You are on page 1of 11

JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN |

Vol. 04 No.03, Desember 2019

ANALISIS KINERJA RENCANA BUNDARAN DENGAN


PENDEKATAN SIMULASI MIKRO
(A Performance Analysis of Roundabout by Using Micro Simulation)
Tri Sudibyo1*, Erizal1, Purwo Mahardi2, Muhammad Fauzan1, dan Heriansyah Putra1
1
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Jl.
Raya Dramaga, Kampus IPB Dramaga, PO BOX 220, Bogor, Jawa Barat Indonesia
2
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Surabaya, Jl. Ketintang, Gayungan, Surabaya, Indonesia

* Penulis korespondensi: tri.sudibyo@apps.ipb.ac.id

Diterima: 30 Juli 2019 Disetujui: 08 Agustus 2019

ABSTRACT

Urban road network typically consists of many intersections which commonly lead to traffic problems. In
relatively low traffic, a simple priority intersection will be sufficient and lead no traffic problem without
necessarily implement traffic lights, roundabout or others. In an urban area where traffic demands are
high, intersections need to be treated with an accurate traffic engineering approach. There are many
different approaches to reduce the traffic problem in intersection including traffic light, roundabout, or
interchange. Cimahpar Raya street and Indobaso intersections are urban areas in Bogor city with the
high demand for transportation and often having a congestion problem in peak hour. The Office of Public
Works and Spatial Planning (PUPR) of Bogor city plans to develop and change the Indobaso intersection
to be a roundabout, while also increasing the lane width of the approaching roads. This study was
conducted to assess the performance changes of the Indobaso intersection improvement by developing a
traffic model of the intersection. The planned roundabout and lane width improvement significantly
reduce the traffic delays by 90,07%, reduce travel time by 51,76%, improve average speed by 83,77%,
and reduce the traffic density by 88,54% compared to the current condition of the intersection which
lacks required lane road width and maneuver area.

Key words: urban road, intersection, traffic model

PENDAHULUAN (Sudibyo, 2016). Pertumbuhan ekonomi


menyebabkan mobilitas seseorang
Perkotaan modern memiliki ciri
meningkat sehingga kebutuhan
pertumbuhan populasi yang permanen
pergerakannya pun meningkat melebihi
dalam wilayah yang relatif terbatas,
kapasitas sistem prasarana transportasi
sehingga mendorong pertumbuhan jumlah
yang ada (Tamin, 2000).
kendaraan dan kebutuhan pergerakan
Di jaringan jalan perkotaan sering
manusia dan barang. Pertumbuhan
ditemui simpang yaitu pertemuan dua atau
kapasitas jalan tidak mungkin mengikuti
lebih ruas jalan yang saling berpotongan,
pertumbuhan kendaraan pribadi, dimana
dimana permasalahan lalu lintas sering
kendaraan pribadi memiliki konsekuensi
terjadi pada titik ini. Pada simpang dengan
yang tidak diinginkan seperti kehilangan
arus kendaraan besar pertemuan antar ruas
waktu, polusi, dan emisi (Guberinic et al
jalan dapat ditingkatkan menjadi tidak
2008). Di banyak kota besar di Indonesia,
sebidang untuk menghilangkan konflik
laju pertumbuhan lalu lintas yang jauh
pergerakan dan menghindari masalah
lebih tinggi dari pembangunan jaringan
kemacetan. Namun pembangunan
jalan baru menyebabkan kemacetan
simpang tidak sebidang berbiaya sangat
tinggi

1
JSIL | Tri Sudibyo dkk. : Analisis Kinerja Rencana Bundaran Dengan

dibanding dengan rekayasa lain sehingga Dengan padatnya tingkat hunian


merupakan pilihan terakhir. Sebagaimana dan perumahan, banyak dan beragamnya
tiap pembangunan infrastruktur, kegiatan ekonomi dan usaha masyarakat
pembangunan simpang tidak sebidang di ruas Jalan Raya Cimahpar, dan
harus memperhatikan perbandingan fungsinya yang penting sebagai
keuntungan dengan biaya investasinya, penghubung wilayah Cimahpar,
sehingga tidak semua simpang sesuai Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan
untuk diterapkan menjadi simpang tidak Sentul menuju pusat kota Bogor,
sebidang. Tanpa harus menjadi simpang mendorong tingginya arus lalu lintas yang
tidak sebidang, terdapat beberapa melewati ruas jalan ini. Simpang Indobaso
alternatif peningkatan simpang tidak memiliki dimensi yang relatif sempit
bersinyal seperti simpang bersinyal, dibanding dengan arus lalu lintas yang
bundaran, maupun kombinasi bundaran harus dilayaninya terutama pada jam
dan simpang bersinyal. puncak. Kondisi ini memicu terjadinya
Kota Bogor merupakan salah satu kemacetan yang sering menjadi traffic jam
kota satelit Jakarta dan terdapat aneka atau kondisi mengunci pada jam puncak.
kegiatan di dalamnya seperti perdagangan Pemerintah Kota Bogor melalui
dan jasa, pusat perbelanjaan, wisata Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
belanja, dan permukiman. Dengan fungsi Ruang (PUPR) berencana meningkatkan
dan peruntukan kota tersebut menjadikan simpang Indobaso menjadi bundaran,
permintaan transportasi kota Bogor relatif sekaligus peningkatan lebar ruas jalan
besar, termasuk di titik dimana wilayah pendekatnya. Studi ini dilakukan untuk
studi dalam penelitian ini dilakukan. menilai perubahan kinerja simpang
Simpang Jalan Raya Cimahpar Indobaso dengan adanya pembangunan
dengan Jalan R. Hanafiah dan Jalan tersebut.
Babakan Indobaso yang sering disebut
simpang Indobaso merupakan salah satu
simpang di Kota Bogor yang sering terjadi
kemacetan. Lokasi ruas jalan dan simpang
ini tersaji pada Gambar 1.

Jl R. Hanafiah
Wilayah Studi

Jl Cimahpar

Jl Cimahpar

Kota Bogor

Jl Babakan Indobaso

Gambar 1 Wilayah Studi di Simpang Indobaso, Cimahpar, Bogor Utara

2
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN |
Vol. 04 No.03, Desember 2019

Ruang gerak dan manuver kendaraan di simpang yang sempit

Jl.R. Hanafiah merupakan akses jalan lingkungan (pemukiman)

B
A Jl Babakan Indo Baso, akses jalan lingkungan (pemukiman)

D
Jl. Raya Cimahpar sebagai jalan mayor

Gambar 2 Gambaran Kondisi Lalu lintas Wilayah Studi

METODOLOGI Bentuk kesalahan yang diuji


Dalam penelitian ini dilakukan meliputi arah pergerakan kendaraan, jenis
pembangunan model lalu lintas dalam kendaraan yang dimodelkan, dan perilaku
skala mikro untuk menganalisis perbedaan individu kendaraan. Tahapan setelah
kinerja diantara dua rekayasa yang pengecekan error adalah kalibrasi, yaitu
dilakukan pada wilayah studi. Wilayah penyesuaian parameter model sehingga
studi pada penelitian ini adalah simpang didapatkan pergerakan lalu lintas yang
Indobaso, Cimahpar, Bogor Utara, Kota paling mendekati kondisi lapangan. Tahap
Bogor, dengan pengambilan data berikutnya adalah validasi yang
dilakukan pada bulan Desember 2018 merupakan tahap akhir dari proses
Model mikro dibangun pada aplikasi pemeriksaan model yaitu memastikan
Aimsun, untuk diperoleh prediksi nilai-nilai parameter model telah sesuai
perubahan kinerja lalu lintas pada jaringan dengan yang diharapkan, dimana
jalan yang dikaji sesuai batas wilayah dilakukan perbandingan parameter model
studi. dengan parameter lapangan. Parameter ini
Model adalah cara untuk meliputi diantaranya arus kendaraan,
mengusulkan secara efisien beberapa kecepatan, waktu perjalanan, dan tundaan.
skenario alternatif tanpa perlu Mengacu kepada MKJI 1997
bereksperimen langsung di lapangan. kapasitas simpang tidak bersinyal dihitung
Simulasi dapat dianggap sebagai dengan persamaan berikut:
percobaan pada sistem riil yang dilakukan 𝐶𝑆𝑇𝐵 = 𝐶𝑂 x 𝐹𝑊 x 𝐹𝑀 x 𝐹𝐶𝑆 x 𝐹𝑅𝑆𝑈
melalui model (TSS, 2008). Dengan x 𝐹𝐿𝑇 x 𝐹𝑅𝑇 x 𝐹𝑀𝐼 (1)
analisis berdasarkan hasil pemodelan, CSTB merupakan nilai kapasitas simpang
diperlukan langkah pengecekan error tidak bersinyal dengan berbagai faktor
(kesalahan), kalibrasi dan validasi untuk koreksi mempengaruhi nilai kapasitas
memastikan model yang dibangun telah akhirnya. FCS adalah faktor penyesuaian
paling representatif menggambarkan ukuran kota, FLT adalah Faktor
kondisi lapangan. Tahap pengecekan error penyesuaian belok kiri = 0.84 + 1.61 PLT,
merupakan langkah awal untuk FRT adalah Faktor penyesuaian belok
memverifikasi apakah model memiliki kanan
kesalahan atau ketidak sesuaian. = 1.09 – 0.922 PRT, FMI adalah Faktor
penyesuaian rasio arus jalan minor dengan

3
JSIL | Tri Sudibyo dkk. : Analisis Kinerja Rencana Bundaran Dengan

nilai FMI = 16.6P 4 – 3.3P 3 + 25.3P 2 – yang kemudian diberikan kode pendekat
M M M
8.6PMI +1.95 untuk PMI = 0.1-0.3; FMI = masing-masing B, A, D dan C sebagaimana
1.11
P
2
– 1.11P +1.1 untuk P = 0.3- Gambar 2.
MI MI MI
0.5, dan FMI = - MI
2
+ 0.555P + 0.69 Survey-survey geometrik jalan
0.555P untuk PMI = dilakukan pada badan simpang dan setiap
0.5-0.9.
Nilai kapasitas merupakan lengan pendekatnya. Survey lalu lintas
parameter utama yang berperan dalam dilakukan dalam klasifikasi kendaraan
memberikan nilai akhir tingkat pelayanan, ringan, kendaraan berat, motor dan
dimana rasio dari total volume kendaraan kendaraan tidak bermotor pada setiap
yang melintas (Qtot) di simpang tersebut lengan simpang. Survey sampling waktu
dengan kapasitas akan memberikan nilai tempuh dan rataan kecepatan dilakukan
derajat kejenuhan DS (Degree of pada setiap jenis kendaraan. Seluruh
Saturation), atau DS = Qtot / C (Dirjen survey dilakukan pada hari kerja dan hari
BM 1997). libur dimana puncak arus dan kemacetan
Parameter kinerja lalu lintas lain terjadi pada hari kerja. Hasil survey lalu
yang dapat diperoleh adalah tundaan lalu lintas jam puncak tersaji dalam Tabel 1
lintas DTLL, tundaan geometrik DG, dan dan Tabel 2.
total tundaan simpang D yang merupakan Hasil survey geometrik dituangkan
penjumlahan dari DTLL dan DG. Turunan dalam gambar model jaringan jalan
berikutnya adalah peluang antrian (QP%) sebagaimana tersaji dalam Gambar 3.
yang merupakan peluang terjadinya Model lalu lintas dibangun berdasarkan
antrian kendaraan akibat tundaan pada survey lalu lintas, dengan terlebih dahulu
simpang. dibangun model kondisi eksisting.
Untuk dapat diterapkan bundaran Validasi model dilakukan dengan data
dalam menangani simpang, dilakukan panjang antrian dan rataan kecepatan.
analisis kinerja bagian jalinan lalu lintas Model lalu lintas yang telah tervalidasi
yang meliputi C adalah kapasitas, DS menjadi dasar dalam pembangunan model
adalah derajat kejenuhan, V = kecepatan rencana bundaran. Rencana bundaran
kendaraan dan TT adalah waktu tempuh mengacu pada dokumen rencana
kendaraan. 𝑊𝐸
pembangunan
C = 135 x 𝑊𝑤1.3 x (1 + 1.5 x 𝐹 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
) 𝐶𝑆
𝑊𝑤 Ruang Kota Bogor tahun 2018. Model
0.5 −1.8 jaringan jalan baru dengan implementasi
x𝑤(1
𝑃 − x 𝑤(1
𝑊 + x 𝐹𝑅𝑆𝑈 (2) bundaran tersaji dalam Gambar 4. Rencana
) ) bundaran memiliki dimensi radius pulau
3 𝐿𝑤
𝐷𝑆 = 𝑄𝑠𝑚𝑝⁄𝐶 (3) lalu lintas di tengah sebesar 5 meter, lebar
𝑉 = 𝑉𝑂 lajur 6 meter, radius putar lalu lintas di
𝑥 0.5 𝑥 (1 + (1 − 𝐷𝑆)0.5 (4) tengah jalur 8 meter. Peningkatan ruas
𝑇𝑇 = 𝐿𝑤 𝑥 3.6/𝑉 (5) Babakan Indobaso dan Jalan R. Hanafiah,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Simpang pada wilayah studi terdiri


atas 4 (empat) pendekat yaitu Jalan Raya
Cimahpar (Barat dan Timur), Jalan
4
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN |
Vol. 04 No.03, Desember 2019

jalan pendekat berupa pembangunan


perkerasan beton untuk menggantikan
jalan aspal. Peningkatan ruas jalan juga
merubah lebar jalan dari kondisi saat ini
5,5 meter menjadi 6-7 meter. Mengacu
pada MKJI 1997, peningkatan lebar jalan
ini dapat mengurangi faktor reduksi
kecepatan sehingga memungkinkan
bertambahnya rataan kecepatan tempuh
lalu lintas.

5
JSIL | Tri Sudibyo dkk. : Analisis Kinerja Rencana Bundaran Dengan

Tabel 1 Hasil Survey Volume Jam Puncak Simpang

Gambar 3 Model Aimsun Jaringan Jalan Eksisting dalam Batas

Gambar 4 Model Aimsun Rencana Bundaran dalam Batas Wilayah Studi

6
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN |
Vol. 04 No.03, Desember 2019

Jalan Cimahpar bertipe 2/2 UD Kepadatan Lalu lintas


dengan lebar lajur 2 x 2,75 meter, Jalan R.
Hanafiah bertipe 2/2 UD dengan total Hasil model pada kondisi eksisting
lebar 4-5 meter, sedangkan Jalan Babakan menggambarkan kepadatan tertinggi
Indobaso merupakan jalan sempit dengan terjadi di ruas jalan Cimahpar dari arah
total lebar 3,5-4,5 meter. Seluruh ruas timur yaitu sebesar 98 kendaraan/km.
jalan memiliki dimensi yang cukup untuk Kepadatan ini terkonsentrasi di mulut
melintas kendaraan LV kedua arah kecuali simpang sebelum memasuki simpang
Jalan Babakan Indobaso. sebagai akibat dari menurunnya kecepatan
Dari hasil survey geometrik dan dan antrian kendaraan untuk dapat masuk
dari karakteristik lalu lintas menunjukkan ke ruang simpang yang sempit.
ruas jalan Raya Cimahpar merupakan
jalan mayor dan memiliki arus
kendaraan terbesar. Ruas Jalan R.
Hanafiah dan Jalan Babakan Indobaso
terkategori jalan minor.
Jalan minor dimodelkan untuk
dapat memberikan prioritas pergerakan
kepada jalan mayor.

Arus Lalu lintas (a) Kondisi eksisting kepadatan terjadi


Pada kondisi eksisting, arus lalu di pendekat Timur Jalan Cimahpar
lintas terbesar adalah di Jalan Cimahpar
dengan hasil simulasi berdasarkan data
survey didapatkan berkisar pada 1302
kendaraan/jam dari timur dan 1080
kendaraan/jam dari barat. Arus dari jalan
R. Hanafiah dan Jalan Babakan Indobakso
relatif kecil yaitu berkisar pada 140 – 360
kendaraan/jam.
Pembangunan bundaran di lokasi (b) Implementasi bundaran mengurangi
memberikan sedikit perbedaan dari total kepadatan secara signifikan
arus lalu lintas yang melintas Gambar 6 Perbedaan Tingkat Kepadatan
dibandingkan dengan kondisi eksisting.
Total kendaraan melintas di Jalan Kepadatan dari barat sebesar 22
Cimahpar sebesar 1398 kendaraan/jam kendaraan/km. Kepadatan ini terjadi
(dari timur) dan 1218 kendaraan/jam (dari karena antrian pada mulut simpang
barat) atau rata-rata naik sekitar 100-200 sehingga kendaraan mengantri sehingga
kendaraan per jam. Kenaikan total flow kepadatan meningkat.
dalam satu jam ini dapat terjadi karena Model lalu lintas pada
arus lalu lintas lebih lancar yang secara pembangunan bundaran memberikan hasil
visual dari hasil simulasi terlihat dari tidak simulasi kepadatan tertinggi masih di ruas
adanya penumpukan kendaraan di jalan yang sama, namun dengan adanya
bundaran. Kondisi ini memungkinkan bundaran tingkat kelancaran pergerakan
jumlah kendaraan yang dapat melintas kendaraan meningkat sehingga antrian
dalam satu jam pada titik ini pun berkurang. Antrian berkurang memberikan
meningkat. nilai kepadatan yang juga menurun.

7
JSIL | Tri Sudibyo dkk. : Analisis Kinerja Rencana Bundaran Dengan

Tundaan Tabel 2 Rataan Kecepatan Lalu-lintas Jam


Puncak

Kecepata
Arah
Jam Jenis n
Lalu-
Survai Kendaraan (Km/Jam
lintas
)

LV 14.69
16.00-
HV 13.09
A-B 18.00
(a) Di kondisi eksisting tundaan terjadi MC 24.40
di pendekat Timur Jalan Cimahpar Rataan 17.39
LV 14.51
16.00-
HV -
A-C 18.00
MC 19.47
Rataan 16.99
LV 17.46
16.00-
HV -
A-D 18.00
MC 17.11
Rataan 17.29
LV 11.38
(b) Implementasi bundaran mengurangi 16.00-
HV -
tundaan secara signifikan B-C 18.00
MC 18.27
Gambar 7 Perbedaan Besaran Tundaan Rataan 14.83
LV 11.23
Ruas jalan pada kondisi eksisting 16.00-
HV -
B-D 18.00
yang sempit dengan bentuk geometrik MC 20.26
simpang yang tidak ideal mengakibatkan Rataan 15.75
kendaraan menurukan kecepatan agar
LV 8.05
dapat bermanuver dan menghindari tabrak 16.00-
HV -
dari kendaraan arah berlawanan. Kondisi C-D 18.00
MC 18.13
ini memberikan nilai tundaan tertinggi
terjadi di jalan Cimahpar disebabkan oleh Rataan 13.09
tingginya arus yang melewati ruas jalan
utama ini. Rataan tundaan tercatat 117,46 Kecepatan tempuh
detik/km.
Perbaikan simpang menjadi Pada kondisi eksisting, jam puncak
bundaran meningkatkan kelancaran lalu lintas memberikan kecepatan terendah
berlalu lintas dimana potensi tundaan jauh di ruas jalan Cimahpar baik pada pedekat
menurun menjadi 11,66 detik/km. timur maupun barat.

8
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN |
Vol. 04 No.03, Desember 2019

Eksisting Ruang manuver terbatas

Antrian di jalan utama

Kecepatan rendah di simpang, tundaan tinggi

Terjadi antrian di jalan utama

Ruang manuver jauh lebih baik

Antrian di jalan utama berkurang

Tundaan menurun dan kecepatan meningkat

Antrian di jalan utama berkurang

Gambar 8 Simulasi Perbedaan Kinerja Simpang Eksisting dan Rencana


Bundaran
Dari timur kecepatan terukur rata-
sering didapatkan nilai rata-rata tundaan
rata pada 7 km/jam, sedangkan dari barat
yang relatif tinggi (117,46 detik/km). Pada
pada mulut simpang 8 km/jam. Kecepatan
saat yang sama, dengan kecepatan yang
yang rendah terjadi karena antrian di
rendah dan volume tinggi, terjadi antrian
simpang tersebut. Setelah dibangunnya
kendaraan sehingga jarak antar kendaraan
bundaran, arus lalu lintas menjadi lebih
mengecil dan terukur kepadatan lalu lintas
lancar dan tercatat kecepatan hasil
menjadi tinggi (27,64 kendaraan/km) yang
simulasi di Jalan Cimahpar baik dari barat
terkonsentrasi di mulut simpang, dengan
maupun dari timur meningkat yaitu 29
waktu tempuh perjalanan juga tinggi
km/jam dan 39 km/jam.
(252,52 detik/km).
Dari simulasi kondisi lalu lintas di
wilayah studi ini terdapat hubungan yang
Tabel 3 Perbedaan Kondisi Eksisting dan
erat antara kecepatan, arus lalu lintas,
Implementasi Bundaran
tundaan, waktu tempuh dan kepadatan lalu
lintas. Pada kondisi eksisting, disebabkan Parameter Eksisting Bundaran
oleh sempitnya ruang gerak pada simpang Tundaan (detik/km)
Indobaso, kendaraan yang semula melaju
Total 117.46 11.66
dengan kecepatan relatif tinggi harus
LV & HV 142.92 17.93
mengurangi kecepatannya saat masuk ke
mulut simpang. MC 112.47 10.44
Dengan arus lalu lintas yang tinggi Kepadatan (kendaraan/km)
pada jam puncak (2674 kendaraan/jam) Total 27.64 14.66
dan kecepatan yang rendah (16,33 LV & HV 4.92 2.37
km/jam), mengakibatkan sering terjadi MC 22.72 12.29
traffic jam atau kondisi mengunci baik Arus Lalu lintas (kendaraan/jam)
ringan dan cepat terurai maupun lama dan Total 2674 2930
mengakibatkan antrian lebih panjang. LV & HV 438 477
Kondisi ini terukur sebagai tundaan MC 2236 2453
sehingga pada simulasi kondisi eksisting Kecepatan (km/jam)

9
JSIL | Tri Sudibyo dkk. : Analisis Kinerja Rencana Bundaran Dengan

Parameter Eksisting Bundaran KESIMPULAN


Total 16.33 30.01 Berdasarkan hasil penelitian yang
LV & HV 15.46 30.95 telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
MC 16.5 29.83
bahwa:
Waktu Tempuh (detik/km)
1. Dari data dan pengamatan empiris dan
dari simulasi model lalu lintas
Total 252.52 121.82
disimpulkan bahwa di wilayah studi
LV & HV 266.18 118.27 yaitu simpang Indobaso, Cimahpar,
MC 249.85 122.51 Bogor, sering beresiko terjadi
kemacetan sedang hingga kondisi
mengunci pada jam puncak terutama
bila kendaraan dimensi besar melintas.
Korelasi yang tinggi antar 2. Penerapan bundaran sebagaimana
parameter juga terjadi pada kondisi direncanakan oleh Pemerintah Kota
dengan
terbangunnya bundaran. Setelah Bogor dapat meningkatkan kinerja lalu
terbangunnya bundaran, arus lalu lintas lintas dan mengurangi resiko
yang melintas dalam jaringan meningkat kemacetan.
sebesar 9,6% dibanding kondisi eksisting 3. Penerapan bundaran dapat menambah
menjadi 2930 kendaran/jam. Pada kondisi potensi arus lalu lintas yang dapat
ini kecepatan lalu lintas juga meningkat terlayani yaitu meningkat sebesar 9,6%,
sebesar 83,77% menjadi 30,01 km/jam. meningkatkan rataan kecepatan lalu
Kondisi ini terjadi karena meningkatnya lintas sebesar 83,77%, mengurangi
kelancaran manuver kendaraan karena waktu tempuh sebesar 51,76%,
ruang gerak yang lebih baik di titik menurunkan tundaan sebesar 90,77%,
simpang dengan terbangunnya bundaran. dan mengurangi kepadatan sebesar
Manuver kendaraan yang lebih mudah 88,54%.
memungkinkan kendaraan melaju dengan 4. Peningkatan kinerja simpang dan
kecepatan lebih tinggi, sehingga antrian bundaran ini diperoleh dari simulasi
relatif jarang terjadi. Antrian yang tidak model lalu lintas dalam kondisi berlalu
terjadi ini terukur sebagai delay atau lintas secara ideal, yaitu tanpa
tundaan yang kecil yaitu 11,66 detik/km, gangguan seperti mobil berhenti pada
menurun sebesar 90,07% dibanding lajur lalu lintas, on street parking,
kondisi eksisting, sehingga secara kerusakan jalan, dan gangguan lain.
keseluruhan jaringan kendaraan yang 5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut
dapat melintas dalam satuan waktu yang mengenai optimasi bundaran maupun
sama menjadi lebih besar yang terukur studi bentuk implementasi rekayasa
dalam arus lalu lintas yang lebih tinggi lalu lintas yang lain di simpang tersebut
dibanding kondisi eksisting. Pada saat yang dapat meningkatkan kinerja lebih
yang sama, kondisi ini menyebabkan lanjut.
relatif tidak terjadinya antrian kendaraan
sehingga kepadatan terukur 14,66 DAFTAR PUSTAKA
kendaraan/km, menurun sebesar 88,54%
dibanding kondisi eksisting, dan waktu [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten
tempuh perjalanan juga terukur lebih Bogor. 2014. Jumlah Penduduk
rendah yaitu 121,82 detik/km, menurun Menurut Jenis Kelamin 2014. Bogor
51,76% bila dibanding kondisi eksisting. (ID): Badan Pusat Statistik.
[Dirjen BM] Departemen Pekerjaan
Umum. 1997. Manual Kapasitas

10
JSIL JURNAL TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN |
Vol. 04 No.03, Desember 2019

Jalan Indonesia. Direktorat Jenderal Technology. Turner-Fairbank


Bina Marga, Jakarta. Highway Research Center, USA
[KEMENHUB] Kementrian Perhubungan.
2015. Peraturan Menteri
Perhubungan No 96 Tahun 2015
tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Manajemen dan Rekayasa
Lalu Lintas. Jakarta.
[PUSJATAN] Pusat Penelitian dan
Pengembangan Jalan dan Jembatan.
2015. Simpang tak Bersinyal dan
Bagian Jalinan. Pedoman Kapasitas
Jalan Indonesia (PKJI) 2015.
Jakarta. Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
Guberinic, S., Senborn, G., and Lazic, B.
(2008). Optimal Traffic Control
Urban Intersection. CRC Press.
Boca Raton, USA
Khisty J C dan Lall K B. 2005. Dasar-
dasar Rekayasa Transportasi Jilid I.
Jakarta. Erlangga.
Mendenhall. W, Robert J. Beaver and
Barbara M. Beaver. 2009.
Introduction to Probability &
Statistic 13th edition. Nelson
Education. Ltd., Canada.
Ortúzar Juan de Dios. 2001. Modeling
Transport, 3rd edition. Wiley.
Sudibyo, T. dan Widyarti, M. 2016.
Analisis Pengaruh Penyempitan
Jalan (bottleneck) Terhadap Tingkat
Pelayanan Jalan dengan
Pendekatan Simulasi Mikro.
Yogyakarta. Proceeding KoNTekS
Vol.2: 483- 489.
Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan
Pemodelan Transportasi, Edisi
Kedua. Bandung. Penerbit ITB.
TSS-Transport Simulation Systems. 2008.
Microsimulator and Mesosimulator
in AIMSUN User’s Manual.
Barcelona. TSS.
US Department of Transportation. 2004.
Traffic Analysis Toolbox Volume III:
Guidelines for Applying Traffic
Microsimulation Modeling Software,
Research, Development, and

11

You might also like