Professional Documents
Culture Documents
(SUSTAINABLE LIVELIHOOD)
SEBAGAI STRATEGI PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
Sulistyo :
( Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UNSA )
SUMMARY
“A livelihood comprises the capabilities, assets, and activities required for making a
living”. he sustainable livelihoods approach ( SLA ) is a way to improve
understanding of the livelihoods of poor people. It draws on the main factors that
affect poor people's livelihoods and the typical relationships between these factors. It
can be used in planning new development activities and in assessing the contribution
that existing activities have made to sustaining livelihoods. The two key components
of the SLA are:
₋ a framework that helps in understanding the complexities of poverty
₋ a set of principles to guide action to address and overcome poverty
The SL framework places people, particularly rural poor people, at the centre of a
web of inter-related influences that affect how these people create a livelihood for
themselves and their households. Closest to the people at the centre of the framework
are the resources and livelihood assets that they have access to and use. These can
include natural resources, technologies, their skills, knowledge and capacity, their
health, access to education, sources of credit, or their networks of social support. The
extent of their access to these assets is strongly influenced by their vulnerability
context, which takes account of trends (for example, economic, political,
technological), shocks (for example, epidemics, natural disasters, civil strife) and
seasonality (for example, prices, production, employment opportunities). Access is
also influenced by the prevailing social, institutional and political environment, which
affects the ways in which people combine and use their assets to achieve their goals.
These are their livelihood strategies.
A. PENDAHULUAN
artikan sumber penghidupan atau mata pencaharian. Tentu tidak salah, karena mata
pencaharian merupakan salah satu bagian dari livelihood. Namun sebenarnya tidak sesempit
itu, Livelihood berkaitan erat dengan dengan proses dan unsur-unsur yang
kelompok.
mempengaruhi kesejahteraan masyarakat baik secara individu, keluarga maupun
kelompok.
sebuah frase yang kemudian dihembuskan makna yang lebih dalam. Sebagai sebuah
frasa yang lahir dari kritik atas praktik pembangunan (yang salah arah) selama ini,
pandang, pendekatan, strategi dan teknik yang telah mapan dalam pembangunan
daerah pedesaan dan situasi dimana petani hidup dari beberapa jenis produksi yang
dikelola. Dalam sebuah makalah klasik 1992, Sustainable Rural Livelihoods: Practical
concepts for the 21st Century, Robert Chambers dan Gordon Conway mengusulkan
A livelihood comprises the capabilities, assets (stores, resources, claims and access)
and activities required for a means of living: a livelihood is sustainable which can
cope with and recover from stress and shocks, maintain or enhance its capabilities
and assets, and provide sustainable livelihood opportunities for the next generation;
and which contributes net benefits to other livelihoods at the local and global levels
and in the short and long term.
memulihkan diri kondisi kerentanan, yakni dari tekanan dan guncangan (shocks).
Selain itu, mampu mempertahankan atau meningkatkan kemampuan dan aset baik
yang ada sekarang dan di masa depan. Dan tentunya dengan tidak merusak basis
sumber daya alam, yang dengan demikian dapat memberikan kontribusi lingkungan
yang bersih untuk kehidupan lain di tingkat lokal dan global dan dalam jangka pendek
dan panjang.
Jadi apabila tingkat penghidupan yang kita capai saat ini diperoleh dari
waktunya sejumlah kerusakan dan kerugian dalam skala yang lebih besar akan terjadi,
seperti banjir, kekeringan, tanah longsor dan bencana lain yang akan menghancurkan
semua yang telah kita capai. Begitu pula apabila suatu masyarakat hanya
waktunya hasil yang dapat mereka capai akan terus menurun, karena secara fisik
PEOPLE
LIVELIHOOD
CAPABILITIES
A LIVING
RESOURCES ACCESS
TANGIBLES INTANGIBLES
beberapa kondisi yang menjadi ciri dan syarat, yaitu antara lain:
seasonality).
orang lain dan penghidupan generasi mendatang, serta tidak merusak hasil dan
pada sumber daya lokal dan global, serta aset lainnya. Kelestarian lingkungan ini
menyangkut dampak eksternal mata pencaharian yang satu dengan mata pencaharian
lainnya; kedua, apakah keberlanjutan sosial? yaitu, mampu mengatasi stres dan
dari luar. Ketiga, Keberlanjutan fungsi dari beberapa aset dan kemampuan
penghidupan.
Penghidupan dikatakan berkelanjutan atau tidak dapat mengacu hal-hal berikut:
1. Kelestarian lingkungan:
melihat keberlanjutan.
2. Keberlanjutan ekonomi:
dipertahankan dari waktu ke waktu dan tidak melebihi pendapatan. Dalam kasus
tabungan masyarakat.
3. Keberlanjutan sosial:
Keberlanjutan sosial merujuk pada apakah unit manusia (individu, rumah tangga
layak dan layak. Ini memiliki dua dimensi, satu negatif, satu positif. Dimensi
negatif adalah reaktif, mengatasi stres dan guncangan, dan dimensi positif adalah
yang ada dalam masyarakat mampu mempertahankan fungsi mereka dalam jangka
yang mencakup prinsip dan cara pandang serta analisa terhadap kondisi penghidupan
meliputi dua aspek, konsep dan praktek. Secara konseptual SL merupakan gagasan
dan cara pandang tentang seperti apa penghidupan yang berkelanjutan itu?.
penghidupan yang ideal yang berlaku untuk semua situasi dan kelompok masyarakat.
Namun pendekatan ini mendorong sikap kritis dan perenungan kembali praktek-
praktek pembangunan yang telah dilaksanakan, serta mendorong setiap pihak untuk
peluang utama yang dihadapi oleh orang miskin, seperti yang diungkapkan oleh
mereka sendiri. Ini didasarkan pada definisi tersebut, dan kemudian mendukung orang
miskin karena mereka mengatasi kendala, atau mengambil keuntungan dari peluang.
berkelanjutan.
yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi, konteks persoalan dan kegiatan.
dan strategi adaptif. Meskipun hal ini pada prinsipnya merupakan proses terbuka,
penekanan tertentu diberikan untuk pengenalan teknologi baru serta investasi sosial
dan ekonomi. Juga, pembahasan tentang kebijakan dan tata kelola karena hal ini
mereka miliki, dan mereka praktekkan dalam kurun waktu yang lama. Seperti
menghadapi situasi sulit lainnya. Tidak jarang strategi yang dikembangkan sangatlah
yang telah ada, karena umumnya masyarakat hanya memilih strategi yang telah
terbukti efektif. Kita juga perlu menghargai pilihan strategi yang beragam, yang
mungkin sekilas nampak bertentangan dengan tujuan program. Karena salah satu
penghidupan mereka.
Orang miskin dengan aset yang terbatas mungkin memiliki strategi lebih sedikit
dibandingkan mereka yang memiliki asset lebih besar. Misalnya orang yang belum
kesempatan kerja di kota-kota. Namun bukan berarti orang miskin tidak memiliki
sifatnya hanya bertahan. Dalam dualisme ekonominya boeke, petani di jawa memiliki
nilai dan sikap limited needs yang merupakan prinsip moral dan berlaku di kalangan
petani. Menggarap sawah tidak dianggap sebagai kegiatan ekonomi untuk mencari
Prinsip dasar ini lahir dari pendalaman secara kritis terhadap pengalaman
Prinsip dasar ini mencerminkan cita-cita suatu praktek pembangunan yang ideal,
prinsip Tersebut dapat terus berkembang sesuai prioritas dan pengalaman yang
kerja Yang dibahas dalam modul ini mengacu pada kerangka kerja yang
(2002).
1. People centered
terjadi dari waktu ke waktu. Fokusnya adalah pada rakyat sendiri daripada
teknologi atau jasa per se, atau pemerintah yang melayani mereka. Memahami
untuk menjawab masalah praktis yang berkenaan langsung dengan orang miskin.
3. Partnerships
masyarakat sipil.
4. Holistic
Kemiskinan adalah kompleks dan berwajah banyak (multi faced), maka sangat
pada definisi sendiri (orang miskin) tentang kendala dan peluang yang mereka
hadapi. Pendekatan ini juga digunakan dalam mengenali berbagai pengaruh pada
kehidupan masyarakat seperti iklim, kebijakan, hukum, pasar, budaya dan politik.
Untuk melakukan pendekatan holistic, harus ada banyak aktor yang terlibat,
holistic juga harus mampu mengenali strategi yang dimiliki orang untuk tetap
hidup.
5. Dynamic
dinamis: selalu berubah dari waktu ke waktu, seperti kebijakan pemerintah, iklim,
kekeringan dan banjir yang datang tiba-tiba, harga komoditas lokal dan dunia.
6. Building on strengths
yang kompleks dan sering tidak stabil. Fokusnya adalah pada mengenali potensi
7. Sustainable
melestarikan penghidupan.;
tingkat lokal jika ada dampak yang signifikan terhadap kemiskinan. Intinya,
Ashley, Caroline and Diana Carney. Sustainable livelihoods: Lessons from early
experience. DFID, London, UK, 1999. (http://www.poverty-wellbeing.net)
Chambers, Robert and Gordon Conway. Sustainable Rural Livelihoods: Practical
concepts for the 21st Century. IDS Discussion Paper 296, IDS, Brighton,
UK,February 1992.
DFID. Sustainable Livelihoods and Poverty Elimination: Background Briefing.
November 1999 (www.ids.ac.uk/livelihoods.html).
Krantz, Lasse. The Sustainable Livelihood Approach to Poverty Reduction, An
Introduction. SIDA, February 2001.
Rahadi, Kuldesak. Makalah disampaikan dalam “Konferensi Nasional anti
Pemiskinan” di Jakarta, 25 – 27 April 2005.
Rahadi, Analisis social Partisipatif, Bahan bacaan kuliah Pemberdayaan masyarakat-
UNISMA, 2011.
Saragih, Sebastian, Jonatan Lassa dan Afan Ramli. Kerangka Penghidupan
Berkelanjutan. Circle, 2007
www.suarakarya-online.com
UNDP. Promoting Sustainable Livelihoods: A briefing note submitted to the
Executive Committee. June, 1997 (www.undp.org/sl)