You are on page 1of 10

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Online Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

EVALUASI KUALITAS AIR MINUM DAN SANITASI LINGKUNGAN LAPAS


KELAS II B BANGKINANG DAN PASIR PANGARAIAN PROVINSI RIAU

Zurrahmi Z.R1 Mirna Ilza2 Dedi Afandi3


Alumni Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau1
Dosen Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau2,3
Zurrahmi.amie@yahoo.co.id

ABSTRACT
This study aims to evaluate the drinking water quality and environment sanitation in
Class II B Prison Bangkinang and Pasir Pangaraian, Riau Province. The study was
conducted for 2 (two) months. Survey method is employed in this study. To evaluate the
quality of drinking water based on physical, chemical, and bacteriological parameters,
the observation sheet based on Permenkes No.492 / Menkes / Per / IV / 2010 is
employed, while observation checklist adopted from guidelines for handling prison in
prison and remand center, Ministry of Justice and Human Rights, is employed to
evaluate the environment sanitation. The findings showed that the drinking water
quality of Class II B Bangkinang and Pasir Pengaraian based on physical, chemical
and bacteriological parameters meet the requirements due to does not exceed the
standard quality. Whereas, the environment sanitation is in the good category
generally because the score on the observation sheet exceeds the minimum score of8. It
could be stated that the quality of drinking water in Class II B Prisons Bangkinang is
better than Class II B Prisons Pasir Pangaraian. Dealing with the findings of the study
it is suggested to have regular and periodic check to examine the drinking water
quality, water hygiene, and food quality to ensure the prisoner health. In further, the
future researchers are suggested to have a flexible and depth acces to achieve better
information and accurate method.

Keywords : Drinking Water Quality, Hygiene and Health, Water Supply, Sanitation,
Space and Cells, Kitchen and Food Preparation

PENDAHULUAN dilakukan, tidak terkecuali di Lapas,


LPKA, Rutan, dan Cabang Rutan.
Surat Edaran Nomor PAS- Kondisi lembaga pemasyarakatan
373.PK.01.07.01 Tahun 2016 tentang hingga rumah tahanan di Provinsi Riau
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan semakin hari kian sesak oleh tahanan dan
Lembaga Pemasyarakatan, Lembaga narapidana. Bahkan hingga Oktober
Pembinaan Khusus Anak (LPKA), 2016, ada penjara yang sudah over
Rumah Tahanan dan Cabang Rumah kapasitas hingga 664 persen. Data dari
Tahanan menunjukkan bahwa Kanwil Kementerian Hukum dan HAM
implementasi penyelenggaraan kesehatan Provinsi Riau hingga 18 Oktober 2016,
lingkungan dilakukan melalui upaya over kapasitas terjadi di hampir seluruh
penyehatan, pengamanan, dan Rutan (Rumah Tahanan), Lapas
pengendalian untuk memenuhi standar (Lembaga Pemasyarakatan) hingga
baku mutu kesehatan lingkungan dan cabang Rutan di seluruh kabupaten di
persyaratan kesehatan. Upaya tersebut Provinsi Riau. Data dari Kantor Wilayah
merupakan amanah yang wajib Kementerian Hukum dan HAM
(KemenkumHAM) Riau mencatat,

Prepotif Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 31


Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

sedikitnya ada 10.028 orang tahanan dan Keperluan sehari-hari terhadap air,
narapidana yang menempati penjara di 12 berbeda untuk tiap tempat dan tiap
kabupaten/kota di Provinsi Riau hingga tingkatan kehidupan (Ristianti, 2004).
Desember 2016 ini. Bila dirata-ratakan, Seiring meningkatnya kepadatan
penghuni lapas, maka kebutuhan air pun
hampir semuanya over kapasitas semakin meningkat. Sehingga dituntut
(Hadi, 2018). tersedianya air yang sehat untuk berbagai
Lapas Kelas II B Bangkinang dan kebutuhan dan kehidupan penghuni lapas.
Lapas Kelas II B Pasir Pangaraian, Tentu saja hal ini akan berakibat kurang
merupakan dua di antara Lembaga baik bagi kesehatan penghuni lapas pada
Pemasyarakatan yang ada di Provinsi jangka pendek. Kualitas air yang kurang
Riau. Kapasitas masing-masing 224 baik dapat mengakibatkan muntaber,
orang dan 175 orang. Namun pada diare, kolera, tipus, atau disentri. Hal ini
penelusuran awal, jumlah penghuni juga dapat terjadi pada keadaan sanitasi
Lembaga Pemasyarakatan ini melebihi lingkungan yang kurang baik (Utami dan
kapasitas yang telah ditetapkan. Adapun Luthfiana, 2016).
jumlah warga binaan pada Lembaga Air yang digunakan harus memenuhi
Pemasyarakatan Kelas II B Bangkinang syarat dari segi kualitas maupun
adalah tahanan dewasa 252 orang, kuantitas, apabila air tanah dan air
tahanan anak 4 orang, narapidana dewasa permukaan tercemar oleh kotoran, secara
922, dan napi anak sejumlah 12 orang. otomatis kuman-kuman tersebar ke
Total jumlah warga binaan Lapas Kelas II sumber air yang dipakai untuk keperluan
B Bangkinang sebanyak 1190, sementara penghuni lapas. Dalam jangka panjang,
itu kapasitas dari Lapas Kelas II B air yang berkualitas kurang dapat
Bangkinang hanya 224 orang atau telah mengakibatkan penyakit keropos tulang,
over kapasitas sebesar 431%. Sedangkan korosi gigi, anemia dan kerusakan ginjal.
pada Lapas Kelas II B Pasir Pangaraian Hal ini terjadi karena terdapat logam-
dijumpai jumlah tahanan dewasa 213 logam berat yang bersifat toksik (racun)
orang, tahanan anak-anak 5 orang, pada air sehingga dapat mengakibatkan
narapidana dewasa sebanyak 520 orang pengendapan pada ginjal (Susanna,
dan narapidana anak 7 orang. Total warga 2002).
binaan Lapas Kelas II B Pasir Pangaraian Sebagai salah satu upaya untuk
sebanyak 745 orang, sedangkan kapasitas meningkatkan kesehatan penghuni lapas,
Lapas Kelas II B Pasir Pangaraian hanya perlu dilaksanakan pengawasan kualitas
175 orang atau over kapasitas sebesar air secara intensif dan terus-menerus.
326% (Kusmanto, 2018). Bahwa kualitas air yang digunakan
Sejalan dengan kemajuan dan penghuni lapas harus memenuhi syarat
peningkatan taraf kehidupan, maka kesehatan agar terhindar dari gangguan
jumlah penyediaan air selalu meningkat. masalah kesehatan. Syarat-syarat kualitas
Akibatnya kegiatan untuk pengadaan air yang berhubungan dengan kesehatan
sumber-sumber air baru terus dilakukan. yang telah ada perlu disesuaikan dengan
Sejumlah 40 juta mil-kubik air yang perkembangan teknologi dan upaya
berada di permukaan dan di dalam tanah, kesehatan serta kebutuhan penghuni lapas
ternyata tidak lebih dari 0,5% (0,2 juta (Aini et al, 2016).
mil-kubik) yang secara langsung dapat Kelayakan konsumsi air sebagai air
digunakan untuk kepentingan manusia. minum dilihat dari indikator fisik yaitu
Sebanyak 97,5% dari sumber air tersebut berdasarkan kualitas warna, rasa dan
terdiri dari air laut dan sebanyak 2,5% aroma. Indikator kimia, misalnya nilai
berbentuk salju abadi yang dalam pH, nilai BOD dan COD air dan masih
keadaan mencair dapat digunakan.
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 32
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

banyak lagi. Indikator mikrobiologi pencernaan di Lapas Kelas II B Pasir


meliputi kehadiran bakteri Pangaraian. Oleh karena itu, penulis ingin
Coliform yang merupakan indikator membandingkan kualitas air minum dan
terkontaminasinya sumber air terhadap sanitasi lingkungan di kedua lokasi
feses (Coliform fecal) atau buangan tersebut.
sampah dan bangkai hewan serta lain-lain Berdasarkan uraian tersebut, penulis
(Coliform non fecal). Adanya materi tertarik untuk melakukan penelitian yang
fekal dalam air minum sangat tidak berjudul : Evaluasi Kualitas Air Minum
diharapkan, karena dapat menyebabkan dan Sanitasi Lingkungan Lapas Kelas II
terjadinya infeksi seperti diare, diare B Bangkinang dan Pasir Pangaraian
berdarah, meningistis dan peritonistis dan Provinsi Riau.
gangguan pencernaan lainnya. Kehadiran
mikrorganisme tersebut menjadi indikator METODE
biologi rendahnya kualitas air (Aini et al,
2016). Penelitian ini dilakukan di Lembaga
Kasus penyakit pencernaan masih Pemasyarakatan Kelas II B Bangkinang
menempati urutan ketiga dari 10 Kabupaten Kampar dengan alamat Jalan
(sepuluh) penyakit terbanyak yang Tuanku Tambusai Bukit Candika
diderita penghuni lapas. Buruknya Bangkinang dan Lembaga
kesehatan lingkungan di Lapas, LPKA, Pemasyarakatan Kelas II B Pasir
Rutan dan Cabang Rutan, antara lain Pangaraian Kabupaten Rokan Hulu
septictank yang meluap karena kondisi dengan alamat Jalan Pengayoman No. 33
over kapasitas, sampah yang terbuka dan Pasir Pangaraian. Sedangkan analisis
menyebabkan pencemaran udara, tidak kualitas air minum dilakukan di
tersedianya akses untuk cuci tangan Laboratorium Dinas Kesehatan
dengan sabun dan air mengalir serta Kabupaten Kampar. Waktu penelitian
kualitas air minum yang tidak teruji dilaksanakan dari Bulan Oktober 2018
kualitasnya secara berkala di hingga Bulan November 2018.
laboratorium (Anies, 2005). Penelitian ini menggunakan
Di Lapas Kelas II B Bangkinang pendekatan kuantitatif dengan metode
kasus penyakit pencernaan pada Bulan survei. Populasi pada penelitian ini
Mei 2018 sebanyak 64 orang, pada Bulan seluruh sarana sanitasi dasar (air, jamban,
Juni 2018 sebanyak 66 orang, pada Bulan sampah, ruangan lapas) di Lapas Kelas II
Juli 2018 sebanyak 67 orang, dan pada B Bangkinang dan Pasir Pangaraian.
Bulan Agustus 2018 sebanyak 63 orang Sampel yang digunakan dalam penelitian
(Nurhadi, 2018). Sedangkan pada Lapas ini yaitu dengan seluruh sarana sanitasi
Kelas II B Pasir Pengaraian kasus dasar (air, jamban, sampah, ruangan
penyakit pencernaan pada Bulan Mei lapas) di Lapas Kelas II B Bangkinang
sebanyak 52 orang, pada Bulan Juni 2018 dan Pasir Pangaraian yang diambil secara
tidak ditemukan, pada Bulan Juli 2018 Purposive Sampling.
sebanyak 9 orang, dan pada Bulan Jenis data yang digunakan dalam
Agustus 2018 sebanyak 46 orang penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
(Syahrinaldi, 2018). primer pada penelitian ini diperoleh
Jumlah penghuni Lapas Kelas II B dengan uji di laboratorium untuk evaluasi
Bangkinang jauh lebih banyak kualitas air minum dan mengisi lembar
dibandingkan jumlah penghuni Lapas observasi Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II B Pasir Pangaraian. Jumlah Kelas II B Bangkinang dan Pasir
kasus penyakit pencernaan di Lapas Pangaraian untuk evaluasi sanitasi
Kelas II B Bangkinang juga lebih banyak lingkungan.
dibandingkan jumlah kasus penyakit
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 33
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Jumlah sampel yang digunakan HASIL


dalam penelitian ini yaitu dengan seluruh
sarana sanitasi dasar (air, jamban, Kualitas Air Minum di Lapas Kelas II
sampah, ruangan lapas) di Lapas Kelas II B Bangkinang dan Pasir Pangaraian
B Bangkinang dan Pasir Pangaraian yang Pengukuran kualitas air minum di
diambil secara Purposive Sampling. Lapas Kelas II B Bangkinang dan Pasir
Pengujian kualitas air minum dilakukan Pangaraian telah dilakukan di
di laboratorium. Laboratorium Dinas Kesehatan
Analisa Data Kualitas air minum Kabupaten Kampar dengan merujuk pada
di Lapas Kelas II B Bangkinang dan Pasir Permenkes No. 492/ Menkes/ Per/ IV/
Pangaraian.Data penelitian diperoleh dari 2010 dan pengukuran sumber air bersih
hasil pengujian kualitas air minum di yang merujuk pada Permenkes No. 32
laboratorium. Data yang diperoleh akan Tahun 2017. Parameter pemeriksaan
dibandingkan dengan Permenkes No. 492 kualitas air minum dan sumber air bersih
Tahun 2010. Sanitasi lingkungan di Lapas terdiri dari aspek fisika (bau, TDS,
Kelas II B Bangkinang dan Pasir kekeruhan, rasa dan suhu), kimia (pH,
Pangaraian.Data penelitian diperoleh dari nikel, nitrat, nitrit, sianida, timbal,
pengisian lembar observasi. Alokasi dana aluminium, besi, kesadahan, klorida dan
Lapas Kelas II B Bangkinang dan Pasir mangan) dan mikrobiologi (total bakteri
Pangaraian dalam menjaga kualitas air coliform).
minum dan sanitasi lingkungan setempat. Hasil pengukuran kualitas air minum
Data penelitian diperoleh dari dan sumber air bersih di Lapas Kelas II B
wawancara langsung terhadap bagian Bangkinang adalah sebagai berikut :
keuangan Lapas Kelas II B Bangkinang
dan Pasir Pangaraian

Tabel 4.1 Kualitas Air Minum dan Sumber Air Bersih di Lapas Kelas II B Bangkinang
Baku Mutu Air Hasil Pemeriksaan
Baku Mutu Air Minum*
No. Parameter Satuan
Bersih* Air Bersih Air Minum
Fisika
1. Bau - Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau
2. TDS Mg/liter 1000 500 102 114
3. Kekeruhan Skala NTU 25 5 0,01 0,01
4. Rasa - Tidak Berasa Tidak Berasa Tidak Berasa Tidak Berasa
o
5. Suhu C ± 30 ± 30 20,4 18,4
Kimia
1. Nikel Mg/liter 0,05 0,05 0,04 0,03
2. Nitrat (NO3-) Mg/liter 10 50 3,8 3,6
3. Nitrit (NO2-) Mg/liter 1 3 0,013 0,023
4. Sianida Mg/liter 0,1 0,1 0,006 0,004
5. Timbal Mg/liter 0,05 0,05 0,03 0,02
6. Aluminium Mg/liter 0,2 0,2 0,07 0,02
7. pH - 6,5 – 8,5 6,5 – 9,0 6,5 6,6
8. Besi Mg/liter 1 0,3 0,03 0,04
9. Kesadahan Mg/liter 500 500 8 10
10. Klorida Mg/liter 600 250 0,51 0,42
11. Mangan Mg/liter 0,5 0,4 0,098 0,102
1 Mikrobiologi
1. Total Bakteri Jlh/100 ml 50 0 46 0
Coliform (MPN)
*Berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 (syarat sebagai air

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 34


Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

minum) dan Permenkes No. 32 Tahun 2017 (syarat sebagai sumber air bersih)

Sedangkan hasil pengukuran kualitas air minum dan sumber air bersih di Lapas Kelas
II B Pasir Pangaraian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Kualitas Air Minum dan Sumber Air Bersih di Lapas Kelas II B Pasir Pangaraian
Baku Mutu Air Baku Mutu Air Hasil Pemeriksaan
No. Parameter Satuan Minum* Air Bersih Air Minum
Bersih*
Fisika
- Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak
1. Bau Berbau

2. TDS Mg/liter 1000 500 255 244


3. Kekeruhan Skala NTU 25 5 0,01 0,01
- Tidak Berasa Tidak Berasa Tidak Berasa Tidak Berasa
4. Rasa
o
5. Suhu C ± 30 ± 30 22,6 22,5

Kimia
1. Nikel Mg/liter 0,05 0,05 0,04 0,03
2. Nitrat (NO3-) Mg/liter 10 50 4,2 2,6
-
3. Nitrit (NO2 ) Mg/liter 1 3 0,018 0,016
4. Sianida Mg/liter 0,1 0,1 - -
5. Timbal Mg/liter 0,05 0,05 0,02 0,02
6. Aluminium Mg/liter 0,2 0,2 0,09 0,07
7. pH - 6,5 – 8,5 6,5 – 9,0 6,5 6,6
8. Besi Mg/liter 1 0,3 0,04 0,03
9. Kesadahan Mg/liter 500 500 13 11
10. Klorida Mg/liter 600 250 0,48 0,42
11. Mangan Mg/liter 0,5 0,4 0,038 0,052
Mikrobiologi
1. Total Bakteri Jlh/100 ml 50 0 46 0
Coliform (MPN)
*Berdasarkan Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 (syarat sebagai air minum) dan
Permenkes No. 32 Tahun 2017 (syarat sebagai sumber air bersih)

Sanitasi Lingkungan di Lapas Kelas II masing – masing dengan memperoleh


B Bangkinang dan Pasir Pangaraian nilai 11 atau dalam perhitungan jumlah %
Hasil evaluasi mengenai dari nilai maksimum yaitu sebesar
kebersihan dan kesehatan penghuni yang 73,33%.
telah dilakukan pada bulan November Hasil evaluasi mengenai pasokan
dan Desember 2018 di Lapas Kelas II B air yang telah dilakukan pada bulan
Bangkinang dan Pasir Pangaraian November dan Desember 2018 di Lapas
diperoleh hasil bahwa kebersihan dan Kelas II B Bangkinang dan Pasir
kesehatan penghuni di kedua Lapas Pangaraian diperoleh hasil bahwa
tersebut termasuk kategori baik, yaitu pasokan air di kedua Lapas tersebut
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 35
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

termasuk kategori baik. Perolehan nilai di dalam perhitungan jumlah % dari nilai
Lapas Kelas II B Bangkinang sebesar 10 maksimum yaitu sebesar 93,33%.
atau dalam perhitungan jumlah % dari
nilai maksimum yaitu sebesar 66,67%, PEMBAHASAN
sedangkan perolehan nilai di Lapas Kelas
II B Pasir Pangaraian sebesar 9 atau Sesuai parameter yang diperiksa,
dalam perhitungan jumlah % dari nilai dapat disimpulkan bahwa sumber air
maksimum yaitu sebesar 60%. bersih di Lapas Kelas II B Bangkinang
Hasil evaluasi mengenai sanitasi dan Lapas Kelas II B Pasir Pangaraian
yang telah dilakukan pada bulan memenuhi syarat sebagai air bersih sesuai
November dan Desember 2018 di Lapas Permenkes No. 32 Tahun 2017 dan air
Kelas II B Bangkinang dan Pasir minum di Lapas Kelas II B Bangkinang
Pangaraian diperoleh hasil bahwa sanitasi memenuhi sebagai air minum sesuai
di kedua Lapas tersebut termasuk Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010.
kategori baik, Perolehan nilai di Lapas Hasil pengukuran kualitas air
Kelas II B Bangkinang sebesar 13 atau minum dan sumber air minum di Lapas
dalam perhitungan jumlah % dari nilai Kelas II B Bangkinang dan Pasir
maksimum yaitu sebesar 86,66%, Pangaraian menunjukkan bahwa dari
sedangkan perolehan nilai di Lapas Kelas aspek fisika, kimia dan mikrobiologi
II B Pasir Pangaraian sebesar 12 atau kualitas air pada kedua Lapas tersebut
dalam perhitungan jumlah % dari nilai memenuhi syarat sebagai air minum dan
maksimum yaitu sebesar 80%. sumber air bersih. Sehingga air minum
Hasil evaluasi mengenai ruang maupun sumber air minum pada kedua
dan sel yang telah dilakukan pada bulan Lapas tidak memberikan dampak negatif
November dan Desember 2018 di Lapas terhadap kesehatan penghuni Lapas.
Kelas II B Bangkinang dan Pasir Hasil evaluasi sanitasi lingkungan
Pangaraian diperoleh hasil bahwa ruang (kebersihan dan kesehatan, pasokan air,
dan sel di kedua Lapas tersebut termasuk sanitasi, ruang dan sel, dapur dan
kategori baik. Perolehan nilai di Lapas penyiapan makanan) di Lapas Kelas II B
Kelas II B Bangkinang sebesar 11 atau Bangkinang dan Pasir Pangaraian secara
dalam perhitungan jumlah % dari nilai keseluruhan termasuk kategori baik
maksimum yaitu sebesar 73,33%, dengan persentase penilaian yaitu
sedangkan perolehan nilai di Lapas Kelas 74,67%, dan di Lapas Kelas II B Pasir
II B Pasir Pangaraian sebesar 10 atau Pangaraian secara keseluruhan termasuk
dalam perhitungan jumlah % dari nilai kategori baik dengan persentase penilaian
maksimum yaitu sebesar 66,67%. yaitu 72%.
Hasil evaluasi mengenai dapur Pengalokasian dana yang
dan penyiapan makanan yang telah dikeluarkan oleh Lapas Kelas II B
dilakukan pada bulan November dan Bangkinang dan Pasir Pangaraian dalam
Desember 2018 di Lapas Kelas II B menjaga kualitas air minum dan sanitasi
Bangkinang dan Pasir Pangaraian lingkungan terdiri dari biaya untuk
diperoleh hasil bahwa dapur dan pemeliharaan halaman gedung dan
penyiapan makanan di kedua Lapas bangunan, termasuk di dalamnya sanitasi
tersebut termasuk kategori baik. lingkungan. Mengenai alokasi dana air
Perolehan nilai di Lapas Kelas II B minum sudah termasuk ke dalam kontrak,
Bangkinang sebesar 11 atau dalam kalau di anggaran DIPA (Daftar Isian
perhitungan jumlah % dari nilai Pelaksanaan Anggaran) tidak dibunyikan
maksimum yaitu sebesar 73,33%, hanya saja 2 liter per orang per hari
sedangkan perolehan nilai di Lapas Kelas dengan mengacu kepada kontrak pihak
II B Pasir Pangaraian sebesar 14 atau ketiga harga air Rp. 275 per liter.
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 36
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Anggaran dana pemeliharaan KESIMPULAN


halaman gedung dan bangunan, termasuk 1. Hasil evaluasi kualitas air minum dan
di dalamnya sanitasi lingkungan (pasokan air untuk sanitasi di Lapas Kelas II B
air, sanitasi, ruang dan sel, dapur dan Bangkinang dan Pasir Pangaraian,
penyiapan makanan) hanya 45 juta per baik dari aspek fisika, kimia, maupun
tahun. Sedangkan anggaran dana untuk mikrobiologi telah memenuhi syarat
kebersihan dan kesehatan termasuk sebagai air minum dan sumber air
didalamnya biaya obat-obatan poliklinik bersih. Hasil evaluasi kualitas air
dan tenaga medis dari luar Lapas. Untuk minum dan air untuk sanitasi Lapas
biaya obat - obatan poliklinik Kelas II B Bangkinang lebih baik
anggarannya 30 juta per tahun sedangkan daripada Lapas Kelas II B Pasir
tenaga medis dari luar lapas anggarannya Pangaraian.
12 juta per tahun. Sehingga permasalahan 2. Hasil evaluasi sanitasi lingkungan
dari Lapas Kelas II B Bangkinang dan (kebersihan dan kesehatan, pasokan
Lapas Kelas II B Pasir Pangaraian adalah air, sanitasi, ruang dan sel, dapur dan
masih kurang kurangnya anggaran penyiapan makanan) di Lapas Kelas
pemeliharaan bangunan dan kurangnya II B Bangkinang dan Pasir Pangaraian
angggaran biaya makan serta kurangnya secara keseluruhan termasuk kategori
peralatan medis sehingga napi sakit selalu baik dengan persentase penilaian
dibawa ke Rumah Sakit. yaitu 74,67%, dan di Lapas Kelas II B
Dana yang dikeluarkan untuk Pasir Pangaraian secara keseluruhan
menjaga kualitas air minum dan sanitasi termasuk kategori baik dengan
lingkungan belum mencukupi, sehingga persentase penilaian yaitu 72%. Hasil
solusi dari pihak Lapas mengajak seluruh evaluasi sanitasi lingkungan Lapas
penghuni lapas untuk bekerja sama dalam Kelas II B Bangkinang lebih baik
menjaga sanitasi lingkungan Lapas, daripada Lapas Kelas II B Pasir
seperti melakukan kegiatan bersih-bersih Pangaraian.
lingkungan Lapas, baik di dalam ruang 3. Selanjutnya diketahui pengalokasian
sel maupun di luar ruang sel. Jika dana yang dikeluarkan oleh Lapas
penghuni Lapas menjaga kebersihan dan Kelas II B Bangkinang dan Pasir
kesehatan, dapat mengurangi angka Pangaraian dalam menjaga kualitas
kesakitan atau kejadian penyakit sehingga air minum dan sanitasi lingkungan
penghuni Lapas jarang yang sakit, status yaitu anggaran dana pemeliharaan
kesehatan penghuni Lapas menjadi baik, halaman gedung dan bangunan,
sehingga penghuni Lapas tidak perlu termasuk di dalamnya sanitasi
berobat ke Klinik atau Rumah Sakit. lingkungan (pasokan air, sanitasi,
Status kesehatan penghuni Lapas yang ruang dan sel, dapur dan penyiapan
baik akan memberikan dampak yang baik makanan) hanya 45 juta per tahun.
pula bagi Lapas seperti dampak ekonomi, Sedangkan anggaran dana untuk
hal ini tentu saja dapat mengurangi biaya kebersihan dan kesehatan termasuk
yang dikeluarkan oleh Lapas untuk didalamnya biaya obat-obatan
berobat. Sedangkan bagi penghuni Lapas poliklinik dan tenaga medis dari luar
dapat melakukan aktifitas yang positif di Lapas. Untuk biaya obat - obatan
lingkungan Lapas sehingga memberikan poliklinik anggarannya 30 juta per
kenyamanan bagi penghuni Lapas, hal ini tahun sedangkan tenaga medis dari
tentu saja dapat memberikan kualitas luar lapas anggarannya 12 juta per
hidup yang baik pula bagi penghuni tahun. Dana yang dikeluarkan untuk
Lapas. menjaga kualitas air minum dan
sanitasi lingkungan belum
mencukupi, sehingga solusi dari pihak
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 37
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Lapas mengajak seluruh penghuni diarrhoea deaths in South Africa:


lapas untuk bekerja sama dalam costs and effects of scaling up
menjaga sanitasi lingkungan Lapas. essential interventions to prevent
and treat diarrhoea in under-five
SARAN children. BMC Public Health,
1. Lembaga pemasyarakatan (Lapas) 15(394):1-10.
perlu melakukan kerjasama dengan Cita, RS. 2014. Hubungan Sarana
Dinas Kesehatan tingkat Kabupaten Sanitasi Air Bersih dan Perilaku
atau Provinsi, puskesmas, Ibu Terhadap Kejadian Diare
laboratorium kesehatan daerah dan Pada Balita Umur 10-59 Bulan di
pihak terkait lainnya untuk melakukan Wilayah Puskesmas Keranggan
pemeriksaan air minum, air bersih, Kecamatan Setu Kota Tangerang
dan makanan di Lapas secara rutin Selatan Tahun 2013. Skripsi. UIN
dan berkala agar lebih menjamin Syarif Hidayatullah, Jakarta.
kesehatan penghuni Lapas. Departemen Kesehatan RI. 1990.
2. Perlu dilakukannya peningkatan Peraturan Menteri Kesehatan RI
pengawasan dan pemberian No. 416/MenKes/Per/IX/1990
penyuluhan terhadap para narapidana tentang Sayarat – Syarat dan
mengenai kesehatan, sanitasi, maupun Pengawasan Kualitas Air.
penyehatan lingkungan sehingga _______________________. 2004. Buku
terwujud lingkungan Lapas yang Pedoman dalam Bidang
bersih dan sehat. Pengawasan Kualitas Air Minum.
3. Lapas Kelas II B Bangkinang dan Depkes RI, Jakarta.
Lapas Kelas II B Pasir Pangaraian _______________________. 2010.
perlu meningkatkan sanitasi Pedoman Pemberantasan Penyakit
lingkungannya agar lebih optimal Diare. Ditjen PP dan PL, Jakarta.
dengan cara : melakukan kegiatan _______________________. 2011.
bersih-bersih di lingkungan Lapas, Panduan Sosialisasi Tatalaksana
seperti membersihkan ruang dan sel Diare. Kementerian Kesehatan,
secara teratur dari serangga dan hama, Jakarta.
baik di dalam sel maupun di luar sel. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2013.
Profil Kesehatan Provinsi Riau
DAFTAR PUSTAKA 2013. Dinas Kesehatan Provinsi
Aini, N; Raharjo, M; dan Budiyono. Riau. Pekanbaru.
2016. Hubungan Kualitas Air Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air
Minum dengan Kejadian Diare. Bagi Pengelola Sumber Daya dan
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4 Lingkungan Perairan. Kanisius,
(1) : 399 – 406. Yogyakarta.
Akdon dan Ridwan. 2010. Rumus dan Fardiaz. 1992. Polusi Air dan Udara.
Data dalam Analisis Statistika Kanisius, Yogyakarta.
Cetakan kedua. Alfabeta, Hadi, C. 2018. Penjara dengan Penghuni
Bandung. Terpadat di Riau Sepanjang 2016.
Anies. 2005. Mewaspadai Penyakit Diakses dari
Lingkungan. Elex Media (https://www.goriau.com/berita/pe
Komputindo, Jakarta. kanbaru). Tanggal akses 25 Mei
Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan 2018.
Lingkungan. Penerbit buku Hamdani, Y. 2003. Pemenuhan Hak Atas
kedokteran EGC. Jakarta. Kesehatan Narapidana Wanita di
Chola L, Michalow J, Tugendhaft A, and Lembaga Pemasyarakatan Wanita
Hofman K. 2015. Reducing
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 38
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Klas IIA Tangerang Periode Primadani, W. 2012. Hubungan Sanitasi


Tahun 2011. Tesis. UI. Jakarta. Lingkungan dengan Kejadian
Kementerian Hukum dan HAM Diare Diduga Akibat Infeksi di
Direktorat Jendral Desa Gondosuli Kecamatan Bulu
Pemasyarakatan Direktorat Bina Kabupaten Tumanggung. Jurnal
Perawatan. 2009. Pedoman Kesehatan Masyarakat, 1(2) : 535-
Penangan Kesehatan Lingkungan 541.
Lapas. Jakarta. Ramidha, RS. 2011. Evaluasi Sanitasi
Kusmanto, A. 2018. Jumlah Penghuni Lingkungan Institusi Lembaga
Lembaga Pemasyarakatan Pemasyarakatan Klas 1 Kota
Provinsi Riau. Diakses dari Madiun. Skripsi. Universitas
(http://smslap.ditjenpas.go.id). Airlangga, Surabaya.
Diakses tanggal 20 Februari 2018. Rismaninggar, K. 2009. Hubungan
Nembrini, GP. 2007. Air, Sanitasi, Kepadatan Hunian dan Kualitas
Higiene, dan Habitat di Lingkungan Fisik Lembaga
Lingkungan Penjara. ICRC Pemasyarakatan (Lapas) dengan
Delegasi Indonesia, Jakarta Keluhan Penghuni Lapas Klas II
Selatan. A di Sidoarjo. Skripsi. Unair,
Notoadmodjo, S. 2007. Kesehatan Surabaya.
Lingkungan. Gadjah Mada Ristianti, NP. 2004. Analisis Kualitatif
University Press. Yogyakarta. Bakteri Koliform Pada Depot Air
Nugraheni, D. 2012. Hubungan Kondisi Minum Isi Ulang di Kota
Fasilitas Sanitasi Dasar dan Singaraja Bali. Jurnal Ekologi
Personal Hygiene dengan Kesehatan.
Kejadian Diare di Kecamatan Sandra, C. 2007. Hubungan Pengetahuan
Semarang Utara Kota Semarang. dan Kebiasaan Konsumen Air
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1 Minum Isi Ulang dengan Penyakit
(2) : 922 – 933. Diare. Jurnal Kesehatan
Nurhadi. 2018. Hasil Wawancara Kepala Lingkungan, 3 (2) : 103-110.
subseksi Perawatan Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Sander, M.A. 2015. Hubungan Faktor
Bangkinang. Sosio Budaya dengan Kejadian
Panjaitan dan Widiarty. 2008. Diare di Desa Candinegoro
Pemasyarakatan Narapidana. Kecamatan Woyanu
Jakarta. Sidoarjo. Jurnal. Medika, 2(2):
Partiana, IM. 2015. Kualitas 163 – 193.
Bakteriologis Air Minum Isi Setiawati, S. 2008. Proses Pembelajaran
Ulang Pada Tingkat Produsen di Dalam Pendidikan Kesehatan.
Kabupaten Badung. Tesis. Trans Info Media. Jakarta.
Universitas Udayana, Denpasar. SNI 06-2421-1991. Metode Pengambilan
Permenkes RI. 2008. Permenkes RI Contoh Uji Kualitas Air. Bapedal,
No.492/MENKES/SK/IX/2008 Jakarta.
tentang Pengelolaan Air Minum. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
___________. 2010. Permenkes RI No. Administrasi Dilengkapi Dengan
492/MENKES/PER/IV/2010 Metode R&. Alfabeta, Bandung.
tentang Persyaratan Kualitas Air Susanna, D. 2002. Pengelolaan Sumber
Minum. Daya Air. Penerbit UI, Jakarta.
___________. 2017. Permenkes No. 32 Surat Edaran. 2016. Surat Edaran Nomor
Tahun 2017 tentang Persyaratan PAS-373, PK, 01, 07, 01 Tahun
Kualitas Air Bersih. 2016 tentang Sanitasi dan
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 39
Volume 3, Nomor 2, Oktober 2019 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Kesehatan Lingkungan Lapas Untung, O. 2008. Menjernihkan Air


Lpka, Rutan dan Cabang Rutan. Kotor. Pustaka Pembangunan
Syahrinaldi. 2018. Hasil Wawancara Swadaya Nusantara, Jakarta.
Kepala Seksi Binadik dan Giatja Walangitan, MR; Saputele, MR; dan
Lembaga Pemasyarakatan Kelas Pangemanan, JM. 2016.
II B Pasir Pangaraian. Gambaran Kualitas Air Minum
Utami, N dan Luthfiana, N. 2016. Faktor dari Depot Air Minum Isi Ulang
– Faktor yang MemPengaruhi di Kelurahan Ranotana-Weru dan
Kejadian Diare Pada Anak. Kelurahan Karombasan Selatan
Majority, 5 (4) : 101 – 106. Menurut Parameter Mikrobiologi.
Vica, W. 2011. Analisis Faktor Risiko JKKT, 4(1): 24-39
Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Wandansari, A.P. 2014. Hubungan antara
Hygiene Terhadap Kejadian Diare Kualitas Sumber Air Minum dan
Pada Balita di Wilayah Kerja Pemanfaatan Jamban Keluarga
Puskesmas Sayung I Kabupaten dengan Kejadian Diare di Desa
Demak. Tesis. UNDIP, Semarang. Karangmangu Kecamatan Sarang
Undang-Undang. 1995. UU Nomor 12 Kabupaten Semarang. Unnes J
Tahun 1995 tentang Public Heal, 3(3) : 1-10.
Pemasyarakatan.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 40

You might also like