You are on page 1of 15

Hubungan Persepsi Masyarakat Dengan Kecemasan Dalam Menjalani

Vaksin Covid-19 Di Puskesmas Andalas


Relationship of Public Perception with Anxiety in Living
Covid-19 Vaccine at Andalas Health Center

Syamila Adina*¹, Agus Sri Banowo*, Ira Mulya Sari*

*Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Alamat : Kampus Fakultas Keperawatan, Universitas Andalas


Limau Manis Padang, Sumatera Barat, Indonesia 25163

¹Korepondensi : Syamila Adina


Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas
Telp/Hp : 082388126524
Email : syamilaadina@gmail.com

63
Hubungan Persepsi Masyarakat Dengan Kecemasan Dalam Menjalani
Vaksin Covid-19 Di Puskesmas Andalas

Relationship of Public Perception with Anxiety in Living


Covid-19 Vaccine at Andalas Health Center

ABSTRACT

Termination or prevention of transmission of Covid-19 is to carry out a Covid-19


vaccine. Various doubts began to emerge from the public regarding vaccines.
Public anxiety about the Covid-19 vaccine comes from the safety, side effects and
halal aspects. The purpose of this study was to determine the relationship between
public perception and anxiety in undergoing the Covid-19 vaccine at the Andalas
Health Center. The sampling technique used was cross sectional with a total
sample of 194 respondents using incidental sampling. The results showed that
most of the respondents had a negative perception (64,4%) and half of the
respondents experienced mild anxiety (34,0%). The results showed that there was
a relationship between public perception and anxiety in undergoing the Covid-19
vaccine (p = 0.000). It is hoped that it can be input for the Puskesmas to increase
public knowledge about Covid-19 vaccination through efforts to provide health
education that is carried out once a week in order to minimize and reduce the
anxiety of each individual undergoing the vaccination program.

Keywords: Perception, Anxiety, Covid-19 Vaccine

ABSTRAK

Pemutusan atau pencegahan penularan Covid-19 adalah melakukan vaksin


Covid-19. Berbagai keraguan mulai bermunculan dari masyarakat terkait vaksin.
Kecemasan msyarakat mengenai vaksin Covid-19 berasal dari segi keamanan,
efek samping dan kehalalannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan persepsi masyarakat dan kecemasan dalam menjalani vaksin Covid-19
di Puskesmas Andalas. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan cross
sectional dengan jumlah sampel penelitian berjumlah 194 responden
menggunakan teknik incidental sampling. Hasil penelitian di dapatkan bahwa
sebagian besar responden memiliki persepsi negatif (64,4%) dan setengah
responden yang mengalami kecemasan ringan (34,0%). Hasil penelitian
menunjukkan ada hubungan persepsi masyarakat dan kecemasan dalam menjalani
vaksin Covid-19 (p=0,000). Diharapkan dapat menjadi masukan bagi Puskesmas
untuk meningkatan pengetahuan masyarakat akan vaksinasi Covid-19 melalui
upaya pemberian pendidikan kesehatan yang dilakukan 1 kali dalam seminggu
agar dapat meminimalkan dan menurunkan kecemasan setiap individu yang
menjalani program vaksinasi

Kata Kunci : Persepsi, Kecemasan, Vaksin Covid-19


Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARSCoV-2).
SARS-CoV-2 merupakan virus yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya.
Terdapat setidaknya dua jenis coronavirus yaitu Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Gejala umum
infeksi Covid-19 antara lain gangguan pernapasan akut, seperti: demam, batuk,
dan sesak napas. Covid-19 disebarkan melalui kontak langsung dengan kasus
terkonfirmasi atau probable Covid-19, riwayat perjalanan jauh dan tinggal di
daerah yang angka penularan Covid-19 dengan masa inkubasi rata - rata 5 - 6 hari
(Pakpahan & Dia, 2021).
Tingginya kasus terkonfirmasi Covid-19 ini membuat semua negara segera
merencanakan program vaksinasi untuk masyarakat yang sehat dan belum pernah
terkonfirmasi Covid-19, dan untuk masyarakat yang pernah terpapar Covid-19
dalam periode waktu tertentu dengan tujuan untuk membuat kekebalan tubuh
masal pada masyarakat (Kemenkes, 2020).
Program vaksinasi semua negara di seluruh dunia berjuang untuk menahan
penyebaran Covid-19 dengan tindakan pencegahan terhadap penularan penyakit,
seperti karantina massal, social distancing, penggunaan masker, cuci tangan, dan
pembatasan perjalanan. Hal ini tentu memiliki implikasi terhadap psikososial
masyarakat dan ekonomi global. Konsekuensi yang tidak terelakkan dari berbagai
segi terkait dengan wabah Covid-19 tentu telah menjadi perhatian dunia dan telah
mengintensifkan upaya internasional dalam mengembangkan metode pencegahan
yang efektif untuk mengendalikan wabah, salah satunya adalah dengan program
vaksinasi (Hafizzanovian et al, 2021).
Untuk menghentikan penularan Covid 19, pemerintah juga melakukan
vaksinasi kepada penduduk Indonesia. Menurut B.A Fundrika (2021), pemerintah
Indonesia disebut telah membuat peta jalan untuk vaksinasi Covid-19 di Indonesia.
Menteri Kesehatan menyebutkan bahwa vaksinasi di Indonesia akan dilakukan
dalam dua periode. Hal tersebut sudah dikonsultasikan kepada Indonesian
Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) yang bertugas memberikan
nasehat /advice kepada Menteri Kesehatan. Periode pertama dimulai pada Januari
sampai dengan April 2021.
Menurut data WHO 47,6% populasi dunia telah menerima setidaknya satu
dosis vaksin Covid-19, 6,68 miliar dosis telah diberikan secara global, dan 19,35
juta sekarang diberikan setiap hari. Hanya 2,7% orang di negara berpenghasilan
rendah yang telah menerima setidaknya satu dosis. Data vaksin di Indonesia per 5
Desember 2021 adalah 142.432.347 dosis vaksin pertama, 99.009.581 dosis
vaksin kedua, 1.245.104 dosis vaksin ketiga dan target sasaran vaksinasi nasional
yaitu 208.265.720.
Berdasarkan data dari Kemenkes per 10 Oktober 2021, Provinsi Sumatera
Barat memiliki sasaran vaksin Covid-19 sebanyak 4.408.509 dosis, 1.114.877
orang atau 25,29% yang telah melakukan vaksin pertama dan 568.327 orang atau
12,89% yang sudah mendapatkan dosis lengkap. Menurut Kemenkes (2021) salah
satu akibat rendahnya sasaran vaksinasi karena masih adanya keraguan,
kekhawatiran bahkan ketakutan ditengah masyarakat mengenai vaksin Covid-19.
Persepsi masyarakat terhadap kesehatan dan pencegahan penyakit juga
merupakan faktor penting, ada banyak responden yang menganggap mendalami
spiritualitas adalah cara menjaga kesehatan dan menghadapi penyakit. Faktor
kontekstual umum lain seperti agama, persepsi terhadap perusahaan farmasi, dan
kondisi sosial, budaya, dan ekonomi juga mempengaruhi penerimaan vaksin.
Beberapa masyarakat berpendapat bahwa anjuran memakai masker, mencuci
tangan, dan menerapkan pembatasan sosial (3M) sudah cukup. Masyarakat yang
giat mengikuti anjuran 3M tersebut merasa sudah merasakan manfaatnya dan
mempertanyakan rasio risiko terhadap manfaat penggunaan vaksin (Covid-19,
2020).
Keraguan muncul dari masyarakat yang takut jarum suntik dan yang pernah
mengalami efek samping setelah di imunisasi. Beberapa responden
mempertanyakan proses uji klinis vaksin dan keamanannya. Keandalan penyedia
vaksin dinilai penting dan banyak yang menyatakan bersedia menerima vaksin
jika Indonesia yang memproduksinya. Responden juga berharap pemimpin politik
menjadi teladan, misalnya, dengan menjadi yang pertama divaksin sebelum
vaksinasi massal dilakukan (Kemenkes, 2020).
Ketidakpercayaan masyarakat bahwa Covid-19 (SARS-CoV-2) nyata ataupun
kemungkinannya untuk menular dan mengancam kesehatan masyarakat. Beberapa
masyarakat menyatakan bahwa pandemi adalah produk propaganda, konspirasi,
hoax, atau upaya sengaja untuk menebar ketakutan melalui media untuk dapat
keuntungan (Dinnar, 2021) .
Fenomena vaksin saat ini marak diperbincangkan oleh banyak orang, hal
tersebut tidak terlepas dari berita negatif yang semakin menyebar. Berbagai
keraguan mulai bermunculan dari masyarakat terkait vaksin. Terlebih masyarakat
sering membaca berita - berita hoax yang disebar di berbagai media sosial. Karena
itu membuat sebagian masyarakat menjadi khawatir dan enggan untuk vaksin
Covid-19. Menurut Rahayu dan Sensusiyati (2021) berita hoax tentang vaksin
Covid-19 yang berkaitan dengan komposisi yaitu bahwa vaksin Covid-19
mengandung bahan berbahaya diantaranya boraks, formalin, sel vero, bahkan ada
yang menyebutkan vaksin dibuat dari janin bayi laki - laki. Berita hoax tentang
efek samping lainnya yaitu kematian, kemandulan, memperbesar alat vital pria,
dan modifikasi DNA manusia.
Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap Covid-19 mengakibatkan
persepsi negatif masyarakat. Persepsi negatif dapat terbentuk dari hoax yang
menyebar di masyarakat. Hoax di masyarakat mempengaruhi rendahnya tingkat
vaksinasi, mengingat persepsi dan niat lebih kuat daripada informasi statistik
(Betsch et al., 2011).
Tingkat kecemasan dan kekhawatiran mengenai vaksin Covid-19 berasal dari
segi keamanan, kemanjuran sumber dukungan vaksin dan efek samping yang
ditimbulkan (Hoff, 2021). Bukti kuat telah menunjukkan bahwa masalah
psikologis seperti kecemasan, stres, depresi, dan perilaku kesehatan yang buruk
dapat mengganggu respons sistem kekebalan tubuh terhadap vaksin, dan efek ini
mungkin paling besar pada kelompok rentan seperti orang tua (Madison et al.,
2021). Kecemasan vaksin merupakan kecemasan yang ketidakberdayaan, rasa
tidak aman, tidak matang, dan kekurangan kemampuan dalam menghadapi
realitas (lingkungan) kesulitan, tekanan kehidupan. Dan cemas bentuk ketidak
beranian ditambah kerisauan terhadap hal - hal yang tidak jelas (Islamul, 2020).

METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, digunakan metode penelitian analitik, yang meneliti
tentang hubungan antara variabel dependen dan independen. Dimana variabel
dependen yaitu presepsi masyarakat tentang vaksinasi Covid-19 dan variabel
independen, yaitu kecamasan masyarakat saat menjalani vaksinasi Covid-19. Pada
penelitian ini akan dilakukan pengukuran variabel independen dan dependen,
yang kemudian akan dianalisis data yang sudah terkumpul untuk mencari
hubungan antara kedua variabel tersebut. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan cross sectional. Menurut Masturoh et al (2018), Desain penelitian
cross sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari korelasi antara
paparan atau faktor risiko (independen) dengan akibat atau efek (dependen),
dengan pengumpulan data dilakukan bersamaan secara serentak dalam satu waktu
antara faktor risiko dengan efeknya (point time approach), artinya semua variabel
baik variabel independen maupun variabel dependen di observasi pada waktu
yang sama.

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan tabel 5.1. Hasil penelitian ini menunjukkan 194 responden di
wilayah kerja Puskesmas Andalas yang diteliti diketahui bahwa sebagian besar
berjenis kelamin perempuan 60,8% dan umur responden >50 tahun 57,7% .
Tingkat pendidikan sebagian besar SMA (Sekolah Menegah Atas) 33,% dan
bekerja 46,4%. Responden yang tidak terinfeksi Covid-19 90,2% dan Responden
yang akan/bersedia melakukan atau menjalani vaksin Covid-19 97,9%.

Tabel. 5.1 Data demografi responden (n=194)


Karakteristik f %
Jenis Kelamin
Laki - laki 76 39.2
Perempuan 118 60.8
Umur
10-20 tahun 12 6.2
20-30 tahun 14 7.2
30-40 tahun 22 11.3
40-50 tahun 34 17.5
>50 tahun 112 57.7
Tingkat Pendidikan
SD 46 23.7
SMP 41 21.1
SMA 64 33.0
Diploma/S1/S2 43 22.2
Pekerjaan
Tidak Bekerja 83 42.8
Bekerja 90 46.4
Pensiunan 21 10.8
Terinfeksi Covid
Tidak 175 90.2
Ya 19 9.8
Akan Melakukan Vaksin
Ya 190 97.9
Tidak 4 2.1
Penyakit Penyerta
Memiliki 38 19.6
Tidak Memiliki 156 80.4
Jumlah 194 100%

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi persepsi masyarakat dalam menjalani


vaksin Covid-19 di Puskesmas Andalas

Persepsi f %
Persepsi Positif 69 35,6
Persepsi Negatif 125 64,4
Jumlah 194 100

Berdasarkan tabel 5.2 di dapatkan sebagian besar responden memiliki


persepsi negatif sebanyak 80,9% sedangkan responden memiliki persepsi
positif sebanyak 19,1%.
Tabel 5.3 distribusi frekuensi kecemasan masyarakat dalam
menjalani vaksin Covid-19 di wilayah kerja Puseksmas Andalas

Kecemasan f %
Tidak Ada Kecemasan 49 25,3
Kecemasan Ringan 66 34,0
Kecemasan Sedang 48 24,7
Kecemasan Berat 31 16,0
Jumlah 194 100

Tabel 5.4 Hubungan persepsi masyarakat dengan kecemasan


dalam menjalani vaksin Covid-19

Kecemasan

Persepsi Tidak Ada Kecemasan Kecemasan Kecemasan Total P


Kecemasan Ringan Sedang Berat Value

f % f % f % f % f %
Positif 22 31,9 35 50,7 10 14,5 2 2,9 69 100 0,000

Negatif 27 21,6 31 24,8 38 30,4 29 23,2 125 100

Jumlah 49 25,3 66 34,0 48 24,7 31 16,0 194 100


Berdasarkan tabel 5.4 hasil yang di dapatkan oleh peneliti pada responden
yang akan menjalani vaksin Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas Andalas,
diperoleh data dari 194 responden memiliki persepsi positif yang tidak ada
kecemasan sebanyak 24 responden (64,9%), persepsi positif yang memiliki
kecemasan ringan sebanyak 11 responden (29,7%), persepsi positif yang
memiliki kecemasan sedang sebanyak 1 responden (2,7%) dan terakhir persepsi
positif yang memiliki kecemasan berat sebanyak 1 responden (2,7%). Selanjutnya
untuk persepsi negatif yang tidak ada kecemasan sebanyak 3 responden (1,9%),
persespsi negatif yang memiliki kecemasan ringan sebanyak 70 responden
(44,6%), persepsi negatif yang memiliki kecemasan sedang sebanyak 74
responden (47,1%) dan terakhir persepsi negatif yang memiliki kecemasan berat
10 responden (6,4%)

PEMBAHASAN
Pengetahuan individu dipengaruhi oleh berbagai aspek dan salah satu
penyebabnya adalah jenis kelamin dan usia, bertambahnya usia akan mengikuti
perkembangan komponen fisik dan psikis orang tersebut (Malik & Marwaha, 2022).
Hal ini didukung oleh fakta bahwa responden mulai dari remaja hingga lansia awal
yang elemen psikologisnya, terutama kapasitas kognitif, telah berkembang dengan
baik (Chopik et al., 2018). Selain itu, pendidikan dan pekerjaan individu akan
memberikan pengalaman dalam menghadapi lingkungan sosial sehingga akan
memperkuat kapasitas individu untuk menerima pengetahuan baru (Li et al., 2020).
Kejadian ikutan pasca imunisasi vaksinasi Covid-19 ternyata dapat menimbulkan
kecemasan tersendiri bagi masyarakat, kecemasan muncul di masa pandemi Covid-19,
hal itu juga dirasakan pada saat pemberian vaksinasi di masyarakat (Perez-Arce et al.,
2021). Penyebab kecemasan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 adalah
menyangkut keamanan dan efektivitas vaksin, dampak dari vaksinasi dan juga
kurangnya pemahaman masyarakat (Lin et al., 2020).
Kecemasan yang dialami masyarakat pasca vaksinasi Covid-19 merupakan
hal wajar yang dapat terjadi mengingat kondisi pandemi Covid-19 saat ini
merupakan jenis pandemi penyakit yang belum pernah dialami masyarakat
sebelumnya, adapun peningkatan respon kecemasan yang timbul akibat kondisi
tersebut masih berada pada rentang yang normal sampai ringan (El-Elimat et al.,
2021).
Respon kecemasan yang muncul akibat program vaksinasi akan semakin
meningkat seiring dengan semakin dekatnya waktu vaksinasi (Hause et al.,
2021)dan ketakutan juga dapat muncul seiring dengan semakin banyaknya
informasi mengenai kejadian ikutan pasca imunisasi Covid-19 yang tidak benar,
namun berbeda dengan individu yang memiliki informasi lengkap, mereka lebih
cenderung akan lebih mampu mengendalikan respon emosionalnya (Bralianti &
Akbar, 2021).
Menurut penelitian Astuti dkk (2021) tentang persepsi masyarakat terhadap
penerimaan vaksin Covid-19 akan berpengaruh terhadap kecemasan masyarakat
dalam keikutsertaan dalam menjalani program vaksin Covid-19 yang dilakukan
oleh pemerintah sebagai salah satu upaya kekebalan kelompok (herd immunity).
Hasil Penelitian Khan dan Watanapongvanich (2021), kecemasan tentang
keraguan vaksin di kalangan orang muda meningkat karena pelajaran dari negara
lain. Banyak negara telah mengalami vaksin yang lebih tinggi keraguan di
kalangan generasi muda, memperlambat kemajuan program vaksinasi. Pengaruh
orientasi sosial ekonomi generasi muda terhadap vaksin keraguan.
Keadaan psikologis suatu kondisi, keadaan emosi dan cara berpikir tentang
pengelolaan informasi dan perilaku manusia akan mempengaruhi persepsi
individu (Sobur, 2003). Menurut Rumayar et al (2020) pandangan masyarakat
terhadap Covid-19 sangat mengkhwatirkan karena itu pemerintah
merekomendasikan pencegahan Covid-19 dengan melakukan program vaksin
Covid-19.
Hasil penelitian Hoff (2021) menunjukkan bahwa tingkat kecemasan dan
kekhawatiran mengenai vaksin Covid-19 berasal dari segi keamanan, dan efek
samping yang ditimbulkan. Beberapa masyarakat masih ada yang tidak percaya
bahwa Covid-19 nyata atau menular dan mengancam kesehatan masyarakat.
Beberapa masyarakat mengatakan bahwa pandemi adalah propaganda, konspirasi,
hoax, atau upaya sengaja untuk menebar ketakutan melalui media untuk dapat
keuntungan (Dinnar,2021).
Informasi negatif pada saat pandemi dapat memberikan dampak buruk
sehingga memberikan respon negatif dan respon emosional. Respon emosional
menyebabkan beberapa orang menjadi cemas dalam mengikuti program vaksin
Covid-19 dari pemerintah.
Rendahnya pemahaman masyarakat dalam menerima informasi
mengakibatkan persepsi negatif dari masyarakat. Persepsi negatif dapat terbentuk
dari berita hoax yang menyebar di masyarakat dan akan mempengaruhi minat
atau rendahnya tingkat vaksin.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,000 lebih kecil dari p= 0,005. maka
yang artinya terdapat hubungan bermakna antara persepsi masyarakat dengan
kecemasan dalam menjalani vaksin Covid-19 di wilayah kerja Puskesmas
Andalas.

KESIMPULAN
Hasil penelitian mengenai hubungan persepsi masyarakat dengan kecemasan
dalam menjalani vaksin Covid-19 : Sebagian besar responden memiliki persepsi
negatif (80,9%) , kurang dari setengah responden mengalami kecemasan ringan
(41,8%), terdapat hubungan bermakna antara persepsi masyarakat dengan kecemasan
dalam menjalani vaksin Covid-19 di Puskesmas Andalas dengan nilai p=0,000 .

DAFTAR PUSTAKA
Argista, Z. L., & Sitorus, R. J. (2021). Persepsi masyarakat terhadap vaksin Covid-19
di Sumatera Selatan. (Skripsi) Universitas Sriwijaya. Diakses pada tanggal 10
Oktober 2021 dari https://repository.unsri.ac.id/51508/
Bolla, M. J., Betan, Y., & Feoh, F. T. (2022). Gambaran tingkat kecemasan peserta
vaksinasi Covid 19 di wilayah Rumah Sakit Jiwa Naimata Kota
Kupang. CHMK HEALTH JOURNAL, 6(1), 387-392.
Bralianti, P. D., & Akbar, F. N. (2021). Covid-19 Vaccines and its Adverse Events
Following Immunization (AEFI) In Indonesia. In The Avicenna Medical
Journal 2(1), 19– 27
Chopik, W. J., Bremner, R. H., Johnson, D. J., & Giasson, H. L. (2018). Age
differences in age perceptions and developmental transitions. Frontiers in
Psychology,. https://doi.org/10.3389/FPSYG.2018.00067/BIBTEX
Chou, W. Y. S., & Budenz, A. (2020). Considering emotion in COVID-19 vaccine
communication: addressing vaccine hesitancy and fostering vaccine
confidence. Health Communication, 35(14), 1718-1722.
https://doi.org/10.1080/10410236.2020.1838096
Covid-19 Komite Penanganan (2020). Buku saku infovaksin V3, komite penanganan
Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional’. Diakses dari
https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/situasi-terkini-perkemba
ngan-coronavirus-disease-covid-19-13-oktober-2021
Damanik,, R. K. (2021). Kecemasan masyarakat & resiliensi pada masa vaksinasi
Covid-19.Solok: Insan Cendikia Mandiri.
Departemen, U.S (2021). CDC Monitors health reports submitted after COVID-19.
Vaccination to ensure continued safety. Diakses dari
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/safety.html
Donsu, J. D. T. (2017). Psikologi keperawatan : aspek - aspek psikologi, konsep
dasar psikologi teori perilaku manusia.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Diakses dari http://perpustakaan.bppsdmk.kemkes.go.id
E. Rizki. D. (2021). Buku wajib yang perlu kamu tahu : vaksin Covid-19 cara
melindungimu dan keluargamu. Yogyakarta : Rapha Publishing
El-Elimat, T., AbuAlSamen, M. M., Almomani, B. A., Al-Sawalha, N. A., & Alali, F.
Q. (2021). Acceptance and attitudes toward COVID-19 vaccines: A
crosssectional study from Jordan. PLoS ONE, 16(4), 1–15.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0250555
Fauzia, A., & Hamdani, F. (2021). Pendekatan socio-cultural dalam pelaksanaan
vaksinasi Covid-19 di Indonesia: socio-cultural approach in the implementation
of Covid-19 vaccination in Indonesia. In Seminar Nasional Hukum Universitas
Negeri Semarang, 7(1),. 323-338. Diakses dari
https://doi.org/10.15294/snhunnes.v7i1.709
Hafizzanovian, H., Oktariana, D., Apriansyah, M. A., & Yuniza, Y. (2021). Peluang
terjadinya Immunization Stress-Related Response (ISRR) selama program
vaksinasi Covid-19. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan: Publikasi Ilmiah
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 8(3),
211-222.doi: https://doi.org/10.32539/JKK.V8I3.13807

You might also like