You are on page 1of 13

MODEL PENINGKATAN POLA KERJA KERAS

MELALUI RELIGIOSITY, MOTIVASI INTRINSIK


DAN MOTIVASI EKSTRINSIK
(Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Cabang Kudus)

Ahmed Ainul Fuadie El Hakiem


Universitas Islam Sultan Agung Semarang
fuadieelh@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study is to describe and analyze the effect of religioustic on the pattern of hard
work through the intrinsic motivativation and ekstrinsic motivation. And create a development
model on the pattern of hard work. The population in this study are all Human Resources at MTs
Al Khoiriyah 1 in Semarang, with the amount of 32 people by using kuestionaire. The sampling
method used is the census method that all members of the population became the sample. The
analytical method used is multiple linear regression. Based on the results of data analysis can be
concluded that religioustic has the possitive and significant influence on intrinsic motivativation,
religioustic has the possitive and significant influence on ekstrinsic motivativation, possitive and
significant effect on religioustic to the pattern of hard work, possitive and significant effect on
intrinsic motivation to the pattern of hard work and possitive and the possitive and significant
effect on ekstrinsic motivation to the pattern of hard work. Also based on the direct effect,
indirect effect, and total effect shows the pattern of hard work influenced by intrinsic motivation
by 73.1%, the pattern of hard work influenced by ekstrinsic motivation by 46.9%, the pattern
of hard work influenced by religioustic through intrinsic motivation by 43.3% and the pattern of
hard work influenced by religioustic through ekstrinsic motivation by 32.8%

Keywords : Religioustic, Intrinsic Motivation, Ekstrinsic Motivation , and Pattern of Hard Work.

PENDAHULUAN berhasil dengan melihat sejauh mana


Proses pembelajaran merupakan salah prestasi belajar yang dicapai oleh murid.
satu inti dari serangkaian proses secara Maka untuk mencapai kesuksesan yang
keseluruhan dalam dunia pendidikan, diharapkan, peran seorang guru dianggap
dan dimana seorang guru memegang sangatlah penting.Disamping harus ada
penuh kendali dalam proses pembelajaran usaha dari murid itu sendiri, kinerja seorang
tersebut. Interaksi yang terjadi antara guru guru dengan sikap yang pekerja keras
dan siswa merupakan hal yang wajib bagi berpengaruh besar bagi keberhasilan murid.
berlangsungnya proses kegiatan belajar Kerja keras guru merupakan salah
mengajar, yang nantinya akan melahirkan satu faktor yang utama dan penting dalam
interaksi edukatif. Maka, untuk mencapai menunjang prestasi murid dalam proses
tujuan pembelajaran yang optimal guru kegiatan belajar mengajar. Kerja keras guru
harus bisa menciptakan kondisi interaksi akan terbukti atau terlihat pada prestasi
edukatif yang menarik sehingga dapat belajar seorang murid. Kerja keras adalah
memotivasi belajar murid.Adapan tujuan suatu sikap kerja yang penuh dengan
pembelajaran dan pengajaran itu dianggap motivasi (semangat) untuk mendapatkan
apa yang dicita-citakan. Bekerja adalah
136 EKOBIS Vol.18, No.2, Juli 2017 : 136 - 148
kewajiban bagi setiap individu atau orang daya pendorong yang mengakibatkan,
untuk memperoleh keberhasilan. Tanpa menyalurkan dan memelihara perilaku SDM
bekerja, manusia tidak akan pernah agar bersedia bekerja sesuai dengan yang
memperoleh apa yang diharapkan. Dengan diinginkan organisasi.Daya pendorong
bekerja keras, manusia telah melakukan tersebut disebut sebagai motivasi. Motivasi
suatu kewajiban. Sebagaimana firman adalah dorongan terhadap serangkaian
Allah SWT, yang artinya: ‘Dan katakanlah, proses perilaku manusia pada pencapaian
“Bekerjalah kamu maka Allah dan rasul-Nya tujuan (Wibowo, 2011). Terdapat dua
serta orang-orang mukmin akan melihat rangsangan motivasi yaitu motivasi intrinsik
pekerjaanmu itu dan kamu akan dikembalikan dan motivasi ekstrinsik (Porter dan Lawler,
kepada Allah yang  Maha Mengetahui yang 1968 dalam Gagne dan Deci, 2005).
gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya Motivasi intrinsik melibatkan orang yang
kepada kamu apa yang kamu kerjakan.” melakukan suatu kegiatan karena mereka
(Q.S. At-Taubah: 105). Menurut Ali (1999), merasa menarik dan memperoleh kepuasan
kerja keras merupakan kebajikan dan langsung dari kegiatan itu sendiri.Motivasi
mereka yang bekerja keras lebih mungkin ekstrinsik membutuhkan perantara antara
maju dalam kehidupan dan sebaliknya jika aktivitas dan beberapa konsekuensi yang
tidak bekerja keras merupakan sumber dipisahkan seperti penghargaan nyata,
kegagalan dalam kehidupan. Menurut As’ad sehingga kepuasan berasal dari konsekuensi
(2002) motivasi kerja didefinisikan sebagai ekstrinsik yang menuntun kegiatan.
sesuatu yang menimbulkan semangat atau Motivasi intrinsik merupakan dorongan
dorongan kerja. yang timbul dari dalam diri individu sendiri
Motivasi adalah suatu dorongan yang tanpa ada paksaan atau dorongan dari
membuat seseorang melakukan perubahan. orang lain, melainkan atas dasar kemauan
Dalam kegiatan pembelajaran sangat yang tumbuh dalam diri individu sendiri.
diperlukan adanya motivasi mengajar Motivasi intrinsik adalah pendorong kerja
dari guru, karena dengan motivasi akan yang bersumber dari dalam diri pekerja
meningkatkan prestasi belajar murid. sebagai individu berupa kesadaran
Adapun tujuan motivasi mengajar adalah mengenai pentingnya atau manfaat atau
memberikan dorongan untuk menggerakkan makna pekerjaan yang dilaksanakannya
kemauan mengajar guru dalam (Nawawi, 2001).
meningkatkan prestasi belajar siswanya. Dipilihnya MTs Al-Khoiriyah 1 Semarang
Guru mempunyai beban tugas dan sebagai subjek penelitian inidikarenakan
tanggung jawab yang berat atau besar. MTs Al-Khoiriyah 1 Semarangmerupakan
Beban Tugas dan tanggung jawab tersebut lembaga pendidikan yang mengintegrasikan
belum diimbangi dengan motivasi intrinsik pendidikan umum dan pendidikan agama.
dan motivasi ekstrinsik kerja guru serta Institusi ini berkomitmen untuk mengamalkan
religiosity, sebagaimana fakta yang nilai-nilai Islam dalam pendidikan dan
terjadi pada guru-guru MTs Al-Khoiriyah kehidupanbermasyarakat. Selain itu
1 Semarang.Untuk itu, faktor-faktor yang lembaga ini juga bertujuan agar siswa-
mempengaruhi kerja keras guru dipandang siswinya mempunyai kompetensi seimbang
perlu untuk dipelajari, ditelaah dan dikaji antara dunia dan akhirat sehingga mampu
secara mendalam agar dapat memberikan melahirkan generasimuda Muslim yang
gambaran yang jelas, faktor yang lebih berilmu, berwawasan luas, dan bermanfaat
berperan penting dan dianggap darurat bagi agama dan Negara.
dalam mempengaruhi kerja keras guru. Bagi seorang muslim, religiusitas dapat
Untuk mencapai tujuan organisasi maka diketahui dari perilaku keberagamaan atau
hal yang perlu dilakukan adalah memberi kepercayaan yang diyakini seseorang,dan

Model Peningkatan Pola Kerja Keras………. (Ahmed Ainul Fuadie El Hakiem) 137
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Nasional dan Komisi X DPR
Seorang muslim yang memiliki religiusitas memutuskan bahwa standar nilai UN minimal
akan memiliki keimaanan atau aqidah yang adalah 5,50 untuk SMP (id.m.wikipedia.org).
kuat, ketaatan ibadah yang mantab, dan atau Apabila dilihat dari tabel diatas, nilai rata-rata
serta perilaku kesehariannya merupakan UN MTs Al Khoiriyah 1 Semarang berada
realisasi dari ajaran agamanya. Segala di atas rata-rata, dan belum mencapai
amalan yang dilakukan baik hubungan kelulusan 100% pada setiap tahunnya.
dengan Tuhan-Nya maupun dengan Kondisi di atas menunjukkan kinerja SDM
sesama makhluk-Nya selalu dimotivasi oleh yang tidak optimal, dan bukan tidak mungkin
agama dan niat karena Allah SWT. Agama apabila hal ini tidak diperhatikan, maka
Islam adalah agama yang menyeluruh rata-rata nilai UN akan besar kemungkinan
mengatur segala aspek kehidupan manusia, menurun, begitu juga dengan tingkat
mencakup kehidupan jasmani dan rohani kelulusan.
dan juga menyangkut kehidupan dunia dan
akhirat (Nashori, 2002). KAJIAN PUSTAKA
Kondisi yang ada di MTs Al Khoiriyah 1 Pola Kerja Keras
Semarang yaitu kinerja SDM (sumber daya Kerja keras adalah perilaku yang
manusia) dapat dikatakan kurang/tidak menunjukkan upaya sungguh-sungguh
optimal, hal ini bisa dilihat dari beberapa dalam mengatasi berbagai hambatan
indikasi sebagai berikut, kualitas kerja SDM guna menyelesaikan tugas (belajar atau
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. pekerjaan) dengan sebaik-baiknya (Mustari,
Tenaga pengajar sudah memilikikeahlian 2011). Sedangkan menurut Kesuma, dkk
yang sesuai dengan bidangnya, namun (2011) menyatakan bahwa kerja keras
masih mengalami kesulitan ketika adalah suatu istilah yang melingkupi suatu
dihadapkan pada beberapa tugas, terutama upaya yang terus dilakukan (tidak pernah
untuk tugas yang dapat dikategorikan menyerah) dalam menyelesaikan pekerjaan
sebagai tugas baru, sehingga menyebabkan atau yang menjadi tugasnya sampai tuntas.
kinerja kurang/tidak optimal. Berikut tabel Kerja keras bukan berarti bekerja sampai
1 dibawah ini menunjukkan data hasil tuntas lalu berhenti, yang dimaksud adalah
ujian nasional tiga tahun terakhir di MTs Al mengarah pada visi besar yang harus
Khoiriyah 1 Semarang. dicapai untuk kebaikan/ kemaslahatan

Tabel 1
Data Hasil Ujian Nasional di MTs Al Khoiriyah 1 Semarang
Rata-rata
Tahun Jumlah Siswa Tingkat Kelulusan
Nilai Ujian Nasional
2014 61 6.99 100 %

2015 50 7.48 96.15%

2016 49 6.01 100 %

Sumber: Staf Akademik Urusan Kurikulum MTs Al Khoiriyah 1 Semarang, 2016.

Tabel 1 menunjukkan nilai rata-rata dari manusia dan lingkungannya. Narwanti


jumlah siswa yang ada pada setiap tahun. (2011) kerja keras adalah perilaku yang
Menurut Badan Standarisasi Nasional menunjukkan upaya sungguh-sungguh
Pendidikan (BNSP) bersama Kementerian dalam mengatasi hambatan belajar dan

138 EKOBIS Vol.18, No.2, Juli 2017 : 136 - 148


tugas, serta menyelesaikan tugas dengan menurut Herzberg (dalam Robbins,
sebaik-baiknya. Indikator dari sikap kerja 2007) adalah: 1. Pencapaian prestasi, 2.
keras adalah menyelesaikan semua tugas Pengakuan, dan 3. Tanggung jawab.
dengan baik dan tepat waktu, tidak putus
asa dalam menghadapi masalah dan aktif Motivasi Ekstrinsik
mengajukan pendapat saat pembelajaran. Menurut A.M. Sardiman (2005) motivasi
Berdasarkan pengertian kerja keras ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
menurut para ahli di atas dapat disimpulkan berfungsinya karena adanya perangsang
bahwa kerja keras merupakan usaha yang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al
dilakukan dengan sungguh-sungguh dan (2001) menganggap motivasi ekstrinsik
tidak menyerah dalam menyelesaikan adalah motivasi yang tujuan-tujuannya
berbagai kegiatan guna mencapai tujuan terletak diluar pengetahuan, yakni tidak
yang dicapai dengan sebaik-baiknya.Kerja terkandung didalam perbuatan itu sendiri.
keras dilakukan dengan pantang menyerah Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi
waulaupun dihadapi dengan permasalahan ekstrinsik adalah motivasi yang timbul
yang sangat sulit. akibat pengaruh dari luar individu, apakah
Adapun beberapa indikator kerja karena ajakan, suruhan atau paksaan
keras menurutWeber (1958) adalah: 1. dari orang lain sehingga dengan keadaan
Perencanaan, 2. Program Kerja, 3.Prioritas demikian seseorang mau melakukan
yang Tinggi. sesuatu. Dari beberapa pendapat
di atas, dapat disimpulkan, motivasi
Motivasi Intrinsik ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan
Motivasi intrinsik  adalah motivasi berfungsi karena adanya pengaruh dari luar.
yang terbentuk di dalam diri saat kita Adapun indikator motivasi ekstrinsik
melakukan sesuatu tanpa adanya reward menurut Herzberg (dalam Robbins, 2007)
dari lingkungan. Kita secara sederhana adalah: 1. Upah, 2. Kondisi kerja, dan 3.Mutu
menikmati suatu aktivitas tertentu hubungan interpersonal.
atau memandangnya sebagai sebuah
kesempatan untuk mengeksplorasi, belajar, Religiosity
atau mengaktualisasikan potensi diri yang Ada beberapa istilah lain dari agama,
kita miliki (Coon & Mitterer, 2010). Menurut antara lain religi, religion (inggris), religie
Brown (2007) Motivasi intrinsik mengacu (belanda), religio (latin), dan dien (arab).
pada alasan mengapa kita melakukan Menurut Drikarya (1987) kata religi berasal
aktivitas-aktivitas tertentu untuk kepuasan dari bahasa latin religio yang akar katanya
dan kenikmatan yang muncul dari dalam religare yang berarti mengikat. Maksudnya
diri. Kita juga dapat mengatakan melakukan adalah suatu kewajiban-kewajiban atau
sesuatu tersebut muncul sebagai suatu aturan-aturan yang harus dilaksanakan,
keinginan dengan sendirinya dari dalam yang kesemuanya itu berfungsi untuk
diri kita. Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengikat dan mengutuhkan diri
mengartikan motivasi intrinsik sebagai seseorang atau sekelompok orang dalam
motivasi yang timbul dari dalam diri individu hubunngannya dengan Tuhan atau sesama
sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang manusia, serta alam sekitar.Sedangkan
lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Ahyadi (2001) mendefinisikan sikap
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat religiusitas sebagai tanggapan pengamatan,
disimpulkan, motivasi intrinsik adalah pemikiran, perasaan dan sikap ketaatan
motivasi yang muncul dari dalam diri yang diwarnai oleh rasa keagamaan.
seseorang tanpa memerlukan rangsangan Adi Subroto (1987) menjelaskan bahwa
dari luar. Adapun indikator motivasi intrinsik manusia religius adalah manusia yang

Model Peningkatan Pola Kerja Keras………. (Ahmed Ainul Fuadie El Hakiem) 139
struktur mental keseluruhannya secara tetap motivasi, Furnham (1984) menyatakan
diarahkan kepada pencipta nilai mutlak, bahwa orang-orang tanpa afiliasi
memuaskan dan tertinggi yaitu Tuhan.Dari keagamaan memiliki motivasi ekstrinsik
pendapat yang telah dikemukakan di atas yang tinggi dibandingkan dengan protestan,
dapat disimpulkan bahwa religiosity adalah katolik roma atau afiliasi dari agama-agama
penghayatan dan pengalaman individu timur”.Berdasarkan uraian diatas, dapat
terhadap ajaran agama atau kepercayaan dirumuskan bahwa reliogiosity berpengaruh
yang dianutnya. positif terhadap motivasi intrinsik dan
Adapun indikator Religiosity menurut reliogiosity berpengaruh negatif terhadap
Glock and Stark (2012) : 1. Keyakinan, motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu hipotesis
2. Praktek agama, 3. Pengalaman, 4. yang diajukan adalah:
Pengetahuan, dan 5. Pengamalan dan H1= Bila religiosity semakin tinggi, maka
konsekuensi. motivasi intrinsik akan semakin
meningkat
Pengaruh Religiosity Terhadap Motivasi H2= Bila religiosity semakin tinggi, maka
Intrinsik Dan Motivasi Ekstrinsik motivasi ekstrinsik belum tentu
Hasil studi penelitian Meral Elci (2007) meningkat
menunjukkan bahwa“Terdapat beberapa
bukti yang jelas yang menghubungkan Pengaruh Religiosity Terhadap Pola
afiliasi agama dengan berbagai sikap Kerja Keras
kerja, termasuk motivasi (Weber, 1958; “Pemikir yahudi mempelajari sifat dan
McClelland, 1961).Berdasarkan McClelland makna kerja dan kontribusi kerja terhadap
(1961) keyakinan dan nilai-nilai protestan organisasi dan untuk kehidupan anggotanya
menyebabkan cara-cara tertentu dalam (Snir & Harpaz, 2004).Dalam studi banding
mebesarkan anak-anak, yang kemudian Israel dan swiss, Levy and Guttman (1985)
menyebabkan anak-anak tersebut membahas korelasi positif yang signifikan
memiliki tingkat kebutuhan yang tinggi antara pentingnya kepercayaan yang
dalam berprestasi. Ray (1982) disisi lain melekat pada tuhan dan pentingnya kerja
protestan dan katolik roma menemukan keras diantara individu-individu swiss
tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tetapi tidak dantara orang Israel. Penduduk
level pencapaian atau motivasi ekstrinsik. Israel menunjukkan karakteristik yang
Bagaimanapun, ditemukan terdapat sama dalam penyelidikan yang dilakukan
perbedaan utama antara orang-orang yang oleh Levy and Guttman (1981). Dapat
percaya protestan dan orang-orang yang disimpulkan bahwa etos kerja berlaku
tidak percaya protestan, dengan orang disemua afiliasi agama (Cohen, 1985)
yang tidak percaya protestan lebih tinggi di dan, Pascarella (1984)berpendapat semua
motivasi intrinsik dan machiavelianism tetapi agama besar telah mendukung pentingnya
lebih rendah dikecenderungan otorisasi bekerja”.Berdasarkan uraian diatas, dapat
(Chusmir & Koberg, 1988).Chusmir dan dirumuskan bahwa reliogiosity berpengaruh
Koberg (1988) menemukan korelasi positif positif terhadap pola kerja keras. Oleh
dan signifikan antara keyakinan agama karena itu hipotesis yang diajukan adalah:
dan motivasi intrinsik tetapi hanya untuk H3= Bila religiosity semakin tinggi, maka
karyawan manajerial.Korelasi negative pola kerja keras akan semakin
dengan motivasi ekstrinsik dikedua meningingkat.
karyawan non manajerial dan total sampel,
dan korelasi negative dengan kebutuhan Pengaruh Motivasi Intrinsik Terhadap
afiliasi untuk karyawan non manajerial yang Pola Kerja Keras
tidak diharapkan.Dalam hal kebutuhan Hasil studi penelitian Meral Elci (2007)

140 EKOBIS Vol.18, No.2, Juli 2017 : 136 - 148


menunjukkan bahwa “PWE (Protestant Dari penjelasan diatas, maka dapat diajukan
Work Ethic) atau etos kerja orang protestan hipotesis sebagai berikut:
telah banyak digunakan oleh banyak H4= Apabila motivasi intrinsik tinggi maka
peneliti untuk menentukan motivasi, dalam pola kerja keras akan meningkat.
mencapai pemenuhan kinerja dan keinginan
untuk bekerja kera’ (Spence & Helmreich, Pengaruh Motivasi Ekstrinsik Terhadap
1983): Hal ini diamati sebagai karakteristik Pola Kerja Keras
motivasi individu yang mempengaruhi Hasil studi penelitian Meral Elci (2007)
sikap, nilai, dan perilaku (Mirels & Garrett, menunjukkan bahwa “Miller, Woehr and
1971; Furnham, 1984). Beit-Hallahmi (1979) Hudspeth (2002) menemukan bahwa nilai
menemukan bahwa PWE (Protestant kerja keras berpengaruh secara signifikan
Work Ethic) tidak ada kaitannya dengan dan positif terhadap motivasi ekstrinsik.
motivasi berprestasi atau sikap kerja. Chusmir and Koberg (1988) menggunakan
Furnham (1987a, 1987b) menyajikan bukti etos kerja protestan dan non protestan dalam
empirik bahwa orang yang mendukung pekerjaannya, dan mereka menemukan
PWE (Protestant Work Ethic) cenderung bahwa etos kerja protestan dan non
memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. protestan memiliki korelasi positif dengan
Cassidy and Lynn (1989)mengemukakan motivasi ekstrinsik untuk total sampelnya
bahwa etos kerja merupakan salah satu (karyawan manajerial dan karyawan non
dari 6 faktor dasar dalam motif berprestasi. manajerial).Skala etos kerja protestan juga
Miller, Woehr and Hudspeth (2002) juga memiliki korelasi positif dengan motivasi
menemukan bahwa rata-rata korelasi antara ekstrisk untuk karyawan non manajerial.
nilai 7 dimensi etos kerja lebih besar dari Terdapat sedikit atau tidak ada korelasi
rata-rata korelasi nilai etos kerja dengan dengan kebutuhan afiliasi.Terdapat poin
kebutuhan nyata.Selain itu, nilai dimensi secara umum antara motivasi ekstinsik dan
etos kerja terkait secara signifikan terhadap PWE (Protestant Work Ethic). Orang-orang
kebutuhan dalam berprestasi.Menurut yang mempercayai PWE (Protestant Work
Chusmir and Koberg (1988) kepercayaan Ethic) memiliki pemikiran yang independen,
etos kerja cenderung berhubungan dengan bekerja keras dan individualis yang tinggi,
kebutuhan berprestasi”.Berdasarkan uraian suka bersaing dibandingkan bekerja
diatas, dapat dirumuskan motivasi intrinsik sama(Furnham, 1990). Individual yang
berpengaruh positif terhadap kerja keras.Hal memiliki motivasi ekstrinsik yang tinggi juga
ini menunjukkan bahwa meningkatnya kerja suka bersaing dibandingkan bekerja sama.
keras dipengaruhi oleh motivasi intrinsik. Oleh karena itu terdapat korelasi yang

Gambar 1. Model Empirik


Peningkatan Pola Kerja Keras Melalui Religiosity, Motivasi
Intrinsikdan Motivasi Ekstrinsik

Model Peningkatan Pola Kerja Keras………. (Ahmed Ainul Fuadie El Hakiem) 141
positif antara PWE (Protestant Work Ethic) primer disebut juga data asli atau data
dan motivasi ekstrinsik”.Berdasarkan uraian baru (Hasan, 2002). Data dari penelitian
diatas, dapat dirumuskan bahwa motivasi ini diperoleh langsung dengan membagi
ekstrinsik berpengaruh positif terhadap kuesioner atau daftar pertanyaan kepada
kerja keras.Hal ini menunjukkan bahwa para guru di MTs Al Khoiriyah 1, mencakup
meningkatnya kerja keras dipengaruhi oleh variabel kerja keras, religiosity, danmotivasi
motivasi ekstrinsik.Oleh karena itu hipotesis intrinsik, serta motivasi ekstrinsik
yang diajukan adalah: Data sekunder adalah data yang
H5= Apabila motivasi ekstrinsik tinggi maka diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-
pola kerja keras akan meningkat. sumber yang telah ada.Data itu biasanya
diperoleh dari perpustakaan atau dari
METODE PENELITIAN laporan-laporan peneliti yang terdahulu.
Jenis penelitian ini adalah explanatory Data sekunder disebut juga data tersedia
research atau penelitian penjelasan dengan (Hasan, 2002).
menggunakan pendekatan kuantitatif Teknik pengambilan data pada penelitian
karena penelitian ini dilatar belakangi ini dilakukan dengan cara penyebaran
oleh jurnal penelitian yaitu menjelaskan kuesioner. Penyebaran Kuesioner adalah
pengaruh variabel-variabel yang hendak cara pengumpulan data dengan memberikan
diteliti dan kemudian menguji hipotesis suatu daftar pertanyaan untuk dijawab oleh
yang telah dirumuskan sebelumnya. Lokasi responden. Dalam hal ini, jumlah maupun
penelitian bertempat pada MTs Al Khoiriyah kualifikasi para responden ditentukan
1 Semarang. Ruang lingkup penelitian ini berdasarkan metode pengambilan sampel
dibatasi dalam lingkup religiosity, motivasi (sampling) (Santoso dan Hamdani, 2007).
intrinsik dan motivasi ekstrinsik terhadap Selain penyebaran kuesioner, juga
pola kerja keras. akan dilakukan interview terhadap pihak
Menurut Muhammad Nisfiannoor (2009), yang bersangkutan, yaitu guru dan kabag.
populasi adalah keseluruhan dari jumlah kurikulum agar didapat data yang semakin
yang akan diamati atau diteliti. Pada relevan untuk mendukung penelitian ini.
penelitian ini yang menjadi populasi adalah
guru di MTs Al Khoiriyah 1 Semarang. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel adalah sebagian yang diambil Deskripsi Variabel
dari suatu populasi.Gunakan sampel Berdasarkan hasil penelitian di MTs
sebesar mungkin merupakan prinsip yang Al Khoiriyah 1 Semarang masing-masing
harus dipegang dalam suatu penelitian deskripsi variabel adalah sebagai berikut :
yang menggunakan sampel. Statistik yang
dihitung berdasarkan sampel besar (>30 Religiosity
sampel) akan lebih tepat daripada yang Rata-rata keseluruhan jawaban
dihitung dari sampel kecil (<30 sampel). responden dalam sebuah penelitian ini
Teknik sampling penelitian ini menggunakan mencapai tingkat presentase sebesar
tehnik sensus, yaitu semua sampel menjadi 3.84. Secara rinci jawaban responden rata-
objek penelitian dan dilakukan penelitian rata indikator keyakinan mencapai tingkat
satu per satu tanpa terkecuali dengan jumlah presentase sebesar 3.68, praktek agama
sampel sebanyak 32guru MTs Al-Khoiriyah dengan tingkat presentase sebesar 4.18,
1 Semarang. pengalaman dengan tingkat presentase
Data primer adalah data yang sebesar 3.50, pegetahuan dengan tingkat
diperoleh atau dikumpulkan oleh orang presentase sebesar 4.15, sedangkan
yang melakukan penelitian atau yang pengamalan dan konsekuensi mencapai
bersangkutan yang memerlukannya.Data tingkat presentase sebesar 3.50.

142 EKOBIS Vol.18, No.2, Juli 2017 : 136 - 148


Tabel 2
Uji Validitas Data
r
Variabel Indikator r hitung Ket
tabel

Rel1 0.657 Valid


Rel2 0.353 Valid
Religiosity Rel3 0.702 0.266 Valid
Rel4 0.361 Valid
Rel5 0.504 Valid

Monintr1 0.436 Valid


Motivasi Intrinsik Monintr2 0.628 0.266 Valid
Monintr3 0.645 Valid

Monekst1 0.520 Valid


Motivasi Ektrinsik Monekst2 0.520 0.266 Valid
Monekst3 0.574 Valid

Pol1 0.651 Valid


Pola Kerja Keras Pol2 0.656 0.266 Valid
Pol3 0.549 Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Hal tersebut menunjukkan bahwa Hal tersebut menunjukkan bahwa


persepsi responden terhadap religiosity persepsi responden terhadap motivasi
mencakup: keyakinan, praktek agama, dan ekstrinsik mencakup: kondisi kerja, dan
pengetahuan kriteria tinggi dan pengalaman mutu hubungan interpersonal kriteria tinggi.
dan pengamalan dan konsekuensi kriteria Sedangkan upah kriteria rendah.
sedang.
Pola Kerja Keras
Motivasi Intrinsik Rata-rata keseluruhan jawaban
Rata-ratakeseluruhan jawaban responden sebesar 3.86. Secara rinci
responden sebesar 3.75. Secara rinci jawaban responden rata-rata indikator
jawaban responden rata-rata indikator perencanaan sebesar 4.09, program kerja
pencapaian prestasi sebesar 3.81, sebesar 3.81, dan prioritas sebesar 3.86.
pengakuan sebesar 3.78, dan tanggung Hal tersebut menunjukkan bahwa
jawab sebesar 3.65. persepsi responden terhadap pola kerja
Hal tersebut menunjukkan bahwa keras mencakup : perencanaan, program
persepsi responden terhadap motivasi kerja, dan prioritas.
intrinsik mencakup : pencapaian prestasi,
pengakuan dan tanggung jawab kriteria Uji Validitas Data
tinggi. Uji validitas pada penelitian ini
menggunakan korelasi r product moment,
Motivasi Ekstrinsik jika hasil perhitungan r hitung > r tabel,
Rata-rata keseluruhan jawaban maka data kuesioner dianggap valid.Hasil
responden sebesar 3.98. Secara rinci perhitungan dilihat pada kolom Corrected
jawaban responden rata-rata indikator upah Item-Total Correlation pada SPSS, dan
sebesar 2.12, kondisi kerja sebesar 4.09, berikut adalah Tabel 2 yang menunjukkan
dan mutu hubungan interpersonal sebesar variabel religiosity motivasi intrinsik,
3.78. motivasi ekstrinsik dan pola kerja keras >

Model Peningkatan Pola Kerja Keras………. (Ahmed Ainul Fuadie El Hakiem) 143
tabel product moment (0.266). Pada Tabel 4 hasil perhitungan
menunjukkan bahwa VIF dibawah 10.00
Uji Reliabilitas Data dan nilai Tolerance diatas 0.10, maka
Uji Reliabilitas data pada penelitian dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak
dilihat dari Cronbach Alpha pada SPSS, jika ada multikolinearitas dalam penelitian ini
Cronbach Alpha > 0.6, maka data dikatakan terpenuhi.
reliabel.Berikut adalah Tabel 3 yang
menunjukkan variable religiosity motivasi Uji Heterokedastisitas
intrinsik, motivasi ekstrinsik dan pola kerja Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk
keras > 0.6. menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual

Tabel 3
Uji Reliabilitas Data
Variabel Alpha Ket

Religiosity 0.766 Reliabel

Motivasi Intrinsik 0.820 Reliabel

Motivasi Ektrinsik 0.719 Reliabel

Pola Kerja Keras 0.788 Reliabel

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Tabel 4
Uji Multikolinearitas
Variabel
Variabel Bebas Tolerance VIF
Terikat

Religiosity 0.954 1.048


Pola Kerja Keras Motivasi Intrinsik 0.976 1.024
Motivasi Ektrinsik 0.965 1.036

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

Uji Multikolinearitas satu pengamatan ke pengamatan yang


Uji multikolinearitas bertujuan untuk lain tetap, atau disebut homokedastisitas.
mengetahui apakah model regresi Model regresi yang baik adalah yang
ditemukan adanya korelasi antar variabel homokedastisitas, tidak heterokedastisitas.
bebas (independent).Model regresi yang Cara untuk mendeteksi heterokedastisitas
baik seharusnya tidak terjadi korelasi adalah dengan melihat grafik scatter plot
diantara variabel bebas (tidak terjadi antara lain prediksi variable terikat (ZPREID)
multikolinearitas). Pengambilan keputusan dengan residualnya (SRESID). Jika ada titik
dilakukan dengan cara melihat uji VIF pola tertentu yang teratur (bergelombang,
(varian inflation) dan Toleransi, yaitu nilai VIF melebar kemudian menyempit)
lebih kecil dari 10.00 dan nilai Toleransi lebih maka mengindikasikan telah terjadi
besar dari 0.10. Berikut hasil perhitungan heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang
pada Tabel 4 jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan

144 EKOBIS Vol.18, No.2, Juli 2017 : 136 - 148


dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak Pengujian Hipotesis
terjadi heterokedastisitas (Ghozali,2006). Pengaruh Religiosity Terhadap Motivasi
Pada Gambar 2 nampak grafik scaterplot Intrinsik
titik-titik menyebar secara acak serta Hipotesis pertama pada penelitian ini
tersebar baik diatas maupun dibawah angka adalah apabila religiosity meningkat, maka
0 pada sumbu Y, maka disimpulkan bahwa motivasi intrinsik akan semakin meningkat.
tidak terjadi heterokedastisitas pada model Kemudian nilai t hitung 3.877 > t tabel
regresi. 1.701 dan tingkat signifikan variabel bebas
(religiosity) menunjukkan angka sebesar
Uji Normalitas 0.001 < 0.05. Berarti hipotesis yang diajukan
Untuk menentukan normal tidaknya data (Ha), yaitu bila religiosity meningkat, maka
pada variabel dependen dilakukan dengan motivasi intrinsik akan semakin meningkat
menggunakan Kolmogorov Smirnov, dimana diterima.
apabila nilai signifikasi lebih kecil dari 0.05, Individu yang memiliki religiosity yang
maka model regresi terdistribusi tidak kuat, tentunya akan menghasilkan individu
normal, sebaliknya apabila model regresi yang semangat untuk pencapaian prestasi
lebih besar dari 0.05, maka model regresi murid dan memiliki tanggung jawab dalam
terdistribusi normal. Berdasarkan tabel 5 meningkatkan watak dan perilaku seorang

Tabel 5
Uji Normalitas
Keterangan Nilai Ket

0.746
Komlmogorov Smirnov
Terdistribusi Normal
Signifikasi
0.634

Sumber : Data primer yang diolah, 2016

dapat dijelaskan bahwa nilai signifikasi siswa, karena motivasi intrinsik keluar dari
sebesar 0.634, lebih besar dari 0.05.Dengan dalam diri masing-masing guru tentunya
demikian model regresi dalam penelitian ini akan mempengaruhi seorang guru dalam
terdistribusi normal. menjalankan proses keagamaan.
Adi Subroto (1987) menjelaskan bahwa
Uji Regresi Linear Berganda manusia religius adalah manusia yang
Berdasarkan pada Tabel 6, maka dapat struktur mental keseluruhannya secara tetap
disimpulkan menjadi tiga model persamaan diarahkan kepada pencipta nilai mutlak,
regresi linear berganda sebagai berikut: memuaskan dan tertinggi yaitu Tuhan.Dari
pendapat yang telah dikemukakan di atas
Persamaan 1 : Y1 = 0.463 X dapat disimpulkan bahwa religiosity adalah
penghayatan dan pengalaman individu
Persamaan 2 : Y2 = 0.498 X terhadap ajaran agama atau kepercayaan
yang dianutnya.
Persamaan 3 : Y3 = 0.095 X + 0.731 Y1 + Hasil penelitian ini sejalan dengan
0.469 Y2 hasil penelitian yang dilakukan oleh Meral
Elci (2007) yang menyatakan bahwa

Model Peningkatan Pola Kerja Keras………. (Ahmed Ainul Fuadie El Hakiem) 145
bahwa reliogiosity berpengaruh positif dan 1.701 dan tingkat signifikan variabel bebas
signifikan terhadap motivasi intrinsik. (religiosity) menunjukkan angka sebesar
0.025 > 0.05. Berarti hipotesis yang diajukan
Pengaruh Religiosity Terhadap Motivasi (Ha), yaitu apabila religiosity semakin
Ekstrinsik tinggi, maka pola kerja keras akan semakin
Hipotesis kedua pada penelitian ini meningkat, didukung data empiris.
adalah bila religiosity meningkat, maka Kerja keras adalah suatu sikap kerja
motivasi ekstrinsik belum tentu meningkat. yang penuh dengan motivasi atau semangat
Kemudian nilai t hitung 0.909 > t tabel untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan.
1.701 dan tingkat signifikan variabel bebas Bekerja adalah kewajiban bagi setiap
(religiosity) menunjukkan angka sebesar individu atau orang untuk memperoleh
0.370 > 0.05.Berarti hipotesis yang diajukan keberhasilan. Tanpa bekerja, manusia
(Ha), yaitu apabila religiosity meningkat, tidak akan pernah memperoleh apa
maka motivasi ekstrinsik belum tentu yang diharapkan. Dengan bekerja keras,
meningkat, didukung data empiris. manusia telah melakukan suatu kewajiban.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi Sebagaimana firman Allah SWT, yang
yang timbul akibat pengaruh dari luar artinya: ‘Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu
individu, apakah karena ajakan, suruhan maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang
atau paksaan dari orang lain sehingga mukmin akan melihat pekerjaanmu itu dan
dengan keadaan demikian seseorang mau kamu akan dikembalikan kepada Allah yang
melakukan sesuatu. Individu yang memiliki Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata,
tingkat religiosity yang kuat, cenderung lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
mengabaikan reward atas prestasi atau kamu kerjakan.” (Q.S. At-Taubah: 105).
pencapaian yang telah atau berhasil diraih. Dengan diterimanya hipotesis tersebut
Dengan kata lain, individu yang memiliki maka mendukung hasil penelitian yang
tingkat religiosity yang tinggi belum tentu dilakukan oleh Meral Elci (2007) yang
akan meningkatkan motivasi ekstrinsik dari menunjukkan bahwa peningkatan
individu itu sendiri. religiosityakan berpengaruh pada
Menurut A.M. Sardiman (2005) motivasi meningkatnya pola kerja keras.
ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang Pengaruh Motivasi Intrinsik Terhadap
dari luar. Sedangkan Rosjidan, et all (2001) Pola Kerja Keras
menganggap motivasi ekstrinsik adalah Hipotesis keempat pada penelitian ini
motivasi yang tujuan-tujuannya terletak adalah apabila motivasi intrinsik semakin
diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung tinggi, maka pola kerja keras akan semakin
didalam perbuatan itu sendiri. meningkat.
Dengan diterimanya hipotesis tersebut Kemudian nilai t hitung 6.441 > t tabel
maka mendukung penelitian yang dilakukan 1.701 dan tingkat signifikan variabel motivasi
oleh Meral Elci (2007) yang menunjukkan intrinsikmenunjukkan angka sebesar 0.000
bahwa peningkatan religiosity belum tentu < 0.05. Berarti hipotesis yang diajukan (Ha),
meningkatkan motivasi ekstrinsik. yaitu bila motivasi intrinsikmeningkat, maka
pola kerja keras akan meningkat, didukung
Pengaruh Religiosity Terhadap Pola data empiris.
Kerja Keras Menurut Coon & Mitterer (2010) motivasi
Hipotesis ketiga pada penelitian ini adalah intrinsik adalah motivasi yang terbentuk
apabila religiosity semakin tinggi, maka pola di dalam diri saat kita melakukan sesuatu
kerja keras akan semakin meningkat. tanpa adanya reward dari lingkungan. Kita
Kemudian nilai t hitung 1.760 > t tabel secara sederhana menikmati suatu aktivitas

146 EKOBIS Vol.18, No.2, Juli 2017 : 136 - 148


tertentu atau memandangnya sebagai Dengan diterimanya hipotesis tersebut
sebuah kesempatan untuk mengeksplorasi, maka mendukung hasil penelitian
belajar, atau mengaktualisasikan potensi diri yang dilakukan oleh Meral Elci (2007)
yang kita miliki. menunjukkan bahwa apabila motivasi
Dengan tanggung jawab dari seorang ekstrinsik semakin tinggi, maka pola kerja
guru dalam sebuah pencapaian prestasi keras akan semakin meningkat.
siswa yang menjadikan salah satu faktor
dalam membentuk pola kerja keras seorang Pengaruh Langsung, Tidak Langsung,
guru.Penanaman rasa tanggung jawab dari Dan Pengaruh Total
dalam diri tersebut yang menjadikan motivasi Berdasarkan pengaruh langsung,
seorang guru untuk mengaktualisasikan pengaruh tidak langsung, dan pengaruh
potensi diri yang dimiliki. total peningkatan Pola Kerja Keras dapat
Dengan diterimanya hipotesis tersebut dirangking sebagai berikut: Pola Kerja Keras
maka mendukung hasil penelitian dipengaruhi oleh Motivasi Intrinsik sebesar
yang dilakukan oleh Meral Elci (2007) 0.731, Pola Kerja Keras dipengaruhi oleh
menunjukkan bahwa apabila motivasi Motivasi Ekstrinsik sebesar 0.469, Pola
intrinsik semakin tinggi, maka pola kerja Kerja Keras dipengaruhi Religiosity melalui
keras akan semakin meningkat. Motivasi Intrinsik sebesar 0.433, Pola
Kerja Keras dipengaruhi Religiosity melalui
Pengaruh Motivasi Ekstrinsik Terhadap Motivasi Ekstrinsik sebesar 0.328
Pola Kerja Keras
Hipotesis kelima pada penelitian ini
adalah apabila motivasi ekstrinsik semakin SIMPULAN
tinggi, maka pola kerja keras akan semakin Berdasarkan pengujian hipotesis yang
meningkat. dilakukan dengan menggunakan software
Kemudian nilai t hitung 3.452 > t tabel SPSS, maka simpulan hipotesis sebagai
1.701 dan tingkat signifikan variabel motivasi berikut: Religiosity berpengaruh positif dan
ekstrinsikmenunjukkan angka sebesar 0.002 signifikan terhadap motivasi intrinsik. Artiya,
<0.05. Berarti hipotesis yang diajukan (Ha), individu yang memiliki religiosity yang kuat,
yaitu apabila motivasi ekstrinsik semakin akan meningkatkan motivasi intrinsik dalam
tinggi, maka pola kerja keras akan semakin diri individu.
meningkat, didukung data empiris. Religiosity berpengaruh positif tidak
Sobry Sutikno (2011) berpendapat signifikan terhadap motivasi ekstrinsik.
bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi Artinya, individu yang memiliki religiosity
yang timbul akibat pengaruh dari luar yang kuat, belum tentu akan meningkatkan
individu, apakah karena ajakan, suruhan motivasi ekstrinsik dalam diri individu.
atau paksaan dari orang lain sehingga Religiosity berpengaruh positif dan
dengan keadaan demikian seseorang signifikan terhadap pola kerja keras. artinya,
mau melakukan sesuatu. Dari pendapat individu yang memiliki religiosity yang kuat,
di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi akan meningkatkan pola kerja keras dalam
ekstrinsik yang ada dalam diri seorang guru diri individu.
adalah motivasi yang timbul dan berfungsi Motivasi Intrinsik berpengaruh positif dan
karena adanya pengaruh dari luar. Dengan signifikan terhadap pola kerja keras. Artinya,
adanya motivasi dan keinginan dari luar apabilaindividu memiliki motivasi intrinsik
individu itulah yang secara langsung yang tinggi, maka pola kerja keras akan
akan meningkatkan pola kerja keras guna semakin meningkat.
mendukung pencapaian hasil yang hendak Motivasi ekstrinsik berpengaruh positif
diperoleh. dan signifikan terhadap pola kerja keras.

Model Peningkatan Pola Kerja Keras………. (Ahmed Ainul Fuadie El Hakiem) 147
Artinya, apabilaindividu memiliki motivasi Berkaitan dengan pola kerja keras
ekstrinsik yang tinggi, maka pola kerja keras indikator program kerja yang memiliki skor
akan semakin meningkat. paling rendah diantara indikator lainnya.
Berkaitan dengan religiosity indikator Oleh karena itu, sebaiknya pemimpin dalam
pengalaman memiliki skor paling rendah sebuah organisasi lebih menekankan ke
diantara indikator lainnya. Oleh karena itu, setiap karyawan agar tetap fokus program
sebaiknya guru diberikan jam mengajar kerja apa yang telah ditetapkan diawal
tambahan, mengajar les ataupun mengikuti periode.
diklat agar guru mempunyai banyak Pengaruh antar variabel motivasi intrinsik
pengalaman dalam menghadapi situasi dan motivasi ekstrinsik terhadap religiosity
yang akan terjadi kedepannya. termasuk dalam kategori rendah, yaitu <
Berkaitan dengan motivasi intrinsik 30%.
indikator tanggung jawab yang memiliki skor Metode pengumpulan data dalam
paling rendah diantara indikator lainnya. Oleh penelitian ini menggunakan kuesioner
karena itu, sebaiknya duru lebih ditekankan sehingga jawaban responden kurang
untuk selalu konsisten dalam pekerjaan dan optimal, dapat dikembangkan dengan
tugasnya. Dan selalu mengontrol kinerja mengganti atau menambahkan metode
guru untuk mengantisipasi pekerjaannya pengumpulan data lainnya seperti observasi
yang lepas dari tanggung jawab. atau wawancara.
Berkaitan denganmotivasi ekstrinsik Jumlah sampel pada penelitian ini dapat
indikator upah yang memiliki skor paling dikembangkan dengan cakupan lebih luas
rendah diantara indikator lainnya. Oleh lagi tidak hanya pada sektor perbankan
karena itu, perlu dikaji lagi mengenai upah syariah tetapi dapat dikembangkan pada
sdm. Lebih disesuaikan antara upah dan organisasi yang lainnya.
kapasitas pekerjaan yang mereka kerjakan.

DAFTAR PUSTAKA

Glock dan Stark dalam Poloutzian, F.R. (1996). Psychology of religion. Needham Heigthts,
Massachusetts: A Simon & Schuster Comp.
Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : UNDIP.
Info Pendidikan, (2012), Kerja Keras, Tekun, Ulet, Dan Teliti. http://ujungkulon22.blogspot.
co.id/2012/03/kerja-keras-tekun-ulet-dan-teliti.html, diakses Tanggal 5 Mei 2016
Hasan, I. (2002). Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta:Ghalia Indonesia,.
Elci, M. (2007). Effect Of Manifest Needs, Religiosiry and Selected Demographics On Hard
Working: An Emperical Investigation In Turkey. 25 (4), 97-121
Nawawi, H. H. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gadjah Mada University
Press.
Wibowo. (2011). Manajemen Kinerja Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Wikipedia. (2016). Nilai Rata-Rata Kelususan UN SMP, http://news.okezone.com/
read/2016/06/11/65/1412391/nilai-un-smp-2016-turun diakses tanggal 3 Mei 2016

Wikipedia. (2011) Uji Hipotesis, https://id.wikipedia.org/wiki/Uji_hipotesis, diakses tanggal 6


Juni 2016

148 EKOBIS Vol.18, No.2, Juli 2017 : 136 - 148

You might also like