You are on page 1of 28

PENGGUNAAN PLANT CATALYST 2006

UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKSI TEBU DAN GULA
(LAPORAN PENELITIAN)

Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc.

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2003
EXECUTIVE SUMMARY

Indonesian demand sugar continuously increasing, while domestic sugar production


low because low sugarcane productivity. The development sugarcane Indonesia has been
directed to utilize upland regions although their soil fertility considered low. Thus,
fertilization one the most effective ways to increase sugarcane productivity. Although Plant
Catalyst 2006 has been introduced farmers, the use Plant Catalyst 2006 for sugarcane
plantation is not common yet, because it is required scientific information about the use Plant
Catalyst 2006 for sugarcane. In fact, this kind information not available yet. Therefore, the
experiment designed to evaluate the effectiveness Plant Catalyst 2006 to increase sugar cane
production was carried out in Experimental Station of Gunung Madu Plantation Lampung,
begun in July 2002 to June 2003.

The experiment was set up in Randomized Complete Block Design with three
replications. Two treatments consisting of basic fertilizer dosage and Plant Catalyst
application were implemented. Two rates of basic fertilizers included 100% and 70% of basic
fertilizer dosage (D1-300 kg Urea, 250 kg TSP and 300 kg KCl/ha, and D2-210 kg Urea, 175
kg TSP and 210 kg KCl/ha). Four different treatments of Plant Catalyst 2006 consisted of
PO(0% of Plant Catalyst/Control), P1(Plant Catalyst the concentration of 0.25% and applied
once in two weeks, P2(Plant Catalyst with the concentration of 0.5% and applied once in two
weeks, and P3(Plant Catalyst with the concentration of 0.5% and applied four

The result of the experiment indicated that the application of Plant the concentration
of 0.5% and applied once in two weeks significantly increased sugarcane yield and sugar
production, while different dosages of basic fertilizers did not show significant effect on
sugarcane production. The increase of sigarcane yield and super production by the
application of 0.5 % Pant Catalyst once in two werks was about 21.3% and 33.3%,
respectively. Thus, the application of Plant 0.3% Plant Cataly could increase the income of
Rp 6450000/ha sugarcane plantation if the siger price was 3000/kg. From the standpoint of
agronomy and economy, the application of Plant Catalyst 2006 is effective and promising
means of promoting wae yield and super production
PENGGUNAAN PLANT CATALYST 2006

UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI TEBU DAN GULA

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan gula Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah


penduduk. Saat ini kebutuhan gula Indonesia sekitar 3,3 juta ton per tahun. Tetapi produksi
gula di dalam negeri relatif rendah, sehingga Indonesia masih mengimpor gula dalam jumlah
besar, yaitu sekitar 1,5 juta ton per tahun (Karama, 2002). Oleh karena itu, tanaman tebu
sebagai tanaman utama penghasil gula dan sudah lama dikenal petani di Indonesia merupakan
komoditas strategis dalam upaya peningkatan produksi gula nasional.

Walaupun petani di Indonesia telah lama mengenal dan membudidayakan tebu,


produksi tebu per satuan luas masih rendah. Hal ini terkait dengan penerapan teknik budidaya
yang belum optimal. Faktor lain seperti kesuburan tanah juga berpengaruh langsung terhadap
tingkat produktivitas tanaman tebu.

Terjadinya alih fungsi lahan pertanian untuk usaha nonpertanian dan kompetisi
kebutuhan lahan untuk tanaman pangan, pengembangan tebu telah diarahkan ke wilayah
lahan kering. Sebagian besar wilayah lahan kering didominasi oleh tanah podzolik merah
kuning (PMK). Walaupun secara luasan wilayah lahan kering sangat potensial, salah satu
kendala utama dari lahan kering adalah tingkat kesuburan tanah yang rendah. Oleh karena itu
pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan tanaman tebu harus diikuti dengan
peningkatan kesuburan tanah agar optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
tebu.

Tanaman tebu merupakan tanaman setahun yang memerlukan kebutuhan unsur hara
makro dan mikro secara berkesinambungan. Dengan demikian, kekurangan salah satu jenis
unsur hara yang dibutuhkan tanaman tebu akan berpengaruh langsung terhadap produksi tebu.
Untuk menjaga ketersediaan unsur hara dalam tanah dapat dilakukan melalui pemupukan
secara berimbang dan berkesinambungan. Pemupukan N, P dan K secara terus menerus tanpa
diikuti dengan pemberian unsur mikro tidak dapat menjamin tingkat produktivitas tebu yang
tinggi secara berkesinambungan (Suhadi dkk., 1990).

Proses penyimpanan sukrosa dalam batang tebu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
unsur hara dalam media tumbuh tanaman. Secara khusus, unsur kalium (K) mempunyai
peranan penting dalam translokasi sukrosa. Sedangkan kualitas gula dalam batang tebu sangat
dipengaruhi oleh fraksi glukosa dan secara langsung juga dipengaruhi oleh kondisi fisiologis
tanaman. Perubahan kandungan sukrosa dan glukosa biasanya tergantung pula pada umur
tanaman (Muljana, 2001).

Plant Catalyst 2006 sebagai produk unggulan CNI telah dikenal dan digunakan para
petani baik untuk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Namun demikian,
penggunaan Plant Catalyst 2006 untuk komoditas perkebunan seperti tebu masih sangat
terbatas. Padahal peluang dan potensi pemanfaatan Plant Catalyst 2006 untuk tanaman tebu
besar sekali. Secara luasan, perkebunan tebu di Indonesia relatif besar, yaitu sekitar 350 000
hektar, dan akan terus bertambah seiring dengan peningkatan kebutuhan akan gula. Untuk
saat ini, Lampung memasok 37 % kebutuhan gula nasional dengan luasan areal tebu sekitar
100 000 hektar.

Namun demikian pengusahaan tebu ini sebagian besar dilakukan secara corporate
(industri), sehingga pihak perkebunan tebu untuk memanfaatkan Plant Catalyst 2006
memerlukan tahapan-tahapan. Seperti diketahui, penggunaan salah satu jenis saprodi tertentu
(pupuk atau bibit) selalu didahului dengan tahap pengujian oleh Research and Plantation
Department dari suatu perkebunan tebu. Singkatnya, data ilmiah hasil penelitian Plant
Catalyst 2006 sangat dibutuhkan sekali untuk membantu pemasaran Plant Catalyst 2006 pada
pihak-pihak perkebunan tebu yang sangat potensial. Tetapi, data ilmiah tentang penggunaan
Plant Catalyst 2006 untuk tanaman tebu belum ada. Oleh karena itu, penelitian penggunaan
Plant Catalyst 2006 untuk tanaman tebu sangat perlu sekali dan memiliki kontribusi besar
pada pengembangan Plant Catalyst untuk komoditas tebu.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan Plant Catalyst 2006


untuk meningkatkan produksi tebu dan gula.

1.3. Manfaat Penelitian

1. Menyediakan data ilmiah tentang penggunaan Plant Catalyst 2006 untuk tanaman tebu

2. Membantu Mitra CNI dalam sosialisasi dan pemasaran Plant Catalyst 2006 pada daerah-
daerah perkebunan tebu yang dikelola secara eksklusif

3. Meningkatkan jaringan pemasaran Plant Catalyst 2006 pada segmen pasar yang berbeda.
II. BAHAN DAN METODE

2.1. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan PT. Gunung Madu Plantations (GMP


Lampung Tengah, yang dimulai pada bulan Juli 2002 sampai Juni 2003.

2.2. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi: bibit tebu varietas Irvin 93-
552 umur 7 bulan, Urea, TSP dan MOP, lysol, dan Plant Catalyst 2006 serta pestisida.

Peralatan yang dipakai dalam penelitian adalah traktor(harrow, bajak, ridger, boom
sprayer), sprinkler, knapsack sprayer, oven, SPAD 502, counter, schalliper, grub loader
(pengangkut),cangkul, golok, penggaris, gunting, timbangan, ember, gelas ukur, hydrobrix,
polarimeter, pipet dan alat tulis.

2.3. Metode Penelitian

Perlakuan disusun secara faktorial dalam strip plot pada rancangan acak kelompok
dengan tiga ulangan. Petak utama adalah dosis NPK yang terdiri dari 2 taraf, yaitu D1(100%
dosis GMP)-300 kg/ha Urea, 250 kg/ha TSP dan 300 kg/ha KC1, dan 02 (70% dosis GMP-
210 kg/ha Urea, 140 kg/ha TSP dan 210 kg/ha KCI Sedangkan,anak petak adalah perlakuan
Plant Catalyst 2006 yang terdiri dari: PO-tanpa Plant Catalyst 2006, P1-Plant Catalyst 2006
dengan konsentrasi 0,25% yang diaplikasikan 2 minggu sekali, P2-Plant Catalyst 2006
dengan konsentrasi 0,5% yang diaplikasikan 2 minggu sekali, dan P3-Plant Catalyst 2006
dengan konsentrasi 0,5% yang diaplikasikan 4 minggu sekali.

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan (petak utama dan anak petak), data diolah
dengan analisis ragam. Sedangkan perbedaan nilai tengah antarperlakuan ditentukan dengan
Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata 5% Homogenitas ragam dan aditivitas data diuji
masing-masing dengan uji Bartlet dan uji Tukey.

2.4. Pelaksanaan Penelitian

Penyiapan lahan

Pengolahan tanah meliputi penggaruan dan pembajakan dengan menggunakan traktor.


Pertama, tanah bekas pertanaman digaru dengan menggunakan traktor medium (harrowing I)
searah dengan alur tanaman sebelumnya. Kemudian, pengolahan tanah dilanjutkan dengan
pembajakan I dan Il dengan arah bajakan memotong arah garuan Setelah itu, penggaruan II
dilakukan dengan memotong arah bajakan dan dilanjutkan dengan pembuatan alur tanam
(kairan) dengan menggunakan ridger. Kemudian, plot-plot (petak) percobaan dibentuk secara
manual. Setiap petak percobaan berukuran 10m x 6m dan terdiri atas 5 kairan dengan jarak
1,5 m. Petak percobaan ang dengan. lainnya berjarak 3 m. Total petak percobaan berjumlah
24 plot.

Penanaman

Bahan tanaman yang digunakan adalah stek bibit tebu varietas Irvin 93-552 dengan 3
mata tunas. Batabg tebu yang akan digunakan sebagai bibit dipotong dengan golok yang
sebelumnya dicelupkan dalam larutan lysol 20%. Bibit ditanam secara larikan dengan cara
meletakkan bibit pada dasar kairan. Kemudian, bibit ditimbun dengan tanah dari sebelah kiri
dan kanan kairan dengan menggunakan cangkul. Dua hari kemudian dilakukan pengairan
dengan sistem irigasi curah.

2.5. Penerapan

Pemupukan NPK

Perlakuan dosis pupuk NPK yang terdiri dari dua taraf, yaitu D1 (100% dosis GMP)
dan D2 (70% dosis GMP) diberikan dalam dua tahap. Pemberian pertama (pupuk dasar)
dilakukan pada saat tanam dengan takaran 2/3 dosis dan sisanya (1/3 dosis) diberikan sebagai
pupuk susulan yang dilakukan saat tanaman berumur 2,5 bulan. Pemupukan dasar dilakukan
secara manual dengan cara larikan pada dasar kairan. Sedangkan, pemupukan susulan
dilakukan dengan menggunakan fertilizer applicator.

Aplikasi Plant Catalyst 2006

Plant Catalyst 2006 diaplikasikan melalui daun (foliar spray) dengan menggunakan
knapsack sprayer pada saat pagi hari. Konsentrasi Plant Catalyst 2006 yang aplikasikan
sesuai dengan perlakuan, yaitu: PO-tanpa Plant Catalyst 2006 (kontrol), P1-Plant Catalyst
2006 dengan konsentrasi 0,25% dan diaplikasikan 2 minggu sekali, P2=Plant Catalyst 2006
dengan konsentrasi 0,5% dan diaplikasikan 2 minggu sekali, dan P3-Plant Catalyst 2006
dengan konsentrasi 0,5% dan diaplikasikan 4 minggu sekali. Aplikasi Plant Catalyst 2006
dimulai saat tanaman tebu berumur 4 minggu sampai tanaman berumur 4 bulan.
2.6. Pemeliharaan

Pengendalian gulma dilakukan secara kimiawi dan manual. Pengendalian gulma pra
tumbuh (Pre Emergence) dilakukan pada saat 5 hari setelah tanam dengan menggunakan
herbisida Sencor dan Carmex sebanyak 1 kg per 400 liter air untuk lahan 1 hektar. Herbisida
diaplikasikan dengan memakai boom sprayer. Sedangkan pengendalian gulma purna tumbuh
(Post Emergence) dilakukan pada saat tanaman tebu berumur 3 bulan dengan menggunakan
herbisida camupran antara Gesapax 500 FW sebanyak 2,25 liter, 2,4 D sebanyak 1,5 liter dan
Gramoxon sebanyak 0,7 liter dan diaplikasikan memakai knapsack sprayer. Pengendalian
gulma secara manual dilakukan pada saat tanaman berumur 6 dan 20 minggu, yaitu dengan
mencabutí gulma gulma berdaun lebar di sela-sela alur tanaman. Untuk menghindari tanaman
dari cekaman air, penyiraman dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan sistem irigasi curah
(sprinkler irrigation).

2.7. Pemanenan dan pengangkutan

Pemanenan tanaman tebu dilakukan pada saat tanaman tebu berumur 11-12 bulan dan
dilakukan secara manual. Batang tanaman tebu ditebang tepat di atas permukaan tanah
dengan menggunakan golok. Selanjunya, pucuk batang tebu dipangkas pada ketinggian yang
tepat sehingga batang yang mengandung gula tidak ikut terbuang. Hasil tebangan
dikumpulkan dan kemudian ditimbang. Selanjutnya batang batang tebu yang telah diikat
diangkut ke pabrik dengan bantuan grabloader.

2.8. Pengamatan

1. Tinggi Batang Tanaman

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan meteran pada 10 tanaman contoh untuk


satu unit petak percobaan dan dipilih secara acak sebelumnya. Pengukuran dilakukan dari
pangkal batang sampai daun pertama yang telah terbuka.

2. Jumlah Tunas (tanaman)

Pengamatan jumlah tanaman dilakukan dengan cara menghitung jumlah tanaman


yang terdapat pada baris ke 2, 3 dan 4 pada setiap petak percobaan. Pengamatan dimulai
sejak tanaman berumur 4 minggu sampai 5 bulan.
3. Diameter batang

Pengukuran diameter batang pada saat tanbaman tebu berumur 5 bulan. Pengamatan
dilakukan pada batang primer 10 tanaman contoh dalam setiap plot. Pengukuran dilakukan
pada ruas ke ke-3 dari pangkal batang dengan menggunakan alat Schalliper

4. Jumlah daun

Penghitungan jumlah daun dilakukan setiap 2 minggu sekali yang dimulai setelah
tanaman tebu berumur 4 minggu sampai 5 bulan. Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman
sampel yang diambil secara acak pada baris ke-3 dalah setiap plot. Kriteria daun yang
dihitung adalah daun tersebut telah terbuka dan masih berwarna hijau.

5. Kehijauan Daun

Pengamatan kehijauan daun dilakukan pada minggu ke-6, 12 dan 18 dengan


menggunakan alat SPAD-502. Setiap daun diukur pada 5 titik dari daun ketiga dari atas, dan
kemudian dirata-rata.

6. Berat Kering Akar

Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 6 bulan pada satu tanaman sampel
per plot. Pengambilan akar dilakukan dengan cara menggali keliling tanaman sampel dengan
diametr 1,5 m dan kedalaman 1,2 m. Kemudian bongkahan tanah yang menempel
dibersihkan dengan menyemprotkan air pada bagian perakaran tanaman secara hati-hati.
Selanjutnya akar tanaman dipisahkan dari batang tebu dan dikeringkan dalam oven dengan
suhu 75°C selama 48 jam. Bobot kering akar diukur dengan menggunakan timbangan.

7. Panjang batang produktif

Batang produktif merupkan batang yang telah mencapai panjang lebih dari 1 meter
dan termasuk kelompok batang tebu yang akan digiling (penghasil gula). Pengukuran panjang
batang dilakukan dengan menggunakan meteran.

8. Jumlah ruas batang produktif

Ruas batang yang dihitung adalah ruas yang terdapat pada pada setiap batang
produktif tanaman contoh. Penghitungan dilakukan pada saat panen.
9. Jumlah batang produktif

Penghitungan dilakukan pada batang tanaman tebu yang terdapat pada baris ke-3,4
dan 5 pada setiap plot akan dipanen dengan menggunakan counter.

10. Produksi tebu per petak

Hasil tebu per petak dilakukan pada saat panen, yaitu dengan cara menimbang seluruh
batang produktif yang dipanen dari baris ke 3, 4 dan 5 dengan menggunkan timabangan
gantung.

11. Bobot Nira

Pengukuran bobot nira dilakukan dengan cara menggiling batang tebu tanaman
contoh dengan menggunakan mesin pemerah. Kemudian cairan hasil perahan ditimbang
dengan menggunakan timbangan duduk. Bobot nira dibagi dengan bobot tebu yang digiling
dikalikan 100% akan menghasilkan persentase kandungan nira tebu.

12. Rendemen

Nilai rendemen dihitung dengan formula sebagai berikut:

Rendemen (%)-(1,4 Pol-0,4 Brix) x faktor rendemen (0,5)

13. Produksi Gula (kg/ton)

Produksi gula per hektar merupakan hasil perkalian antara produksi tebu per hektar
(kg/ton) dan nilai rendemen.
III. HASIL PENELITIAN

3.1. Pertumbuhan Tebu pada Fase Vegetatif Awal

Pertumbuhan vegetatif awal tanaman tebu mempunyai kontribusi besar pada proses
pembentukan gula yang diakumulasikan di dalam batang tanaman tebu. Oleh karena itu,
variabel pertumbuhan vegetatif awal menjadi fokus pengamatan dalam penelitian ini. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar variabel pertumbuhan vegetatif awal berespon
positif terhadap aplikasi Plant Catalyst 2006.

3.1.1. Tinggi Tanaman

Aplikasi Plant Catalyst 2006 berpengaruh nyata pada tinggi tanaman tebu, tetapi tidak
tergantung pada dosis pemupukan NPK (Tabel 1). Pemberian Plant Catalyst 2006 dengan
konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu sekali meningkatkan tinggi tanaman sebesar 19,3%
dibandingkan dengan kontrol (tanpa Plant Catalyst 2006). Sedangkan pemberian Plant
Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,25% setiap 2 minggu sekali hanya meningkatkan tinggi
tanaman tebu sebesar 16,5%. Apalagi aplikasi Plant Catalyst 2006 setiap 4 minggu sekali
tampaknya masih belum efektif. Sedangkan, perbedaan dosis pupuk NPK tidak memberikan
perbedaan nyata pada tinggi tanaman (Tabel 1).

3.1.2. Jumlah Tunas

Secara umum pengaruh aplikasi Plant Catalyst 2006 terhadap jumlah tunas tanaman
tebu juga tidak tergantung dosis pupuk NPK. Aplikasi Plant Catalyst 2006 dengan
konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu sekali menghasilkan jumlah tunas terbesar dibandingkan
dengan perlakuan Plant Catalyst yang lainnya (Tabel 1). Pemberian Plant Catalyst 2006
dengan konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu sekali. meningkatkan jumlah tunas tanaman tebu
sebesar 8,2% dari kontrol. Berdasarkan hasil analisis korelasí sederhana yang disajikan pada
Tabel 3, jumlah tunas mempunyai korelasi sangat positif dengan jumlah batang produktif (r-
0,96) dan hasil tebu saat panen (r-0,93). Dengan demikian, stimulasi pertumbuhan tunas pada
fase vegetatif awal berkontribusi besar pada peningkatan produksi tebu.

Pada Gambar 1 dan 2, pertumbuhan jumlah tunas tanaman tebu dengan pemberian
Plant Catalyst 2006 0,5% tampak lebih baik dibandingkan dengan perlakuan Plant Catalyst
yang lain (khususnya kontrol). Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi Plant Catalyst 2006
dengan konsentrasi 0,5% mampu menstimulir pertumbuhan vegetatif awal tanaman tebu dan
berperan besar pada peningkatan produksi tebu.
3.1.3. Jumlah Daun

Respon jumlah daun terhadap aplikasi Plant Catalyst 2006 juga serupa dengan tinggi
tanaman dan jumlah tunas. Pemberian Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,5% setiap 2
minggu sekali menghasilkan jumlah daun tanaman yang paling banyak dibandingkan dengan
perlakuan Plant Catalyst yang lain (Tabel 1). Pemberian Plant 2006 dengan konsentrasi 0,5%
setiap 2 minggu sekali meningkatkan jumlah daun 40,8% dari kontrol (tanpa Plant Catalyst).
Daun mempunyai peranan yang sangat besar dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
tanaman tebu, khususnya sebagai penghasil karbohidrat yang selanjutnya disimpan dalam
batang tebu. Hasil analisis korelasi (Tabel 3) menunjukkan bahwa jumlah daun mempunyai
korelasi positif dengan hasil tebu (0,98).

3.1.4. Kehijauan Daun

Aplikasi Plant Catalyst 2006 tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kehijauan daun
tanaman tebu pada fase vegetatif awal, walaupun pemberian Plant Catalyst 2006 dengan
konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu sekali cenderung memiliki tingkat kehijauan daun yang
relatif tinggi. Tampaknya jumlah dan luasan daun relatif lebih besar peranannya pada
peningkatan produksi tebu melalui apalikasi Plant Catalyst 2006. Peningkatan jumlah daun
akan meningkatkan luasan daun per satuan luas areal, sehingga mampu meningkatkan
penyerapan jumlah radiasi yang mengenai areal pertanaman tebu. Gadner et al. (1985)
melaporkan bahwa peningkatan luasan daun per stuan luas. lahan berkorelasi positif dengan
jumlah radiasi yang dapat diintersepsi tanaman yang selanjutnya menjadi gaya pendorong
dalam reaksi fotosintesis. Dengan demikian, sumber energi untuk proses fotosintesis dan
kapasitas untuk menghasilkan karbohidrat sebagai bahan pertumbuhan dan produksi tanaman
bertambah besar.

3.1.5. Diameter Batang

Pemberian Plant Catalyst 2006 dapat meningkatkan diameter batang primer sekitar
5.7-11.5% dari kontrol. Peningkatan diameter batang tertinggi dicapai pada pemberian Plant
Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu sekali (Tabel 1). Hasil analisis
korelasi (Tabel 3) menunjukkan bahwa diameter batang mempunyai korelasi yang sangat erat
dengan bobot nira yang dihasilkan (r=0.95). Sedangkan, persen nira yang dihasilkan tanaman
tebu sangat menentukan jumlah gula yang dapat dihasilkan tanaman. Seperti diketahui bahwa,
penyimpanan gula pada tanaman tebu terdapat pada batang tanaman.
3.1.6. Berat Kering Akar

Seperti pada variabel pertumbuhan vegetatif sebelumnya, penggunaan Plant Catalyst


2006 juga dapat meningkatkan bobot kering akar tanaman sekitar 36.6-101.1% dari kontrol
(Tabel 1). Peningkatan terbesar tetap terjadi pada pemberian Plant Catalyst dengan
konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu sekali.. pertumbuhan akar Stimulasi Plant Catalyst pada
sangat membantu tanaman dalam proses penyerapan unsur hara dari media tumbuh (tanah).
Tisdale et al. (1985) menyatakan bahwa pertumbuhan akar yang baik dapat memperlancar
proses penyerapan unsur hara melalui akar. Secara praktis, kondisi demikian dapat
meningkatkan efisiensi penyerapan unsur hara NPK ang diberikan sebagai pupuk dasar dan
sekaligus dapat menopang pertumbuhan tajuk tanaman seperti daun dan batang, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan hasil tanaman tebu. Dalam penelitian ini berat kering akar
mempunyai korelasi yang cukup besar dengan hasil tebu (r-0,93) seperti yang disajikan pada
Tabel 3.

3.2. Fase Pemasakan Tanaman Tebu (Panen)

Penampilan tanaman tebu pada saat panen merupakan perwujudan dari interaksi
tanaman dengan lingkungannya selama periode pertumbuhannya. Hasil saat panen sangat
menentukan produk akhir dari tanaman tebu berupa gula. Pengaruh aplikasi Plant Catalyst
2006 terhadap komponen-komponen hasil tanaman tebu saat panen adalah sebagai berikut:

3.2.1. Panjang Batang Produktif

Aplikasi Plant Ostalyal 2006 secara umum tidak menunjukkan pengaruh avata pada
panjang batang produktif. Tetapi pemberian Plant Catalvar 2006 dengan konsentrasi 0,5%
actiap 2 minggu sekali cenderung meningkatkan panjang batang produktif (Tabel 2). Hasil
analisis korelasi menunjukkan bahwa korelasi panjang batang produktif dengan hasil tebu
dan produksi guta masih cukup besar (Tabel 3).

3.3.3. Jumlah Ruas por Batang

Jumlah ruas juga tidak memberikan respon positif yang nyata pada pemberian Plant
Catalyst 2006 walaupun ada kecenderungan peningkatan akibat pemberian Plant Catalyst
2006 (Tabel 2), Kemiripan data jumlah batang produktif dan jumlah ruas yang diamati pada
sant panen menunjukkan bahwa aplikasi Plant Catalyst 2006 lebih menstimulir pertumbuhan
tanaman tebu pada fase awal seperti yang disajikan pada Tabel 1.
3.2.3. Jumlah Batang Produktif

Penggunaan Plant Catalyst 2006 meningkatkan jumlah batang produktif sekitar 7,2-
19,7% dari kontrol. Peningkatan jumlah batang produktif yang paling besar terjadi pada
pemberian Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu sekali. Hal ini
sejalan dengan data sebelumnya tentang jumlah tunas (Tabel 1). Hasil analisis korelasi
menunjukkan bahwa jumlah tunas berkorelasi besar dengan jumlah batang produktif saat
panen (Tabel 3). Konsistensi jumlah tunas dan jumlah batang produktif saat panen juga
menunjukkan bahwa pemberian Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,5% setiap 2
minggu sekali mampu menjaga kesinambungan pertumbuhan tunas tebu sampai masa panen.

3.2.4. Hasil Tebu

Pemberian Plant Catalyst 2006 secara nyata meningkatkan produksi tebu per satuan
luas (Tabel 2 dan Gambar 2). Peningkatan hasil tebu terbesar terjadi pada pemberian Plant
Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu sekali, yaitu sebesar 21,3 %.
Peningkatan hasil tebu ini sangat berkaitan dengan peningkatan jumlah batang produktif.
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa kedua variabel ini mempunyai korelasi positif yang besar
(r-0,96). Hasil tebu per satuan luas menentukan langsung produksi gula per satuan luas,
sehingga peningkatan hasil tebu juga akan meningkatkan produksi gula. Secara agronomi,
aplikasi Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu sekali merupakan
sarana yang efektif untuk meningkatkan produktivitas tanaman tebu..

3.2.5. Kandungan Nira dan rendemen

Variabel mutu seperti kandungan nira dan rendemen mengalami peningkatan karena
pemberian Plant Catalyst 2006, walaupun relative kecil dan tidak nyata (Tabel 2). Kandung
nira megalami peningkatan sekitar 6,0-14,1%, sementara rendemen meningkat sekitar 2,3-
10,1%. Peningkatan terbesar juga terjadi pada pemberian Plant Catalyst 2006 dengan
konsentrasi 0,5 % setiap 2 minggu sekali. Faktor rendemen merupakan sesuatu yang dinamis
dan banyak dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk tindakan pasca panen dan proses
penggilingan. Walaupun rendemen menentukan secara langsung produksi gula tanaman tebu,
peningkatan produksi tebu per satuan luas akan menghasilkan produksi gula tanpa diikuti
dengan peningkatan rendemen dan sebaliknya. Oleh karena itu, upaya peningkatan gula per
satuan luas lahan dapat dicapai melalui peningkatan produksi tebu dan atau peningkatan
rendemen. Korelasi rendemen dan produksi gula menunjukkan nilai yang relatif besar (r-0,95)
seperti yang tercantum. pada Tabel 3.
3.2.6. Produksi Gula

Aplikasi Plant Catalyst 2006 dapat meningkatkan produksi gula sekitar 14,7-33,5%
dari kontrol (Gambar 3). Peningkatan produksi gula tertinggi terjadi pada aplikasi Plant
Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu sekali yaitu sebesar 33,5%. Pola
peningkatan produksi gula mirip dengan pola peningkatan produksi tebu (Gambar 2).
Tampaknya, peningkatan produksi gula akibat pemberian Plant Catalyst 2006 disebabkan
oleh peningkatan hasil (produksi) tebu. Berdasarkan analisis korelasi (Tabel 3), hasil tebu per
satuan luas mempunyai korelasi sangat positif dengan produksi gula (r-0,97).

Berdasarkan hasil yang disajikan pada Tabel 1,2 dan 3 dan uraian di atas, peningkatan
produksi gula sebagai akibat pemberian Plant Catalyst 2006 terjadi karena adanya stimulasi
pertumbuhan vegetatif awal seperti jumlah tunas, jumlah daun, diameter batang dan bobot
akar (Tabel 1), yang akhirnya meningkatkan jumlah batang produktif dan hasil tebu per
satuan luas saat panen (Tabel 2). Hasil analisis korelasi antarvariabel menunjukkan bahwa
jumlah daun dan tunas mempunyai korelasi yang sangat erat dengan jumlah batang produktif,
hasil tebu dan produksi gula (Tabel 3). Menurut Kuntohartono (2000), pertumbuhan vegetatif
tebu yang berlebih berpengaruh langsung terhadap penurunan proses pemasakan dan hasil
gula. Tetapi, pemberian Plant Catalyst 2006 mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif
dan kualitas pemasakan yang ditunjukkan dengan peningkatan hasil gula. Artinya, pemberian
Plant Catalyst 2006 tidak menimbulkan domnasi fase vegetatif tebu terhadap fase pemasakan,
sehingga produk dari fase vegetatif berupa karbohidrat dapat ditranslokasikan dan disimpan
dalam batang tebu. Secara intrinsik, penyimpanan gula dalam batang tebu akan terjadi jika
produksi karbohidrat melebihi konsumsinya (Moore dan Maretzki, 1996). Oleh karena itu,
peningkatan pertumbuhan vegetatif yang diikuti dengan peningkatan produksi karbohidrat
akan menghasilkan peningkatan produksi gula.

Secara agoromi, peningkatan hasil tebu dan gula (Gambar 2 dan 3) merefleksikan
bahwa pemberian Plant Catalyst 2006 dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Mengel dan
Kirby (1987) menyatakan bahwa, peningkatan hasil tanaman akibat pemberian suatu jenis
pupuk menjadi ukuran peningkatan efisiensi pemupukan. Sementara itu, perbedaan
pemupukan dasar (D1 dan D2) tidak menunjukkan perbedaan nyata pada produksi tebu dan
gula (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa, penurunan dosis pupuk dasar sampai 30% tidak
memperlihatkan penurunan hasil tebu yang nyata. Apalagi jika diikuti dengan pemberian
Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu sekali hasil tebu masih tetap
meningkat. Menurut Mengel dan Kirby (1987), pemberian pupuk yang tidak diikuti dengan
respon positif dari suatu pertumbuhan tanaman dapat disebabkan oleh kondisi tanaman yang
berada pada tingkat kecukupan unsur hara yang diberikan. Berdasarkan kandungan unsur
haranya, aplikasi Plant Catalyst 2006 dapat memenuhi kebutuhan unsur hara yang tidak dapat
dipenuhi oleh pemberian pupuk dasar NPK.
Secara fisiologi, tanaman tebu merupakan kelompok tanaman C-4 yang memiliki pola
lintasan fiksasi CO₂ berbeda dengan kelompok tanaman C-3. Pada tanaman C-4, fiksasi CO,
dalam proses fotosintesis dikatalisis oleh enzim Phosphoenolpiruvat Carboksilase (Salisbury
and Ross, 1992), yang akan menghasilkan senyawa organik berkarbon 4 dan selanjutnya
menjadi cikal bakal senyawa karbohidrat yang akan disimpan dalam tanaman tebu. Secara
khusus, Brownell dalam Salisbury and Ross (1992) melaporkan bahwa natrium sangat
dibutuhkan oleh kelompok tanaman C-4 dan berperan pada pengangkutan CO₂ ke sel
seludang berkas dimana CO, disintesis menjadi karbohidrat. Dengan demikian, keberadaan
natrium dapat membantu proses sintesis karbohidrat melalui peningkatan suplai CO₂.
Karbohidrat yang telah disintesis akan menjadi sumber energi bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tebu (Bidwell, 1979).

Berdasarkan kandungan unsur hara pada Plant Catalyst 2006, natrium (NaCl)
merupakan unsur yang paling dominan. Tanpa mengabaikan fungsi penting dari unsur-unsur
mikro lain (Cu, Zn, Mn, Mo dan Fe) yang terkandung dalam Plant Catalyst 2006, tampaknya
stimulasi pertumbuhan tanaman tebu dengan pemberian Plant Catalyst 2006 juga berkaitan
dengan peran penting natrium bagi tanaman C-4. Tisdale et al. (1985) melaporkan bahwa
natrium juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan air dalam tanaman dan
kelompok tanaman C-4 membutuhkan Na sebagai unsur hara esensial.

3.3. Nilai Tambah Ekonomi

Seperti diuraikan sebelumnya, pemberian Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi


0,5% setiap 2 minggu sekali mampu meningkatkan produksi tebu dan gula. Keunggulan
secara agronomi ini memberikan implikasi yang sangat positif pada peningkatan pendapatan
dalam budidaya tebu dengan Plant Catalyst 2006. Secara sederhana nilai tambah ekonomi
dari hasil penggunaan Plant Catalyst 2006 dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4. Analisis pendapatan budidaya tanaman tebu dengan penggunaan Plant Catalyst 2006

Aplikasi Plant Catalyst 2006 Produksi Gula Pendapatan Peningkatan


(kg/ha) (Rp)* Pendapatan (Rp)

PO=Tanpa Plant Catalyst 6423,8 19271400 ----

P1-Plant Catalyst 0,25% setiap 2 7592,1 22776300 3504900


minggu sekali

P2-Plant Catalyst 0,5% setiap 2 minggu 8576,4 25729200 6457800


sekali

P3-Plant Catalyst 0,5% setiap 4 minggu 7367,2 22101600 2830200


sekali

*) Dihitung pada tingkat harga gula Rp 3000,-/kg

Berdasarkan Tabel 4, pemberian Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,5% setiap
2 minggu sekali meningkatkan pendapatan terbesar dibandingkan dengan perlakuan Plant
Catalyst yang lain, yaitu sebesar Rp 6457800,-/ha pertanaman tebu. Sedangkan jumlah Plant
Catalyst 2006 yang diperlukan untuk luasan lahan 1 hektar sekitar 4-5 bungkus(6-7,5 kg),
yang diaplikasikan sejak tanaman berumur 1 bulan sampai 4 bulan. Dengan demikian, secara
ekonomi penggunaan Plant Catalyst 2006 untuk budidaya tanaman tebu masih sangat
menguntungkan.
IV. KESIMPULAN

1. Penggunaan Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,5 % setiap 2 minggu sekali dapat
meningkatkan pertumbuhan vegetatif awal tanaman tebu seperti jumlah tunas, jumlah
daun, diameter batang dan berat kering akar.

2. Aplikasi Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu sekali dapat
meningkatkan produksi tebu sebesar 21,3% atau sekitar 22,6 ton/ha.

3. Aplikasi Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu sekali dapat
meningkatkan produksi gula sebesar 33,5 % atau sekitar 2,15 ton/ha.

4. Penggunaan Plant Catalyst 2006 dengan konsentrasi 0,5% setiap 2 minggu dapat
meningkatkan pendapatan sebesar R 6 450 000,-/ha, jika harga gula Rp 3000,-/kg.
DAFTAR PUSTAKA

Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell, 1985. Physiology of Crop Plants, lowa State
Univ. Press., Ames, USA.

Karama, S. 2002. Akselerasi peningkatan produksi gula dan kesejahteraan petani tebu.
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional PERAGI, Bandar Lampung, 30 September
2002.

Kuntohartono, T. 2000. Indonesia. XXV(2):11-14. Stadium kemasakan tebu. Majalah Gula


Mengel, K. and E.A. Kirby. 1987. Principles of Plant Nutrition. Fouth Edition. Inter. Potash
Inst., Bern.

Moore, P.H., and A. Maretzki. 1996. Sugarcane. In E. Zamski and A. Schaffer (Eds) pp.643-
669. Photoassimilate Distribution in Plants and Crops Source-Sink Relationships. Mercel
Dekker, Inc., New York.

Muljana, W. 2001. Teori dan Praktek Cocok Tanam Tebu dengan Segala Aspek Masalahnya.
Aneka Ilmu. Semarang.

Ozturk, A. and O. Caglar. 1999. The effect of drought in different growth stages on uptake,
translocation and utilization of N in winter wheat. In D. Anac and P. Martin-Pravel (Eds) pp.
135-138. Improved Crop Quality by Nutrient Management. Kluwer Acad. Publ., London.

Salisbury, F.B. and C. W. Ross. 1992. Plant Physiology. Fourth Edition. Wardsworth Publ.
Co., New York.

Suhadi, C., Handoko dan Lamadji. 1990. Peningkatan hasil gula degan pemberian pupuk
mikro. P3GI. Pasuruan. Makalah Pertemuan Teknis Tahuanan II.

Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers. Fourth
Edition. Macmillan Publ. Co., New York.

You might also like