You are on page 1of 8

60 Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 2 Agustus 2015 : 60 - 67

PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN ADVANCED


MANUFACTURING TECHNOLOGY TERHADAP ADOPSI SISTEM
ACTIVITY BASED COSTING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

Wachidatuz Zuhria Iliyawati


Dosen STIE Asia Malang
Bambang Subroto
Yeney Widya P

Abstract
This study aims to examine influence of product diversification and using of advanced manufacturing
technology to Activity Based Costing system adoption using the Inovation Diffusion Theory (IDT) to develop
and construct research hypothesis. The research variables are product diversification and advanced
manufacturing technology as an endogenous variable and Activity Based Costing as an exogenous variable.
Using a survey sample collected from 128 people who have positions as financial manager, controller manager,
head of accounting and production department that have worked on mid-sized manufacturing companies in East
Java. This study was done using a mail survey, computer delivered survey and pick-up surveys data collection.
The finding of the study reveal that product diversification and advanced manufacturing technology has a
positive influence on the Activity Based Costing system adoption. This is because when the company diversified
their product range or using advanced manufacturing technology, the amount of different activities is used.
Therefore, the company uses Activity Based Costing system in determining the cost of production in order to
avoid distortion of the cost. The result of this study provide the conclusion that the adoption of Activity Based
Costing system will increase if the company produce a variety of product and using advanced manufaturing
technology.
Keywords: product diversification, advanced manufacturing technology, activity based costing, inovation
diffusion theory.
Abstrak
Studi ini bertujuan untuk menguji pengaruh diversifikasi produk terhadap adopsi sistem Activity Based
Costing menggunakan teori difusi inovasi (IDT) untuk menyusun dan mengembangkan hipotesis penelitian.
Variabel penelitian ini adalah diversifikasi produk dan advanced manufacturing technology sebagai variabel
endogen dan Activity Based Costing sebagai variabel eksogen. Sampel penelitian sebanyak 128 individu yang
bekerja dan memiliki posisi sebagai manajer keuangan, manajer kontroler, kepala bagian akuntansi dan kepala
bagian produksi yang bekerja di perusahaan manufaktur skala menengah ke atas di Jawa Timur. Pengumpulan
data pada studi ini menggunakan metode mail survey, computer delivered survey dan pick up survey. Temuan
hasil studi menunjukkan bahwa diversifikasi produk dan advanced manufacturing technology mempunyai
pengaruh positif terhadap adopsi sistem Activity Based Costing. Hal ini dikarenakan saat perusahaan
melakukan diversifikasi produk atau menggunakan advanced manufacturing technology maka jumlah aktivitas
yang dikonsumsi berbeda. Oleh karena itu, perusahaan menggunakan sistem biaya berbasis aktivitas dalam
penetapan biaya produksi agar tidak terjadi distorsi biaya.Kesimpulan dari hasil studi adalah tingkat adopsi
sistem Activity Based Costing akan meningkat jika perusahaan melakukan diversifikasi produk dan
menggunakan advanced manufacturing technology.
Kata kunci: Diversifikasi produk, advanced manufacturing technology, activity based costing, teori difusi
inovasi

PENDAHULUAN Activity Based Costing memberikan perhatian


khusus pada berbagai aktivitas yang menimbulkan
Activity Based Costing System telah menjadi pusat
biaya dalam proses produksi barang atau jasa
perhatian dan pertimbangan bagi manajer untuk
(Langfield-Smith, Thorne dan Hilton, 1998).
mengatasi masalah terkait pembebanan biaya
Activity Based Costing dirancang dengan tujuan
overhead terhadap produk atau jasa. Sistem
menyediakan informasi biaya yang akurat bagi
akuntansi tradisional dianggap tidak mampu
manajer berdasarkan aktivitas dengan
memberikan informasi yang akurat tentang biaya
menggunakan cost driver untuk menentukan biaya
sehingga memengaruhi keputusan penentuan biaya
aktivitas ke produk dan jasa. Cooper dan Kaplan
produk atau jasa (Kaplan, 1990). Activity Based
(1992); Swenson (1995) dalam Al-Omiri (2012)
Costing System dianggap sebagai suatu sistem yang
menyatakan bahwa informasi biaya yang akurat
menghasilkan informasi yang akurat dan terpercaya
akan sangat dibutuhkan saat penentuan keputusan
sehingga membantu manajer dalam proses
strategis dalam melakukan mix product, sumber
pengambilan keputusan strategis.
daya, harga produk dan evaluasi proses kinerja
Wachidatuz, Bambang dan Yeney: Pengaruh diversifikasi produk........ 61

bisnis. Sistem Activity Based Costing dianggap TINJAUAN PUSTAKA


mampu memberikan informasi tersebut, sehingga
Konsep Sistem Activity Based Costing
akan memberikan manfaat bagi manajer dalam
penetapan harga produk dan pengambilan Pengertian sistem Activity Based Costing menurut
keputusan untuk memenuhi tujuan strategis Mulyadi (2001) adalah sistem yang menentukan
perusahaan (Witherite dan Kim, 2006). Oleh biaya produk melalui biaya dari sumber daya dan
karena itu, jika diterapkan di dalam perusahaan aktivitas yang dilakukan. Secara ringkas sistem
maka dapat meningkatkan kemampuan perusahaan Activity Based Costing dapat diartikan sebagai
dalam menghasilkan produk dengan keunggulan suatu inovasi sistem informasi akuntansi dalam
kompetitif. bidang akuntansi manajemen yang mempunyai
fungsi untuk menentukan biaya berdasarkan
Apabila diimplementasikan secara tepat, sistem
aktivitas yang dikeluarkan dan membebankan biaya
Activity Based Costing dapat dijadikan sebagai alat
tersebut terhadap harga produk.
manajemen yang efektif guna mencapai tujuan
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Sistem Activity Based Costing memfokuskan biaya
Namun, faktanya hanya sedikit perusahaan di dunia yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas
yang mengadopsi sistem Activity Based Costing. Di untuk memproduksi, mendistribusikan atau
Indonesia perusahaan yang mengadopsi jumlahnya menunjang produk yang bersangkutan. Tujuan dari
masih sangat sedikit. (Mulyadi, 2003). Hanya sistem ini adalah untuk memberikan informasi
perusahaan yang berskala besar yang menggunakan biaya yang akurat dan tepat berdasarkan sumber
sistem Activity Based Costing (Indraputra, 2011). daya dan aktivitas yang digunakan untuk
Masih banyak perusahaan yang menggunakan menghasilkan produk kepada manajemen yang
sistem biaya tradisional untuk menghitung biaya membantu dalam menentukan keputusan penetapan
produksi (Dicky dan Martusa, 2011). Hal yang harga produk.
menyebabkan rendahnya tingkat informasi
akuntansi yang mempunyai fungsi untuk Diversifikasi Produk
menentukan biaya berdasarkan aktivitas yang Effendi (1996:109) mengartikan diversifikasi
dikeluarkan dan membebankan biaya tersebut produk sebagai suatu strategi yang dilakukan oleh
terhadap harga produk. Adopsi sistem Activity perusahaan dengan melakukan pengembangan
Based Costing di Indonesia dikarenakan produk melalui penambahan jenis produk dengan
ketidakyakinan perusahaan akan manfaat yang tipe, model dan ukuran yang beragam dengan
diperoleh setelah mengadopsi sistem Activity Based harapan meningkatkan laba secara maksimal.
Costing (Kustanto, 2001). Terkait dengan teori Diversifikasi dapat juga diartikan sebagai perluasan
difusi inovasi atau IDT yang dikembangkan oleh dan barang dan jasa melalui penganekaragaman
Roger, (1983), tujuan organisasi mengadopsi suatu atau menambah atau memperbaiki produk dengan
sistem adalah untuk memperoleh manfaat baik tujuan memperluas pangsa pasar sehingga
langsung maupun tidak langsung (Gunawan, 2007). keuntungan yang diperoleh perusahaan meningkat.
Namun kenyataannya manfaat yang diperoleh
hanya sebatas model teoritis dan bukti yang Menurut Tjiptono (2001:132) tujuan dilakukannya
diperoleh melalui studi kasus (Barnes et al. 1991). diversifikasi produk secara garis besar antara lain
Oleh karena itu, mereka menganggap sistem biaya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan jika pasar
tradisional masih relevan dibanding sistem Activity atau produk yang ada telah mencapai tahap dewasa
Based Costing dikarenakan sistem Activity Based dalam siklus hidup produknya, menjaga stabilitas
Costing belum mampu memberikan manfaat sesuai melalui penyebaran resiko fluktuasi laba sehingga
harapan manajer (Ling dan Purnamasari, 2009). mampu meningkatkan kredibilitas di pasar modal.

Rumusan Masalah Penelitian Motif yang mendasari perusahaan melakukan


diversifikasi produk adalah karena adanya
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah penuruan penjualan dimana perusahaan
apakah diversifikasi produk dan advanced mengharapkan kenaikan laba serta karena
manufacturing technology berpengaruh positif muculnya teknologi baru yang disertai perubahan
terhadap adopsi sistem Activity Based Costing pada kebiasaan konsumen dan permintaan pasar. Oleh
perusahaan manufaktur di Jawa Timur. karena itu, faktor tersebut menimbulkan keinginan
bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya
Tujuan Penelitian
dengan memanfaatkan bahan menjadi produk baru
Bedasarkan rumusan masalah diatas tujuan dengan nilai jual yang tinggi sehinga mampu
penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah memanfaatkan kesempatan dalam pasar untuk
diversifikasi produk dan advanced manufacturing menarik pembeli.
technology berpengaruh positif terhadap adopsi
sistem Activity Based Costing pada perusahaan
manufaktur.
62 Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 2 Agustus 2015 : 60 - 67

Advanced Manufacturing Technology karakteristik suatu sistem tersebut dan melalui


beberapa langkah yang harus ditempuh sebelum
Advanced manufacturing technology atau yang
memutuskan untuk mengadopsi.
biasa kita kenal dengan teknologi manufaktur
tingkat lanjut adalah berbagai teknologi yang Berdasarkan pada konsep dan penjelasan yang telah
menggunakan komputer untuk mengontrol, dipaparkan diatas mengenai sistem Activity Based
memantau dan mengendalikan proses produksi baik Costing, diversifikasi produk dan advanced
secara langsung maupun tidak langsung (Boyer, manufacturing technology, berikut adalah gambar
Ward dan Leong, 1996). Advanced manufacturing kerangka konseptual penelitian:
technology adalah proses teknologi yang otomatis
Gambar 1. Kerangka Konseptual
dikendalikan oleh komputer sehingga dapat
meningkakan fleksibilitas biaya dan proses Innovation Diffusion Theory
produksi (Jonsson, 2000).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami
bahwa advanced manufacturing technology
merupakan teknologi berbasis komputer yang
sangat membantu dalam proses produksi. Jonsson Diversifikasi
(2000) menyebutkan beberapa contoh dari Produk
teknologi manufaktur tingkat lanjut yang banyak
digunakan oleh perusahaan antara lain adalah Activity Based
Computer-aided manufacturing/CAM, Computer- Costing
aided process planning/CAPP, Robotic, Real-time
process control systems, Group Technology/GT, Advanced
Computerized numerical control machines/CNC, Manufacturing
Automated Material Handling Systems,
Technology
Environmental Control System, Bar
Coding/automatic identification, Flexible
manufacturing systems/FMS dan Electronic data HIPOTESIS PENELITIAN
interchange/EDI.
Sesuai dengan pemaparan mengenai IDT yang
Innovation Diffusion Theory dikembangkan oleh Roger (1983), sebelum
Moore dan Benbasat (1991) menyatakan bahwa memutuskan untuk menggunakan suatu inovasi
Innovation Diffusion Theory/IDT atau yang kita perlu dipahami terlebih dahulu tentang karakteristik
kenal sebagai teori difusi inovasi diadaptasi dari dan faktor yang berpengaruh terhadap inovasi
keragaman inovasi yang digunakan untuk tersebut. Ada beberapa faktor yang mempunyai
mengamati penerimaan suatu sistem informasi pengaruh penting terhadap adopsi sistem Activity
berbasis teknologi. Konstruk yang digunakan oleh Based Costing antara lain, ukuran perusahaan,
Moore dan Benbasat (1991) dalam model IDT ada diversifikasi produk, rasio biaya tidak langsung
tujuh yaitu: keuntungan relatif (relative advantage), terhadap biaya langsung (Malmi, 1999).
kemudahan penggunaan (ease of use), citra Berdasarkan beberapa faktor tersebut, dapat
(image), visibilitas (visibility), Kecocokan diamati bahwa perusahaan yang memproduksi
(compatibility), hasil peragaan (results beragam produk seharusnya mengadopsi sistem
demonstrability), kesukarelaan penggunaan Activity Based Costing. Hal ini karena semakin
(voluntarism of use). beragam jenis barang yang diproduksi maka
semakin beragam aktivitas dan sumber daya yang
Proses adaptasi suatu inovasi juga melewati dikonsumsi.
beberapa tahap seperti yang dinyatakan oleh Roger
(1983) antara lain tahap pengetahuan (knowledge), Diversifikasi produk memicu potensi adanya
tahap persuasi (persuation stage), tahap keputusan distorsi biaya yang tinggi apabila perusahaan
(decision stage), tahap implementasi mengonsumsi sumber daya dan aktivitas dalam
(implementation stage), tahap konfirmasi proporsi yang berbeda (Al-Omiri dan Drury, 2007.)
(confirmation stage) dan tahap discontinuance. Melalui perhitungan biaya berdasarkan aktivitas,
maka penghitungan sumber daya yang digunakan
Apabila dipahami mendalam tentang adopsi sistem dengan produk yang dihasilkan akan lebih akurat
Activity Based Costing pada perusahaan, maka (Ling dan Purnamasari, 2009). Oleh karena itu,
prosesnya juga akan mengalami beberapa tahapan perusahaan yang melakukan diversifikasi produk
seperti yang dipaparkan oleh Roger di atas. Hal ini seharusnya menggunakan sistem Activity Based
tentunya menjadi bahan pertimbangan yang penting Costing dalam perhitungan biaya produksi. Hasil
bahwa sebelum memutuskan untuk mengadopsi penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat
suatu sistem biaya maka perusahaan harus pengaruh yang kuat antara diversifikasi produk
memahami betul dan mengidentifikasi mengenai terhadap tingkat adopsi sistem Activity Based
Wachidatuz, Bambang dan Yeney: Pengaruh diversifikasi produk........ 63

Costing (Estrin et al. 1994; Anderson, 1995; individu yang diwakili oleh manajer keuangan,
Abernethy et al. 2001; Schoute, 2011). Hubungan kontroler, kepala bagian akuntansi dan produksi.
antara diversifikasi produk dengan adopsi sistem Hal ini karena mereka dianggap mengetahui dan
Activity Based Costing adalah linier terkait dalam pengambilan keputusan sistem biaya
(Krumweide,1998). Artinya semakin besar jumlah dan dianggap representatif dalam memberikan
diversifikasi produk maka akan semakin tinggi informasi tentang kondisi perusahaan.
tingkat adopsi sistem Activity Based Costing. Pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui
Berdasarkan penjelasan tersebut, hipotesis computer delivered surveys, pick-up surveys dan
penelitian ini adalah sebagai berikut: mail surveys.
H1: Diversifikasi produk berpengaruh positif Pengukuran variabel menggunakan instrumen yang
terhadap adopsi sistem Activity Based Costing telah digunakan oleh penelitian terdahulu (Schoute,
Tidak hanya diversifikasi produk yang memicu 2011) yang telah dikembangkan dan di uji.
timbulnya distorsi biaya. Kemajuan teknologi Indikator penelitian ini telah dimodifikasi dan
produksi juga menyebabkan proporsi biaya dikembangkan sesuai dengan tujuan penelitian dan
overhead pabrik lebih tinggi dari biaya bahan baku. telah diuji melalui pilot test pada mahasiswa
Penggunaan teknologi manufaktur tingkat lanjut Universitas Brawijaya yang telah menempuh mata
atau advanced manufacturing technology akan kuliah akuntansi manajemen. Variabel endogen
berdampak dalam penghitungan biaya overhead. penelitian ini adalah Activity Based Costing yang
Jumlah aktivitas yang dikeluarkan akan semakin diukur melalui sembilan indikator yaitu seberapa
beragam dan berbeda dengan saat perusahaan penting sistem Activity Based Costing digunakan
mengelola produk secara manual. Oleh karena itu, dalam penentuan product pricing, performance
sangat dibutuhkan perhitungan biaya yang akurat measurement, customer profits, expenditures
agar tidak menimbulkan distorsi biaya, sehingga products, new product design, stock valuation dan
manajemen perlu menggunakan sistem yang manfaat, kepuasan serta kesesuai penggunaan
mampu memberikan informasi dan menghitung sistem Activity Based Costing.
biaya produksi secara akurat. Dengan demikian, Variabel eksogen pada penelitian ini adalah
apa bila perusahaan menggunakan advanced diversifikasi produk dan advanced manufaturing
manufacturing technology sebaiknya menggunakan technology. Diversifikasi produk diukur
sistem Activity Based Costing yang mampu menggunakan delapan indikator yaitu perbedaan
mengidentifikasi dan menelusuri biaya berdasarkan produk dari segi ukuran, kompleksitas, batch,
aktivitas, sehingga biaya produksi dapat dihitung inovasi produk, beragam produk, keragaman
secara akurat. pelanggan, produk baru dan alokasi sumberdaya.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Advanced manufacturing technology diukur dengan
Reeve (1995) dan Anderson (1995) dalam Al- menggunakan delapan indikator yaitu sampai
Omiri dan Drury (2007), Krumwiede (1998) dan sejauh mana penggunaan Computer-aided
Schoute (2011) menyatakan bahwa penggunaan manufacturing/CAM, Robotic, Real-time process
advanced manufacturing technology mempunyai control systems, Group Technology/GT,
pengaruh terhadap adopsi sistem Activity Based Computerized numerical control machines/CNC,
Costing. Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis Automated Material Handling Systems,
penelitian ini adalah sebagai berikut: Environmental Control System dan Bar
Coding/automatic identification dalam proses
H2: Advanced manufacturing technology produksi. Seluruh indikator dalam penelitian ini
berpengaruh terhadap adopsi sistem Activity Based diukur menggunakan skala likert 5 poin dan
Costing. analisis data menggunakan Partial Least Square
METODE PENELITIAN (PLS).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


menggunakan data primer. Populasi penelitian Pada bagian ini menjelaskan mengenai statistik
adalah manajer keuangan, manajer kontroler, deskriptif dari penyebaran dan tingkat
kepala bagian akuntansi dan kepala bagian pengembalian kuesioner dan hasil analisis data
produksi yang bekerja pada perusahaan manufaktur penelitian. Sebelum kuesioner disebar peneliti
di Jawa Timur yang melakukan diversifikasi melakukan pre dan pilot tes untuk menguji
produk dan sudah mengadopsi sistem Activity validitas dan reliabilitas instrumen. Setelah itu
Based Costing. Metode pengambilan sampel peneliti menyebar 128 kuesioner kepada 128
menggunakan teknik convenience sampling yaitu responden. Berdasarkan data pada Tabel 1 dari
mengumpulkan responden yang bersedia mengisi 128 kuesioner yang disebar, kuesioner yang
kuesioner. Sample size penelitian ini sejumlah 128 kembali adalah sebanyak 90 kuesioner atau 70
sampel dari 32 perusahaan yang diwakili oleh persen dan yang tidak kembali adalah sebesar 38
empat orang individu. Unit analisisnya adalah kuesioner atau 30 persen. Kuesioner yang dapat
64 Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 2 Agustus 2015 : 60 - 67

diolah hanya sebanyak 74 kuesioner atau 58 persen. Sumber: Data yang diolah
Terdapat 16 kuesioner atau 12 persen yang kembali
Berdasarkan tampilan Tabel 2 diatas diketahui
namun tidak dapat digunakan karena hasil jawaban
bahwa dari 74 responden yang mengisi kuesioner
kuesioner yang tidak lengkap dan ketidakseriusan
ternyata responden yang menduduki peringkat
dalam menjawab kuesioner. Ringkasan mengenai
terbanyak berada pada posisi kepala bagian
tingkat pengembalian kuesioner dapat dilihat dalam
akuntansi dan berjenis kelamin laki-laki.
Tabel 1 berikut:
Kebanyakan responden yang mengisi kuesioner
Tabel 1: Tingkat Pengembalian Kuesioner yang menduduki jabatan manajer dan kepala divisi
mempunyai tingkat pendidikan S1dan pengalaman
Keterangan Jumlah Presentase kerja para responden paling banyak berada pada
Kuesioner yang dikirim 128 100% kisaran waktu lebih dari lima tahun.
Kuesioner yang tidak Sesuai dengan penjelasan dari Tabel 2 di atas,
38 30% peneliti merasa bahwa kuesioner tersebut telah
kembali
tepat sasaran dan diisi oleh pihak-pihak yang
Kuesioner yang kembali 90 70% sangat terkait dengan proses pengambilan
Kuesioner yang tidak keputusan megenai sistem biaya yang diterapkan
16 12% dalam perusahaannya. Oleh karena itu, peneliti
dapat diolah
merasa bahwa mereka mampu untuk dijadikan
Kuesioner yang dapat 74 58% sebagai unit analisis mewakili perusahaan dalam
diolah menjawab kuesioner tentang sistem biaya.
Sumber: Data yang diolah
Evaluasi Model
Berikut Tabel 2 yang menjelaskan mengenai
demografi responden. Setelah hasil kuesioner terkumpul, maka dilakukan
analisis data melalui evaluasi model untuk menguji
Tabel 2: Demografi Responden outer dan inner model. Outer model mengevaluasi
validitas dan reliabilitas suatu konstruk
No Kriteria Keterangan Jumlah %
menggunakan parameter Average Variance
Kabag 35 47,29% Extracted (AVE), Communality, Outer Loading,
Akuntansi Cross Loading, Cronbach Alpha dan Composite
Reliability. Inner Model mengevaluasi hubungan
Kabag 23 31,08% antar konstruk menggunakan paramater R2.
Produksi
1 Jabatan Berikut Tabel 3 yang akan memberikan gambaran
Manajer 11 14,86% mengenai hasil uji outer dan inner model.
Keuangan
Tabel 3. Hasil Output Quality Criteria Overview
Manajer 5 6,76% Algoritma
Kontroler
Total 74 100%

Jenis Laki-Laki 58 78,38%


2
Kelamin Perempuan 16 21,62%
Total 74 100%
Diploma - - Sumber: Data yang diolah
Pendidikan S1 57 77,03% Berdasarkan hasil uji pada Tabel 3 di atas dapat
3
Terakhir S2 16 21,62% dilihat bahwa masing-masing indikator dalam
konstruk telah memenuhi persyaratan. Nilai
S3 1 1,35% loading sudah berada dikisaran 0,50 – 0,70 dengan
Total 74 100% nilai AVE dan Communality >0,50, sehingga uji
validitas sudah terpenuhi. Tabel 3 juga
<5 tahun 33 44,60% menunjukkan nilai Cronbach Alpha dan Composite
Reliability sudah >0,60 sehingga uji reliabilitas
Lama 6-10 tahun 23 31,08%
4 terpenuhi dan indikator penelitian sudah bisa
Bekerja 11-15 tahun 23 24,32% digunakan untuk pengujian selanjutnya. Inner
model pada penelitian ini dievaluasi dengan R2
>15 tahun 18 - pada Tabel 3. Nilai R2 adalah 0,4032 yang
Total 74 100% menunjukkan bahwa perubahan diversifikasi
produk dan penggunaan advanced manufacturing
Wachidatuz, Bambang dan Yeney: Pengaruh diversifikasi produk........ 65

technology akan memengaruhi adopsi ABC sebesar Hasil penelitian ini sesuai dengan teori difusi
40,32 persen. Sedangkan sisanya sebesar 59,68 inovasi yang dikembangkan oleh Roger (1983)
persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak bahwa sistem Activity Based Costing merupakan
termasuk dalam model penelitian ini. suatu strategi dan inovasi. Tujuan dari teori difusi
inovasi adalah untuk mengamati penerimaan suatu
Setelah selesai melalui tahap evaluasi model
inovasi. Jika dilihat dari konstruk yang
dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis
dikemukakan oleh Moore dan Benbasat (1991)
membandingkan antara t-statistics dengan t-table
suatu inovasi harus mempunyai kompabilitas atau
yang dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:
kesesuaian dengan nilai yang ada dan sesuai
Tabel 4: Koefisien Path dengan kebutuhan. Terkait dengan hasil penelitan,
sistem Activity Based Costing mempunyai tingkat
compability yang sejalan dengan karakteristik
perusahaan yang mengadopsinya dimana
diversifikasi produk merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi tingkat adopsi sistem Activity
Sumber: Data yang diolah Based Costing (Malmi, 1999). Perusahaan yang
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4 nilai t- melakukan diversifikasi produk mengonsumsi
statistic diversifikasi produk terhadap adopsi sistem beragam aktivitas sehingga membutuhkan sistem
Activity Based Costing adalah sebesar 6,0552 dan biaya yang tepat dalam memberikan informasi
lebih besar dari nilai t-table yaitu 1,645. Tabel 4 akurat terkait biaya produksi. Oleh karena itu, hasil
juga menunjukkan nilai koefisien path 0,4487 penelitian ini secara teoritis telah memberikan
sehingga hubungan antara diversifikasi produk dukungan terhadap teori difusi inovasi.
terhadap tingkat adopsi sistem Activity Based
Costing adalah searah, sehingga diversifikasi Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa
produk berpengaruh positif terhadap adopsi sistem penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa
Activity Based Costing dan H1 diterima. diversifikasi produk berpengaruh positif signifikan
terhadap adopsi sistem Activity Based Costing
Nilai t-statistic advanced manufacturing (Estrin et al. 1994; Krumweide, 1998; Malmi,
technology terhadap adopsi sistem Activity Based 1999; Narayan dan Sarkar, 1999; Abernethy et al.
Costing adalah sebesar 6,0552 dan lebih besar dari 2001; Roztocky, 2003 dan Schoute, 2011).
nilai t-table yaitu 1,645. Tabel 4 juga menunjukkan
nilai koefisien path 0,2811 sehingga hubungan Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
antara advanced manufacturing technology penggunaan advanced manufacturing technology
terhadap tingkat adopsi sistem Activity Based berpengaruh positif terhadap adopsi sistem Activity
Costing adalah searah, sehingga advanced Based Costing. Artinya perusahaan yang
manufacturing technology berpengaruh positif menggunakan teknologi manufaktur tingkat lanjut
terhadap adopsi sistem Activity Based Costing dan saat melakukan proses produksi akan cenderung
H2 diterima. untuk mengadopsi sistem Activity Based Costing.
Hal ini dikarenakan apabila perusahaan dalam
Pembahasan
menjalankan proses produksi menggunakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diversifikasi advanced manufacturing technology maka akan
produk berpengaruh secara positif terhadap adopsi sangat membantu proses produksi menjadi semakin
sistem Activity Based Costing. Artinya semakin cepat dan pengunaan aktivitasnya akan berbeda
besar tingkat keberagaman produk maka semakin dengan proses produksi yang dilakukan secara
tinggi kecenderungan perusahaan untuk manual. Dengan demikian, dalam penentuan biaya
mengadopsi sistem Activity Based Costing. Hal ini produksi perusahaan harus teliti dan menghitung
dikarenakan jika perusahaan memproduksi secara akurat besarnya biaya sesuai jumlah
bermacam-macam produk maka semakin beragam aktivitas yang dikeluarkan. Oleh karena itu, sistem
aktivitas yang digunakan, sehingga perusahaan Activity Based Costing dianggap mampu memenuhi
diharuskan menghitung biaya berdasarkan aktifitas. kebutuhan perusahaan untuk perhitungan biaya
Sistem Activity Based Costing mampu memberikan yang akurat, sehingga semakin tinggi tingkat
informasi biaya yang akurat, sehingga mampu penggunaan advanced manufacturing technology
menelusuri dan menghitung biaya berdasarkan maka akan semkin tinggi tingkat adopsi sistem
aktivitas. Penggunaan sistem tersebut dapat Activity Based Costing.
membantu manajer dalam menentukan keputusan
terkait biaya produksi saaat melakukan Sejalan dengan teori difusi inovasi (Roger, 1983)
diversifikasi produk. Dengan demikian, semakin yang digunakan untuk mengamati penerimaan
tinggi jumlah diversifikasi produk yang dihasilkan suatu sistem informasi berbasis teknologi, hasil
maka semakin tinggi tingkat adopsi sistem Activity penelitian ini menunjukkan adanya dukungan
Based Costing . terhadap konstruk teori inovasi difusi yang
dinyatakan oleh Moore dan Benbasat (1991).
66 Jurnal JIBEKA Volume 9 Nomor 2 Agustus 2015 : 60 - 67

Ketujuh konstruk yang dikembangkan oleh Moore kembali namun tidak dapat digunakan karena
dan Benbasat (1991) sangat berkaitan dengan adanya ketidaklengkapan yang kemungkinan
tingkat penerimaan terhadap suatu inovasi antara disebabkan ketidakpahaman responden terhadap
lain keuntungan relatif (relative advantage), makna dari instrumen penelitian. Oleh karena itu
kemudahan penggunaan (ease of use), citra saran bagi penelitian selanjutnya adalah
(image), visibilitas (visibility), kecocokan memperluas lokasi penelitian agar jumlah objek
(compatibility), hasil peragaan (results penelitian semakin banyak dengan populasi yang
demonstrability) dan kesukarelaan penggunaan banyak, sehingga dalam pemilihan sampel dapat
(voluntarism of use). Berdasarkan ketujuh konstruk digunakan metode random sampling dan hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan sistem penelitian dapat di generalisasi. Selain itu perlu
Activity Based Costing memberikan keuntungan dilakukan pengkajian makna instrumen penelitian
bagi perusahaan yang menggunakan advanced dengan melakukan pilot test pada individu yang
manufacturing technology berupa informasi biaya mempunyai karakteristik sesuai dengan responden
dan perhitungan yang akurat. Oleh karena itu jika asli untuk memastikan kepahaman mengenai
diamati terdapat kesesuaian dan keuntungan yang makna pertanyaan dalam kuesioner. Untuk terakhir
di dapat oleh perusahaan jika mengadopsi sistem kalinya peneliti mengucapkan banyak terimakasih
Activity Based Costing. Dengan demikian hasil kepada para pihak yang telah membantu dalam
penelitian yang menyatakan adanya pengaruh proses penelitian dan penyusunan laporan
positif antara advanced manufacturing technology penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini dapat
dengan sistem Activity Based Costing memberikan berguna sebagai sumber literatur dan bermanfaat
dukungan terhadap teori difusi inovasi. bagi semua pihak yang berkepentingan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian DAFTAR PUSTAKA
terdahulu yang dilakukan oleh Reeve (1995) dan 1. Abernethy, M.A., Lillis, A.M., Brownell, P. &
Anderson (1995) dalam Al-Omiri dan Drury (2007) Carter, P. (2001) . “Product Diversity and
dan Krumwiede (1998) yang menyatakan bahwa Costing System Design Choice: Field Study
penggunaan advanced manufacturing technology Evidence”. Management Accounting Research,
memengaruhi tingkat adopsi sistem Activity Based 12(3), 261–279.
Costing. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 2. Al-Omiri, M. & Drury, C. (2007). “A Survey of
hasil penelitian ini menunjukkan adanya Factors Influencing The Choice of Product
kekonsistenan dengan penelitian terdahulu. Costing Systems in UK Organizations”.
Management Accounting Research, 18(4), 399–
KESIMPULAN DAN SARAN
424.
Secara umum kesimpulan penelitian ini adalah 3. Al-Omiri, M. (2012). The motives driving
tingkat adopsi sistem Activity Based Costing akan activity-based costing adoption: An empirical
meningkat jika perusahaan melakukan diversifikasi study of Saudi firms. The Journal of American
produk dan menggunakan teknologi manufaktur Academy of Business, 17(2), 64-77.
tingkat lanjut (advanced manufacturing 4. Anderson, S.W. (1995). “A framework for
technology) saat proses produksinya. assessing cost management system changes: the
Meningkatnya tingkat adopsi sistem tersebut case of activity based costing implementation at
dikarenakan dengan semakin tinggi keberagaman General Motors, 1986–1993”. Journal of
produk serta penggunaan advance manufacturing Management Accounting Research, 7, 1–51.
technology maka proses produksi semakin 5. Barnes, F.C. (1991). “IES Can Improve
kompleks dan semakin beragam aktifitas yang Management Decisions Using Activity-Based
dilakukan, sehingga perusahaan membutuhkan Costing”. Industrial Engineering, 44-50.
sistem biaya yang memberikan informasi akurat 6. Boyer, K.K., Ward, P.T., & Leong, K.G.
dan menghitung biaya secara tepat. Dengan (1996). Approaches to the factory of the future:
demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat adopsi an empirical taxonomy'. Journal of Operation
sistem Activity Based Costing sangat dipengaruhi Management,14(4), 297-313.
oleh tingkat diversifikasi produk dan penggunaan 7. Dicky, Y., & Martusa., R. (2011). “Penerapan
advanced manufacturing technology. Activity Based Costing (ABC) System dalam
Penghitungan Profitabilitas Produk”. Jurnal
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan
Akuntansi, 3(1), 69-89.
antara lain adalah minimnya jumlah perusahaan
8. Effendi, R. (1996). Marketing Manajemen.
yang bersedia menjadi objek penelitian sehingga
Malang : IKIP Malang.
dalam studi ini hanya terdapat 32 perusahaan
9. Estrin, T.L., Kantor, J., & Albers, D. (1994).” Is
manufaktur di Jawa Timur. Hal ini menyebkan ABC Suitable For Your Company?”.
sedikitnya jumlah populasi dan sampel. Penelitian Management Accounting, 40–45.
ini menggunakan metode convenience sampling
10. Gunawan, B. (2007). “Analisis Hubungan
sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi.
Activity-Based Costing dengan Peningkatan
Keterbatasan lainnya adalah banyak kuesioner yang
Kinerja Keuangan (Studi Empiris Di Bursa
Wachidatuz, Bambang dan Yeney: Pengaruh diversifikasi produk........ 67

Efek Jakarta)”, dalam Prosiding Simposium Firms”. Accounting, Organizations and Society,
Nasional Akuntansi X. Makassar. 26-28 Juli. 24(8), 649–672.
11. Inapty, B. A. (2010).” Pengaruh Karakteristik 19. Moore, G. C. & Benbasat, I. (1991).
Pemrosesan Perusahaan terhadap Praktek “Development of An Instrument to Measure
Akuntansi Manajemen”. GaneÇ Swara Journal, The Perceptions of Adopting An Information
4(3), 91-99. Technology Innovation”. Information Systems
12. Indraputra, T.G. (2011). “Suatu Model Research, 2(3), 173-191.
Penerapan Activity Based Costing Pada 20. Mulyadi. (2005). Akuntansi Biaya. (5th ed.).
Perhitungan Biaya Produk Bagi Perusahaan Yogyakarta: Badan Penerbit STIE YKPN.
Kecil (Studi Kasus PT. Kuta Kidz)”. Tesis, 21. Narayan, V. G. & Sarkar, R. G. (1999). The
Universitas Indonesia Jakarta. Impact Of Activity Based Costing On
13. Jonsson, P. (2000). An empirical taxonomy of Managerial Decisions At Insteel Industries- A
advanced manufacturing technology. Field Study. Boston, Harvard Business School.
International Journal of Operations & 22. Rogers, E.M. 1983. Diffusion of Innovations.
Production Management, 20(12), 1446–1474. Macmillan Publishing Co., Inc.
14. Krumwiede, K. R. (1998). “The Implementation 23. Roztocki, N. & Schultz, S.M. (2003).
Stages of Activity-Based Costing and The “Adoption and Implementation of Activity-
Impact of Contextual and Organizational Based Costing: A Web-Based Survey”. Institute
Factors”. Journal of Management Accounting of Industrial Engineers-Publisher.
Research, 10, 239–277. 24. Schoute, M. (2011). The Relationship Between
15. Kustanto, E. (2002). “Distorsi Kos Produk Product Diversity, Usage of Advanced
dalam Aplikasi Sistem ABC sebagai Akibat Manufacturing Technologies and Activity-
dari Adanya Alokasi Kuasi”. Jumal Akuntansi Based Costing Adoption. The British
dan Keuangan, 6(2), 121-135. Accounting Review, 43, 120–134.
16. Langfield-Smith, K., Thorne, H., &Hilton, 25. Sekaran, U. & Bougie. R. (2010) . Research
R.W. (1998). Management Accounting: An Method for Business. Edisi Kelima. USA: John
Australian Perspective. Hong Kong: McGraw- Wiley and Sons, Inc.
Hill. 26. Supriyono. (1999). Manajemen Biaya. (1st ed.).
17. Ling, O. S & Purnamansari, S. V. (2009). Yogyakarta: BPFE
“Analisis Adopsi Metode Biaya Overhead 27. Tjiptono, F. (2001). Strategi Pemasaran.
(BOP) pada Industri Manufaktur di Semarang”. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Jurnal Akuntansi Bisnis, 8(15), 12-31. 28. Witherite, J. & Kim, Il. (2006). “Implementing
18. Malmi, T. (1999). “Activity-Based Costing Activity-Based Costing in The Banking
Diffusion Across Organizations: An Industry”. Bank Accounting and Finance, 19(3),
Exploratory Empirical Analysis of Finnish 29−34.

You might also like