You are on page 1of 13

PERAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK TK DI

KECAMATAN PULUNG 1

Nita Anggraini 2

Abstract

Problems reading interest of this nation is a problem with. Seen from the current
state of reading interest in Indonesia really worrying when compared with other countries.
To develop reading interest in a short time is very difficult, then required concentration in
develop reading interest specfic in early childhood. Growing awareness in importance
reading interest of children necessary cooperation between family members as a
socialization primary. Mother as closest to the figure, so has the potential to improve
reading interest of children. In addition the role of family also needed to improve reading
interest of children. The fact that is recites also main activities in education. To develop
reading interest child can begin at an early age to ensure that children are interested and
have read planting intentions for culture read be more difficult when applied to kids grow up.
In the research using descriptive quantitative methods,research sites is in district
pulung district ponoogo method of the sample using simple random sampel of sample from
100 respondents. The result of reseach shows that the role of older people in raise reading
kindergarten kids have good if figure from the role of parents as modeling, of all, organizing,
teaching and strategies parents in raising reading interest of children. According to the data
in the role of parents have good examination of various criteria-criteria in accordance with
the indicators. The role of older people raise reading interest the children more inclined in
reading materials pertaining materials children.

Keywords : Reading Interest of Children, The Role of Parents

1 Diambil dari judul skripsi yang berjudul :”Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Minat
Baca Anak TK Di Kecamatamn Pulung”
2 Korespondensi : Nita Anggraini, Mahasiswa Ilmu Informasi Dan Perpustakaan, Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya, No. Telp: 087851100592,
Email : Nita22anggraini@gmail.com
Abstrak
Permasalahan minat baca bangsa ini adalah masalah bersama. Dilihat
dari kondisi saat ini minat baca di Indonesia sungguh memprihatikan bila
dibandingkan dengan negara-negara lain. Untuk menumbuhkan minat baca dalam
waktu singkat sangat sulit, maka diperlukan konsentrasi dalam menumbuhkan minat
baca yang tertuju pada anak usia dini. Menumbuhkan kesadaran dalam pentingnya
minat baca anak diperlukan kerjasama antar anggota keluarga sebagai agen
sosialisasi primer. Ibu sebagai figure terdekat dengan anak, sangat berpotensi untuk
meningkatkan minat baca anak. Selain itu peran keluarga juga dibutuhkan untuk
meningkatkan minat baca anak. Fakta-fakta bahwa kegiatan membaca juga kegiatan
utama dalam pendidikan. Untuk menumbuhkan minat baca anak bisa dimulai sejak
usia dini agar anak merasa tertarik dan memiliki niat membaca karena penanaman
budaya baca akan lebih sulit bila diterapkan pada anak sudah dewasa.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif, lokasi penelitian
ini yaitu di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo Metode pengambilan sampel
menggunakan simple random sampel dengan jumlah sampel sebanyak 100
responden. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa peran orang tua dalam
meningkatkan minat baca anak TK tergolong baik jika dilihat dari peran orang tua
sebagai modeling, mentoring, organizing, teaching, dan strategi orang tua dalam
meningkatkan minat baca anak. Sesuai dengan data yang ada dilapangan bahwa
peran orang tua tergolong baik jika dilihat dari berbagai criteria-kriteria sesuai
dengan indikatornya. Peran orang tua dalam meningkatkan minat baca anak lebih
cenderung dalam kegiatan membaca bahan bacaan yang berkaitan dengan bahan
bacaan anak.

Kata Kunci: minat baca anak, peran orang tua

PENDAHULUAN

Membaca merupakan jantung pendidikan. Sejalan dengan makin majunya zaman,


tuntutan melek huruf (literacy) tidak cukup hanya dengan bisa membaca saja tanpa didukung
tradisi membaca yang solid. Membaca menjadi kebutuhan dan kegiatan sehari-hari setiap
manusia, membaca juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin
kompleks, setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca sehingga kemampuan
membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Buku adalah gudang
pengetahuan yang hanya dapat dimilki oleh seseorang apabila mempunyai pemahaman yang
berarti pengetahuan bagi kehidupannya. Berbagai judul buku dan berbagai koran diterbitkan
setiap hari, ledakan informasi menimbulkan tekanan pada setiap guru atau pendamping siswa
untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi dan yang relevan untuk anak didiknya,
walapun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis bacaan tertentu yang sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingan tentu perlu dibaca, membaca merupakan peranan terpenting
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca akan memperoleh berbagai macam
informasi.
Dengan membaca anak-anak akan mendapatkan bekal untuk masa depan anak,
karena dengan membaca dapat diperoleh berbagai macam ilmu dan informasi. Semakin
banyak ilmu yang diperoleh semakin luas pula wawasannya. Agar mempunyai kebiasaan
membaca, perilaku membaca harus ditanamkan sejak usia dini.
Supriyoko mengatakan bahwa secara langsung maupun tidak langsung kebiasaan
membaca bisa menjadi salah satu indikator kualitas bangsa. Angaka melek huruf
(literacyrate) di Indonesia relative belum tinggi, yaitu 88 persen. Sedangkan di Negara maju
seperti jepang angkanya sudah mencapai 99 persen.
Fakta-fakta tersebut bukanlah berita yang baik bagi bangsa kita. Padahal kegiatan
membaca juga kegiatan utama dalam pendidikan dan buku merupakan investasi masa depan.
Suwardi (2007) mengatakan bahwa perilaku gemar membaca hendaknya ditumbuhkan sejak
dini pada anak agar anak tersebut merasa tertarik dan memiliki minat yang tinggi terhadap
membaca karena penanaman budaya baca akan lebih sulit bila diterapkan jika anak tumbuh
dewasa.
Laporan Bank Dunia No. 16369-IND, dan Studi IEA (International Association for
the Evalution of Education Achievermen) di Asia Timur, tingkat terendah membaca anak-
anak di pegang oleh negara Indonesia. Kajian PIRLS (Progress in International Reading
Literacy Study) yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh
dunia yg disponsori oleh IEA ini menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada
urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia. Kajian PIRLS ini menempatkan siswa
Indonesia kelas IV Sekolah Dasar pada tingkat terendah di kawasan Asia. Indonesia dengan
skor 51.7, di bawah Filipina (skor 52.6); Thailand (skor 65.1); Singapura (74.0); dan
Hongkong (75.5). Bukan itu saja, kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan
bacaan juga rendah, yaitu 30 persen saja dari materi bacaankarena mereka mengalami
kesulitan dalam menjawab soal-soal bacaan yang memerlukan pemahaman dan penalaran.
(gpmb.perpusnas.go.id, gerakan pemasyarakatan minat baca)
Di samping itu indikator rendahnya minat baca dapat dihitung dari jumlah buku yang
diterbitkan yang memang masih jauh di bawah penerbitan buku di Malaysia, Singapura,
apalagi India, atau negeri-negeri maju lainnya. Salah satu indikatornya suatu negara disebut
maju karena rakyatnya suka membaca, ini tentunya didukung dari jumlah buku yang
diterbitkan dan jumlah perpustakaan yang ada di negeri itu. Data menunjukkan bahwa
produktivitas Indonesia dalam penerbitan buku masih tergolong rendah, hanya 18.000 judul
buku per tahun, sementara Jepang 40.000 judul, India 60.000 judul, dan China 14.000 judul
buku. Sedangkan penyediaan buku dan pengembangan minat baca di Indonesia juga masih
mengalami beberapa kendala, antara lain pertama, jumlah penerbitan buku di Indonesia
masih timpang dibandingkan dengan jumlah penduduk. Kedua, minimnya jumlah
perpustakaan yang kondisinya memadai. Menurut data dari Deputi Pengembangan
Perpustakaan Nasional RI (PNRI) dari sekitar 300.000 SD hingga SLTA, baru 5% yang
memiliki perpustakaan. Bahkan diduga hanya 1% dari 260.000 SD yang mempunyai
perpustakaan. Juga baru sekitar 20% dari 66.000 desa/kelurahan yang memiliki perpustakaan
memadai.(http://www.beritasatu.com/digital-life/143319-jumlah-penerbit-buku-indonesia-
tergolong-rendah.html)
Data statistik UNESCO 2012 yang menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru
mencapai 0,001. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat
baca. Angka UNDP juga mengejutkan bahwa angka melek huruf orang dewasa di Indonesia
hanya 65,5 persen saja. Sedangkan Malaysia sudah 86,4 persen.
Sungguh ironis melihat kondisi masyarakat tentang minat baca yang semakin rendah,
maka kecintaan membaca bangsa ini perlu dibina dan dikembangkan sejak dini. Untuk
mengembangkan minat baca tentu kita berharap kepada anak-anak untuk mewujudkannya.
Karena merubah kebiasaan membaca pada orang dewasa memiliki tingkat kesulitan untuk
merubahnya lebih gampang diterapkan pada anak-anak usia dini. Tidak mudah untuk
menerapkan budaya membaca yang tinggi pada bangsa ini dengan gampang. Jiwa anak-anak
yang masih cenderung meniru perilaku orang lain akan mengikuti perilaku orang lain yang
ada di sekitarnya, modal besar untuk upaya mengarahkan kecintaan membaca harus di
terapkan sejak dini.
Mengenalkan buku pada anak-anak merupakan tanggungjawab orang dewasa,
khususnya orang tua. Anak-anak tidak akan mencari atau menginginkan buku bacaan atas
keinginanya sendiri. Karena anak belum mengerti manfaat membaca buku jika tidak ada
teladan dari orang tuanya. Memberi dorongan dan pengertian akan pentingnya membaca
buku perlu dilakukan orang tua agar anak tertarik dan mulai mencari buku.
Pada dasarnya kecintaan anak pada kegiatan membaca akan berguna bagi
pengembangan pribadi dan akademisnya. Namun demikian, minat dan kemampuan
membaca tidak akan tumbuh secara otomatis, tapi harus melalui latihan dan pembiasaan.
Artinya apabila seorang ibu ingin anaknya mempunyai perilaku gemar membaca, kegiatan
membaca inilah yang perlu dibiasakan sejak kecil.
Dalam hal ini seorang ibu orang yang paling tepat untuk berperan sebagai figur
contoh peran utama bagi seorang anak. Peran ibulah yang paling besar dalam memberi warna
pada pembentukan kepribadian anak, sehingga dibutuhkan ibu yang berkualitas yang akan
mampu mendidik anaknya dengan baik. Disamping karena alasan psikologi tersebut, kultur
gender yang terbentuk di tengah-tengah masyarakat ikut mendukung mengapa anak
mempunyai kecenderungan lebih dekat kepada ibu.
Oleh karena itu kasih sayang orang tua terhadap anak-anak hendaklah kasih sayang
yang sejati pula, yang berarti pendidik atau orang tua mengutamakan kepentingan dan
kebutuhan anak-anak, dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri. Dalam
hal ini hendaknya orang tua harus ingat bahwa pendidikan berdasarkan kasih sayang saja
kadang-kadang mendatangkan bahaya. Kasih sayang harus dijaga jangan sampai berubah
menjadi memanjakan anak. Kasih sayang harus dilengkapi dengan pandangan yang sehat
tentang sikap orang tua terhadap anak. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
peran orang itu sangat penting, karena tanpa peran orang tua, semuanya tidak sesuai dengan
apa yang kita harapkan, merekalah yang memberikan kita kasih sayang yang tulus, yang tidak
pernah kita dapatkan kepada orang lain.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di dua lokasi yang ada di
TK Al Hikmah dan TK Dharma Wanita di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo memilki
masalah yaitu pada meningkatkan minat baca anak. Dalam pemilihan lokasi di Kecamatan
Pulung Kabupaten Ponorogo karena dilihat dari fenomena yang ada bahwa minat baca anak
di Kecamatan Pulung rendah. Dalam peningkatan minat baca anak masih kebanyakan yang
kurang berminat dalam membaca, hal ini disebabkan anak-anak yang dibiarkan berkutat
secara aktif dengan lingkungan sekitar. Bila anak tidak di minta untuk membaca, terkadang
masih ada anak yang kurang berani untuk membaca. Padahal diruang kelas sudah ditempeli
tulisan-tulisan dan juga di area bahasa disediakan buku atau majalah anak-anak. Peran
pendidik (guru, orang tua atau orang dewasa lain) untuk mengamati minat bacanya terhadap
stimulus yang diberikan sangat penting.
Lokasi yang dipilih di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo sebagai tempat
penelitian dikarenakan di Kecamatan Pulung dilihat dari fenomena yang ada bahwa minat
baca anak-anak khusunya anak-anak TK masih rendah. Sarana dan prasarana yang ada di
Kecamatan Pulung masih belum tercukupi misalnya saja perpustakaan. Perpustakaan yang
ada hanya perpustakaan sekolah yang kecil bias dikatakan kurang layak untuk meningkatkan
minat baca anak.
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2010: 133).Sedangkan menurut Reber
(dalam Syah, 2010: 133) minat tidak termasuk istilah popular dalam psikologi karena
kebergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan
perhatiaan, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Minat anak dapat timbul dari berbagai sumber antara lain perkembangan instink,
fungsi-fungsi intelektual, pengaruh lingkungan, pengalaman, kebiasaan dan pendidikan. Oleh
karena itu minat seseorang harus dibina dan diarahkan agar tercapainya tujuan yang
diinginkan, khususnya dalam pembelajaran.
Minat ditandai dengan rasa suka dan terkait pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada
yang menyuruh.Artinya, harus ada kerelaan dari seseorang untuk melakukan sesuatu yang
disukai. Dengan demikian, timbulnya minat terjadi karena adanya penerimaan akan suatu
hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar dirinya. Semakin kuat atau semakin besar
hubungan tersebut maka semakin dekat minat seseorang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan simple random sampel (sampel random
sederhana) yaitu tiap unit diberi nomer. Kemudian sampel yang diinginkan ditarik secara
random, baik dengan menggunakan random numbers ataupun dengan undian biasa. Teknik
pengambilan sampel digunakan untuk menentukan jumlah responden yang berada di kedua
lokasi penelitian.
Dari jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seratus responden. teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini : (1) data primer : data yang dikumpulkan oleh
peneliti sendiri atau langsung dari objek yang diteliti (responden) melalui survei dengan
berpedoman pada kuesioner sebagai alat bantu ; (2) data sekunder : data sekunder yang
dikumpulkan dalam penelitian ini diantaranya data tentang jumlah murid di dua lokasi
penelitian dan data sejenis lainnya yang nantinya akan mendukung dalam penggambaran
pada BAB II ; (3) studi kepustakaan : Peneliti mengumpulkan data melalui daftar pustaka
dengan mempelajari buku-buku, skripsi, jurnal, laporan penelitian,serta publikasi-publikasi
lainnya baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang umumnya diperoleh melalui internet
badan perpustakaan ; (4) observsi : peneliti melakukan penelitian langsung di lapangan, yaitu
melihat peran orang tua dalam kontribusi dalam melakukan aktivitasnya selama proses
belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pembahasan terhadap data hasil penelitian dilakukan analisis pada beberapa bagian
yaitu, menggambarkan peran orang tua sebagai modeling, mentoring, organizing, teaching
dan strategi orang tua dalam meningkatkan minat baca anak.
Modelling, menurut Stephen R. Covey, orangtua merupakan model atau panutan
anak-anaknya. Orangtua memengaruhi secara kuat sekali dalam hal keteladanan bagi sang
anak. Baik hal positif ataupun negatif, orang tualah yang pertama dan terdepan yang
dijadikan teladan oleh anak. Orang tua menjadi pola pembentukan "Way of Life" atau gaya
hidup anak. Cara berpikir dan perbuatan anak dibentuk oleh cara berpikir dan berbuat orang
tuanya. Dengan cara seperti inilah orangtua mewarisi perbuatan dan pola pikir buat anaknya.
Keluarga sebagai lingkungan pertama berinteraksinya seorang anak sangat berperan
dalam menumbuhkan dan mengembangkan minat baca anak. Orang tua mempunyai peranan
yang lebih besar dalam meningkatkan minat baca anak, karena orang tua mempunyai
kedekatan emosional terhadap anak.
Orang tua mempunyai peranan yang dominan karena efek kedekatannya dengan sang
anak, maka tidak salah apabila orang tua dicontoh perilakunya oleh anak. Anak akan melihat
kebiasaan orang tuanya membaca dan anak akan meniru bagaimana orang tua melakukan hal
itu. Sebagai agen sosialisasi, keluarga terutama sang ibu berpeluang besar dalam memberikan
teladan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak, termasuk kebiasaan mencintai kegiatan
membaca. Kebiasaan membaca orang tua yang menjadi aktivitas rutin membaca di rumah
dengan skor 78%, rtinya orang ua melakukan kebiasaan mmebaca agar bisa ditiru oleh anak-
anaknya ketika berada dirumah.
Dengan adanya stimulus yang diberikan orang tua sejak usia dini maka anak akan
menemukan minat bacanya sejak usia dini. Karena sejak usia dini anak akan lebih mudah
untuk menerima informasi dengan cepat dan mudah, karena otak anak masih fresh, belum
menerima apa-apa dari luar (Masjidi, 2007:67). Masa-masa inilah yang disebut sebagai masa
golden age menurut peneliti Keith Osborn.
Mentoring, artinya kemampuan untuk menjalin atau membangun hubungan,
menanamkan kasih sayang kepada orang lain, atau pemberian perlindungan kepada orang
lain secara mendalam, jujur dan tanpa syarat.
Dalam kegiatan membaca tentunya anggota keluarga mendukung apa yang
berhubungan dengan membaca. Keluarga merupakan tempat pertama untuk mendapatkan
pendidikan dari orang tua. Sebagai mentor orang tua dituntut adanya hubungan yang terjalin
antara anak dan orang tua, dalam hal ini didalam menjalin hubungan anak dan orang tua,
intensitas dalam komunikasi antar anggota keluarga menjadi bagian dari keterjalinan
hubungan baik anak dan orang tua, selain itu kualitas intensitas komunikasi juga menjadi hal
yang penting dalam proses meningkatkan minat baca anak. Intensitas waktu berkumpul dan
berkomunikasi keluarga menjadi prioritas utama.
Hal ini berkaitan dengan meningkatkan minat baca yang ada didalam lingkungan
keluarga karena intensitas waktu berkumpul dengan keluarga merupakan moment yang baik
untuk mengenalkan anak membaca. Selain itu kualitas pertemuan dengan keluarga harus
disesuaikan dengan lama membaca dalam keluarga. Intensitas waktu yang paling banyak
dipilih oleh anggota keluarga saat berkumpul bersama keluargamemilih waktu 15-30 dengan
prosentase 29% (lihat tabel 3.16). Dari berkumpul dengan anggota keluarga tentunya
kedekatan orang tua dengan anak semkain dekat. Dengan adanya kedekatan dengan orang tua
dan anak akan terjalin hubungan emosi yang akan mengerti situasi dan kondisi anak. Orang
tua ketika bersama anak kegiatan yang bisa dilakukan bisa bermacam-macam, namun dalam
kegiatan yang bermanfaat ketika bersama anak orang tua bisa melakukan kegiatan membaca
atau bersantai, nonton televisi.
Organizing, keluarga juga merupakan analogi dari perusahaan kecil yang
memerlukan kerjasama tim, dalam menyelesaikan permasalahan, tugas, atau memenuhi
kebutuhan keluarga.
Kerjasama antar anggota dalam menumbuhkan minat baca anak merupakan hal yang
paling utama dalam keluarga. Keluarga memilki peranan mendasar dalam menanamkan
membaca. Peran orang tua sangat menentukan bagi anak untuk lebih baik kedepannya dan
kebiasan membaca yang dilakukan oleh orang tuanya akan ditiru oleh anaknya.
Menumbuhkan minat baca anak dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, untuk itu yang
paling tepat dan terbaik dilakukan di lingkungan keluarga dan adanya kerjasama antar
anggota keluarga agar menimbulkan kebiasaan membaca. Selanjutanya dari kegiatan
kerjasama antar anggota keluarga dalam menumbuhkan minat baca mendapatkan respon baik
dari seluruh anggota keluarga atau tidak. Dengan respon yang baik tentunya akan
menghasilkan yang baik natinya dalam kegiatan menumbuhkan minat baca anak. Sebagai
anggota keluarga dalam membiasakan membaca di lingkungan keluarga akan di support dan
motivasi untuk membiasakan membaca, orang tua yang memberi respon positif ketika harus
membiasakan membaca.
Peran keluarga sangat dominan dalam menumbuhkan minat baca anak. Bagi orang
tua, ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat baca anak. Salah
satunya memberikan arahan minat baca itu penting yang dapat dikenalkan sejak usia dini.
Sejak usia dini sudah dikenalkan dengan berbagai bentuk huruf dan tanda yang diketahui
memiliki makna. Sebagai orang tua memperkenalkan huruf dan tanda pada anak akan
merangsang minat anka dalam membaca. Selain itu menurut Steinberg (Tampubolon,
1991:43) salah satu lima prinsip pokok pengajaran membaca dini adalah dimana membaca
terutama harus didasarkan pada kemampuan memahami lisan dan bukan pada kemampuan
berbicara.
Temuan yang berbeda dengan penelitian ini, ternayata anak-anak lebih suka dengan
bacaan buku cerita. Hal ini mungkin karena anak-anak yang diteliti adalah usia dini, dimana
sebagian besar masih belum bisa membaca dan masih mengandalkan ibu mereka untuk
membacakan bacaannya. Dan tampaknya mereka lebih sennag ketika dibacakan buku cerita
yang biasanya berisi tentang cerita petualangan, cerita fable, cerita tradisional dan lain-lain.
Kenyataan ini sesuai dengan teori Chall (dalam: Masjidi 2007 : 59), dimana usia tersebut
masuk dalam tingkatan pre-reading dan pseou-reading, yang biasanya pada tingkatan ini
anak masih sering dibacakan buku.
Sedangkan orang tua sebagai role model bagi anak maka orang tua memberikan
intensitas waktu belajar kepada anak. dan sebagai orang tua harus mendampingi naka ketika
belajar karena tanpa dampingan orang tua anak tidak akan bisa belajar dengan sungguh-
sungguh. Orang tua yang mendampingi akan memberikan arahan yang tepat bagi anjak untuk
belajar dengan baik.
Dari tabel 3.25 yaitu tentang intensitas waktu belajar anak yang diberikan oleh orang
tuanya rata-rata 15-30 menit dalam belajar. Para responden memberikan waktu belajar bagi
anak kebanyakan dari 15-30 menit karena dirasa waktu yang efektif untuk anak belajar.

Teaching, orangtua sebagai guru di lingkungan keluarga.Orangtua mengajarkan


kepada anak-anaknya tentang hukum-hukum atau prinsip dasar kehidupan. Di sinilah
orangtua diuji kompetensinya untuk menciptakan kemampuan sadar pada diri anak, yaitu
anak sangat menyadari apa yang dikerjakannya dan memahami alasan mengapa mengerjakan
hal itu. Di sinilah anak akan merasa enjoy dengan pekerjaannya tanpa sedikitpun ada rasa
terpaksa karena orangtuanya.
Upaya dalam meningkatkan minat baca anak lebih intensif lagi dengan ditunjang
dnegan komitmen yang kuat dari orang tua. penerapan intensitas waktu mengajari anak baca
tulis bagi anak ternyata responden menjawab menerapkan intensitas waktu mengajari anak
baca tulis selama 15 sampai 30 menit menempati urutan jawaban terbanyak, sisanya lebih
dari 30 menit, kurang dari 15 menit dan lainnya lagi tidak tentu dalam menerapkan intensitas
waktu baca tulis anak.
Waktu yang digunakan sebagai intensitas waktu mengajari baca tulis anak
bervariasi, mungkin dikarenakan usia anak yang mengikuti intensitas waktu baca tulis anak
masih terlalu dini. Anak-anak akan mengikuti arahan orang tuanya dan masih tergantung
akan arahan orang tua.
Pembentukan kebiasaan membaca hendaklah dimulai sedini mungkin dalam
kehidupan yaitu sejak masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak usaha pembentukan minat
yang baik dapat dimulai sejak umur dua tahun, yaitu sesudah anak mulai dapat
mempergunakan lisan (memahami yang dikatakan dan berbicara). Setelah anak mulai
sekolah, perlu semakin dirangsang untuk membuka dan membaca buku-buku yang sesuai
dengan yang dipelajarinya di sekolah. Bercerita kepada anak sebelun tidur atau pada waktu-
waktu tertentu lainnya, terutama pada usia 3-5 tahun juga merupakan usaha untuk
menumbuhkan minat baca.
Kebiasaan membaca (reading habit) harus ditanamkan sejak usia dini. Setiap anak
harus dikenalkan dengan dengan bacaan yang agar mereka cepat menguasai bahasa serta
mahir dalam membaca. Minat membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak dini, tetapi
hal ini tidak lepas dari peran orang tua dalam menumbuhkan minat baca anak. Pentingnya
pendidikan keluarga merupakan konsekuensi rasa tanggung jawab orang tua terhadap
anaknya. Oleh karena itu, begitu besarnya pengaruh orang tua terhadap anaknya maka dalam
hal ini merangsang minat baca anak –anak sebagai upaya untuk melatih membaca sejak dini.
Membiasakan membaca sejak usia dini merupakan stimulus yang baik untuk anak. Karena
pengenalan membaca sejak dini akan mempeengaruhi tingkat kemampuan anak.
Orang tua yang membiasakan membaca sejak usia dini akan memberikan stimulus
yang baik dalam hal membaca. Dengan mengenalkan membaca sejak usia dini tentunya akan
direspon oleh anak. Anak yang merespon membaca sejak usia dini yang telah dikenalkan
oleh orang tuanya. Dengan mengenalkan membaca sejak usia dini stimulus yang diberikan
akan memberikan respon yang baik bagi anak. Perkembangan membaca anak usia dini juga
perlu dilihat potensi anak tersebut, maka perlu diketahui dan difahami cara menstimulus
potensi anak sesuai dengan tahap perkembangannya agar potensi yang dimiliki anak dapat
berkembang secara optimal.
Mengajak anak ketoko buku merupakan langkah yang baik untuk meningkatkan
minat baca anak. Dengan mengajak anak ketoko buku biarkan anak memilih sendiri buku
yang di inginkan. Jadikan toko buku sebagai tempat singgah yang menyenangkan bagi anak
dengan membiasakan mereka untuk mengunjunginya. Berikan kepercayaan pada anak untuk
memilih buku sendiri yang mereka minati.m Tanamkan sikap selektif dalam memilih buku
kepada anak.dorong pula anak untuk rajin ke perpustakaan yang bisa mereka akses baik
perpustakaan umum atau perpustakaan sekolah. Orang tua harus peka dengan minat anak dan
memmfasilitasinya dengan buku yang yang sesuai minat mereka supaya minat baca mereka
berkembang.
Kegiatan ini paling besar dilakukan ketika anak berusia lebih dari 2 tahun hingga
kurang 4 tahun. Membawa anak ketoko buku untuk melihat-lihat berbagai buku yang ada dan
memperhatikan para pembeli dan pengunjung berpengaruh positif pada minat anak terhadap
buku dan membaca (Tampubolon, 1991 :57)
Orang tua harus membantu anak untuk memilih buku yang mengandung unsur
pendidikan untuk membantu perkembangan otak dan kecerdasan anak. Selain itu orang tua
perlu mengawasi ketika anak memilih bahan bacaan yang diminati. Orang tua yang
membiarkan anak memilih buku sendiri tapi masih dalam pengawasan orang tua padasaat
anak memilih buku dengan prosentase 92% (lihat tabel 3.41). Ketika anak memilih buku
sendiri tentunya mempunyai respon yang baik dari anak karena orang tua ikut andil dalam
pemilihan buku yang diminati anak dan orang tua juga mengarahkan buku yang cocok untuk
anaknya. Perasaan senang anak ketika memilih buku yang diminati dengan prosesntase 64%
(lihat tabel 3.42)
Biarkan anak memilih buku tapi masih dalam pengawasan orang tua dan tanamkan
sikap selektif anak ketika memilih buku. Dorong pula anak untuk rajin ke perpustakaan yang
bisa mereka akses baik perpustakaan umum atau perpustakaan sekolah. Jika sudah
mendorong anak keperpustakaan tentunya disuruh untuk meminjam buku diperpustakaan.
Dengan adanya dorongan dan dampingan dari orang tua untuk meminjam buku di
perpustakaan yang diminat tentunya anak akan merasa senang dengan meminjam buku
diperpustakaan. Mengunjungi perpustakaan bisa dijadikan acuan untuk menambah
pengetahuan anak. Orang tua seharusnya mengatur jadwal untuk mengunjungi perpustakaan
atau taman bacaan. Kemudian berikan kesempatan kepada anak untuk memilih buku sesuai
dengan buku-buku yang menarik minat anak. Orang tua yang mendukung anak pergi
keperpustkaan untuk meminjam buku tetapi memilih buku masih dalam pengawasan orang
tua.
Orang tua harus pandai menumbuhkan motivasi kepada anak dengan memberikan
reward berupa suatu bacaan yang benar-benar mereka inginkan apabila anak mencapai suatu
keberhasilan, lalu dengan menciptakan suasana membaca yang menyenangkan dengan
meluangkan waktu untuk mendampingi anak dan memperhatikannya ketika membaca.
Pemberian reward yang diberikan untuk anakanya atas suatu keberhasilan anak.

SIMPULAN
Berdasarkan temuan data dan pembahasan diatas, pada penelitian ini dapat
dirumuskan beberapa simpulan sebagai berikut:
Peran Orang Tua Sebagai Modeling, keluarga merupakan lingkup utama dimana
anak mendapatkan nilai dan norma pendidikan, pengajaran, dan pengalaman hidup. Tidak
bisa disangkal lagi bahwa keluarga menjadi basik pembentukan kepribadian anak sebelum
mereka mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan luar untuk menyerap dan mengolah
nilai-nilai yang mereka temui. Anak adalah individu yang gemar melakukan imitasi dan juga
modeling. Salah satunya adalah peran orangtua sebagai role model dari anak. Secara naluriah,
anak akan selalu mengikuti perilaku dan juga tindakan yang sering dilakukan oleh orangtua,
ataupun orang yang lebih tua seperti kakaknya, atau pengasuhnya. Orangtua harus mampu
untuk menjaga sikap dan perilakunya di depan anak-anak. Hal ini disebabkan karena sebagai
role model, anak akan mengikuti apapun perilaku dan sikap yang ditunjukkan oleh
orangtuanya. Kebiasaan membaca orang tua yang menjadi aktivitas rutin membaca di rumah
dengan skor 78%, rtinya orang ua melakukan kebiasaan mmebaca agar bisa ditiru oleh anak-
anaknya ketika berada dirumah.
Peran orang tua sebagai mentoring, memilki hubungan yang sangat dekat. Orang tua
menjadi penentu atas terbentuknya minat baca anak karena proses pendidikan pertama adalah
dilingkungan keluarga, sehingga orang tua harus menciptakan suasan yang nyaman dan
tenang agar minat baca anak bisa terbentuk. Selain itu orang tua juga perlu menyediakan
sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang fasilitas bagi anak. Hal ini berkaitan
dengan meningkatkan minat baca yang ada didalam lingkungan keluarga karena intensitas
waktu berkumpul dengan keluarga merupakan moment yang baik untuk mengenalkan anak
membaca. Selain itu kualitas pertemuan dengan keluarga harus disesuaikan dengan lama
membaca dalam keluarga. Intensitas waktu yang paling banyak dipilih oleh anggota keluarga
saat berkumpul bersama keluargamemilih waktu 15-30 dengan prosentase 29% (lihat tabel
3.16). Dari berkumpul dengan anggota keluarga tentunya kedekatan orang tua dengan anak
semkain dekat. Dengan adanya kedekatan dengan orang tua dan anak akan terjalin hubungan
emosi yang akan mengerti situasi dan kondisi anak. Orang tua ketika bersama anak kegiatan
yang bisa dilakukan bisa bermacam-macam, namun dalam kegiatan yang bermanfaat ketika
bersama anak orang tua bisa melakukan kegiatan membaca atau bersantai, nonton televisi.
Peran orang tua sebagai organizing merupakan kerjasaama antar anggota keluarga
dalam meningkatkan minat baca anak merupakan hal yang paling utama dalam keluarga.
Keluarga memilki peranan mendasar dalam menanamkan membaca. Peran orang tua sangat
menentukan bagi anak untuk lebih baik kedepannya dan kebiasaan membaca yang paling
sering ditiru oleh anaknya. Anak akan menerapkan apa yang sudah dilihat dan ditiru dari
orang tuanya. Menumbuhkan minat baca bagi anak dapat dilakukan dimana saja dan kapan
saja, namun tempat yang pas untuk meningkatkan minat baca anak dilingkungan keluarga
dan adanya kerjasama antar anggota keluarga agar menimbulkan kebiasaan membaca.
Kerjasama antar anggota keluarga dalam meningkatkan minat baca anak dengan skor 100%,
artinya orang tua mendukung dan ada kerjasama yang solid dalam meningkatkan minat baca
di lingkungan keluarga, terutama bagi anaknya.
Orang tua adalah guru pertama dan utama peranan orangtua dalam kehidupan
keluarga. Dalam kaitan dengan hal inilah orangtua sungguh mempunyai peranan sangat
penting yang tidak dapat diwakilkan kepada pihak manapun sebab orangtua adalah
pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Orang tua sebagai guru dalam
meningkatkan minat baca bagi anak dapat di stimulus dari sejak usia dini, hal ini akan
mempermudah anak untuk membiasakan membaca sejak usia dini. Dalam lingkungan
keluarga orang tua berperan aktif bagi anak. Orang tua biasanya memberikan arahan bagi
anaknya untuk melkukan kegiatan membaca. Dalam kegiatan membaca orang tua
biasanya memberikan intensitas waktu mengajari anak anak membaca maupun baca tulis.
Dalam hal ini orang tua yang memilih intensitas waktu mengajari anak baca tulis 15-30
menit dengan skor 66%.
Hal ini berkaitan dengan meningkatkan minat membaca anak orang tua sudah
memperkenalkan buku sejak usia dini. Memang lebih baik kebiasaan membaca itu sudah
dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan karena berdasarkan penelitian anak sudah
bisa mendengar suara ayah dan ibunya. Anak-anak akan menjadi sangat antusias ketika
orangtua mengajak berdiskusi tentang apa yang baru saja kita ceritakan atau tentang buku
yang baru saja dibacanya. Kemudian membiasakan untuk mengajak anak ke toko buku dan
biarkan anak memilih sendiri buku yang anak minati tetapi tetap dalam batas-batas orangtua.
Orang tua menanamkan minat sejak dini supaya anak juga selektif dengan buku yang
dibacanya. Disamping itu, dengan memberi dorongan anak untuk rajin meminjam buku di
perpustakaan mana saja yang bisa dikunjungi apakah perpustakaan sekolah maupun
perpustakaan-perpustakaan lain yang bisa dikunjungi. Ini merupakan suatu hal yang positif
bagi anak untuk meningkatkan minat membaca sejak dini. Apabila membelikan buku yang
menarik bagi anak maka minat anak akan muncul dengan sendirinya tanpa paksaan dari
orang tua mapun orang sekitar. Jadi pahamilah apa minat anak dan fasilitasi dengan buku
yang sesuai minatnya supaya minat bacanya berkembang dengan antusiasme asalkan buku
tetap masih masuk dalam kategori bermutu.

Dari ke lima indikator dapat diambil kesimpulan yaitu bahwa peran orang tua dan
strategi meningkatkan minat baca anak TK masuk dalam peran orang tua sebagai modeling.

REFERENSI
Ahadiah S. Arsjad dan Ridwani, Sh. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia Jakarta : Erlangga, hlm 34.

Anna Yulia. 2005. Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo,.

Beritasatu (online) 2013. Jumlah penerbit buku Indonesia tergolong rendah tersedia pada
http://www.beritasatu.com/digital-life/143319-jumlah-penerbit-buku-indonesia-
tergolong-rendah.html,.diakses pada tanggal 5 Januari 2017

Dwi Sunar Prasetyono. 2008. Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca Pada Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Think.

Edi, Suhardono.. Teori Peran :Konsep, Derivasi Dan Implikasinya. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 1994.

Farida, Rahim. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: BumiAksara.

Hurlock, Elizabeth. B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangg.

Kartini Kartono. 1992. Psikologi Wanita Mwngenal Sebagai Ibu Dan Nenek, Bandung
Mandar Maju, hlm 9.

Literasi indonesia sangat rendah, dapat diakses pada


http://www.republika.co.id/berita/koran/didaktika/14/12/15/ngm3g840-literasi-
indonesia-sangat-rendah diakses pada tanggal 11 Oktober 2016

Masjidi, Noviar. 2007.Agar Anak Suka Membaca : Sebuah Panduan Bagi Orang Tua.
Yogyakarta: Media Insane,

Meningkatkan minat baca anak dan remaja di Indonesia, dapatdiakses di http://hans-


fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-143614-Kepustakaan-
MENINGKATKAN%20MINAT%20BACA%20ANAK%20DAN%20REMAJA%20
DI%20INDONESIA%20.html

Moh.Nazir, Ph.D. 1988. Metode Penelitian . Jakarta :Ghalia Indonesia,


Mutiah, Dian . 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Predana Media
Group,.

Norma, Standar. 2013. Prosedure, Dan Kriteria: Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman
Kanak-Kanak , Jakarta:

Pendidikan Dasar dan Menegah, Direktur Jendral (1995/1997). Garis-Garis Besar Program
Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak 1994, Jakarta Depdiknas.

Ponorogo Dalam Angka :Ponorogo In Figures 2015, Badan Pusat Statistic Kabupaten
Ponorogo.

Psikoma (online) 2016 .Orangtua Sebagai Role Model Anak: Baik Buruknya Anda
Berprilaku, Maka Anak akan Mengikuti. dapat diakses pada
http://www.psikoma.com/orangtua-sebagai-role-model-anak-baik-buruknya-anda/

Rolina, Nelva. Memahami Psikologi Perkembangan Anak Bagi Pengembangan Aspek Seni
Anak Usia Dini, dapat diakses di http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/artikel-
utk-p4tk-sb.pdf

Slamet, Suyanto. 2003. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta,.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka,.

Slamet Rahardjo. 2006.Strategi Pembelajaran Musik Anak Usia Dini. Salatiga:Yayasan


Suara Duta,

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

Spodek B dan Olivia N. Saraho. 1994. Right From The Start: Teaching Children Age Three
To Eight Toronto: Allyn and Baom, , hal.29

Statistik Daerah Kecamatan Pulung 2015 : Badan Pusat Statistik kabupaten Ponorogo

Suhardono, 1994. Edy Teori Peran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sumadi Suryabrata. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Supri Harjana. 2003.Penilaian Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional,

Supriyoko, 2004. minat baca dan kualitas bangsa, tersedia pada http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/0304/23/0801.htm,

Suwardi. 2007. ciptakan budaya membaca sejak dini, tersedia pada


http://.isei.or.id/page.php?id=5jun073,
Suriansyah, Ahmad Aslamiah. 2011. Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini.
Banjarmasin.Comdes,

Suwadi, 2007. ciptakan budaya membaca sejak dini, tersedia pada


http://.isei.or.id/page.php?id=5jun073. diaksespadatanggal 19 oktober 2015

Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta,

Syamsu Yusuf LN, 2014. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosdakarya,
Bandung. hlm. 47

Ibid., hlm 6

Tampubolon. 1991. Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung
: Angkasa,

You might also like