You are on page 1of 14

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

STIKes Fort De Kock Bukittinggi

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN


STUNTING PADA BADUTA DI PUSKESMAS
PLUS MANDIANGIN
Ari Susanti(1), Welly Femelia(2), Dina Ediana(3)
(1)
Stikes For De Kock, Stikes For De Kock, Bukittingi
email: Arisusanti288@gmail.com
(2)
Stikes For De Kock, Stikes For De Kock, Bukittingi
email: b3.w3ll@gmail.com
(3)
Stikes For De Kock, Stikes For De Kock, Bukittingi
email:Dinaedianafdk@gmail.co.id

Abstract

Stunting is a liner growth retardation associated with a pathological


change processes. The prevalence of stunting in Puskesmas Plus Mandiangin at
19,55% by the prevalence of stunting for Bukittinggi district at 13 %. This
research use cross sectional design and conducted on 08 February until 16 Apr,
2017. There are 4,5% responden are on the normal. There are 41,2% respondenst
who provide Exlusive breastfeeding, 52,9% respondent who low birth weight and
respondenst are in an unhealthy environment, 58%. Based on bivariate analysis
there was a significant relationship between Exlusive breastfeeding (pvalue =
0,00≤0,05, OR = 10.2), environment (pvalue = 0,00≤0,05, OR = 6,6) and low
birth weight (pvalue = 0,00≤ 0.05, OR = 8.00) and the incidence of stunting.
From the research Exlusive breastfeeding, environmental and low birth weight
history was no significant association with the incidence of stunting in children
aged 17-24 months. Expected to health workers to provide counseling and useful
information about the importance of protecting the environment to children avoid
infectious diseases. Also expected on parents to pay attention to the nutritional
intake of children to avoid the causes of stunting.
Keywords : Exlusive breastfeeding, environmental and low birth weight,
stunting
Abstrak
Stunting merupakan suatu retardasi pertumbuhan linier yang berkaitan dengan
adanya proses perubahan patologis. Prevalensi stunting di wilayah kerja Puskesmas Plus
Mandiangin mencapai 19,55% dengan prevalensi kejadian stunting untuk Kota
Bukitttinggi mencapai 13%. Penelitian ini menggunakan desain Crossectional dan
dilaksanakan pada tanggal 08 Februari sampai tanggal 16 April 2017. Hasil analisa
univariat diketahui sebanyak 45,5% responden berada pada TB normal. 41,2%
responden yang memberikan ASI Ekslusif, 52,9% responden yang mengalami berat
badan lahir rendah (BBLR) dan berada pada lingkungan tidak sehat, 58%. Berdasarkan
analisa bivariat ada hubungan bermakna antara ASI Ekslusif (pvalue = 0,00 ≤ 0,05, OR
= 4,39), lingkungan (pvalue = 0,00 ≤ 0,05, OR = 6,6) dan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) (pvalue = 0,000 ≤ 0,05, OR =8) dengan kejadian stunting. Hasil penelitian
menunjukkan ASI Ekslusif, Sanitasi Lingkungan dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stunting pada balita usia 7-24
bulan. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan
informasi menjaga lingkungan agar anak terhindar dari berbagai penyakit infeksi. Ppada
orang tua untuk memperhatikan asupan gizi anak agar terhindar dari penyebab stunting.
Kata Kunci : ASI Ekslusif, Sanitasi Lingkungan BBLR stuntin

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di


Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2017
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

PENDAHULUAN Teori ini didukung dengan penelitian


Menurut WHO Stunting yang dilakukan oleh Wanda
(pendek) adalah balita dengan status Lestari.dkk yang dapatkan Ada
gizi yang berdasarkan panjang atau hubungan antara ASI eksklusif
tinggi badan menurut umurnya nilai dengan kejadian Stunting pada Balita
z-scorenya kurang dari -2 SD. Dapat umur 7-24 bulan. Nilai OR yaitu
diketahui bila seorang balita sudah 6,54 (95% CI: 2,84-15,06),
diukur tinggi atau panjang pv=0,001.
badannya, lalu dibandingkan dengan Bayi yang mempunyai berat
standar dan hasilnya berada dibawah badan lahir rendah sangat
normal. Kekurangan gizi pada usia mempengaruhi pertumbuhan dan
dini meningkatkan angka kematian kecerdasan balita. Balita yang Berat
bayi dan anak, dan memiliki postur Badan Lahir Rendah (BBLR)
yang tidak optimal saat dewasa. Cendrung mempunyai pertumbuhan
(Kemenkes RI, 2016) fisik terhambat. Berat Badan Lahir
Untuk Provinsi Sumatera Barat, Rendah (BBLR) bisa terjadi karena
dari hasil Rikesdas tahun 2013 kurang bulan (prematur), kecil masa
diketahui balita sangat pendek kehamilannya, atau keduanya.
16,0%, dan pendek 21,1% artinya (Bappenas, 2013).
terdapat 37,1% anak Stunting di Teori ini didukung dengan
Sumatera Barat, sedangkan untuk penelitian yang dilakukan oleh
Kota Bukittinggi didapat proporsi Freska Atikah.dkk dengan PV<
balita stunting dari hasil 0,015. Berat badan lahir memiliki
penimbangan massal tahun 2016 pengaruh yang paling besar terhadap
sebanyak 1043 (13%) dari 8237 kejadian Stunting dengan nilai
balita. Dari 7 (tujuh) puskesmas yang OR=5,87.
ada di Kota Bukittinggi proporsi Apabila balita menderita infeksi
balita pendek yang tertinggi terdapat saluran pencernaan, penyerapan zat-
di Puskesmas Plus Mandiangin zat gizi akan terganggu yang
dengan proporsi balita stunting menyebabkan terjadinya kekurangan
sebesar 172 (19,55%) dari 880 balita zat-zat gizi. Jika seseorang
yang ada di Puskesmas Plus kekurangan zat gizi akan mudah
Mandiangin. terserang penyakit, dan pertumbuhan
Air Susu Ibu (ASI) yang akan terganggu.
mengandung yodium yang (Supariasa,2013,p.31) Pernyataan ini
merupakan mineral penting untuk didukung dengan penelitian yang
pembentukan hormon tiroid. dilakukan oleh Nadia.dkk Terdapat
Kekurangan hormon tiroid hubungan yang signifikan antara
menyebabkan ganguan otak ringan sanitasi lingkungan kurang baik
hingga retardasi mental ( dengan kejadian Stunting (OR=1.46;
keterbelakangan mental yang berat) p<0.05).
serta tubuh pendek. Selain itu, ASI Berdasarkan survey awal yang
juga mengandung taurin, tirosin, dan peneliti lakukan pada tanggal 9
triptopan, ketiganya merupakan asam februari 2017 kepada 15 responden
amino yang diperlukan dalam di ambil secara acak mengenai faktor
perkembangan dan kerja otak. yang berhubungan dengan kejadian
(Ariani,2010,p.58) stunting, didapat bahwa 6 orang
(40%) anak yang mengalami

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di


Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2017
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

stunting, tidak ASI Eksklusif 8 orang penelitian ini adalah sebanyak 119
(53%), Berat Badan Lahir Rendah 4 anak dengan menggunakan
orang (27%), dan sanitasi lingkungan Sistematik Random Sampling.
tempat tinggal yang tidak memenuhi
syarat 9 orang (60%). HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan data-data diatas, Puskesmas Plus Mandiangin
peneliti tertarik untuk melakukan terletak dikelurahan Puhun Pintu
penelitian tentang “Faktor-faktor Kabun Kecamatan Mandiangin Koto
yang Berhubungan dengan Kejadian Selayan, dengan luas wilayah kerja
Stunting pada Anak Usia 7-24 Bulan sekitar 4,32 km2 dan terletak pada
di Wilayah kerja Puskesmas Plus ketinggian 780-950 m diatas
Mandiangin, Kota Bukittinggi” permukaan laut. Puskesmas Plus
dengan variabel independen Mandiangin berada dikecamatan
Pemberian ASI Eksklusif, Berat Mandiangin Koto Selayan dengan
Badan Lahir Rendah dan Sanitasi wilayah kerja yang terdiri dari 2
Lingkungan. kelurahan, yaitu kelurahan Puhun
Pintu Kabun dengan luas 3,510 km2,
METODE PENELITIAN dan kelurahan Puhun Tembok
Penelitian ini bersifat analitik dengan luas 0,719 km2
yaitu untuk mengetahui hubungan Tabel 1
antara variabel independen dan Karakteristik Responden
dependen dengan pendekatan Karakteristik f %
“potong lintang” dimana Responden
pengumpulan data yang diambil Umur Ibu Muda (≤24 8 6,7
secara bersamaan atas semua subjek Dewasa(25- 106 89,1
penelitian. Variabel indenpenden 45) 5 4,2
pada penelitian ini pemberian ASI Lansia(>45)
eksklusif, berat badan lahir rendah, Jumlah 119 100
sanitasi lingkungan yang kurang
Pendidikan SD 6 5
baik. Ibu SMP 17 14,3
Penelitian ini dilaksanakan di SMA 63 52,9
wilayah kerja Puskesmas Plus PT 33 27,7
Mandiangin yaitu kelurahan Puhun
Pintu Kabun dan Puhun Tembok. Jumlah 119 100
Waktu penelitian dilakukan bulan
April 2017. Populasi dalam Pekerjaan Tidak 48 40,3
penelitian ini adalah semua anak Ibu bekerja/IRT 8 6,7
usia 7-24 bulan yang ada di wilayah 27 22,7
Petani 11 9,2
kerja puskemas Plus Mandiangin,
25 21
Kota Bukittinggi. Jumlah anak usia Wiraswasta
7-24 bulan sebanyak 168 orang.
Sehingga Jumlah Populasi pada PNS
Penelitian ini adalah 168 orang anak.
Jumlah 119 100
Sampel pada penelitian ini adalah
semua anak usia 7-24 bulan yang Jenis Laki-laki 74 62,2
tinggal dan menetap di wilayah Kelamin Perempuan 45 37,8
kerja puskemas Plus Mandiangin,
Kota Bukittinggi. Sampel dalam

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di


Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2017
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Anak Jumlah 119 100 dibandingkan anak yang normal.


Namun tidak relavan dengan dengan
Dari tabel 5.1 diketahui bahwa penelitian Citarum,dkk(2013) di
dari 119 responden terlihat umur ibu Provinsi Papua Barat tahun 2010
yang terbanyak pada usia dewasa dengan desain penelitian
yaitu 25-45 tahun sebsar 89,1% crossectional yang menyatakan
dengan tingkat tingkat pendidikan bahwa jumlah anak yang stunting
ibu didominasi dengan lulusan SMA lebih banyak (52,7%) dibandingkan
63 responden (52,9%), Ibu tidak anak yang normal ( 47,3%).
bekerja/IRT sebanyak 48 responden Menurut asumsi peneliti, anak
(40,3%), sedangkan jenis kelamin yang banyak mengalami stunting
anak didominasi perempuan 74 anak yang berusia 22-24 bulan
responden (62,2%). dimana pada masa ini anak lebih
suka berlari kesana kemari sehingga
Kejadian Stunting rewel ketika disuruh makan.
Tabel 2 Kemudian berdasarkan tingkat
Distribusi Frekuensi Kejadian pendidikan ibu bahwa kebanyakan
Stunting
ibu dengan tamatan SLTP, hal ini
Kejadian Stunting f %
bearti anak yang stunting didominasi
Stunting 53 44,5 dengan pendidikan ibu rendah
Normal 66 55,5 dimana semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu maka ibu akan lebih
Total 119 100 mudah menerima informasi-
informasi tentang gizi anak.
Tabel 5.2 menggambarkan Seharusnya ibu lebih aktif lagi dalam
bahwa prevalensi kejadian stunting mencari informasi-informasi tentang
sebesar 53 (44,5%). Ini bearti jumlah gizi anak dan cara menangani anak
responden yang panjang badan yang rewel ketika disuruh makan.
stunting lebih sedikit dibandingkan
dengan panjang badan normal. ASI Ekslusif
Kejadian stunting di wilayah kerja Tabel 3
Puskesmas Plus Mandiangin Distribusi Frekuensi ASI Eklusif
terbanyak pada usia 22 bulan yaitu ASI Ekslusif f %
terdapat 10 responden (15,4%),
Tidak Asi Ekslusif 49 41,2
dengan tingkat pendidikan ibu tamat
SLTP/sederajat sebesar 13 responden ASI Ekslusif 70 58,8
(82%) dan pekerja ibu sebagai ibu
Total 119 100
rumah tangga (IRT) yaitu sebesar 21
responden (43.8%). Kejadian Tabel 5.3 menggambarkan
stunting terbanyak pada jenis bahwa terdapat 58,8% responden
kelamin perempuan sebesar 36 anak yang memberikan ASI ekslusif.
(48,6%). Jumlah ini lebih besar dibandingkan
Hasil kejadian ini relevan dengan responden yang tidak
penelitian Zilda Oktarina (2011) di memberikan ASI ekslusif.
Provinsi Aceh, dengan desain Berdasarkan tingkat pendidikan ibu
penelitian crossectional yang yang tidak memberikan ASI ekslusif
menyatakan yang mengalami tertinggi pada tamatan
stunting 44,1% lebih sedikit SLTA/sederajat sebesar 22

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di


Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2017
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

responden (34,9%) berdasarkan


tingkat pekerjaan ibu tertinggi pada Riwayat BBLR f %
ibu yang tidak bekerja (IRT) sebesar
23 responden (47.9%). Sedangkan BBLR 49 41,2
berdasarkan jenis kelamin anak yang Normal 70 58,8
tidak mendapatkan ASI ekslusif
Total 119 100
terbanyak pada anak perempuan
yaitu sebesar 31 anak (41,9%).
Tabel 5.4 menggambarkan
Hasil ini sejalan dengan
bahwa prevalensi BBLR sebesar 49
penelitian Husein Al Anshori (2013)
(41,2%). Jumlah ini lebih kecil dari
di Kecamatan Semarang Timur,
responden yang berat badan lahir
dengan desain case control yang
normal. Berdasarkan tingkat
menyatakan bahwa jumlah anak
pendidikan ibu yang mempunyai
yang ASI ekslusif sebanyak 30% di
anak BBLR tertinggi pada tamatan
bandingkan jumlah anak yang tidak
SLTA/sederajat sebesar 21
ASI ekslusif 70%. Namun Hal ini
responden (33,3%) berdasarkan
tidak sejalan dengan penelitian
tingkat pekerjaan ibu tertinggi pada
Marselina Sattu (2014) di Kecamatan
ibu yang tidak bekerja (IRT) sebesar
Balantak Utara, Kabupaten Banggai
22 responden (45,8%). Sedangkan
dengan desain case control yang
berdasarkan jenis kelamin anak yang
menyatakan bahwa jumlah anak
mengalami BBLR terbanyak pada
yang ASI Ekslusif lebih banyak
anak perempuan yaitu sebesar 30
54,2% di bandingkan anak jumlah
anak (40,5%).
anak yang tidak ASI ekslusif 45,8%.
Hasil ini sejalan dengan
Menurut asumsi peneliti,
penelitian Irmawati,dkk (2015) di
sebagian besar ibu banyak yang
Wilayah kerja Puskesmas Siloam
memberikan ASI dengan kombinasi
Tamako Kabupaten Kepulauan
susu formula ini dikarenakan
Sangihe Propinsi Sulawesi Utara,
produksi ASI ibu tidak cukup untuk
dengan desain case control yang
memenuhi kebutuhan bayi.
menyatakan bahwa berat badan lahir
Kemudian penyebab lain juga
normal sebanyak 31,43% di
dikarenakan ketika anak mereka
bandingkan dengan berat badan lahir
memasuki usia 3 atau 4 bulan, sulit
rendah 63,3%. Hal ini tidak sejalan
untuk minum ASI. Sehingga ibu
dengan penelitian Novita Siahaan
merasa kasihan dan memberikan
(2013) di Puskesmas Tanjung Tiram
makanan tambahan, seperti susu
Kecamatan Tanjung Tiram
formula dan makanan lainya,
Kabupaten Batu Bara dengan dsain
sehingga anak tersebut sudah tidak
penelitian crossectional menyatakan
termasuk lagi ASI Ekslusif.
bahwa berat badan lahir normal
Seharusnya jika produksi ASI tidak
89,2% sedangkan berat badan lahir
cukup ibu bisa mengkonsumsi
rendah sebanyak 10,9%
suplemen dan sayur-sayuran untuk
Menurut asumsi peneliti,
menambah produksi ASI.
kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di Puskesmas Plus
Berat Badan Lahir Rendah Mandiangin dikarenakan tidak
(BBLR) mengkonsumsi makanan bergizi
Tabel 4
Distribusi Frekuensi BBLR
setiap hari pada masa kehamilan,
sehingga tidak mengalami kenaikan

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di


Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2017
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

berat badan atau mengalami sedikit Citaningrum Wiyogowati (2012)


kenaikan berat badan selama hamil. dengan desain penelitian crossectioal
Sehingga gizi anak tidak terpenuhi yang menyatakan bahwa sanitasi
sehingga terjadinya Berat Badan lingkungan yang kurang sehat
Lahir Rendah (BBLR) pada anak. sebanyak 53,8%.
Seharusnya pada masa kehamilan ibu Responden kebanyakan tidak
selalu mengkonsumsi makanan yang mempunyai tempat pembuangan
bergizi sehingga gizi anak selama sampah yang memenuhi syarat
kehamilan terpenuhi. kesehatan sehingga sampah tersebut
masih dibakar dan sarana
Sanitasi Lingkungan pembuangan air limbah rumah
Tabel 5 tangga masih ada yang dibuang
Distribusi Frekuensi Sanitasi kebelakang rumah. Sehingga dengan
Lingkungan keadaan sanitasi lingkungan yang
Sanitasi Lingkungan f % tidak sehat dapat menyebabkan
berbagai penyakit terutama penyakit
Tidak Sehat 50 42
menular terutama penyakit diare dan
Sehat 69 58
infeksi lainnya. Apabila anak sakit
Total 119 100
maka nafsu makan anak berkurang
dan anak kehilangan atau
Tabel 5.5 menggambarkan kekurangan gizi, yang akan
bahwa prevalensi sanitasi lingkungan mempengaruhi tumbuh kembang
yang kurang sehat sebesar 50 anak atau stunting. Seharusnya
responden (42%). Jumlah ini lebih responden lebih memperhatikan lagi
kecil dari responden yang memiliki sanitasi lingkungan rumah sehingga
sanitasi lingkungan yang sehat. makanan yang diajamaah anak tetap
Berdasarkan tingkat pendidikan ibu bersih dan tidak terkontaminasi
yang mempunyai sanitasi lingkungan bakteri.
kurang sehat tertinggi pada tamatan
SLTA/sederajat sebesar 22 Hubungan ASI Eksklusif dengan
responden (34,9%) berdasarkan Kejadian Stunting
tingkat pekerjaan ibu tertinggi pada Tabel 6
Distribusi Frekuensi hubungan
ibu yang tidak bekerja (IRT) sebesar
ASI Ekslusif dengan kejadian
20 responden (41,7%). Sedangkan stunting
berdasarkan jenis kelamin anak yang
sanitasi lingkungan yang kurang Kejadian Stunting
sehat yaitu sebesar 35 anak (47,3%).
Total P OR
Hasil ini sejalan dengan ASI Ekslusif Stunting Normal Value
penelitian Nadiah,dkk (2014) di
n % n % n %
Provinsi Bali dengan desain
penelitian crossectioal yang Tidak ASI 29 59, 20 40, 49 100 0,012 2,779
menyatakan bahwa sanitasi Ekslusif 2 8

lingkungan yang sehat sebanyak ASI Ekslusif 24 34, 46 65, 70 100


3 7
57,86% hal ini berarti sanitasi Total 53 44, 66 55, 11 100
lingkungan sehat lebih besar 5 5 9

dibandingkan dengan sanitasi Berdasarkan tabel 6


lingkungan tidak sehat. Namun Hal menjelaskan terdapat 59,9% anak
ini tidak sejalan dengan penelitian yang tidak mendapatkan ASI ekslusif

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di


Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2017
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

dan mengalami stunting. Jumlah ini berat badan normal, sedangkan anak
jauh lebih besar dibandingkan yang tidak mendapatkan ASI ekslusif
responden yang memberikan ASI mengalami stunting. Karena anak
ekslusif dan mengalami stunting yang ASI eklsusif memiliki asupan
yaitu hanya 24 responden (34,7%). gizi yang bagus dan memiliki system
Berdasarkan analisa terdapat kekebalan tubuh yang kuat di
hubungan bermakna antara bandingkan anak yang tidak ASI
pemberian ASI ekslusif dengan ekslusif. Untuk itu ibu perlu
kejadian stunting, dengan nilai memberikan ASI ekslusif pada
p=0,012 dan nilai OR=2,779. anaknya dan lebih aktif dalam
Artinya responden yang tidak mencari informasi tentang ASI
memberikan ASI ekslusif berpeluang eklusif.
3 kali untuk stunting pada anaknya,
dibandingkan responden yang
memberikan ASI ekslusif.
Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Wanda Lestari.dkk (2014) di Kota
Subulussalam Provinsi Aceh di
dapatkan hasil proporsi Balita
Stunting terjadi Balita yang tidak
diberi ASI eksklusif, terlihat dari Hubungan Berat Badan Lahir
nilai p dan OR. Ada hubungan antara Rendah dengan Kejadian Stunting
ASI eksklusif dengan kejadian Tabel 7
Stunting pada Balita umur 7-24 Distribusi Frekuensi hubungan
bulan. Nilai OR yaitu 6,54 (95% CI: BBLR dengan kejadian
2,84-15,06), pv=0,0001. Hal ini tidak Stunting
sejalan dengan penelitian Wini Kejadian Stunting
Rambitan,dkk (2014) di wilayah
kerja Puskesmas Kawangkoan Total P OR
Value
Kabupaten Minahasa, dengan BBLR Stunting Normal

menggunakan desain penelitian case n % n % n %


control yang menunjukan batita yang
tidak mendapat ASI eksklusif BBLR 28 57,1 21 42,9 49 100 0,033 2,40
0
berstatus gizi stunting sebesar 43,7%
dan batita yang mendapat ASI Normal 25 35,7 45 64,3 70 100

eksklusif berstatus gizi stunting


Total 53 44,5 66 55,5 11 100
sebesar 7,3%. Nilai p = 0,167 (p > 9
0,05). Disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara riwayat pemberian Berdasarkan tabel 5.7
ASI eksklusif dengan stunting. menjelaskan terdapat 57,1% anak
Menurut asumsi peneliti, yang Berat Badan Lahir Rendah
adanya hubungan ASI ekslusif (BBLR) dan mengalami stunting.
dengan kejadian stunting pada anak Jumlah ini jauh lebih besar
usia 7-24 bulan diwilayah kerja dibandingkan anak berat badan
Puskesmas Plus Mandiangin tahun lahirnya normal dan mengalami
2017, menyebabkan anak yang stunting yaitu 25 anak (35,7%).
mendapatkan ASI ekslusif memiliki Berdasarkan analisa terdapat
hubungan bermakna antara Berat
Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di
Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2017
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan Distribusi Frekuensi Hubungan


kejadian stunting, dengan nilai Sanitasi Lingkungan dengan
p=0,033 dan nilai OR=2,40 Artinya kejadian stunting
anak yang BBLR berpeluang 2 kali
Kejadian Stunting
untuk mengalami stunting,
dibandingkan anak yang berat badan Tot P OR
lahir normal. al Valu
e
Hal ini sejalan dengan Sanitasi Stuntin Normal
Lingkung g
penelitian yang dilakukan oleh an n % n % n %
Freska Atikah.dkk yang berjudul
“Riwayat Berat Badan Lahir denganTidak 35 70 15 30, 50 100 0,00 6,611
Sehat ,0 0 0
Kejadian Stunting pada Anak Usia
Bawah Dua Tahun ” denganSehat 18 26 51 73, 69 100
,1 9
menggunakan desain crossectional.
Total 53 44 66 55, 11 100
Penelitian ini menunjukkan variabel ,5 5 9
berat badan lahir rendah,
berhubungan signifikan dengan Berdasarkan tabel 8
kejadian stunting dengan PV< 0,015. menjelaskan terdapat 70% anak yang
Berat badan lahir memiliki pengaruh memiliki sanitasi lingkungan yang
yang paling besar terhadap kejadian tidak sehat dan mengalami stunting.
Stunting dengan nilai OR=5,87. Jumlah ini jauh lebih besar
Namun hal ini tidak sejalan dengan dibandingkan anak yang memiliki
penelitian Friska Meilyasari (2014) sanitasi lingkungan yang sehat dan
yang menyatakan tidak ada mengalami stunting yaitu hanya 18
hubungan antara BBLR dengan anak (26,1%). Berdasarkan analisa
kejadian stunting dengan α = 0,05 terdapat hubungan bermakna antara
diperoleh p-value 0,609. sanitasi lingkungan yang tidak sehat
Menurut asumsi peneliti, dengan kejadian stunting, dengan
adanya hubungan BBLR dengan nilai p=0,00 dan nilai OR=6,6
kejadian stunting pada anak usia 7- Artinya anak dengan sanitasi
24 bulan diwilayah kerja Puskesmas lingkungan yang kurang sehat
Plus Mandiangin tahun 2017, berpeluang 7 kali untuk mengalami
menyebabkan anak yang berat badan stunting, dibandingkan anak yang
lahir normal memiliki berat badan memiliki sanitasi lingkungan yang
normal, sedangkan anak yang BBLR sehat.
mengalami stunting. Karena anak Penelitian ini sejalan dengan
yang berat badan lahir normal penelitian yang dilakukan oleh
memiliki memiliki pertumbuhan Nadia.dkk (2014) di Provinsi Bali,
yang normal dibandingkan dengan Jawa Barat, Dan Nusa Tenggara
anak yang BBLR akan sulit mengejar Timur dengan menggunakan desain
ketertinggalan pertumbuhannya. penelitian crossectional. Terdapat
Untuk itu ibu perlu memperhatikan hubungan yang signifikan antara
asupan gizi selama hamil dan setelah sanitasi lingkungan kurang baik
melahirkan. dengan kejadian Stunting (OR=1.46;
p<0.05). Namun hal ini tidak sejalan
Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan penlitian yang dilakukan oleh
dengan Kejadian Stunting Natalia Puspita (2013) yang
Tabel 8 menyatakan tidak ada hubungan

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di


Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2017
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

antara sanitasi lingkungan dengan dibandingkan dengan


status gizi. responden yang memberikan
Menurut asumsi peneliti, ASI ekslusif (OR=2,779)
adanya hubungan sanitasi lingkungan 6. Terdapat hubungan bermakna
dengan kejadian stunting pada anak antara BBLR dengan kejadian
usia 7-24 bulan diwilayah kerja stunting (nilai p=0,033)
Puskesmas Plus Mandiangin tahun Responden yang mengalami
2017, menyebabkan anak yang BBLR berpeluang 2,4 kali
sanitasi lingkungan sehat memiliki memiliki anak stunting
berat badan normal, sedangkan anak dibandingkan dengan
yang sanitasi lingkungan tidak sehat responden yang tidak BBLR
mengalami stunting. Karena anak (OR=2,40)
sanitasi lingkungan yang tidak sehat 7. Terdapat hubungan bermakna
menyebabkan mudahnya antara Sanitasi Lingkungan
perpindahan kuman penyakit pada dengan kejadian stunting
anak dibandingkan dengan anak (nilai p=0,00) Responden
yang tinggal dengan sanitasi yang mempunyai sanitasi
lingkungan sehat. lingkungan yang tidak sehat
berpeluang 6,6 kali memiliki
KESIMPULAN anak stunting dibandingkan
Berdasarkan hasil penelitian dengan responden memiliki
yang dilakukan terhadap 119 anak sanitasi lingkungan yang sehat
diwilayah kerja puskesmas Plus (OR=6,6)
Mandiangin tahun 2017, dapat
disimpulkan sebagai berikut : SARAN
1. Sebagian besar responden Bagi Puskesmas
berapa pada Tinggi Badan Berdasarkan hasil penelitian
normal sebanyak 66 yang dilakukan oleh pneliti dapat
responden (55,5%) dijadikan masukan kepada pihak
2. Lebih dari sebagian responden Puskesmas untuk mengatasi angka
yang memberikan ASI kejadian stunting, maka perlu
Ekslusif sebanyak 70 perhatian lebih dari pelayanan
responden (58,8) kesehatan dengan melalukan
3. Lebih dari sebagian responden intervensi dan penyuluhan mengenai
yang berat badan lahir normal pentingnya menjaga pertumbuhan
sebanyak 70 responden anak, dengan memenuhi kebutuhan
(58,8%) gizi anak. Disamping itu perlu
4. Lebih dari sebagian responden menginformasikan tentang
yang memiliki sanitasi pentingnya menjaga keefektifan
lingkungan yang sehat komunikasi antara ibu dan anak yang
sebanyak 69 responden (58%) dapat membantu status gizi termasuk
5. Terdapat hubungan bermakna stunting.
antara ASI ekslusif dengan
kejadian stunting (nilai Bagi Institusi Pendidikan
p=0,012) Responden yang Hasil penelitian ini
tidak memberikan ASI diharapkan dapat dijadikan acuan
ekslusif berpeluang 2,7 kali pembanding, khususnya tentang
memiliki anak stunting kejadian stunting serta informasi dan

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di


Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2017
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

pembelajaran untuk penelitian Bappenas.2013.1000 hari pertama


selanjutnya. kehidupan, bulletin 1.
Diakses dari Http://www.
Bagi orang Tua bappenas.go.id/files/3213/8
Diharapkan kepada orang tua 848/0645/Buletin1Ind_1000
dapat mengatur pola hidup sehat di HPK_2013-10 03.pdf
dalam keluarga khususnya dalam
mengatur makanan sehari-hari Friska Meilyasari,dkk. 2014.Faktor
membiasakan anak makan dalam Resiko Kejadian Stunting
jumlah yang cukup dan bergizi Pada Balita Usia 12 Bulan
seimbang. Didesa Purwoketo
Kecamatan Patebon
Bagi Peneliti Selanjutnya Kabupaten Kendal.Vol.3.
Diharapkan kepada peneliti No.2:16-25
selanjutnya agar dapatmelakukan
penelitian terhadap faktor-faktor lain Hastono Sutanto,2006, Basic data
yang dapat mempengaruhi kejadian Analysis for health
stunting seperti pengaruh BBLR dan research.Jakarta: FKM UI
lainnya.
Hidayat,Aziz Alimul. 2008. Ilmu
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Anak.Jakarta:
Adriani, Merryana. 2012. Peranan Salemba Medika
Gizi dalam Siklus
Kehidupan. Jakarta: Husein A.N,dkk.2013.Faktor Resiko
Kencana Prenada Media Kejadian Stunting pada
Group Anak Usia 12-24 Bulan.
Diakses dari
Almatsier, Sunita. 2011. Gizi http/scholar.google.com
Seimbang Dalam Daur
Kehidupan: Gizi Bayi. http://www.who.int/nutrition/topics/g
Jakarta: Gramedia Pustaka lobaltargets_Stunting_polic
Utama
ybrief.pdf
Ariani.2010. Ibu Susui Aku (Bayi http://www.unicef.org/indonesia/id/
Sehat dan Cerdas dengan
ASI). Bandung: khazanah A6__B_Ringkasan_Kajian_
Intelektual Gizi.pdf
Atikah Rahayu,dkk.2015.Riwayat
Berat Badan Lahir dengan Irmawaty B,dkk.2015.Faktor Resiko
Kejadian Stunting pada Terjadinya Stunting Pada
Anak Usia Bawah Dua Anak Diwilayah Kerja
Tahun.Jurnal Puskesmas Siloam Tamako
Kabupaten Kepulauan
Kesmas,Vol.10,No.2,November Sangihe Provinsi Selawesi
2015 Utara.Vol.5,No.1 januari
2015

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di


Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2017
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Kementerian Kesehatan.2016. Bali, Jawa Barat dan Nusa


Situasi Balita Pendek. Tenggara Timur.Jurnal
Jakarta: Departemen Gizi dan
Kesehatan RI Pangan,Vol.9,No.2,Juli
2014
Kementerian Kesehatan.2015.
Situasi dan Analisi Gizi Nasehudin.2012.Metode Penelitian
.Jakarta: Departemen Kuantitatif.Bandung: CV
Kesehatan RI Pustaka Setia

Kementerian Kesehatan.2015. Nadiah.dkk.2014.Faktor Resiko


Situasi dan Analisi Gizi Stunting pada Anak Usia 0-
.Jakarta: Departemen 23 Bulan di Provinsi Bali,
Kesehatan RI Jawa Barat dan Nusa
Tenggara
Keputusan Menteri Kesehatan Timur.Jurnal.Universitas
RI.1999 Nomor Esa Unggul
829/Menkes/SK/VII/1999
Novita Siahaan,dkk.2013.Faktor-
Laporan Hasil Riset Kesehatan Faktor Yang Berhubungan
Dasar Indonesi 2013. Dengan Kejadian Stunting
Jakarta : Depkesri Pada Balita Diwilayah
Kerja Puskesmas Tanjung
Muhammad, Iman.2012.Panduan Tiram Kecamatan Tanjung
Penyusunan Karya Tulis Tiram Kabupaten Batu
Ilmiah bidang Bara Tahun 2013.Diakses
kesehatan.Bandung: dari
CitaPustaka Media Perintis http/scholar.google.com

Marselina Sattu,2014.Balita Stunting Notoatmodjo,Soekidjo.2012.Kesehat


Diwilayah Kerja an Masyarakat ilmu dan
Puskesmas Teku Seni.Jakarta:Rineka Cipta
Kecamatan Balantak
Utara Kabupaten Prasetyon,Dwi Sunar.2009.Buku
Banggai.Jurnal Natural Pintar Asi
Science.Vol.3(3):239-247 Eklusif.Jogjakarta:Diva
Press
Natalia
Puspitawati,dkk.2013.Sani Rahayu,Atikah.dkk.2015.Riwayat
tasi Lingkungan yang Berat Badan Lahir dengan
Tidak Baik Mempengaruhi Kejadian Stunting pada
Stunting pada Anak Usia di Bawah Dua
Balita.Vol.6,No.1, juli Tahun.Jurnal.Universitas
2013 Lambung Mangkurat

Riset Kesehatan Dasar RI.2013.


Nadiyah,dkk.2014.Faktor Resiko
Badan Penelitian dan
Stunting Pada Anak Usia
0-23 Bulan diProvinsi

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di


Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2017
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Pengembangan Kesehatan.
Jakarta:Kemenkes RI

Supariasa, I Dewa Nyoman,dkk.


2013.Penilaian Status Gizi.
Jakarta: Buku Kedokteran
EGC

Sulistyoningsih H. 2011. Gizi Untuk


Kesehatan Ibu dan
Anak.Yogyakarta: Graha
Ilmu

UNICEF. Ringkasan Kajian Gizi.


Jakarta: Pusat Promosi
Kesehatan - Kementerian
Kesehatan RI; 2012.

UNICEF. Penuntun Hidup Sehat.


Jakarta: Pusat Promosi
Kesehatan - Kementerian
Kesehatan RI; 2010.

Wanda Lestari,dkk..2014.Faktor
Resiko Stunting Pada
Anak Umur 6-24 Bulan
Dikecamatan Penaggalan
Kota Subulussalam
Provinsi
Aceh.Vol.3,No.1,Desembe
r 2014:37-45

Winn Rambitan,dkk.2013.Hubungan
Antara Riwayat
Pemberian Asi Ekslusif
dengan Kejadian Stunting
pada Anak Balita
Diwilyah Kerja Puskesmas
Kawangkoan Kabupaten
Minahasa. Diakses dari
http/scholar.google.com

www.mca-indonesia.go.id

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di


Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2017
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di


Puskesmas Plus Mandiangin Tahun 2017
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Stunting pada Baduta di Puskesmas Plus
Mandiangin Tahun 2017

You might also like