You are on page 1of 14

JURNAL ILMU ADMINISTRSI NEGARA (AsIAN) ISSN : 2338-9567

VOL. 08 NO. 01 (Maret 2020)

Implementasi Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)


Di Desa Sokaraja Kidul

¹ Dwi Rahayu Rubianti, 2Wahyuningrat, 3Simin


Program Studi Administrasi Publik, Universitas Jenderal
Soedirman

Abstract
Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) program is national program to increase infrastructure acces and
basic service in urban slum area. Desa Sokaraja Kidul is one of the areas implementing KOTAKU
program. The purpose of this research is to find out how the implementation of KOTAKU program at
Desa Sokaraja Kidul using What’s Happening perspective by Ripley and Franklin. This research is
using qualitative descriptive method. The results of this study indicate that the Implementation of
Program KOTAKU (KOTAKU) in Desa Sokaraja Kidul based on dimensions in the perspective of What’s
Happening by Ripley and Franklin hasn’t optimal. The following results of the research based on the
perspective dimensions of What’s Happening: 1) The Profusion of actors, found that the role of actors
at the community level such as BKM and KSM has not been optimal. 2) The Multiplicity and vagueness
of goals, The purpose of the KOTAKU Program are understandable and implementing actors
understand the program's purposes. 3) The Poliferatin and complexity of government programs,
coordination and communication have been effective, policy changes that occur but didn’t have
significant impact on the program implementation, Guidelines for program implementation have been
made but actors at the community level are not aware of the guidance, the sustainability step in the
implementation procedure has not optimally implemented. 4) Community Participation, the people of
Desa Sokaraja Kidul support and participate in the implementation of the program. 5) Influencing
factors, the funds allocated have not been able to solve all slum problems and social and cultural
conditions are factors driving implementation while economic conditions are becoming obstacles to
implementation.

Keywords : Policy Implementation, Kota Tanpa Kumuh Programs (KOTAKU)

Abstrak

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) adalah program nasional yang bertujuan untuk
meningkatkan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan dasar di permukiman kumuh perkotaan.
Desa Sokaraja merupakan salah satu wilayah mengimplementasikan program KOTAKU. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui proses implementasi Program KOTAKU di Desa Sokaraja Kidul
dengan menggunakan perspektif What’s Happening yang dikemukakan oleh Ripley dan Franklin.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Implementasi Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) di Desa Sokaraja Kidul berdasarkan dimensi-
dimensi dalam perspektif What’s Happening yang dikemukakan oleh Ripley dan Franklin belum
berjalan dengan optimal. Berikut merupakan hasil penelitian berdasarkan dimensi perspektif
What’s Happening : 1) Aktor yang terlibat, ditemukan bahwa peran aktor di tingkat masyarakat
seperti BKM dan KSM belum optimal. 2) Kejelasan tujuan, Tujuan dari Program KOTAKU sudah
jelas dan aktor pelaksana telah memahami tujuan program. 3) Perkembangan dan kerumitan
kebijakan, koordinasi dan komunikasi telah berjalan efektif, perubahan kebijakan yang terjadi tidak
memiliki dampak signifikan terhadap program, pedoman pelaksanaan program telah ada namun
aktor di tingkat masyarakat kurang mengetahui adanya pedoman, tahap keberlanjutan dalam
prosedur implementasi belum berjalan. 4) Partisipasi mayarakat, masyarakat Desa Sokaraja Kidul
mendukug dan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program. 5) Faktor yang mempengaruhi,
dana yang dialokasikan belum dapat mengatasi semua permasalahan kumuh serta faktor kondisi

33
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 01(Maret 2020)

sosial dan budaya menjadi faktor pendorong implementasi sedangkan kondisi ekonomi menjadi
kendala implementasi.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)

*)Penulis Korespondensi
E-mail : dwirahayurubianti@gmail.com

34
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 01(Maret 2020)

PENDAHULUAN infrastruktur dan pelayanan dasar


Permukiman kumuh adalah di permukiman kumuh perkotaan
permukiman yang tidak layak huni untuk mendukung perwujudan
karena ketidakteraturan permukiman perkotaan yang layak
bangunan, tingkat kepadatan huni, produktif, dan berkelanjutan.
bangunan yang tinggi, dan kualitas
Program KOTAKU
bangunan serta sarana dan
dilaksanakan di 34 provinsi, yang
prasarana yang tidak memenuhi
tersebar di 269 kabupaten/kota.
syarat (Undang-Undang Nomor 1
Kabupaten Banyumas merupakan
Tahun 2011 tentang Perumahan
salah satu kabupaten yang
dan Kawasan Permukiman).
menerapkan program KOTAKU.
Menurut data yang dikumpulkan
Luas wilayah permukiman kumuh
oleh Direktorat Cipta Karya tahun
di Banyumas berdasarkan Surat
2016 menunjukkan total
Keputusan Bupati Nomor
permukiman kumuh yang berada
050/1444 tahun 2014 tentang
di Indonesia berjumlah 35.291 Ha.
Lokasi Kawasan Kumuh Perkotaan
Maka dari itu, pemerintah
di Kabupaten Banyumas sebesar
mengadakan program-program
69,58 Ha dari total wilayah
sebagai upaya mengatasi masalah
Kabupaten Banyumas sebesar
permukiman kumuh, Pada saat ini
17.504 Ha. Terdapat 10 titik
pemerintah melalui Diretorat
wilayah yang terindikasi sebagai
Jenderal Cipta Karya menjalankan
kawasan kumuh di Kabupaten
Program Kota Tanpa Kumuh
Banyumas, berikut merupakan
(KOTAKU). Program KOTAKU
daftar wilayah yang terdeliniasi
memiliki tujuan untuk
sebagai wilayah kumuh di
meningkatkan akses terhadap
Kabupaten Banyumas:

Luas Kawasan
No. Lokasi Permukiman Keterangan
Kumuh (Ha)

1 Kelurahan Bancarkembar 5,13 kawasan kumuh


sedang
2 Kelurahan Berkoh 10,93 kawasan kumuh
sedang
3 Kelurahan Grendeng 5,12 kawasan kumuh
sedang
4 Kelurahan Karangwangkal 1,22 kawasan kumuh
sedang
5 Kelurahan Kedungwuluh 1,82 kawasan kumuh
ringan
6 Kelurahan Kranji 1,47 kawasan kumuh
ringan

35
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 01(Maret 2020)

7 Kelurahan Mersi 7,58 kawasan kumuh


ringan
8 Kelurahan Purwokerto Lor 14,72 kawasan kumuh
sedang
9 Kelurahan Purwokerto 2,02 kawasan kumuh
Wetan sedang
10 Sokaraja Kidul 19,57 kawasan kumuh
sedang
Jumlah 69,58
Tabel 1. Daftar Lokasi Kumuh di Kawasan Kabupaten Banyumas
Sumber : Lampiran SK Bupati Banyumas No.050/144 Tahun 2014
Pada tabel.1 menunjukkan itu Desa Sokaraja Kidul dipilih
bahwa Desa Sokaraja Kidul sebagai lokasi penelitian. Selain
merupakan kelurahan/desa yang itu, dalam data lampiran SK Bupati
teridentifikasi sebagai wilayah Banyumas No.050/144 Tahun
kumuh dan menjadi wilayah titik 2014 wilayah Desa Sokaraja Kidul
fokus pengentasan permukiman dikategorikaan dalam kumuh
pemerintah Kabupaten Banyumas. sedang, dimana permasalahan
Dengan luas wilayah kumuh 19,57 kekumuhan di wilayah ini cukup
Ha yang merupakan kompleks. Berikut merupakan
kelurahan/desa dengan jumlah tabel untuk menunjukkan kondisi
wilayah kekumuhan terluas di kekumuhan di Desa Sokaraja Kidul
Kabupaten Banyumas. Maka dari :
Tabel 2. Kondisi Baseline (awal 2017) Kawasan Permukiman Kumuh di Desa
Sokaraja Kidul
Indikator Kriteria Kondisi Dilapangan
Kondisi Ketidakteraturan 72,11% (411 unit) bangunan di Desa
bangunan bangunan. Sokaraja Kidul yang memiliki
gedung. bangunan yang tidak teratur.
Ketidaksesuaian 34,91% (199 unit) bangunan di Desa
dengan Sokaraja Kidul tidak sesuai dengan
persyaratan teknis persyaratan teknis bangunan.
bangunan.
Kondisi jalan Cakupan 27,39% (2.124 meter) wlayah di Desa
lingkungan. pelayanan jalan Sokaraja Kidul belum terlayani jalan
lingkungan. lingkungan.
Kualitas 12,25% (950 meter) jalan lingkungan
permukaan jalan di Desa Sokaraja Kidul memiliki
lingkungan. kualitas jalan yang buruk.
Kondisi Ketersediaan akses 42,44% (306 KK) di Desa Sokaraja
penyediaan aman air minum Kidul belum memiliki akses aman
air minum terhadap air minum.
Tidak 7,63% (55 KK) di Desa Sokaraja Kidul

36
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 01(Maret 2020)

terpenuhinya kebutuhan air minumnya tidak


kebutuhan air terpenuhi.
minum
Kondisi Ketidaktersediaan 35,43% (2.403 meter) dari total
drainase drainase panjang jalan yang ada di Desa
lingkungan Sokaraja Kidul belum dilengkapi
dengan drainase.
Tidak 64,57% (3.707 meter) drainase di
terpeliharanya Desa Sokaraja Kidul tidak terpelihara.
drainase
Kualitas konstruksi 30,64% (1759 meter) dari total
drainase drainase yang ada di Desa Sokaraja
Kidul memiliki kualitas konstruksi
yang buruk.
Kondisi Sistem pengelolaan 22,33% (161 KK) di Desa Sokaraja
pengelolaan air limbah tidak Kidul memiliki sistem pengelolaan air
air limbah sesuai standar limbah yang tidak sesuai dengan
teknis persyaratan teknis.

Lanjutan Tabel 3. Kondisi Baseline (awal 2017) Kawasan Permukiman


Kumuh di Desa Sokaraja Kidul
Prasarana dan 41,47% (299 KK) di Desa Sokaraja
sarana pengelolaan Kidul memiliki sarana dan prasarana
air limbah tidak pengelolaan air limbah yang tidak
sesuai dengan sesuai dengan persyaratan teknis.
persyaratan teknis
Kondisi Prasarana dan 100% (721 KK) di Desa Sokaraja
pengelolaan sarana Kidul memiliki sarana dan prasarana
persampahan persampahan sesuai persampahan yang sesuai dengan
dengan persyaratan persyaratan teknis.
teknis
Sistem pengelolaan 47,02% (399KK) di Desa Sokaraja
persampahan yang Kidul belum terlayani sisem
tidak sesuai standar pengelolaan persampahan yang
teknis sesuai dengan standar teknis.
Tidakterpeliharanya 100% (721 KK) di Desa Sokaraja
sarana dan Kidul memiliki sarana dan prasarana
prasarana pengelolaan persampahan yang tidak
pengelolaan terpelihara.
persampahan.
Kondisi Ketidaktersediaan 65,61% (374 unit) bangunan di Desa
proteksi prasarana proteksi Sokaraja Kidul belum terlayani

37
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 01(Maret 2020)

kebakaran kebakaran prasarana proteksi kebakaran.


Ketidaktersediaan 100% (570 unit) bangunan di Desa
sarana proteksi Sokaraja Kidul belum terlayani
kebakaran proteksi kebakaran.
Sumber : Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Desa Sokaraja
Kidul dan Dokumen Simulasi Pengurangan Kumuh di Sokaraja Kidul
Tahun 2019.
Program KOTAKU telah jalan, Sistem Pengelolaan Air
dilaksanakan sejak tahun 2016 di Limbah (SPAL), septictank
Desa Sokaraja Kidul, program komunal, drainase dan fasilitas
pengentasan kota kumuh ini sudah pengolahan sampah. Namun
dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun implementasi program belum
yaitu pada tahun 2016 yang dapat dikatakan berjalan dengan
merupakan tahap persiapan dan maksimal. Dimana setelah
perencanaan, serta tahun 2017 program berjalan sejak tahun 2017
dan 2019 merupakan tahap masih terdapat beberapa
pelaksanaan program. permasalahan yang belum teratasi
Pembangunan infrastruktur yang di wilayah tersebut. Berikut
telah dilakukan selama kurun merupakan permasalahan kumuh
waktu dua tahun di Desa Sokaraja yang masih ada di Desa Sokaraja
Kidul untuk menangani Kidul :
kekumuhan yaitu pembangunan
Tabel 3. Kondisi Kawasan Permukiman Kumuh di Desa Sokaraja Kidul

Indikator Kriteria Kondisi 2019


Kondisi Ketidakteraturan 69,82% (298 unit) bangunan di Desa
Bangunan bangunan. Sokaraja Kidul yang memiliki
Gedung. bangunan yang tidak teratur.
Ketidaksesuaian 32,63% (186 unit) bangunan di Desa
dengan persyaratan Sokaraja Kidul tidak sesuai dengan
teknis bangunan. persyaratan teknis bangunan.
Kondisi Ketersediaan akses 27,60% (199 KK) di Desa Sokaraja
Penyediaan aman air minum Kidul belum memiliki akses aman
Air Minum terhadap air minum.
Kondisi Sistem pengelolaan 12,90% (93 KK) di Desa Sokaraja
Pengelolaan air limbah tidak Kidul memiliki sistem pengelolaan air
Air Limbah sesuai standar limbah yang tidak sesuai dengan
teknis persyaratan teknis.
Prasarana dan 21,36% (154 KK) di Desa Sokaraja
sarana pengelolaan Kidul memiliki sarana dan prasarana
air limbah tidak pengelolaan air limbah yang tidak
sesuai dengan sesuai dengan persyaratan teknis.
persyaratan teknis
Kondisi Ketidaktersediaan 65,61% (374 unit) bangunan di Desa

38
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 01(Maret 2020)

Proteksi prasarana proteksi Sokaraja Kidul belum terlayani


Kebakaran kebakaran prasarana proteksi kebakaran.
Ketidaktersediaan 100% (570 unit) bangunan di Desa
sarana proteksi Sokaraja Kidul belum terlayani
kebakaran proteksi kebakaran.
Sumber : Dokumen Simulasi Pengurangan Kumuh di Sokaraja Kidul.
Berdasarkan hasil dan kerumitan program, 4)
prasurvey yang dilakukan peneliti, Partisipasi terhadap program,
permasalahan kekumuhan yang 5)Faktor–faktor yang
masih belum teratasi di Sokaraja mempengaruhi implementasi.
Kidul tersebut terjadi karena
masih belum maksimalnya METODE PENELITIAN
keterlibatan implementor di Dalam penelitian ini
tingkat masyarakat (Badan metode yang digunakan adalah
Keswadayaan Masyarakat (BKM) metode Deskriptif kualitatif. Lokasi
dan Kelopok Swadaya penelitian ini yaitu Desa Sokaraja
Masayarakat (KSM)). Dimana, Kidul khususnya di RW 1 (RT : 01,
tidak semua anggota BKM dan 06, 07, 08, 09), RW 2 (RT : 01, 07)
KSM berperan aktif dalam dan RW 3 (RT : 01, 02, 04, 05, 06,
pelaksanaan program KOTAKU 07, 08). Lokasi tersebut dipilih
serta masih kurangnya karena menjadi fokus
pemahaman KSM sebagai pengimplementasian Program
pelaksana di lapangan dalam hal KOTAKU di Desa Sokaraja Kidul.
pelaksanaan kegiatan program Teknik pemilihan informan dalam
seperti pembangunan penelitian ini adalah teknik
infrastruktur. purposive sampling. Pengumpulan
data menggunakan metode
Penelitian ini bertujuan
wawancara, observasi dan
untuk mengetahui proses
dokumentasi. serta metode
implementasi Program KOTAKU di
analisis data menggunakan metode
Desa Sokaraja Kidul dengan analisis interaktif, yaitu
menggunakan perspektif What’s pengumpulan data, kondensasi
Happening yang dikemukakan oleh
data, penyajian data, dan
Ripley dan Franklin. Dimensi
penarikan kesimpulan.
perspektif What’s Happenning
yaitu 1) Aktor yang terlibat, 2)
Kejelasan tujuan, 3)Perkembangan
terhadap pencapaian tujuan
HASIL DAN PEMBAHASAN implementasi kebijakan atau
1. Aktor yang Terlibat program. Aktor sendiri dalam
Teori Ripley dan Franklin kaitannya dengan kebijakan publik
menyatakan bahwa dalam selalu terkait dengan pelaku dan
implementasi kebijakan publik penentu terhadap suatu kebijakan
aktor yang terlibat dalam proses yang berinteraksi dan melakukan
implementasi berperan penting interrelasi di dalam setiap tahapan

39
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 01(Maret 2020)

proses kebijakan publik. Sub aspek peran aktor


Merekalah pada dasarnya yang dalam pelaksanaan program, aktor
menentukan pola dan distribusi yang terlibat dalam implementasi
kebijakan yang akan dilakukan program KOTAKU di Desa Sokaraja
oleh birokrasi yang di dalam Kidul telah menjalankan peran
proses interaksi dan interrelasinya sesuai dengan ketentuan yang ada
cenderung bersifat konfliktif dalam program. Dimana aktor
dibandingkan dengan sifatnya yang memegang peranan paling
yang harmoni dalam proses itu besar dalam implementasi
sendiri (Muhlis Madani, 2011 : 36- program KOTAKU di Desa Sokaraja
37). Kidul adalah aktor di tingkat
Dalam sub aspek aktor yang lembaga swadaya masyarakat
terlibat, aktor yang terlibat dari seperti BKM dan KSM. Namun
kalangan pemerintah adalah Pokja dalam implementasinya terdapat
PKP (Kelompok Kerja Perumahan beberapa permasalahan pada
dan Kawasan Permukiman) internal masing masing aktor.
Kabupaten Banyumas yang Pertama, dalam internal Pokja PKP
merupakan gabungan dari OPD yang masih memiliki peranan
berbagai Organisasi Perangkat dominan hanya Badan
Daerah (OPD) di Kabupaten Perencanaan dan Pembangunan
Banyumas. Aktor yang berasal dari Daerah (Bappeda) dan Dinas
pihak swasta adalah askot Mandiri Perumahan dan Kawasan
KOTAKU dan tim fasilitator. Aktor Permukiman (Dinperkim) saja.
yang terlibat dari pihak Kedua, di internal aktor di tingkat
masyarakat adalah BKM (Badan Desa seperti BKM dan KSM
Keswadayaan Masyarakat) Satria terdapat beberapa anggota yang
Bangun Mandiri dan KSM pasif yang menyebabkan anggota
(Kelompok Swadaya Mayarakat). yang aktif harus meng-cover peran
KSM yang terlibat dalam orang yang pasif tersebut. Selain
implementasi program KOTAKU itu, KSM yang bersifat insidental
diantaranya KSM Sejahtera I, KSM dianggap kurang efektif karena
Sejahtera II, KSM Sejahtera III yang pada dasarnya KSM merupakan
terlibat pada implementasi lembaga yang berperan sebagai
program pada tahun 2017 dan pelaksana kegiatan di lapangan.
KSM Maju, KSM Mandiri yang 2. Kejelasan Tujuan
terlibat pada implementasi Dalam teori Ripley dan
program pada tahun 2019. Franklin kejelasan tujuan
Berdasarkan hasil penelitian berpengaruh terhadap
apabila dikaitkan dengan pendapat pemahaman aktor pelaksana.
Ripley dan Franklin dapat Hogwood dan Gun (1986:197)
dikatakan bahwa program menyebutkan kegagalan
KOTAKU cukup rumit karena implementasi disebabkan oleh tiga
melibatkan banyak aktor dalam faktor salah satunya kebijakan
implementasinya. yang buruk (bad policy) dimana
menurut kedua tokoh tersebut

40
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 01(Maret 2020)

kebijakan yang buruk ditandai 3. Perkembangan dan


dengan salah satunya tujuan dan Kerumitan Kebijakan
target kebijakan atau program Dalam teori Ripley dan
yang tidak jelas. Maka dari itu Franklin implementasi kebijakan
dalam suatu program perlu dapat dipengaruhi oleh
memuat tujuan jelas dan mudah perkembangan dan kerumitan
dipahami sehingga akan kebijakan itu sendiri. Dalam teori
mempermudah aktor pelaksana ini kerumitan kebijakan
dalam implementasi kebijakan bersangkutan dengan aturan dari
untuk mencapai tujuan kebijakan kebijakan yang bersangkutan.
atau program yang telah Dinamisnya suatu aturan dalam
ditetapkan. sebuah implementasi kebijakan
Dalam sub aspek kejelasan menyebabkan implementasi
tujuan dari program kota tanpa kebijakan menjadi lebih rumit
kumuh, tujuan program KOTAKU yang nantinya akan
sudah dimuat jelas dalam SE mempengaruhi kelancaran
Direktorat Jenderal Cipta Karya implementasi kebijakan.
No.40 Tahun 2016 Tentang Kerumitan kebijakan dalam
Pedoman Kota Tanpa Kumuh yaitu penelitian ini dapat dilihat dari
untuk meningkatkan akses perkembangan peraturan, adanya
infrastruktur pelayanan dasar di pedoman dan prosedur program.
permukiman kumuh perkotaan Selanjutnya perkembangan
yang layak huni, produktif dan kebijakan dalam teori Ripley dan
berkelanjutan. Selain itu di dalam Franklin dilihat dari manajemen
dokumen tersebut juga dijelaskan dan koordinasi aktor pelaksana.
mengenai output yang diharapkan Dalam sub aspek
dari pelaksanaan program, sasaran perkembangan
program dan strategi program peraturan/kebijakan program,
untuk mencapai tujuan. selama implementasi program
Mengenai pemahaman KOTAKU terdapat perubahan
implementor terhadap tujuan peraturan yang menjadi acuan
program yang ditetapkan, pelaksanaan program yaitu
implementor juga sudah diubahnya Peraturan Menteri
memahami output dari kegiatan Pekerjaan Umum dan Perumahan
yang dilaksanakan yaitu total Rakyat No.2 Tahun 2016 tentang
wilayah kumuh 0 dan parameter Peningkatan Kualitas terhadap
nilai dari seluruh indikator yaitu Perumahan Kumuh dan
kondisi bangunan gedung, jalan Permukiman Kumuh yang diubah
lingkungan, penyediaan air menjadi Peraturan Menteri
minum, drainase lingkungan, Pekerjaan Umum dan Perumahan
pengelolaan persampahan, Rakyat No. 14 Tahun 2018 tentang
pengelolaan air limbah dan Pencegahan dan Peningkatan
proteksi kebakaran dibawah 16. Kualitas Terhadap Perumahan
Kumuh dan Permukiman Kumuh.
Selanjutnya di tatanan teknis

41
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 01(Maret 2020)

pelaksanaan juga mengalami pelaksana untuk bertindak yaitu


perubahan, yaitu pada indikator Surat Edaran Direktorat Jenderal
nilai kumuh yang dijadikan Cipta Karya No.40 Tahun 2016
parameter output serta jumlah Tentang Pedoman Kota Tanpa
fasilitator yang terlibat dalam Kumuh, Dokumen Petunjuk
pengimplementasian program, Pelaksanaan Program Kota Tanpa
yang tadinya 40 orang diubah Kumuh (KOTAKU) Tingkat
menjadi 11 orang pada tahun Kabupaten/Kota, Dokumen
2019. Petunjuk Pelaksanaan Program
Mengenai pola komunikasi Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU)
dan koordinasi antar aktor dalam Tingkat Desa/Kelurahan.
pelaksanaan program, koordinasi Dalam sub aspek prosedur
berperan penting dalam implementasi program,
pelaksanaan kegiatan program implementasi program KOTAKU
karena dengan adanya koordinasi terdiri dari empat tahapan yaitu
aktor pelaksana dapat mampu tahap persiapan, tahap
menyelaraskan pelaksanaan tugas perencanaan, tahap pelaksanaan
maupun kegiatan dalam suatu dan tahap keberlanjutan. Dalam
organisasi (Awaluddin Djamin setiap tahapan tersebut terdiri dari
dalam Hasibuan, 2011:86). Selain beberapa item kegiatan. Apabila
itu dalam pelaksanaan komunikasi dikaitkan dengan kerumitan
memegang peranan penting agar program dalam teori Ripley dan
koordinasi antara aktor pelaksana Franklin, prosedur implementasi
dapat berjalan dengan baik. program KOTAKU cukup rumit
Koordinasi dalam implementasi karena terdiri dari beberapa
program KOTAKU telah berjalan tahapan dan disetiap tahapan
dengan baik dikarenakan di dalam tersebut terdiri dari beberapa item
pedoman pelaksanaan yaitu Surat kegiatan yang harus dilaksanakan.
Edaran Direktorat Jenderal Cipta Dalam pelaksanaannya
Karya No.40 Tahun 2016 Tentang implementasi program KOTAKU di
Pedoman Kota Tanpa Kumuh Desa Sokaraja Kidul telah sesuai
sudah diatur dengan jelas garis dengan prosedur yang ditetapkan.
koordinasi antara aktor pelaksana. Dimana telah melaksanakan
Komunikasi yang dilakukan antar kegiatan di tahap persiapan,
aktor yang terlibat sudah efektif perencanaan dan pelaksanaan.
walaupun intensitas komunikasi Walaupun tiga tahapan
secara langsung seperti rapat implementasi sudah dijalankan
masih minim. dengan baik, namun pada tahap
Selanjutnya mengenai sub terakhir yaitu tahap keberlanjutan
aspek adanya pedoman khususnya pada kegiatan
pelaksanaan program, dalam operasional dan pemeliharaan
program KOTAKU terdapat belum berjalan. Hal tersebut
beberapa dokumen pedoman terjadi karena kurangnya
pelaksanaan program KOTAKU kesadaran pihak KPP dan BKM
untuk menjadi pedoman bagi aktor untuk melakukan pengawasan

42
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 01(Maret 2020)

untuk kegiatan operasional dan melibatkan dirinya secara sukarela


pemeliharaan serta tidak adanya dalam suatu kegiatan tertentu
kejelasan mengenai peran dari (Dusseldrop, 1981:24). Selain itu
masing-masing pihak yang terlibat bentuk partisipasi yang dilakukan
dalam tahap keberlanjutan di masyarakat Desa Sokaraja Kidul
dalam pedoman pelaksanaan. merupakan partisipasi dalam
Tidak adanya peran dari masing- bentuk tenaga dan dalam bentuk
masing pihak dalam realisasi harta (Huraerah, 2011:116).
kegiatan operasional dan 5. Faktor-faktor yang
pemeliharaan ini akhirnya Mempengaruhi
menimbulkan beberapa Implementasi
permasalahan di lapangan Menurut Ripley dan
khususnya pada indikator Franklin terdapat beberapa faktor-
persampahan dan drainase. faktor di luar teknis yang
4. Partisipasi terhadap mempengaruhi jalannya
Program implementasi. Faktor tersebut bisa
Ripley dan Franklin berasal dari internal maupun
menyatakan bahwa adanya eksternal. Pada program KOTAKU
partisipasi terhadap program faktor yang mempengaruhi
menjadi dimensi dalam aspek implementasi program yang
what’s happening. Dalam berasal dari internal adalah
penelitian ini partisipasi yang pendanaan program. Sedangkan
dimaksud adalah partisipasi faktor yang berasal dari eksternal
masyarakat dalam program. yaitu mengenai kondisi
Masyarakat Desa Sokaraja Kidul sosial,ekonomi, budaya
mendukung implementasi masyarakat.
program KOTAKU di Desa Sokaraja Dalam sub aspek sumber
Kidul. Partisipasi atau peran serta dana program KOTAKU,
masyarakat dalam implementasi pendanaan program dapat
program KOTAKU di Desa Sokaraja dikategorikan sebagai faktor yang
Kidul juga dapat dikatakan sudah mempengaruhi implementasi
baik. Keterlibatan masyarakat program dalam teori Ripley dan
dalam implementasi program Franklin. Hal tersebut didukung
KOTAKU di Desa Sokaraja Kidul oleh pendapat yang dikemukakan
yaitu keterlibatan sebagai tenaga Edward III yang menyatakan
kerja konstruksi, partisipasi bahwa dalam implementasi
swadaya seperti memberikan kebijakan harus didukung dengan
konsumsi kepada tenaga kerja dan sumber daya yang memadai.
partisipasi dengan cara Selanjutnya Wahab (2012)
menghibahkan lahannya untuk menjelaskan sumber daya tersebut
pembangunan infrastruktur. salah satunya adalah sumberdaya
Partisipasi masyarakat di Desa finansial. Edward III dalam
Sokaraja Kidul termasuk Widodo (2010:100) menyatakan
pastisipasi bebas yaitu partisipasi bahwa terbatasnya dana yang
dimana seorang individu tersedia menyebabkan kualitas

43
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 01(Maret 2020)

pelayanan yang seharusnya (eksternal) kebijakan yaitu kondisi


diberikan kepada masyarakat juga sosial,ekonomi, budaya. Suatu
terbatas. Dalam implementasi kebijakan yang dilaksanakan oleh
progam KOTAKU di Desa Sokaraja organisasi atau sekelompok
Kidul sumber dana dari program organisasi tidak terjadi pada ruang
KOTAKU berasal dari APBN dan hampa, tetapi terjadi pada
Swadaya. Dana yang berasal dari lingkungan implementasi tertentu.
APBN disebut BDI (Bantuan Dana Lingkungan implementasi bisa
Investasi), yang dirubah menjadi berbentuk kondisi sosial, ekonomi
BPM (Bantuan Pemerintah untuk dan budaya dimana kebijakan itu
Masyarakat) pada tahun 2019. diimplementasikan (Sofian
Sumber dana yang digunakan Effendi:2000). Beranjak dari
dalam implementasi program pendapat tersebut dapat dikatakan
KOTAKU di Desa Sokaraja Kidul bahwa penerapan suatu kebijakan
berasal dari APBN dan swadaya. harus memperhatikan lingkungan
Pada tahun 2017 dana yang dimana kebijakan itu di
dialokasikan dalam Implementasi implementasikan, maka dari itu
Program KOTAKU berjumlah kondisi sosial, ekonomi dan
Rp.507.562.000,00. Dana budaya memiliki peran dalam
merupakan alokasi dari dana BDI keberhasilan implementasi
sebesar Rp. 500.000.000,00 dan kebijakan. Dalam implementasi
dana swadaya sebesar program KOTAKU di Desa Sokaraja
Rp.7.562.000,00. Sedangkan pada Kidul bahwa kondisi sosial dan
tahun 2019 dana yang budaya masyarakat di Desa
dialokasikan dari BPM berjumlah Sokaraja Kidul menjadi faktor yang
RP. 1.000.000.000,00 dan dari mendorong implementasi program
swadaya masyarakat berjumlah KOTAKU di Desa Sokaraja Kidul.
Rp. 29.745.000,00. Temuan di Sedangkan, kondisi ekonomi
lapangan menunjukkan bahwa warga sekitar menjadi salah satu
dana yang dialokasikan oleh hal yang menghambat
pemerintah untuk implementasi implementasi program KOTAKU di
program KOTAKU di Desa Sokaraja Desa Sokaraja Kidul. Kondisi
Kidul belum dapat mengatasi ekonomi warga berpengaruh
seluruh permasalahan kumuh di terhadap tahap keberlanjutan,
Desa Sokaraja Kidul, hal tersebut dimana terdapat warga yang
terbukti karena masih terdapat merasa keberatan dengan adanya
permasalahan yaitu mengenai iuran sampah untuk pengelolaan
proteksi kebakaran. sampah serta kurangnya
Dalam sub aspek kondisi pemahaman warga untuk
sosial, ekonomi, budaya penggunaan tempat sampah. Jadi
masyarakat, Teori Ripley dan dapat disimpulkan bahwa kondisi
Franklin menyatakan bahwa ekonomi warga menyebabkan
terdapat faktor yang memengaruhi permasalahan pada sistem
program di luar teknis, faktor persampahan di tahap
tersebut bisa berasal dari luar keberlanjutan.

44
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 01(Maret 2020)

DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN Agus Purwanto,Erwan. 2012.
Berdasarkan hasil Implementasi Kebijakan
penelitian dapat disimpulkan Publik Konsep dan
bahwa implementasi program Aplikasinya di Indonesia.
KOTAKU di Desa Sokaraja Kidul Yogyakarta : Gava Media
belum sepenuhnya berhasil
Aji Ratna Kusuma, Santi Rande &
apabila dikaji berdasarkan
Sahria Aprilliana. (2018).
perspektif what’s happening yang
Partisipasi
di kemukaka oleh Ripley dan
Masyarakat dalam
Franklin. Dimana pada dimensi
Pelaksanaan Program Kota
aktor yang terlibat, dimensi
Tanpa Kumuh (Kotaku)
perkembangan dan kerumitan
(Studi Tentang Program
program serta dimensi faktor yang
Pembangunan Drainase
mempengaruhi program belum
dan Sanitasi di
berjalan dengan baik. Dalam
Kelurahan Teritip Kota
dimensi aktor yang terlibat, dalam
Balikpapan). eJurnal
pelaksanaannya peran aktor
Administrasi Negara,
seperti BKM dan KSM belum
Volume 6, Nomor 1: 7034-
optimal. Selanjutnya, dalam
7048
dimensi perkembangan dan
kerumitan program khususnya Dijan Rahajuni dkk. 2017.
dalam sub aspek prosedur Pengembangan Kelompok
program, dimana dalam tahap Swadaya Masyarakat
keberlanjutan program masih (Ksm) Ekonomi Pnpm-
belum berjalan dengan baik. Pada Mandiri Perkotaan Pasca
dimensi faktor yang Program Studi Kasus Di
mempengaruhi program, dalam Kabupaten Banyumas.
sub aspek sumber dana yang
dialokasikan untuk program masih Easton, David. 1953 The Political
belum dapat mengatasi semua System.New York. Knopf
permasalahan kumuh di Desa Hessel Nogi S. Tangkilisan, M.Si,
Sokaraja Kidul, hal ini terbukti Drs, 2003. Kebijakan Publik
belum teratasinya permasalahan yang Membumi, Konsep,
proteksi kebakaran. Sedangkan Strategi dan Kasus,
dalam sub aspek kondisi sosial, Yogyakarta: Lukman Offset
ekonomi dan budaya masyarakat, dan YPAPI.
kondisi sosial dan budaya
masyarakat menjadi faktor yang Hogwood, Brian W, and Lewis A.
mendorong implementasi program Gunn, 1986, Policy Analysis
namun, kondisi ekonomi menjadi for the Real World, Oxford
kendala dalam implementasi University Press.
program KOTAKU di Desa Sokaraja Kusumanegara, Solahuddin.2010.
Kidul. Model Dan Aktor Dalam

45
Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN) Vol. 08 No. 01(Maret 2020)

Proses Kebijakan Publik. Jurnal Administrasi


Yogtakarta. Gava Media. Negara, Volume 14, Nomor
3: 118-133
Moleong, Lexy J. 2015. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Wibawa, Samodra. 2002. Evaluasi
Bandung. PT Remaja Kebijakan Publik. Raja
Rosdakarya. Grafindo Persada: Jakarta.
Nakamura, Robert T and
FrankSmallwood. 1980.
The Politics of Policy
Implementation, St. Martin
Press, New York.
Ripley, Rendal B. and Grace
A.Franklin, 1986. Policy
Implementation and
Bureaucracy, second
edition, the Dorsey Press,
Chicago-Illionis. Grindle
(1980)
Sri Yuliani dan Gusty Putri Dhini
Rosyida. (2017).
Kolaborasi Dalam
Perencanaan Program Kota
Tanpa Kumuh (Kotaku) di
Kelurahan
Semanggi Kota Surakarta.
Jurnal Wacana Publik,
Volume 1, Nomor 2:
33-47
Sudarmo. 2011. Isu-isu
Administrasi Publik dalam
Perspektif Governance.
Solo: SmartMedia
Sugiyono. 2005. Memahami
Penelitian Kualitatif.
Bandung : Alfabeta.
Tauhid. (2017). Implementasi
Kebijakan dan Revitalisasi
Kota Tanpa Kumuh
Neigborhood Upgrading
and Shelter Sector Project
(NUSSP) di Kota Bima.

46

You might also like