Professional Documents
Culture Documents
(Tesis)
Oleh
By
RODI HAYANI SAMSUN
welfare of the community, should be carried out with reference to the principles of
Pringsewu Regency
This study uses qualitative research types, with the parties taking part informant
The results of this study indicate that the implementation of good governance
Pringsewu Regency Year 2013, the implemented: (1) The principle of legal
certainty (rule of law), namely the existence of a legal framework in the form of
television procurement Presidential Regulation Number 70 of 2012 on the Second
Goods / Services regulate the procedures for Procurement of Goods / Services. The
the winner and the winner of the appointment, which legitimized the determination
letter by the Committing Officer so that the winning bidder has a strong legal basis
for carrying out the procurement of the television (2) The principle of
transparency, procurement television the year 2013 carried openly through an open
announcement and the step of determining the winner. The values developed is
accountable.
Oleh
RODI HAYANI SAMSUN
Pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah pada dasarnya bertujuan untuk
mengacu pada prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, tetapi pada
kenyataannya hal tersebut seringkali diabaikan dan terjadi tindak pidana korupsi.
good governance dalam pengadaan barang dan jasa pada Bagian Perlengkapan
Data selanjutnya dianalisis secara kualitatif melalui tahapan reduksi data, display
pengadaan televisi yang diikuti oleh rekanan, proses penetapan pemenang dan
Komitmen sehingga pemenang tender memiliki dasar hukum yang kuat untuk
melalui proses pelelangan yang terbuka untuk umum dapat diakses oleh masyarakat
luas, mulai dari proses pengumuman sampai dengan tahap penentuan pemenang.
I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya semata maka Tesis yang
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu
mendapatkan bimbingan dan masukan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam
Universitas Lampung.
2. Bapak Hi. Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
3. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu
masukan, pendapat dan saran dalam penyusunan dan penyelesaian Tesis ini.
4. Bapak Drs. Yana Ekana M.Si, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan
i
5. Bapak Prof. Dr. Yulianto, M.S, selaku Penguji, yang telah memberikan
6. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung atas ilmu yang
9. Kedua orang tuaku dan mertuaku (H. Samsun RPM, BA dan Hj. Hayani dan
Serma (pur) Rusli HB dan Mas’amah) dan Istriku (Marini, S.IP) dan anak
Andhini Ashabira)
11. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
kebaikan yang lebih besar dari sisi Allah SWT dan akhirnya penulis berharap
Penulis
ii
SURAT PERNYATAAN
ffifr1,HW
6F63CACF281297051
O"WWffi
RodiiHayani Samsun
NPNI1026021047
I. PENDAHULUAN
ke orientasi pasar (market or public interest), dari pemerintahan yang kuat, besar
dan otoritarian ke orientasi small and less government, egalitarian dan demokratis,
pergeseran peran dari posisi yang serba mengatur dan mendikte ke posisi sebagai
Akibatnya timbul berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
yang sulit diberantas, masalah penegakan hukum yang sulit berjalan, monopoli
memburuk. Sehubungan dengan itu, konsep tata kepemerintahan yang baik (good
governance), sekarang menjadi salah satu kata kunci dalam wacana untuk
kesejahteraan rakyat.
akan tetapi pada kenyataannya otonomi belum mampu untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan rakyat. Disisi lain beberapa fakta menunjukkan otonomi daerah juga
pemerintah dalam hal ini mengambil kebijakan baik dalam kerangka administrasi
antara lain dalam kebijakan pengadaan nasional yang dituangkan dalam Peraturan
Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
pengadaan barang dan jasa untuk memberdayakan peran serta masyarakat dan
penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan rekayasa nasional, untuk
memperluas lapangan kerja, meningkatkan daya saing barang dan jasa nasional
prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), tetapi pada
kenyataannya hal tersebut seringkali diabaikan dan terjadi tindak pidana korupsi.
total loss atau jumlah kerugian negara mencapai Rp 463,66 miliar. Jumlah
kerugian negara yang dimaksud adalah kerugian yang timbul akibat gagalnya
Pendapatan dan Belanja Negara untuk Hambalang sebesar Rp 1,2 triliun. Dalam
pelaksanaannya, uang yang dikeluarkan sebesar Rp 471 miliar. Masih ada sisa Rp
Kasus korupsi lain dalam pengadaan barang dan jasa adalah pengadaan dua
korupsi pengadaan videotron semestinya dua barang, namun ternyata hanya satu
Adapun posisi kasus ini adalah, pada tahun 2012 Sekretariat Kementerian
videotron. Lelang proyek ini pun dimenangkan PT Imaje Media Jakarta yang
direkturnya adalah Hendra Saputra dengan nilai kontrak proyek sebesar Rp 23.
dilakukan adendum kontrak. Selain itu, spesifikasi barang tidak sesuai kontrak
Mutiara), dan Ahmad Diah (Ketua Panitia Lelang). GOR yang dibangun di
Kuncup, Kelurahan Pringsewu Barat, ini terdiri atas dua lantai seluas 21 x 35
meter dengan fasilitas lapangan dan tempat duduk, namun, GOR itu terlihat
pendek karena dibangun di tanah yang menurun hingga empat meter dari
permukaan tanah. Berdasarkan hasil audit BPKP pada kasus dugaan korupsi
7
pembangunan GOR yang bersumber dari APBN dana Kementerian Pemuda dan
http://www.radarlampung.co.id/read/bandarlampung/hukum-a-kriminal/68859-
proses pengadaan barang dan jasa yang transparan, terbuka, adil, kompetitif,
Keputusan dan Surat Edaran Menteri dan berbagai keputusan serta instruksi
lainnya oleh Gubernur, Walikota dan Bupati. Prosedur dan pelaksanaannya telah
Begitu juga halnya penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa pada Pemerintah
Lampung dan merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka
pengadaan barang dan jasa dilakukan dengan berpedoman pada Perpres Nomor 70
8
Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
Pengadaan barang dan jasa oleh Pemerintah Kabupaten Pringsewu merupakan hal
adalah satuan investasi terkecil yang terdiri dari sejumlah bagian ataupun kegiatan
yang bersifat operasional, termasuk kegiatan pengadaan barang dan jasa, karena
itu sistem dan proses pengelolaannya akan secara langsung dan signifikan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
C. Tujuan Penelitian
good governance dalam pengadaan barang dan jasa pada Bagian Perlengkapan
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai kontribusi
yang berkaitan dengan upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Pemerintah
tujuan yang luas, sasaran yang spesifik dan cara mencapai sasaran tersebut. Di
dalam “cara” terkandung beberapa komponen kebijakan yang lain, yakni siapa
diukur. Di dalam cara inilah komponen tujuan yang luas dan sasaran yang
Cara ini biasa disebut implementasi, yaitu sebagai tindakan yang dilakukan
oleh publik maupun swasta baik secara individu maupun kelompok yang
ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan
kebijakan. Definisi ini menyiratkan adanya upaya mentransformasikan
keputusan kedalam kegiatan operasional, serta mencapai perubahan seperti
yang dirumuskan oleh keputusan kebijakan
11
jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri target
sosial yang langsung atau tidak dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak
yang terlibat, dan pada akhirnya membawa konsekuensi logis terhadap dampak
(spillover/negatif effects).
suatu negara mencapai tujuan negara sangat tergantung pada kualitas tata
dan masyarakat.
13
Menurut Keban (2000: 52), konsep good governance memiliki antara lain:
yang bertanggung jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga kesinergisan
Sementara itu menurut Keban (2000: 52), beberapa ciri good governance
meliputi:
14
Good governance mensyaratkan bagi siapa saja yang terlibat dalam pembuatan
bertanggung jawab kepada publik serta kepada institusi stakeholders. Selain itu,
dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga
berdaya guna dan berhasil guna. Kondisi semacam ini perlu adanya akuntabilitas
dan tersedianya akses yang sama pada informasi bagi masyarakat luas.
1. Prinsip Akuntabilitas
pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas.
kasus-kasus KKN.
yang bermula dari responsibilitas) adalah berhubungan dengan tuntutan bagi para
kemana sumber daya telah dipergunakan, dan apa yang telah dicapai dengan
pihak yang diberi mandat untuk memerintah kepada mereka yang memberi
saling mengawasi
pihak. Oleh sebab itu wajar apabila rumusan kebijakan merupakan hasil
17
dalam bidang politik, yang juga berhubungan dengan masyarakat secara umum,
tidak ada usaha untuk membangun monoloyalitas secara sistematis, serta ada
definisi dan penanganan yang jelas terhadap pelanggaran kekuasaan dibawah rule
dalamnya untuk membuat kebijakan maupun melakukan aksi yang sesuai dengan
adanya pembatasan tugas yang jelas dan efisien dari para aparat birokrasi. Karena
sumber daya publik dan juga akan hasil, akuntabilitas internal harus dilengkapi
dengan akuntabilitas eksternal, melalui umpan balik dari para pemakai jasa
berikut:
18
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Pasal 3 ayat (7)
pada hasil.
184 ayat (2) dan (3) menegaskan bahwa akuntabilitas keuangan daerah
2. Prinsip Partisipasi
.
19
umum, temu wicara, konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk
isu sektoral.
Menurut Jeff dan Shah good governance digunakan untuk melihat partisipasi
masukan (kritik dan saran) untuk pembangunan daerah dan terjadinya perubahan
berikut:
20
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Pasal 8
memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau
Pembangunan Nasional, di dalam Pasal 2 ayat (4) huruf d, Pasal 5 ayat (3),
Pasal 6 ayat (2), Pasal 7 ayat (2), Pasal 11 ayat (1), Pasal 16 ayat (2), dan Pasal
langsung.
21
3. Prinsip Transparansi
transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil
diakses oleh masyarakat yang meliputi tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada
22
setiap jenis/objek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat
dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan.
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Pasal 3 ayat (4)
dan akuntabel. Dalam Pasal 137 butir g juga disebutkan bahwa pembentukan
23
Peraturan Daerah (Perda) menganut asas keterbukaan, dan Pasal 178 ayat (1)
transparan.
Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara, Pasal 2 ayat (1) huruf
secara trasnparan.
tanpa memandang subjek dari hukum itu. Prinsip penegakan hukum mewujudkan
adanya penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa kecuali, menjunjung
undangan yang ada, dengan komitmen politik terhadap penegakan hukum maupun
berikut:
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, Pasal 3 ayat (1)
ayat (1) menegaskan bahwa keuangan daerah dikelola secara tertib dan taat
undangan.
25
Pengadaan barang dan jasa pada hakekatnya adalah upaya pihak pengguna
untuk mendapatkan atau mewujudkan barangdan jasa yang diinginkannya,
dengan menggunakan metoda dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan
harga, waktu, dan kesepakatan lainnya. Pengadaan barang/jasa melibatkan
beberapa pihak, yaitu Pihak Pembeli atau Pengguna dan Pihak Penjual
atau Penyedia Barang dan Jasa. Pembeli atau Pengguna Barang dan Jasa
adalah pihak yang membutuhkan barang/jasa.
Dalam pelaksanaan pengadaan, pihak pengguna adalah pihak yang meminta atau
memberi tugas kepada pihak penyedia untuk memasok atau membuat barang atau
Tender menggunakan kontrak rinci secara khusus jika melibatkan pesanan dalam
jumlah besar dan mahal. Untuk membantu pengguna barang dalam melaksanakan
pengadaan, menyeleksi dan memilih para calon penyedia barang dan jasa,
barang dan jasa dan membantu pengguna dalam menyiapkan dokumen kontrak,
Pengadaan barang dan jasa melibatkan beberapa pihak, yaitu Pihak Pembeli atau
Pengguna dan Pihak Penjual atau Penyedia Barang dan Jasa. Pembeli atau
Pengguna Barang dan Jasa adalah pihak yang membutuhkan barang/jasa. Dalam
memberi tugas kepada pihak penyedia untuk memasok atau membuat barang atau
Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
1. Pengertian Kemitraan
Pola hubungan antara pemerintah dan masyarakat dalam praktik pelayanan publik
potensi yang amat besar untuk diberdayakan sebagai produsen pelayanan publik
daerah tidak dapat dilepaskan dari partisipasi aktif anggota masyarakat daerah,
baik sebagai kesatuan sistem maupun sebagai individu, merupakan bagian integral
yang sangat penting dari sistem pemerintahan daerah, karena secara prinsip
28
sejahtera di daerah.
pemerintah dengan pihak swasta adalah suatu keadaan di mana pemerintah selaku
kebutuhan masyarakat tidak lagi dapat dipenuhi oleh pemerintah semata, sehingga
pemerintahan yang baik (good governance). Hal ini sesuai dengan pendapat
dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga
berdaya guna dan berhasil guna. Kondisi semacam ini perlu adanya akuntabilitas
dan tersedianya akses yang sama pada informasi bagi masyarakat luas.
serta efisien dan efektif dengan menjaga kesinergisan interaksi yang positif di
Menurut UNDP dalam Miftah Thoha (2005: 65), kemitraan antara pemerintah,
sektor swasta dan masyarakat dalam konteks good governance adalah model
Sektor Pemerintah
Swasta
Rakyat
dalam sistem demokrasi, maka prosedur dan metode pembuatan keputusan harus
semacam ini mensyaratkan bagi siapa saja yang terlibat dalam pembuatan
bertanggung jawab kepada publik serta kepada institusi stakeholders. Selain itu,
Hubungan antara ketiga komponen dalam model di atas adalah hubungan yang
sebagai berikut:
yang akan diberlakukan pemerintah dalam dunia usia, berbagai regulasi dalam
kehidupan dunia usaha tidak bisa ditentukan secara sepihak oleh pemerintah
dan birokrasi yang tidak menyulitkan pihak swasta adalah semakin terbukanya
daerah. Hal ini akan membawa keuntungan bagi pemerintah daerah, yaitu
masyarakat.
32
masyarakat sebagai sasaran atau segmen pasar potensial dalam usaha mereka,
a. Koordinasi
Pada dasarnya lembaga yang melakukan koodinasi sebenarnya tidak hanya
dari unsur instansi pemerintah tetapi juga meliputi dunia usaha, perguruan
tinggi dan tokoh masyarakat. Dalam melakukan koordinasi ruang
lingkupnya meliputi kegiatan dalam hal penyusunan kebijakan dan
program pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengendalian umum
terhadap pelaksanaan kemitraan usaha nasional
b. Fasilitasi
Peran fasilitasi dari pemerintah hendaknya dilaksanakan semaksimal
mungkin, terutama dalam mengupayakan penyediaan dan pemberian
fasilitas baik modal, teknologi dan jaringan pasar dalam dan luar negeri,
sehingga masyarakat dapat menikmati dan menggunakan peluang yang
sama. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi keketimpangan sosial di
dalam masyarakat karena ada sekelompok kecil masyarakat yang sangat
33
Kemitraan antara pemerintah dan swasta dikenal dengan istilah Public and
Private Partnership (PPP) yaitu merupakan pengaturan antara pemerintah
dan sektor swasta untuk menyediakan berbagai jenis pelayanan publik,
seperti pembangunan infrastruktur, penyediaan fasilitas-fasilitas
komunitas, dan berbagai jenis pelayanan lainnya. PPP bercirikan adanya
pembagian investasi, risiko, pertanggungjawaban, dan penghargaan antara
pemerintah dengan sektorswasta yang menjadi mitranya.
oleh pemerintah maupun sektor swasta dapat dipadukan. Peran dan pertanggung
jawaban dari kemitraan bisa beragam, bisa jadi peran pemerintah lebih banyak
atau sebaliknya, peran swastalah yang lebih banyak dalam suatu bentuk
kemitraan. Namun, peran pemerintah yang kuat dan efektif tetap diperlukan dalam
34
Pada prinsipnya dalam PPP, terdapat dua pelaku yang terlibat, yakni pemerintah
dan swasta. Keduanya bekerjasama sebagai mitra, dalam hal ini tidak ada pihak
yang bersifat membawahi pihak lain. Dalam PPP ada tujuan bersama berdasarkan
sendiri. Setiap pihak memberikan input finansial atau sumber daya lainnya. Kedua
Terdapat sejumlah tipe PPP yang didasarkan pada derajat risiko yang ditanggung
kedua belah pihak; jumlah keahlian yang diperlukan dari setiap pihak untuk
Secara umum ada lima model PPP yang diklasifikasikan berdasarkan spektrum
Gambar 2
Model-Model Kemitraan Pemerintah dan Pihak Swasta
35
banyak menitikberatkan pada peran pemerintah, baik dari sisi investasi maupun
pada sektor swasta. Pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator dan regulator.
Menurut Caroline Pascarina (2007: 14-15) Selain kelima model tersebut, terdapat
beberapa varian lain dari model PPP, antara lain seperti dikemukakan oleh
bermitra serta jenis pelayanan yang cocok untuk masing-masing tipe, yaitu
sebagai berikut:
5) Lease-purchase (Sewa-Beli)
Kontrak pemerintah dengan pihak swasta untuk mendesain, membiayai,
dan membangun fasilitas pelayanan publik. Pihak swasta kemudian
menyewakan fasilitas tersebut pada pemerintah untuk jangka waktu
tertentu. Setelah jangka waktu itu habis, maka fasilitas akan menjadi milik
pemerintah. Model ini dapat diterapkan bila pemerintah memerlukan suatu
fasilitas tapi tidak punya cukup biaya untuk membangunnya
8) Build-Transfer-Operate (Pembangunan-Pengalihan-Pengoperasian)
Didasari kontrak pemerintah dengan swasta untuk membiayai dan
membangun fasilitas, di mana setelah fasilitas itu selesai dibangun, maka
pihak swasta mengalihkan kepemilikan fasilitas itu pada pemerintah.
Pemerintah kemudian menyewakan fasilitas itu lagi kepada swasta
berdasarkan sewa jangka panjang yang memungkinkan swasta
mengembalikan investasi dan memperoleh keuntungan
9) Build-Own-Operate-Transfer (Pembangunan-Kepemilikan-Pengoperasian
Pengalihan)
E. Pemerintah Daerah
Pasal 10 Ayat (1) dan (2) bahwa pemerintah daerah menyelenggarakan urusan
6) Penyelenggaraan pendidikan
undangan.
Menurut Affan Gaffar (2006: 34), daerah otonomi adalah wilayah administrasi
Daerah. Dengan demikian jenjang daerah otonom ada dua bagian, walau titik
2008, dengan tidak adanya perubahan struktur daerah otonom, maka memang
masih lebih banyak ingin mengatur pemerintah daerah baik provinsi maupun
yang terbatas
bertanggung jawab
c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah
tetap terjalin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah.
otonom, dan karenanya dalam daerah Kabupaten/daerah kota tidak ada lagi
wilayah administrasi.
40
f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peran dan fungsi badan
pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa
yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya
a) Asas Desentralisasi
b) Asas Dekonsentrasi
pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/ atau pada instansi
diberikan akan menjadi urusan rumah tangga daerah, jadi bukan pada
pemerintah pusat, maka ditinjau dari segi daya dan hasil guna kurang dapat
besar. Asas tugas perbantuan yaitu penugasan dari pemerintah pusat kepada
F. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu dengan kajian yang relevan dengan penelitian ini
barang dan jasa pada Pemerintah Provinsi Bengkulu belum dapat dilakukan
manusia, sarana dan prasarana yang tidak dapat mendukung untuk melakukan
penerapan tata kepemerintahan yang baik dalam pengadaan barang dan jasa
penelitian ini adalah pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kota
Yogyakarta Tahun 2009. Metode yang digunakan dalam tesis ini yaitu studi
observasi dokumen. Temuan dari tesis ini adalah Pertama, dimensi fisibilitas
dalam pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kota Yogyakarta tahun
G. Kerangka Pikir
barang dan jasa secara memadai. Pengadaan barang dan jasa oleh Pemerintah
dan proyek-proyek. Proyek adalah satuan investasi terkecil yang terdiri dari
pengadaan barang dan jasa, karena itu sistem dan proses pengelolaannya akan
pengadaan barang dan jasa untuk memberdayakan peran serta masyarakat dan
penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan rekayasa nasional, untuk
memperluas lapangan kerja, meningkatkan daya saing barang dan jasa nasional
Kabupaten Pringsewu
Sebagai Daerah Otonomi
Kebutuhan Barang
dan Jasa Pemerintah
Rule of Law
(Kepastian Hukum)
Transparancy
(Keterbukaan)
Gambar 2.
Bagan Kerangka Pikir Penelitian
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Menurut Moleong (2005: 6),
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
pengumpulan, penyusunan, analisa dan interpretasi data yang diteliti pada masa
sekarang.
keadaan objek yang ada pada masa sekarang secara kualitatif berdasarkan data
B. Fokus Penelitian
penelitian terhadap masalah yang menjadi tujuan penelitian. Selain itu, fokus
Berdasarkan pengertian di atas maka fokus dalam penelitian penelitian ini adalah
1. Kepastian Hukum (Rule of Law), yaitu adanya kerangka hukum yang jelas dan
C. Sumber Data
Menurut Moleong (2005) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata dan tindakan yang didapat dari informan melalui wawancara, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Untuk mendapatkan data dan
informasi maka informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive atau
1. Informan
Kabupaten
2. Dokumen
Dokumen sebagai sumber data adalah berbagai arsip, agenda atau berkas-
berkas yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini dan sifatnya
Pada tahap ini, peneliti melakukan proses pengumpulan data yang telah ditetapkan
1. Wawancara
2. Dokumentasi
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data
seperti dikemukakan oleh Miles dan Huberman dalam Moleong (2005: 165),
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian. Batasan yang diberikan dalam
berlangsung. yaitu sejak awal memasuki lokasi penelitian dan selama proses
Teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi data. Menurut Moleong
membandingkan dengan data yang diperoleh dengan sumber lain, pada berbagai
fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dan dengan metode yang
Untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan jalan: mengajukan berbagai
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pringsewu dan Staf Ahli
2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2010 Tentang
53
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pringsewu dan Staf Ahli
Kepala
Bagian Perlengkapan
Staf
Gambar 3
Struktur Organisasi Bagian Perlengkapan
berikut:
Perlengkapan.
perlengkapan
sebagai berikut:
dan Pengawasan
Pengawasan
Pengawasan
Pendistribusian
Pemeliharaan
A. Kesimpulan
1. Prinsip kepastian hukum (rule of law), yaitu adanya kerangka hukum dalam
dapat memberikan pelayanan publik yang lebih baik. Selain itu untuk
tender.
untuk umum dapat diakses oleh masyarakat luas, mulai dari proses
B. Saran
Beberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia yang dapat memenuhi kapasitas
Krina, Loina Lalolo. Indikator dan Alat Ukur prinsip Akuntabilitas. Transparansi
dan Partisipasi. Sekretariat Good Public Governance Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional. Jakarta. 2003.
Solihin, Dadang 2008. . Hasil Uji Coba Pengukuran Good Governance Index.
Final Workshop GGI. Jakarta
Santosa, Panji. 2008. Administrasi Publik. Teori dan Aplikasi Good Governance.
Refika Aditama. Bandung. 2008.
Sumber Lain
dan jasa?
Jawaban Yusar Riyaman Saleh, selaku Ketua Panitia Pengadaan Barang dan
Jasa:
Jawaban Yusar Riyaman Saleh, selaku Ketua Panitia Pengadaan Barang dan
Jasa:
11. Menurut Anda apakah pengadan proses pengadaan televisi pada Bagian
Perlengkapan Sekretariat Daerah Kabupaten Pringsewu Tahun 2013 telah
memenuhi prinsip kepastian hukum?
“Keputusan pemenang lelang harus adil dan tidak memihak, sebab dana publik
tidak boleh digunakan untuk menguntungkan beberapa orang atau perusahaan
tertentu; standarisasi dan spesifikasi tidak boleh diskriminatif; penyedia dan
kontraktor harus dipilih berdasarkan kualifikasi dan kemampuan mereka;
harus adanya perlakuan yang sama mengenai batas waktu, kerahasiaan, dan
sebagainya menyangkut seluruh aspek dalam pengadaan”
18. Hal apakah yang harus dimiliki pihak ketiga sebagai pemenang lelang dalam
pengadaan barang dan jasa?
19. Bagaimana sikap Anda terhadap prinsip transparansi dalam pengadaan barang
dan jasa pada instansi pemerintah?