjadi 4 tahapan, penanggulangan bencana.
yaitu mitigas (mitigation), kesiapsiagaan 3.3 Informan Penelitian
(preparedness), tanggap darurat (response), Dalam penelitian ini, peneliti
dan pemulihan (recovery). menggunakan metode purposive sampling
dengan informannya sebagai berikut :

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 7


1. Komandan Pusat Pengendalian dalam penelitian ini, seperti:
Operasi BPBD Kabupaten Kampar 1. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 Tentang
2. Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Bencana;
Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten 2. Peraturan Pemerintah No.21 Tahun 2008
Kampar Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
3. Kepala Bidang Kedaruratan dan Bencana;
Logistik BPBD Kabupaten Kampar 3. Peraturan Daerah Provinsi Riau No.17
4. Kepaal Bidang Rehabilitasi dan Tahun 2013 Tentang Penanggulangan
Rekonstruksi BPBD Kabupaten Bencana Alam;
Kampar 4. Peraturan Daerah Kabupaten Kampar No.7
5. Kepala Seksi Surveilans dan Tahun 2010 Tentang Badan Penanggulangan
Imunisasi Dinas Kesehatan Bencana Daerah Kabupaten Kampar
Kabupaten Kampar 5. Rekapitulasi Kejadian Bencana Banjir,
6. Kepala Sub Bagian Umum Dinas Longsor dan Puting Beliung di Provinsi Riau
Pendidikan Kepemudaan dan tahun 2017, 2018 dan 2019
Olahraga Kabupaten Kampar 6. Rekapitulasi Kejadian Bencana Banjir,
7. Kepala Seksi Perlindungan Sosial Longsor dan Puting Beliung di Kabupaten
Korban Bencana Alam dan Sosial Kampar tahun 2017, 2018 dan 2019
Dinas Sosial Kabupaten Kampar 7. Rencana Strategis Badan Penanggulangan
8. Masyarakat Kabupaten Kampar yang Bencana Daerah Kabupaten Kampar Tahun
terdampak banjir. 2017-2022
8. Profil Kabupaten Kampar
3.4 Jenis Data
a. Data Primer 3.5 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Siyoto & Sodik (2015: 67), Adapun teknik pengumpulan data yang
data primer adalah data yang diperoleh atau digunakan untuk memperoleh data dalam
dikumpulkan oleh peneliti secara langsung penelitian ini adalah sebagai berikut :
dari sumber datanya. Data primer ini a. Wawancara
didapatkan dengan cara observasi lapangan Peneliti ingin melakukan wawancara
dan wawancara informan yang dalam hal ini untuk mendapatkan informasi mengenai
mewawancarai pihak Badan Penanggulangan pelaksanaan manajemen bencana banjir yang
Bencana Daerah Kabupaten Kampar sebagai dilakukan oleh BPBD Kampar pada saat
pelaksana utama dalam melaksanakan sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana
manajemen bencana, dan pihak-pihak dan sesudah terjadinya bencana banjir di
lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan kabupaten Kampar.
manajemen bencana banjir di Kabupaten Metode wawancara yang peneliti
Kampar. gunakan dalam penelitian ini adalah metode
b. Data Sekunder wawancara semi-terstruktur, alasan
Menurut Siyoto & Sodik (2015: 68), menggunakan metode ini adalah agar dalam
data sekunder adalah data yang diperoleh proses wawancara yang dilakukan peneliti untuk
atau dikumpulkan peneliti dari berbagai mendapatkan informasi dari informan berjalan
sumber yang telah ada, posisi peneliti sebagai dengan sistematis dan informan pun dapat
tangan kedua. Data sekunder dapat diperoleh menyampaikan informasi mengenai manajemen
dari berbagai sumber seperti Biro Pusat bencana di Kabuapaten Kampar lebih leluasa
Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan dan bebas dengan caranya sendiri tanpa harus
sumber lainnya yang relevan dengan dibatasi dengan daftar pertanyaan yang peneliti
penelitian dan dapat menjadi penunjang buat. Dengan metode ini peneliti memiliki daftar

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 8


pertanyaan wawancara akan tetapi tetap interaktif. Model ini terdiri dari tiga hal utama,
dibarengi dengan adanya pertanyaan bebas yaitu (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3)
kepada informan dari pihak Badan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Reduksi data dapat diartikan sebagai
Kampar yang mengetahui manajemen proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
bencana yang dilaksanakan di Kabupaten penyederhanaan, pengabstrakan, dan
Kampar. transformasi data kasar yang diperoleh melalui
teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu
b. Observasi wawancara, observasi dan dokumentasi. Dalam
Menurut Idrus (2009: 101) observasi penelitian ini tahapan reduksi data merupakan
atau pengamatan merupakan aktivitas bagian kegiatan analisis sehingga pilihan-pilihan
pencatatan fenomena yang dilakukan secara peneliti tentang bagian data mana yang dibuang,
sistematis. Metode ini digunakan untuk pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian
memperoleh data primer secara langsung dari tersebut, cerita-cerita yang berkembang,
responden yang dijadikan sampel penelitian. merupakan pilihan-pilihan analitis. Data atau
Dalam penelitian ini observasi yang informasi yang diperoleh berdasarkan hasil
dilakukan dengan cara turun secara langsung wawancara, observasi dan dokumentasi yang
ke lapangan/lokasi penelitian di Kabupaten sesuai dengan fenomena yang terjadi kemudian
Kampar untuk mengetahui atau mengamati dirangkum dan dikategorikan sesuai dengan
seputar pelaksanaan manajemen bencana pertanyaan-pertanyaan yang terjadi di lokasi
banjir saat tidak terjadi bencana, saat terjadi penelitian mengenai manajemen bencana oleh
bencana, dan saat sesudah terjadi bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah
banjir yang dilakukan oleh Badan Kabupaten Kampar dalam menangani bencana
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten banjir untuk mencapai tujuan akhir penelitian.
Kampar. Kemudian data yang didapat dari Langkah berikutnya setelah proses
hasil observasi tersebut selanjutnya reduksi data berlangsung adalah penyajian data.
dianalisis. Penyajian data menurut Miles dan Huberman
dalam Idrus (2009: 151) sebagai informasi
c. Dokumentasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
Pelaksanaan metode dokumentasi penarikan kesimpulan dan pengambilan
dengan mengumpulkan data dan informasi tindakan. Data yang diperoleh dari hasil
melalui benda-benda seperti buku-buku, wawancara, observasi, dan dokumentasi di
majalah, dokumen peraturan-peraturan, lokasi penelitian disajikan dalam bentuk catatan
catatan, dan sebagainya yang dalam hasil wawancara, catatan observasi lapangan dan
penelitian ini seperti: Dokumen Badan catatan dokumentasi kemudian disusun agar
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten memudahkan peneliti dalam memahami apa
Kampar, hasil wawancara dengan pihak yang terjadi sesuai dengan fenomena dan apa
Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang harus dilakukan oleh peneliti serta agar
Kabupaten Kampar, dan sebagainya. peneliti dapat melakukan analisis dengan cepat
dan mudah. Data yang didapatkan dalam
3.6 Analisis Data penelitian ini berdasarkan hasil wawancara
Analisis data dilakukan ketika data dengan pihak Badan Penanggulangan Bencana
dari informan ataupun sumber lainnya telah Daerah Kabupaten Kampar yang mengetahui
didapatkan. Dalam membahas tentang manajemen bencana yang dilakukan dalam
analisis data, Huberman dan Miles dalam menangani bencana banjir di Kabupaten Kampar
Idrus (2009: 147-148) mengajukan model dan wawancara dengan masyarakat Kabupaten
analisis data yang disebutnya sebagai model Kampar. Yang didokumentasi mengenai

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 9


manajemen bencana oleh Badan tindakan yang dilakukan berupa mitigasi,
Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten peringatan dini, dan kesiapsiagaan.
Kampar dalam menangani bencana banjir di BPBD Kabupaten Kampar telah memiliki
Kabupaten Kampar kemudian disajikan beberapa rencana kedepan dalam penanggulangan
dalam bentuk tulisan berdasarkan hasil bencana di tahap prabencana, rencana tersebut
informasi yang didapat. sebenarnya disusun untuk menghadapi seluruh
Tahap akhir dari model interaktif bencana yang kemungkinan akan terjadi, akan tetapi
bencana yang rutin terjadi di Kabupaten Kampar
adalah verifikasi dan penarikan kesimpulan. hanya banjir, longsor, kebakaran hutan dan lahan
Tahap ini dimaknai sebagai penarikan arti serta angin puting beliung. Karena dilingkungan
data yang telah ditampilkan. Berdasarkan wilayah Kabupaten Kampar terdapat beberapa
data yang telah direduksi dan disajikan, sungai serta aliran-alirannya oleh karena itu BPBD
peneliti menarik kesimpulan yang didukung Kabupaten Kampar membuat peta rawan bencana
dengan hasil dari pengumpulan data melalui banjir agar dalam penyusunan rencana manajemen
wawancara, observasi dan dokumentasi. bencana banjir dapat disesuaikan dengan kondisi
Kesimpulan yang ditarik adalah jawaban dari geografisnya.
rumusan masalah yang telah dibuat oleh Manajemen bencana banjir yang dilakukan
peneliti di awal dan jawaban dari pertanyaan BPBD Kabupaten Kampar pada saat sebelum terjadi
pertanyaan mengenai manajemen bencana bencana, BPBD Kabupaten Kampar rutin melakukan
patroli untuk memantau kemungkinan terjadi
oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah
bencana. Kemudian BPBD Kabupaten Kampar
Kabupaten Kampar dalam menangani melaksanakan tindakan sosialisasi pencegahan
bencana banjir. Kemudian kesimpulan yang bencana, sosialisasi ini mengenai mitigasi dan
ditarik oleh peneliti melalui proses verifikasi pencegahan yang dilakukan oleh bidang Pencegahan
agar kesimpulan yang ditarik benar-benar dan Kesiapsiagaan (PK) yang biasanya dilakukan 2x
merupakan kesimpulan final. dalam sebulan di desa rawan bencana banjir. Selain
itu dalam melaksanakan mitigasi bencana banjir
4. HASIL DAN PEMBAHASAN BPBD Kabupaten Kampar melaksanakan
penyebaran leaflet atau brosur seputar banjir dan
4.1 Manajemen Bencana Banjir oleh siaga banjir serta karhutla sebagai bentuk peringatan
Badan Penanggulangan Bencana akan kejadian bencana dan bentuk kesiapsiagaan,
Daerah Kabupaten Kampar tindakan penyebaran informasi seputar banjir ini
tidak hanya melalui leaflet, akan tetapi juga melalui
4.1.1 Prabencana
siaran radio Suara Kampar yang biasanya dilakukan
Prabencana adalah tahapan yang pada awal tahun serta menyebarkan informasi
dilalui sebelum ada terjadinya bencana. melalui media sosial yang dimiliki oleh BPBD
Proses penyelenggaraan pengelolaan Kabupaten Kampar. Kemudian melakukan
bencana/manajemen bencana, tahap koordinasi dengan pihak kecamatan/desa, koordinasi
prabencana dibagi menjadi 2 kondisi yakni yang dilakukan berupa meminta pihak kecamatan
kondisi situasi tidak ada bencana dan situasi untuk mengundang desa-desa yang ada lalu
terdapat potensi bencana. Berdasarkan teori melaksanakan sosialisasi pencegahan bencana banjir
yang peneliti gunakan untuk penelitian ini kepada desa yang akan terkena dampak bencana
terdapat beberapa indikator berupa tindakan banjir.
dari setiap tahap manajemen bencana yakni Manajemen bencana banjir yang dilakukan
oleh BPBD Kabupaten Kampar belum ada tindakan
dalam kondisi situasi tidak ada bencana maka
pencegahan yang bersifatnya membangun dan saat
tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan ini fokus manajemen bencana banjir di tahapan
manajemen bencana berupa perencanaan, prabencana yang dilakukan pada sosialisasi, patroli,
pencegahan, pengurangan risiko, pendidikan, serta melatih dan membentuk desa tangguh bencana
penelitian, penataan tata ruang. Dan pada saat (Destana).
kondisi situasi terdapat potensi bencana maka

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 10


4.1.2 Saat Tanggap Darurat dapur lapangan. Selain itu BPBD Kabupaten
Kampar juga menjaga masyarakat baik dari segi
Berdasarkan Perka BNPB No.10 pemenuhan kebutuhan dasar serta psikologis
Tahun 2008 tetang Komando Tanggap masyarakat untuk terhindar dari traumatis, takut,
Darurat Bencana, saat tanggap darurat dan sebagainya selama bencana terjadi.
bencana adalah serangkaian kegiatan yang Kemudian BPBD Kabupaten Kampar juga
dilakukan dengan segera pada saat kejadian membangun kembali akses darurat yang
bencana untuk menangani dampak buruk sekiranya diperlukan.
yang ditimbulkan meliputi kegiatan Pelaksanaan manajemen bencana di
penyelamatan dan evakuasi korban, harta, tahapan saat terjadi bencana ini diperlukan
benca, pemenuhan kebutuhan dasar, tenaga yang ekstra serta anggaran yang tidak
perlindungan pengurusan pengungsi, sedikit karena pada saat bencana banjir terjadi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan kebutuhan dasar masyarakat menjadi minim
sarana. Menurut Sukma dalam Adiyoso akibat dari barang-barang masyarakat yang
(2018:93) tahapan tanggap darurat memiliki tenggelam seperti makanan, minuman, pakaian,
beberapa indikator tindakan seperti kajian dan sebagainya. Oleh karena itu, BPBD
cepat, status keadaan darurat, penyelamatan Kabupaten Kampar pada tahap ini diminta untuk
dan evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar, dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
perlindungan, serta pemulihan. tersebut. Akan tetapi dalam memenuhi
Tindakan BPBD Kabupaten Kampar kebutuhan masyarakat dalam segala aspek
pada saat bencana terjadi sebelumnya memerlukan anggaran yang tidak sedikit, ini
didasarkan pada kajian cepat yang telah yang menjadi kendala bagi BPBD Kabupaten
dilakukan, karena kajian cepat tersebut Kampar saat melaksanakan manajemen bencana
merupakan dasar dari pelaksanaan tindakan di tahap saat tanggap darurat / saat terjadi
manajemen bencananya. Apabila bencana.
berdasarkan kajian cepat yang dilakukan oleh
BPBD Kabupaten Kampar masih berada di 4.1.3 Pascabencana
status waspada, maka menurut BPBD
Kabupaten Kampar dalam mendirikan tenda Pelaksanaan manajemen bencana pada
pengungsi, dapur lapangan, dan sebagainya tahap ini adalah ketika bencana sudah berakhir
belum sangat diperlukan, namun apabila dan sedang dalam proses kembali normal.
berdasarkan kajian cepat dan ternyata status Menurut Adiyoso (2018:95) tahap pascabencana
keadaan bencana sudah di siaga, maka tenda merupakan strategi untuk mengembalikan
pengungsi, dapur lapangan, dan sebagainya kondisi seperti sebelum terjadinya bencana.
harus segera didirikan dan masyarakat harus Oleh karena itu, strategi pascabencana disebut
segera di evakuasi. juga tahapan perbaikan (Recovery) yang
Setelah kaji cepat, kemudian BPBD merupakan proses yang membantu masyarakat
Kabupaten Kampar melakukan pendataan di untuk kembali ke fungsi kehidupan seperti
TKP, selanjutnya melaporkan hasil dari kaji sebelumnya. Berdasarkan teori yang peneliti
cepat dan pendataan tersebut kepada Kepala gunakan, pada tahap pascabencana terdapat dua
Pelaksana dan Kepala Badan (Sekda) indikator tindakan yaitu rehabilitasi dan
mengenai situasi di TKP. Tindakan rekonstruksi, kedua indikator tindakan itu
selanjutnya dari BPBD Kabupaten Kampar dilakukan dalam segi prasarana dan sarana,
adalah hasil kaji cepat di TKP jika ternyata sosial, ekonomi, kesehatan, keamanan dan
TKP dalam kondisi status siaga banjir maka ketertiban, serta lingkungan.
BPBD Kabupaten Kampar akan melakukan
evakuasi, menbuat tenda pengungsi, serta

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 11


Manajemen bencana banjir pada Sumber daya manusia dalam
tahap prabencana yang dilakukan oleh BPBD melaksanakan manajemen bencana sangatlah
Kabupaten Kampar yaitu melakukan penting karena SDM merupakan penggerak atau
pendataan fisik oleh Bidang Rehabilitasi dan yang melaksanakan tindakan-tindakan dalam
Rekonstruksi BPBD Kabupaten Kampar, proses manajemen bencana tersebut, apabila
untuk kemudian diusulkan anggaran tidak memiliki SDM bagaimana bisa manajemen
pekerjaan fisik seperti memperbaiki rumah, bencana dilaksanakan. Begitu pula dengan
jembatan, fasilitas umum, dan sebagianya. kemampuan SDM nya, BPBD Kabupaten
Setelah itu melaporkan kepada Kepala BPBD Kampar mempunyai kualifikasi yang mumpuni
(Sekda) dan Bupati tentang dampak dari di segi fisiknya begitu juga mentalnya agar
bencana banjir. manajemen bencana yang dilaksanakan lebih
Rehabilitasi dan rekonstruksi yang maksimal dan lebih efektif. Tugas dan fungsi
dilakukan oleh BPBD Kabupaten Kampar BPBD sangat berat bahkan menyangkut nyawa
hanya berfokus pada prasarana dan sarana masyarakat, oleh karena itu diperlukan sumber
dan tidak memperhatikan di sektor lainnya daya manusia yang memumpuni dalam
seperti ekonomi, sosial, dan lainnya. Selain melaksanakan tugas dan fungsinya tersebut.
itu tidak banyak tindakan yang dilakukan
oleh BPBD Kabupaten Kampar di tahapan 2. Masyarakat
pascabencana karena terdapat faktor-faktor Manajemen bencana banjir yang
penghambat khususnya anggaran, dalam dilaksanakan oleh BPBD Kabupaten Kampar
melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi terhambat oleh salah satu faktor yaitu
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Saat masyarakat. Maksud dari masyarakat menjadi
ini hanya mendata dan merehabilitasi faktor penghambat disini meliputi partisipasi
rekonstruksi yang hanya dapat dikerjakan dan kebiasaan masyarakat Kabupaten Kampar.
sesuai dengan kemampuan dan anggaran Partisipasi masyarakat ini mengenai ikut
BPBD Kabupaten Kampar namun serta masyarakat dalam tindakan-tindakan yang
BPBD Kabupaten Kampar akan dapat dilakukan oleh BPBD Kabupaten Kampar.
melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi Karena pada dasarnya dalam penanggulangan
secara maksimal apabila anggaran tersedia. bencana harus ada sinergi antara pemerintah,
masyarakat, dan swasta. Berdasarkan yang
4.2 Faktor Penghambat Manajemen peneliti temukan, partisipasi masyarakat pada
Bencana Banjir oleh Badan saat BPBD Kabupaten Kampar melaksanakan
Penanggulangan Bencana Daerah tindakan-tindakan manajemen bencana masih
Kabupaten Kampar kurang, masyarakat tidak antusias dengan apa
1. Kemampuan Sumber Daya Manusia yang dilakukan oleh BPBD Kabupaten Kampar
Kemampuan sumber daya manusia sehingga masih ada masyarakat yang tidak
yang dimaksud disini adalah kemampuan mengetahui dalam hal manajemen bencana dan
yang dimiliki oleh masing-masing individu di bahkan belum mengetahui apa itu BPBD.
BPBD Kabupaten Kampar. Kemampuan Kemudian kebiasaan masyarakat yang
yang dimiliki oleh pekerja di BPBD dimaksud sebagai faktor penghambat
Kabupaten Kampar tidak sesuai dengan manajemen bencana adalah kebiasaan
kualifikasi dan tidak sesuai dengan masyarakat yang tidak mau berubah dan pasrah
kemampuan yang diperlukan di BPBD akan kejadian bencana. Kebiasaan sederhana
Kabupaten Kampar. Sehingga saat ini yang belum bisa dirubah oleh seluruh
beberapa sumber daya manusia yang ada masyarakat seperti tindakan untuk tidak
BPBD Kabupaten Kampar tidak sesuai membuang sampah sembarangan dan diperlukan
dengan bidang dan organisasinya. adanya sikap dari masyarakat yang mau

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 12


merubah dan mencegah kejadian bencana Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan
banjir terjadi lagi di Kabupaten Kampar. manajemen bencana yang masih terfokus pada
Seperti yang peneliti sampaikan sebelumnya satgas PUSDALOPS yang berada dibawah
bahwa dalam penanggulangan bencana pihak bidang kedaruratan dan logistik.
yang bergerak itu tidak hanya pemerintah,
swasta, ataupun masyarakat, akan tetapi 5. PENUTUP
ketiga pihak tersebut harus bersinergi untuk 5.1 Kesimpulan
melaksanakan manajemen bencana. Berdasarkan penelitian yang peneliti
lakukan dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
3. Anggaran dalam pelaksanaan manajemen bencana yang
Anggaran menjadi salah satu faktor dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana
penghambat karena BPBD Kabupaten Daerah Kabupaten Kampar jika dinilai dari teori
Kampar tidak memiliki anggaran yang cukup yang peneliti gunakan yakni dilihat dari tindakan
dalam melaksanakan manajemen bencana di tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan
banjir di Kabupaten Kampar. Menurut pascabencana maka pelaksanaan manajemen
BNPB, anggaran kebencanaan paling tidak bencana yang dilakukan sudah cukup baik hanya
1% dari APBD yang ada, akan tetapi menurut saja belum maksimal, hal ini bisa dilihat dari
BPBD Kabupaten Kampar anggaran yang tindakan-tindakan yang telah dilakukan oleh
diberikan belum mencapai angka 1%. Badan Penanaggulangan Bencana Daerah
Menurut BPBD Kabupaten Kampar Kabupaten Kampar dalam setiap tahapannya.
pemerintah belum memandang manajemen Dari ketiga tahapan dalam pelaksanaan
bencana secara penting karena merasa manajemen bencana, berdasarkan tindakan yang
bencana itu tidak setiap hari terjadinya dan dilakukan pada tahapan prabencana dan
hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu, pascabencana menjadi tahapan yang paling
akan tetapi pada saat bencana terjadi belum maksimal dilakukan oleh BPBD
pemerintah dan masyarakat baru mencari Kabupaten Kampar. Pada tahap prabencana
BPBD dan meminta bantuan serta tindakan yang dilakukan belum maksimal
menyalahkan BPBD Kabupaten Kampar karena tindakan prabencana yang dilaksanakan
karena dirasa tidak mampu mencegah dan oleh BPBD Kabupaten Kampar hanya berfokus
mengurangi risiko kejadian bencana. pada sosialisasi mitigasi bencana, penyebaran
Anggaran BPBD Kabupaten Kampar informasi dan teknis lainnya, tidak ada tindakan
saat ini difokuskan untuk mengatasi seluruh pencegahan secara spesifik yang ditujukan untuk
bencana oleh karena itu saat ini BPBD mencegah terjadinya banjir agar tidak terulang
Kabupaten Kampar belum bisa mengatasi lagi seperti tahun-tahun sebelumnya.
bencana secara efektif karena masih banyak Pada tahap saat tanggap darurat BPBD
kekurangan prasarana dan sarana yang Kabupaten Kampar telah melaksanakan
dibutuhkan. manajemen bencana dengan baik akan tetapi
4. Struktur Organisasi yang Tidak belum maksimal karena tindakan-tindakan
Menjalankan Tugas dan Fungsinya seperti kaji cepat, evakuasi dan penyelamatan,
Salah satu yang menghambat pemenuhan kebutuhan dasar, serta melindungi
manajemen bencana banjir yang masyarakat telah dilakukan agar keselamatan
dilaksanakan oleh BPBD Kabupaten Kampar masyarakat dapat terjamin. Kemudian dalam
adalah permasalahan didalam organisasi tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi
tersebut. Permasalahan yang dimaksud manajemen bencana yang dilakukan belum
adalah bidang-bidang didalam BPBD maksimal karena tindakan rehabilitasi dan
Kabupaten Kampar yang tidak menjalankan rekonstruksi yang dilakukan oleh BPBD
tugas dan fungsi sebagaimana seharusnya. Kabupaten Kampar hanya berfokus pada

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 13


prasarana dan sarana dan tidak bekerjasama dan berkordinasi dalam
memperhatikan sektor lainnya seperti melaksanakan manajemen bencana
ekonomi, sosial, kesehatan, dan lain-lain. karena pada saat ini manajemen bencana
Adapun faktor penghambat bagi yang dilakukan berdasarkan kepentingan
BPBD Kabupaten Kampar dalam masing-masing.
melaksanakan manajemen bencana banjir di 4. BPBD Kabupaten Kampar dalam
Kabupaten Kampar yaitu; (1) Kemampuan melaksanakan tugasnya harus selalu
sumber daya manusia; (2) Masyarakat; (3) berkomunikasi, bekerjasama, dan
Anggaran; (4) Struktur organisasi yang tidak berkordinasi antar sesama bidangnya
menjalankan tugas dan fungsinya. Faktor agar dalam melaksanakan tindakan
penghambat tersebut harus dapat segera manajemen bencana menjadi lebih
dapat diatas agar manajemen bencana banjir efektif.
menjadi lebih efektif karena pada dasarnya
manajemen bencana bertujuan untuk DAFTAR PUSTAKA
mencegah dan mengurangi dampak bencana. Buku :
Bencana memang tidak mungkin untuk Adiyoso, Wignyo. 2018. Manajemen Bencana
dihindari, akan tetapi bencana dapat dicegah Pengantar & Isu-Isu Strategis. Jakarta:
dan dikurangi risikonya. Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
5.2 Saran Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Dari hasil penelitian dan pembahasan Jakarta: PT.Rineka Cipta
mengenai Pelaksanaan Manajemen Bencana Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian
oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Kabupaten Kampar dalam Menangani Persada
Bencana Banjir, peneliti memberikan sedikit Carter, Nick W. 2008. Disaster Management: A
saran sebagai berikut: Disaster Manager’s Handbook.
1. Pemerintah, swasta, dan masyarakat Mandaluyong: Asian Development
harus dapat bekerjasama dalam Bank
melaksanakan manajemen bencana Creswell, W. J. 2010. Research Design
banjir karena manajemen bencana Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
bukan hanya pemerintah yang harus Mixed, ed. ke-3. Terjemahan: Achmad
bertindak akan tetapi seluruh pihak Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
juga harus terlibat sesuai dengan logo Gunawan, Restu. 2010. Gagalnya Sistem Kanal
dari BNPB yakni segitiga biru yang Pengendalian Banjir Jakarta dari
artinya sinergi antara 3 pihak yaitu Masa ke Masa. Jakarta: Kompas
pemerintah, swasta dan masyarakat Herdiansyah, Haris. 2011. Metodologi
dalam manajemen bencana. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba
2. BPBD Kabupaten Kampar menyusun Humanika
kembali tata kerja organisasi Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian
khususnya di tahapan prabencana dan Sosial Pendekatan Kualitatif dan
pascabencana sehingga manajemen Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
bencana yang dilakukan tidak hanya Kodoatie, J.R dan Sjarief, R. 2006. Pengelolaan
berfokus pada satu aspek. Bencana Terpadu. Jakarta: Yarsif
3. Pihak-pihak seperti Dinas Sosial, Watampone
Dinas Kesehatan, dan sebagainya Musfah,Jejen. 2015. Manajemen Pendidikan
yang memiliki tugas dan fungsi Teori, Kebijakan, dan Praktik. Jakarta:
terkait kebencanaan harus dapat Kencana

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 14


Priambodo, A.S. 2009. Paduan Praktis Mitigasi Bencana Banjir Di Kecamatan
Menghadapi Bencana. Yogyakarta. Puring Kabupaten Kebumen Tahun
Kanisius 2016. Jurnal GeoEco Vol.3, No. 2 Juli
Raco, J. R. 2010. Metode Penelitian
Hal. 157-163
Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya. Jakarta: Wahyudi, Muh. Ruskin Azikin, Samsir Rahim.
PT.Grasindo 2019. Manajemen Penanggulangan
Ramli, Soehatman. 2010. Manajemen Banjir di Keluarahan Paccerakkang
Bencana. Jakarta: Dian Rakyat Kota Makassar. Jurnal Administrasi
Rijanta, R. Hizbaron, D.R, Baiquni, M. 2018. Publik Vol. 5, No. 1 April Hal. 31-45
Modal Sosial Dalam Manajemen Wulansari, Diah. Darumurti, Awang. Eldo,
Bencana. Yogyakarta: Gadjah Mada Padma Akta Hartomi Dwian. 2017.
University Press Pengembangan Sumber Daya Manusia
Siyoto, Sandu dan Sodik, Ali. 2015. Dasar Dalam Manajemen Bencana. Jurnal
Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pemerintahan dan Kebijakan Publik
Literasi Media Publishing Vol.4, No. 3 Oktober Hlm 407-421
Sule, T. E dan Saefullah, K. 2005. Pengantar
Manajemen. Jakarta: Kencana Dokumen:
Torang, Syamsir. 2013. Organisasi & Indeks Risiko Bencana & Membangun
Manajemen: Perilaku, Struktur, Kab/Kota Tangguh oleh Badan Nasioal
Budaya & Perubahan Organisasi. Penanggulangan Bencana (BNPB)
Bandung: Alfabeta Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
Jurnal: Tentang Penyelenggaraan
Afni, Yul. 2018. Analisa Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana
Masyarakat Pauh Dalam Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2013
Menghadapi Permasalahan Tentang Penanggulangan Bencana
Kesehatan Pasca Bencana Banjir Alam
Bandang:Perspektif Penerapan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 Tentang
Manajemen Bencana. Jurnal Akper Organisasi Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Provinsi Riau
Kesdam Vol. XII, No.7 Juli Hal. Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 7
120-128 Tahun 2010 Tentang Badan
Fedryansyah, Muhammad. Ramadhan Penanggulangan Bencana Daerah
Pancasilawan, Ishartono. 2018. Kabupaten Kampar
Penanggulangan Bencana di Rekapitulasi Bencana Banjir, Longsor, dan
Masyarakat Desa Studi di Desa Angin Puting Beliung di Provinsi Riau
Tahun 2017, 2018, 2019
Cipacing, Desa Cileles, dan Desa
Rekapitulasi Bencana Banjir, Longsor, dan
Cikeruh Kecamatan Jatinangor Angin Puting Beliung di Kabupaten
Kabupaten Sumedang. Jurnal Kampar Tahun 2017, 2018, 2019
Pekerjaan Sosial Vol.8, No.1 Hal. Rencana Strategis Badan Penanggulangan
11-16 ISSN 2339-0042 (p) ISSN Bencana Daerah kabupaten Kampar
2528-1577 (e) Tahun 2017-2022
Mardikaningsih, Muliana Sri. Chatarina Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana
Muryani, Setya Nugraha. 2017.
Visi dan Misi Badan Penanggulangan Bencana
Studi Kerentanan Dan Arahan Kabupaten Kampar

JOM FISIP Vol. 7: Edisi I Januari – Juni 2020 Page 15

You might also like