Professional Documents
Culture Documents
Abstract
This study aims to examine influence of product diversification and using of advanced manufacturing
technology to Activity Based Costing system adoption using the Inovation Diffusion Theory (IDT) to develop
and construct research hypothesis. The research variables are product diversification and advanced
manufacturing technology as an endogenous variable and Activity Based Costing as an exogenous variable.
Using a survey sample collected from 128 people who have positions as financial manager, controller manager,
head of accounting and production department that have worked on mid-sized manufacturing companies in East
Java. This study was done using a mail survey, computer delivered survey and pick-up surveys data collection.
The finding of the study reveal that product diversification and advanced manufacturing technology has a
positive influence on the Activity Based Costing system adoption. This is because when the company diversified
their product range or using advanced manufacturing technology, the amount of different activities is used.
Therefore, the company uses Activity Based Costing system in determining the cost of production in order to
avoid distortion of the cost. The result of this study provide the conclusion that the adoption of Activity Based
Costing system will increase if the company produce a variety of product and using advanced manufaturing
technology.
Keywords: product diversification, advanced manufacturing technology, activity based costing, inovation
diffusion theory.
Abstrak
Studi ini bertujuan untuk menguji pengaruh diversifikasi produk terhadap adopsi sistem Activity Based
Costing menggunakan teori difusi inovasi (IDT) untuk menyusun dan mengembangkan hipotesis penelitian.
Variabel penelitian ini adalah diversifikasi produk dan advanced manufacturing technology sebagai variabel
endogen dan Activity Based Costing sebagai variabel eksogen. Sampel penelitian sebanyak 128 individu yang
bekerja dan memiliki posisi sebagai manajer keuangan, manajer kontroler, kepala bagian akuntansi dan kepala
bagian produksi yang bekerja di perusahaan manufaktur skala menengah ke atas di Jawa Timur. Pengumpulan
data pada studi ini menggunakan metode mail survey, computer delivered survey dan pick up survey. Temuan
hasil studi menunjukkan bahwa diversifikasi produk dan advanced manufacturing technology mempunyai
pengaruh positif terhadap adopsi sistem Activity Based Costing. Hal ini dikarenakan saat perusahaan
melakukan diversifikasi produk atau menggunakan advanced manufacturing technology maka jumlah aktivitas
yang dikonsumsi berbeda. Oleh karena itu, perusahaan menggunakan sistem biaya berbasis aktivitas dalam
penetapan biaya produksi agar tidak terjadi distorsi biaya.Kesimpulan dari hasil studi adalah tingkat adopsi
sistem Activity Based Costing akan meningkat jika perusahaan melakukan diversifikasi produk dan
menggunakan advanced manufacturing technology.
Kata kunci: Diversifikasi produk, advanced manufacturing technology, activity based costing, teori difusi
inovasi
Costing (Estrin et al. 1994; Anderson, 1995; individu yang diwakili oleh manajer keuangan,
Abernethy et al. 2001; Schoute, 2011). Hubungan kontroler, kepala bagian akuntansi dan produksi.
antara diversifikasi produk dengan adopsi sistem Hal ini karena mereka dianggap mengetahui dan
Activity Based Costing adalah linier terkait dalam pengambilan keputusan sistem biaya
(Krumweide,1998). Artinya semakin besar jumlah dan dianggap representatif dalam memberikan
diversifikasi produk maka akan semakin tinggi informasi tentang kondisi perusahaan.
tingkat adopsi sistem Activity Based Costing. Pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui
Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis computer delivered surveys, pick-up surveys dan
penelitian ini adalah sebagai berikut: mail surveys.
H1: Diversifikasi produk berpengaruh positif Pengukuran variabel menggunakan instrumen yang
terhadap adopsi sistem Activity Based Costing telah digunakan oleh penelitian terdahulu (Schoute,
Tidak hanya diversifikasi produk yang memicu 2011) yang telah dikembangkan dan di uji.
timbulnya distorsi biaya. Kemajuan teknologi Indikator penelitian ini telah dimodifikasi dan
produksi juga menyebabkan proporsi biaya dikembangkan sesuai dengan tujuan penelitian dan
overhead pabrik lebih tinggi dari biaya bahan baku. telah diuji melalui pilot test pada mahasiswa
Penggunaan teknologi manufaktur tingkat lanjut Universitas Brawijaya yang telah menempuh mata
atau advanced manufacturing technology akan kuliah akuntansi manajemen. Variabel endogen
berdampak dalam penghitungan biaya overhead. penelitian ini adalah Activity Based Costing yang
Jumlah aktivitas yang dikeluarkan akan semakin diukur melalui sembilan indikator yaitu seberapa
beragam dan berbeda dengan saat perusahaan penting sistem Activity Based Costing digunakan
mengelola produk secara manual. Oleh karena itu, dalam penentuan product pricing, performance
sangat dibutuhkan perhitungan biaya yang akurat measurement, customer profits, expenditures
agar tidak menimbulkan distorsi biaya, sehingga products, new product design, stock valuation dan
manajemen perlu menggunakan sistem yang manfaat, kepuasan serta kesesuai penggunaan
mampu memberikan informasi dan menghitung sistem Activity Based Costing.
biaya produksi secara akurat. Dengan demikian, Variabel eksogen pada penelitian ini adalah
apa bila perusahaan menggunakan advanced diversifikasi produk dan advanced manufaturing
manufacturing technology sebaiknya menggunakan technology. Diversifikasi produk diukur
sistem Activity Based Costing yang mampu menggunakan delapan indikator yaitu perbedaan
mengidentifikasi dan menelusuri biaya berdasarkan produk dari segi ukuran, kompleksitas, batch,
aktivitas, sehingga biaya produksi dapat dihitung inovasi produk, beragam produk, keragaman
secara akurat. pelanggan, produk baru dan alokasi sumberdaya.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Advanced manufacturing technology diukur dengan
Reeve (1995) dan Anderson (1995) dalam Al- menggunakan delapan indikator yaitu sampai
Omiri dan Drury (2007), Krumwiede (1998) dan sejauh mana penggunaan Computer-aided
Schoute (2011) menyatakan bahwa penggunaan manufacturing/CAM, Robotic, Real-time process
advanced manufacturing technology mempunyai control systems, Group Technology/GT,
pengaruh terhadap adopsi sistem Activity Based Computerized numerical control machines/CNC,
Costing. Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis Automated Material Handling Systems,
penelitian ini adalah sebagai berikut: Environmental Control System dan Bar
Coding/automatic identification dalam proses
H2: Advanced manufacturing technology produksi. Seluruh indikator dalam penelitian ini
berpengaruh terhadap adopsi sistem Activity Based diukur menggunakan skala likert 5 poin dan
Costing. analisis data menggunakan Partial Least Square
METODE PENELITIAN (PLS).
diolah hanya sebanyak 74 kuesioner atau 58 persen. Sumber: Data yang diolah
Terdapat 16 kuesioner atau 12 persen yang kembali
Berdasarkan tampilan Tabel 2 diatas diketahui
namun tidak dapat digunakan karena hasil jawaban
bahwa dari 74 responden yang mengisi kuesioner
kuesioner yang tidak lengkap dan ketidakseriusan
ternyata responden yang menduduki peringkat
dalam menjawab kuesioner. Ringkasan mengenai
terbanyak berada pada posisi kepala bagian
tingkat pengembalian kuesioner dapat dilihat dalam
akuntansi dan berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 1 berikut:
Kebanyakan responden yang mengisi kuesioner
Tabel 1: Tingkat Pengembalian Kuesioner yang menduduki jabatan manajer dan kepala divisi
mempunyai tingkat pendidikan S1dan pengalaman
Keterangan Jumlah Presentase kerja para responden paling banyak berada pada
Kuesioner yang dikirim 128 100% kisaran waktu lebih dari lima tahun.
Kuesioner yang tidak Sesuai dengan penjelasan dari Tabel 2 di atas,
38 30% peneliti merasa bahwa kuesioner tersebut telah
kembali
tepat sasaran dan diisi oleh pihak-pihak yang
Kuesioner yang kembali 90 70% sangat terkait dengan proses pengambilan
Kuesioner yang tidak keputusan megenai sistem biaya yang diterapkan
16 12% dalam perusahaannya. Oleh karena itu, peneliti
dapat diolah
merasa bahwa mereka mampu untuk dijadikan
Kuesioner yang dapat 74 58% sebagai unit analisis mewakili perusahaan dalam
diolah menjawab kuesioner tentang sistem biaya.
Sumber: Data yang diolah
Evaluasi Model
Berikut Tabel 2 yang menjelaskan mengenai
demografi responden. Setelah hasil kuesioner terkumpul, maka dilakukan
analisis data melalui evaluasi model untuk menguji
Tabel 2: Demografi Responden outer dan inner model. Outer model mengevaluasi
validitas dan reliabilitas suatu konstruk
No Kriteria Keterangan Jumlah %
menggunakan parameter Average Variance
Kabag 35 47,29% Extracted (AVE), Communality, Outer Loading,
Akuntansi Cross Loading, Cronbach Alpha dan Composite
Reliability. Inner Model mengevaluasi hubungan
Kabag 23 31,08% antar konstruk menggunakan paramater R2.
Produksi
1 Jabatan Berikut Tabel 3 yang akan memberikan gambaran
Manajer 11 14,86% mengenai hasil uji outer dan inner model.
Keuangan
Tabel 3. Hasil Output Quality Criteria Overview
Manajer 5 6,76% Algoritma
Kontroler
Total 74 100%
technology akan memengaruhi adopsi ABC sebesar Hasil penelitian ini sesuai dengan teori difusi
40,32 persen. Sedangkan sisanya sebesar 59,68 inovasi yang dikembangkan oleh Roger (1983)
persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak bahwa sistem Activity Based Costing merupakan
termasuk dalam model penelitian ini. suatu strategi dan inovasi. Tujuan dari teori difusi
inovasi adalah untuk mengamati penerimaan suatu
Setelah selesai melalui tahap evaluasi model
inovasi. Jika dilihat dari konstruk yang
dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis
dikemukakan oleh Moore dan Benbasat (1991)
membandingkan antara t-statistics dengan t-table
suatu inovasi harus mempunyai kompabilitas atau
yang dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:
kesesuaian dengan nilai yang ada dan sesuai
Tabel 4: Koefisien Path dengan kebutuhan. Terkait dengan hasil penelitan,
sistem Activity Based Costing mempunyai tingkat
compability yang sejalan dengan karakteristik
perusahaan yang mengadopsinya dimana
diversifikasi produk merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi tingkat adopsi sistem Activity
Sumber: Data yang diolah Based Costing (Malmi, 1999). Perusahaan yang
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4 nilai t- melakukan diversifikasi produk mengonsumsi
statistic diversifikasi produk terhadap adopsi sistem beragam aktivitas sehingga membutuhkan sistem
Activity Based Costing adalah sebesar 6,0552 dan biaya yang tepat dalam memberikan informasi
lebih besar dari nilai t-table yaitu 1,645. Tabel 4 akurat terkait biaya produksi. Oleh karena itu, hasil
juga menunjukkan nilai koefisien path 0,4487 penelitian ini secara teoritis telah memberikan
sehingga hubungan antara diversifikasi produk dukungan terhadap teori difusi inovasi.
terhadap tingkat adopsi sistem Activity Based
Costing adalah searah, sehingga diversifikasi Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa
produk berpengaruh positif terhadap adopsi sistem penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa
Activity Based Costing dan H1 diterima. diversifikasi produk berpengaruh positif signifikan
terhadap adopsi sistem Activity Based Costing
Nilai t-statistic advanced manufacturing (Estrin et al. 1994; Krumweide, 1998; Malmi,
technology terhadap adopsi sistem Activity Based 1999; Narayan dan Sarkar, 1999; Abernethy et al.
Costing adalah sebesar 6,0552 dan lebih besar dari 2001; Roztocky, 2003 dan Schoute, 2011).
nilai t-table yaitu 1,645. Tabel 4 juga menunjukkan
nilai koefisien path 0,2811 sehingga hubungan Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
antara advanced manufacturing technology penggunaan advanced manufacturing technology
terhadap tingkat adopsi sistem Activity Based berpengaruh positif terhadap adopsi sistem Activity
Costing adalah searah, sehingga advanced Based Costing. Artinya perusahaan yang
manufacturing technology berpengaruh positif menggunakan teknologi manufaktur tingkat lanjut
terhadap adopsi sistem Activity Based Costing dan saat melakukan proses produksi akan cenderung
H2 diterima. untuk mengadopsi sistem Activity Based Costing.
Hal ini dikarenakan apabila perusahaan dalam
Pembahasan
menjalankan proses produksi menggunakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diversifikasi advanced manufacturing technology maka akan
produk berpengaruh secara positif terhadap adopsi sangat membantu proses produksi menjadi semakin
sistem Activity Based Costing. Artinya semakin cepat dan pengunaan aktivitasnya akan berbeda
besar tingkat keberagaman produk maka semakin dengan proses produksi yang dilakukan secara
tinggi kecenderungan perusahaan untuk manual. Dengan demikian, dalam penentuan biaya
mengadopsi sistem Activity Based Costing. Hal ini produksi perusahaan harus teliti dan menghitung
dikarenakan jika perusahaan memproduksi secara akurat besarnya biaya sesuai jumlah
bermacam-macam produk maka semakin beragam aktivitas yang dikeluarkan. Oleh karena itu, sistem
aktivitas yang digunakan, sehingga perusahaan Activity Based Costing dianggap mampu memenuhi
diharuskan menghitung biaya berdasarkan aktifitas. kebutuhan perusahaan untuk perhitungan biaya
Sistem Activity Based Costing mampu memberikan yang akurat, sehingga semakin tinggi tingkat
informasi biaya yang akurat, sehingga mampu penggunaan advanced manufacturing technology
menelusuri dan menghitung biaya berdasarkan maka akan semkin tinggi tingkat adopsi sistem
aktivitas. Penggunaan sistem tersebut dapat Activity Based Costing.
membantu manajer dalam menentukan keputusan
terkait biaya produksi saaat melakukan Sejalan dengan teori difusi inovasi (Roger, 1983)
diversifikasi produk. Dengan demikian, semakin yang digunakan untuk mengamati penerimaan
tinggi jumlah diversifikasi produk yang dihasilkan suatu sistem informasi berbasis teknologi, hasil
maka semakin tinggi tingkat adopsi sistem Activity penelitian ini menunjukkan adanya dukungan
Based Costing . terhadap konstruk teori inovasi difusi yang
dinyatakan oleh Moore dan Benbasat (1991).
66 Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 2 Agustus 2015 : 60 - 67
Ketujuh konstruk yang dikembangkan oleh Moore kembali namun tidak dapat digunakan karena
dan Benbasat (1991) sangat berkaitan dengan adanya ketidaklengkapan yang kemungkinan
tingkat penerimaan terhadap suatu inovasi antara disebabkan ketidakpahaman responden terhadap
lain keuntungan relatif (relative advantage), makna dari instrumen penelitian. Oleh karena itu
kemudahan penggunaan (ease of use), citra saran bagi penelitian selanjutnya adalah
(image), visibilitas (visibility), kecocokan memperluas lokasi penelitian agar jumlah objek
(compatibility), hasil peragaan (results penelitian semakin banyak dengan populasi yang
demonstrability) dan kesukarelaan penggunaan banyak, sehingga dalam pemilihan sampel dapat
(voluntarism of use). Berdasarkan ketujuh konstruk digunakan metode random sampling dan hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan sistem penelitian dapat di generalisasi. Selain itu perlu
Activity Based Costing memberikan keuntungan dilakukan pengkajian makna instrumen penelitian
bagi perusahaan yang menggunakan advanced dengan melakukan pilot test pada individu yang
manufacturing technology berupa informasi biaya mempunyai karakteristik sesuai dengan responden
dan perhitungan yang akurat. Oleh karena itu jika asli untuk memastikan kepahaman mengenai
diamati terdapat kesesuaian dan keuntungan yang makna pertanyaan dalam kuesioner. Untuk terakhir
di dapat oleh perusahaan jika mengadopsi sistem kalinya peneliti mengucapkan banyak terimakasih
Activity Based Costing. Dengan demikian hasil kepada para pihak yang telah membantu dalam
penelitian yang menyatakan adanya pengaruh proses penelitian dan penyusunan laporan
positif antara advanced manufacturing technology penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini dapat
dengan sistem Activity Based Costing memberikan berguna sebagai sumber literatur dan bermanfaat
dukungan terhadap teori difusi inovasi. bagi semua pihak yang berkepentingan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian DAFTAR PUSTAKA
terdahulu yang dilakukan oleh Reeve (1995) dan 1. Abernethy, M.A., Lillis, A.M., Brownell, P. &
Anderson (1995) dalam Al-Omiri dan Drury (2007) Carter, P. (2001) . “Product Diversity and
dan Krumwiede (1998) yang menyatakan bahwa Costing System Design Choice: Field Study
penggunaan advanced manufacturing technology Evidence”. Management Accounting Research,
memengaruhi tingkat adopsi sistem Activity Based 12(3), 261–279.
Costing. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 2. Al-Omiri, M. & Drury, C. (2007). “A Survey of
hasil penelitian ini menunjukkan adanya Factors Influencing The Choice of Product
kekonsistenan dengan penelitian terdahulu. Costing Systems in UK Organizations”.
Management Accounting Research, 18(4), 399–
KESIMPULAN DAN SARAN
424.
Secara umum kesimpulan penelitian ini adalah 3. Al-Omiri, M. (2012). The motives driving
tingkat adopsi sistem Activity Based Costing akan activity-based costing adoption: An empirical
meningkat jika perusahaan melakukan diversifikasi study of Saudi firms. The Journal of American
produk dan menggunakan teknologi manufaktur Academy of Business, 17(2), 64-77.
tingkat lanjut (advanced manufacturing 4. Anderson, S.W. (1995). “A framework for
technology) saat proses produksinya. assessing cost management system changes: the
Meningkatnya tingkat adopsi sistem tersebut case of activity based costing implementation at
dikarenakan dengan semakin tinggi keberagaman General Motors, 1986–1993”. Journal of
produk serta penggunaan advance manufacturing Management Accounting Research, 7, 1–51.
technology maka proses produksi semakin 5. Barnes, F.C. (1991). “IES Can Improve
kompleks dan semakin beragam aktifitas yang Management Decisions Using Activity-Based
dilakukan, sehingga perusahaan membutuhkan Costing”. Industrial Engineering, 44-50.
sistem biaya yang memberikan informasi akurat 6. Boyer, K.K., Ward, P.T., & Leong, K.G.
dan menghitung biaya secara tepat. Dengan (1996). Approaches to the factory of the future:
demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat adopsi an empirical taxonomy'. Journal of Operation
sistem Activity Based Costing sangat dipengaruhi Management,14(4), 297-313.
oleh tingkat diversifikasi produk dan penggunaan 7. Dicky, Y., & Martusa., R. (2011). “Penerapan
advanced manufacturing technology. Activity Based Costing (ABC) System dalam
Penghitungan Profitabilitas Produk”. Jurnal
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan
Akuntansi, 3(1), 69-89.
antara lain adalah minimnya jumlah perusahaan
8. Effendi, R. (1996). Marketing Manajemen.
yang bersedia menjadi objek penelitian sehingga
Malang : IKIP Malang.
dalam studi ini hanya terdapat 32 perusahaan
9. Estrin, T.L., Kantor, J., & Albers, D. (1994).” Is
manufaktur di Jawa Timur. Hal ini menyebkan ABC Suitable For Your Company?”.
sedikitnya jumlah populasi dan sampel. Penelitian Management Accounting, 40–45.
ini menggunakan metode convenience sampling
10. Gunawan, B. (2007). “Analisis Hubungan
sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi.
Activity-Based Costing dengan Peningkatan
Keterbatasan lainnya adalah banyak kuesioner yang
Kinerja Keuangan (Studi Empiris Di Bursa
Wachidatuz, Bambang dan Yeney: Pengaruh diversifikasi produk........ 67
Efek Jakarta)”, dalam Prosiding Simposium Firms”. Accounting, Organizations and Society,
Nasional Akuntansi X. Makassar. 26-28 Juli. 24(8), 649–672.
11. Inapty, B. A. (2010).” Pengaruh Karakteristik 19. Moore, G. C. & Benbasat, I. (1991).
Pemrosesan Perusahaan terhadap Praktek “Development of An Instrument to Measure
Akuntansi Manajemen”. GaneÇ Swara Journal, The Perceptions of Adopting An Information
4(3), 91-99. Technology Innovation”. Information Systems
12. Indraputra, T.G. (2011). “Suatu Model Research, 2(3), 173-191.
Penerapan Activity Based Costing Pada 20. Mulyadi. (2005). Akuntansi Biaya. (5th ed.).
Perhitungan Biaya Produk Bagi Perusahaan Yogyakarta: Badan Penerbit STIE YKPN.
Kecil (Studi Kasus PT. Kuta Kidz)”. Tesis, 21. Narayan, V. G. & Sarkar, R. G. (1999). The
Universitas Indonesia Jakarta. Impact Of Activity Based Costing On
13. Jonsson, P. (2000). An empirical taxonomy of Managerial Decisions At Insteel Industries- A
advanced manufacturing technology. Field Study. Boston, Harvard Business School.
International Journal of Operations & 22. Rogers, E.M. 1983. Diffusion of Innovations.
Production Management, 20(12), 1446–1474. Macmillan Publishing Co., Inc.
14. Krumwiede, K. R. (1998). “The Implementation 23. Roztocki, N. & Schultz, S.M. (2003).
Stages of Activity-Based Costing and The “Adoption and Implementation of Activity-
Impact of Contextual and Organizational Based Costing: A Web-Based Survey”. Institute
Factors”. Journal of Management Accounting of Industrial Engineers-Publisher.
Research, 10, 239–277. 24. Schoute, M. (2011). The Relationship Between
15. Kustanto, E. (2002). “Distorsi Kos Produk Product Diversity, Usage of Advanced
dalam Aplikasi Sistem ABC sebagai Akibat Manufacturing Technologies and Activity-
dari Adanya Alokasi Kuasi”. Jumal Akuntansi Based Costing Adoption. The British
dan Keuangan, 6(2), 121-135. Accounting Review, 43, 120–134.
16. Langfield-Smith, K., Thorne, H., &Hilton, 25. Sekaran, U. & Bougie. R. (2010) . Research
R.W. (1998). Management Accounting: An Method for Business. Edisi Kelima. USA: John
Australian Perspective. Hong Kong: McGraw- Wiley and Sons, Inc.
Hill. 26. Supriyono. (1999). Manajemen Biaya. (1st ed.).
17. Ling, O. S & Purnamansari, S. V. (2009). Yogyakarta: BPFE
“Analisis Adopsi Metode Biaya Overhead 27. Tjiptono, F. (2001). Strategi Pemasaran.
(BOP) pada Industri Manufaktur di Semarang”. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Jurnal Akuntansi Bisnis, 8(15), 12-31. 28. Witherite, J. & Kim, Il. (2006). “Implementing
18. Malmi, T. (1999). “Activity-Based Costing Activity-Based Costing in The Banking
Diffusion Across Organizations: An Industry”. Bank Accounting and Finance, 19(3),
Exploratory Empirical Analysis of Finnish 29−34.