You are on page 1of 20

Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.

php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

UPAYA PENGEMBANGAN KOPERASIPEGAWAI NEGERI SESUAI


SYARIAH DAN PROFESIONAL

Nilam Sari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
Email: habibti1971@yahoo.com

Abstract
This article exposesthe model and format of civil servant cooperative (KPN) that correspond to
sharia and professional system, factors which become obstacle development of KPN in
surroundings of UIN Ar-Raniry, and steps that should be taken to reformatting the existed
system in order to correspond to sharia principles and more professional. Data collection
methods by in depth interview and comparative study (site visit). Respondent (interview) was
Head of Department of Cooperative Province which exist in Aceh, administrator of KPN
Muamalah, and other KPN that presence in Aceh. Results of study indicated that among of
ideal format of KPN was its operational activity must be run correspond to sharia principle, the
organization structure accord with need and have a distinct of function, have a good planning,
instruction of manager is clear, a good controlling system, the modern administration and have
a clear business development strategy and capacity building of continuous member. Among of
things that hinder the development of KPN in surroundings of UIN was participation level of
member is still low, socialization not yet optimal, not hol collaboration with sharia cooperative
inside or outside the campus, caretaker and organizer were less professional in the field, still
relied on profit 1% of loan of member without other business. Efforts can be done to
reformatting and developing KPN in surroundings of UIN Ar-Raniry was: functioning the role
of DPS which filtering the activities of cooperative business, select to competence caretaker and
willing to be organizer the cooperative and develop it. Broaden the sector cooperative business
and carried out promotion facilities in business unit. Applied good cooperate governance
(GCG) system and ordering the modern cooperative management such as bookkeeping
administration and the information system, and be ready audited.
Keywords: Cooperative of Civil Servant, Sharia Value, Professional.

Abstrak
Tulisan ini memaparkantentang model dan format koperasi pegawai negeri (KPN) yang sesuai
dengan sistem syariah dan professional , faktor-faktor yang menjadi penghambat
perkembangan KPN di lingkungan UIN Ar-Raniry, serta langkah-langkah yang sebaiknya
ditempuh dalam memformat ulang sistem yang telah ada agar sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah dan lebih profesional . Metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam (indept
interview) dan studi banding (site visit). Responden (wawancara) adalah kepala Dinas Koperasi
Provinsi yang ada di Aceh, Pengurus KPN Muamalah, serta KPN lain yang ada di UIN
Ar-raniry.Studi Banding dilakukan di dua koperasi yang ada di Aceh. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa , diantara format ideal KPN adalah kegiatan operasionalnya mesti
dijalankan sesuai prinsip syariah, struktur organisasi sesuai kebutuhan dan jelas fungsinya,
memiliki perencanaan yang baik, pengarahan dari manajer yang jelas, sistem pengawasan yang
baik, ADM yang modern serta memiliki strategi pengembangan usaha yang jelas serta capacity
building dari anggota yang berkesinambungan. Diantara hal yang menghambat perkembangan
KPN di lingkungan UIN adalah tingkat partisipasi anggota masih rendah, sosialisasi belum

1
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

optimal, belum mengadakan kerjasama dengan koperasi syariah di dalam maupun diluar
kampus, pegurus dan pengelola kurang profesional di bidangnya, masih mengandalkan
keuntungan 1% dari pinjaman anggota tanpa usaha yang lain. Upaya yang dapat dilakukan dalam
memformat ulang dan mengembangkan KPN di lingkungan UIN Ar-Raniry adalah:
memfungsikan peran DPS yang memfilter kegiatan usaha Koperasi, memilih pengurus yang
kompeten dan bersedia menjadi pengelola koperasi serta membinanya. Memperlebar sektor
usaha koperasi serta melakukan sarana promosi pada unit usaha. Menerapkan sistem good
corporate governance (GCG) dan pembenahan manajemen koperasi yang modern seperti
pembukuan administrasi dan sistem informasinya, serta bersedia diaudit.

Kata Kunci : Koperasi Pegawai Negeri (KPN), Nilai Syariah , Profesional

Pendahuluan
Salah satu lembaga ekonomi rakyat yang berprinsipkan syariah adalah koperasi syariah.
Koperasi syariah adalah sebuah badan usaha koperasi yang dijalankan sesuai dengan nilai-nilai
syariah Islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan hadist.Kemunculan Koperasi Syariah mulai
diperbincangkan ketika menyikapi pertumbuhan Baitul Maal Wattamwil di Indonesia yang
semakin marak. Baitul Maal Wattamwil(BMT) yang dimotori pertama kalinya oleh BMT Bina
Insan Kamil tahun 1992 di Jakarta, ternyata mampu meningkatkan perekonomian bagi kalangan
menengah ke bawah yaitu para pengusaha gurem disektor informal.
Koperasi Simpan Pinjam Adalah koperasi yang bergerak di bidang simpanan dan
pinjaman. Koperasi konsumsi adalah koperasi yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan barang
konsumsi atau barang yang dibutuhkan setiap hari oleh anggotanya. Koperasi produksi adalah
koperasi yang bergerak di bidang kegiatan ekonomi produksi dan distribusi barang-barang,
biasanya beranggotakan para pengusaha kecil (UKM) dengan menjalankan kegiatan pengadaan
bahan baku dan penolong untuk anggotanya. Koperasi Pemasaran adalah koperasi yang
menjalankan kegiatan penjualan produk/jasa koperasinya atau anggotanya. Koperasi Jasa adalah
Koperasi yang bergerak di bidang usaha penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun
masyarakat umum lainnya.
Koperasi Pegawai Negeri (KPN) adalah badan usaha yang didirikan dengan tujuan
menyejahterakan seluruh anggotanya, yang terdiri dari pegawai negeri di seluruh Indonesia.
Koperasi ini biasanya disebut dengan Koperasi Pegawai Negeri Sipil atau hanya Koperasi
Pegawai Negeri (KPN). Ada beberapa fungsi dari koperasi pegawai negeri, seperti untuk simpan
pinjam, untuk membuka usaha barang dan jasa, dan masih banyak fungsi lainnya. Namun
kebanyakan anggota yang bergabung di Koperasi Pegawai Negeri Sipil hanya sekedar menjadi
anggota dan tidak melebarkan sayap untuk memanfaatkan peluang bisnis yang lebih luas.

2
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

Secara teknis dan administratif, KPN berada di bawah binaan Dinas Koperasi dan dapat
dibentuk disetiap unit kerja/lembaga/instansi pemerintah, termasuk di lingkungan UIN
Ar-Raniry. Salah satu diantara institusi yang memiliki Koperasi Pegawai Negeri (KPN) ini
adalah Fakultas Syariah dan Hukum, yang diberi nama dengan KPN Muamalah. KPN yang
telah berbadan hukum semenjak tahun 2013 ini memiliki anggota sebanyak 96 orang yang
merupakan dosen dan karyawan di lingkungan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) serta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI). KPN Muamalah saat ini memiliki putaran modal di
atas Rp.100 juta.
Sekalipun telah menegaskan diri sebagai koperasi syariah dan berada di bawah naungan
Fakultas Syariah dan Hukum, namun jika diamati pola operasinya, KPN Muamalah sepertinya
masih menerapkan sistem koperasi sebagaimana koperasi konvensional lainnya. Koperasi yang
bergerak di bidang simpan pinjam ini memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk
mendapatkan pinjaman dengan mudah dan pembayaran jasa yang ringan. Pengenaan jasa ini
dikenakan sebesar 1 % dari jumlah pinjaman. Sebagai contoh, jika seorang anggota koperasi
ingin meminjam sebanyak Rp. 5.000.000., maka untuk pembayarannya akan dilakukan dengan
pemotongan gaji bulanannya sebanyak Rp. 550.000.,/bulan selama 10 bulan, sehingga total
jumlah yang dibayarkan oleh anggotanya adalah sebesar Rp. 5.500.000., per satu periode
pinjaman. Potongan demikian berlaku terhadap semua jenis kebutuhan anggota, apakah
kebutuhan konsumtif ataupun produktif. Dan system pinjaman dengan pembayaran jasa seperti
di atas tidak hanya berlaku pada KPN Muamalah saja, tetapi juga pada KPN lain yang berda di
UIN. Sebagai contoh KPN al- Arif pada Fakultas Ushuluddin dan KPN Al- Hamra pada
Fakultas Adab dan Humaniora, juga menerapkan system yang sama seperti Pada KPN
Muamalah, yaitu pemberian pinjaman kepada anggota dengan pembayaran jasa sebesar 1-2 %
dari jumlah pinjaman.
Sistem operasi yang demikian meresahkan sebagian anggota yang mengambil manfaat
dari koperasi, namun masih khawatir bahwa sistem yang dijalankan tersebut belum sepenuhnya
syariah. Hal serupa juga ditegaskan oleh salah seorang anggota koperasi yang ahli di bidang
ekonomi syariah, Yasir Yusuf, bahwa sistem pengenaan jasa/bayar lebih pada pinjaman koperasi
tidak dapat dikatakan sesuai dengan prinsip syariah, sekalipun pembebanan jasa tersebut hanya
sebesar 1 % dari jumlah pinjaman. Hal ini secara gamblang bertentangan dengan hadis “kullu
qardhin jarra manfa’atan fahuwa ar-riba” (setiap pinjaman yang terdapat manfaat/kelebihan adalah
riba. Dalam ekonomi syariah, bunga (riba) jelas diharamkan. Oleh karenanya, setiap
transaksi-transaksi yang berprinsip syariah, termasuk transaksi- transaksi koperasi syariah,

3
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

seyogyanya tidak akan ditetapkan melalui sistem bunga (riba), namun harus berdasarkan prinsip
bagi hasil sebagaimana diatur dan diakui dalam ekonomi syariah.
Di samping kesesuaian operasionalnya dengan prinsip syariah, hal lain yang juga penting
menjadi perhatian adalah bagaimana mengembangkan/memperbesar modal yang ada ataupun
melakukan ekspansi terhadap jenis usaha koperasi. Jika ini dapat dilakukan, maka peran KPN
tidak hanya sebagai solusi terakhir atau sarana untuk menalangi kebutuhan darurat para pegawai
dan dosen, tetapi dapat menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan kesejahteraan para
anggotanya.

Definisi dan Dasar Hukum Pembentukan Koperasi Syariah


Koperasi merupakan perkumpulan dari orang-orang yang mempunyai tujuan bersama
untuk bekerja sama dalam meningkatkan taraf kemampuan ekonominya. Unsur penting dari
kalimat tersebut adalah adanya orang-orang, yang berkumpul dalam sebuah perkumpulan,
mempunyai tujuan yang sama dengan bekerja sama, di dalam bidang kesejahteraan ekonomi.
Emory S. Bogordus mengemukakan bahwa koperasi adalah suatu proses sosial di mana
anggota masyarakat berfikir dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sifatnya
universal dan menguntungkan manusia. Marquist Childs mengemukakan bahwa koperasi adalah
suatu organisasi sosial ekonomi yang berusaha mematahkan system kapitalis dengan cara
mengadakan distribusi barang-barang kualitas tinggi dengan harga murah, yang dalam usahanya
mencari keuntungan sekecil mungkin. Sedangkan menurut Moh. Hatta (Bapak Koperasi
Indonesia), koperasi adalah suatu perkumpulan orang yang merdeka keluar masuk, atas dasar
hak dan tanggung jawab yang sama untuk menjalankan perusahaan ekonomi bersama, yang
anggota-anggotanya memberikan jasa tidak menurut besar modalnya, melainkan menurut
kegiatannya bertindak di dalam perusahaan mereka tersebut.
Saat ini koperasi di Indonesia di atur dalam Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian. Koperasi syariah yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan,
investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah) dikenal dengan koperasi jasa keuangan
syariah.
Pendirian keperasi syariah pada dasarnya menggunakan konsep Syirkah Mufawadhah,
yaitu usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih, masing-masing
memberikan kontribusi dana dalam porsi yang sama besar dan berpartisipasi dalam kerja dengan
bobot yang sama pula. Masing-masing anggota saling menanggung satu sama lain dalam hak dan
kewajiban. Dan tidak diperkenankan salah seorang anggota memasukkan modal yang lebih

4
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

besar dan memperoleh keuntungan yang lebih besar pula dibandingkan dengan partner lainnya.
Menurut Sayyid Sabiq, Syirkah Muwafadhah adalah kerjasama dua orang atau lebih untuk
melakukan suatu usaha dengan persyaratan: (1) modal masing-masing sama besarnya, (2)
mempunyai kesamaan wewenang untuk mengelola, (3) masing-masing anggota beragama yang
sama, dan (4) masing-masing memiliki hak untuk bertindak atas nama koperasi tersebut.
Landasan normatif koperasi syariah adalah al-Quran dan sunnah, serta Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan azasnya adalah tolong menolong (gotong royong). Ada
beberapa ayat al-Quran yang menjadi dasar pelaksanaan koperasi syariah, yaitu Q.S al-Nisa:12:
“Maka mereka berserikat dalam yang sepertiga itu…”
Selanjutnya Q.S Shad: 24:
“…dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka
berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal
saleh…”
Juga terdapat hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud:
“Dari Abu Hurayrah ra. Bahwasanya Nabi saw bersabda, sesungguhnya Allah berfirman,
“ Aku adalah orang yang ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satu diantaranya
tidak mengkhianati yang lain, maka apabila berkhianat salah seorang diantara keduanya, saya
akan keluar dari perserikatan keduanya”.
Dengan landasan seperti di atas, koperasi syariah memiliki prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1 . Koperasi syariah menegakkan prinsip-prinsip ekonomi Islam, yaitu:
a . Kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun secara
mutlak.
b . Manusia diberi kebebasan bermuamalah selama sesuai dengan ketentuan syariah.
c . Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi.
d . Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap bentuk ribawi (system bunga yang
merugikan pihak tertentu) dan pemusatan Sumber Dana ekonomi pada segelintir orang
atau sekelompok orang saja.
2 . Dalam melaksanakan kegiatannya didasarkan pada prinsip-prinsip syariah sebagai berikut:
a . Keanggotaan bersifat sukarela
b .Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan dilaksanakan secara konsisten dan
konsekwen (istiqomah).
c . Pengelolaan dilakukan secara transparan dan professional.

5
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

d .Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil, sesuai dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota.
e . Pemberian balas jasa modal dilakukan secara terbatas dan professional menurut system
bagi hasil.
f . Jujur, amanah, dan mandiri.
g . Mengembangkan sumber daya manusia, sumber daya ekonomi dan sumber daya
informasi secara optimal.
h .Menjalin dan menguatkan kerjasama di antara anggota, antar koperasi, serta dengan
lembaga lainnya.
Dalam literatur yang lain disebutkan bahwa koperasi syariah memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1 . Mengakui hak milik anggota terhadap modal usaha
2 . Tidak melakukan transaksi dengan menetapkan bunga (riba)
3 . Berfungsinya institusi ziswaf
4 . Mengakui mekanisme pasar yang ada
5 . Mengakui motif mencari keuntungan
6 . Mengakui kebebasan berusaha
7 . Mengakui adanya hak bersama
.
Produk dan Jasa Koperasi Syariah
Koperasi syariah dalam menjalankan kegiatannya harus menggunakan prinsip-prinsip
syariah. Sebagai contoh koperasi syariah yang menjalankan usaha simpan pinjam, maka terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam operasionalnya.
Simpanan dalam Koperasi jasa Keuangan Syariah (KJS) adalah dana yang dipercayakan
oleh anggota, calon anggota atau anggota koperasi mitra kepada koperasi simpan pinjam Syariah
dalam bentuk simpanan/tabungan dan simpanan berjangka.Simpanan Wadiah Yad
Adh-Dhamanah adalah simpanan anggota KJKS dengan akad wadiah atau titipan namun
dengan sepersetujuan penyimpan dana simpanan dapat digunakan oleh KJKS dan Usaha Jasa
Keuangan Syariah (UJKS) Koperasi untuk kegiatan yang bersifat operasional koperasi, dengan
ketentuan penyimpan tidak akan mendapatkan bagi hasil atas penyimpanan dananya, tetapi
bisadiganti kompensasinya dengan imbalan bonus yang besarnya ditentukan sesuai kebijakan
dan kemampuan koperasi yang bersangkutan. Investasi mudharabah Al-Mutlaqah adalah
tabungan dari anggota pada koperasi dengan akad Mudharabah Al-Mutlaqah yang diperlakukan

6
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

sebagai bentuk investasi anggota untuk dimanfaatkan secara produktif dalam bentuk pembiayaan
yang ditujukan kepada anggota koperasi, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya
dengan pengelolaan secara profesional disertai ketentuan penyimpan mendapatkan bagi hasil
atas penyimpanan dananya sesuai nisbah (proporsi bagi hasil) sesuai dengan yang disepakati
pada saat pembukaan rekening tabungan. Investasi mudharabah Berjangka adalah merupakan
tabungan anggota anggota koperasi dengan akad Mudharabah Al-Mutlaqah dimana
penyetorannya dilakukan sekali dan penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
sesuai dengan perjanjian antara penyimpan dengan koperasi.
Dari sisi pembiayaan yang disalurkan, Koperasi syariah haruslah menyalurkannya
melalui produk-produk yang telah mendapatkan legalitas secara syariah. Pembiayaan tersebut
dapat berupa:
1) Pembiayaan musyarakah, yaitu akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan dana dengan kesepakatan
bahwa keuntungan akan dibagi sesuai perjanjian dan resiko akan ditanggung bersama.
Musyarakah biasanya diimplementasikan dalam pembiayaan proyek, di mana anggota yang
dibiayai dan koperasi sama-sama menyediakan sejumlah dana untuk kebutuhan suatu
proyek. Setelah proyek selesai, anggota mengembalikan dana tersebut beserta bagi hasil
yang telah disepakati untuk koperasi.
2) Pembiayaan mudharabah, yaitu akad kerjasama antara dua pihak di mana pihak pertama
menyediakan seluruh modal dan pihak kedua menjadi pengelola. Keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila terjadi kerugian, dan
bukan disebabkan karena kelalaian si pengelola, maka kerugian tersebut menjadi tanggung
jawab si pemilik modal. Sebaliknya jika kerugian disebabkan karena kesalahan si pengelola,
maka ia harus bertanggung jawab terhadap kerugian tersebut.
3) Pembiayaan Murabahah, yaitu akad jual beli antara dua belah pihak di mana pembeli dan
penjual menyepakati harga jual yang terdiri dari harga beli ditambah dengan keuntungan
yang disepakati.
4) Pembiayaan Istishna, yaitu pembelian barang melalui pesanan terhadap barang yang
membutuhkan proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan
pembayaran dilakukan di muka sekaligus atau secara bertahap.
5) Pembiayaan Salam, yaitu pembelian barang dengan pembayaran di muka dan barang
diserahkan kemudian.

7
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

Urgensi Manajemen Koperasi


Istilah Manajemen berasal dari bahasa Italia ; managio yang artinya pengurusan.
Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi Management diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia
dengan tata laksana, pengelolaan atau pengurusan. Definisi tentang Manajemen banyak
ragamnya, berbeda-beda meskipun isinya sama. Secara umum telah dirumuskan bahwa definisi
manajemen adalah segenap perbuatan menggerakkan kelompok orang dan mengerahkan segala
fasilitas dalam usaha kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Setiap usaha kerjasama harus ada seorang pejabat atau lebih yang memimpin segenap
proses penyelenggaraan dalam usaha kerjasama itu. Pejabat itu disebut manajer. Dalam proses
penyelenggaraan usaha kerjasama, manajer itu melakukan pekerjaan dari dua segi :
1. Menggerakkan orang-orang, yaitu mendorong, memimpin, menjuruskan dan menertibkan
orang-orang agar melakukan perbuatan-perbuatan dalam menuju ke arah tercapainya tujuan
yang telah ditentukan dalam usaha kerjasama itu.
2. Mengerahkan fasilitas, yaitu menghimpun, mangatur, memelihara, dan mengendalikan alat,
benda, uang, waktu dan metode kerja serta peralatan apapun yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dalam usaha kerjasama itu.
Didalam menggerakkan orang-orang dan mengerahkan fasilitas, manajer melakukan pola
perbuatan : perencanaan, pembuatan keputusan pembimbingan, pengorganisasian dan
pengendalian.
a. Perencanaan
Menggambarkan dimuka hal-hal yang harus dikerjakan dan cara mengerjakannya dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Pembuatan keputusan
Melakukan pemilihan diantara berbagai kemungkinan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan,
pertentangan-pertentangan dan keraguan-keraguan yang timbul dalam proses penyelenggaraan
usaha kerjasama itu.
c. Pembimbingan
Memerintah, menugaskan, memberi arah dan menuntut bawahan, untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
d. Pengkoordinasian
Menghubung-hubungkan, menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya sehingga semua
berlangsung secara tertib dan seirama menuju kearah tercapainya tujuan tanpa terjadinya
kekacauan, percekcokan atau kekosongan kerja.

8
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

e. Pengendalian
Melakukan kegiatan pemerikasaan, mencocokkandan mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan
yang ada terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan hasil yang dikehendaki.
Manajemen merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap organisasi. Sebagaimana diketahui,
hakikat manajemen adalah mencapai tujuan melalui tangan orang lain. Pencapaian tujuan
melalui tangan orang lain itu dilakukan oleh manajemen dengan melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen yaitu fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan, dan fungsi
pengawasan. Dengan demikian, keberhasilan manajemen sebuah organisasi akan sangat
tergantung pada pelaksanaan masing-masing fungsi tersebut.
Walaupun tingkat kerumitan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen beragam antar satu
organisasi dengan organisasi lainnya, namun tidak ada organisasi yang tidak ingin mencapai
tujuannya secara efektif. Dan dapat mengelak dari keharusan melaksanakan fungsi-fungsi
tersebut. Hal yang sama berlaku pula pada koperasi. Hanya dengan melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen itulah sebuah koperasi akan dapat mencapai tujuan-tujuan mulianya secara efektif.
Berikut ini akan kita lihat bagaimana penerapan fungsi-fungsi manajemen tersebut dalam
pengolahan Koperasi.
Koperasi sebagai bentuk badan usaha yang bergerak dibidang perekonomian,
mempunyai tatanan manajemen yang berbeda dengan badan usaha non koperasi. Perbedaan
tersebut terletak pada asas koperasi yang bersifat demokratis dimana pengelolaan koperasi
adalah dari, oleh dan untuk anggota. Karena itu dalam tatanan manajemen koperasi Indonesia
mempunyai unsur-unsur : Rapat Anggota, pengurus, pengawas dan manajer.
Dalam manajemen koperasi kekuasaan tertinggi adalah ditangan rapat anggota, sebab
koperasi adalah organisasi dari, oleh dan untuk anggota. Karena rapat anggota yang pada
hakekatnya merupakan suatu kegiatan organisasi dengan sendirinya tidak dapat mengelola
kegiatan-kegiatan koperasi. Baik pengurus maupun pengawas dipilih oleh anggota-anggota dan
bertindak untuk dan atas nama anggota.
Peranan manajemen adalah membuat koperasi berhasil dalam mencapai tujuannya, baik
tujuan para anggotanya, seperti misalnya untuk mencapai perbaikan tingkat hidup atau
sedikitnya meringankan biaya hidup sehari-hari, maupun tujuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Dalam hal yang pertama, manajemen merupakan unsur pembuat keputusan yang
telah digariskan oleh rapat anggota. Dalam hal yang kedua, pemerintah menetapkan bahwa
koperasi bertujuan untuk menambah kesejahteraan anggota dan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.

9
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

Beberapa Faktor Menghambat Perkembangan KPN di Lingkungan UIN Ar-Raniry


Ciri utama perkembangan koperasi di Indonesia adalah dengan pola penitipan kepada
program yaitu : Program pembangunan secara sektoral seperti koperasi pertanian, koperasi unit
desa(KUD), Lembaga-lembaga pemerintah dalam koperasi pegawai negeri dan koperasi
fungsional lainnya; dan Perusahaan baik milik negara maupun swasta dalam koperasi karyawan.
Sebagai akibatnya prakarsa masyarakat luas kurang berkembang dan kalau ada tidak diberikan
tempat semestinya. Pada dasarnya koperasi berfungsi sebagai alat perjuangan ekonomi untuk
mempertinggi kesejahteraan rakyat. Untuk menyempurnakan fungsi tersebut, suatu lembaga
pelaksana koperasi harus memiliki pengelolaan yang efektif. Saat ini masalah yang masih di
hadapi koperasi dan bisa menghambat perkembangan koperasi Pegawai Negeri di Indonesia
khususnya di Aceh menjadi problematika. Pengelolaan koperasi yang kurang efektif, baik dari
segi manajemen maupun keuangan menjadi salah satu kendala berkembangnya koperasi.
Berikut beberapa hal yang menghambat berkembangnya KPN Muamalah adalah
sebagai berikut :
1.Permodalan
Kurang berkembangnya KPN Muamalah juga berkaitan dengan kondisi modal
keuangan badan usaha tersebut. Kendala modal itu bisa jadi karena kurang adanya dukungan
modal yang kuat dan bahkan sebaliknya terlalu tergantungnya modal dan sumber koperasi itu
sendiri.
Menanggapi hal ini, Ferryansyah, Manajer Kopsyah Bina Usaha memberikan solusi
sebagaimana upaya yang telah dilakukan untuk menambah permodalan dalam koperasi yang
dikelolanya adalah dengan menjalin kerjasama dengan koperasi syariah dan lembaga keuangan
syariah lainnya. Mengajukan permohonan bantuan modal kepada pemerintah melalui Dinas
Koperasi.
2.Sumber Daya Manusia
Banyak anggota , pengurus maupun pengelola KPN Muamalah kurang bisa mendukung
jalannya koperasi. Dengan kondisi seperti ini maka koperasi terkesan berjalan dengan kurang
profesional dalam artian tidak dijalankan sesuai dengan kaidah sebagaimana usaha lainnya. Dari
sisi keanggotaan, sering kali pendirian koperasi itu didasarkan pada karena tidak ada pilihan lain
kecuali menjadi anggota karena telah berstatus pegawai dilingkungan Fakultas pendiri koperasi
berkenaan. Akibatnya pendirian koperasi didasarkan bukan dari kesadaran akan arti pentingnya

10
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

koperasi dalam mensejahterakan tetapi lebih karena keterpaksaan. Sebagian dari anggota belum
menyadari hak dan kewajiban mereka sebagai anggota. Kebanyakan anggota koperasi belum
menyadari bahwa koperasi merupakan suatu wadah usaha yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan mereka. Partisipasi mereka dalam kegiatan
organisasi juga masih harus ditingkatkan. Apabila suatu koperasi mengadakan Rapat Anggota
Tahunan (RAT) banyak anggotanya yang tidak hadir. Akibatnya keputusan-keputusan yang
dihasilkan tidak mereka rasakan sebagai keputusan yang mengikat.
Pengurus yang dipilih dalam rapat anggota adalah anggota itu sendiri tampa adanya
manajer khusus yang membantu kegiatan administrasi koperasi. Selain itu banyak dari pengurus
yang belum memahami sistem manajemen koperasi yang baik. Ketrampilan dan keahlian yang
dimiliki oleh para anggota masih terbatas. Pengurus kurang berdedikasi terhadap kelangsungan
hidup koperasi. Ini berarti bahwa kepribadian dan mental pengurus, pengawas, manajer belum
berjiwa koperasi sehingga harus diperbaiki lagi. Masih ada koperasi yang anggota pengurusnya
kurang berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Kursus-kursus yang
diselenggarakan untuk pengurus koperasi sering tidak mereka hadiri. Dalam kepengurusan
koperasi sampai saat ini masih belum ada pembagian tugas yang jelas antara para pengurus.
Pegurus masih belum mampu berkoordinasi dengan anggota, ketua, sekertaris , bendahara,
pengawas, dan Dewan pengawas syariah (DPS). Hal senada juga ditekankan oleh Ferryansyah,
dalam melahirkan SDM yang kompeten dibidangnya, para pengurus perlu aktif mengikuti
pelatihan-pelatihan dalam peningkatan softskill berkaitan dengan kepakaran pengelolaan
koperasi syariah
Dari sisi Pengawas Koperasi Anggota dari badan pengawas koperasi banyak yang belum
berfungsi. Hal ini di disebabkan oleh : Kemampuan anggota pengawas yang belum memadai,
terlebih jika dibandingkan dengan semakin meningkatnya usaha koperasi. Di pihak lain,
pembukuan koperasi biasanya belum lengkap dan tidak siap untuk diperiksa. Pemeriksaan yang
dilakukan oleh petugas koperasi sekunder dan kantor koperasi juga belum banyak membantu
perkembangan kemampuan anggota pengawas ataupun peningkatan pembukuan koperasi.
3. Manajerial
Dari sisi manajerial, KPN Muamalah masih relatif belum memiliki sistem manajerial
yang baik dan profesional , yang mana seharusnya Manajemen koperasi diarahkan pada orientasi
strategik dan gerakan koperasi harus memiliki manajer yang mampu menghimpun dan
memobilisasikan berbagai sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang usaha.
Oleh karena itu koperasi diharapkan teliti dalam memilih pengurus maupun pengelola agar

11
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

badan usaha yang didirikan akan berkembang dengan baik. Hal senada disampaikan oleh
Saefullah, selain sistem manajerial yang baik yang dibutuhkan dalam mengembangkan koperasi
syariah, dibutuhkan juga seorang manajer yang profesional, jika tidak ada kriteria pengurus yang
profesional sebagaimana dimaksud, dimungkinkan mengangkat manajer dari luar jika kopersi
syariah telah memiliki permodalan yang kuat.
Diantara hal lain yang menghambat perkembangan KPN Muamalat adalah sebagai berikut
:
1 . Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum
optimal. Pegawai yang menjadi anggota hanya sebatas tahu koperasi itu hanya untuk
melayani dalam anggota pinjam meminjaman. Artinya anggota belum tahu esensi dari
koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan maupun sistem kepemilikanya. Kurangnya
kesadaran anggota akan kebutuhannya untuk memperbaiki diri, meningkatkan
kesejahteraanya, atau mengembangkan diri secara mandiri. Padahal Kesadaran ini adalah
pondasi utama bagi pendirian koperasi sebagai motivasi.
2 . Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah dalam peminjaman dana koperasi
disebabkan masih adanya keraguan sebahagian anggota koperasi akan sistem pengembalian
jasa 1% dari pinjaman.
3 . KPN Muamalah masih belum mengadakan pengembangan kerjasama antar usaha koperasi.
4 . Dari sisi Bidang usaha koperasi syariah, KPN Muamalah Masih belum mengembangkan
jasa usahanya secara maksimal , sejauh ini hanya sebatas mendapatkan keuntungan dari
simpan pinjam dana anggota saja. Selain itu administrasi koperasi belum menggunakan
prinsip-prinsip pembukuan dengan baik dan standar. Sistem informasi majemen koperasi
masih belum berkembang sehingga pengambilan keputusan belum didukung dengan
informasi yang cukup lengkap dan dapat diandalkan. Selain itu Di samping itu pengurus
kurang mempunyai kemampuan sebagai wirausaha. Di antara mereka bahkan masih ada
yang kurang mampu untuk menyusun rencana, program, dan kegiatan usaha. Padahal
mereka sebaiknya Ketua dapat menggerakkan anggota untuk melaksanakan rencana,
program, dan kegiatan usaha yang ditentukan. Penilaian terhadap keadaan serta mengadakan
penyesuaian rencana, program, dan kegiatan usaha setiap kali ada perkembangan dalam
keadaan yang dihadapainya.

Upaya Memformat ulang dan mengembangkan KPNdi Lingkungan UIN menjadi


lebih profesional dan syariah.

12
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk perbaikan KPN kedepan adalah sebagai
berikut :
1 . Penghapusan Kegiatan yang Mengandung Unsur riba
koperasi memiliki unit usaha produktif simpan pinjam, maka seluruh produk dan
operasionalnya harus dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN) Majelis Ulama Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka koperasi syariah tidak
diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang didalamnya terdapat unsur-unsur riba,
maysir dan gharar. Pengenaan kelebihan 1% dari pinjaman seharusnya dihapuskan karena
mengandung riba, dan menggantinya dengan akad al-Qard. Sebagaimana Fatwa DSN
No.19/DSN-MUI/VI/2001 Tentang Al-Qard (pinjaman yang diberikan kepada nasabah
(muqtaridh) yang memerlukan .Dengan pertimbangan bahwa dalam kaidah fiqh dinyatakan “kullu
qardin jarra manfaatan fahuwa riba” setiap utang piutang yang mendatangkan manfaat adalah riba.
Dalam skim qard ini, Anggota /nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima
pada waktu yang telah disepakati bersama.Biaya administrasi dapat dibebankan kepada anggota.
Anggota juga dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan suka rela kepada LKS/koperasi
selama tidak diperjanjikan dalam akad.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan Saefullah, Sistem
syariah haruslah sepenuhnya diterapkan oleh koperasi yang menamakan dirinya koperasi syariah,
demikian juga seluruh koperasi konvensional yang berada di provinsi Aceh mulai tahun 2017 ini
akan di rubah sistem operasional menjadi sistem syariah.
2 . Pengurus yang berkompeten dan Anggota yang Loyal
Dimulai dari keanggotaan pengurus koperasi itu sendiri, perlu merekrut pengurus yang
berkompeten dalam bidangnya. Tidak hanya orang yang sekedar mau menjadi pengurus, atau
bahkan mungkin karena keterpaksaan, tidak ada yang lain yang ingin menjadi pengurus, Akan
tetapi dibutuhkan orang-orang yang memiliki kemampuan dalam pengelolaan dan
pengembangan serta rela mencurahkan pemikiran dan tenaga disela kesibukkan. Contohnya
dengan mencari pemimpin/ketua yang dapat memimpin dengan baik, kemudian pengelolaan
dipegang oleh orang yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing. Serta perlu dibuat
pelatihan bagi pengurus koperasi yang belum berpengalaman. Menyikapi keberadaan anggota
yang terkesan tidak peduli terhadap keberadaan koperasi dirasa perlu adanya sosialisasi kepada
Anggota koperasi , tentang arti penting keberadaan koperasi. Dengan adanya sosialisasi
diharapkan pengetahuan anggota KPN Muamalah tentang koperasi akan bertambah, Sehingga
minat dan kepedulian terhadap KPN pun menjadi meningkat. Sebagai anggota dari koperasi

13
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

sebaiknya mendukung program-program yang ada di koperasi dan setiap kegiatan yang akan
dilakukan harus melalui keputusan bersama dan setiap anggota harus mengambil bagian di
dalam kegiatan tersebut.
2. Memperlebar sektor usaha koperasi dan melakukan sarana promosi
Dalam upaya pengembangan dan penambahan modal koperasi , perlu dilakukan
pelebaran sektor kegiatan usaha yang dilakukan oleh KPM Muamalah dalam produk simpanan
seperti produk Tabungan Mudharabah, Tabungan Pendidikan, Tabungan Qurban,Tabungan
Haji , Tabungan Walimah, Deposito Mudharabah, Tabungan Walimah . Dalam produk
Pembiayaan seperti pembiayaan Mudharabah , Musyarakah, Murabahah, Bai Bithasaman Ajil
(BBA), Ijarah .Usaha strategis lainnya adalah pendirian toko sembako bagi pegawai . Kantor
Kopersi yang memadai juga sangat diperlukan. Membuat koperasi agar terlihat menarik supaya
masyarakat tertarik ntuk membeli di koperasi mungkin dengan cara mengecat dinding koperasi
dengan warna-warna yang indah, menyediakan AC, ruangan tertata dengan rapi dan
menyediakan pelayanan yang baik sehingga masyarakat puas. Dan tidak hanya itu, koperasi pun
memerlukan sarana promosi untuk mengekspose kegiatan usahanya agar dapat diketahui oleh
masyarakat umum seperti badan usaha lainnya salah satu caranya dengan menyebarkan brosur
dan membuat spanduk agar masyarakat mengetahuinya. Dengan cara ini diharapkan dapat
menarik investor untuk menanamkan modalnya di koperasi. Dalam menanggapi pesaing kita
harus mempunyai trik – trik khusus, trik – trik/ langkah khusus tersebut dapat kita lakukan
dengan cara melalui harga barang/jasa, sistem kredit dan pelayanan yang maksimum. Mungkin
koperasi sulit untuk bermain dalam harga, tapi hal ini dapat dilakukan dengan cara sistem kredit,
yang pembayarannya dapat dilakukan dalam waktu mingguan ataupun bulanan tergantung
perjanjian. Dengan adanya hal seperti ini diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat untuk
menjadi anggota.
3.Menerapkan sistem good corporate governance (GCG)
KPN Muamalah perlu mencontoh implementasi good corporate governance(GCG) yang telah
diterapkan pada perusahaan-perusahaan yang berbadan hukum perseroan. Implementasi GCG
dalam beberapa hal dapat diimplementasikan pada koperasi. Untuk itu, regulator, dalam hal ini
Kementerian Koperasi dan UKM perlu memperkenalkan secara maksimal suatu konsep good
cooperative governance (disingkat juga dengan GCG) atau tatakelola koperasi yang baik. Konsep
GCG sektor koperasi perlu dimodifikasi sedemikian rupa untuk menjawab tantangan
pengelolaan koperasi yang semakin kompleks. Implementasi GCG perlu diarahkan untuk
membangun kultur dan kesadaran pihak-pihak dalam koperasi untuk senantiasa menyadari misi

14
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

dan tanggung jawab sosialnya yaitu mensejahterakan anggotanya. Dalam mengimplementasikan


GCG, KPN perlu memastikan beberapa langkah strategis yang memadai dalam implementasi
GCG. Pertama, koperasi perlu memastikan bahwa tujuan pendirian koperasi benar-benar untuk
mensejahterakan anggotanya. Pembangunan kesadaran akan tujuan perlu dijabarkan dalam
visi,misi dan program kerja yang sesuai. Pembangunan kesadaran akan mencapai tujuan
merupakan modal penting bagi pengelolaan koperasi secara profesional, amanah, dan akuntabel.
Kementerian Koperasi dan UKM perlu menyiapkan blue print pengelolaan koperasi secara
efektif. Blue print koperasi ini nantinya diharapkan akan menjadi panduan bagi seluruh koperasi
Indonesia dalam menjalankan kegiatan operasinya secara profesional, efektif dan efisien.
5 . Perhatian Pemerintah
Pemerintah perlu memberikan perhatian kepada koperasi yang memang kesulitan dalam
masalah permodalan. Dengan pemberian modal koperasi dapat memperluas usahanya sehingga
dapat bertahan dan bisa berkembang. Selain pemerintah, masyarakat merupakan pihak yang tak
kalah pentingnya, dimana mereka yang memiliki dana lebih dapat menyimpan uang mereka
dikoperasi yang nantinya dapat digunakan untuk modal koperasi.
6 . Peran dan Kebijakan pihak pimpinan UIN Ar-Raniry
Pihak pimpinan diharapkan dapat mengawasi jalannya kegiatan koperasi sehingga bila
koperasi mengalami kesulitan, koperasi bisa mendapat bantuan baik itu yang bersifat dukungan
materil maupun non materil .
7 . Manajemen koperasi
Dalam pelaksanaan KPN Muamalah tentunya memerlukan manajemen yang profesional,
baik dari bentuk perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Karena hal ini
sangat berfungsi dalam pengambilan keputusan tetapi tidak melupakan partisipasi dari anggota.
Apabila semua kegiatan koperasi bisa dijalankan dengan baik dan setiap anggota mau
mengambil bagian di dalam kegiatan koperasi serta perhatian pemerintah dapat memberikan
motifasi yang baik, koperasi pasti dapat berjalan dengan lancar.

PENUTUP
A . Kesimpulan
Berpedoman kepada uraian-uraian pada bagian-bagian sebelumnya, dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1 . Diantara ciri model format Koperasi Pegawai Negeri (KPN) yang syariah dan profesional
adalah :

15
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

 Kegiatan operasionalnya berlandaskan prinsip syariah. Usaha koperasi syariah


meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan bermanfaat (thayyib) serta
menguntungkan dengan sistem bagi hasil dan tanpa riba, judi atau pun ketidakjelasan
(gharar). Menjalankan usaha sebagaimana tersebut dalam sertifikasi usaha koperasi.
Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus sesuai dengan fatwa dan
ketentuan Dewan Syariah Nasional (DSN),Majelis Ulama Indonesia (MUI).Usaha-usaha
yang diselenggarakan koperasi syariah harus tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
 Memiliki Struktur Organisasi sesuai kebutuhan dan jelas fungsinya ,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para
anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efisien.Pelaksanaan proses
pengorganisasian akan mencerminkan struktur organisasi yang mencakup beberapa
aspek penting seperti: pembagian kerja, departementasi, bagan organisasi, rantai perintah
dan kesatuan perintah, tingkat hierarki manajemen, dan saluran komunikasi dan
sebagainya.

 Memiliki Perencanaan yang baik , dilakukan oleh manajer dan disetujui oleh
pengurus dan anggota lainnya RAT . Dalam perencanaan manajer memutuskan apa yang
harus dilakukan, kapan harus dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang harus
melakukan.Perencanaan dalam Koperasi, Organisasi koperasi sama dengan organisasi
yang lain, perlu dikelola dengan baik agar dapat mencapai tujuan akhir seefektif
mungkin. Fungsi perencanaan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting karena
merupakan dasar bagi fungsi manajemen yang lain.

 Manajer/ketua membuat Pengarahan yang jelas dalam pelaksanaan kegiatan.


Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang sangat penting. Sebab masing-masing
orang yang bekerja di dalam suatu organisasi mempunyai kepentingan yang
berbeda-beda. Supaya kepentingan yang berbeda-beda tersebut tidak saling bertabrakan
satu sama lain, maka pimpinan perusahaan (manajer/ketua) harus dapat
mengarahkannya untuk mencapai tujuan perusahaan

 Memiliki sistem pengawasan yang baik. Pengawasan adalah suatu usaha sistematik
untuk membuat semua kegiatan perusahaan sesuai dengan rencana Setiap perusahaan
mengadakan pengawasan dengan tujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana

16
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

yang sudah ditetapkan. Agar supaya Koperasi dapat bersaing dengan perusahaan lain,
maka koperasi harus dalam kondisi sehat, baik dari sudut organisasi maupun
keuangannya. Untuk keperluan tersebut, koperasi harus menjalani pemeriksaan secara
periodik.Pemeriksaan dapat dilakukan oleh pihak intern koperasi, yaitu oleh pengawas.
Salah satu tugas pengawas adalah memeriksa jalannya koperasi, baik dari aspek
organisasi, manajemen maupun keuangan Pemeriksaan yang lebih baik dapat dilakukan
oleh seorang akuntan, meskipun untuk itu dibutuhkan biaya yang banyak.

 Memiliki sistem Administrasi dan informasi yang modern hal ini dikarenakan Koperasi
adalah Suatu perkumpulan dari sekelompok orang, yang mempunyai tujuan tertentu
membutuhkan administrasi yang baik.
 Memiliki strategi pengembangan usaha dan capacity building bagi para anggota serta
pengurusnya. Banyak koperasi yang membutuhkan bimbingan dari pihak lain, misalnya
koperasi ditingkat atasnya.

2 . Diantar hal yang menghambat perkembangan KPN Muamalah adalah sebagai berikut :
Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum
optimal. KPN Muamalah masih belum mengadakan pengembangan kerjasama antar usaha
koperasi. Dari sisi Bidang usaha koperasi syariah, KPN Muamalah masih belum
mengembangkan jasa usahanya secara maksimal , sejauh ini hanya sebatas mendapatkan
keuntungan dari simpan pinjam dana anggota saja. Selain itu administrasi koperasi belum
menggunakan prinsip-prinsip pembukuan dengan baik dan standar. Sistem informasi
majemen koperasi masih belum berkembang sehingga pengambilan keputusan belum
didukung dengan informasi yang cukup lengkap dan dapat diandalkan. Selain itu pengurus
kurang mempunyai kemampuan sebagai wirausaha.
3 . Diantara upaya yang dapat dilakukan dalam memformat ulang dan mengembangkan KPN
Muamalah adalah : memfungsikan peran DPS (Dewan pengawas Syariah) sebagaimana
mestinya yang bertugas mengawasi dan memfilter kegiatan-kegiatan usaha yang ada di
KPN Muamalah. Memilih Pengurus yang berkompeten dibidangnya dan membina
pengurus yang loyal serta paham wawasan perkoperasian . Memperlebar sektor usaha
koperasi yang luas serta melakukan sarana promosi pada unit usahanya. Menerapkan sistem
good corporate governance (GCG) dan Pembenahan manajemen koperasi yang modern seperti
pembukuan administrasi dan sistem informasinya. Serta bersedia diaudit setiap saat .

17
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

B . Saran
1 . Dalam melaksanakan usaha, KPN di lingkungan UIN Ar-Raniry sudah semestinya
berkegiatan usaha yang halal, baik dan bermanfaat (thayyib) serta menguntungkan dengan
sistem bagi hasil dan tanpa riba, judi atau pun ketidakjelasan (gharar). Untuk menjalankan
fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana tersebut dalam sertifikasi
usaha koperasi. Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus sesuai dengan
fatwa dan ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
2 . Pengembalian pinjaman denga jasa 1% dari jumlah uang yang dipinjam semestinya
dihapuskan dan menggantinya dengan al- qardh (pinjaman dengan pengembalian pokok
saja). Adapun biaya Administrasi yang ditentukan berdasarkan kepada kondisi riil
biaya-biaya operasional , dengan tidak melihat jumlah nominal pinjaman adalah dapat
dilakukan sebagaimana fatwa DSN .
3 . KPN Muamalah memerlukan manajemen yang profesional, baik dari bentuk perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Karena hal ini sangat berfungsi dalam
pengambilan keputusan dengan tidak melupakan partisipasi dari anggota. Apabila semua
kegiatan koperasi bisa dijalankan dengan baik dan setiap anggota mau mengambil bagian di
dalam kegiatan koperasi serta adanya dukungan dan perhatian pemerintah serta pimpinan
dilingkungan UIN Ar-Raniry,hal ini dapat memberikan motifasi yang baik, dan koperasi
pasti dapat berjalan dengan lancar.
4 . Perlu dibuat pelatihan bagi pengurus koperasi yang belum berpengalaman. Menyikapi
keberadaan anggota yang terkesan tidak peduli terhadap keberadaan koperasi dirasa perlu
adanya sosialisasi kepada Anggota koperasi , tentang arti penting keberadaan koperasi .
Dengan adanya sosialisasi diharapkan pengetahuan anggota KPN Muamalah tentang
koperasi akan bertambah, Sehingga minat dan kepedulian terhadap KPN pun menjadi
meningkat. Sebagai anggota dari koperasi sebaiknya mendukung program-program yang ada
di koperasi dan setiap kegiatan yang akan dilakukan harus melalui keputusan bersama dan
setiap anggota harus mengambil bagian di dalam kegiatan tersebut.
5 . Dibutuhkan orang-orang yang memiliki kemampuan dalam pengelolaan dan pengembangan
serta rela mencurahkan pemikiran dan tenaga disela kesibukkan. Contohnya dengan mencari
pemimpin/ketua yang dapat memimpin dengan baik, kemudian pengelolaan dipegang oleh
orang yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing. Keberadaan manajer
dimungkinkan ketika KPN Muamalah sudah memiliki modal yang cukup kuat .

18
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

6 . Perlu dilakukan pengembangan sektor kegiatan usaha yang dilakukan oleh KPM Muamalah
dalam produk simpanan seperti produk Tabungan Mudharabah, Tabungan Pendidikan,
Tabungan Qurban,Tabungan Haji , Tabungan Walimah, Deposito Mudharabah, Tabungan
Walimah . Dalam produk Pembiayaan seperti pembiayaan Mudharabah , Musyarakah,
Murabahah, Bai Bithasaman Ajil (BBA), Ijarah . Usaha strategis lainnya adalah pendirian
toko sembako bagi pegawai, dan pegawai wajib membeli kebutuhan pokoknya di kopersi
tersebut.
7 . Untuk memperbesar modal yang dimiliki KPN Muamalah diharap dapat bekerjasama
dengan koperasi syariah yang lain, baik yang berada di dalam kampus ataupun luar kampus.
Dukungan dari pimpinan berupa suntikkan modal koperasi syariah, akan memperlancar
kegiatan koperasi syariah. Penggabungan kopsyah yang berada di dalam kampus menjadi
satu alternatif yang baik dalam memperbesar modal koperasi dan pengembangan kegiatan.

Daftar Kepustakaan

Abdullah Safe’i, Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, dalam Media Syariah: Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial,
Vol. XIV No. 1 Januari – Juni 2012
Abu Ivan, Penyelenggaraan Koperasi Pondok Pesantren, Jakarta: Hidakarya Agung, 1991
Agustianto, Koperasi Syariah: Paradigma Baru Koperasi Indonesia, diakses dari
http://www.agustiantocentre.com/?p=687, diposkan pada 17-03-201.
Hasil wawancara dengan Ayumiati, Bendahara KPN Muamalah, Tanggal 20 Maret 2016, di
Banda Aceh.
Hasil wawancara dengan Muhammad Adnan, Ketua KPN Muamalah, tanggal 20 Maret 2016.
Hasil wawancara dengan Yasir Yusuf, Anggota KPN Muamalah, Tanggal 21 Maret 2016 di
Banda Aceh.
Hasil wawancara dengan Zuherni AB, Anggota KPN Al-Arif dan Jumiaty angota KPN
Al-Hamra, Tanggal 29 Maret 2016.
http://kementeriankoperasi.com/koperasi-pegawai-negeri-sipil/
http://www.koperasisyariah.com/jenis-jenis-koperasi/
https://koperasisyariahalmuttaqin.wordpress.com/manajemen-koperasi-syariah/

19
Jurista, Vol.6, No. 1, Juni 2017 http://www.jurista.cefalsap.com/index.php/jurista
ISSN-P: 1979-8571 ISSN-E: 2579-8642

https://koperasisyariahalmuttaqin.wordpress.com/manajemen-koperasi-syariah/
Kemenkop dan UKM RI, Modul Koperasi Jasa Keuangan Syariah, Jakarta: Deputi Bidang
Pengembangan SDM Kemenkop dan UKM
Muhammad Siddiq Armia, "Studi Epistemologi Perundang-Undangan." (2011).
Muhammad Siddiq Armia, "Eksekutif Review Terhadap Perda Retribusi Di Daerah Otonomi
Khusus." Jurnal Rechtsvinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 5.2 (2016): 245-260.
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah (Terj. Kamaluddin A. Malik), Bandung: Al-Ma’arif, 1997
Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Syariah, Bandung, Pustaka Mulia dan Fakultas
Syariah IAIN SGD, 2000

20

You might also like