You are on page 1of 13

ISSN 2549-3922 EISSN 2549-3930 Journal of Regional and Rural Development Planning

(Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)


Februari 2021, 5 (1): 15-27
DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2021.5.1.15-27

Perencanaan Penataan Ruang Desa Berbasis Potensi Desa


sebagai Kendali Pembangunan Desa yang Terarah dan Berkelanjutan
Village Spatial Planning Based on Village Potential
as a Directed and Sustainable Village Development Control

Agustina Rohiani1*
1
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Barat, Jalan Soekarno Hatta Nomor 466,
Bandung 40266, Indonesia; *Penulis korespondensi.e-mail: agustinarohiani1@gmail.com
(Diterima: 8 Juli 2020; Disetujui: 21 Oktober 2020)

ABSTRACT

West Java province is currently active conducting development in rural areas in order to
improve the welfare of its community through the improvement of IDM (Indeks Desa
Membangun/Village Index Development). In general, village development has not been based on
village spatial plan, resulting it less optimal and not synergized with Regency’s Mid-term
Development Plan (RPJMD Kabupaten). Therefore, each village government shall first conduct
village spatial planning as the basis for preparation of Village Mid-term Development Plan (RPJM
Desa), in order to understand its potentials and development plans that exist in its area and realize
the importance of village spatial planning. This research uses qualitative and comparative
descriptive methods. The existence of the Village Spatial Plan (RTRW Desa) enables village
development to become more synergistic, directed, and sustainable, suppresses conflict of interests,
controls the use of space in village area to remain in accordance with its function and designation,
hence the level of environmental damage can be minimized. Village spatial planning is new to
village governments and no guidelines exist yet. Thus, the central or local government shall
prepare guidelines for village spatial planning and conduct socialization and education.
Keywords: community welfare, environmental quality, village government

ABSTRAK

Provinsi Jawa Barat giat melakukan pembangunan di perdesaan untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan IDM (Indeks Desa Membangun). Pada umumnya,
pembangunan desa belum berdasarkan rencana penataan ruang desanya, sehingga kurang optimal
dan belum bersinergi dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten. Oleh karena itu, setiap Pemerintah Desa harus melakukan penataan ruang desa terlebih
dahulu sebagai dasar penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa,
sehingga mengetahui potensi dan rencana pembangunan yang ada di wilayahnya, serta menyadari
pentingnya dilakukan penataan ruang desa.Penelitian inimenggunakan metode deskriptif kualitatif
dan komparatif. Adanya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Desa menjadikan pembangunan
desa lebih bersinergi, terarah, dan berkelanjutan, dapat menekan terjadinya konflik antar
kepentingan, berperan sebagai pengendali pemanfaatan ruang di wilayah desa agar tetap sesuai
dengan fungsi dan peruntukannya, sehingga tingkat kerusakan lingkungan dapat diminimalisir.
Penataan ruang desa merupakan hal yang baru bagi Pemerintah Desa dan belum memiliki

15
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 15-27

pedoman, maka Pemerintah Pusat atau daerah sudah semestinya menyusun Pedoman Rencana
Penataan Ruang Desa dan segera melakukan sosialisasi serta edukasi.
Kata kunci: kesejahteraan masyarakat, kualitas lingkungan, pemerintah desa

PENDAHULUAN Undang-Undang No. 6/2014 tentang


Desa, menyatakan bahwa penataan ruang desa
Luas wilayah Provinsi Jawa Barat adalah merupakan bagian dari proses perencanaan
35,377.76 Km2, terletak di antara 5o50’ - 7o50’ pembangunan desa. Penataan ruang desa
LS dan 104o48’ - 108o48’ BT. Jawa Barat merupakan hal yang masih baru, sehingga
memiliki 18 kabupaten dan 9 kota, dengan 627 belum dipahami tata cara pelaksanaannya dan
kecamatan, 645 kelurahan dan 5,312 desa. Jawa belum dirasakan manfaatnya oleh Pemerintah
Barat sebagai daerah penyanggah Ibu Kota Desa karena belum adanya sosialisasi dan
Jakarta, terus melakukan pembangunan pembinaan tentang pentingnya penataan ruang
khususnya di perdesaan untuk meningkatkan desa. Perencanaan pembangunan desa selama
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat desa ini belum berdasarkan pemanfaatan ruang,
melalui peningkatan IDM (Indeks Desa sehingga kurang menggali potensi dan
Membangun) guna mewujudkan “Jabar Juara permasalahan yang ada. Pelaksanaan
Lahir Batin dengan Inovasi dan Kolaborasi”, pembangunan desa merupakan kewenangan
sesuai dengan Visi yang tertuang dalam desa, dan permasalahan penataan ruang desa
Rencana Pembangunan Jangka Menengah menjadi penting untuk dilihat sebagai bagian
Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun obyek pengaturan dan pengendalian
2018-2023 dan Misi ke-3, yaitu : pemanfaatan lahan yang kewenangannya
“Mempercepat Pertumbuhan dan Pemerataan dimiliki oleh Pemerintah Desa.
Pembangunan Berbasis Lingkungan dan Tata Riza (2016), menyatakan mengapa
Ruang yang Berkelanjutan melalui Peningkatan penataan ruang desa menjadi penting bagi
Konektivitas Wilayah dan Penataan proses perencanaan pembangunan Desa, yaitu :
Daerah”(RPJMD Prov. Jabar, 2019). 1) sebagai dasar penyusunan RPJMDesa. Tanpa
Masalah utama yang mendasari adanya Rencana penataan ruang desa tidak
penelitian ini adalah belum pahamnya menjamin desa memiliki RPJMDesa yang baik
Pemerintah Desa tentang penataan ruang desa, dan keberlanjutan. Akibatnya, desa akan
belum optimalnya sinergitas antara RPJMDesa dihadapkan pada berbagai masalah kerusakan
dengan RPJMD di Kabupaten dan Provinsi, lingkungan dan sumber daya alam; 2) dapat
karena hampir seluruh Kepala Desa tidak meningkatkan konflik berbagai kepentingan
mengetahui rencana pembangunan di desanya baik antar desa, antar warga atau dengan pihak
yang tertuang dalam RTRW dan RPJMD lainnya yang memiliki kepentingan menguasai
Kabupatennya. Walaupun telah diselenggarakan potensi yang ada di daerah tersebut. Konflik ini
Musyawarah Perencanaan Pembangunan sering merugikan banyak pihak dan juga dapat
(Musrembang). Namun rencana pembangunan menyebabkan kerusakan lingkungan; 3) selama
desa masih belum terakomodir dengan baik dan ini RTRW hanya disusun oleh Pemerintah
belum berkelanjutan, khususnya setelah terjadi Kabupaten dengan cara hanya membagi antara
pergantian Kepala Desa, maka perencanaan dan wilayah perdesaan dengan perkotaan, belum
pelaksanaan pembangunan desa menjadi tidak sampai pada unit territorial kawasan perdesaan.
terarah dan tidak berkelanjutan. Hal ini juga Kerusakan lingkungan sering kali terjadi
menyebabkan tidak efektifnya dana akibat adanya perubahan pemanfaatan ruang
pembangunan yang diberikan untuk desa dan yang tidak sesuai dengan peruntukannya
hasil pembangunan kurang dirasakan sebagaimana dalam RTRW yang telah dikaji
manfaatnya oleh masyarakat.

A. Rohiani 16
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 15-27

dampak lingkungannya serta ditetapkan oleh sehingga arah pembangunan menjadi tidak
Kepala Daerahnya. jelas, kurang tepat sasaran, sporadis, dan tidak
berkelanjutan. Karena itu setiap Kepala Desa
Tabel 1. Jenis dan luas guna lahan di Provinsi harus mengetahui potensi dan permasalahan
Jawa Barat
Kooefisian
serta rencana pembangunan yang akan
No. Penggunaan Luas (Ha)
Lahan Lindung dilaksanakan di wilayah desanya.
1. Hutan Konservasi 179,500.66 1 Jenis tutupan lahan dan luasan
2. Konservasi 1,391.18 1 penggunaan lahan di Jawa Barat pada Tabel 1,
Perairan
merupakan potensi yang harus dikelola dengan
3. Hutan Lindung 224,040.30 1
4. LNH-Sesuai Utk 48,379.39 1 bijak guna meningkatkan pembangunan dan
Hutan Lindung kesejahteraan masyarakat Jawa Barat. Rencana
5. LNH-Resapan Air 424,351.32 1 pengelolaannya telah dituangan ke dalam
6. LNH- 58,591.43 1
Perlindungan
dokumen RTRW dan RPJMD Provinsi Jawa
Geologi Barat. Agar perencanaan tersebut diketahui dan
7. LNH-Rawan 67,996.91 1 menjadi pedoman dalam penyusunan rencana
Letusan Gn Api pembangunan secara sinergi oleh pemerintahan
8. LNH-Rawan 650,632.12 1
Gerakan Tanah di bawahnya sampai tingkat pemerintahan
9. LNH-Rawan 38,975.13 1 terkecil yaitu Pemerintahan Desa, maka
Tsunami selayaknya Pemerintahan Desapun harus
10. KB-Hutan 174,463.34 0.68 melakukan penataan ruang desanya
Produksi Terbatas
11. KB-Hutan 215,251.16 0.68 sebagaimana diamanatkan dalam Permendagri
Produksi Nomor 114/2014 pasal 6 ayat 3, bahwa
12. KB-Hutan 1,195.92 0.61 Pemerintah Desa harus menyusun Rencana Tata
Cadangan
Ruang Desa. Namun amanat ini belum disertai
13. KB-Enclave 23,216.21 0.18
14. Perkotaan 351,180.00 0.18 dengan Pedoman Rencana Penataan Ruang
15. Sawah 83,217.97 0.46 Desa.
16. Perdesaan 638,840.03 0.18 Rumusan masalah dalam penelitian ini
17. KB-Tubuh Air 38,935.63 0.98
18. Rencana KP2B 506,095.47 0.46
adalah: 1) Apakah setiap Kepala Desa
19. Perkebunan Teh 9,162.68 0.21 memahami pentingnya penataan ruang desa?; 2)
Sumber: KLHS RPJMD Jawa Barat Tahun 2018- Apakah arah pembangunan desa sudah jelas
2023 terencana dengan baik, berkelanjutan dan
bermanfaat bagi masyarakat?; 3) Bagaimanakah
Tidak adanya benang merah arah
agar RPJMDesa dapat bersinergi dengan
perencanaan pembangunan pemerintah mulai
RPJMD Kabupaten dan Provinsi dengan
dari tingkat desa sampai dengan pusat
memaksimalkan potensi yang dimiliki dan
menyebabkan pembangunan seringkali berjalan
menjadi solusi untuk setiap permasalahan yang
masing-masing. Program pembangunan yang
ada?
dilakukan secara Top-down tidak sepenuhnya
Berdasarkan uraian di atas, tujuan
sesuai dengan harapan pemerintah dan
penelitian ini adalah: 1) Menumbuhkan
masyarakat di bawah, sementara perencanaan
kesadaran dan pemahaman kepada Kepala Desa
Bottom-Up seringkali tidak terakomodir
akan pentingnya penataan ruang desa; 2)
walaupun telah diusulkan sampai ke tingkat
Menganalisis keterkaitan antara rencana
pusat, sehingga manfaat hasil pembangunan
pembangunan desa dengan penataan ruang
tidak dirasakan secara maksimal.
desa; 3) Menganalisis sinergitas RPJMDesa
Rencana pembangunan desa pada
dengan RPJMD pemerintah di atasnya.
umumnya hanya berdasarkan keinginan Kepala
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Desa yang disepakati dalam musyawarah desa
mendorong pemerintah untuk menyusun
dan seringkali berubah-ubah setiap tahunnya,
Pedoman Rencana Penataan Ruang Desa yang

17 Perencanaan Penataan Ruang…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 15-27

dapat digunakan oleh seluruh desa di Indonesia Barong” di pesisir pantai dan berbatasan dengan
dan menyelenggarakan bimbingan teknis Desa Melakasari, Desa Kalisari dan Desa
penyusunan rencana pembangunan desa yang Mulyasari. Luas wilayah Desa Ambulu
berdasarkan RTRW Desa. 1,210.56 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak
Hipotesis penelitian ini adalah 8,963 orang. Penelitian dilaksanakan dari bulan
tumbuhnya kesadaran, kebutuhan dan Februari sampai dengan Maret 2020.
pemahaman Kepala Desa akan pentingnya Teknik pengumpulan data yang
dilakukan penataan ruang desa sebagai dasar dilakukan antara lain:
dalam menyusun rencana pembangunan desa 1. Pengambilan data lapangan (field reseach)
yang lebih baik, terarah, terjaga lingkungannya A. Pemetaan:
dan berkelanjutan serta mampu bersinergi a) Deliniasi penataan ruang desa di atas
dengan Rencana Pembangunan Pemerintah peta bumi/tematik;
Kabupaten, Provinsi, dan Pusat. b) Pembuatan simbol-simbol;
c) Kondisi eksisting (foto drone).
METODOLOGI B. Kuisioner dan Wawancara
a) Pemahaman Kepala Desa tentang
Metode yang digunakan dalam penelitian penataan ruang desa;
ini adalah deskriptif kualitatif dan komparatif. b) Pengetahuan Kepala Desa terhadap
Data primer diperoleh dari hasil observasi, RTRW dan RPJMD Kabupatennya;
wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan data c) Kesadaran dan pemahaman Kepala
sekunder diperoleh dari instansi terkait, media Desa akan pentingnya penataan
internet, dan buku-buku pendukung. ruang desa;
Data pendukung digunakan dari hasil d) Tersedianya RTRW Desa;
piloting yang telah dilakukan tahun 2019 di 40 e) Sinergitas RPJMDesa dengan
desa yang ada di Kabupaten Sukabumi, RPJMD Kabupaten dan Provinsi;
Kabupaten Bogor, Kabupaten Cirebon dan f) Kesesuaian rencana pemanfaatan
Kabupaten Kuningan. Selanjutnya lokasi lahan dengan RTRW Kabupaten;
penelitian dipilih desa yang memiliki g) Kondisi lingkungan
karakteristik sebagai berikut: C. Dokumentasi
1. Kawasan Konservasi, yaitu desa yang a) Foto udara menggunakan drone
dalam wilayahnya terdapat kawasan 2. Studi Pustaka (library reseach)
lindung yang berfungsi sebagai kawasan a. Data RTRW dan RPJMD Kabupaten;
konservasi, di daerah pegunungan atau b. Data, informasi dan regulasi batas
pesisir pantai. desa;
2. Kawasan Strategis, yaitu desa yang di c. Data dan informasi tentang
dalam wilayahnya terdapat daerah yang profil/potensi desa;
oleh RTRW kabupaten/provinsi ditetapkan d. Data Permasalahan desa;
sebagai Kawasan Strategis. e. Regulasi, Buku, Jurnal dan karya
3. Kawasan Perbatasan, yaitu desa yang ilmiah lainnya.
letaknya berada pada perbatasan antara desa
dan kota/kabupaten/provinsi, sehingga Tahapan Penataan Ruang Desa
banyak terdapat perubahan fungsi lahan 1. Pra Kondisi;
atau perubahan pemanfaatan lahan. 2. Identifikasi kondisi eksisting tata guna
Berdasarkan karakteristik di atas, lokasi lahan desa;
penelitan dilakukan di Desa Ambulu 3. Identifikasi potensi dan permasalahan;
Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon yang 4. Merancang skenario masa depan tata ruang
terletak pada 6o49’11,9” LS dan 108o48’15,9” desa untuk 6 (enam) tahun ke depan;
BT, terdapat Ekowisata Mangrove “Caplok 5. Menyusun strategi dan program prioritas;

A. Rohiani 18
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 15-27

6. Menyusun pola dan struktur ruang; 10. Validasi dan uji publik di lingkungan
7. Menyusun aturan dan kelembagaan; Pemerintah Desa dan Kecamatan;
8. Menyusun dokumen Rencana Tata Ruang 11. Penetapan dan pengesahan oleh Kepala
Desa Desa dalam bentuk Peraturan Desa.
9. Koordinasi dan konsultasi dengan instansi
terkait di lingkungan Kabupaten dan
Provinsi;
Menetukan Tipologi /
Karakteristik Desa Penentuan Tipologi Desa Menggunakan :
Berdasarkan Potensi 1. Data Tabular
Wilayah Desa 2. Data Citra (dengan batas sudah diketahui)

Kawasan Kawasan
Pemukiman Pemukiman tidak
Dominan Dominan

Unit Analisis Unit Analisis


Kawasan Seluruh Kawasan
Pemukiman Desa Desa
Sketsa Desa dibuat menggunakan :
Data Input : 1. Peta foto dari Drone
1. Potensi 2. Citra resolusi tinggi
2. Masalah 3. Google earth (mesin pencari) citra
Membuat Sketsa Desa
3. Rencana/Skenario Hi-res (open acces)
4. Program dan 4. Manual
Kegiatan
Koreksi Sketsa Desa Koreksi dilakukan dengan menggunakan :
Menjadi Peta Garis 1. Peta ortofoto dari Drone
RTRW Kab/Kota Skala 1:5000 2. Citra resolusi tinggi terkoreksi, peta
RBI dan penelusuran dengan GPS hasil
cek lapangan
Penentuan Peta Zonasi
Zonasi/Unggulan Desa
Apa saja yang :
Membangun Aturan Zonasi 1. Boleh Aturan adat/
Kelembagaan Desa 2. Boleh Bersyarat Kearifan lokal
Tata Ruang Desa 3. Tidak Boleh

Gambar 1. Kerangka penyusunan rencana penataan ruang desa

HASIL DAN PEMBAHASAN untuk dilakukan penataan ruang desa


mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi
Tabel 2. Desa piloting sebelum dan sesudah tahu atau meningkat 100% setelah mengikuti
mengikuti bimtek penataan ruang desa.
No Variabel Sebelum Sesudah
bimbingan teknis Penataan Ruang Desa. Hanya
1. Pemahaman Kepala Desa 0% 100 % dua desa yang sudah memiliki rencana tata
tentang Penataan Ruang ruang, namun baru terbatas pada kawasan
Desa
Pemahaman Kepala Desa permukiman saja yang dibuat sebagai
2. terhadap RTRW dan 0% 100 % persyaratan menjadi Desa Juara. Hal ini
RPJMD Kabupatennya
merupakan langkah awal bagi Pemerintah Desa
3. Pemahaman pentingnya 0% 100 %
manfaat RTRW Desa untuk memahami penataan ruang desa secara
4. Desa yang memiliki 5% 100 % keseluruhan dan menunjukkan bahwa mereka
Konsep RTRW Desa
5. Sinergitas RPJMDesa sudah memahami manfaat penataan ruang desa.
dengan RPJMD 10 % 60 % Penataan ruang desa diawali dengan
Kabupaten dan Provinsi
penetapan dan penegasan batas desa yang
merupakan legitimasi suatu wilayah
Data hasil piloting di 40 desa,
Pemerintahan Desa. Batas desa adalah batas
menunjukkan bahwa pemahaman Kepala Desa
tentang penataan ruang desa dan pentingnya pemisah wilayah administrasi suatu desa

19 Perencanaan Penataan Ruang…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 15-27

dengan desa yang lainya. Batas desa tidak lagi memiliki RTRW dengan yang tidak memiliki.
ditandai oleh batas alam maupun batas buatan, Kepala Desa Melakasari, Kalisari dan
namun dapat dibuat di atas peta dasar secara Mulyasari, tidak memahami tentang penataan
kartometris, sehingga didapatkan titik koordinat ruang desa, tidak mengetahui RTRW dan
berupa lintang atau bujur. Setiap desa akan RPJMD Kabupatennya, dan baru menyadari
memiliki peta wilayah desanya masing-masing pentingnya penataan ruang desa ini dibuat pada
yang sudah jelas posisinya di atas peta rupa saat Pemerintah Kabupaten dan Provinsi akan
bumi atau peta beresolusi tinggi. merealisasikan rencana pembangunan KSP
Desa-desa piloting belum semuanya sebagaimana tertuang dalam RTRW
menindaklanjuti RTRW Desa sebagai dasar Kabupaten. Sementara Kepala Desa Ambulu
dalam penyusunan rencana pembangunan sangat memahami tentang penataan ruang desa,
desanya, beberapa desa belum berani meng- manfaat dan kepentingannya. Rencana
gunakan RTRW Desa ini sebagai dasar dalam pembangunannya cenderung lebih mampu
penyusunan rencana pembangunan desa. Masih mengikuti rencana pembangunan Pemerintah
dibutuhkan bimbingan dan arahan lebih lanjut Kabupaten Cirebon. Rencana pemanfaatan
bagi Pemerintah Desa dalam penyusunan ruang desanya disesuaikan dengan RTRW
rencana pembangunan desa yang didasarkan Kabupaten dan kondisi lingkungan di Desa
pada penataan ruang desanya. Umumnya, Ambulu ini lebih terjaga karena telah
Pemerintah Desa baru akan menindaklanjuti mengetahui bahwa di desanya merupakan KSP
jika diperintahkan wajib untuk dilaksanakan. Kawasan Lindung Pesisir Pantai Utara Jawa.
Desa Ambulu adalah salah satu desa Undang-undang No. 26/2007 tentang
peserta piloting yang memiliki RTRW Desa Penataan Ruang, bahwa Penataan ruang itu
dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan adalah suatu sistem proses perencanaan tata
RPJMDesa. Sedangkan Desa Melakasari, ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
Kalisari dan Mulyasari adalah desa yang pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan penataan
bersebelahan dengan Desa Ambulu, bukan desa ruang adalah kegiatan yang meliputi
piloting dan belum memiliki RTRW Desa. pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan
pengawasan penataan ruang yang meliputi
Tabel 3. Perbandingan Desa yang Memiliki dan ruang daratan, ruang lautan, ruang udara
Tidak Memiliki RTRW Desa. beserta sumber daya yang ada di dalamnya.
No Variabel Desa Desa
Tata ruang merupakan wujud pola dan
Memiliki Tidak
RTRW Memiliki struktur ruang yang terbentuk secara alamiah
RTRW dan juga sebagai wujud dari hasil proses-proses
1. Pemahaman tentang Sangat Sangat alam maupun dari hasil proses sosial akibat
Penataan Ruang Desa Baik Kurang adanya pembelajaran yang terus menerus. Tata
Pemahaman terhadap Sangat
2. RTRW dan RPJMD Baik Kurang
ruang dan tata guna tanah adalah dua hal yang
Kabupatennya sama, karena tanah diartikan sebagai muka
Kesadaran dan Sangat Sangat bumi yang dapat dikuasai oleh seseorang,
4. Pemahaman pentingnya Baik Kurang orang-orang atau badan hukum untuk
manfaat RTRW Desa
melaksanakan hajat hidup. Dengan demikian
Sinergitas RPJMDesa
5. dengan RPJMD Baik Kurang perencanaan penataan ruang itu mencakup
Kabupaten dan Provinsi struktur dan pola pemanfaatan ruang yang
Kesesuaian rencana Sangat meliputi tata guna tanah, tata guna air, tata
6. pemanfaatan lahan dengan Sesuai Kurang guna udara dan tata guna sumberdaya alam
RTRW Kabupaten
7. Kondisi Lingkungan Baik Kurang
lainnya (Rustiadi et al., 2018).
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan Desa Ambulu mewakili tiga karakteristik
yang sangat signifikan antara desa yang lokus penelitian, yaitu: 1) Kawasan Konservasi,
karena memiliki kepentingan lingkungan

A. Rohiani 20
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 15-27

berupa konservasi pesisir pantai yang berfungsi karena letaknya di Jalur Pantura perbatasan
lindung, 2) Desa Kawasan Strategis antara Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat
Provinsi(KSP) Pesisir Pantura karena menjadi dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa
target pembangunan daerah pesisir Pantai Utara Tengah.
Pulau Jawa, dan 3) Desa Kawasan Perbatasan,

KSP Pesisir Pantura

Desa Ambulu

Gambar 2.Jenis tata guna lahan Desa Ambulu Kecamatan Losari dan KSP Pesisir Pantura
Sumber: Peta RTRW Kabupaten Cirebon, 2018

Letak Desa Ambulu yang berada di desanya sebagaimana pada Gambar 2. Penataan
perbatasan Provinsi Jawa Barat dan Jawa ruang masih dilakukan secara manual dan
Tengah, serta tidak jauh dari jalan Tol Kanci- sangat sederhana. Di samping itu Desa Ambulu
Pajagan, pembangunan desa dan peningkatan juga harus menyelesaikan penetapan dan
ekonominya sangat pesat. Berdasarkan jenis penegasan batas desanya yang mutlak harus
dan tata guna lahan sesuai dalam RTRW dibuat dalam bentuk peta tematik untuk
Kabupaten Cirebon seperti pada Gambar 2, ketertiban adminitrasi wilayah desanya.
maka Desa Ambulu melakukan penataan ruang

b2

d2 b1
d3

a1 a
d1 a2

Gambar 3. Peta Rencana Penataan Ruang Desa Ambulu


Sumber: Google, 2019

21 Perencanaan Penataan Ruang…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 15-27

Kondisi eksisting Desa Ambulu Pantura. RTRW Desa Ambulu sangat


didominasi oleh potensi tambak (perikanan) membantu mempercepat proses penyusunan
yang berwarna garis Kuning (d1-3). Perluasan RDTR kawasan tersebut. Proses verifikasi,
rencana kawasan permukiman yang berwarna identifikasi dan penyusunan skenario rencana
Hijau Toska (a1-2) hanya sebagian kecil dari masa depan, dapat disesuaikan dengan RTRW
kawasan permukiman yang disediakan dalam Desa yang telah dibuat berdasarkan RTRW
RTRW Kabupaten (d1 & d3), warna Orange (c) Kabupaten. Pemerintah Kabupaten dan
adalah sawah dan warna Hijau (b1-2) adalah Provinsi tidak lagi menjumpai banyak kesulitan
pesisir pantai yang dimanfaaatkan sebagai karena Kepala Desa Ambulu sudah memahami
kawasan wisata yang berada dalam Kawasan tentang Tata Ruang Desanya. Berbeda dengan
Strategis Provinsi (KSP) Pesisir Pantura yang tiga desa lainnya, Mereka harus belajar kepada
mempunyai nilai kepentingan lingkungan yaitu Desa Ambulu dan melakukan penataan ruang
sebagai kawasan konservasi atau kawasan desa sebagaimana yang dilakukan oleh Desa
lindung pesisir pantai. Ambulu. Pengalaman ini perlu disampaikan
Desa Ambulu yang berada di daerah kepada desa piloting lainnya untuk menambah
urban karena letaknya di sekitar jalan utama keyakinan akan manfaat dan pentingnya
Cirebon menuju Jawa Tengah dan berada di dilakukan penataan ruang desa.
daerah perbatasan provinsi sehingga Pemerintah Desa menyusun rencana
berpeluang akan banyak terjadi perubahan pembangunan desa bertujuan untuk
pemanfaatan lahan akibat adanya meningkatkan ketersediaan sarana dan
pembangunan. Dengan adanya RTRW Desa, prasarana infrastruktur, kualitas hidup dan
Kepala Desa dapat mengetahui rencana kesejahteraan masyarakat desanya.
pemanfaatan lahan di wilayahnya, sehingga Pembangunan di desa masih penting meng-
diharapkan mampu melakukan pengendalian utamakan dan membudayakan pembangunan
terhadap terjadinya perubahan pemanfaatan partisipatif yaitu pembangunan yang menge-
lahan yang tidak sesuai dengan fungsinya. depankan kebersamaan, kekeluargaan dan
Penataan ruang Desa Ambulu yang kegotongroyongan. Kebutuhan pembangunan
berdekatan dengan jalur Tol, perlu dilakukan desa seringkali tidak terpenuhi oleh berbagai
pengelolaan secara terpadu agar bermanfaat program kegiatan baik di tingkat Kabupaten,
bagi semua pihak. Keberhasilan pembangunan Provinsi dan Pusat.
bergantung pada kejelasan konsep dan Dalam menghadapi permasalahan
penyelenggarannya di lapangan. Manfaat yang pembangunan yang semakin kompleks, pen-
diharapakan antara lain (Yazid, 2006): capaian pengetahuan yang sempurna dimana-
1. Pengelolan pembangunan yang terpadu dan pun juga hampir tidak pernah dicapai sehingga
berkelanjutan; menimbulkan kegagalan akibat identifikasi
2. Penataan ruang yang terpadu dan masalah dilakukan dengan pendekatan dan cara
disepakati bersama; pikir yang “top-down”. Para perencana dan
3. Pemerataan kesempatan kerja/usaha; pengambil keputusan dilakukan secara satu
4. Penyediaan prasarana secara terpadu; arah tidak melalui proses dialog yang interaktif
5. Mempercepat pertumbuhan kawasan bersama para pihak. Untuk itu penting
6. Pembagian beban pembiayaan secara dilakukan perencanaan yang matang dan tepat.
proporsional antara pemerintah pusat, Clayton dan Dent (2001) dalam Rustiadi et al.
provinsi dan daerah; (2018) menyatakan penyebab dari kegagalan
7. Pengelolaan sumber daya alam yang perencanaan yang bersifat top-down adalah: (1)
terpadu. kegagalan menangkap isu yang berkembang di
Manfaat lain yang dirasakan oleh Desa masyarakat, (2) kegagalan informasi akibat
Ambulu adalah ketika Pemerintah Kabupaten ketiadaan data atau tidak diperolehnya data
Cirebon menyusun RDTR untuk KSP Pesisir yang memadai, (3) kegagalan menyatukan

A. Rohiani 22
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 15-27

upaya dan sasaran dari berbagai penahan abrasi pantai dan dimanfaatkan juga
aktivitas/kegiatan/proyek yang ada, (4) sebagai wisata mangrove yang diberi nama
kegagalan institusi yakni akibat tidak “Wisata Mangrove Caplok Barong Ambulu”.
bekerjanya institusi yang ada secara memadai, Ekosafitri et al. (2017) menyatakan
serta (5) kegagalan mempersatukan visi seluruh alternatif kegiatan di kawasan pesisir adalah
stakholders. kegiatan pariwisata bahari, yaitu kegiatan yang
Rustiadi et al. (2018) menyatakan memanfaatkan jasa sumber daya pesisir dan
perencanaan memiliki dua unsur penting, yaitu laut. Kegiatan ini membutuhkan ketersediaan
hal yang ingin dicapai dan cara untuk infrastruktur untuk mendukung kegiatan sektor
mencapainya. Kedua unsur tersebut secara perikanan dan kelautan sebagai sumber mata
eksplisit maupun implisit dapat dituangkan pencaharian masyarakat pesisir. Desa Ambulu
dalam Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, memiliki peluang yang besar untuk
Kebijakan, Program, Kegiatan atau aktivitas mengembangkan wisata bahari dan wisata
lainnya. Perencanaan memiliki dimensi ruang mangrove yang telah terbangun dengan baik.
dan waktu, sehingga membutuhkan data dan Infrastruktur juga dibutuhkan untuk
informasi mengenai fenomena di masa lalu dan mendukung wisata mangrove dan bahari seperti
yang akan datang. Selain itu perencanaan juga perahu, kios-kios, sarana tempat parkir, rumah
ditujukan untuk kepentingan pembangunan makan, homestay dan yang lainnya. Sarana dan
manusia secara berkelanjutan, yang diwarnai prasarana ini masih membutuhkan penataan
dengan kinerja sosial budaya masyarakat yang ruang yang tepat agar tidak merusak ekosistem
diselaraskan dengan kelestarian lingkungannya. dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah
konservasi serta bermanfaat untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.
Lumbessy et al. (2015) menyatakan
ekosistem mangrove merupakan bagian dari
ekosistem pesisir, sehingga dalam perencanaan
dan pengelolaannya harus berkoordinasi,
berintegrasi dan bersinergi dengan sektor yang
lainnya. Pembangunan Desa Pesisir dapat
dilakukan secara terpadu, melalui tahapan: 1)
Perencanaan; 2) Implementasi; dan3)
Gambar 4.KSP Pesisir Pantura Desa Ambulu Pemantauan dan evaluasi.

Desa Ambulu dan sekitarnya ditetapkan


sebagai KSP Pesisir Pantura yang memiliki
kepentingan untuk konservasi lingkungan dan
kawasan perikanan. Atmaja (2015) menyatakan
konservasi lingkungan dapat dilakukan secara
kearifan lokal yaitu dengan menganggap
kawasan tersebut keramat dan tidak boleh
dilakukan pengrusakan.
Kegiatan prioritas utama di desa tersebut
adalah perikanan dan kelautan, namun Kepala Gambar 5. Wisata mangrove Caplok Barong
Desa Ambulu memiliki inisiatif untuk
memanfaatkan kawasan pesisir ini sebagai Wisata Mangrove yang dikelola oleh
kawasan wisata alam yang dapat memberikan karang taruna bersama BUMDesa menjual tiket
nilai ekonomi tanpa tanpa harus merusak yaitu masuk dengan harga yang terjangkau,sehingga
dengan membangun hutan mangrove sebagai menjadi alternatif tempat wisata alam yang

23 Perencanaan Penataan Ruang…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 15-27

murah meriah bagi masyarakat Cirebon dan kawasan wisata. Pareke (2017) menyatakan
sekitarnya. Hasil penjualan tiket sebagian penataan ruang pertanian perlu dipertahankan
digunakan untuk memperluas hutan mangrove untuk melindungi hak-hak petani atas tanah
sebagai upaya konservasi kawasan pesisir pertanian sebagai mata pencaharian.
sekaligus sebagai wisata edukasi penanaman Penyusunan RPJMDesa dan RKPDesa
tanaman mangrove. Wisata ini banyak Ambulu dengan memperhatikan RTRW Desa
melibatkan anak-anak sekolah. yang sudah dibuat. Hal ini diakui sangat
Material yang digunakan, ramah membantu dan mempermudah dalam
lingkungan dan tidak permanen. Rangkaian dan menentukan rencana pembangunan apa yang
anyaman Bambu dibentuk menjadi objek yang akan diprioritaskan pada Tahun 2020 sebagai
menarik dan aman dengan pemandangan yang kelanjutan pembangunan Tahun 2019.
indah, wisata laut/bahari dengan menaiki Sebagaimana RPJMD Kabupaten, sehingga
perahu menyusuri hutan mangrove sampai ke rencana pembangunan desa menjadi lebih
laut lepas, tempat nelayan menangkap ikan di terarah dan bersinergi, jelas dari tahun ke tahun
laut menjadi salah satu spot wisata yang banyak dan berkelanjutan untuk tahun-tahun
diminati. Sehingga membantu memberi berikutnya. Terbukti dengan banyaknya
tambahan pendapatan bagi nelayan. Promosi dukungan yang diberikan kepada Desa
wisata yang telah dilakukan melalui berbagai Ambuludalam pencapaian rencana
media sosial, mampu mengundang banyak pembangunan desanya dan tidak banyak
wisatawan baik dari dalam maupun dari luar kendala.
lingkungan Kabupaten/Kota Cirebon. Penataan ruang desa perlu dilakukan
sampai tingkat wilayah terkecil yaitu wilayah
desa sebagai upaya transparansi dan
pengendalian kewenangan pemanfaatan yang
dilakukan oleh pemerintah di atasnya. Penataan
ruang desa dapat dikatakan sebagai intervensi
positif guna menata pembangunan di desa dan
memperbaiki kualitas lingkungan serta
memberikan rasa aman kepada masyarakat.
Adanya RTRW Desa, tidak lagi menjadikan
Pemerintah Desa sebagai penonton ketika
Gambar 6. Penataan Ruang di Pesisir Pantai terjadi pemanfaatan atau alih fungsi lahan
untuk berbagai pembangunan strategis ataupun
Demikian pula, dengan penataan pembangunan lainnya yang memungkinkan
pengembangan kawasan permukiman di daerah dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.
pesisir dan kawasan industri perikanan sudah Pembangunan adalah kegiatan atau usaha
dilakukan penataan dalam RTRW Desa yang sadar, terencana dan berkelanjutan untuk
masih sederhana. RTRW Desa merupakan mengubah kondisi suatu masyarakat menuju
penjabaran atau turunan dari RTRW kondisi yang lebih baik menyangkut semua
Kabupaten, sehingga belum dipandang perlu aspek kehidupan fisik-nonfisik, material-
untuk dilakukan kajian lingkungan atau KLHS spiritual, meliputi berbagai bidang kehidupan
sebagaimana RTRW Kabupaten/Provinsi/ masyarakat. Pembangunan berkelanjutan
Nasional. Penataan ruang Desa Ambulu telah merupakan pembangunan yang mampu
dibuat berdasarkan potensi yang ada di memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
desanya, seperti potensi kawasan perikanan mengurangi kemampuan generasi mendatang
atau sumber daya air dan kawasan industri untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
perikanan, pertanian, kawasan permukiman, (Rasana, 2018).
kawasan lindung atau kawasan konservasi dan

A. Rohiani 24
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 15-27

Pembangunan yang memberi manfaat meliputi kawasan lindung dan kawasan


merupakan pembangunan yang memperhatikan budidaya sesuai ketentuan penataan ruang.
konsep kelestarian lingkungan. Sebaliknya, Rencana pembangunan desa yang ada
pembangunan yang mengabaikan konsep belum sinergi dengan rencana pembangunan
tersebut, maka akan timbul dampak negatif (RPJMD) Kabupaten maupun Provinsi, karena
sebagai risiko dilakukannya pembangunan. pada umumnya Kepala Desa tidak mengetahui
Tidak dipungkiri bahwa pembangunan dan tidak memahami tentang penataan ruang
memiliki hubungan erat dengan lingkungan. dan rencana pembangunan di wilayah desanya
Agar pembangunan desa memiliki arah yang sebagaimana yang telah dituangkan dalam
jelas maka penting dilakukan penataan ruang RTRW dan RPJMD Kabupatennya. Hal ini
desa. Kegiatan ini mulai timbul karena adanya menyebabkan RPJMDes dan RKPDes yang
kesadaran dan kebutuhan akan pentingnya telah disusun menjadi tidak memiliki arah yang
intervensi publik yang positif dalam jelas dan tidak berkelanjutan dari tahun ke
menciptakan pola dan struktur ruang desa yang tahun. Dampak lain yang sering terjadi adalah
sesuai dengan tujuan bersama. meningkatnya konflik kepentingan antar desa,
Kontribusi penataan ruang desa berbasis rusaknya lingkungan atau ekosistem dan
potensi desa bagi pemerintah adalah: permasalahan lainnya.
1. Pemerintah Desa memahami pentingnya Penataan ruang desa merupakan
dan mampu melakukan penataan atau kewenangan Pemerintah Desa sehingga
pemanfaatan ruang desa sesuai dengan dokumen RTRW Desa dapat ditetapkan dalam
potensi yang ada dan RTRW di atasnya. bentuk Peraturan Desa. Rencana ini perlu
2. Pemerintah Desa turut mengendalikan diketahui dan disepakati oleh masyarakat desa
setiap pemanfaatan dan perubahan ataupun yang mewakili.
pemanfaatan lahan (alih fungsi) yang Manfaat yang dirasakan oleh Pemerintah
terjadi di wilayah desanya. Desa yang telah membuat RTRW Desa antara
3. Menjadikan pedoman dan mensinergikan lain menumbuhkan kesadaran dan pemahaman
rencana pembangunan mulai dari tingkat Kepala Desa akan pentingnya penataan ruang
Pemerintah Desa, Kabupaten/Kota, desa, memberikan banyak kemudahan dalam
Provinsi dan Pusat. menyusun rencana pembangunan desa,
4. Meningkatkan pengendalian terhadap memberikan pencerahan kepada Pemerintah
kerusakan lingkungan dan konservasi Desa terkait apa yang harus direncanakan
sumber daya alam sesuai dengan daya dalam pembangunan desanya, sehingga
dukung lingkungan. RPJMDesa yang dibuat menjadi lebih sinergi
5. Menjaga keseimbangan pembangunan dan terarah sebagaimana RTRW pemerintah di
perdesaan dan perkotaan. atasnya serta lebih jelas rencana pembangunan
apa yang akan dilakukan, dan berkelanjutan
KESIMPULAN walaupun terjadi pergantian Kepala Desa.
Hampir seluruh desa di Jawa Barat Adanya RTRW Desa juga memberikan
bahkan di Indonesia umumnya belum memiliki kemudahan bagi pemerintah dalam melakukan
Rencana Tata Ruang Wilayah Desa, karena pengembangan dan pembangunan kawasan
rencana pembangunan desa belum menyentuh strategis baik KSK, KSP maupun KSN.
penataan ruang desa dan pemerintah belum Khususnya dalam proses penyusunan RDTR.
menerbitkan pedoman Penataan Ruang Desa. Pemerintah Desa juga dapat membantu
Desa Juara baru membuat rencana penataan mengendalikan terjadinya alih fungsi lahan atau
kawasan permukiman saja, sehingga masih melakukan pemanfaatan lahan sesuai dengan
perlu dilakukan penyempurnaan untuk fungsinya dan RTRW yang telah ditetapkan,
membuat penataan ruang desanya yang kualitas lingkungan menjadi lebih terjaga,

25 Perencanaan Penataan Ruang…


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 15-27

menekan terjadinya konflik antar kepentingan Ekosafitri, K. H., Ernan, R. & Fredinan, Y.
dan lain sebagainya. (2017). Pengembangan Wilayah Pesisir
Pantai Utara Jawa Tengah Berdasarkan
SARAN Infrastruktur Daerah: Studi Kasus
Kabupaten Jepara. Journal of Regional
1. Besar harapan kami agar Pemerintah Pusat and Rural Development Planning
ataupun Daerah segera menerbitkan (Jurnal Perencanaan Pembangunan
Pedoman Penyusunan RTRW Desa. Wilayah dan Perdesaan), 1 (2),145-157.
2. Pemerintah Desa mulai diwajibkan untuk Ferianda, A. & Bakti, S. (2016). Identifikasi
segera melakukan penataan ruang desa Ketidaksesuaian Peruntukan Ruang
sesuai yang diamanatkan dalam Kawasan Lindung Sempadan Sungai
Permendagri No. 114 tahun 2014. Pedindang di Kota Pangkalpinang.
3. Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada Majalah Geografi Indonesia, 30 (2),114-
perangkat daerah di Kabupaten, Kecamatan 119.
dan Desa. Fasolino, M. V. I. (2014). “Smart Dialogue For
4. Pemerintah Desa agar menggunakan Smart Citizens. Assertive Approaches
RTRW Desanya sebagai dasar dalam For Strategic Planning” in Smart City
penyusunan RPJMDesa. Planning For Energy, Transportation
5. Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten And Sustainability Of The Urban
memberikan bimbingan, arahan dan System. Journal of Land Use, Mobility
pengawasan kepada Pemerintah Desa and Environment, 389-401.
dalam penataan ruang desa dan penyusunan Ikeu, N. & Yulia, A. (2013). Penerapan
rencana pembangunan desa yang Program Linier Untuk Pemanfaatan
berdasarkan RTRW Desa. Lahan di Kawasan Pesisir Kota Cirebon.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota,
UCAPAN TERIMA KASIH 13 (1), 1-10
Kelly, E. D. & Becker, B. (2000). Community
Terima kasih kami sampaikan kepada
Planning: An Introduction to the
Gubernur Jawa Barat melalui BKD dan DPM-
Comprehensive Plan. Island Press.
Desa Provinsi Jawa Barat yang telah mem-
Lumbessy, H., J. Rengkung & Pierre. H. G.
berikan kesempatan dan memfasilitasi Riset
(2014). Strategi Konservasi Ekosistem
Mandiri kami. Juga kepada Pakar Perencanaan
Mangrove Desa Mangega dan Desa
Wilayah dari IPB dan ITB atas bimbingannya
Bajo sebagai Destinasi Ekowisata di
serta Pemerintah Desa Ambulu yang telah
Kabupaten Kepulauan Sula. Prodi
bekerjasama sebagai lokasi penelitian kami.
Perencanaan Wilayah & Kota Jurusan
DAFTAR PUSTAKA Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas
Sam Ratulangi, Manado.
Atmaja, D. M. (2015). Pengelolaan Tata Ruang Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114
Berbasis Kearifan Lokal Pada Tahun 2014. (2014). Tentang Pedoman
Masyarakat Adat Panglipuran Kabupaten Pembangunan Desa.
Bangli. Jurnal EKOSAINS, 7, 1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8
Tahun 2019. (2019). Tentang RPJMD
2018 – 2023.

A. Rohiani 26
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Februari 2021, 5 (1): 15-27

Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Yazid, H. (2006). “Kawasan Terpadu


Tahun 2018. (2018). Rencana Tata Jabodetabekjur,” Media Indonesia, 21
Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon Feb.
Tahun 2018–2038. Zakaria, F. & Suprihardjo, R. (2014). Konsep
Pareke, J. T. (2017). Penataan Ruang Kawasan Pengembangan Kawasan Desa Wisata di
Pedesaan Berbasis Perlindungan Lahan Desa Bandungan Kecamatan Pakong
Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Pamekasan, Jurnal Teknik
Kabupaten Bengkulu Tengah.AL- POMITS, 3(2), C245-C249.
IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan
Politik Islam, 2 (2), 115-122.
Riza, F. (2016). Tinjauan Hukum Tentang
Urgensi Pengaturan Tata Ruang Desa.
Thesis. Universitas Tanjung pura.
Rustiadi, E., Saefulhakim, S., & Panuju, D.
(2018). Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Crestpent Press
dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Rosana, M. (2018). Kebijakan Pembangunan
Berkelanjutan yang Berwawasan
Lingkungan di Indonesia. Jurnal
KELOLA: Jurnal Ilmu Sosial, 1 (1), 148-
163.
Safitri, I., Hinderah, H., Kurniasari, N.,
Akliyah, L. S., Rahardjo, A. P., Maulana
M. G., & Ramadhan, T. G. (2016).
Peranan Rencana Tata Ruang Desa
dalam Penyusunan APBDes Partisipatif.
Ethos (Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat), 4 (1), 119-
124.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Alfabeta Bandung.
Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007.
(2007). Tentang Penataan Ruang.
Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2014.
(2014). Tentang Desa.
Wang, Q., M’Ikiugu, M. M., & Kinoshita, I.
(2014). A GIS- Based Approach in
Support of Spatial Planning for
Renewable Energy: A Case Study of
Fukushima, Japan. Sustainability, 6,
2087-2117.

27 Perencanaan Penataan Ruang…

You might also like