You are on page 1of 8

BERHARAPGURU PROFESIONAL

YANG BERKARAKTER MUMPUNI

1
Ondi Suganda
1. Dosen FKIP Uniku

Abstract

“Mumpuni character” is the appearance of a complete personality coveted Master,


according to the value of integrity considerations include aspects: Emotional, Intellectual,
Moral, and Spiritual. From the literature we can learn, both locally and overseas, it was
concluded that, the character is seen as a healthy mutual relationship between individuals with
three things, namely Environment: Internal (on and in the individual), external (other people and
the environment), as well as spiritual (something vast and eternal). On the basis of that view, it
can be concluded there are four stages of quality of character, which eventually accumulated in
the last stage, which can describe Teachers the “Mumpuni Character”. First stage character, a
character levels that are still a bit of moral considerations in behavior. Second stage character, a
character which is characterized by the ability to make a reciprocal relationship in a healthy
manner towards him with a solid intellectual control. Third stage character, a character in the
level of ability to perform in a healthy mutual relationship between himself and other people and
the wider environment. Fourth stage character, a character that is characterized by the ability to
make a healthy mutual relationship with the environment. All thoughts, attitudes, and actions
reflect a healthy personality conditions, thus providing a very broad meaning for themselves and
others.

Key words : Mumpuni character

Pendahuluan. pendidikan pada tahapdasar adalah di tingkat


Fokus utama perhatian warga institusional atau satuan pendidikan, dan
bangsa berkenaan dengan implementasi instruksional atau pembelajaran. Pada tahap
Pendidikan Berwawasan Global adalah ini pendidikan berlangsung di front yang
memposisikan Guru sebagai insan paling depan dimana terjadi interaksi
pendidikan dalam keseluruhan operasional langsung antara pendidik dengan peserta
pendidikan. Sebelum ini, ada kecenderungan didik dalam interaksi pendidikan, serta
Guru selalu tersisihkan dari peranannya berada pada posisi yang paling dekat
sebagai kelompok yang ada pada ujung dengan pengguna jasa pendidikan yaitu
tombak dalam implementasi pendidikan. orang tua dan masyarakat. Dalam posisi ini
Sebagaimana dimaklumi, operasional orang tua dan masyarakat dapat
129 Edunomic, Jurnal Ilmiah Pend. Ekonomi, Volume 1 Nomor 2, September 2013, Hal. 128-135

mengamati dari dekat bagaimana hanya akan menjadi slogan muluk karena
berlangsungnya pendidikan untukputera - segala bentuk kebijakan dan program pada
puteri mereka. Guru sebagai pihak yang akhirnya akan ditentukan oleh kinerja pihak
berada di tingkat instruksional berhadapan yang berada pada ujung tombak yaituGuru.
langsung dengan peserta didik dalam proses Di Tanah Air iniGuru harusterus berjuang
pembelajaran, harus memperoleh otonomi untuk mendapat posisi yang seharusnya
pedagogis dan professional untuk dalam kebijakan dan sistem pendidikan.
melaksanakan berbagai tugas sebagai Mulai ada hembusan angin segar dari
pendidik. beberapa kebijakan pemerintah yang
Karena Guru sebagai perancang dan bercirikan paradigma baru yaitu membangun
pengarah pembelajaran, pembimbing peserta pendidikan dengan memulainya dari subyek
didik, serta penilai proses dan atau hasil Guru. Tanpa itu semua dikhawatirkan mutu
belajar, maka Gurulah yang sesungguhnya pendidikan tidak sampai pada cita-cita
paling mengetahui perkembangan peserta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
didik sejak awal sampai akhir proses pengembangan Sumber Daya Manusia.
pendidikan. Gurulah yang sesungguhnya
mempunyai otonomi dalam memberikan Sejahtera dan Terlindungi.
informasi hasil belajar. Dalam kenyataan Dalam konstelasi tantangan global
hingga saat ini Guru kurang mendapat untuk meningkatkan mutu pendidikan
tempat yang proporsional dan profesional, nasional, diperlukan kualitas Guru yang
karena Gurulebih banyak diperlakukan mampu mewujudkan kinerja profesional,
sebagai komponen obyek dan bukan sebagai modern, dalam nuansa pendidikan dengan
subyek insan pendidikan. Oleh karena itu, dukungan kesejahteraan yang memadai dan
seharusnya Guru memperoleh prioritas berada dalam lindungan kepastian hukum.
sentral dalam pemberdayaan otonomi Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan,
pedagogisnya dalam mewujudkan kinerja posisi, dan profesi bagi seseorang yang
pendidikan. Mengingat besarnya peran Guru mengabdikan dirinya dalam bidang
pada tingkat institusional dan instruksional, pendidikan memalui interaksi edukatif secara
maka Guru harus dijadikan sebagai sumber terpola, formal, dan sistematis. Setelah lahir
informasi proses dan hasil pendidikan dari UUNomor 14 Tahun 2006 tentang Guru dan
peserta didik yang menjadi tanggung Dosen sebagai landasan konstitusional yang
jawabnya. Guru harus diberi kesempatan sekaligus sebagai payung hukum yang
memberdayakan diri melalui memberikan jaminan bagi para Guru dan
keikut-sertaannya dalam proses dan evaluasi Dosen secara profesional, sejahtera, dan
pembelajaran. Hal ini sudah dijamin dalam tertindungi. Undang-undang Guru sangat
UUNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem diperlukan dengan tujuan: 1. Mengangkat
Pendidikan Nasional, dan UUNomor 14 harkat citra dan martabat Guru, 2.
Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen. Meningkatkan tanggung jawab profesi Guru
Guru merupakan komponen utama sebagai pengajar, pendidik, pelatih,
dalam keseluruhan proses pendidikan, pembimbing, dan manajer pembelajaran, 3.
khususnya padalevel institusional dan Memberdayakan dan mendayagunakan
instruksional. Tanpa Guru, pendidikan profesi Guru secara optimal, 4.
Ondi Suganda, FKIP UNIKU 130

Memberikan jaminan kesejahteraan dan


perlindungan terhadap profesiGuru, 5.
Meningkatkan mutu pelayanan dan hasil 2. Memelihara dan Meningkatkan Citra
pendidikan, dan6.Mendorong peranserta Profesi.
masyarakat dan kepedulian terhadap Guru. Profesionalisme yang tinggi
Dalam UU Guru dan Dosen ditunjukkan oleh besarnya keinginan
dinyatakan bahwa:"Guru adalah pendidik untuk selalu memelihara dan
profesional dengan tugas utama meningkatkan citra profesi melalui
mendidik, mengajar, membimbing, perwujudan perilaku profesional. Perwujudan
mengarahkan, melatih, menilai, dan dilakukan melalui berbagai cara seperti:
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan Penampilan, gaya berbicara, penggunaan
anak usia dini, jalur pendidikan formal, bahasa, perilaku hidup sehari-hari, hubungan
pendidikan dasar, dan pendidikan antar pribadi.
menengah". Guru profesional akan tercermin
dalam penampilan pelaksanaan pengabdian 3. Memperbaiki dan Meningkatkan
tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian Pengetahuan dan Ketrampilannya.
baik dalam materi maupun metode, rasa Berdasarkan kriteria ini, para Guru
tanggung jawab, pribadi, sosial, intelektual, diharapkan selalu berusaha mencari dan
moral dan spiritual, dan kesejawatan, yaitu memanfaatkan kesempatan yang dapat
rasa kebersamaan di antara sesama Guru. mengembangkan profesinya.Berbagai
Sementara itu, perwujudan unjuk kerja kesempatan tersebut antara lain:a.Mengikuti
profesional Guru ditunjang dengan jiwa kegiatan ilmiah seperti Seminar, dan
profesionalismeyaitu sikap mental yang Lokakarya, b.Mengikuti penataran atau
senantiasa mendorong dirinya untuk pendidikan lanjutan, c. Menelaah
mewujudkan diri sebagai Guru Profesional. kepustakaan, menyusun karya tulis, dan
Pada dasarnya profesionalisme itu pengabdian pada masyarakat, dan d.
merupakan motivasi intrinsik pada diri Memasukidan aktif dalam organisasi profesi.
Guru sebagai pendorong untuk
mengembangkan dirinya ke arah 4. Meraih ualitas dan Cita-cita dalam
perwujudan profesional. Kualitas Profesi.
profesionalisme Guru ditunjukkan oleh Hal ini mengandung makna
keinginan untuk selalu: bahwa profesionalisme yang tinggi
ditunjukkan dengan adanya upaya untuk
1. Menampilkan Karakter yang Mendekati selalu mencapai kualitas dan cita-cita sesuai
Kriteria Ideal, dengan program yang telah ditetapkan. Guru
Dari kenyataan ini, jelas bahwa yang memiliki profesionalisme tinggi akan
Guru yang memiliki profesionalisme tinggi selalu aktif dalam seluruh kegiatan dan
akan selalu berusaha mewujudkan perilakunya untuk menghasilkan kualitas
Karakter dirinya sesuai dengan yang ideal.
KriteriaIdeal.Ia akan mengidentifikasikan
Karakter dirinya kepada figur yang 5. Memiliki Kebanggaan terhadap
dipandang memiliki Kriteria Ideal, sebagai Profesinya.
panutan. Profesionalisme ditandai dengan
131 Edunomic, Jurnal Ilmiah Pend. Ekonomi, Volume 1 Nomor 2, September 2013, Hal. 128-135

kualitas derajat kebanggaan akan profesi kelancaran tugas keprofesionalan, (6).


yang dipegangnya. Dalam kaitan ini Memiliki kebebasan dalam memberikan
diharapkan para Guru memiliki rasa bangga penilaian dan ikut menentukan kelulusaan,
dan percaya diriakan profesinya. Rasa penghargaan dan/atau sanksi kepada
bangga ini ditunjukkan dengan peserta didik sesuai dengan
penghargaan akan pengalamannya di masa kaidahpendidikan, kode etikguru, dan
lalu, berdedikasi tinggi terhadap peraturan perundang-undangan, (7).
tugas-tugasnya sekarang, dan meyakini Memperoleh rasa aman dan jaminan
akan potensi dirinya bagi perkembangan di keselamatan dalam melaksanakan tugas, (8).
masa yang akan datang. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam
Dalam UU Guru dan Dosen, Prinsip organisasi profesi, (9). Memiliki kesempatan
profesional Guru mencakup :(1). Memiliki untuk berperan dalam penentuan kebijakan
bakat, minat, panggilan, dan idealisme, (2). pendidikan,(10). Memperoleh kesempatan
Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar untuk mengembangkan dan meningkatkan
belakang pendidikan sesuai dengan bidang kualifikasi akademik dan kompetensi, dan
tugas, (3). Memiliki kompetensi yang (11). Memperoleh pelatihan dan
diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (4). pengembangan profesi dalam bidangnya.
Memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik UU Guru dan Dosen yang bernilai
profesi, (5). Bertanggung jawab atas inovasi untuk mendukung profesionalitas
pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6). dan kesejahteraan Guru, antara lain:
Memperoleh penghasilan yang ditentukan
sesuai dengan prestasi kerja,(7). Memiliki 1. Kualifikasi dan Kompetensi Guru.
kesempatan untuk mengembangkan profesi Mensyaratkan kualifikasi
secara berkelanjutan,(8). Memilikiaminan akademik guru minimal lulusan S-1 atau
perlindungan hukum dalam melaksanakan Diploma IV, dengan kompetensi sebagai
tugas keprofesionalan, serta(9). Memiliki agen pembelajaran yang meliputi
organisasi profesi yang mempunyai kompetensi pedagogik, kepribadian,
kewenangan mengatur hal-hal yang profesional, dan sosial.
berkaitan dengan keprofesian.
Selanjutnya,UU Guru dan Dosen 2. Hak dan Kewajiban Guru.
menyatakan bahwa Guru punya Hak Antara lain berupa penghasilan
Professional:(1). Memperoleh penghasilan diatas kebutuhann hidup minimum berupa
di atas kebutuhan hidup minimum dan gaji pokok, tunjangan yang melekat pada
jaminan kesejahteraan sosial,(2). gaji, tunjangan profesi, tunjangan
Mendapatkan promosi dan penghargaan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat
sesuai dengan tugas dan prestasi kerja,(3). tambahan yang terkait dengan tugasnya
Memperoleh perlindungan dalam sebagai Guru.Untuk mengisi keadaan
melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan darurat adanya wajib kerjasebagai guru
intetektual,(4).Memperoleh kesempatan bagi PNS yang memenuhi persyaratan.
untuk meningkatkan kompetensi,(5).
Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan 3. Perlindungan dan Pengembangan Profesi
prasarana pembelajaran untuk menunjang Guru.
Ondi Suganda, FKIP UNIKU 132

Guru mendapat perlindungan "membangun watak /karakter bangsa" atau


hukum dalam berbagai tindakan yang national character buildingyang
merugikan profesi, kesejahteraan, dan merupakan esensi Pendidikan Nasional.
keselamatan kerja.Melalui pendidikan Berkenaan dengan hal itu, Guru
Guru yang lebih berorientasi pada memiliki peran dan posisi yang amat
pengembangan kepribadian dan profesi strategis dalam upaya membangun
dalam satu lembaga pendidikan Guru yang karakter bangsa. Semua upaya itu harus
terpadu. diawali dengan membangun kualitas
4. Organisasi Profesi Guru. Karakter Guru yang Mumpuni. Untuk itulah
Sebagai wadah dependen untuk Karakter Guru menjadi sangat penting.
peningkatan kompetensi, karir, wawasan Karakter pada hakekatnya merupakan ciri
kependidikan, perlindungan profesi, kepribadian yang berkaitan dengan
kesejahtreraan dan atau pengabdian, pertimbangan nilai moralitas normatif yang
menetapkan kode etik Guru,memperjuangkan berlaku. Kualitas Karakter seorang Guru
aspirasi dan hak-hak Guru. akan tercermin pada penampilan
kepribadiannya ditinjau dari sudut
Guru yang Berkarakter. pertimbangan nilai moral normatif.
Dalam UUNomor 20 Tahun 2003 Seseorang dikatakan memiliki kualitas
tentang Sistem Pendidikan Nasional Karakteryang baik apabila menampilkan
dijelaskan bahwa Pendidikan adalah "Upaya perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
sadardan terencana untuk mewujudkan moral yang berlaku. Misalnya Guru yang
suasana belajar dan proses pembelajaran sering membuang sampah tidak pada
agar peserta didik secara aktif tempatnya dapat dikatakan berkarakter
mengembangkan potensi dirinya untuk tidak baik karena tidak sesuai dengan nilai
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, moral normatif yang berlaku. Dengan
pengendalian diri, kepribadian, demikian dapat dikatakan bahwa Karakter
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan Mumpuni merupakan keseluruhan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, penampilan kepribadian dalam keutuhan
bangsa, dan negara" Dan selanjutnya perilaku berdasarkan pertimbangan
Fungsi dan Tujuan pendidikan nilai-nilai moralitas bangsa.
adalah:''Pendidikan
Nasionalberfungsimengembangkan Karakter Mumpuni.
kemampuan dan membentuk watak serta Karakter Mumpuni merupakan
peradaban bangsa yang bermartabat dalam keseluruhan penampilan moralitas
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, kepribadian secara paripurna menurut
bertujuanuntuk mengembangkan potensi pertimbangan keutuhan nilai yang mencakup
peserta didik agar menjadi manusia yang aspek emosional, intelektual, moral, dan
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang spiritual. Dari beberapa pustaka yang dapat
Maha Esa, serta berakhlak mulia, sehat, kita pelajari, baik lokal maupun
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan mancanegara disimpulkan
menjadi warga Negara yang demokratis bahwa,karakterdipandang sebagai suatu
serta bertanggung jawab". Dari rumusan hubungan timbal balik yang sehat antara
tersebut jelas sekali secara eksplisitbahwa Diri dengan tiga macam lingkungan yang
133 Edunomic, Jurnal Ilmiah Pend. Ekonomi, Volume 1 Nomor 2, September 2013, Hal. 128-135

harus ada, yaitu lingkungan:Internal (pada keberdayaan sehingga mampu mewujudkan


dan dalam diri), Eksternal (orang lain perilaku yang aktif dan terarah sesuai
dan lingkungan fisik), sertaSpiritual dengan tuntutan dirinya sendiri dan
(sesuatu yang maha besar dan abadi ). Atas lingkungan. Tahap ini disebut juga sebagai
dasar pandangan itu, dapat disimpulkan ada karakter yang dilandasi oleh Kecerdasan
empat tahap mutu karakteryaitu : Intelektual, yaitu kualitas kemampuan
Karakter tahap Pertama, menampilkan kepribadian dengan kekuatan
merupakan tingkatan karakter yang sifatnya intelektual yang mantap sehingga mampu
masih sedikit atau kurang pertimbangan mewujudkan perilaku yang sesuai dengan
moral dalam perilaku sebagai ciri-ciri timbangan nilai berpikir secara bermakna.
kepribadiannya. Tahap pemula ini disebut Kecerdasan intelektual seseorang
sebagai karakter Kecerdasan Emosional. merupakan sumber karakter dalam
Dalam tahap ini, perilaku orang lebih menghadapi berbagai tantangan. Kecerdasan
bersifat impulsif atau spontan tanpa Intelektual didukung oleh lima kemampuan
timbangan-timbangan nilai moralitas. yaitu: 1. Mengenali intelektual diri, 2.
Misalnya,jika dia tersinggung sedikit saja Mengelola intelektual, 3. Memotivasi diri, 4.
akan bereaksi dengan fisik atau Mengenali intelektual orang lain, dan 5.
mengeluarkan kata-kata kotor tanpa ada Membina hubungan dengan orang lain. Guru
pertimbangan apakah perbuatan itu sopan yang berkarakterpada tahap ini mampu
atau kasar, baik atau buruk. Perilakunya menunjukkan perilaku yang terkendali
lebih banyak dikendalikan oleh gejolak secara intelektual dan mencerminkan
emosional menurut kepuasannya sendiri kepribadian yang baik dari sudut timbangan
tanpa mempertimbangkan berbagai nilai nilai moralitas. Dalam menghadapi berbagai
moral. Beberapa peristiwa pelecehan, persoalan atau tantangan karakter dalam
kekerasan, pemerasan, dan korupsi, yang tingkatan ini akan mampu berinteraksi
awalnya dari hal-hal sepele, adalah dengan dirinya sendiri dengan
merupakan contoh manifestasi pertimbangan-pertimbangan intelektual
KarakterPemula ini. Pribadi dalam karakter yang mantap serta memperhatikan berbagai
pemula menunjukkan beberapa ciri seperti: alternatif dan resiko yang mungkin timbul.
Bersifat pasif atau sebaliknya over aktif, Karakter tahap ketiga, merupakan
kurang inisiatif atau sebaliknya sering karakter dalam tingkatan kemampuan untuk
berlebihan, bersifat menunggu atau melakukan hubungan timbal balik secara
sebaliknya terlalu dini dalam bertindak, sehat antara dirinya dengan orang lain dan
ingin selalu diperhatikan atau sebaliknya lingkungan yang lebih luas. Karakter tahap
tidak ingin dikenal. ini merupakan tahapan yang lebih atas
Karakter tahap Kedua, merupakan karena seluruh perilaku kepribadiannya
karakter yang ditandai dengan kemampuan lebih banyak didasarkan atas timbangan
melakukan hubungan timbal balik secara moral. Oleh karena itu tahapan ini disebut
sehat terhadap dirinya sendiri dengan juga sebagai karakter Kecerdasan Moral
kendali emosional yang mantap. Para ahli yaitu karakter yang terwujud karena
menyebutnya sebagai kepribadian proaktif kepribadiannya tercermin atas dasar
yaitu kepribadian yang mempunyai perilaku berdasarkan timbangan moral
Ondi Suganda, FKIP UNIKU 134

yang matang. Guru dalam tahapan ini keyakinan spiritual yang kuat terhadap
mampu memahami, menghayati, kuasa Alloh SWT. Semua pikiran, sikap,
danmengamalkan nilai-nilai moral secara dan tindakan mencerminkan kondisi
utuh dalam keseluruhan perilakunya kepribadian yang sehat, sehingga
sehingga mencerminkan kepribadian yang memberikan makna yang sangat luas bagi
tergolong baik. Dalam menghadapi berbagai dirinya dan orang lain.
situasi masalah (termasuk situasi krisis) Dengan memperhatikan uraian di
Guru yang berkarakter tahap kedua mampu atas, pada dasarnya makna Karakteryang
membuat tindakan atas dasar timbangan Mumpuni akan tercermin apabila telah
moral secara utuh sehingga tidak hanya mencapai pada tahap keempat secara
menghasilkan kondisi sehat bagi dirinya kumulatif. Karaktertahap keempat itu akan
akan tetapi juga bagi kepentingan orang lain mencerminkan suatu keluhuran budi pekerti
dan lingkungan. Guru mampu bertindak yang bersumber dari keutuhan moral pribadi,
secara cermat, tenang, berkepala dingin, sosial, dan spiritual. Bagi kita - bangsa
penuh keyakinan, dan optimisme.Yang pada Indonesia - pada hakekatnya nilai -nilai
akhirnya menghasilkan sesuatu yang moral Pancasila merupakan rujukan
bermakna bagi dirinya dan orang lain. fundamental bagi pembentukan karakter
Karakter tahap keempat,adalah bangsa yang utuh. Tujuan Pendidikan
karakter yang ditandai dengan kemampuan Nasional sesungguhnya telah
melakukan hubungan timbal balik secara menggariskan arahannya untuk mencapai
sehat dengan lingkungan. Maha besar di luar karakterbangsa yang utuh.Untuk dapat
dirinya yaitu "Tuhan Yang Maha Kuasa", mewujudkan peran pedagogisnya secara
disamping kemampuannya berhubungan efektif, diharapkan Guru memiliki
timbal balik secara sehat dengan dirinya kualitas karakter tahap keempat sebagai
sendiri, dengan orang lain,serta Karakter Mumpuni yang dilandasi dengan
lingkungan. Landasan utama dari nilai-nilai kecerdasan: Intelektual,
karaktertahap ini adalah kualitaskeimanan emosional, moral,dan spiritual. Semua
dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha kualitas karakter tersebut harus tercermin
Esa. Oleh karena itu karakter tahap ini dalam wujud kinerja profesional Guru sehari
disebut sebagai karakter Kecerdasan - hari.
Spiritual, yaitu karakter yang muncul dari
keseluruhan perilaku yang terwujud atas DAFTARA PUSTAKA
dasar berbagai pertimbangan spiritual yang
Agustian, Ari Ginanjar. 2007. Rahasia
berakar pada nilai-nilai keimanan dan
Sukses Membangun Kecerdasan
ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
Emosidan Spiritual Jakarta: Arga.
Pada tahap ini akan tercermin keseluruhan
kepribadian yang mumpuni dan sehat sejalan Ali Imran, 1995. Pembinaan Guru di
dengan keseluruhan nilai-nilai moralitas Indonesia. Jakarta : Pustaka Jaya.
normatif-religius. Dalam menghadapi Ali.1984. Guru dalam Proses Belajar
berbagai situasi (terutama situasi kritis) Guru Mengajar.Bandung: Sinar Baru.
berkarakter tahap tiga ini, akan mampu
mengendalikan dirinya dan menjaga Anwar Yasin. 1998. Standar Kemampuan
keseimbangan dengan lingkungan atas dasar Profesional Guru SD. IKIP Malang.
135 Edunomic, Jurnal Ilmiah Pend. Ekonomi, Volume 1 Nomor 2, September 2013, Hal. 128-135

Direktorat Profesi Pendidik, 2008. Pedoman Purwodarminto. Kamus Besar Bahasa


Penilaian Guru Berprestasi. Jakarta : Indonesia.
Depdiknas
Santoso, Slamet Imam. 1981. Pembinaan
Hidayatullah, Furqan. 2010. Pendidikan Watak Tugas Utama
Karakter: Membangun Pendidikan.Jakarta: Penerbit UI
PeradabanBangsa. Surakarta: Yuma Press.
Pustaka.
Soetjipto, 2004. Profesi Keguruan. Jakarta :
Hornby, A.S. dan Parnwell, E.C. 1972. Rineka Cipta
Learner’s Dictionary. Kuala
Sondang P.Siagian. 1999. Manajemen
Lumpur:Oxford University Press.
Sumber Daya Manusia. Jakarta :
I.G.A.K. Wardani. 1998. Pemantapan Bumi Aksara
Kemampuan Mengajar.Jakarta :
Sudarwan Danim, 2002. Inovasi Pendidikan
Depdikbud.
dalam Upaya Peningkatan
Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Profesionalisme Tenaga
Berbasis Potensi Diri. Kependidikan. Bandung : Pustaka
Yogyakarta:Pelangi Publising. Setia
Lierberman. 1987. Education as a Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005
Profesion.New Jersey : Prentice Bab I pasal 1 tentang Guru dan
Hall. Dosen. Jakarta.
Made Pidarta, 2000. Landasan
Kependidikan. Jakarta : Renika Cipta
Moch. Uzer Usman, 2000. Menjadi Guru
Profesional. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Moh. Uzer Usman, 2001. Menjadi Guru
Profesional. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Muchlas Samani, dkk, 2003. Pembinaan
Profesi Guru. Jakarta : Depdiknas
Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan
Karakter: Membangun Karakter
Anak Sejakdari Rumah. Yogyakarta:
Pedagogia (PT. Pustaka Insan
Madani).
Nana Sudjana, 1987. Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung : Sinar
Baru Algensindo.

You might also like