You are on page 1of 11

Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN 2721-8112 (print)

Volume 2 – Nomor 1, April 2021, 66-76 ISSN 2722-4899 (online)


https://doi.org/10.37478/jpm.v2i1.873
Available online at: https://e-journal.uniflor.ac.id/index.php/JPM/article/view/873

PENGARUH MODEL PAIKEM GEMBROT TERHADAP PEMBELAJARAN


KOOPERATIF TYPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DI SEKOLAH DASAR

Chrisnaji Banindra Yudha1*, Evayenny2, Dyah Anungrat Herzamzam3


1,2,3
STKIP Kusuma Negara Jakarta
*Corresponding Author: chrisnaji_by@stkipkusumanegara.ac.id

Info Artikel Abstract. This study aims to prove the effect of the PAIKEM GEMBROT model on
mathematics learning outcomes in fractions material, between students who are given
learning with the PAIKEM GEMBROT model compared to students taught with the Jigsaw
Sejarah Artikel:
Diterima:26/02/2021
cooperative learning model. This research was conducted for two months to be precise,
Direvisi: 09/03/2021 namely January to March 2019, with a total sample of 60 students, to be precise 30 VD class
Disetujui: 11/03/2021 students who were given using the PAIKEM GEMBROT model and 30 students in VA class
using the Jigsaw cooperative learning model. . Based on the calculation, it was found that
Keywords: the average learning outcomes of students through the PAIKEM GEMBROT model had an
Mathematics, average of 73.5. Furthermore, the learning outcomes using the average model are 60.1.
Elementary school, Based on the hypothesis test, the value of tcount = 5.101> t table = 2.00172 is obtained. So it
PAIKEM GEMBROT , can be concluded that H1 is accepted and Ho is rejected. The conclusion of this study is that
Jigsaw
there is a significant difference between the mathematics learning outcomes of students who
Kata Kunci:
are taught using the PAIKEM GEMBROT model and the Mathematics learning outcomes
Matematika, Sekolah using the Jigsaw cooperative learning model on fraction material in class V Jatirangga 03
Dasar, PAIKEM Bekasi elementary school.
GEMBROT , Jigsaw
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh model PAIKEM
GEMBROT terhadap hasil belajar Matematika pada materi Pecahan, antara peserta didik
yang diberikan pembelajaran dengan model PAIKEM GEMBROT dibandingkan dengan
peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penelitian ini
dilaksanakan selama dua bulan tepatnya yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Maret
2019, dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang peserta didik, tepatnya 30 peserta didik kelas
VD yang diberikan menggunakan model PAIKEM GEMBROT dan 30 orang peserta didik
kelas VA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Berdasarkan perhitungan
diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik melalui model PAIKEM GEMBROT
memiliki rata-rata 73,5. Selanjutnya hasil belajar yang menggunakkan model rata-rata 60,1.
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh nilai thitung = 5,101 > ttabel = 2,00172. Maka diperoleh
kesimpulan bahwa H1 diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar Matematika peserta didik yang diajar
menggunakan model PAIKEM GEMBROT dengan hasil belajar matematika yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi pecahan dikelas V
SDN Jatirangga 03 Bekasi.

How to Cite: Yudha, C. B., Evayenny, E., & Herzamzam, D. A. (2021). PENGARUH MODEL PAIKEM GEMBROT
TERHADAP PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH
DASAR. Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 2(1). https://doi.org/10.37478/jpm.v2i1.873

Alamat korespondensi: Penerbit:


STKIP Kusuma Negara Jakarta. Jl Raya Bogor Km 24 Cijantung Program Studi PGSD Universitas Flores.
Jakarta Timur. . chrisnaji_by@stkipkusumanegara.ac.id primagistrauniflor@gmail.com
Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam
Pengaruh Model PAIKEM GEMBROT Terhadap Pembelajaran Kooperatif type Jigsaw pada Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar
Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume 2, Nomor 1, April 2021, hal 66-76

PENDAHULUAN kegiatan yang mengembangkan pemahaman


dan kemampuan mereka dengan penekanan
Model pembelajaran merupakan salah
pada belajar melalu berbuat. 2. Guru
satu komponen penting dalam suatu kegiatan
menggunakan berbagai alat bantu dan
pembelajaran. Seorang guru untuk dapat
berbagai cara dalam membangkitkan
melaksanakan tugasnya secara profesional
semangat, termasuk menggunakan lingkungan
harus mampu memahami dan memiliki
sebagai sumber belajar untuk menjadikan
keterampilan yang memadai dalam memilih
pembelajaran menarik, menyenangkan dan
dan mengembangkan model pembelajaran
cocok bagi siswa.
yang efektif dan menyenangkan. Penggunaan
model pembelajaran yang tepat dalam Model pembelajaran PAIKEM
pembelajaran akan membuat peserta didik GEMBROT masih layak diterapkan. Analisis
lebih menguasai materi dan diharapkan kebutuhan menjadi pijakan untuk menerapkan
mampu meningkatkan hasil pembelajaran meodel pembelajaran yang tepat. Salah satu
peserta didik. model pembelajaran Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan,
Khusus untuk pembelajaran
Gembira dan Berbobot (PAIKEM
matematika, proses pembelajaran hendaknya
GEMBROT). Kelebihan dari model
dirancang dengan tujuan menciptakan suasana
PAIKEM GEMBROT yaitu pendidik dan
lingkungan yang memungkinkan seseorang
peserta didik dapat belajar dikelas dengan
melaksanakan kegiatan belajar matematika,
aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan,
dan berpusat pada siswa dimana guru yang
gembira dan berbobot dan ketika
mengajar matematika selalu melibatkan
pembelajaran berlangsung peserta didik akan
siswa (Anisensia et al., 2020). Pembelajaran
lebih mudah memahami materi pelajaran.
seperti ini cocok dilaksanakan dengan
menggunakan pola pembelajaran PAIKEM. Hasil observasi di SD Jatirangga 3
Bekasi, guru pernah menggunakan model
PAIKEM merupakan kependekan dari
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan tanya
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif
jawab dalam proses pembelajaran. Hanya
dan Menyenangkan. PAIKEM memiliki
beberapa peserta didik yang aktif menjawab
gambaran umum menurt Prayitno (2012)
pertanyaan yang diajukan oleh guru.
yaitu: 1) siswa terlibat dalam berbagai
Sedangkan peserta didik yang lain kurang
kegiatan yang mengembangkan pemahaman
aktif dan kurang termotivasi dalam proses
dan kemampuan mereka dengan penekanan
pembelajaran. Hal itu berdampak pada hasil
pada belajar melalui berbuat; 2) guru
belajar peserta didik khususnya mata
menggunakan berbagai alat bantu dan cara
pelajaran Matematika. Terlihat pada hasil
membangkitkan semangat, termasuk
ulangan harian peserta didik pada mata
menggunakan lingkungan sebagai sumber
pelajaran Matematika materi pecahan,
belajar untuk menjadikan pembelajaran
sebagian besar peserta didik belum mencapai
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi
kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM
siswa; 3) guru mengatur kelas dengan
yang ditetapkan adalah 70. Dari setiap kelas V
memajang buku-buku dan bahan belajar yang
di SDN Jatirangga 3 yang peserta didiknya 30
lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca,’
tiap kelas, rata-rata hanya 10 peserta didik
guru menerapkan cara mengajar yang lebih
yang mampu mencapai KKM. Hal ini artinya
kooperatif dan interaktif, termasuk cara
kurang dari 50% peserta didik yang mampu
belajar kelompok; serta 4) mendorong siswa
mencapai nilai KKM.
untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk Perlu tindak lanjut dalam
mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam menindaklanjuti permasalahan rendahnya
siswa dalam menciptakan lingkungan hasil belajar. Utamanya masalah peserta didik
sekolahnya. yang hasil belajarnya masih dibawah KKM
pada mata pelajaran Matematika, maka perlu
Menurut Adnan (2017), secara garis
melakukan penelitian. Salah satunya adalah
besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai
dengan menerapkan model pembelajaran
berikut: 1. Siswa terlibat dalam berbagai

Copyright (c) 2021 Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam. This work is licensed
under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
67
Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam
Pengaruh Model PAIKEM GEMBROT Terhadap Pembelajaran Kooperatif type Jigsaw pada Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar
Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume 2, Nomor 1, April 2021, hal 66-76

yang tepat sehingga peserta didik dapat Dari beberapa pendapat di atas dapat
terlibat secara langsung dalam pembelajaran disimpulkan bahwa Jigsaw adalah salah satu
Matematika. Keterlibatan peserta didik dalam tipe dari model pembelajaran kooperatif,
pembelajaran Matematika merupakan adapun cara kerjanya adalah siswa melakukan
jembatan guna menumbuhkan serta suatu kegiatan belajar dengan cara
meningkatkan hasil belajar peserta didik. bekerjasama dengan siswa lain dan saling
Salah satu model yang dapat melibatkan ketergantungan positif dalam kelompok kecil
peserta didik secara langsung dalam secara heterogen.
pembelajaran Matematika adalah model
Siswa Sekolah dasar pada dasarnya
PAIKEM GEMBROT .
adalah pribadi yang unik. Menurut
Menurut Sardjiyo (2014) PAIKEM Herzamzam (2018) siswa SD dari sisi
GEMBROT sebagai model pembelajaran perkembangan kognitif atau intelektual masih
termasuk salah satu tipe/jenis daripada model berada pada tahap pemikiran operasional
pembelajaran terpadu. Istilah PAIKEM konkret. Siswa SD belum mampu berpikir
GEMBROT pada dasarnya adalah model abstrak, pemikiran siswa masih terikat pada
pembelajaran terpadu yang menggunakan hal-hal konkret. Konkret yang dimaksud
tema untuk mengaitkan beberapa mata adalah hal yang nyata dan sering dijumpai
pelajaran sehingga dapat memberikan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
pengalaman bermakna kepada peserta didik.
Matematika banyak menjadi momok
Menurut Noor (2010), PAIKEM untuk dipelajari bagi siswa atau orang tua.
GEMBROT dapat didefinisakan sebagai: Dari segi siswa banyak yang tidak yakin atau
pendekatan mengajar yang digunakan keyakinan (self efficacy) bahwa dirinya tidak
bersama metode tertentu dan sebagai media mampu untuk menyelesaikan soal
pengajaran yang disertai penataan lingkungan matematika, walaupun yang masih sederhana.
sedemikian rupa agar proses pembelajaran Menurut Yudha (2018) self efficacy
menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, merupakan keyakinan individu untuk
menyenangkan, gembira dan berbobot. Dari melaksanakan dan menaklukan beraneka
pernyataan di atas disintesiskan bahwa ragam situasi yang muncul dan dihadapinya.
PAIKEM GEMBROT adalah pembelajaran Dengan demikian dengan rendahnya
terpadu yang menggunakan tema untuk keyakinan mampu menekan kreativitas
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga seseorang
dapat memberikan pengalaman bermakna
Matematika sebagai suatu mata
kepada peserta didik agar proses pembelajaran
pelajaran yang sering ditakuti dan dirasa sukar
menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif,
oleh siswa. Hal tersebut disebabkan b a n ya k
menyenangkan, gembira dan berbobot.
f a kt or , da r i p en ga r u h t ema n s eb a ya
Menurut Rusman (2012) kata jigsaw da n sikap guru matematika. Guru
berasal dari bahasa inggris yang berarti matematika yang melaksanakan transfer
gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkan matematika terkadang tidak memahami konsep
dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki dasar matematika. Selain itu, siswa
menyusun potongan gambar. Pembelajaran memahami matematika hanya sebatas belajar
kooperatif tipe jigsaw memiliki langkah cara saja, tanpa disadari akan fungsinya pada
bekerja sebuah gergaji atau disebut zigzag, kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, akibat
yaitu siswa mengikuti kegiatan belajar dengan yang ditimbulkan adalah siswa malas belajar
cara bekerja sama dengan siswa lain untuk matematika.
mencapai tujuan secara bersama. Lebih lanjut,
Menurut Ibrahim (2012), matematika
Majid (2013) berpendapat bahwa
adalah ilmu tentang pola dan hubungan, sebab
“pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah
dalam matematika sering dicari keseragaman
sebuah model belajar kooperatif yang
seperti keterurutan, dan keterkaitan pola dari
menitikberatkan pada kerja kelompok siswa
sekumpulan konsep-konsep tertentu atau
dalam bentuk kelompok kecil”
model-model yang merupakan
representasinya, sehingga dapat dibuat

Copyright (c) 2021 Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam. This work is licensed
under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
68
Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam
Pengaruh Model PAIKEM GEMBROT Terhadap Pembelajaran Kooperatif type Jigsaw pada Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar
Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume 2, Nomor 1, April 2021, hal 66-76

generalisasinya untuk selanjutnya dibuktikan dapat mengkaji isu-isu tentang kurangnya


kebenarannya secara deduktif.” keterampilan berhitung.
Pendapat lain Menurut Berk (2012), Mempertegas pendapat tersebut, menurut
argumen tentang cara pembelajaran Nitko & Brookhart (2007), “instruction is the
matematika mirip dengan pembelajaran proccess you use to provide students with the
membaca, menggali berhitung dengan conditions that help them achieve the learning
“kepekaan pada angka (number sense)”, atau targets”. Makna pendapat tersebut adalah
pemahaman, sehingga perpaduan antara kedua guru sebagai fasilitator harus mampu
pendekatan sangat membantu sekali dalam mengorganisir semua unsur pembelajaran dan
pembelajaran matematika maka guru perlu mengarahkannya pada suasana yang
mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip memungkinkan seorang siswa untuk belajar,
dan strategi pembelajaran matematika guna sehingga kompetensi yang diharapkan dapat
tercapainya tujuan dari pembelajaran yang tercapai.
diinginkan.
Pembelajaran dapat diterima dengan baik
Pembelajaran seharusnya dikemas oleh siswa. Hal tersebut dapat diberikan oleh
secara efektif dan menyenangkan. Guru guru yang memiliki kreatifitas dalam
seyogyanya dapat menyajikan pembelajaran menerapkan metode, pendekatan, strategi, dan
menggunakan strategi pembelajaran yang lainnya. Penerapannya sangat tepat pada
efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum pelajaran yang biasanya dianggap sulit yaitu
dan pola pikir siswa yang belajar. Untuk itu, matematika. Dalam matematika terdapat
menurut Heruman (2008), pembelajaran banyak rumus, hal yang abstrak, keterkaitan
matematika di sekolah dasar harus melalui pola hubungan, yang harus dihadapi siswa.
langkah-langkah yang ditekankan pada Oleh karena itu, dalam memberikan
konsep-konsep matematika, yaitu: (1) matematika yang menyangkut pola hubungan
penanaman konsep dasar, (2) pemahaman tersebut melalui tahapan (1) penanaman
konsep, dan (3) pembinaan keterampilan. konsep dasar, (2) pemahaman konsep, dan (3)
pembinaan keterampilan. Hal tersebut,
Penanaman konsep dasar, yaitu
diharapkan sebagai pemicu dalam
pembelajaran suatu konsep baru matematika
mempermudah memahami matematika dan
kepada siswa yang belum pernah diberikan
mengubah pola pikir yang negatif tentang
sebelumnya. Pembelajaran penanaman konsep
matematika.
dasar merupakan jembatan yang harus dapat
menghubungkan kemampuan kognitif siswa Heruman (2008), bahwa “dalam
yang konkret dengan konsep baru matematika pembelajaran matematika tingkat SD
yang abstrak. Dalam kegiatan ini, media atau diharapkan terjadi reinvention (penemuan
alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk kembali)”. Penemuan kembali adalah
membantu kemampuan pola pikir siswa. menemukan cara penyeleseian secara informal
dalam pembelajaran di kelas. Prinsip
Pemahaman konsep, pembelajaran
penemuan kembali (re-invention) ini
lanjutan dari pemahaman konsep, yang
merupakan salah satu prinsip pada pendekatan
bertujuan agar siswa lebih memahami suatu
matematika realistik (RME) yang dicetuskan
konsep matematika. Konsep jenis ini akan
oleh Gravemeijer (1994) antara lain dapat
mudah dipahami oleh siswa apabila mereka
digunakan sejarah penemuan
menguasai konsep prasyaratnya, yaitu konsep
konsep/prinsip/rumus matematika dan oleh
dasar.
prosedur atau cara penyelesaian siswa secara
Pembinaan keterampilan, yaitu informal (Bito, 2018; Bito & Sugiman, 2013).
pembelajaran yang bertujuan agar siswa lebih
Selain penemuan, dalam pembelajaran
terampil dalam menggunakan berbagai konsep
matematika SD juga dengan belajar
matematika. Dengan adanya pembinaan
bermakna dimana siswa menghubungkan atau
keterampilan terhadap konsep-konsep ini
mengkaitkan informasi pada pengetahuan
diharapkan proses pembelajaran matematika
berupa konsep-konsep yang telah dimilikinya.
Dalam belajar matematika, siswa membangun

Copyright (c) 2021 Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam. This work is licensed
under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
69
Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam
Pengaruh Model PAIKEM GEMBROT Terhadap Pembelajaran Kooperatif type Jigsaw pada Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar
Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume 2, Nomor 1, April 2021, hal 66-76

pengetahuan sendiri dan guru sebagai tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
fasilitator. mengetahui hasil belajar yang telah
dilaksanakan. Terdapat berbagai macam cara
Budiningsih (2012), mengungkapkan
untuk mengukur hasil belajar. Dalam
bahwa kegiatan belajar dipandang dari segi
mengukur hasil belajar dilihat dan disesuaikan
prosesnya dari pada dipandang dari segi
dengan kondisi dan kebutuhan yang akan
perolehan pengetahuan dari fakta yang
diteliti.
terlepas. Proses tersebut berupa membangun
dan restrukturisasi pengetahuan dan Menurut Azwar (2011), prinsip dasar tes
ketrampilan guna peningkatan diri individu hasil belajar adalah:
dalam jaringan yang kompleks konsistensi
1) Tes harus mengukur hasil belajar telah
konseptual.
dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan
Pada uraian diatas menunjukkan bahwa, instruksional.
guru dalam mengajar matematika seharusnya
2) Tes hendaknya mengukur suatu sampel
melalui proses belajar yang terencana dan
yang representatif dari hasil belajar, dan
berpola. Dalam merencanakan proses
dari materi yang dicakup oleh program
pembelajaran sekurang-kurangnya meliputi
instruksional atau pengajaran.
tujuan pencapaian, materi pembelajaran,
siswa, media/alat pembelajaran, 3) Tes hendaknya memuat butir-butir atau
metode/pendekatan/strategi yang akan item-item dengan tipe yang paling cocok
digunakan, dan waktu pembelajaran. Hal ini guna mengukur hasil belajar yang
tanpa mengkesampingkan faktor yang lain. diinginkan.
Kualitas dan produktivitas pembelajaran akan 4) Tes hendaknya dirancang sedemikian
tampak ketika siswa mencapai tujuan rupa sesuai dengan tujuan penggunaan
pembelajaran yang ditetapkan, hal ini terkait hasilnya.
dengan model/pendekatan/strategi yang
dilaksanakan guru. Oleh karena itu, dalam 5) Tes hendaknya diusahakan setinggi
menyampaikan pelajaran harus diorganisir mungkin dan hasil skornya ditafsirkan
dengan baik dikolaborasikan dengan secara cermat.
model/pendekatan/strategi yang tepat agar 6) Tes hendaknya dapat digunakan untuk
hasil belajar siswa sesuai dengan yang memperbaiki dan meningkatkan belajar
diinginkan. siswa.
Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan Menurut Sudjana (2010), penilaian
dengan menggunakan alat evaluasi yang baik proses dan hasil belajar dapat ditingkatkan
dan memenuhi syarat yang dilakukan oleh melalui teknik tes dan non tes. Teknik tes
guru mata pelajaran. Hasil belajar penting dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes
untuk diketahui guna melihat tingkat praktik atau tes kinerja. Teknik non tes dapat
penguasaan siswa terhadap materi yang berupa observasi penugasan perorangan atau
diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. kelompok, angket, dan bentuk lain yang
Purwanto (2011), berpendapat salah satu sesuai dengan karakteristik kompetensi dan
untuk mengukur hasil belajar yakni tes hasil tingkat perkembangan peserta didik.
belajar. Tes hasil belajar merupakan tes
penguasaan karena tes ini mengukur Berdasarkan pendapat di atas dapat
penguasaan siswa yang diajarkan oleh guru diambil kesimpulan bahwa cara mengukur
atau dipelajari oleh siswa. hasil belajar dapat digunakan dengan dua cara
yaitu teknik tes dan non tes. Tes digunakan
Menurut Arikunto (2009), ditinjau dari untuk mengumpulkan data belajar matematika
segi kegunaan untuk mengukur keberhasilan siswa. Tes diarahkan untuk penggalian
belajar siswa, maka dibedakan atas adanya 3 informasi yang bervariasi dan berorientasi
macam tes, yaitu: tes diagnostik, tes formatif, tingkat berfikir yang lebih tinggi. Objek
dan tes sumatif.” Setiap tes dilaksanakan belajar matematika yang luas membutuhkan
dalam waktu dan kegunaan yang berbeda tes yang terbuka dan memberikan kesempatan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya,

Copyright (c) 2021 Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam. This work is licensed
under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
70
Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam
Pengaruh Model PAIKEM GEMBROT Terhadap Pembelajaran Kooperatif type Jigsaw pada Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar
Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume 2, Nomor 1, April 2021, hal 66-76

yang lebih luas bagi siswa yang menunjukkan Sampel adalah bagian dari jumlah dan
bagian kompetensi matematis yang telah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
belum dikuasai siswa tersebut (Sugiyono, 2014). Sampel dalam
penelitian ini adalah kelas VA dan kelas VD
Tujuan yang ingin dicapai dalam
yang dipilih dengan menggunakan teknik
penelitian ini adalah untuk membuktikan
cluster random sampling, dikatakan simple
apakah terdapat pengaruh pembelajaran aktif,
(sederhana) teknik ini digunakan bilamana
inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan,
populasi tidak terdiri dari individu-idividu
gembira dan berbobot (PAIKEM GEMBROT)
melainkan terdiri dari kelompok-kelompok
terhadap hasil belajar peserta didik pada mata
individu atau cluster (Sugiyono, 2014).
pelajaran Matematika di kelas III SDN
Sampel yang digunakan dibagi menjadi dua
Jatirangga 03 Bekasi.
kelompok, yaitu kelompok eksperimmen dan
METODE PENELITIAN kelompok kontrol. Dengan jumlah peserta
Secara umum metode penelitian didik eksperimen sebanyak 30 peserta didik
diartikan sebagai cara ilmiah untuk dan kelompok kontrol sebanyak 30 peserta
mendapatkan data dengan tujuan dan didik.
kegunaan tertentu, hal ini menurut Sugiyono Pada penelitian ini instrument yang
(2014). Penelitian jenis kuantitatif ini digunakan adalah instrument berbentuk tes.
menggunakan metode quasi experimental Menurut Arikunto (2013), tes merupakan alat
atau prosedur yang digunakan untuk
design. Dalam penelitian ini yang diperlukan
adalah data yang mencerminkan kemampuan mengtahui atau mengekur sesuatu dengan cara
peserta didik sesudah proses belajar mengajar, aturan-aturan yang sudah ditentukan.
yaitu dengan mengadakan eksperimen belajar Pemberian tes ini dilakukan untuk mengukur
mengajar terhadap dua kelompok kelas yakni hasil belajar siswa. Tes hasil belajar dilakukan
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, sebelum dan sesudah peneliti menerapkan
kelompok kontrol adalah kelompok yang metode eksperimen. Tes yang peneliti lakukan
diberikan perlakuan model kooperatif tipe disini untuk mengukur hasil belajar siswa
Jigsaw, sedangkan kelompok eksperimen kelas V dengan menerapkan model PAIKEM
adalah kelompok yang diberikan GEMBROT . Instrument yang diujicobakan
pembelajaran baru yakni pembelajaran terdiri 30 soal. Diujicoba dilakukan pada
PAIKEM GEMBROT . Apabila digambarkan siswa kelas V kemudian data tersebut
desain penelitianya adalah sebagai berikut: dianalisis untuk mengetahui karakteristik
setiap butir soal meiputi validitas dan
Tabel 1. Desain Penelitian reabilitas.
Kelompok Pretes Perlakuan Posttest
E O1 X O2
HASIL DAN PEMBAHASAN
K O3 - O4
``Keterangan: 1. Pengujian Prasyarat Analisis Data
E : kelompok Eksperimen Setelah data hasil penelitian didapat,
K : kelompok kontrol maka data akan diolah melalui uji hipotesis.
O1 : kondisi hasil belajar awal kelompok Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih
Eksperimen dahulu dilakukan pengujian prasyarat
O2 : kondisi hasil belajar akhir kelompok
eksperimen
analisis data, yaitu uji normalitas dan
O3 : kondisi awal hasil belajar kelompok homogenitas guna mengetahui apakah data
kontrol yang diperoleh berdistribusi normal dan
O4 : kondisi akhir hasil belajar kelompok mempunyai ragam yang homogen atau
kontrol tidak. Adapun hasil yang didapat setelah
X : perlakuan atau treatmenpembelajaran dilakukan pengujian prasyarat analisis data
PAIKEM GEMBROT pada pelajaran adalah sebagai berikut:
Matematika materi Pecahan
- : perlakuan pembelajaran dengan a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest
Model Kooperatif Learning Type Dalam penelitian ini, uji normalitas
Jigsaw
didapat dengan menggunakan uji liliefors.

Copyright (c) 2021 Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam. This work is licensed
under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
71
Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam
Pengaruh Model PAIKEM GEMBROT Terhadap Pembelajaran Kooperatif type Jigsaw pada Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar
Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume 2, Nomor 1, April 2021, hal 66-76

Hasil uji chi-kuadrat pretest dan posttest 2. Pengujian Hipotesis


kedua sampel penelitian dapat dilihat pada a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Pretest
Tabel 2. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest yang signifikan antara skor pretest kelompok
Eksperimen Kontrol eksperimen dengan skor pretest kelompok
Statistik Pretest Posttes Pretest Posttes kontrol. Untuk pengujian tersebut terdapat
t t ketentuan sebagai berikut:
N 30 30 30 30 Jika thitung ≤ ttabel maka H0 diterima
X 52 73,5 48,1 60,1
pada tingkat kepercayaan 0,95 dan jika thitung ≥
S 13,16 12,87 10,21 9,42
Lhitung 0,12 0,12 0,12 0,14 ttabel maka H1 diterima pada tingkat
Ltable 0,16 0,16 0,16 0,16 kepercayaan 0,95. Adapun hasil pengujian
Kesimpula Norma Normal Norma Normal hipotesis yang dilakukan dengan uji-t
n l l terhadap hasil pretest kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel
Pengujian dilakukan pada taraf 4. di bawah ini:
signifikansi 95% (α = 0,05) untuk kedua
Tabel 4. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
kelompok sampel penelitian. Dari tabel 2
Hasil Pretest Kelompok Kontrol dan
dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan
Eksperimen
posttest kedua kelompok eksperimen dan No Kelompok Kelompok
kontrol berdistribusi normal karena memenuhi Statistik
Eksperimen Kontrol
Lhitung≤ Ltabel.. 1 N 30 30
b. Uji Homogenitas Pretest-Posttest 2 X 52 48,1
Setelah kedua kelompok sampel 3 S2 173,4482 104,2816
penelitian dinyatakan berdistribusi normal, 4 thitung 1,259
selanjutnya dicari nilai homogenitas. Dalam 5 ttabel 2,00172
penelitian ini homogenitas didapat dengan 6 Perbandingan 1,259<2,00172
menggunakan uji-fisher. Kriteria pengujian
yang digunakan yaitu: kedua kelompok
Kesimpulan thitung ˂ ttabel = Ho diterima
dinyatakan homogen apabila Fhitung ≤Ftabel
dan H1 ditolak, dapat
diukur padataraf signifikansi dan tingkat disimpulkan bahwa tidak
kepercayaan tertentu, hasil uji homogenitas terdapat perbedaan hasil
kedua kelompok sampel penelitian dapat belajar pretest kelompok
dilihat deperti pada Tabel 3 kontrol dengan nilai
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Pretest Posttest rata-rata hasil belajar
Pretest Postest pretest kelompok
Statistik
Ekp. Ktrl Ekp Ktrl eksperimen.
S2 106,9 73,6 184.09 101,1 Keterangan
F hitung 1,66 1,86 N = Jumlah peserta didik
F table 1,84 1,84 X = Rata-rata
Kesimpulan Homogen Homogen S = Simpangan baku
Sgabungan = Simpangan baku gabungan
Pengujian dilakukan pada taraf thitung = Nilai hitung
ttabel = Nilai tabel
kepercayaann 95% (α = 0,05) dengan derajat
kebebasan (df1) = 29 dan (df2) = 29. Dari tabel Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa
4.8 dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata skor
posttest kedua kelompok kontrol dan pretest kelompok kontrol dengan nilai rata-
eksperimen berasal dari populasi yang rata skor pretest kelompok eksperimen.
homogen karena memenuhi kriteria Fhitung Berdasarkan hasil perhitungan uji t diperoleh
≤Ftabel. thitung pretest sebesar 1,259. Bila hasil
thitungpretestdibandingkan dengan ttabel pada
taraf kepercayaan 95 % yang menunjukkan

Copyright (c) 2021 Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam. This work is licensed
under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
72
Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam
Pengaruh Model PAIKEM GEMBROT Terhadap Pembelajaran Kooperatif type Jigsaw pada Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar
Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume 2, Nomor 1, April 2021, hal 66-76

angka 2,00172, maka dapat diketahui bahwa thitung posttest adalah sebesar 5,1018. Bila
hasil thitung pretest lebih kecildibandingkan dibandingkan dengan ttabel pada taraf
dengan ttabel. Berdasarkan kriteria kepercayaan 95%yang menunjukkan angka
pengujianyang telah ditetapkan, yaitu: jika 2,00172, maka dapat dilihat bahwa hasil thitung
thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima dan dapat posttest lebih besar dibandingkan dengan ttabel.
dinyatakanbahwa tidakperbedaan nilai rata- Berdasarkan kriteria pengujian yangtelah
rata hasil belajar pretest kelompok kontrol ditetapkan, yaitu: jika thitung ≥ttabel, maka Ho
dengan nilai rata-rata hasil belajar pretest ditolak dan H1 diterima, dapat dinyatakan
kelompok eksperimen. bahwa terdapat perbedaan antara perolehan
nilai rata-rata hasil belajar kelompok kontrol
b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Posttest dengan perolehan nilai rata-rata hasil
Pengujian dilakukan untuk mengetahui belajar kelompok eksperimen.
apakah terdapat perbedaan yang signifikan Penerapan model PAIKEM
antara skor posttest kelompok eksperimen GEMBROT dapat meningkatkan Hasil
dengan skor posttest kelompok kontrol. Untuk Belajar peserta didik. Karena dengan
pengujian tersebut terdapat ketentuan menggunakan model PAIKEM GEMBROT
sebagai berikut: sebuah pendekatan yang memungkinkan
Jika thitung ≤ ttabel maka H0 diterima pada peserta didik mengerjakan kegiatan beragam
tingkat kepercayaan 0,95 dan jika thitung ≥ ttabel, untuk mengembangkan keterampilan, sikap,
maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan dan pemahamannya dengan penekanan belajar
0,95. Adapun hasil pengujian hipotesis yang sambil bekerja.Sementara guru, menggunakan
dilakukan dengan uji-t terhadap hasil posttest berbagai sumber dan alat bantu belajar,
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol termasuk pemanfaatkan lingkungan, agar
dapat dilihat pada tabel 5. di bawah ini: pembelajaran lebih menarik, menyenangkan,
dan efektif.
Tabel 5. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Posttest Kelompok Kontrol dan Eksperimen Menurut para ahli PAIKEM
GEMBROT merupakan model pembelajaran
No Statistik Kelompok Kelompok dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk
Eksperimen Kontrol mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
1 N 30 30 pelaksanaan pembelajaran paikem, diharapkan
2 X 73 58,1 berkembangnya berbagai macam inovasi
3 S2 166,5517 87,0402 kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
4 thitung 5,1018 pembelajaran yang aktif,inovatif, kreatif,
5 ttabel 2,00172 efektif, menyenangkan, gembira dan
6 Perbandingan 5,1018 >2,00172
berbobot.
Kesimpulan thitung > ttabel = HO ditolak
danH1 diterima, artinya Hasil belajar adalah sebagai
terdapat perbedaan antara terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
perolehan nilai rata-rata seseorang yang dapat di amati dan di ukur
hasil belajar kelompok bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan.
kontrol dengan perolehan
Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai
nilai rata-rata hasil belajar
kelompok eksperimen. terjadinya peningkatan dan pengembangan
Keterangan: yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu
N = Jumlah peserta didik menjadi tahu.
̅X = Rata-rata Perbandingan kelas Eksperimen dan
S = Simpangan baku
kelas Kontrol saat pembelajaran berlangsung
Sgabungan = Simpangan baku gabungan
thitung = Nilai t hitung sangat berbeda. Kelas Eksperimen
ttabel = Nilai t tabel menggunakan model PAIKEM GEMBROT ,
sedangkan kelas Kontrolmenggunakan model
ceramah. Hasil belajar kedua kelaspun sangat
Tabel 5 menunjukkan bahwa berbeda dan semangat belajar antara kedua
berdasarkan perhitungan uji-t .Perolehan nilai kelas itu sangat-sangat berbeda, ketika

Copyright (c) 2021 Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam. This work is licensed
under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
73
Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam
Pengaruh Model PAIKEM GEMBROT Terhadap Pembelajaran Kooperatif type Jigsaw pada Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar
Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume 2, Nomor 1, April 2021, hal 66-76

pembelajaran berlangsung kelas Kontrol lebih dan aktif dalam berpartisipasi dalam
aktif daripada kelas Eksperimen. Kelas pembelajaran. Demikian pula perolehan hasil
Eksperimen sebelum menggunakan model belajar siswa mengalami peningkatan pada
PAIKEM GEMBROT rasa ingin tahu pada siklus I pertemuan I diperoleh hasil 5% siswa
diri peserta didik sangat kurang dan ketika pada kategori buruk (< 29), 20% siswa masih
pembelajaran berlangsung anak hanya berada pada kategori “kurang” (30-49), 40%
mendengarkan ceramah dari guru. Tetapi saat kategori “cukup” (50-69), 35% pada kategori
menggunakan model PAIKEM GEMBROT “baik” (70-89), dan 0% pada kategori “baik
ketika pembelajaran sedang berlangsung sekali” (>90), siklus I pertemuan 2 diperoleh
sangat aktif, inovatif, kreatif, efektif, hasil 5% siswa pada kategori buruk (90).
menyenangkan, gembira dan berbobot dan ada Siklus II pertemuan I diperoleh hasil 10%
perbedaan hasil belajar kedua kelas tersebut. siswa berada pada kategori “kurang” (30-49),
20% kategori “cukup” (50-69), 50% pada
Melalui penerapan model PAIKEM
kategori “baik” (70-89), dan sisanya 20%
GEMBROT Hasil Belajar peserta didik
pada kategori “baik sekali” (>90). Sedangkan
dikatakan berhasil. Karena setelah
pada siklus II pertemuan 2 peneliti
menggunakan model PAIKEM GEMBROT
memperoleh hasil 0% siswa pada ketegori
peningkatan Hasil Belajar peserta didik
buruk (90). Dengan analisis data tersebut,
meningkat sangat drastis. Saat pembelajaran
maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
berlangsung peserta didik tidak merasa bosan
PAIKEM GEMBROT dapat dijadikan
ataupun jenuh, karena pembelajaran dan
alternatif pembelajaran untuk meningkatkan
media pembelajaran sangat mendukung anak
hasil belajar siswa.
untuk belajar dan anak merasa senang ketika
anak mengamati video materi pecahan. Hasil penelitian oleh Rahayuningtyas &
Istiqlal (2019), bahwa Hasil belajar peserta
Penerapan model PAIKEM
didik setelah diterapkan model pembelajaran
GEMBROT dapat meningkatkan hasil belajar
PAIKEM GEMBROT terjadi peningkatan
peserta didik, dengan menggunakan model
dari PraSiklus terdapat 0% peserta didik
PAIKEM GEMBROT peserta didik lebih
tuntas, siklus I 84,21% peserta didik tuntas,
bersemangat untuk belajar dan rasa ingin tahu
dan pada siklus II terdapat 86,84% peserta
anak muncul. Model PAIKEM GEMBROT
didik tuntas. Peningkatan peserta didik yang
berpengaruh positif terhadap Hasil Belajar
tuntas belajar dari Pra-Siklus ke Siklus I
peserta didik. Faktor-faktor yang
adalah 84,21% dan Siklus I ke Siklus II
mempengaruhi hasil belajar peserta didik
adalah 2,63%.
dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor
intern dan eksteren. Faktor intern yaitu faktor Hasil penelitian lain oleh Magdalena, et
yang berasal dari luar. Misalnya saja faktor itu al (2020), bahwa penerapan model
berasal dari guru, guru saat pembelajaran pembelajaran PAIKEM GEMBROT dapat
dapat menarik minat belajar peserta didik meningkatkan hasil belajar siswa pada
yang tinggi dan dapat meningkatkan hasil mata Pembelajaran SD. Efektivitas
belajar peserta didik secara drastis, faktor penerapan model pembelajaran PAIKEM
ekstern yaitu faktor yang berada pada diri GEMBROT dapat diketahui dengan
sendiri. Misalnya saja pada diri anak, anak menganalisis hasil pretest dan posttest
belajar dengan semangat dan aktif akan dengan menggunakan uji F dimana
meningkatkan hasil belajar yang sangat didapatkan > yaitu lebih besar dari Dengan
drastic, dan apabila kedua faktor tersebut ketentuan Apabila > atau F > 1, berarti
saling berhubungan maka keduanya akan model pembelajaran PAIKEM GEMBROT
mendapkan hasil yang sangat tinggi. ini efektif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata Pembelajaran SD.
Beberapa hasil penelitian yang relevan
yaitu oleh Sabihi (2019). Hasil penelitian Dengan demikian, beberapa penelitian
dengan penerapan PAIKEM GEMBROT tentang penerapan model pembelajaran
menunjukkan adanya peningkatan proses PAIKEM GEMBROT efektif digunakan
pembelajaran, terlihat siswa sangat senang untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Copyright (c) 2021 Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam. This work is licensed
under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
74
Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam
Pengaruh Model PAIKEM GEMBROT Terhadap Pembelajaran Kooperatif type Jigsaw pada Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar
Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume 2, Nomor 1, April 2021, hal 66-76

SIMPULAN DAN SARAN Azwar, S. (2011). Tes prestasi: Fungsi dan


pengembangan pengkururan prestasi
Berdasarkan hasil penelitian dan
belajar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa
model PAIKEM GEMBROT berpengaruh Berk, L. E (2012). Development Throught The
secara signifikan terhadap hasil belajar Lifespan: Fifth Edition. (Terjemahan
Matematika peserta didik. Hal ini dapat Daryanto). New Jersey: Pearson
dilihat dari rata-rata hasil posttest kelas Education, Inc.
eksperimen lebih besar dari hasil posttest
Bito, G. S., & Sugiman, S. (2013).
kelas kontrol, yaitu 73,5 untuk kelas
EXPLORASI PEMBELAJARAN
eksperimen dan 60,1 untuk kelas kontrol.
OPERASI PECAHAN SISWA
Demikian juga berdasarkan hasil perhitungan
SEKOLAH DASAR MENURUT TEORI
uji “t” untuk data posttest diperoleh nilai thitung
GRAVEMEIJER DI KABUPATEN
sebesar 5,101, sehingga nilai thitung tersebut
NGADA NTT. Jurnal Prima
lebih besar dari ttabel yaitu sebesar 2,00172.
Edukasia, 1(2), 173-183.
Maka dapat dikatakan bahwa thitung> ttabel
https://doi.org/10.21831/jpe.v1i2.2634
berarti Ho ditolak.
Bito, G. S. (2018). PEMANFAATAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran
KONTRIBUSI SISWA SEBAGAI
dalam penelitian ini adalah:
ALAT TRANSISI MENUJU
1) Guru hendaknya menggunakan model PEMAHAMAN KONSEP OPERASI
PAIKEM GEMBROT dalam PECAHAN. Refleksi Edukatika: Jurnal
pembelajaran Matematika khususnya agar Ilmiah Kependidikan, 9(1).
peserta didik tertarik dalam mengikuti https://doi.org/10.24176/re.v9i1.2813
pembelajaran.
Budiningsih, C.A. (2003). Belajar dan
2) Penerapan model PAIKEM GEMBROT Pembelajaran. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
memotivasi guru menjadi kreatif dalam Pendidikan. Universitas Negeri
meyampaikan materi dan peserta didik Yogyakarta
menjadi termotivasi dalam belajar.
Heruman, H. (2008). Model Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Adnan, M. (2017). Urgensi penerapan metode
paikem bagi guru dalam meningkatkan Herzamzam, D. A. (2018). Peningkatkan
mutu pembelajaran pendidikan agama Minat Belajar Matematika Melalui
islam. CENDEKIA: Jurnal Studi Pendekatan Matematika Realistik (PMR)
Keislaman, 3(1), 133-150. Pada Siswa Sekolah
https://doi.org/10.37348/cendekia.v3i1.3 Dasar. Visipena, 9(1), 67-80.
9 https://doi.org/10.46244/visipena.v9i1.43
0
Anisensia, T., Bito, G. S., & Wali, M. (2020).
Penerapan Model Pembelajaran Ibrahim, I. (2012). Pembelajaran Matematika
Kooperatif Tipe STAD untuk Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta:
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga
pada Siswa Kelas V SDI Blidit
Magdalena, I., Septianti, N., Barlianty, L., &
Kabupaten Sikka. Prima Magistra:
Farawansya, S. A. (2020). Penerapan
Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1(1), 61-69.
Model Pembelajan PAIKEM
https://doi.org/10.37478/jpm.v1i1.351
GEMBROT di Masa Pandemi Covid-19
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Siswa di SDN Kedaung Barat
IV. EDISI, 2(2), 348-365.
Arikunto, S. (2013). Dasar-dasar evaluasi
https://doi.org/10.36088/edisi.v2i2.1026
pendidikan. Jakarta: Bumi aksara

Copyright (c) 2021 Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam. This work is licensed
under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
75
Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam
Pengaruh Model PAIKEM GEMBROT Terhadap Pembelajaran Kooperatif type Jigsaw pada Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar
Prima Magistra: Jurnal Ilmiah Kependidikan Volume 2, Nomor 1, April 2021, hal 66-76

Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. https://doi.org/10.18326/hipotenusa.v1i1.


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 22-26
Nitko, A.J & Brookhart, S.M. (2007). Rusman, R. (2015). Model – Model
Educational assesment of student. Upper Pembelajaran: Mengembangkan
Saddle Rive, New Jersey: Pearson Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Raja
Eduaction, Inc Grafindo Persada.
Noor, M (2010). PAIKEM GEMBROT . Sabihi, M. (2019). PENERAPAN PAIKEM
Yogyakarta: PT. Multi Kreasi Satu GEMBROT UNTUK
delapan MENIGNKATKAN HASIL BELAJAR
SAINS DI SEKOLAH DASAR. Jurnal
Prayitno, L. L., & Kusumaharti, D. (2013).
Basicedu, 3(4), 2144-2158.
PENERAPAN STRATEGI PAIKEM
https://doi.org/10.31004/basicedu.v3i4.27
JENJANG SEKOLAH DASAR DI
1
KECAMATAN MOJOSARI. Buana
Pendidikan: Jurnal Fakultas Keguruan Sardjiyo, S. (2014). Pendidikan IPS di SD.
dan Ilmu Pendidikan, 9(16). Jakarta: Universitas Terbuka
https://doi.org/10.36456/bp.vol9.no16.a1
Sudjana, N.(2010). Penilaian Hasil Proses
224
Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Purwanto,N. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Rosdakarya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono, S. (2014). metode penelitian
Rahayuningtyas, E., & Istiqlal, M. (2019). pendidikan pendekatan kuantitatif,
PENINGKATAN MINAT DAN HASIL kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
BELAJAR MATEMATIKA MATERI
Yudha, C. B. (2018). Peningkatan Self
SEGIEMPAT DAN SEGITIGA
Efficacy Belajar Mahasiswa
MENGGUNAKAN MODEL
Menggunakan Model Pembelajaran
PEMBELAJARAN (PAIKEM
Berbasis Masalah. Visipena, 9(1), 10-19.
GEMBROT) PADA PESERTA DIDIK
https://doi.org/10.46244/visipena.v9i1.42
KELAS VII-D MTs NEGERI
1
SALATIGA. Hipotenusa: Journal of
Mathematical Society, 1(1), 22-26.

Copyright (c) 2021 Chrisnaji Banindra Yudha, Evayenny, Dyah Anungrat Herzamzam. This work is licensed
under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
76

You might also like