You are on page 1of 15

Jurnal Emik, Volume 4 Nomor 1, Juni 2021

Belanja Online di Masa Pandemi Covid-19:


Studi Kasus Ibu-ibu Rumah Tangga di Makassar
Andi Maghfirah Juniar1, Jusrianti2
1,2
Univeritas Hasanuddin
1
egamaghfirah4@gmail.com
2
jusriantiucy@gmail.com

Abstract
In early 2020 the world was shocked by the outbreak of a new type of virus (SARS-CoV-2)
known as Corona virus disease 2019 (abbreviated as Covid-19), whose first case was
discovered at the end of December 2019 in Wuhan, China. The outbreak of the Covid-19
was known to have entered Indonesia in mid-March 2020, resulting in Indonesia entering
the Disaster Emergency Period. The entry of Covid-19 in Indonesia prompted the
government to adopt a Large-Scale Social Restriction (PSBB) policy to stop the wider
spread of Covid-19. With this policy, people's activities outside the home are limited, and
more people's activities are diverted at home, including shopping online through
applications. In this context, the ease of shopping online may resulted in consumptive
behavior when one can't control him/herself.

This research was conducted between September and November 2020 in the city of
Makassar City. Makassar was chosen because based on online observations, many
housewives in the Makassar area tend to behave consumptively during the outbreak
Covid-19. This can be seen from the habit of shopping online which is supported by
technology and the ease of accessing online applications. Data was collected through in-
depth interviews and observation. Those who participated in this study were ten
housewives who had a history of routine shopping online using a shopping application.

The study indicates that the Covid-19 pandemi has limited people's mobility, one of
which is social restriction policies issued by the government which has changed many
aspect of human life, including their shopping method. This shopping method has
changed from direct shopping through which human interaction occurs to more often
online shopping, using online shopping applications. Housewives perceive online
shopping in various ways, from relating it to the simplicity of shopping; transaction
process using advanced technology; to shopping by using online shopping applications.
The reasons why online shopping is in favour among housewives during the Covid-19
pandemi are the availability of a variety of offered goods, its convenience and
practicality, its safety and comfort, and its discount offers. During the Covid-19 pandemi,
this way of shopping intensifies. In addition to its advantages, online shopping also has
weaknesses, namely the discrepancy between the appearance of the goods ordered and
the reality of the goods received; the purchased goods cannot be received directly
because it requires delivery time; vulnerability to damage to goods in the shipping
process, and vulnerability to fraud. Therefore, consumers must consider the needs and
desires in order to be able to control themselves in shopping because not all the desired
items are needed items. In addition, fraud is vulnerable in online shopping. Thus
consumers not only have to question the goods to be purchased in as much detail as

37
Belanja Online di Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus Ibu-ibu Rumah Tangga di Makassar

possible; selective in choosing online stores; but also one must identify the track record
of intended online store.

Keywords: Covid-19, housewives, online shopping, online store, and social media.

Pendahuluan Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona


Di awal tahun 2020 dunia digemparkan dengan Virus Disease 2019 (Covid-19).2
merebaknya virus baru (SARS-CoV-2) atau Dengan dikeluarkannya surat edaran ini,
corona virus disease (Covid) yang pertama kali maka kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan di
ditemukan di Wuhan, Cina pada akhir tahun luar rumah lebih banyak dilakukan di rumah,
2019, dan populer dengan istilah Covid-19. Virus termasuk belajar dari rumah, bekerja dari
ini kemudian menyebar dengan sangat cepat ke rumah dan berbelanja dari rumah dengan
hampir semua negara dalam waktu singkat, penggunaan aplikasi belanja online. Dalam
termasuk Indonesia (Warta Ekonomi 2020). berbelanja online, kegiatan berbelanja online
Wabah pandemi Covid-19 diketahui masuk ke tidak hanya dilakukan pada aplikasi Lazada dan
Indonesia pada pertengahan bulan Maret 2020. Shopee saja, namun, ini juga dapat dilakukan
Bahkan di beberapa provinsi memiliki angka melalui media sosial, seperti Facebook.
kasus Covid-19 tertinggi, salah satunya yaitu Menurut Harahap dan Amanah
Sulawesi Selatan. Data per tanggal 29 Mei 2021, (2018:195), belanja online atau e-commerce
Sulawesi Selatan berada pada peringkat enam adalah sebuah proses transaksi yang dilakukan
dengan jumlah kasus terkonfirmasi sebanyak melalui media atau perantara, yaitu berupa
62.024 setelah DKI Jakarta (425.829), Jawa Barat situs-situs jual beli online ataupun jejaring sosial
(308.409), Jawa Tengah (195.786), Jawa Timur yang menyediakan barang atau jasa yang
(153.596), dan Kalimantan Timur (71.092 kasus diperjualbelikan. Kini belanja online, meskipun
terkonfirmasi).1 bukan hal baru, sejak mewabahnya Covid-19
Merebaknya kasus Covid-19 di telah semakin intensif digunakan orang. Jumlah
Indonesia membuat Menteri Kesehatan melalui pelanggan e-commerce mengalami peningkatan
Surat Edaran Nomor hingga 38,3 persen selama masa pandemi
HK.02.01/MENKES/332/2020 Tahun 2020 Covid-19. Data tersebut bersesuaian dengan
tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar catatan yang dilaporkan Exabytes, perusahaan
(PSBB) sebagaimana tertuang dalam Peraturan penyedia layanan hosting dIndonesia. Di satu
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang sisi, situasi ekonomi mengalami kemerosotan.
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Di sisi lain, perkembangan teknologi melahirkan
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease peluang baru, khususnya di bidang e-commerce.
2019 (Covid-19) dan Peraturan Menteri Pertumbuhan e-commerce yang naik pesat
Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang disebabkan oleh perubahan perilaku konsumen
Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar yang memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan

1 2
http://www.hukumonline.com/pusatdata, diakses https://www.antaranews.com/covid-19, diakses
tanggal 27 September 2020. tanggal 29 Mei 2021.

38
Jurnal Emik, Volume 4 Nomor 1, Juni 2021

berbelanja secara online, terutama dimasa Yang kedua merujuk pada perilaku konsumen
PSBB.3 yang mudah terbujuk oleh iming-iming diskon
Pandemi Covid-19 membuat semua atau marketing dari suatu produk tanpa
kegiatan yang dilakukan di luar rumah dibatasi, mengedepankan aspek kebutuhan atau
baik itu kegiatan belajar-mengajar, beribadah, kegunaan (Sumarni dkk. 2020:7).
maupun bekerja. Hal ini juga memengaruhi Ibu rumah tangga merupakan salah satu
aktivitas-aktivitas lainnya, termasuk kegiatan kelompok shopper personas atau kelompok
berbelanja kebutuhan sehari-hari, di antaranya pebelanja yang memiliki perilaku unik dan
kebutuhan pangan, sehingga terjadi dianggap memiliki porsi yang signifikan
peningkatan dalam belanja online itu sendiri. terhadap total konsumen, khususnya di
Proses berbelanja online tersebut dapat Indonesia. Insight terbaru Snapcart bertajuk
dilakukan dengan cara memesan barang yang “Housewives Persona Deep Dive” merinci
diinginkan melalui vendor atau produsen serta kebiasaan berbelanja ibu rumah tangga
reseller dengan menggunakan teknologi mengenai kategori produk yang sering dibeli
internet melalui ponsel pintar (smartphone). seperti pakaian, assesoris dan skincare. Pihak
Selanjutnya, pembayaran dilakukan dengan cara Snapcart dalam rilis resminya mengungkapkan,
mentransfer via bank, e-bank, ataupun bahwa data yang didasarkan pada analisa
membayar di tempat saat barang diantarkan, 505.000 struk belanja periode antara bulan
yang diistilahkan sebagai Cash on Delivery Januari 2016 dan Februari 2017, salah satu
(COD). Dengan kemudahan-kemudahan yang temuannya menunjukkan bahwa ketika ibu
dimilikinya, hal ini dapat membuat orang rumah tangga berbelanja di ritel modern, 55,1%
menjadi konsumtif karena mereka berbelanja dari mereka melakukannya di mini market,
berdasarkan pada keinginan ketimbang 30,46% di supermarket, dan 12,78% di
kebutuhan (Astuti 2013:80), dan tindakan ini hypermarket.4
jika tidak dapat mengontrol diri, maka akan Studi-studi tentang perilaku konsumtif
menyebabkan seseorang berprilaku konsumtif. telah banyak dilakukan, terutama terkait
Menurut Setiaji (1995), perilaku konsumtif dengan mahasiswa (Thohiroh 2015; Rusli dkk.
adalah kecenderungan seseorang berperilaku 1998; Aeni 2019; Anggreini dan Maryanti 2014).
secara berlebihan dalam membeli sesuatu atau Studi Thohiroh (2015) tentang perilaku
membeli secara tidak terencana, seringkali tak konsumtif di kalangan mahasiswi menunjukkan
terkendali dan menjadi tidak rasional. bahwa perilaku berbelanja konsumtif telah
Pada dasarnya, perilaku konsumen menjadi gaya hidup mahasiswi dan mereka
secara umum dibagi atas dua, yaitu perilaku berbelanja hanya karena kesenangan,
konsumen yang bersifat rasional dan irrasional. pembelian impulsif (suatu pembelian yang
Yang pertama merujuk pada perilaku konsumen secara tiba-tiba tanpa adanya niat sebelum
dalam pembelian suatu barang dan jasa yang belanja). Mereka bahkan rela menjual barang-
mengedepankan aspek-aspek seperti kebutuhan barang berharga, seperti assesoris emas,
mendesak, kebutuhan utama/primer, serta daya kamera, handphone dan merelakan diri makan
guna produk itu sendiri terhadap pembelinya.
4
https://femaleradio.co.id/female-info/female-
3
https://tirto.id/jumlah-pelanggan-e-commerce- lifestyle/6284-infografis-kebiasaan-belanja-ibu-
tercatat-meningkat-383-selama-pandemi-f1eP, rumah-tangga, diakses tanggal 12 April 2021.
diakses tanggal 9 Desember 2020.

39
Belanja Online di Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus Ibu-ibu Rumah Tangga di Makassar

seadanya hanya untuk membeli barang yang memilih belanja secara online. Bagian ketiga
diinginkan, terutama pakaian demi menunjang diskusi dititikberatkan pada kelemahan dalam
penampilan mereka. berbelanja secara online.
Ini berbeda dengan berbelanja di
kalangan ibu-ibu rumah tangga berdasarkan Metode Penelitian
kajian Rusli dkk. (1998) yang menggambarkan Penelitian ini menggunakan pendekatan
bahwa ibu-ibu rumah tangga yang berbelanja kualitatif dan dilakukan antara bulan September
pada pasar-pasar tradisional yang umumnya dan November 2020 di Kota Makassar. Lokasi ini
berbelanja berdasarkan kebutuhan dan manfaat dipilih karena berdasarkan dari hasil
suatu barang yang dibeli, dan kualitas belum pengamatan secara langsung terhadap ibu-ibu
menjadi pertimbangan utama. Yang rumah tangga di kota Makassar yang sering
memengaruhi perilaku belanja tersebut menggunakan aplikasi belanja online, seperti
terutama nilai-nilai sosial budaya terkait Shopee dan Lazada. Selain kedua aplikasi
berbelanja yang menganggap bahwa berbelanja belanja online tersebut, berbelanja di media
yang terbaik adalah jika berbelanja dengan sosial seperti Facebook juga seringkali menjadi
pertimbangan utama karena kebutuhan dan salah satu media alternatif dalam berbelanja
manfaat bukan karena hasrat dan keinginan secara online.
semata. Artikel ini lebih terfokus pada ibu-ibu Informan dalam penelitian ini adalah
rumah tangga yang berbelanja secara online. ibu-ibu rumah tangga yang sering melakukan
Meskipun berbelanja secara online bukan hal kegiatan berbelanja secara online, dan mereka
baru di antara ibu-ibu rumah tangga, cara semakin intensif berbelanja online selama
berbelanja seperti ini semakin intensif di masa pandemi Covid-19. Mereka berjumlah sepuluh
pandemi Covid-19. orang yang bervariasi berdasarkan umur (antara
Pembahasan dalam artikel ini dibagi 23 dan 47 tahun) dan mereka berasal dari status
atas tiga bagian. Bagian pertama membahas sosial yang relatif sama (kelas menengah),
tentang persepsi ibu rumah tangga tentang sebagaimana dijabarkan pada Tabel 1 di bawah
belanja online. Bagian kedua, pembahasan ini.
difokuskan pada alasan ibu rumah tangga

Tabel 1. Informan Peneliti


No. Nama Usia (Tahun) Status Sosial
1. Rina 23 Kelas Menengah
2 Lisna 25 Kelas Menengah
3. Tyas 26 Kelas Menengah
4. Nindi 29 Kelas Menengah
5. Zalsa 33 Kelas Menengah
6. Lilis 34 Kelas Menengah
7. Uni 39 Kelas Menengah
8. Sardiana Ana 42 Kelas Menengah
9. Anti 43 Kelas Menengah
10. A. Chandra 47 Kelas Menengah

40
Jurnal Emik, Volume 4 Nomor 1, Juni 2021

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara berlangsung. Dalam penelitian ini


teknik wawancara mendalam (in-depth perekrutan informan dilakukan dengan teknik
interview), dan pengamatan (observation). purposive sampling. Dimana peneliti
Wawancara dilakukan secara offline dengan menentukan kriteria dalam mencari informan,
mematuhi protokol kesehatan dan secara ibu rumah tangga yang menetap di kota
online, tergantung kesepakatan dengan Makassar, menggunakan aplikasi belanja online,
prospektif informan. Menurut Schimier (dalam seperti Lazada dan Shopee, karena keduanya
Ismail, dkk. 2019:95), metode connective merupakan dua toko online yang terpopuler,
ethnography memungkinkan peneliti untuk termasuk di kalangan ibu-ibu rumah tangga.
melakukan wawancara secara online tanpa Selain Informan dalam penelitian ini
harus melibatkan interaksi secara fisik (face to menggunakan nama asli dan tidak disamarkan
face). Topik-topik wawancara meliputi persepsi sesuai dengan kesepakatan pada saat sebelum
IRT tentang belanja online; alasan berbelanja wawancara dilakukan.
online; kelemahan dalam berbelanja online.
Observasi dilakukan dengan mengamati Persepsi IRT Tentang Belanja Online
aktivitas ibu rumah tangga yang sedang Belanja online adalah sebuah proses transaksi
melakukan belanja online, seperti pencarian yang dilakukan melalui media atau perantara,
barang hingga memutuskan untuk yaitu berupa situs-situs jual beli online atau
memberlinya, pemesanan barang, hingga jejaring sosial yang menyediakan barang atau
pembayaran. jasa yang diperjualbelikan. Belanja online juga
Analisis dimulai dengan mengumpulkan dapat diartikan sebagai keinginan konsumen
semua data yang diperoleh melalui teknik untuk membelanjakan uangnya demi
wawancara mendalam dan observasi. Data mendapatkan sesuatu yang diinginkan di toko
wawancara ditranskripkan dan disandingkan online (Harahap dan Amanah 2018:195).
dengan catatan observasi. Ini kemudian Menurut Liang dan Lai (dalam Harahap
dilanjutkan dengan mengelompokkan data dan Amanah 2018:196), perilaku pembelian
berdasarkan temuan-temuan sesuai dengan secara online adalah proses membeli produk
tema-tema yang muncul, seperti bagaimana atau jasa melalui media internet. Proses
pandangan ibu rumah tangga tentang belanja pembelian secara online memiliki langkah yang
online, alasan berbelanja online, intensitas berbeda dari berbelanja secara langsung
belanja online dan kelemahan dalam berbelanja (offline). Kekhasan dari proses membeli melalui
secara online. media internet adalah ketika konsumen
Dalam penelitian ini, kesediaan menggunakan internet dan mencari informasi
informan diperoleh melalui chat personal pada yang berkaitan dengan barang atau jasa yang
aplikasi Whatsapp dan Facebook dengan dibutuhkan. Barang-barang yang dibeli secara
terlebih dahulu menjelaskan identitas peneliti, tidak langsung, tapi dilakukan melalui gadget,
topik penelitian, maksud dan tujuan penelitian, tanpa interaksi secara fisik. Di Indonesia,
serta topik-topik pertanyaan yang akan berbelanja secara online bukan hal baru, tapi
dipertanyakan. Jika mereka menyetujui untuk sejak pandemi Covid-19, aktivitas tersebut
berpartisipasi dalam penelitian ini, maka semakin intensif dilakukan, termasuk oleh ibu-
mereka dimintai izinnya untuk direkam selama

41
Belanja Online di Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus Ibu-ibu Rumah Tangga di Makassar

ibu rumah tangga. Bagaimana persepsi ibu-ibu menggunakan aplikasi belanja online untuk
rumah tangga tentang belanja online? berbelanja.
Umumnya mereka mempersepsikan
belanja online dalam hubungannya dengan Alasan Berbelanja Online
simplisitas jual belinya, sebagaimana yang Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu rumah
dikemukakan oleh Nindi (29 tahun), bahwa tangga di kota Makassar dalam kaitan dengan
belanja online merupakan suatu bentuk kenapa berbelanja secara online menjadi pilihan
perdagangan eletronik yang banyak mereka di masa pandemi Covid-19 ini. Alasan-
menyimpelkan orang dalam berbelanja. Bagi alasan tersebut mencakup ketersediaan
Nindi, belanja online merupakan pilihan terbaik beraneka ragam barang, kemudahan dan
untuk mencari produk yang ingin dibeli tanpa kepraktisan, keamanan dan kenyamanan, dan
harus keluar rumah, terutama di masa pandemi tawaran diskon.
Covid-19, dimana orang tidak saja membatasi
diri untuk berinteraksi secara langsung, tapi juga Ketersediaan Beraneka Ragam Barang
menghindari kerumunan. Ia Ketersediaan beraneka ragam barang
mengekspresikannya dengan sebuah frasa: merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen
“Selagi bisa di rumah aja, ngapain harus capek- untuk berbelanja secara online apalagi di tengah
capek keluar”. Nindi merupakan pelanggan pandemi Covid-19, ketika keluar rumah untuk
setia dari salah satu aplikasi belanja online berbelanja berupaya dihindari. Pada dasarnya,
(Sophee) nomor satu di Indonesia. belanja online—sebagaimana belanja secara
Ada pula yang mempersepsikan belanja offline—juga menyediakan berbagai macam
online dalam kaitan dengan prosesnya dalam produk, baik kebutuhan sandang maupun
bertransaksi yang dikaitkan dengan kemajuan pangan, dari fashion, skincare, perawatan
teknologi. Uni (39 tahun), misalnya, badan, kosmetik, assesori, makanan dan
mengemukakan, bahwa kemajuan teknologi minuman, dll.
memudahkan orang untuk berbelanja secara Tersedianya beraneka ragam barang
online. Menurutnya, belanja online merupakan pada aplikasi belanja online (seperti Shopee dan
proses transaksi berupa jual beli yang dilakukan Lazada) dan media sosial (seperti Facebook)
tanpa bertatap muka. yang dijadikan sebagai wadah memosting
Rina (23 tahun) mempersepsikan barang dan produk yang sangat diminati juga
belanja online sebagai cara berbelanja dengan menjadi salah satu daya tarik bagi para
menggunakan aplikasi belanja (seperti Shoopee, konsumen untuk berbelanja secara online.
dll.). Sebelum Covid-19 mewabah, Rina (23 Selain itu, jenis barang, pilihan merek, ukuran,
tahun) tidak terbiasa berbelanja secara online, warna, model hampir semuanya tersedia di situs
ia biasanya berbelanja di toko-toko besar yang belanja online. Misalnya, ketika seseorang
tidak jauh dari rumahnya. Namun, karena mencari suatu barang seperti baju batik, namun
pandemi Covid-19 yang membatasi mobilitas tidak menemukan barang yang sesuai dengan
masyarakat dengan kebijakan PSBB yang apa yang dicarinya, maka ia dapat mencari
dikeluarkan pemerintah, ia beralih berbelanja kebutuhan di toko online lainnya, tanpa harus
secara online. Hampir semua produk yang mengunjungi tokonya langsung secara fisik.
dibutuhkannya dibeli secara online. Hingga saat Apalagi di masa pandemi Covid-19 banyak
ini, meskipun situasi semakin kondusif, ia tetap penjual yang membuat akun pada aplikasi

42
Jurnal Emik, Volume 4 Nomor 1, Juni 2021

belanja online (seperti Shopee dan Lazada) Kemudahan dan Kepraktisan


untuk menawarkan barang-barang yang dijual, Alasan lain kenapa berbelanja online adalah
sehingga pilihan semakin banyak. karena kemudahan dan kepraktisan yang
Ninda (29 tahun) mengungkapkan mereka peroleh. Kemudahan dan kepraktisan
bahwa setiap mencari produk baru ia tidak perlu tersebut yang membuat para ibu rumah tangga
kemana-mana, tinggal tekan tombol menjadi lebih mudah dalam berbelanja.
handphone-nya, maka barang yang ingin Menurut Anti (43 tahun), belanja online
dibelinya dapat langsung dipesan. Ini berbeda sangatlah mudah dan praktis karena hanya
dari berbelanja dengan cara transaksi langsung dengan bermodalkan kuota untuk membuka
(offline), “ada uang ada barang”. Oleh aplikasi belanja online (seperti Shopee, Lazada,
karenanya, jika Nindya mencari barang yang dll.). Ia lalu dapat memilih barang apa saja yang
akan segera digunakan, seperti kebutuhan ingin dibeli dan memasukkannya ke dalam
fashion-nya, maka ia memilih untuk bertransaksi keranjang, membayarnya, maka barang sudah
secara offline melalui toko yang menjual barang terbeli, tinggal menunggu pengantaran atau
yang ditargetkannya. Namun, jika ia tidak pengirimannya.
kepepet untuk menggunakannya, maka ia Ini sangat berbeda jika harus membeli
tinggal memesannya dan jika barang tersedia, barang secara langsung di toko/mall.
maka barang tersebut dapat langsung Kemudahan dan kepraktisannya dapat dilihat
dikirimkan padanya. Berapa lama barang sampai dari segi waktu dan untuk mengaksesnya bisa
kepada orang yang dituju tergantung kelas kapan saja (pagi, siang, ataupun malam),
pengirimannya, apakah ekspres, atau regular, sehingga barang dapat dilihat kapan saja, dapat
dll. Sejak pandemi Covid-19, Ninda memang dilakukan dimana saja. Namun, di masa
lebih memilih belanja online ketimbang datang pandemi Covid-19, kebanyakan pemesanan
langsung ke mall demi menjaga dirinya dari dilakukan dari rumah.
penularan Covid-19. Menurut Ninda (29 tahun), bahwa
Di masa pandemi Covid-19 ini, belanja dirinya merasa lebih mudah ketika
online, menurut Lisna (25 Tahun) memang menggunakan aplikasi belanja online
sangat membantu karena orang tidak dibandingkan harus ke mall atau toko hanya
berinteraksi langsung ketika berbelanja, tinggal untuk mencari, misalnya, pakaian, sepatu, dll.
mencari apa yang akan dibelinya, meng-kliknya Hanya dengan menggunakan smartphone dan
dan barang tersebut akan muncul di layar, mengunduh aplikasi Shopee semua proses jual
membayarnya secara online, meskipun ia harus beli dapat dilakukan dengan mudah. Di masa
menunggu pengantaran atau pengirimannya. pandemi Covid-19, ini secara tidak langsung
Toko-toko online terbuka sepanjang waktu, membantu kebijakan pemerintah untuk lebih
selalu dapat diakses, dan orang dapat banyak di rumah (“di rumah aja”) ketimbang
berbelanja kapan saja, serta tanpa harus keluar beraktivitas di luar rumah.
rumah. Ini sangat membantu ibu-ibu rumah Pernyataan lain diungkapkan oleh
tangga dalam menjalankan aktivitas sehari- Sardiana (42 tahun), bahwa belanja online
harinya, tanpa harus meninggalkan rumah. sangat memberikan kemudahan secara pribadi
karena ia dapat memeroleh apa yang
dibutuhkan dan diinginkannya tanpa harus
keluar rumah. Aktivitas berbelanjanya tidak saja

43
Belanja Online di Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus Ibu-ibu Rumah Tangga di Makassar

menjadi mudah, tapi juga praktis, terutama Anti (43 Tahun), misalnya, menyatakan bahwa
karena ia memiliki anak bayi yang cukup belanja online memang tempat belanja yang
merepotkan jika harus keluar untuk berbelanja, aman, dan nyaman. Gambar 1 menunjukkan
apalagi di masa pandemi Covid-19. bagaimana proses pengiriman pembelian hingga
tiba di tangan konsumen, sehingga konsumen
Keamanan dan Kenyamanan tidak perlu takut akan penipuan karena
Keamanan dan kenyamanan dalam berbelanja semuanya terpantau oleh aplikasi, dan telah
adalah aspek lainnya yang menjadi digunakan oleh banyak pengguna di Indonesia.
pertimbangan dalam berbelanja secara online.

Gambar 1. Status Pengiriman

Dalam kaitan dengan pandemi Covid-19, tersebut Anti paling tidak merasa aman dan
Anti menjelaskan pengalamannya ketika nyaman jika berbelanja secara online.
berbelanja secara online. Menurut pengirimnya,
barang yang dipesan telah disemprot Tawaran Diskon
desinfektan terlebih dahulu sebelum dilakukan Minat beli seringkali digunakan untuk
pengiriman. Anti sendiri, sebagai penerima menganalisa dan melihat perilaku konsumen
paket, juga menyemprot paket tersebut dengan sebelum melakukan tindakan dengan membeli
cairan desinfektan sebelum membukanya. produk atau jasa. Menurut Assael (1998) minat
Kemudian iapun menggunakan hand sanitizer pembelian merupakan perilaku yang muncul
setelahnya. Dengan menjalankan protokol sebagai respon terhadap obyek yang
menunjukkan keinginan pelanggan untuk

44
Jurnal Emik, Volume 4 Nomor 1, Juni 2021

melakukan pembelian. Selain itu, pembeli juga fungsi tertentu, seperti penjualan, penyimpanan
mempertimbangkan beberapa hal saat dan record keeping.
melakukan transaksi, di antaranya potongan Meskipun ada berbagai alasan kenapa
harga (discounted price). Diskon merupakan orang membeli barang, namun diskon
potongan harga yang diberikan untuk menarik berpengaruh sangat signifikan terhadap perilaku
minat beli konsumen dan ini juga menjadi salah berbelanja ibu-ibu rumah tangga yang
satu daya tarik orang berbelanja secara online. berpartisipasi dalam penelitian ini. Jika merujuk
Ketika menggunakan jasa aplikasi pada keempat bentuk diskon di atas, maka
belanja online, terkadang konsumen tidak menurut Rina (23 tahun) daya belinya
memerhatikan dengan teliti toko online yang dipengaruhi dan didorong oleh diskon kuantitas,
dikunjungi dan tidak menyimak review dari yang biasanya diistilah sebagai belanja grosir.
pembeli-pembeli sebelumnya. Ini penting Semakin banyak barang yang dibeli, semakin
karena itu berkaitan dengan validitas dan banyak diskon yang diperoleh, sehingga ini
professional tokonya, serta berassosiasi dengan menjadi daya tarik tersendiri untuk
rekam jejak penjualannya. membuatnya membeli barang dalam jumlah
Menurut Kotler (2003) ada empat banyak dan ini memang menjadi target penjual.
bentuk diskon. Pertama, diskon kuantitas, Ini berbeda dari Andi Chandra (47
merupakan potongan harga yang diberikan tahun), Uni (39 tahun), dan Lilis (34 tahun) yang
untuk menstimulasi konsumen agar membeli cenderung berbelanja ketika sedang ada diskon
dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga yang diberikan oleh aplikasi belanja online di
meningkatkan volume penjualan secara waktu-waktu tertentu (diskon musiman) dan ini
keseluruhan. Kedua, diskon musiman, sangat menggiurkan, sehingga membuat
merupakan potongan harga yang diberikan mereka makin bersemangat untuk berbelanja.
hanya pada masa-masa tertentu saja. Ini Kadang diskonnya dalam bentuk diskon harga
digunakan untuk mendorong konsumen agar barang, dan kadang juga berupa diskon berupa
membeli barang-barang yang sebenarnya baru bebas ongkos kirim (ongkir). Diskon membuat
akan dibutuhkan beberapa waktu mendatang. orang yang awalnya hanya browsing dan tidak
Dengan demikian, diskon musiman memberikan bermaksud berbelanja, akhirnya berbelanja
pengaruh yang cukup besar terhadap pola karena ketertarikan akan diskon tersebut.
pembelian konsumen, sehingga fungsi Dalam konteks ini, diskon seperti stimulan yang
persediaan atau penyimpanan bergeser ke membuat orang berbelanja.
tangan konsumen. Ketiga, diskon tunai (cash Diskon musiman seperti ini, menurut
discount), merupakan potongan harga yang Anti (25 tahun) memengaruhi jumlah barang
diberikan kepada pembeli yang membayar yang dibeli, yang seringkali tidak begitu
secara tunai barang-barang yang dibelinya atau dibutuhkan dan dibeli secara berlebihan. Ini
membayarnya dalam jangka waktu tertentu membuatnya menjadi boros. Menurut Rina (23
sesuai dengan perjanjian transaksi. Keempat, Tahun) selama masa pandemi ia merasa bahwa
trade (functional) discount, yaitu potongan jumlah belanjanya meningkat hingga 50%.
harga yang diberikan oleh produsen kepada Sebelumnya ia tidak terbiasa dengan belanja
penyalur (distributor) yang terlibat dalam online, bahkan dalam satu bulannya hanya
pendistribusian barang dan pelaksanaan fungsi- mencapai dua sampai tiga kali pembelian
barang secara online. Namun, karena pandemi

45
Belanja Online di Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus Ibu-ibu Rumah Tangga di Makassar

yang mengharuskan di rumah saja, Rina dibandingkan dengan pengeluaran sebelumnya.


menghabiskan waktunya untuk membeli Peningkatan jumlah belanjanya ini dipengaruhi
produk-produk seperti baju, jilbab dan tas juga oleh tawaran barang yang diiklankan
secara lebih intensif. Dalam seminggu ia dengan diskon harga barang yang semakin
membeli barang sebanyak tiga kali dengan meningkat—semakin banyak barang dibeli,
barang yang serupa dengan merek dan warna semakin banyak diskon—bahkan terkadang
yang berbeda. Pengeluarannya pun selama disertai dengan gratis ongkos kirim (ongkir).
pandemi Covid-19 meningkat tiga kali lipat

Gambar 2. Potongan harga

Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa tawaran diskon memicu keinginan untuk


potongan harga atau diskon yang diberikan oleh berbelanja lebih banyak.
aplikasi belanja online seperti ini sangat Barang-barang yang dibeli oleh Tyas (26
berpotensi memengaruhi tingkat pembelian tahun), seperti pakaian, alat kecantikan, karena
barang konsumen, apalagi di masa pandemi produk ini memiliki diskon yang lebih besar
Covid-19 banyak pemilik toko online yang tidak dibandingkan barang lainnya seperti alat
segan-segan memberikan potongan harga kecantikan. Ini menunjukkan bahwa Tyan
bahkan cashback sampai 50%. Banyak berbelanja bukan karena kebutuhan akan
konsumen yang membeli barang atau produk pakaian atau alat kecantikan, tetapi ia
hanya karena terpengaruh oleh diskon yang berbelanja karena diskon yang ditawarkan
ditawarkan. Ini menunjukkan ambivalensi dari untuk barang tersebut. Namun, menurut Lisna
eksistensi tawaran diskon. Di satu sisi, ada frasa (25 tahun) berbelanja secara online sangat
yang sering kita dengar, bahwa: “Bukan ibu-ibu dilematik. Di satu sisi, diskon yang diberikan
namanya jika tidak mencari diskon”. Di sisi lain, pada sistem aplikasi membuat dirinya menjadi
sangat boros dalam berbelanja. Di sisi lain,

46
Jurnal Emik, Volume 4 Nomor 1, Juni 2021

diskon yang ditawarkan sangat menggiurkan pengiriman, dan kerentanan terhadap


untuk diabaikan. Artinya, diskon membuat Lisna terjadinya penipuan.
menjadi boros dalam berbelanja. Dalam situasi Hal utama yang mengecewakan ketika
pendemi Covid-19 dimana waktu lebih banyak berbelanja secara online adalah ketika barang
dihabiskan di rumah, maka kesempatan untuk yang ditampilkan dalam aplikasi berbelanja
browsing toko-toko online dengan berbagai berbeda dengan barang yang diterima. Selain
tawaran barang dan harga diskon. Ini biasanya itu, kadang-kadang barang yang dibeli tidak
berakhir dengan berbelanja. sesuai dengan gambar yang ada pada aplikasi.
Namun, ini berbeda dengan Sardiana Misalnya, ketika Uni (39 tahun) membeli sepatu
(42 tahun) yang dengan tegas menampik berwarna biru navy dan berbahan kulit, tapi
argumentasi bahwa diskon memberikan ketika barang tiba, ternyata warnanya hitam
pengaruh yang besar terhadap minat belinya dan berbahan sintetis. Namun, menurutnya hal
karena diskon tidak menjadi faktor utama yang seperti itu tidak menjadi alasan baginya untuk
memengaruhinya dalam berbelanja online. Ia tidak berbelanja secara online. Belanja online
berbelanja secara online karena memang tetap menjadi pilihan nomor satu untuk
kondisi yang mengharuskannya melakukan itu. mengatasi kebiasannya dalam berbelanja dan
Di saat Covid-19 sedang mewabah, ia ketakutan mencari produk-produk yang diminati mulai dari
akan terjangkit. Atas kesadaran sendiri dan kebutuhan pribadi maupun kebutuhan untuk
diperkuat dengan kebijakan pemerintah untuk keluarganya, terutama di masa pandemi Covid-
membatasi mobilitas, kegiatan-kegiatan yang 19. Wabah ini membuat orang terkungkung di
biasanya dilakukan di luar sebisa mungkin rumah karena takut tertular Covid-19, dan ia
dialihkan secara online, termasuk berbelanja. sendiri lebih senang berbelanja dari rumah
Barang-barang yang dibeli secara online dapat daripada harus keluar.
berupa kebutuhan primer maupun sekunder. Waktu pengiriman menjadi salah satu
Meskipun demikian, ia tidak mengabaikan, hal yang cukup membuat jengkel para pembeli
bahwa belanja online membuat orang lebih barang-barang online. Ada berbagai resiko
mudah berbelanja dan dengan kemudahan seperti paket tertahan, paket yang terlambat
tersebut membuat orang cenderung menjadi datang, sampai dengan salah kirim paket.
konsumtif jika tak dapat mengontrol dirinya. Walaupun pada aplikasi belanja online tersebut
terdapat opsi untuk pengiriman paket yang
Kelemahan Belanja Online lebih cepat atau ekspres namun hal tersebut
Selain memiliki berbagai kelebihan (kemudahan akan memakan memakan biaya yang lebih besar
dan kepraktisan, ketersediaan beragam barang, daripada pengiriman paket yang biasa atau
keamanan dan kenyamanan, dan tawaran reguler.
diskon) sebagaimana yang dibahas di atas, Menurut Uni (39 tahun), jika seseorang
belanja online juga memiliki kelemahan, yaitu: berbelanja secara online, maka barang yang
ketidaksesuaian antara tampilan barang yang dibeli tidak dapat diterima langsung setelahnya.
dipesan dan kenyataan barang yang diterima; Ini karena pengiriman memerlukan waktu
barang tidak dapat langsung diterima karena antara satu hingga beberapa hari, tergantung
memerlukan waktu pengiriman; kerentanan periode pengiriman (misalnya, cepat atau
akan kerusakan barang dalam proses reguler), jarak pengiriman (dekat atau jauh).
Namun, terutama di awal pandemi Covid-19,

47
Belanja Online di Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus Ibu-ibu Rumah Tangga di Makassar

pengiriman seringkali terlambat karena dalam sebuah boks berukuran kecil. Ia telah
banyaknya pembatasan-pembatasan yang harus menjadi korban penipuan.
dipatuhi oleh jasa pengiriman, sehingga Berbagai kemudahan yang diberikan
pengiriman barang menjadi terlambat. dalam berbelanja secara online menyebabkan
Berbelanja secara online memerlukan konsumen—jika tidak dapat mengontrol diri—
waktu hingga barang diterima karena melalui sangat berpotensi untuk menjadi konsumtif. Uni
proses pengiriman, apalagi jika barang yang (39 tahun), yang merupakan pelanggan tetap
dibeli adalah barang yang rapuh (fragile). dari salah satu aplikasi belanja online terbesar di
Menurut Nindi (29 tahun), ia pernah memesan Indonesia (yaitu Shopee), mengakui adanya
barang berupa tripod melalui sebuah aplikasi perbedaan yang signifikan terhadap jumlah
belanja online. Namun ketika barang datang ia belanjanya sebelum pandemi dan selama
sangat kecewa karena bukan hanya kemasannya pandemi Covid-19.
yang rusak, tapi juga barang pesanannya ikut Jika sebelum pandemi Covid-19, ia lebih
rusak. Meskipun ia dapat melakukan komplen sering berbelanja secara langsung di toko/mall,
kepada toko online tersebut, ini tidak seperti pakaian, tas, assesori yang sebelum
dilakukannya karena ia tidak mau dibuat stres pandemi Covid-19 tidak setiap bulan, maka
dengan proses yang ribet. Ia hanya akan berpikir sejak Covid-19 mewabah, kesempatannya untuk
dua kali di masa yang akan datang untuk berbelanja online semakin intensif. Dalam
memesan barang-barang yang fragile. Untuk sebulan ia dapat berbelanja selembar pakaian,
mengantisipasi kerugian atas kerusakan barang, maka di masa pandemi Covid-19, pembelian
maka penjual seringkali menawarkan barang ini meningkat secara signifikan, hingga
pengiriman dengan asuransi. Namun ongkos tiga kali lipat per bulan. Seringkali ia membeli
kirim plus biaya asuransi cukup mahal, sehingga produk yang sama dengan warna yang berbeda
jarang menjadi pilihan konsumen. karena harga diskon yang ditawarkan secara
Penipuan sangat potensil terjadi dalam online. Meskipun ia menyadari bahwa ia belanja
transaksi belanja online. Tidak sedikit korban berlebihan, diskon yang tawarkan sangat
penipuan belanja online yang menggiurkan, yang membuatnya sulit untuk
mengatasnamakan brand tertentu atau toko menahan diri dari godaan berbelanja.
online yang menjanjikan barang akan segera
dikirim setelah transaksi dilakukan, padahal Kesimpulan dan Rekomendasi
barang tidak pernah sampai kepada Awal kemunculan Covid-19 menjadi sebuah hal
pembelinya. Bahkan ada pembeli yang berniat yang menggemparkan sekaligus mengejutkan
untuk menipu pemilik toko online dengan cara bagi semua orang di berbagai belahan dunia,
mengirimkan bukti transfer palsu. Artinya, termasuk Indonesia, apalagi Indonesia termasuk
penipun dapat terjadi dari dua sisi, dari penjual, dalam salah satu negara dengan kasus
maupun pembeli. penularan Covid-19 yang tinggi. Hal ini
Tyas (26 tahun) pernah menjadi salah membuat pemerintah mengeluarkan himbauan
seorang korban penipuan ketika ia memesan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
sebuah dompet berbahan kulit, namun saat Himbauan pemerintah untuk melakukan PSBB
barang tersebut sampai, isi dari paket yang membuat sebagian besar kegiatan yang
diterimanya adalah sebuah bubble wrap yang dilakukan di luar rumah dialihkan menjadi ke
dibentuk sedemikian rupa lalu dimasukan ke dalam rumah. Perubahan ini membuat banyak

48
Jurnal Emik, Volume 4 Nomor 1, Juni 2021

aspek kehidupan manusia yang berubah, Berbelanja online idealnya berfungsi


bersekolah, bekerja, beribadah, termasuk untuk menjadi sarana pemenuhan kebutuhan
berbelanja. sehari-hari bagi para ibu rumah tangga dan
Meskipun berbelanja secara online bukan sebagai pemenuhan nafsu dalam
melalui aplikasi, belanja bukan hal baru bagi berbelanja. Walaupun berbelanja online
masyarakat Indonesia, penggunaannya malah memberikan kemudahan dan kenyamanan
menjadi semakin intensif selama pandemi dalam bertransaksi, akan tetapi hal ini
Covid-19. Hal ini disebabkan oleh perubahan berpotensi menimbulkan perilaku konsumtif,
perilaku konsumen yang memenuhi kebutuhan terutama karena di masa pandemi Covid-19.
sehari-hari dengan berbelanja online, terutama Ibu-ibu rumah tangga lebih banyak
di masa PSBB. Berbelanja secara online sangat menghabiskan waktu di rumah, sehingga lebih
membantu ibu-ibu rumah tangga dalam leluasa untuk browsing di toko-toko online. Oleh
membeli berbagai kebutuhan, baik kebutuhan karenanya, konsumen harus
primer, maupun kebutuhan sekunder. mempertimbangkan antara kebutuhan dan
Ibu-ibu rumah tangga mempersepsikan keinginan agar dapat mengontrol diri dalam
belanja online dengan melihat dari sisi yang berbelanja karena tidak semua barang yang
berbeda: umumnya mereka melihatnya dalam diinginkan adalah barang yang dibutuhkan.
kaitan dengan simplisitas berbelanja; proses Selain itu, kerawanan akan terjadinya penipuan
transaksi yang menggunakan teknologi maju; dalam berbelanja online, maka konsumen tidak
hingga berbelanja dengan menggunakan saja harus mempertanyakan barang yang akan
aplikasi belanja online. Adapun alasan kenapa dibeli sedetail mungkin; selektif dalam memilih
berbelanja online semakin digemari oleh ibu-ibu toko online; serta harus mengidentifikasi rekam
rumah tangga selama pandemi Covid-19 adalah jejak toko online yang dituju.
karena sebagaimana belanja offline,
ketersediaan barang juga beraneka ragam, Daftar Pustaka
kemudahan dan kepraktisan, keamanan dan Aeni, E. N. 2019. Pengaruh Onlineshop Terhadap
kenyamanan, dan tawaran diskon yang Perilaku Konsumtif Mahasiswa Fakultas
menggiurkan. Ekonomi Dan Bisnis Islam (FEBI) UIN
Selama pandemi Covid-19, belanja Walisongo Semarang. Skripsi,
secara online semakin intensif. Selain dari Universitas Islam Negeri Walisongo,
kelebihan yang dimilikinya, belanja online juga Semarang.
memiliki kelemahan, yakni seringkali terjadi
Anggreini, R. dan Mariyanti, S. 2014. “Hubungan
perbedaan antara barang yang ditawarkan
Antara Kontrol Diri Dan Perilaku
(offered goods) dan barang yang diterima
Konsumtif Mahasiswa Unviversitas Esa
(received goods); barang yang dibeli tidak dapat
Unggul”, Jurnal Psikologi: Media Ilmiah
langsung diterima karena memerlukan proses
Psikologi, Juni, 12(1):34-42,
pengiriman yang lamanya tergantung pada jasa
https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.ph
layanan level mana yang digunakan (seperti
p/psiko/article/view/1461, diakses
ekspres, regular, dll.); barang rentan rusak
tanggal 21 Mei 2021.
dalam proses pengiriman; dan kerentanan akan
penipuan. Astuti, E. D. 2013. “Perilaku Konsumtif dalam
Membeli Barang Pada Ibu Rumah

49
Belanja Online di Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus Ibu-ibu Rumah Tangga di Makassar

Tangga di Kota Samarinda”, Etnografi Indonesia, 4(1):91–114,


Psikoborneo: Journal Ilmia Psikologi, https://journal.unhas.ac.id/index.php/e
1(2):79-83, http://e- tnosia/article/view/5039, diakses
journals.unmul.ac.id/index.php/psikone tanggal 27 September 2020.
o/article/view/3285, diakses tanggal 15
Kholilah, K. 2008. Perilaku Konsumtif
Januari 2021.
Masyarakat Pengunjung Pasar Kaget di
Caroline, D. A. P. 2019. Hubungan Antara Wisata Belanja Tugu Gajayana Malang.
Intensitas Pengguna Media Sosial Disertasi, Universitas Islam Negeri
dengan Perilaku Konsumtif Pada Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Mahasiswi. Skripsi, Universita
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. 2020.
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Sulsel Tanggap Covid-19.
Harahap, D. A. dan Amanah, D. 2018. “Perilaku https://covid19.sulselprov.go.id/,
Belanja Online Di Indonesia: Studi diakses tanggal 9 Desember 2020.
Kasus”, Jurnal Riset Manajemen Sains
Putranto, T. A. 2020. Surat Edaran Menteri
Indonesia (JRMSI), 9(2):193-213.
Kesehatan Republik Indonesia.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jr
www.hukumonline.com/pusatdata,
msi/article/view/6005/5876, diakses
diakses tanggal 27 September 2020.
tanggal 9 Desember 2020.
Rie. 2014. E-Commerce,
Hasanah, U. 2007. Hubungan Antara Interaksi
https://bpptik.kominfo.go.id/, diakses
Teman Sebaya dan Konsep Diri dengan
tanggal 20 September 2020.
Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri.
Skrips, Universitas Muhammadiyah Minanda, A.; Roslan, S.; dan Anggraini, D. 2018.
Surakarta, Surakarta. “Perilaku Konsumtif Belanja Online pada
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Hasna. 2019. Fashion Hijab Remaja Di
Ilmu Politik Universitas Halu Oleo
Kecamatan Kelara Kabupaten
Kendari”, Journal Neo Societal, 3(2):443-
Jenepotnto (Analisis Respons Ibu Rumah
440,
Tangga). Skripsi, Universitas Islam
https://www.neliti.com/id/publications/
Negeri Alauddin Makassar.
246839/perilaku-konsumtif-belanja-
Hermawan, H. 2017. “Sikap Konsumen online-pada-mahasiswa-fakultas-ilmu-
Terhadap Belanja Online”, Wacana, sosial-dan-ilmu-p, di akses tanggal 26
16(1):136-147, Februari 2021.
https://docplayer.info/70527896-Sikap-
Sumarni, N.; Faddila, P. S., dan Fauji, R. 2020.
konsumen-terhadap-belanja-online-
“Perilaku Belanja Online Pada Ibu
herry-hermawan.html, diakses tanggal
Rumah Tangga Disaat Pandemi Covid-
15 Desember 2020.
19: Studi Kasus Ibu Rumah Tangga Di
Ismail, A.; Munsi, H.; dan Hans, A. 2019. “Online Anjun Karawang”, Kreatif: Jurnal
Social Movement: Adopsi Teknologi Manajemen dan Bisnis Kreatif, 6(1):1-22
Informasi dalam Melakukan Gerakan https://journal.ubpkarawang.ac.id/inde
Sosial di Indonesia”, Etnosia: Jurnal

50
Jurnal Emik, Volume 4 Nomor 1, Juni 2021

x.php/Manajemen/article/view/1186,
diakses tanggal 9 Desember 2020.
Thohiroh, A. Q. dan Yuwono, S. 2015. Perilaku
Konsumtif Melalui Online Shopping
Fashion Pada Mahasiswi Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
WHO. 2019. Coronavirus Disease (Covid-19).
https://www.who.int/emergencies/dise
ases/novel-coronavirus-2019, diakses
tanggal 9 Desember 2020.

51

You might also like