Professional Documents
Culture Documents
Denny Wulandari1*, Ade Heryana2, Intan Silviana2, Erlina Puspita2, Rini H2, Deasy F2
1
Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Esa Unggul
2
Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul
*Corresponding author: dnwlnri@gmail.com
ABSTRACT
The importance of vaccination recommendations for health workers (HCWs) to the public is one of the
strongest influencers in vaccination decisions. A preliminary study conducted on ten HCWs concluded
that they had different perceptions of the COVID-19 vaccine. Different perceptions are influenced by
functional function factors (age, gender, education), sociopsychological factors, and structural factors
(knowledge, length of work). The aim of the study was to determine the factors related to the
perception of HCWs on the COVID-19 vaccine. This type of research is cross sectional with a
quantitative approach. The study was conducted in November 2020 - March 2021. The population and
sample were 53 HCWs using total sampling method. Data analysis was performed using univariate
and bivariate tests using the chi-square statistical test with α = 0.05. The conclusion shows that health
workers with negative perceptions 22 people (41.5%), positive perceptions 31% (58.5%), young
people 24 people (45.3%), old age 29 people (54.7%), 33 people (62.3%), 20 male (37.7%), 28
people (52.8%) poor knowledge, 25 good (47.2%), 14 new workyears (26.4%) and 39 long years of
service (73.6%). The bivariate analysis showed that there was a relationship between health workers'
perceptions of the COVID-19 vaccine with age (p value = 0.048, PR = 2.115), gender (p value =
0.029, PR = 2.727), knowledge (p value = 0.030, PR = 2,381). There is no relationship between
perceptions of HCWs and years of service (p value = 0.286, PR = 1.592). It is hoped that agencies will
provide more socialization and understanding and involve the active role of HCWs so that negative
perceptions can be eliminated, considering that vaccine support from HCWs is urgently needed.
660
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 5, September 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Delapan studi yang dilakukan di antara COVID-19 selama shift kerja, sehingga
petugas kesehatan, tiga survei melaporkan petugas kesehatan mengalami kondisi yang
tingkat penerimaan vaksin di bawah 60%, rentan memicu gangguan psikologis, mereka
dengan tingkat tertinggi di antara dokter di harus menerapkan langkah-langkah
Israel (78,1%), penelitian yang berasal dari pencegahan dan perlindungan yang memadai,
bagian awal pandemi (Februari dan Maret) di tidak hanya dalam konteks rumah sakit tetapi
antara perawat di Hong Kong melaporkan juga dalam konteks lain. Dengan cara ini,
tingkat penerimaan vaksin COVID-19 yang mereka dapat melindungi diri mereka sendiri
rendah (40,0% dan 63,0%) dan tingkat dan keluarga, kerabat dan teman mereka
penerimaan vaksin terendah (27,7%) terhadap resiko tertular penyakit.10 Vaksin
dilaporkan di antara petugas kesehatan di COVID-19 memang sudah dipersiapkan
Republik Demokratik Kongo (DRC).2 Penelitian pemerintah segera, namun tenaga kesehatan
yang dilakukan di pada Republik Democracy (perawat) belum tentu sudah siap
Congo menemukan hanya 28% dari peserta menerimanya.11 Meskipun memastikan
yang mengatakan bahwa mereka akan pelatihan yang memadai dalam vaksinologi
mendapatkan vaksin untuk melawan COVID- dalam penyedia layanan kesehatan, hal ini
19 jika dan ketika sudah tersedia. Kemauan tidak mengatasi masalah terkait keraguan
petugas kesehatan Kongo untuk divaksinasi terhadap vaksin. Selain itu, memberikan lebih
virus COVID-19 sangat rendah jika banyak informasi tentang manfaat vaksinasi
dibandingkan dengan studi serupa yang dan keamanan kepada tenaga kesehatan tidak
dilakukan di Prancis yang menemukan bahwa mungkin berhasil karena pengetahuan saja
77,6% (95% CI 76,2–79%) peserta “mungkin tidak cukup untuk mengubah keyakinan
setuju” untuk divaksinasi COVID-19.7 Selain yang meragukan vaksin.12 Hal ini bertolak
itu, di Amerika Serikat, berdasarkan survei, belakang dengan peran tenaga kesehatan
hanya sekitar sepertiga (1247, 36%) sebagai komunikator, motivator, fasilitator, dan
responden yang bersedia menerima vaksin konselor.13
COVID-19 segera setelah tersedia pada saat Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
survei. Mayoritas petugas kesehatan tidak kesehatan yang menyelenggarakan upaya
yakin atau akan menunggu untuk meninjau kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
data keamanan sebelum divaksinasi (1953, perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
56%). Di antara responden yang ingin mengutamakan upaya promotif dan preventif.
menunggu, 11% ingin menunggu selama 3 Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas
bulan, 10% ingin menunggu selama 6 bulan berkewajiban melaksanakan kebijakan
dan 20% ingin menunggu minimal 1 tahun. kesehatan untuk mencapai tujuan
Sebanyak 279 (8% ) responden yang tidak pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
mau menerima vaksin sama sekali.8 dan terwujudnya kecamatan sehat.14
Di dalam negeri, berbagai pendapat Salah satu kebijakan yang saat ini
terkait vaksinasi banyak disuarakan oleh harus dicapai adalah cakupan vaksinasi
berbagai lapisan masyarakat, terutama dokter. COVID-19 pada tenaga kesehatan.
Suara-suara tersebut pun terbelah dengan Berdasarkan surat pemberitahuan
argumentasinya masing-masing. Jika salah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
memahami, dokter bisa terseret arus paham Direktorat Jenderal Pencegahan dan
antivaksinasi dan justru menjadi pelopor Pengendalian Penyakit (2020) mengenai
gerakan ini di masyarakat. Dampaknya adalah rencana pelaksanaan pemberian imunisasi
kegagalan program pemerintah untuk COVID-19 untuk memutus rantai penularan
mengeradikasi penyakit-penyakit infeksi yang COVID-19, selain melaksanakan protokol
seharusnya dapat dicegah dengan vaksin, kesehatan secara ketat, juga perlu dilakukan
seperti wabah difteri yang terjadi di akhir 2017. upaya untuk meningkatkan imunitas
Lebih jauh lagi, beban terhadap anggaran masyarakat rnelalui kegiatan pemberian
BPJS Kesehatan menjadi bertambah dan imunisasi. Imunisasi COVID-19 akan diberikan
pemerintah harus ekstra kerja keras mengatasi pada kelompok rentan usia 18-59 tahun yang
wabah yang sebenarnya tidak perlu terjadi. terdiri dari tenaga kesehatan, asisten tenaga
Gerakan antivaksinasi sudah cukup kesehatan, tenaga penunjang pada fasilitas
merepotkan banyak pihak, apalagi jika pelayanan kesehatan, kemudian kelompok
gerakan ini melibatkan tenaga kesehatan.9 proritas lainnya yang ditetapkan berdasarkan
Petugas kesehatan berpotensi kajian epidemiologi dan kebijakan operasional
terinfeksi karena pajanan mereka pada pasien imunisasi COVID-19 seperti petugas
661
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 5, September 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
pelayanan publik. Pertanggal 10 Februari 2021 antibodi tidak tercapai didapatkan 1 orang
Kemenkes RI (2020) menyatakan total (10%) sangat setuju, 5 orang (5%) setuju, 4
sasaran vaksinasi COVID-19 sebanyak orang (40%) tidak setuju.
181.554.465 dengan sasaran sebanyak Berdasarkan hasil studi pendahuluan,
1.468.764 pada tenaga kesehatan dengan menunjukkan faktor fungsional yang berbeda
cakupan vaksinasi tahap 1 sebanyak 969.546 pada individu. Selain melalui kuesioner,
(66,01%) dan tahap 2 sebanyak 279.251 peneliti juga melakukan studi wawancara
(19,01%). Berdasarkan laporan Kementrian dengan tenaga kesehatan yang meliputi
Kesehatan, cakupan vaksinasi pada tenaga dokter, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan
kesehatan belum mencapai 100%.1 lainnya. Gambaran dari sepuluh tenaga
Untuk mengetahui persepsi tenaga kesehatan yang yang mempunyai persepsi
kesehatan terhadap vaksin COVID-19 di yang berbeda – beda ditinjau dari usia yaitu
Puskesmas X maka peneliti melakukan studi 60% berusia tua (≥ 40 tahun), ditinjau dari
pendahuluan pada 10 tenaga kesehatan jenis kelamin terdiri dari perempuan 70%,
tentang persepsi vaksin COVID-19 yang ditinjau dari pengetahuan hanya 20% yang
meliputi 2 perawat (20%), 5 bidan (50%), 3 berpengetahuan baik, dan ditinjau dari masa
tenaga kesehatan lainnya (30%). Berdasarkan kerja sebanyak 80% tenaga kesehatan
pertanyaan mengenai persepsi efek samping mempunyai masa kerja ≥ 5 tahun. Dari data
yang berat yang dapat ditimbulkan oleh vaksin yang diperoleh masih ada persepsi yang
COVID-19, sebanyak 3 orang (30%) negatif terhadap vaksin COVID-19.
menyatakan tidak setuju, 5 orang (50%) Berdasarkan hasil wawancara dengan
menjawab kurang setuju, 2 orang (20%) responden didapatkan bahwa tenaga
menjawab setuju. Mengenai vaksin tidak akan kesehatan masih ada keraguan terhadap
menimbulkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi vaksin COVID-19. Responden menyatakan
(KIPI) sebanyak 2 (20%) menyatakan tidak beberapa teman sejawatnya meskipun sudah
setuju, 8 (80%) orang kurang setuju. mendapat vaksin COVID-19 masih bisa
Kemudian berdasarkan pertanyaan bahwa tertular COVID-19. Disisi lain, tenaga
kandungan vaksin dapat meningkatkan titer kesehatan yang seharusnya tingkat
imunitas diantaranya 1 orang (10%) tidak pengetahuan tentang vaksin COVID -19 sudah
setuju, 1 orang (10%) orang menyatakan baik. Puskesmas X sudah melakukan
kurang setuju, dan 7 orang (70%) menyatakan sosialisasi tentang vaksin COVID-19 pada
setuju dan 1 orang (1%) menyatakan sangat tanggal 25 Januari 2021 kepada seluruh
setuju. Mengenai persepsi tentang vaksin tenaga kesehatan. Walaupun sudah diberikan
dapat membentuk herd imunity sebanyak 1 sosialisasi tentang vaksin COVID-19 namun
orang (10%) tidak setuju, 2 orang (20%) masih ada keraguan mengenai efek samping,
menyatakan kurang setuju, 7 orang (70%) kandungan, efektifitas serta keamanan vaksin
menyatakan setuju. Kemudian berdasarkan COVID-19. Menurut peneliti, persepsi yang
vaksin memperkecil resiko penularan COVID- berbeda-beda pada tenaga kesehatan di
19 didapatkan hasil 4 orang (40%) tidak setuju, Puskesmas X dapat dipengaruhi oleh faktor
5 orang (50%) setuju, dan 1 orang (10%) fungsional persepsi, hal ini membuat peneliti
sangat setuju. Berdasarkan pertanyaan vaksin tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai
COVID-19 berdampak menurunkan kasus Faktor – faktor yang berhubungan dengan
COVID-19 sebanyak 2 orang (2%) persepsi tenaga kesehatan terhadap vaksin
menyatakan kurang setuju, dan 5 orang (50%) COVID-19.
menyatakan setuju, dan 3 orang (30%)
menyatakan sangat setuju. Berdasarkan dosis METODE PENELITIAN
pertama vaksin efektif sehingga tidak Penelitian ini menggunakan metode
membutuhkan booster sebanyak 2 orang kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
(20%) menjawab tidak setuju, 3 orang (30%) cross sectional untuk memperoleh faktor –
menjawab kurang setuju, 5 orang (50%) faktor yang berhubungan dengan persepsi
menjawab setuju. Selanjutnya vaksin COVID- tenaga kesehatan terhadap vaksin COVID-19
19 dapat secara efektif meningkatkan di Puskesmas X Tahun 2021. Penelitian ini
kekebalan pada lansia didapatkan 1 orang dilaksanakan pada bulan November 2020
(10%) orang menyatakan tidak setuju, 6 orang sampai Maret 2021 di Puskesmas X di Jawa
(60%) kurang setuju, 2 orang (20%) setuju dan Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah
1 orang (1%) sangat setuju, kemudian vaksin seluruh tenaga kesehatan yang ada di
bagi penyintas COVID-19 diberikan jika Puskesmas X yang berjumlah 53 responden.
662
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 5, September 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
HASIL
Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi frekuensi persepsi, usia, jenis kelamin, pengetahuan, masa kerja Tenaga
Kesehatan Terhadap Vaksin COVID-19 di Puskesmas X Tahun 2020
Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian responden (52,8%), dan masa kerja lama
terhadap 53 responden. Diketahui bahwa sebanyak 39 responden (73,6%).
sebanyak 53 responden tenaga kesehatan
yang mempunyai persepsi positif yaitu Analisis Bivariat
sebanyak 31 orang (58,5%), usia tenaga Hasil analisis bivariate yang diuji dengan chi
kesehatan di Puskesmas X Tahun 2020 yaitu square pada 5 variabel sebagai berikut:
usia tua 29 responden (54,7%), jenis kelamin
tenaga kesehatan di Puskesmas X Tahun
2020 yaitu 33 responden (62,3%) perempuan,
pengetahuan kurang baik sebanyak 28
Tabel 2. Uji Statistik faktor – faktor yang berhubungan dengan persepsi Tenaga Kesehatan
Terhadap Vaksin COVID-19 di Puskesmas X Tahun 2020
Persepsi
Variabel Kategori Negatif Positif Total p- PR
Independen value (95% CI)
Usia Muda 14 58,3% 10 41,7% 24 100% 0,048 2,115
663
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 5, September 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
664
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 5, September 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Hubungan antara Usia dengan Persepsi dalam menerima informasi karena mengingat
Tenaga Kesehatan Terhadap Vaksin kunci sukses vaksinasi ada pada tenaga
COVID-19 kesehatan khususnya di tingkat primer yaitu
Berdasarkan hasil penelitian diketahui tingkat Puskesmas.
bahwa sebagian tenaga kesehatan usia tua
(≥40 tahun). Berdasarkan hasil analisis chi Hubungan Jenis Kelamin dengan Persepsi
square diketahui ada hubungan antara usia Tenaga Kesehatan Terhadap Vaksin
dengan persepsi tenaga kesehatan terhadap COVID-19
vaksin COVID-19. Kelompok usia muda Berdasarkan hasil penelitian diketahui
cenderung 2 kali memiliki persepsi negatif bahwa sebagian besar tenaga kesehatan
terhadap vaksin COVID-19 dibanding berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan
kelompok usia tua. Penelitian ini sejalan hasil analisis chi square diketahui ada
dengan penelitian yang dilakukan oleh hubungan antara jenis kelamin dengan
Shekhar et al. (2021) yang berjudul COVID-19 persepsi tenaga kesehatan terhadap vaksin
Vaccine Acceptance among Health Care COVID-19. Kelompok jenis kelamin
Workers in the United States yang perempuan cenderung 2,7 kali memiliki
menyatakan bahwa penerimaan vaksin persepsi negatif terhadap vaksin COVID-19
COVID-19 meningkat seiring dengan dibanding kelompok laki - laki. Hal ini sejalan
bertambahnya usia (p value <0,001). Pada dengan Penelitian Malik et al. (2020)
kelompok usia 18 – 30 tahun hanya 34% menyatakan bahwa dari 672, sebanyak 450
responden yang bersedia menerima vaksin responden (67%) dapat menerima vaksin
COVID-19 dan 47% pada kelompok usia > 70 COVID-19 jika direkomendasikan untuk
tahun. mereka. Penerimaan vaksin yang berbeda
Hasil analisis menyatakan bahwa tersebut dipengaruhi oleh karakteristik
setengah dari tenaga kesehatan berusia tua demografis yaitu jenis kelamin laki – laki
(≥40 tahun). Menurut pengamatan peneliti, tingkat penerimaannya 72% lebih banyak
penerimaan sumber daya manusia Puskesmas dibanding responden wanita. Penelitian
X adalah tenaga kesehatan yang berusia tua. Shekhar et al. (2021) menyatakan bahwa ada
Peneliti berkesimpulan bahwa di usia muda hubungan antara jenis kelamin tenaga
lebih cenderung berpersepsi negatif karena kesehatan di US dengan penerimaan terhadap
usia muda lebih banyak mengakses informasi vaksin COVID-19 (p value <0,001).
dan lebih tidak bijaksana dalam menerima Hasil analisis menyatakan bahwa
informasi baik itu berita benar maupun hoaks. sebagian besar dari tenaga kesehatan berjenis
Tenaga kesehatan yang lebih tua cenderung kelamin perempuan. Menurut peneliti, tenaga
memiliki kematangan berfikir dan bersikap kesehatan yang ada di Puskesmas X lebih
sehingga lebih mempunyai pemikiran yang banyak tenaga bidan. Dimana bidan hanya
lebih baik dan bijaksana dalam menyikapi dapat diisi dengan tenaga kerja perempuan.
suatu hal di lingkungan kerja yang dapat Menurut hasil penelitian jenis kelamin
membentuk persepsi yang lebih baik dibanding perempuan lebih banyak yang berpersepsi
tenaga kesehatan di usia muda. negatif, karena perempuan lebih cepat
Usia adalah umur individu yang menyimpulkan informasi dan percaya akan
dihitung mulai saat dilahirkan sampai ulang berita yang didengar dan belum tentu benar
tahun. Usia mempengaruhi daya tangkap dan akan kebenarannya, sedangkan laki – laki
pola berpikir, serta perubahan aspek psikis lebih cenderung berfikir baru menyimpulkan
dan psikologis sehingga pengetahuan yang dan lebih stabil secara emosi.
diperoleh semakin baik.16 Semakin cukup Sesuai dengan teori Green yang
umur, kematangan dan kekuatan seseorang dikembangkan Rosenstock (1974) dalam
akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Harari & Legge (2001) yang dikenal dengan
Semakin tua umur seseorang semakin Health Belief Model mengatakan bahwa faktor
konstruktif dalam menggunakan koping sosiodemografi salah satunya adalah jenis
pengetahuan yang diperoleh.17 kelamin berpengaruh terhadap persepsi
Berdasarkan masalah diatas maka seseorang.18 Jenis kelamin tidak langsung
perlu adanya peran instansi dalam mempengaruhi persepsi seseorang tetapi jenis
menciptakan kepercayaan terutama persepsi kelamin mempengaruhi salah satu komponen
yang positif terhadap vaksin COVID-19 pada dalam persepsi yaitu afektif atau emosi.
petugas kesehatan di usia muda untuk tidak Mulyana (2008) menjelaskan bahwa emosi
mudah termakan hoaks dan lebih bijaksana seseorang berpengaruh terhadap persepsi. 19
665
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 5, September 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Menurut Rosmalia & Sriani (2017) jenis Dan jika ada pelatihan, petugas kesehatan
kelamin adalah (sex) mengacu pada hanya mengingat secara teknis dari sudut
perbedaan biologis antara laki-laki dan pekerjaan saja namun bukan hal yang
perempuan.20 Adanya perbedaan dalam hal mendasar atau secara teoritis/ keilmuan.
perhatian dan pandangan yang menyebabkan Peneliti mengamati tenaga kesehatan dengan
jenis kelamin secara social yang mengacu pengetahuan kurang baik lebih cenderung
pada peran, perilaku, aktifitas atau budaya berpersepsi negatif karena tenaga kesehatan
tertentu akan mempengaruhi persepsi.19 Laki – tersebut akan lebih cepat menyimpulkan berita
laki cenderung bisa mengendalikan emosi tanpa mengecek kembali informasi yang
dibandingkan wanita. didapatkan dan terburu- buru dalam
Berdasarkan masalah diatas maka menyimpulkan suatu informasi.
perlu adanya diskusi terbuka mengenai vaksin Pengetahuan merupakan hasil dari
COVID-19 supaya tenaga kesehatan dapat tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
menyaring informasi dengan bijak, khususnya pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.
perempuan yang lebih mudah terpengaruh Pengetahuan merupakan salah satu faktor
karena perempuan mudah terpengaruh oleh terpenting yang mengubah kepercayaan
lingkungan dan stimulus lainnya. Pentingnya kesehatan dan berpotensi menyebabkan
meluruskan persepsi negatif pada tenaga perubahan perilaku kesehatan individu.22
kesehatan perempuan supaya kebijakan Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh
vaksinasi bisa mencapai target yang sudah intensitasi perhatian dan persepsi seseorang
direncanakan pemerintah. tehadap objek. Sebagian besar pengatahuan
seseorang diperoleh melalui indera
Hubungan antara Pengetahuan dengan pendengaran (telinga), dan indera penglihatan
Persepsi Tenaga Kesehatan Terhadap (mata). Pengetahuan seseorang tentang suatu
Vaksin COVID-19 objek mengandung dua aspek, yaitu positif
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dan negatif. Kedua aspek ini yang akan
bahwa sebagian tenaga kesehatan menentukan sikap seseorang semakin banyak
mempunyai pengetahuan kurang baik. aspek positif yang diketahui, maka akan
Berdasarkan hasil analisis chi square diketahui menimbulkan sikap semakin positif terhadap
ada hubungan antara pengetahuan dengan objek tertentu.16 Pengetahuan merupakan
persepsi tenaga kesehatan terhadap vaksin salah satu faktor terpenting yang mengubah
COVID-19. Kelompok pengetahuan kurang kepercayaan kesehatan dan berpotensi
baik cenderung 2 kali memiliki persepsi negatif menyebabkan perubahan perilaku kesehatan
terhadap vaksin COVID-19 dibanding individu. Meskipun memastikan pelatihan yang
kelompok pengetahuan baik. Dalam kuesioner memadai dalam vaksinologi dalam penyedia
skor terendah adalah pertanyaan nomor 2 layanan kesehatan, hal ini tidak mengatasi
yaitu pertanyaan tentang zat yang membantu masalah terkait keraguan terhadap
memperkuat dan memperpanjang respon vaksin. Selain itu, memberikan lebih banyak
kekebalan vaksin. Hasil penelitian Ekowati et informasi tentang manfaat vaksinasi dan
al. (2017) menunjukkan bahwa terdapat keamanan kepada tenaga kesehatan tidak
hubungan antara pengetahuan tentang kanker mungkin berhasil karena pengetahuan saja
serviks dan persepsi hambatan dari vaksinasi tidak cukup untuk mengubah keyakinan
kanker Human Papiloma Virus (HPV).21 yang meragukan vaksin.12
Faktor – faktor fungsional yang mempengaruhi Berdasarkan masalah diatas maka
persepsi disebut kerangka rujukan (frame of perlu adanya pengayaan materi atau seminar
reference). Latar belakang pendidikan dan vaksinasi yang diberikan kepada tenaga
pengalaman memudahkan memahami kesehatan khususnya yang belum pernah
pengertian atau istilah – istilah yang sesuai menerima pelatihan vaksinator secara khusus
dengan latar belakang dan pengalamannya. misalnya tenaga kesehatan penunjang lainnya
Hasil analisis penelitian yang seperti rekam medis, ahli gizi, sanitarian, dll
dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas untuk meluruskan persepsi yang negatif.
tenaga kesehatan yang kurang baik hal ini
disebabkan banyaknya tenaga kesehatan Hubungan antara Masa Kerja dengan
yang kurang informasi mengenai teori vaksin Persepsi Tenaga Kesehatan Terhadap
dari sumber resmi atau jurnal misalnya. Vaksin COVID-19
Petugas kesehatan umumnya hanya Berdasarkan hasil penelitian diketahui
mengetahui point of view dari sebuah vaksin. bahwa sebagian besar tenaga kesehatan
666
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 5, September 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
667
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 5, September 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
workers (HCWs). MedRxiv. 2020; 16. Wawan, A. dan D. Teori dan Pengukuran
2962(548). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
4. Heryana, A. Penolakan terhadap Manusia. Nuha Medika; 2010.
vaksinasi. 2020; 1–8. 17. Nursalam. Konsep dan penerapan
5. MacDonald, N. E., Eskola, J., Liang, X., metodologi penelitian ilmu keperawatan :
Chaudhuri, M., Dube, E., Gellin, B., pedoman skripsi, tesis, dan instrumen
Goldstein, S., Larson, H., Manzo, M. L., penelitian keperawatan (2nd ed.).
Reingold, A., Tshering, K., Zhou, Y., Salemba Medika; 2008.
Duclos, P., Guirguis, S., Hickler, B., & 18. Harari, P., & Legge, K. Heinemann
Schuster, M. Vaccine hesitancy: themes in physchology: Psychology and
Definition, scope and determinants. health. Heinemann Educational.2001
Vaccine. 2015; 33(34), 4161–4164. 19. Mulyana, D. Ilmu Komunikasi (12th ed.).
6. Rakhmat, J. Psikologi Komunikasi Remaja Rosdakarya. 2008
Remaja Rosdakarya; 2007. 20. Rosmalia, D., & Sriani, Y. Sosiologi
7. Mukamba Musenga, E. Acceptability of Kesehatan. In Kemenkes RI (1st ed.).
Vaccination Against COVID-19 Among Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Healthcare Workers in the Democratic Kesehatan; 2017.
Republic of the Congo. Pragmatic and 21. Ekowati, D., Ari, U., Martini, & Mateus
Observational Research. 2020; 11, 103– Sakondamo Adi. Hubungan Pengetahuan
109. Dengan Persepsi Mahasiswi Dalam
8. Rahul, Shekhar, M., Sheikh, Abu Bakar, Penerimaan Vaksinasi Hpv Sebagai
M., & Subhra Upadhyay, M. IRB approval; Upaya Pencegahan Kanker Serviks.
2021. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal).
9. Sundoro, J., Sulaiman, A., Purwadianto, 2017; 5(4), 334–341.
A., & Wasisto, B. Etika Kedokteran 22. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan perilaku
Indonesia. Etika Kedokteran Indonesia. kesehatan. Rineka Cipta; 2008.
2017; 1(1), 38. 23. Shambodo, Y. Faktor Yang
10. Anmella, G., Fico, G., Roca, A., Gómez- Mempengaruhi Persepsi Khalayak
Ramiro, M., Vázquez, M., Murru, A., Mahasiswa Pendatang UGM Terhadap
Pacchiarotti, I., Verdolini, N., & Vieta, E. Siaran Pawartos Ngayogyakarta Jogja
Unravelling potential severe psychiatric TV. Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Ilmu
repercussions on healthcare Sosial. 2020; 1(2), 98.
professionals during the COVID-19 crisis. 24. Kabamba, N., Kabamba Ngombe, L.,
In Journal of Affective Disorders. 2020; Ngoie Mwamba, G., Banza Ndala, D. B.,
73(1), 422–424. MbiMiema, J., Luhata Lungoyo, C., Lora
11. On, K., Li, K., In, W., Tang, A., Yeung, S., Mwimba, B., Cikomola Mwana Bene, A.,
Wong, S., & Shan, S. International & Mukamba Musenga, E. Acceptability of
Journal of Nursing Studies Influenza Vaccination Against COVID-19 Among
vaccine uptake , COVID-19 vaccination Healthcare Workers in the Democratic
intention and vaccine hesitancy among Republic of the Congo. Pragmatic and
nurses : A survey. International Journal of Observational Research. 2020; (11),103–
Nursing Studies. 2020; 114, 103854. 109.
12. Henrikson, N. B., Opel, D. J., Grothaus,
L., Nelson, J., Scrol, A., Dunn, J.,
Faubion, T., Roberts, M., Marcuse, E. K.,
& Grossman, D. C. Physician
communication training and parental
vaccine hesitancy: A randomized trial.
Pediatrics. 2015; 136(1), 70–79.
13. Potter, P. A., Perry, A., Stockert, P., &
Hall, A. Fundamentals of Nursing. 2016..
14. Putri, W. C. W. S., Yuliyatni, P. C. D.,
Aryani, P., Sari, K. A. K., & Sawitri, A. A.
S. Dasar-dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat ( Puskesmas ). 2017.
15. Hartono, D. Psikologi Keperawatan. In
Pusdik SDM Kesehatan. 2016; 1(1).
668