You are on page 1of 12

Analisis Perhitungan Penyusutan Aset Tetap Menurut PSAK Dan Undang-Undang Pajak Serta

Dampaknya Terhadap Penghasilan Kena Pajak Pada PT. Wana Arta Manunggal

ANALISIS PERHITUNGAN PENYUSUTAN ASET TETAP MENURUT


PSAK 17 DAN UNDANG-UNDANG PAJAK SERTA DAMPAKNYA
TERHADAP PENGHASILAN KENA PAJAK PADA PT.WANA ARTA
MANUNGGAL

Leroy Lionel Yuhaniar


Universitas Buddhi Dharma
leroylionel62@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study aims to determine how the calculation of depreciation of fixed assets in
accordance with IAS 17 and the Law - Tax Law as well as determine the impact
on taxable income of both of these calculations. In this study the author uses
descriptive method is a method of analyzing the data which the data are collected,
compiled, interpreted, and analyzed so as to produce a complete information and
efficient in accordance with the title analysis of calculation of depreciation of
fixed assets according to IAS 17 and law - tax law and its impact taxable income
at PT Wana Manunggal Arta ". The data collected is primary and secondary data.
Using a variety of data collection techniques, such as interview techniques,
observation techniques. The author has analyzed the fixed assets of the company
and it can be concluded that the company put on straight-line depreciation
method to depreciate its fixed assets has been well implemented by the company.
Application of the method of depreciation for tax purposes in accordance with the
provisions of the tax is less because there are weaknesses in its application.
Depreciation expense based on commercial Rp 197,323,566 whereas according to
the fiscal depreciation expense amounting to Rp 169,967,624 was due to
differences in the method of depreciation according to tax provisions contained
fiscal correction of the vehicles used for the company's operations and for the
inventory of vehicles for employees.

Keywords: Fixed Assets, Depreciation of Fixed Assets According to IAS 17 Law-


Tax Law, Taxable Income.

PENDAHULUAN penyusutan untuk periode akuntansi


Menurut PSAK No. 17 istilah dibebankan ke pendapatan baik
penyusutan berarti pengalokasian secara langsung maupun tidak
jumlah suatu aset yang dapat langsung. Kesalahan dalam
disusutkan sepanjang masa manfaat penetapan metode penyusutan dan
yang diestimasi. Besarnya penggunaan asset tetap dapat

86
Jurnal Bina Akuntansi, Juli 2019, Vol.6 No.2 Hal 86 - 97

mempengaruhi rencana perusahaan penggunaan aset tetap perusahaan.


dalam mencapai tujuannya. Sebab dalam penetapan tujuan
Kesalahan dalam ukuran aset tetap perusahaan semua aspek harus
juga dapat mempengaruhi kewajaran diperhatikan termasuk penyusutan
laporan keuangan secara signifikan aset tetap. Berdasarkan uraian diatas
terutama terhadap penyusutan. jelaslah bahwa pentingnya cara
Kesalahan tersebut dapat dihindari menghitung penyusutan aset tetap
dengan cara menentukan taksiran menurut PSAK No. 17 dan undang-
umur ekonomis aset tetap dan undang pajak yang berlaku di
metode penyusutan yang digunakan. Indonesia, membatasi permasalahan
Dengan adanya daftar aset tetap, pada perhitungan aset tetap mesin
maka informasi mengenai jumlah, pada PT. Wana Arta Manunggal,
jenis, nilai akan mudah di dapat. Hal maka penulis tertarik untuk
ini tidak akan saja memudahkan mengadakan penelitian sebagai
perhitungan laba dan penghasilan dalam bentuk skripsi dengan judul
kena pajak perusahaan tetapi juga analisis perhitungan penyusutan aset
memudahkan kegiatan pengawasan tetap menurut PSAK No. 17 dan
aset tetap perusahaan. Untuk itu undang-undang pajak serta
dituntut penerapan penyusutan dampaknya terhadap penghasilan
akuntansi aset tetap yang baik kena pajak pada PT. Wana Arta
sebagai media informasi untuk pihak Manunggal.
manajemen dalam mengoptimalkan

TELAAH LITERATUR adalah akuntansi yang berkaitan


Menurut Agoes dan Estralita dengan perhitungan perpajakan dan
Trisnawati (2010) mengatakan mengacu pada perarturan dan
bahwa akuntansi adalah sistem yang perundang-undang perpajakan
menghasilkan laporan kepada pihak- beserta aturan pelaksanaannya.
pihak yang berkepentingan mengenai Tujuan akuntansi berdasarkan PSAK
aktivitas ekonomi dan kondisi adalah menyediakan informasi yang
perusahaan. Menurut Waluyo (2011) menyangkut posisi keuangan, kinerja
menyatakan bahwa akuntansi pajak serta perubahan posisi keuangan

87
Analisis Perhitungan Penyusutan Aset Tetap Menurut PSAK Dan Undang-Undang Pajak Serta
Dampaknya Terhadap Penghasilan Kena Pajak Pada PT. Wana Arta Manunggal

suatu perusahaan yang bermanfaat Termasuk dalam nilai perolehan


bagi sejumlah besar pengguna tanah antara lain :
laporan keuangan dalam 1. Purchase price ; harga
pengambilan keputusan ekonomi. yang dibayarkan kepada
Menurut Waluyo (2009) menyatakan penjual
bahwa aset tetap adalah aset 2. Closing costs ; biaya
berwujud yang diperoleh dalam hukum, biaya pengurusan
bentuk siap pakai atau dengan surat – surat
dibangun terlebih dahulu, yang 3. Costs incurred in getting
digunakan dalam operasi perusahaan, the land in condition for
tidak dimaksudkan untuk dijual its intended use ; seperti
dalam rangka kegiatan normal perataan, pembuatan
perusahaan dan mempunyai masa drainase dan pembersihan
manfaat lebih dari satu tahun (PSAK 4. Pelunasan biaya – biaya
No. 16 Tahun 2007). Sedangkan yang masih harus dibayar
menurut Hery dan Widyawati (2011) seperti pajak bumi dan
mengatakan bahwa aset tetap adalah bangunan, dan lain – lain
aset yang di mana secara fisik dapat 5. Perbaikan tanah lainnya,
dilihat keberadaannya dan sifatnya seperti perbaikan jalan,
relative permanen serta memiliki pagar, tempat parker, dan
masa kegunaan yang panjang. Jenis lain – lain
aset tetap yang berwujud yang
dimiliki oleh suatu perusahaan bisa Sedangkan yang termasuk dalam
berupa: tanah, bangunan, mesin dan nilai perolehan gedung antara lain
alat – alat pabrik, meubel, dan alat – semua pengeluaran yang
alat kantor, kendaraan dan alat – alat berhubungan langsung dengan proses
kantor dan sebagainya. Menurut perolehannya ataupun konstruksinya,
Kieso (2011) menyatakan bahwa seperti bahan baku, tenaga kerja,
menetapkan nilai perolehan aset biaya overhead selama konstruksi.
tetap sebagai berikut : nilai perolehan peralatan antara lain
seperti harga yang dibayarkan

88
Jurnal Bina Akuntansi, Juli 2019, Vol.6 No.2 Hal 86 - 97

kepada penjual, biaya transportasi, Jumlah Penyusutan akan


biaya asuransi dalam perjalanan, dialokasikan ke setiap periode
biaya komisi, jika ada, biaya akuntansi selama masa manfaat aset
pemasangan, biaya uji coba tetap berwujud menggunakan
penggunaan. Menurut Steven M. berbagai metode yang sistematis.
Bragg (2012) mengatakan bahwa Menurut Sugiri (2009) mengatakan
biaya-biaya yang termasuk dalam bahwa penyusutan adalah alokasi
properti, pabrik, dan peralatan, harga sistematis jumlah yang dapat
pembelian dari aset dan pajak yang disusutkan dari suatu aset selama
terkait, biaya konstruksi dari aset, umur manfaatnya. Menurut Donald
yang mencakup biaya buruh dan Kieso (2009) menyatakan bahwa
imbalan pekerja, bea impor, biaya penyusutan adalah proses akuntansi
pengangkutan dan penanganan, dalam mengalokasikan biaya aset
persiapan lokasi, instalasi dan berwujud ke beban dengan cara yang
perakitan, permulaan uji coba asset, sistematis dan rasional selama
biaya operasional, biaya yang periode yang diharapkan
diestimasi untuk membongkar dan mendapatkan manfaat dari
menghapus aset tersebut selanjutnya, penggunaan aset tersebut.
jika ini adalah sebuah keharusan, Metode penyusutan menurut
pengurangan diskon dan potongan ketentuan perundang-undangan
harga, pengurangan penerimaan perpajakan sebagaimana telah diatur
bersih dari penjualan setiap produk dalam Pasal 11 undang-undang Pajak
yang dihasilkan selama pengujian Penghasilan antara lain sebagai
awal. Masalah penyusutan berikut adalah :
merupakan masalah yang penting 1. metode garis lurus ( straight line
selama masa manfaat aset tetap. method ), atau metode saldo
Masa manfaat diukur dengan periode menurun (declining balance
suatu aset yang diharapkan method ) untuk aset tetap berwujud
digunakan perusahaan atau jumlah bukan bangunan.
produksi atau unit serupa yang 2. metode garis lurus untuk aset tetap
diharapkan diperoleh dari aset oleh berwujud berupa bangunan.
perusahaan.

89
Analisis Perhitungan Penyusutan Aset Tetap Menurut PSAK Dan Undang-Undang Pajak Serta
Dampaknya Terhadap Penghasilan Kena Pajak Pada PT. Wana Arta Manunggal

Kriteria Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal


1. Ditentukan 1. Diterapkan
Masa berdasarkan umur berdasarkan
Manfaat ekonomis maupun keputusan Menteri
teknis. Keuangan.
2. Nilai residu 2. Nilai residu tidak
diperhitungkan. diperhitungkan.
3. Ditelaah ulang
secara periodik.
1. Untuk pembelian 1. Untuk transaksi yang
menggunakan harga tidak memiliki
sesungguhnya. hubungan istimewa
Harga 2. Untuk pertukaran berdasarkan harga
Perolehan menggunakan harga sesungguhnya.
wajar. 2. Untuk transaksi yang
3. Untuk pertukaran memiliki hubungan
aset sejenis istimewa berdasarkan
berdasarkan nilai harga pasar.
buku aset yang 3. Untuk transaksi tukar
dilepas. menukar berdasarkan
4. Untuk sumbangan harga pasar.
berdasarkan harga
pasar.
1. Wajib pajak 1. Untuk aset tetap
diijinkan memilih bangunan adalah
salah satu metode garis lurus dengan
Metode yang sesuai asalkan persentase yang telah
Penyusutan dilaksanakan secara ditetapkan.
kontinyu, antara 2. Untuk aset tetap
lain metode garis bukan bangunan
lurus, saldo boleh memilih antara
menurun saldo garis lurus maupun
menurun ganda, saldo menurun
angka tahun, asalkan dilaksanakan
produksi, dll. secara konsisten.
1. Penyusutan secara 1. Penyusutan
individual, kecuali individual dan
Sistem peralatan kecil gabungan / group.
Penyusutan boleh secara 2. Saat dimulainya
golongan. penyusutan adalah
2. Saat dimulainya saat perolehan atau
penyusutan adalah saat menghasilkan
saat perolehan atas ijin Menteri
maupun Keuangan
penyelesaian

90
Jurnal Bina Akuntansi, Juli 2019, Vol.6 No.2 Hal 86 - 97

Penghasilan Kena Pajak beban pajak penghasilan. PSAK 46


Penghasilan kena pajak atau laba memberikan istilah yang perlu
fiscal (taxable profit) atau rugi pajak dipahami di mana beban pajak (tax
(tax loss) adalah laba atau rugi expense) adalah jumlah agregat pajak
selama satu periode yang dihitung kini (current tax) dan pajak
berdasarkan perarturan perpajakan tangguhan (deferred tax) yang
dan yang menjadi dasar perhitungan diperhitungkan dalam penghasilan
pajak penghasilan. Beban pajak laba rugi akuntansi pada suatu atau
penghasilan ini terdiri atas beban dalam periode berjalan sebagai
pajak kini (dalam tahun berjalan) dan beban atau penghasilan.

METODE PENELITIAN menemukan pengetahuan khusus


Objek penelitian yang dilakukan maupun tentang suatu peristiwa nilai
penulis adalah penyusutan aset tetap yang tidak wajar dalam laporan
menurut PSAK No. 17 dan undang keuangan dibandingkan dengan nilai
undangpajak serta dampaknya aset tersebut di pasaran. Penelitian
terhadap penghasilan kena pajak ini juga di didasarkan pada
pada PT. Wana Arta Manunggal. peraturan-peraturan perpajakan dan
Dalam penelitian ini penulis juga standar akuntansi keuangannya
menggunakan metode deskriptif, di (SAK) agar tidak terjadi
mana data-data yang dikumpulkan penyimpangan antara perusahaan dan
adalah semua data yang digunakan pemerintah. Data-data yang
mengenai aset tetap PT. Wana Arta digunakan adalah data primer
Manunggal baik yang dipakai secara dan data sekunder. Teknik
langsung pada pengelolaan data dan pengumpulan data yang digunakan
pengumpulan fakta-fakta lain yang oleh penulis adalah dengan
secara tidak langsung membantu menggunakan penelitian kepustakaan
mencapai tujuan penulisan skripsi dan penelitian lapangan di mana
ini. Tipe penelitian yang digunakan penelitian yang dilakukan secara
didalam penelitian ini adalah tipe langsung kepada objek penelitian
penelitian yang bertujuan untuk untuk melengkapi data yang

91
Analisis Perhitungan Penyusutan Aset Tetap Menurut PSAK Dan Undang-Undang Pajak Serta
Dampaknya Terhadap Penghasilan Kena Pajak Pada PT. Wana Arta Manunggal

dibutuhkan. Penelitian ini dilakukan observasi. Teknik analisis data di


dengan meneliti secara langsung mana data yang diperoleh akan
keperusahaan untuk mendapatkan dianalisa dengan menggunakan
data yang sekunder yang akurat dan metode deskriptif yaitu : analisa
penelitian ini dilakukan dengan kuantitatif dan analisa kualitatif.
beberapa tindakan, yaitu :
wawancara (interview), dokumentasi,

HASIL PENELITIAN DAN non bangunan menggunakan metode


PEMBAHASAN garis lurus. daftar perhitungan
Beban penyusutan aset tetap pada penyusutan aset tetap dapat dilihat
PT. Wana Arta Manunggal dihitung pada tabel 1 (perhitungan menurut
dengan menggunakan metode garis akuntansi) dan pada tabel 2 (
lurus untuk penyusutan komersil dan perhitungan menurut perpajakan).
penyusutan fiskal untuk aset tetap
Tabel 1 Perhitungan Beban Penyusutan Aset Tetap Menurut Komersial

Umur Rate Harga Beban


No Keterangan
Penyusutan
(Thn) (%) Perolehan
Inventaris
1 4 25 97.037.536 18.129.003
Kantor
2 Kendaraan 4 25 721.262.400 97.711.883
3 Mesin - Mesin 4 25 403.653.136 81.482.680
TOTAL 197.323.566

Tabel 2 Perhitungan Beban Penyusutan Aset Tetap Menurut Fiskal

No Keterangan Kel Umur Tarif Harga Beban


(Thn) (%) Perolehan Penyusutan

1 Inventaris I 4 25 97.037.536 18.129.003


Kantor
2 Kendaraan II 4 25 721.262.400 70.355.941
3 Mesin - Mesin III 4 25 403.653.136 81.482.680
TOTAL 169.967.624

92
Jurnal Bina Akuntansi, Juli 2019, Vol.6 No.2 Hal 86 - 97

Dari rincian tersebut dapat diperoleh dibebankan sebagai biaya perusahaan


informasi di mana beban penyusutan sebesar 50% melalui penyusutan aset
untuk periode tahun 2013 tetap kelompok II, atau biaya
berdasarkan akuntansi keuangan pemeliharaan / perbaikan rutin
adalah sebesar Rp 197.323.566. kendaraan tersebut dapat dibebankan
Beban penyusutan untuk periode sebagai biaya rutin perusahaan
tahun 2013 berdasarkan ketentuan sebesar 50%. Adanya perbedaan-
perpajakan adalah sebesar Rp perbedaan signifikan antara
169.967.624. Selisih antara perarturan perpajakan dengan standar
penyusutan menurut akuntansi akuntansi keuangan bisa menjadikan
keuangan dengan ketentuan laba kena pajak berbeda dan
perpajakan adalah sebesar Rp selanjutnya menyebabkan perbedaan
27.355.942. Jadi jumlah ini yang dasar penetapan pajak penghasilan
akan direkonsiliasi, di mana terutang. Apabila pihak manajemen
penyusutan menurut komersil lebih tidak teliti dalam mengantisipasi
besar dari penyusutan fiskal sehingga perbedaan tersebut, maka penetapan
selisih ini bersifat koreksi positif pengenaan pajak penghasilan
yaitu akan menambah besarnya terutang akan berbeda antara jumlah
penghasilan kena pajak perusahaan. yang dicantumkan dalam SPT
Selisih dari kedua perhitungan Tahunan dengan pemeriksaan yang
tersebut disebabkan karena metode dilakukan oleh pihak pajak dan
penyusutan aset tetap menurut selanjutnya apabila itu terjadi
ketentuan perpajakan berdasarkan perusahaan akan dikenakan denda
Kep Dirjen No. 220/PJ/2002, SE- atau sanksi administrasi yang akan
09/PJ.42/2002 tentang kendaraan merugikan perusahaan bersangkutan.
sedan / sejenis atas biaya perolehan / Tidak selamanya dengan melakukan
pembelian / perbaikan besar koreksi fiskal laba akuntansi akan
kendaraan sedan / sejenis yang menjadi lebih kecil dibandingkan
dimiliki & dipergunakan perusahaan laba fiskal. Apabila laba fiskal lebih
untuk pegawai tertentu karena besar maka penetapan pajaknya pun
jabatan / pekerjaannya, dapat akan lebih besar. Hal ini disebabkan

93
Analisis Perhitungan Penyusutan Aset Tetap Menurut PSAK Dan Undang-Undang Pajak Serta
Dampaknya Terhadap Penghasilan Kena Pajak Pada PT. Wana Arta Manunggal

adanya biaya-biaya yang diakui mengurangkan sejumlah beban dari


dalam laporan keuangan komersial beban penyusutan hal ini akan
yang memang merupakan menambah laba akuntansi sebelum
pengeluaran, namun bukan pajak. Namun koreksi yang
merupakan biaya menurut ketentuan dilakukan perusahaan masih terdapat
perpajakan. Berdasarkan penelitian kelemahan yaitu adanya kesalahan
yang dilakukan dapat diketahui dalam menghitung besarnya beban
bahwa untuk menentukan besarnya penyusutan fiskal sehingga selisih
laba kena pajak, perusahaan jumlah beban penyusutan yang akan
melakukan rekonsiliasi fiskal untuk ditambahkan kembali ke laba
menghitung besarnya pajak yang akuntansi sebelum pajak akan
terutang sehingga pada akhirnya mencerminkan jumlah yang
nanti diperoleh besarnya laba setelah sebenarnya. Hal ini disebabkan
pajak. Analisa yang dilakukan atas kelemahan dalam penerapan undang-
koreksi fiskal yang dibuat oleh undang perpajakan seperti yang telah
perusahaan adalah bahwa perusahaan diuraikan sebelumnya sehingga
telah melakukan koreksi fiskal terjadi kekeliruan dalam menghitung
dengan baik ditinjau dari segi teknik beban penyusutan fiskal. Dalam
atau cara perusahaan melakukan penyajian laporan keuangan beban
koreksi terhadap laba akuntansi pajak penghasilan akan disajikan
sebelum pajak, yaitu dengan dalam perhitungan laba rugi dan
melakukan koreksi positif. Koreksi merupakan jumlah antara pajak
positif dilakukan apabila ada beban, penghasilan terutang serta pajak
dalam hal ini beban penyusutan aset yang ditangguhkan. Sementara
tetap diakui dalam laporan keuangan dalam neraca kewajiban pajak yang
komersial, tetapi tidak diakui sebagai ditangguhkan akan dilaporkan
beban atau pengurang penghasilan sebagai pos tidak lancar (hutang lain-
menurut ketentuan perpajakan. lain) dan pajak penghasilan terutang
Koreksi yang dilakukan yaitu dengan dilaporkan sebagai hutang lancar.

94
Jurnal Bina Akuntansi, Juli 2019, Vol.6 No.2 Hal 86 - 97

KESIMPULAN perusahaan menerapkan metode


Setelah memberikan uraian bersih dari pajak, sedangkan standar
mengenai masalah, menganalisa dan akuntansi keuangan menganut
mengevaluasi akuntansi penyusutan metode aset-hutang dalam
aset tetap menurut SAK dan Undang- mengalokasikan jumlah yang dapat
Undang Perpajakan serta dampaknya dikenakan pajak di masa depan
terhadap penghasilan kena pajak karena perbedaan sementara. Karena
pada PT Wana Arta Manunggal, perusahaan menggunakan metode
maka penulis mencoba untuk bersih dari pajak, maka di neraca
menarik kesimpulan sekaligus tidak ada akun kewajiban pajak yang
memberikan saran – saran yang ditangguhkan dan dalam laporan laba
dapat diterapkan di perusahaan. rugi, beban pajak penghasilan adalah
Metode penyusutan yang diterapkan sama dengan pajak penghasilan yang
oleh perusahaan untuk tujuan harus dibayar. Beban penyusutan
pelaporan keuangan adalah metode menurut komersial sebesar Rp
garis lurus, sedangkan untuk tujuan 197.323.566 sedangkan beban
perpajakan, di mana perusahaan penyusutan menurut fiskal sebesar
menggunakan metode garis lurus Rp 169.967.624 selisih dari kedua
untuk aset tetap bukan bangunan. perhitungan tersebut karena metode
Perusahaan telah melakukan koreksi penyusutan aset tetap menurut
fiskal atas laba akuntansi sebelum ketentuan perpajakan terdapat
pajak untuk memperoleh laba kena koreksi fiskal mengenai kendaraan
pajak dan secara teknik koreksi yang dipakai untuk operasional
tersebut telah dilakukan dengan baik. perusahaan disusutkan sepenuhnya
Perusahaan menghitung besarnya dari harga perolehan, sedangkan
pajak penghasilan terutang untuk kendaraan inventaris pegawai
berdasarkan laba kena pajak atau hanya dikenakan biaya 50% dari tiap
laba fiskal. Penyajian laporan penyusutan per tahun. Besarnya
keuangan berkaitan dengan efisiensi PPH terutang badan yang
perbedaan yang bersifat sementara dihasilkan sebesar Rp 43.552.533
kurang sesuai dengan Standar diperoleh dari rekonsiliasi fiskal
akuntansi keuangan karena yang dilakukan dari laba kena pajak

95
Analisis Perhitungan Penyusutan Aset Tetap Menurut PSAK Dan Undang-Undang Pajak Serta
Dampaknya Terhadap Penghasilan Kena Pajak Pada PT. Wana Arta Manunggal

sebagai dasar perhitungan pajak penurunan kondisi. Di mana pada


penghasilan. Penerapan metode saat aset tersebut mengalami
penyusutan untuk tujuan perpajakan penurunan kondisi sehingga
kurang sesuai dengan ketentuan dikeluarkan biaya akan meningkat
perpajakan karena terdapat beberapa hal ini dilakukan untuk
kelemahan dalam penerapannya mempertahankan kinerja aset
yaitu perhitungan dasar penyusutan tersebut. Contohnya mesin yang
untuk tahun 2013 dalam sekelompok digunakan perusahaan yang
aset tertentu didasarkan pada harga kinerjanya tidak mungkin tetap
perolehan aset dikurangi dengan selama masa manfaat 15 tahun akan
akumulasi penyusutan sampai lebih baik jika disusutkan menurut
dengan tahun 2012 tanpa metode jam kerja atau saldo
memperhitungkan adanya penjualan menurun. Perusahaan sebaiknya
sejumlah aset tetap dari golongan mengkaji ulang kembali
aset tersebut pada periode pengelompokkan aset tetapnya dan
sebelumnya. Pengelompokkan aset menyesuaikannya dengan keputusan
tetap bukan bangunan kurang sesuai Menteri Keuangan No.
dengan Keputusan Menteri 138/KMK.03/2002 tentang
Keuangan No.138/KMK.03/2002. pengelompokkan jenis-jenis harta
Saran yang penulis berikan untuk berwujud. Pegawai perusahaan
perusahaan di mana sebaiknya bagian perpajakan hendaknya harus
mempertimbangkan penggunaan memahami akan praktek administrasi
metode penyusutan lain yang sesuai perpajakan seperti penagihan dan
dengan standar akuntasi keuangan. teknik-teknik pemeriksaan pajak
Karena metode garis lurus kurang yang dilakukan oleh petugas
tepat untuk aset yang mengalami perpajakan.

DAFTAR PUSTAKA
Anastasia, D & Setiawati, L. (2010).
Sukrisno, A & Trisnawati, E. (2010)
Sistem Informasi Akuntansi.
Akuntansi Perpajakan Edisi 2
Yogyakarta:Andi
Revisi. Jakarta : Salemba
Yogyakarta.
Empat.

96
Jurnal Bina Akuntansi, Juli 2019, Vol.6 No.2 Hal 86 - 97

Waluyo. (2011). Perpajakan


Indonesia. Jakarta : Salemba
Empat.
Waluyo. (2009). Akuntansi Pajak
Edisi Empat Buku 2. Jakarta
:Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2012).


Standar Akuntansi
Keuangan. Jakarta : Ikatan
Akuntan Indonesia.
Dunia Firdaus A. (2010). Ikhtisar
Lengkap Pengantar
Akuntansi Edisi Ketiga.
Jakarta : Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Giri Efraim Ferdinan. (2012).
Akuntansi Keungan
Menengah I. Jogjakarta :
UPP STIM YKPN.
Hery & Widyawati Lekok. (2011).
Akuntansi Keuangan
Menengah II. Jakarta : Bumi
Aksara.
Kasmir. (2012). Analisis Laporan
Keuangan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Sugiri Slamet. (2009). Akuntansi
Suatu Pengantar 2 Edisi
Kelima. Jogjakarta : UPP
STIM YKPN.
Kieso Donald. 2009. Intermediate
Accounting. Jakarta :
Erlangga.
Bragg, Steven M. (2012). IFRS
Made Easy. Jakarta : Indeks.
Ikatan Akuntan Indonesia.
2009.
Pernyataan Standar Akuntan
Keuangan No. I, Revisi
2009. Dewan Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta
: Ikatan Akuntan Indonesia.
Kieso, Weygandt, Warfield. (2011).
Intermediate Accounting.
IFRS Edition. Hoboken :
New Jersey.

97

You might also like