You are on page 1of 6

JOURNAL OF SOCIAL AND POLICY ISSUE - VOL. 1 NO.

3 (2021) OCTOBER - DECEMBER

Available online at: Journal of Social and Policy Issues (pencerah.org)

Journal of Social and Policy Issues


E-ISSN: 2807-3843

Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Riau Tentang Penanggulangan Bencana Alam di


Kabupaten Kuantan Singingi
Indri Rahayu, Sujianto
Ilmu administrasi Publik, Universitas Riau, Kampus Bina Widya, Jalan HR Soebrantas Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru, Riau 28293

ARTICLE INFORMATION A B S T R A C T

Received: July 09, 2021 Kuantan Singingi Regency is an area located near the Kuantan river, where natural disasters often occur in the
Revised: September 23, 2021 river flow such as floods due to overflowing of the Kuantan river. To overcome these natural disasters, it is
Accepted: December 16, 2021 necessary for the local government to be agile in pursuing policies on how to cope with these natural disasters.
This study uses a qualitative method which is carried out by asking questions and procedures, collecting data
Available online: December 30, 2021
from participants, analyzing data inductively, and interpreting the meaning of the data. This study uses a
KEYWORDS descriptive approach which carefully records all phenomena (symptoms) that are heard, seen, and read through
official documents, field notes, interviews, and personal documents. Data was collected using primary and
Natural Disasters, Natural Disaster Management, secondary data with data collection techniques using interviews, observation, and documentation. The results in
Implementation of Regional Regulations. this study indicate that in dealing with natural disasters, especially floods in the Kuantan Singingi area, the
government has collaborated with the Riau Province BPBD but it is still not optimal because in the Kuantan
CORRESPONDENCE Singingi Regency area there is no BPBD, making it difficult to coordinate and give orders centrally. Therefore,
more concrete policies are needed regarding disaster management in Kuantan Singingi Regency.
Name: Sujianto
E-mail: sujianto@lecture.unri.ac.id

PENDAHULUAN pemerintah daerah supaya merumuskan kebijakan sebagai


Kuantan Singingi terletak didekat aliran sungai yang diberi upaya untuk meminimalisir dampak bencana yang terjadi di
nama Sungai Kuantan, aliran sungai ini dinamakan dengan berbagai Kecamatan dilingkup Kabupaten Kuantan Singingi.
Daerah Aliran Sungai (DAS). Pada daerah ini merupakan daerah Mengingat bencana alam yang sering terjadi dan tidak terduga
yang rawan terjadinya banjir karena sering terjadinya luapan air kapan datangnya, seperti halnya bencana alam banjir yang sering
sungai akibat cukup tingginya curah hujan, dan kurangnya terjadi di hampir semua Kecamatan pada Kabupaten Kuantan
daerah resapan air hujan, serta drainase yang tersedia kurang Singingi ini pada setiap tahunnya, maka perlu kecekatan
memadai, oleh karenanya sering mengakibatkan terendamnya pemerintah dalam mengupayakan kebijakan tentang bagaimana
kawasan rumah warga dan lahan pertanian warga pada wilayah cara untuk menanggulangi bencana alam tersebut. Berikut
tersebut. Dapat dikatakan secara sederhana, banjir diartikan disajikan pada tabel 1 tentang luasan wilayah yang rawan akan
sebagai hadirnya air ke suatu kawasan luas sehingga menutupi terjadinya bencana di Kabupaten Kuantan Singingi.
permukaan bumi kawasan tersebut (Muhammad & Aziz, 2020).
Table 1. Luas Wilayah Rawan Bencana di Kabupaten Kuantan
Berdasar Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 menjelaskan
Singingi
bahwa maksud dari “Bencana yakni sebuah peristiwa yang dapat
Luas
menjadikan kehidupan masyarakat terancam, dimana ini
No Nama Kecamatan Jenis Bencana Kawasan
dikarenakan berbagai faktor, bai kalam maupun non alam yang
(Ha)
dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan lingkungan dan
1 Cerenti Rawan banjir 6.850,86
bahkan memakan korban jiwa.
2 Inuman Rawan banjir 4.069,68
Implementasi dalam Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor
3 Kuantan Hilir Rawan banjir 2.296,23
9 Tahun 2017 ini adalah bagaimana suatu daerah memiliki
4 KuantanHilir Rawan banjir
kewenangan dalam pemerintahan untuk melaksanakan dan 1.667,31
Seberang
menyelenggarakan penanggulangan bencana terhadap
5 Pangean Rawan banjir 4.582,49
daerahnya masing-masing bila suatu waktu terjadi bencana.
6 Logas Tanah Darat Rawan Longsor 12.148,37
Pemerintah dituntut untuk lebih sigap dalam membantu
7 Benai Rawan banjir 2.862,41
masyarakat dalam penanggulangan bencana. Bencana yang
8 Sentajo Raya Rawan banjir 1.799,06
terjadi tentu saja sangat meresahkan masyarakat, pemerintah
Rawan Longsor 1.601,27
dituntut sigap dalam menangani masalah ini. Banjir kerap terjadi
9 Kuantan Tengah Rawan banjir 6.517,11
pada daerah tepi sungai dan daerah-daerah yang kurangnya
10 Kuantan Mudik Rawan banjir 3.138,33
daerah resapan air hujan, serta drainase yang tidak memadai.
11 Gunung Toar Rawan banjir 6.631,26
Dari sekian banyak terjadinya peristiwa bencana alam di
12 Hulu Kuantan Rawan banjir 1.338,88
Kuantan Singingi, sudah seharusnya menjadi tanggungan
https://doi.org/10.35308/xxxxx Attribution-ShareAlike 4.0 International. Some rights reserved
JOURNAL OF SOCIAL AND POLICY ISSUE - VOL. 1 NO. 3 (2021) OCTOBER - DECEMBER

13 Singingi Rawan Longsor 8.427,86 METODE


14 Singingi Hilir Rawan Longsor 11.468,93 Menurut Arikunto (2002) penelitian ilmiah pada
15 Pucuk Rantau Rawan banjir 7.656,03 hakikatnya merupakan proses bertanya dan menjawab
Jumlah 83.113,09 memperhatikan peristiwa–peristiwa empiris dalam kerangka
Sumber: Geologi Tata Lingkungan Hidup Kabupaten Kuantan Singingi berpikir teoritis tertentu. Soehartono dalam (Munthe et al.,
2016 2018) mengatakan metode penelitian merupakan cara untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan. Penelitian kualitatif (W.
Berdasar data di atas, maka sebenarnya luas Kawasan Gulo, 2002) dipilih menjadi metode penelitian ini, dimana ini
Kabupaten Kuantan Singingi ini sangat strategis. Kabupaten ini adalah metode untuk memahami serta mengeksplorasi maka
termasuk kabupaten yang letaknya ditepi sungai (Sungai yang asalnya dianggap dari manusia atau permasalahan sosial.
Kuantan), dan tidak menutup kemungkinan jika musim hujan Penelitian kualitatif ini dalam prosesnya mengikutsertakan
tiba, maka akan terkena dampak bencana alam banjir. berbagai upaya yang krusial, misalnya mengajukan beberapa
Kabupaten Kuantan Singingi selalu mengalami banjir pada pertanyaan serta prosedur pengumpulan data dari partisipan
setiap tahunnya, maka perlu kecekatan pemerintah dalam secara spesifik, melakukan analisa data secara infuktif, serta
mengupayakan kebijakan tentang bagaimana cara untuk melakukan penafsiran atas makna data tersebut. Permasalahan
menanggulangin bencana alam ini. yang dialami dalam penelitian kualitatif pada umumnya
Mengacu pada aturan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dirumuskan secara umum dan luas (Raco, 2010). Dalam
Nasional dalam Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 pelaksanaannya, penelitian ini berlokasi di Kabupaten Kuantan
dijelaskan bahwa Kabupaten Kuantan Singingi adalah daerah Singingi, tepatnya pada dinas terkait seperti Dinas Sosial PMD
yang memiliki bagian Wilayah Sungai. Gambaran geografis Kabupaten Kuantan Singingi dan Badan Penanggulangan
Kabupaten Kuantan Singingi termasuk kedalam kabupaten yang Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau. Teknik pengumpulan
berkawasan strategis karena berbatasan langsung dengan data pada penelitian ini yaitu wawancara, observasi, dan
wilayah provinsi lain dan dilalui jalan nasional serta sungai dokumentasi. Sedangkan pada tahap analisis data peneliti
dengan ukuran besar yaitu Sungai Kuantan yang hulunya dari menggunakan Model Interaktif (Miles dan Huberman) yang di
Danau Singkarak Provinsi Sumbar. Kondisi yang demikian juga mulai dari proses Reduksi Data, Penyajian data, dan penarikan
memberikan konsekuensi yang juga bisa menjadi kendala dan kesimpulan.
tantangan bagi masyarakat sekitar sungai. Keberadaan Sungai Untuk mendapatkan informasi yang valid dan memperkuat
Kuantan tidak hanya memberikan berbagai fungsi bagi analisis, peneliti juga menetapkan informan kunci (key
masyarakat tetapi juga sebagai sumber kejadian bencana yang informan) yaitu pemerintahan / instansi terkait yang berkaitan
dilakukan penanganan secara holistik, serta berkelanjutan yang langsung dengan masalah penelitian. Rincian informan
dapat mengikutsertakan semua aspek kehidupan serta para penelitian ini, meliputi:
pemangku kepentingan. Namun demikian, pemerintah Kuantan 1. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi
Singingi tidak hanya tinggal diam, seperti halnya Pemkab Riau
Kuansing melalui peran dan fungsi Satpol PP, Pemadam 2. Pemerintahan Kabupaten Kuantan Singingi (Sekretaris
Kebakaran dan Penyelamat Kabupaten Kuantan Singingi terus Daerah Kabupaten Kuantan Singingi).
berupaya melakukan penanganan terhadap bencana yang 3. Dinas Sosial PMD Kabupaten Kuantan Singingi (Kepala
terjadi. Bidang Jaminan Bencana dan Rehabilitasi Sosial Kabupaten
Di Kabupaten Kuantan Singingi yang menjadi garis Kuantan Singingi).
koordinasinya Penanggung Jawab Penyelenggaraan 4. Masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi yang terdampak
Penanggulangan Darurat Bencana Banjir ini adalah Sekretaris bencana banjir
daerah dan bawahannya yang memegang komando Penanganan
Darurat Bencana Banjir adalah Satpol PP, Pemadam Kebakaran
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan Penyelamat, sedangkan untuk koordinasi penyaluran
Dalam mengatasi persoalan banjir yang timbul di Kabupaten
bantuan logistik, diselenggarakan oleh Dinas Sosial PMD. Dari
Kuantan Singingi ini sebenarnya sudah bekerja sama antara
data yang didapat pada 11 desember 2019 ditemukan bahwa ada
BPBD Provinsi Riau dengan Pemerintah Kabupaten Kuantan
11 kecamatan yang terdampak banjir, 98 desa sepanjang aliran
Singingi, namun masih ada sejumlah hal dimana mengakibatkan
sungai kuantan terendam banjir, 7.281 rumah yang juga
tidak maksimalnya Peraturan Daerah Provinsi Riau No. 09 tahun
terendam banjir, serta bantuan dari pemerintah dan berbagai
2017 Tentang Penanggulangan Bencana Alam, karena di
kalangan masyarakat sebanyak ±1800 kg beras, ±90 karton mie
Kabupaten Kuantan Singingi belum terbentuk BPBD, jadi sulit
instan, serta 30 karton minyak goreng yang telah di salurkan.
bagi pemerintahan pusat berkoordinasi dengan pemerintahan
Dari permasalahan dan data yang telah didapat, tentu saja
daerah.
pemerintah dituntut untuk dapat menanggulangi permasalahan
Sebagai acuan, maka peneliti mempergunakan teori
yang terjadi, bukan hanya memberi bantuan, tetapi juga harus
implementasi dari Smith dan Lamirer dalam Faradila Putra
berkontribusi lebih, karena bantuan dari pemerintah daerah saja
(paradigma Kebijakan Publik 2009) yang menyebutkan bahwa
tidak cukup untuk penanggulangan dalam masalah banjir yang
ada empat aspek yang perlu diperhatikan untuk mencapai
sangat meresahkan ini. Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi
sebuah keberhasilan dalam implementasi kebijakan, yaitu :
seharusnya melakukan koordinasi dengan Pemerintahan pusat
Idealized Policy ( Kebijakan yang diidealkan), Target Group (
tentang bagaimana upaya supaya penanggulangan bencana ini
Kelompok Sasaran), Implementing Organization ( Badan
bisa terlaksana lebih baik lagi, dan jika terjadi hal serupa maka
Pelaksana), serta Environmental Factor ( Unsur Lingkungan
pemerintahan Kabupaten Kuantan Singingi tidak kewalahan
yang mempengaruhi Kebijakan).
lagi dalam mengatasi masalah banjir tersebut
https://doi.org/10.35308/xxxxx Indri Rahayu dan Sujianto 111
JOURNAL OF SOCIAL AND POLICY ISSUE - VOL. 1 NO. 3 (2021) OCTOBER - DECEMBER

Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 Target Group


Tahun 2017 Tantang Penanggulangan Bencana Banjir di Target groups merupakan bagian dalam policy stake holders
Kabupaten Kuantan Singingi dimana diharap mampu mengadopsi beragam pola interaksi
Thomas R. Dye dalam (Setyowati & Suryaningsi, n.d.) seperti yang perumus kebijakan harapkan. Karena ini yang
menjelaskan kebijakan publik merupakan apapun yang dipilih berperan selaku kelompok sasarannya penerapan kebijakan,
pemerintah untuk dilaksanakan ataupun tidak dilaksanakan. sehingga diharap mampu menyesuaikan pola-pola perilaku pada
Munculnya kebijakan publik didasari dari kebutuhan dalam kebijakan yang sudah disusun. Target group yang dituju adalah
penyelesaian suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi.
(Ramdhani & Ramdhani, 2017). Penetapan suatu kebijakan juga Target group diharap bisa menyesuaikan diri serta menerima
sejatinya haruslah selaras dengan pembangunan dalam wilayah pola interaksi yang kebijakan tentukan. Sejauh apa masyarakat
tersebut (Hidayah, 2015). Apabila dampak positif telah bisa menyesuaikan diri ataupun mematuhi kebijakan yang
dirasakan masyarakat dari implementasi kebijakan merupakan diterapkan tergantung pada keselarasan isi program (kebijakan)
tanda bahwa kebijakan tersebut berjalan dengan efektif pada harapannya masyarakat. Dalam wawancara Bersama Bapak
(Seputra, 2020), namun sebaliknya jika sumber daya yang ada Dr. H. Dianto Mampanini, SE. MT selaku Sekretaris Daerah
tidak memadai maka kebijakan tersebut tidak dapat berjalan Kabupaten Kuantan Singingi tentang Target Group sebagai
denga efektif (Rizki, n.d.). Menurut George C dan Edward III berikut: “Penanggulangan banjir memang melibatkan masyarakat.
dalam (Putra & Tukiman, 2019) yang mempengaruhi Interaksi yang kita bangun disesuaikan dengan kondisi masyarakat,
keberhasilan suatu organisasi yaitu Komunikasi, Sumberdaya,
bagaimana komunikasi yang kita bangun harus seefektif mungkin sehingga
disposisi, dan struktur organisasi.
setiap program yang nantinya dijalankan dapat didukung oleh
Dalam kajian ini implementasi kebijakan (Herdiana, 2018)
dilihat berdasarkan indikator menurut Smith dan Larimer dalam masyarakat.”
Faradila Putra (Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik Berikutnya karakteristik dari target group yang meliputi
2009), yaitu Idealized Policy, Target Groups, Implementing besaran target group, tingkat pendidikan, jenis kelamin, usia,
organization, dan Environmental factors Berikut merupakan pengalaman, serta kondisi sosial-ekonomi pun berpengaruh ke
hasil penelitian yang telah dilakukan: efektivitas dari penerapan kebijakan. Sejumlah Karakteristik itu
terpengaruh dari lingkungan, mulai dari lingkungan sosial-
Idealized Policy budaya ataupun geografis.
Idealized policy (kebijakan yang diidealkan) yakni pola Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan
interaksi yang perumus kebijakan gagas supaya merangsang, menjelaskan bahwa ternyata masih terdapat kendala di lapangan
mempengaruhi, serta mendorong target group guna seperti kinerja pemerintahan kurang optimal dalam
melaksanakannya. Dalam pelaksanaannya dijelaskan bahwa menanggulangi bencana, karena di Kabupaten Kuantan Singingi
setiap peraturan yang dibuat oleh Stakeholder pasti memiliki belum terbentuk BPBD Daerah, sehingga sulit bagi BPBD
standar kebijakannya masing-masing, seperti Perda Nomor 9 Provinsi untuk mengoptimalkan fungsi mereka di Kabupaten
tahun 2017 ini. Standar kebijakan suatu peraturan haruslah Kuantan Singingi. Akan tetapi BPBD di Kabupaten Kuantan
sesuai dengan daerah dimana peraturan itu dilaksanakan Singingi sudah dalam proses pembentukan.
(Nugroho, 2004). Dalam kebijakan yang dilakukan harus ada kerja sama dan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa instansi terkait upaya pemerintah Kabupaten Kuansing dalam
melaksanakan penanggulangan bencana, kemudian sosialisasi mengikutsertakan masyarakat sebagai target sasaran kebijakan,
kepada masyarakat. Seterusnya pada saat bencana apa yang karena masyarakat merupakan elemen terpenting dalam
harus pemerintah dan masyarakat lakukan, yakni dengan pelaksanaan suatu kebijakan. Selain hal tersebut di dalam proses
evakuasi penyelamatan, termasuk pengadaan peralatan kebijakan, yang menjadi faktor keberhasilan suatu kebijakan itu
penyelamatan kebencanaan. Kemudian pada saat setelah adalah partisipasi masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan
bencana pemerintah melakukan mobilisasi rekontruksi dengan bahwa partisipasi masyarakat pun memegang andil besar untuk
melakukan penyaluran bantuan kepada masyarakat yang menyukseskan usaha dalam menanggulangi banjir tersebut.
terdampak bencana. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara Sejumlah individu menjelaskan partisipasinya masyarakat pada
dengan Kabid Kedaruratan BPBD Provinsi Riau yang pembangunan yakni wajib dilaksanakan berdasar pada
menyatakan bahwa “Penyelenggaraan penanggulangan bencana sesuai pertimbangan praktis dimana masyarakat sendiri yang sangat
dengan peraturan daerah ini, ada beberapa fase yang harus kita lakukan, memahami kebutuhannya. Partisipasinya masyarakat ini pun
yaitu fase pra bencana, fase saat bencana terjadi, dan fase pasca bencana. berperan selaku kunci dari keefektifannya usaha menanggulangi
Jadi intinya, tujuan yang ingin dicapai adalah pada saat sebelum terjadinya banjir.
Partisipasi masyarakat yang dimaksud pada tahapan
bencana, apa yang harus kita lakukan, baik itu dari segi pencegahan,
penerapan kebijakan diartikan selaku pemerataannya
kesiapsiagaan, kemudian aka nada pelatihan-pelatihan bagi masyarakat
sumbangan masyarakat berbentuk tenaga, uang tunai, kerja,
dan elemen-elemen yang memang berkecimpung atau stakeholders terkait”.
ataupun bentuk lain yang setara pada manfaat yang hendak
Dalam kajian ini juga menjelaskan bahwa ternyata kebijakan
diperoleh masyarakat terkait. Peranan pejabat setempat ataupun
yang telah diatur oleh pemerintah itu sangat penting dalam
pemerintah daerah pun penting sekali dalam memahami serta
mengatasi permasalahan-permasalahan yang sering terjadi di
jauh ke depan merencanakan secara tegas supaya bisa
Kabupaten Kuantan Singingi ini yang berkaitan dengan
mengembangkan wilayah/daerahnya supaya menjadi
penanggulangan bencana, sehingga stakeholder terkait bisa
lingkungan yang sehat serta turun menjalankan pengawasan
memperkirakan apa saja yang harus dilakukan jika suatu
supaya ketika timbul bencana tidak saling tuduh.
masalah tersebut terjadi, seperti halnya banjir di kabupaten
Kuantan Singingi ini.

112 Indri Rahayu dan Sujianto https://doi.org/10.35308/xxxxx


JOURNAL OF SOCIAL AND POLICY ISSUE - VOL. 1 NO. 3 (2021) OCTOBER - DECEMBER

Implementing Organization keadaan fisik maupun non fisik, asuransi bencana banjir,
Implementing organization yakni sejumlah badan pelaksana pengevaluasian kerugian materi serta non materi.
dimana memegang tanggung jawab pada penerapan kebijakan. Aspek terakhir adalah penanggulangan pasca bencana yang
Organisasi yang melaksanakan umumnya yakni unit dari meliputi kajian penyebab terjadinya bencana banjir. Pada jenis
pemerintah dimana mempunyai tanggung jawab untuk banjir secara alami disebabkan oleh pengaruh curah hujan yang
menerapkan kebijakan. Badan yang bertanggung jawab adalah tinggi, erosi, fisiografi serta sedimentasi, kapasitas drainase,
Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Kepala Bidang kapasitas sungai serta pengaruh air pasang.
Kedaruratan BPBD Provinsi Riau, Bapak Jim Gofur, AP. M.Si
Environmental Factor
melalui hasil wawancara yaitu berpendapat bahwa “Pertama yang
Environmental factors yakni beragam unsur pada lingkungan
terlibat dalam penanggulangan bencana ini tentu saja BPBD pada provinsi,
yang berpengaruh ke penerapannya kebijakan, misalnya aspek
dan Dinas Sosial pada kabupaten Kuantan Singingi, kemudian masalah sosial, budaya, politik, serta ekonomi. Secara umum dalam
bantuan logistiknya ada Badan Ketahanan Pangan, kemudian ada Dinas penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan penanggulangan
PU agar bisa mengerahkan alat berat, pada pemerintah pusat ada Balai bencana yang diambil juga mempertimbangkan aspek budaya
wilayah sungai , Dinas Lingkungan Hidup Dan Kehutanan, termasuk dan ekonomi masyarakat di kabupaten Kuantan Singingi. Hal ini
TNI/POLRI untuk membantu mengevakuasi dan juga BAZARNAS. Tidak senada dengan hasil wawancara dengan Bapak Dr. H. Dianto
lupa pula masyarakat beserta relawan-relawan peduli bencana yang ada di Mampanini, SE.MT selaku Sekretaris Daerah Kabupaten
organisasi masyarakat.” Dari hal tersebut menjelaskan tentang Kuantan Singingi yang mengemukakan bahwa: “Kebijakan yang
siapa saja yang menjadi Badan Pelaksana yang diambil tentu melihat kultur masyarakat kita. Bagaimana aspek budaya di
bertanggungjawab pada Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor Kabupaten Kuantan Singingi dan bagaimana aspek ekonomi masyarakat
9 Tahun 2017 bahwasanya yang terlibat di dalam suatu kebijakan disini. Seperti yang dapat saya jelaskan bahwa sungai Kuansing juga
tersebut tidak luput dari semua spek lapisan masyarakat, mulai dijadikan tempat mencari penghidupan oleh masyarakat Kuantan Singingi.”
dari pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, TNI/POLRI, Dari beberapa wawancara dengan masyarakat terdampak
dinas-dinas terkait, dan tentu saja yang terpenting adalah bencana banjir, peneliti bisa memperoleh kesimpulan
masyarakat. bahwasanya bencana yang kerap timbul pada Kabupaten
Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi bekerja sama Kuantan Singingi diakibatkan tingginya curah hujan dimana
dengan BPBD sesuai amanat dari Peraturan Daerah Provinsi Riau menyebabkan meluapnya sungai Kuantan, dimana di tepi sungai
No. 09 tahun 2017 Tentang Penanggulangan Bencana Alam. tersebut terdapat pemukiman masyarakat, sehingga jika sungai
Dalam Perda tersebut dijelaskan bahwa “Penanggulangan Kuantan meluap, maka akan menyebabkan banjir di pemukiman
Bencana Alam adalah serangkaian upaya yang meliputi warga dan tidak sedikit juga lahan perkebunan dan persawahan
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya masyarakat juga ikut terendam banjir. Tidak sedikit kerugian
bencana, meliputi pra bencana, tanggap darurat, pemulihan dini yang disebabkan oleh bencana banjir ini. Oleh karena itu
dan pasca bencana”. Hal ini menunjukkan terdapatnya pemerintah dan instansi terkait dituntut lebih siaga dalam
koordinasi antara pusat dan daerah gunanya untuk melakukan proses penanganan dan penanggulangan bencana yang akan
kesiagaan terhadap bencana, dengan cara mempersiapkan terjadi.
personil- personil pada daerah-daerah potensi banjir yang Sebenarnya pemerintah sudah melakukan usaha semaksimal
memang rawan terjadinya bencana. mungkin untuk melakukan penanggulangan bencana alam di
Dalam tahap pra bencana, kebijakan yang diambil adalah Kabupaten Kuantan Singingi ini, namun memang masih
membangun waduk selaku penampungan air hujan serta terkendala di SDM serta Anggaran Dananya kabupaten Kuantan
penyediaan tempat sampah, dan melaksanakan penanaman Singingi. Karena Kabupaten Kuantan Singingi belum
pohon ataupun penghijauan pada sekitar lahan yang kosong. mempunyai BPBD Daerah, maka pemerintahan yang
Aktivitas dalam menanggulangi banjir mempunyai sebuah siklus menanggulangi masalah ini sedikit kewalahan. Oleh sebab itu,
(life cycle), dimana diawali oleh banjir, berikutnya mengkaji seharusnya BPBD di Kabupaten Kuantan Singingi ini sudah
selaku masukan untuk mencegah (prevention) sebelum banjir segera terbentuk supaya bisa lebih mengoptimalkan kinerja
timbul lagi. Pencegahan tersebut dilaksanakan dengan stakeholder kebijakannya.
keseluruhan, misalnya aktivitas fisik yang meliputi pembuatan
pengendali banjir pada daerah sungai (in-stream) hingga area Faktor Penghambat dalam Implementasi Penanggulangan
dataran banjir (off-stream), serta aktivitas non fisik misalnya Bencana Banjir di Kabupaten Kuantan Singingi
sistem peringatan dini maupun pengelolaan tata guna lahan. Faktor penghambat dalam usaha untuk menanggulangi
Aspek kedua adalah tanggap darurat. Tanggap Darurat banjir di Kabupaten Kuantan Singingi dijelaskan sebagai
Bencana yakni rangkaian aktivitas yang secara segera berikut:
dilaksanakan ketika bencana terjadi guna mengatasi imbas yang Faktor Internal
tercipta, mencakup penyebaran serta pemberitahuan informasi Seperti yang dikutip dari hasil wawancara dengan Kepala
prakiraan banjir, bantuan serta reaksi cepat penanganan darurat Bidang Kedaruratan BPBD Provinsi Riau, Bapak Jim Gafur, AP.
banjir, aktivitas evakuasi korban, perlawanan terhadap banjir, M.Si “Di Kabupaten Kuantan Singingi ini kita masih kesulitan,
serta penyelamatan. karena di Kuansing ini sendiri belum adanya BPBD, ini sudah
Aspek ketiga adalah pemulihan dini. Pemulihan seusai banjir kita lakukan sosialisasi sejak tahun 2014 dan juga dengan
dilaksanakan secepat mungkin, supaya perbaikan bisa semakin pemerintahan setempat sudah merencanakan pembentukan
cepat serta keadaan bisa normal kembali. Pemulihan ini BPBD sampai saat ini juga belum terlaksana, tapi informasi
dilakukan mulai dengan bantuan untuk memenuhi kebutuhan, terakhir Kuansing sudah dalam pembentukan BPBD. Yang kita
memperbaiki sarana-prasarana, adaptasi serta rehabilitasi harapkan BPBD ini terbentuk, karena amanat Undang-Undang
https://doi.org/10.35308/xxxxx Indri Rahayu dan Sujianto 113
JOURNAL OF SOCIAL AND POLICY ISSUE - VOL. 1 NO. 3 (2021) OCTOBER - DECEMBER

24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, BPBD harus Kabupaten Kuantan Singingi, Sumber Daya Manusia, serta
dibentuk di setiap Provinsi dan Kabupaten/kota. Karna di Anggaran Dana. Faktor Eksternal yaitu penyelenggaraan
Kuansing belum ada BPBD, kita biasanya berkoordinasi dengan pengawasan berkala yang belum masyarakat lihat dan
Dinas sosial dan juga pemadam kebakaran dan Satpol PP. dan masyarakat yang belum menerima adanya pelatihan kesigapan,
pada saat terjadinya bencana” Dari hasil wawancara dapat dimana masyarakat yang ikut berpartisipasi masih kurang baik
disimpulkan bahwa Pada aspek penanggulangan banjir itu tetap dalam agenda pelatihan kesigapan maupun penyuluhan
didapati sejumlah masalah seperti pelaksanaannya pembuatan mengenai penanganan banjir di Kabupaten Kuantan Singingi.
BPBD yang belum terlaksana atau dalam hal ini yang
bertanggung jawab atas bencana di Kabupaten Kuantan Singingi REFERENSI
adalah Sekretaris Daerah dan Dinas Sosial PMD terkhusus pada Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Bidang Jaminan Bencana dan Rehabilitasi Sosial Kabupaten
Praktik. Rineka Cipta.
Kuantan Singingi. Serta masih kurang Sumber Daya Manusia
Herdiana, D. (2018). Sosialisasi Kebijakan Publik:
yang memadai, serta Anggaran Dana yang masih menjadi
kendala utama dari proses Penanggulangan Bencana Alam Di Pengertian dan Konsep Dasar. Jurnal Ilmiah Wawasan
Kabupaten Kuantan Singingi. Insan Akademik, I(3), 13–26.
http://www.stiacimahi.ac.id/?page_id=1181%0Ahttp
Faktor Eksternal
s://www.researchgate.net/publication/337485273_S
Pengadaan pemeriksaan berkala yang masyarakat belum
lihat serta masyarakat yang belum mendapatkan pelatihan osialisasi_Kebijakan_Publik_Pengertian_dan_Konse
kesigapan, dimana masyarakat yang ikut berpartisipasi masih p_Dasar
kurang baik dalam agenda pelatihan kesigapan maupun Hidayah, K. (2015). KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
penyuluhan mengenai penanganan banjir di Kabupaten Kuantan BENCANA DI ERA OTONOMI DAERAH (Kajian
Singingi. Terhadap Penanganan Kasus Luapan Lumpur
Lapindo Brantas) (DISASTER MANAGEMENT
KESIMPULAN POLICIES IN THE ERA OF REGIONAL
Pada penelitian “Implementasi Peraturan Daerah Provinsi AUTONOMY 1 (Study on Handling Cases Surge
Riau Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Bencana
Lumpur Lapindo Brantas)). Jurnal Borneo
Alam Di Kabupaten Kuantan Singingi,” bisa peneliti peroleh
kesimpulan meliputi: Administrator, 11(3), 298–315.
Dalam mengatasi persoalan banjir yang timbul di Kabupaten https://doi.org/10.24258/jba.v11i3.204
Kuantan Singingi ini sebenarnya sudah bekerja sama antara Muhammad, F. I., & Aziz, Y. M. A. (2020). Implementasi
BPBD Provinsi Riau dengan Pemerintah Kabupaten Kuantan Kebijakan Dalam Mitigasi Bencana Banjir Di Desa
Singingi, namun masih ada sejumlah hal dimana mengakibatkan Dayeuhkolot. Kebijakan: Jurnal Ilmu Administrasi, 11(1),
tidak maksimalnya Peraturan Daerah Provinsi Riau No. 09 tahun 52–61. https://doi.org/10.23969/kebijakan.v11i1.2235
2017 Tentang Penanggulangan Bencana Alam, karena di
Munthe, S., Warjio, W., & Kariono, K. (2018).
Kabupaten Kuantan Singingi belum terbentuk BPBD, jadi sulit
Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 18
bagi pemerintahan pusat berkoordinasi dengan pemerintahan
daerah. Dengan memperhatikan Idealized Policy menunjukkan
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah pada
bahwa penanggulangan banjir melibatkan masyarakat. Interaksi Penataan Kelembagaan Sekretariat Daerah.
yang dibangun disesuaikan dengan kondisi masyarakat, JPPUMA: Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Sosial Politik
bagaimana komunikasi yang dibangun harus seefektif mungkin Universitas Medan Area, 6(1), 38.
sehingga setiap program yang nantinya dijalankan dapat https://doi.org/10.31289/jppuma.v6i1.1518
didukung oleh masyarakat.
Nugroho, R. (2004). Kebijakan Publik Formulasi Implementasi
Kemudian adanya Target Groups menunjukkan bahwa
dalam kebijakan yang dilakukan harus ada kerja sama dan upaya dan Evaluasi.
dari pemerintah pusat dengan pemerintah Kabupaten Kuansing Putra, E. P., & Tukiman, T. (2019). Implementasi
dalam mengikutsertakan masyarakat sebagai target sasaran Kebijakan Layanan Tanggap Darurat Bencana pada
kebijakan, karena masyarakat merupakan elemen terpenting Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan
dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Serta dengan Implementing Masyarakat di Surabaya. Dinamika Governance : Jurnal
organization menunjukkan bahwa pelaksanaan penanggulangan
Ilmu Administrasi Negara, 9(1).
bencana alam di Kabupaten ada di bawah komando serta
https://doi.org/10.33005/jdg.v9i1.1417
koordinasi BPBD Provinsi Riau melalui Sekda Kabupaten
Kuantan Singingi Bersama Dinas Sosial PMD, Satpol PP, Raco, J. R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Grasindo.
Pemadam Kebakaran dan Penyelamat Kabupaten Kuantan Ramdhani, A., & Ramdhani, M. A. (2017). Konsep Umum
Singingi. Dan Environmental factors menunjukkan bahwa Pelaksanaan Kebijakan Publik. Jurnal Publik, 1–12.
kebijakan yang diambil melihat kultur masyarakat. Bagaimana https://doi.org/10.1109/ICMENS.2005.96
aspek budaya di Kabupaten Kuantan Singingi dan bagaimana Rizki, N. P. (n.d.). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
aspek ekonomi masyarakat.
PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN
Faktor penghambat dalam menanggulangi banjir pada
BENCANA KABUT ASAP DI KOTA PONTIANAK.
Kabupaten Kuantan Singingi meliputi faktor internal serta
eksternal. Faktor internal mencakup ditemuinya sejumlah PublikA, Jurnal S-1Ilmu Administrasi Publik.
masalah yang meliputi pelaksanaannya pembuatan BPBD Seputra, I. I. (2020). Pengaruh Implementasi Kebijakan
114 Indri Rahayu dan Sujianto https://doi.org/10.35308/xxxxx
JOURNAL OF SOCIAL AND POLICY ISSUE - VOL. 1 NO. 3 (2021) OCTOBER - DECEMBER

Terhadap Efektivitas Penanggulangan Covid-19


Oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci 1.
Nusantara: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 7(2), 408–
420.
Setyowati, A. C., & Suryaningsi, M. (n.d.).
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
BENCANA PADA TAHAP TANGGAP DARURAT
BENCANA TANAH LONGSOR DI BADAN
PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
KABUPATEN SEMARANG. 148, 148–162.
W. Gulo. (2002). Metode Penelitian. Gramedia Widiasarana
Indonesia.

https://doi.org/10.35308/xxxxx Indri Rahayu dan Sujianto 115

You might also like