You are on page 1of 5

THE RELATIONSHIP OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING TO THE INCIDENCE

OF STUNTING IN TODDLERS AGE 14-59 MONTHS


IN KABILA DISTRICT OF BONE BOLANGO

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN


KEJADIAN STUNTING PADA BALITA UMUR
24-59 BULAN DI PUSKESMAS KABILA
KABUPATEN BONE BOLANGO

Rimowansyah Wahid1, Lastri qodriany2, dan Agustina Pujilestari3

ABSTRACT
Toddler Stunting is an indication of lack of nutritional intake, both in quantity and quality,
which is not fulfilled since the baby, even from the womb. This condition causes children to
have height tends to be short in their age. In addition to the short body, Stunting also causes
other impacts, both short-term and long-term impacts. This study aims to determine the
relationship of exclusive breastfeeding to the incidence of Stunting in toddler aged 24-59
months at Kabila District in Bone Bolango. This type of research is analytic observational
research, with a case control design to determine the relationship of exclusive breastfeeding
with the incidence of stunting in toddlers aged 24-59 months. The samples in this study were
84 toddlers aged between 24-59 months, consisting of 42 case samples and 42 control
samples. The results of the study were 28 (33.3%) toddlers with stunting nutrition stunting
who did not get exclusive breastfeeding and those who received Exclusive breastfeeding 14
toddlers (16.7%) concluded there was a significant value with a value of p = 0,000 (p≤0.05)
and the calculated X2 value is 12.218> X2 table 3.28 that there is a relationship between the
history of exclusive breastfeeding to the incidence of stunting in children aged 24-59 months
in Kabila District.

Keyword: Exclusive breastfeeding, Stunting, Toddler

ABSTRAK

Stunting pada Balita merupakan indikasi kurangnya asupan gizi, baik secara kuantitas
maupun kualitas, yang tidak terpenuhi sejak bayi, bahkan sejak dalam kandungan. Kondisi ini
menyebabkan anak memiliki tinggi badan cenderung pendek pada usianya. Selain tubuh
pendek, Stunting juga menimbulkan dampak lain, baik dampak jangka pendek maupun jangka
panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian Stunting pada balita umur 24-59 bulan di Kecamatan Kabila Kabupaten Bone
Bolango. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi analitik, dengan desain case control
untuk mengetahui hubungan ASI Eklusif dengan kejadian stunting pada Balita umur 24-59
bulan. Sampel dalam penelitian ini adalah balita yang berusia 24-59 bulan yang tercatat pada
register puskemas Kabila sebayak 449 balita. Hasil penelitian sebanyak 28 (33,3%) Balita
dengan Stutus Gizi Stunting yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif dan yang mendapatkan
ASI Eksklusif 14 balita (16,7%) kesimpulan terdapat nilai signifikan dengan nilai p=0.000
(p≤0,05) dan nilai X2 hitung adalah 12,218 > X2 tabel 3,28 bahwa ada hubungan antara
riwayat pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan di
Kecamatan Kabila.

Kata Kunci: ASI Eksklusif, Stunting, Balita

PENDAHULUAN

Stunting merupakan indikasi kurangnya asupan gizi, baik secara kuantitas maupun kualitas,

yang tidak terpenuhi sejak bayi, bahkan sejak dalam kandungan. Kondisi ini menyebabkan

anak memiliki tinggi badan cenderung pendek pada usianya. Selain tubuh pendek, Stunting

juga menimbulkan dampak lain, baik dampak jangka pendek maupun jangka panjang.

Sedangkan dampak jangka pendek yaitu pada masa kanak-kanak, perkembangan menjadi

terhambat, penurunan fungsi kognitif, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan gangguan

sistem pembakaran. Pada jangka panjang yaitu pada masa dewasa, timbul risiko penyakit

degeneratif, seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, dan obesitas (Damayanti,

2015). Pemberian gizi di golden age atau masa emas pada 1000 hari pertama kehidupan

merupakan hal yang sangat penting dalam pencegahan Stunting.

Stunting disebabkan oleh dua faktor yaitu secara langsung dan secara tidak langsung.

Secara langsung yaitu ASI Eksklusif, penyakit infeksi, asupan makan, dan berat badan lahir.

Kemudian yang merupakan faktor secara tidak langsung pendidikan orang tua, pekerjaan

orang tua, dan status ekonomi keluarga (Kusuma, 2013).

Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek

memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang,

kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu

27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017 (Riskesdas, 2018). Pantauan Status Gizi (PSG) tahun

2016 menunjukkan penurunan jumlah balita pendek (Stunting). Begitu pula balita yang kurus,

jumlahnya mengalami penurunan walaupun tidak terlalu besar.Data PSG tahun 2015

menunjukkan jumlah balita Stunting 29,1 persen (sangat pendek 10,1 persen dan pendek 18,9
persen). Sementara, di tahun 2016 jumlah balita Stuntingturun menjadi 27,5 persen (sangat

pendek 8,5 persen dan pendek 19 persen). Meski mengalami penurunan, ini masih menjadi

masalah karena rekomendasi WHO angka balita kurus dan sangat kurus harus di bawah 5

persen.

Prevalensi Stunting di provinsi gorontalo 0-59 bulan pada tahun 2015 40,7%, tahun

2016 :37,6, dan tahun 2018 32,3% terjadi kecenderungan penurunan kasus Stunting tetapi

masih lebih tinggi jika di bandingkan dengan target yang di tetapkan WHO (Pencegahan dan

intervensi Stunting, 2018). Prevelansi Stunting Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2015

adalah 28,0% sedangkan pada tahun 2016 mengalami kenaikan 34,7% dan kembali

mengalami penurunan yaitu 25.5% tetapi masih lebih tinggi jika di bandingkan dengan target

yang di tetapkan WHO (Pencegahan dan intervensi Stunting, 2018).

Menurut WHO (dalam kemenkes 2018), bahwa suatu wilayah mengalami masalah gizi

khususnya Stunting jika angka kejadiannya lebih dari 20% Angka kejadian Stunting di suatu

daerah mengindikasikan bahwa terdapat gangguan nutrisi yang sudah berlangsung cukup

lama (WHO, 2010). Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi secara spesifik yaitu

perbaikan gizi dalam 1000 hari pertama kehidupan, salah satunya yaitu mendorong

pemberian ASI eksklusif (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017).

Berdasarkan data UNICEF menunjukan 136,7 juta bayi lahir diseluruh dunia dan hanya

32,6% dari mereka yang disusui secara eksklusif dalam 6 bulan pertama. Di negara

berkembang hanya 39% ibu yang memberikan ASI Eksklusif. Sementara di negara industri,

bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif lebih besar meninggal dari pada bayi yang diberi ASI

eksklusif (UNICEF, 2014).

Penelitian sebelumnya oleh Indrawati (2016) diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan

antara pemberian ASI ekslusif dengan kejadian stunting pada balita.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
hubungan pemnberian Asi Esklusif terhadap kejadian stunitng pada balita umur 24-59 bulan

di Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasi analitik, dengan desain case control.

Case control adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan antara dua

kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol (Notoatmodjo, 2012). Populasi yang

tercakup pada penelitian ini adalah balita yang berusia 24-59 bulan yang tercatat pada register

puskemas Kabila sebayak 449 balita. Sampel pada penelitia terdiri atas sampel kasus

sebanyak 42 balita dan sampel control sebanyak 42 balita. Pemilihan sampel didasarkan pada

jumlah kejadian Stunting yang tercatat pada wiliayah kerja Puskesmas Kabila pada tahun

2018.

Pengumpulan data diperoleh dengan dua cara yaitu data primer; data hasil dari

kuesioner untuk mengukur hubungan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian stunting pada

balita, kemudian data sekunder berupa profil Puskesmas, data jumlah keseluruhan balita, data

jumlah kejadian stunting pada balita dan data terkait lainnya yang dapat menunjang penelian

ini. Data yang telah dihimpun oleh peneliti selanjutnya diolah dan dianalisis menggunakan uji

statistik yaitu uji Chi-square untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara ASI ekslusif

dengan kejadian stunting.

HASIL

PEMBAHASAN

KESIMPULAN

DAFTAR RUJUKAN

You might also like