You are on page 1of 5

Jurnal Analogi Hukum, 1 (2) (2019), 181–186

Jurnal Analogi Hukum


Journal Homepage: https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum

Kewenangan Penyelesaian Berkas Perkara Pidana Dalam


Tahap Pra Penuntutan
I Gusti Agung Ayu Sita Anandia*, I Made Arjaya dan Ni Made Sukaryati Karma

Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali, Indonesia

*anandia.sita@gmail.com
How To Cite:
Anandia, I, G, A, A, S., Arjaya, I, M., Karma, N, M, S.(2019). Kewenangan Penyelesaian Berkas Perkara Pidana Dalam Tahap Pra Penuntutan.
Analogi Hukum. 1 (2). 181-186. Doi: https://doi.org/10.22225/ah.1.2.1752.181-186

Abstract-Pre prosecution is the authority of the public prosecutor to examine and study investigation and interrogation
report before the investigation assigned to the Court. The police act as investigators while the prosecutor's office is a pub-
lic prosecutor, because the Criminal Code Procedure provides different authority. As a result of differences in authority,
investigation and interrogation report made by investigators must be examined first before being delegated to the trial.
This research is about: (1) how is the authority of the police and prosecutors in the pre-prosecution stage? (2) What is the
procedure for the settlement of criminal investigation and interrogation report in pre-prosecution stage at the Denpasar
District Prosecutor's Office? This study uses normative legal research methods with sources of primary, secondary and
tertiary legal materials. The results of this study can be concluded (1) the authority of the police in the pre-prosecution
stage is to conduct an investigation and make a case file. The authority of the prosecutor's office in the pre-prosecution
process only checks and examines case files whether the case files made by the investigator have met the terms and condi-
tions of the Criminal Procedure Code. (2) The procedure for settling this case file is carried out by receiving a notification
letter on the start of investigation, the appointment of a public prosecutor, research of case files by prosecutors, prosecu-
tion, delegation of suspects and evidence, additional inspection by the prosecutor general, transfer of case files, suspects
and evidence to court.

Keywords: Authority, Investigation and Interrogation Report, Pre-Prosecution

Abstrak-Prapenuntutan adalah wewenang jaksa penuntut umum untuk meneliti dan mempelajari berkas perka-
ra penyidikan sebelum dilimpahkan ke pengadilan. Kepolisian bertindak sebagai penyidik sedangkan ke-
jaksaan sebagai penuntut umum, hal ini dikarenakan KUHAP memberikan wewenang yang berbeda. Akibat
perbedaan wewenang tersebut berkas perkara yang di buat oleh penyidik harus diteliti terlebih dahulu sebelum
dilimpahkan ke persidangan. Penelitian ini mengenai: (1) Bagaimana kewenangan kepolisian dan kejaksaan
dalam tahap pra penuntutan ? (2) Bagaimana prosedur penyelesaian berkas perkara tindak pidana dalam tahap
pra penuntutan di Kejaksaan Negeri Denpasar ? .Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum nor-
matif dengan sumber bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan (1)
Kewenangan kepolisian dalam tahapan pra penuntutan yaitu melakukan penyidikan dan membuat berkas
perkara. Kewenangan kejaksaan dalam proses pra penuntutan hanya memeriksa dan meneliti berkas perkara
apakah berkas perkara yang dibuat oleh penyidik telah memenuhi syarat dan ketentuan dalam KUHAP. (2)
Prosedur penyelesaian berkas perkara dilakukan dengan penerimaan surat pemberitahuan dimulainya penyidi-
kan, penunjukan jaksa penuntut umum, penelitian berkas perkara oleh penuntut umum, penuntutan, pelim-
pahan tersangka dan barang bukti, pemeriksaan tambahan oleh penuntut umum, pelimpahan berkas perkara,
tersangka dan barang bukti ke pengadilan.
Kata Kunci: Kewenangan, Berkas Perkara Pidana, Pra penuntutan

1. Pendahuluan atau aparat pelaksana eksekusi. Lembaga untuk


pengendalian kejahatan ini terdiri dari
Melaksanakan sistem peradilan pidana Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lem-
lembaga yang bertugas melaksanakan sistem baga Permasyarakatan (Effendi, 2015). Dalam
kekuasaan menegakkan hukum pidana yaitu penyelesaian perkara tindak pidana, berdasar-
kekuasaan penyelidikan dan penyidikan, kan pasal 14 huruf b KUHAP, jaksa sebagai
penuntutan, mengadili dan penjatuhan putusan penuntut umum wajib melakukan pra penuntu-
serta pelaksanaan putusan pidana oleh badan tan. Pra penuntutan adalah tahapan pertama di

Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 2, 2019. CC-BY-SA 4.0 License


182
Kewenangan Penyelesaian Berkas Perkara Pidana Dalam Tahap Pra Penuntutan

kejaksaan yang dilakukan oleh penyidik dan penelitian hukum normatif, dimana
penuntut umum atau dapat dikatakan penye- menggunakan pendekatan PerUUan, pendeka-
rahan berkas perkara penyidikan yang dibuat tan Konsep serta pendekatan Kasus. Dalam
oleh penyidik kepada penuntut umum untuk penelitian ini menggunakan bahan hukum yang
diteliti dan dipelajari apakah berkas perkara terdiri dari:
penyidikan tersebut dapat dilimpahkan ke pen-
gadilan atau tidak. Pelaksanaan pra penuntutan Sumber Bahan Hukum Primer yaitu terdiri
ini terdapat dalam pasal 14 huruf b KUHAP. dari KUHAP, Undang-Undang No. 2 tahun
Pasal ini memberikan wewenang penuntut 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia,
umum untuk melakukan penelitian terhadap Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang
berkas perkara yang dibuat oleh penyidik, apa- Kejaksaan Republik Indonesia, Perka Polri No.
bila menurut penuntut umum berpendapat ber- 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen Penyidikan
kas perkara masih kurang, penuntut umum akan Tindak Pidana, Peraturan Pemerintah No. 27
mengembalikan dengan menyertakan petunjuk Tahun 1983 tentang pelaksanaan KUHAP, Su-
untuk menyempurnakan berkas perkara dan rat Edaran Kejaksaan Agung No : B-401/E/9/93
penyidik harus segera memperbaiki sesuai Perihal Pelaksanaan Tugas Pra penuntutan serta
dengan petunjuk penuntut umum. Penelitian peraturan perundang-undangan lainnya sepan-
berkas perkara yang dilakukan oleh penuntut jang berkaitan dengan pokok permasalahan.
umum hanya dilakukan dalam waktu 7 hari se- Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum
jak menerima surat pemberitahuan dimulainya yang diperoleh melalui studi Kepustakaan
penyidikan dan apabila penuntut umum mengenai peraturan perundang- undangan yang
mengembalikan berkas perkara, penyidik wajib berhubungan dengan pra penuntutan serta hub-
melakukan penyidikan tambahan dengan bata- ungan antara penyidik dengan penuntut umum,
san waktu 14 hari. Hal ini terjadi dikarenakan serta buku yang berkaitan dengan permasalahan
sejak berlakunya KUHAP sebagai aturan untuk yang diangkat dan wawancara sebagai bahan
pelaksanaan penyelesaian perkara pidana, penunjang.
wewenang penyidikan dilakukan oleh polisi
yang tercantum dalam pasal 110 KUHAP se- Bahan hukum tersier yaitu buku bukan
dangkan wewenang penuntutan dilakukan oleh hukum yang berkaitan dengan permasalahan
penuntut umum yang tercantum dalam pasal dalam penelitian. Seperti Kamus Besar Bahasa
130 KUHAP. Adanya perbedaan kewenangan Indonesia (KBBI).
ini membuat semakin lamanya penyelesaian
berkas perkara pidana atau dapat dikatakan Teknik pengumpulan bahan hukum yang
menjadi bolak-baliknya berkas perkara antara digunakan yaitu teknik dokumentasi dengan
penyidik dengan penuntut umum. Hal ini akan cara menginventarisasi dan mengkatagorisasi
berpengaruh kepada tersangka yang diduga bahan hukum berupa peraturan perundang-
melakukan tindak pidana. undangan, literatur-literatur rmaupun bahan
hukum lainnya yang berkaitan dengan
Dari uraian latar belakang diatas, menurut penyelesaian berkas perkara pidana dalam tahap
penulis didapat 2 (dua) rumusan permasalahan pra penuntutan. metode pencatatan, meringkas,
yang akan dibahas, yaitu: mengulas sesuai dengan pokok masalah.
Bagaimana kewenangan Kepolisian dan Analisis bahan hukum yang digunakan,
Kejaksaan pada tahap pra penuntutan? yaitu analisa induktif dan deduktif sesuai
dengan sifat penelitian, yaitu dengan cara
Bagaimanakah prosedur penyelesaian ber- mempelajari memahami bahan hukum yang
kas perkara pidana pada tahap pra penuntutan di ada, sehingga dapat di tarik kesimpulan dalam
Kejaksaan Negeri Denpasar? rangka menjawab permasalahan yang ada.
Tujuan dari penelitian ini, yaitu: 3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Untuk menambah pengetahuan penulis
dan untuk mengetahui kewenangan kepolisian Kewenangan Kepolisian dan Kejaksaan dalam
dan kejaksaan pada tahap pra penuntutan. Tahap Pra Penuntutan
Untuk mengetahui prosedur dalam Kepolisian merupakan institusi pemerinta-
penyelesaian berkas perkara pidana pada tahap han yang bertugas untuk menjaga keamanan
pra penuntutan dan ketertiban di masyarakat, memberikan pem-
2. Metode binaan dan melindungi masyarakat. Dalam pe-
nanganan hukum publik yang berkaitan dengan
Tipe penelitian yang digunakan adalah tindak pidana, kepolisian menjadi institusi per-

Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 2, 2019. CC-BY-SA 4.0 License


183
Kewenangan Penyelesaian Berkas Perkara Pidana Dalam Tahap Pra Penuntutan

tama yang melakukan penanganan tindak pi- akan mempelajari serta meneliti berkas perkara,
dana yang terjadi. Polisi melakukan penyelidi- apabila berkas perkara masih kurang lengkap
kan dan penyidikan tindak pidana yang diatur berkas perkara akan dikembalikan disertakan
dalam pasal 1 ayat (4) KUHAP. Tindakan petunjuk untuk melengkapinya dengan batas
penyelidikan dilakukan untuk mencari kebena- waktu 14 hari.
ran suatu tindak pidana yang masih diduga ter-
jadi tindak pidana dimasyarakat dan apakah Pelaksanaan proses pra penuntutan tidak
dapat dilakukan penyidikan terhadap tindak hanya terbatas pada pelaksanaan wewenang
pidana (Hartono, 2010). Sedangkan tindakan pengembalian hasil penyidikan dari penyidik
penyidikan dilakukan untuk mengumpulkan tetapi terdapat 3 (tiga) hal yang harus dilakukan
informasi dan bukti-bukti tindak pidana untuk Penelitian terhadap berkas perkara, Penelitian
dapat menemukan siapa tersangkanya (Hartono, terhadap tersangka termasuk administasi, dan
2010). Dalam tahapan penyidikan, penyidik Penelitian terhadap barang bukti termasuk ad-
dapat memanggil orang untuk diperiksa sebagai ministrasinya (Kadri Husin dan Budi Rizki
saksi atau tersangka atau ahli dan apabila penyi- Husin, 2016 : 104).
dik telah menemukan tersangkanya, sesuai Penuntut umum dalam tahap pra penuntu-
dengan wewenangnya dapat melakukan pe- tan memiliki wewenang hanya mempelajari dan
nangkapan dan penahanan, penggeledahan, meneliti berkas perkara dari penyidik. Penuntut
penyitaan barang bukti. umum tidak diperkenankan melakukan penyidi-
Penyidikan harus dilakukan pemberitahuan kan tambahan, hal ini menyebabkan terjadinya
kepada kejaksaan sebagai penuntut umum da- bolak-balik berkas perkara antara penyidik dan
lam penanganan perkara tindak pidana. penuntut umum. Bolak-baliknya berkas perkara
Menurut C. Djisman Samosir pemberitahuan dikarenakan KUHAP memberikan kewenangan
yang dilakukan didasarkan dengan ketentuan polisi sebagai penyidik sedangkan jaksa hanya
pasal 109 ayat (1) KUHAP guna untuk sebagai penuntut umum.
menghindari tindakan penyidik yang menyim-
pang dan tidak sesuai dengan aturan (Samosir, Prosedur Dalam Penyelesaian Berkas Perkara
2018). Dalam praktiknya pemberitahuan ini Pidana Dalam Tahap Pra Penuntutan Pada
dilakukan dengan mengirimkan surat pemberit- Kejaksaan Negeri Denpasar
ahuan dimulainya penyidikan (SPDP). SPDP
berisikan klasifikasi tindak pidana yang Pelaksanaan penyelesaian berkas perkara
diselidiki, tempat dan waktu kejadian, pasal- dalam tahap pra penuntutan dilaksanakan ber-
pasal yang dipersangkakan. dasarkan Keputusan Jaksa Agung Nomor Kep-
518/A/J.A/11/2001 tanggal 1 November 2001
Pemberitahuan penyidikan kepada tentang perubahan Keputusan Jaksa Agung RI
penuntut umum ini agar penuntut umum dapat nomor Kep-132/A/J.A/11/1994 tanggal 7 No-
mempelajari dan meneliti berkas perkara serta vember 1994 tentang Administrasi Perkara Tin-
mengikuti perkembangan penyidikan yang dil- dak Pidana yaitu:
aksanakan oleh penyidik atau penuntut umum
dapat meminta penjelasan kepada penyidik ten- Hal pertama yang dilakukan yaitu Pen-
tang perkembangan suatu perkara. Jika penyidi- erimaan Surat mengenai Pemberitahuan Dimu-
kan telah usai menurut penyidik, penyidik dapat lainya suatu penyidikan (SPDP). Setiap dil-
mengirim berkas perkara kepada jaksa penuntut akukannya penerimaan SPDP dari penyidik un-
umum. Apabila menurut penuntut umum berkas tuk Kejaksaan untuk dicatat dan diregister
perkara kurang lengkap maka akan dikembali- mengenai penerimaan Dimulainya atau diber-
kan ke penyidik disertai petunjuk yang diberi- hentikannya Penyidikan di dalam buku Register
kan oleh penuntut umum. RP-6.
Kejaksaan merupakan institusi pelaksanaan Tindakan selanjutnya dilakukan Peman-
pemerintahan yang bertindak sebagai penuntut tauan Perkembangan mengenai Penyidikan.
umum dalam suatu perkara tindak pidana Setelah penerimaan SPDP dari kepolisian untuk
(Marpaung, 2009). Wewenang penuntut umum Kejaksaan yang selanjutnya pemimpin Ke-
dalam perkara pidana terdapat dalam pasal 14 jaksaan mengeluarkan Surat Penunjukan Jaksa
KUHAP, dalam pasal 14 huruf b penuntut PU (P-16) yang dimana untuk menunjuk
umum diharuskan melakukan pra penuntutan. seorang jaksa yang ditugaskan untuk mengikuti
Dilakukannya pra penuntutan guna untuk me- perkembangan mengenai penyidikan,
nyempurnakan berkas perkara sebelum dilim- melakukan penelitian tentang hasil penyidikan
pahkan ke pengadilan. Pra penuntutan dimulai dan jika penyidikan diberhentikan maka jaksa
sejak pengiriman SPDP dan berkas perkara PU harus melakukan penelitian lebih dalam
penyidikan ke penuntut umum. Penuntut umum
Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 2, 2019. CC-BY-SA 4.0 License
184
Kewenangan Penyelesaian Berkas Perkara Pidana Dalam Tahap Pra Penuntutan

mengenai Surat Pemberitahuan tentang erimaan tanggungjawab atas tersangka dan ba-
Penghentian Penyidikan (SP3) yang dikeluar- rang bukti selesai, maka berkas perkara akan
kan oleh pihak penyidik. dicatatkan dalam Register Perkara Tahap
Penuntutan (RP-19).
Setelah penunjukkan jaksa PU, jaksa PU
melakukan penelitian berkas perkara pada ting- Setelah pemeriksaan tersangka beserta ba-
kat pertama. Penerimaan berkas pada tingkat rang bukti telah selesai maka PU melakukan
pertama dilakukannya pencatatan dalam Regis- Pemeriksaan Tambahan yang dikordinasikan
ter (RP-7). Setelah penuntut umum menerima bersama penyidik. Pemeriksaan tambahan
mengenai hasil penyidikan dari penyidik maka merupakan kegiatan dimana penuntut umum
PU segera mempelajari dan meneliti mengenai berkoordinasi bersama penyidik untuk
hasil penyidikan, apabila menurut PU mengenai melengkapi berkas perkara yang akan dilim-
hasil penelitian berkas perkara ditemukannya pahkan ke pengadilan. Pelaksanaan pemerik-
suatu kekurangan, maka dalam jangka waktu 7 saan tambahan suatu berkas perkara yang dil-
(tujuh) hari sejak diterimanya berkas perkara, akukan oleh penuntut umum akan dicatatkan
PU segera memberitahukan hal tersebut kepada dalam Register Perkara Pemeriksaan Tambahan
penyidik. (RP-8).
Selanjutnya dilakukan Pemberian Petunjuk 4. Simpulan
dan Pemberitahuan mengenai Penyidikan yang
Telah Lengkap. Jika menurut penelitian yang Kewenangan Kepolisian dalam tahap pra
dilakukan oleh PU mengenai berkas perkara penuntutan berperan sebagai penyelidik dan
yang telah lengkap baik dari syarat formil mau- penyidik. Polisi sebagai penyidik jika telah
pun materilnya maka selanjutnya dikeluarkann- dimulainya penyidikan wajib memberita-
ya Surat Pemberitahuan tentang Hasil Penyidi- hukannya kepada Penuntut umum. Kewenangan
kan yang Sudah Lengkap (P-21), sehingga jaksa penuntut umum dalam tahap pra penuntu-
penyidik harus segera menyerahkan tersangka tan, penuntut umum meneliti dan mempelajari
berserta barang bukti yang ada pada tahap ting- berkas perkara yang menurut penuntut umum
kat II kepada PU. masih kurang, dan apabila berkas perkara terse-
but kurang, maka penuntut umum wajib
Setelah dilakukannya pemberitahuan mengembalikan disertakan petunjuk-petunjuk
mengenai penyidikan yang telah lengkap maka kepada penyidik untuk disempurnakan.
PU melakukan Pemeriksaan terhadap Tersang-
ka beserta Barang Bukti yang ada pada tingkat Proses dalam penyelesaian berkas perkara
Tahap II. Dalam penerimaan tersangka dil- tahap pra penuntutan dikejaksaan dengan taha-
akukan oleh PU dan mnejadi tanggungjawab- pan: 1 Penyidikan perkara pidana oleh
nya yang sebagaimana diperintahkan dalam penyidik, 2. Pemberitahuan dimulainya
surat P-16A dan dalam penerimaan tersangka penyidikan dari penyidik kepada jaksa. 3.
dicatat dalam berita acara penerimaan dan Penunjukan jaksa yang menangani berkas
pemeriksaan tersangka (BA-15). Dan apabila perkara yang diserahkan oleh penyidik ke
menurut PU tersangka dilakukan penahanan kejaksaan (P.16), 4. Pengiriman berkas perkara
maka akan dicatatkan dengan dokumen Surat dari penyidik ke jaksa dengan surat pengantar
Perintah Penahanan pada tingkat tahap II atau dari penyidik ke Kejaksaan Negeri, 5.
sering disebut dengan tahap penuntutan (T-7) Pemberitahuan berkas perkara dari jaksa ke
dan dilakukan pencatatan dalam Register Ta- penyidik untuk dilengkapi oleh penyidik (P.18)
hanan Perkara Tahap Penuntutan (RT-3). Ada- disertai dengan petunjuk jaksa mengenai
pun untuk penerimaan dan pemeriksaan kekurangan berkas perkara yang dikirim
tanggungjawab atas barang bukti dilakukan penyidik (P.19), 6. Pengiriman kembali berkas
pengregistrasian barang bukti yang dilakukan perkara yang telah diperbaiki oleh penyidik ke
dengan penerbitan Berita Acara Penerimaan jaksa, 7. Pemberitahuan dari jaksa ke penyidik
dan Penelitian Barang Bukti (B-18). Setelah bahwa berkas perkara telah lengkap (P.21), dan
pemeriksaan dan penelitian dibuatkan label Ba- yang terakhir penyerahan tanggung jawab
rang Bukti (BA-10) serta Katu Barang Bukti tersangka dan barang bukti (BB) dari penyidik
(BA-11). Apabila dalam pemeriksaan dan ke jaksa.
penelitian diperlukan bantuan dari instansi lain,
maka dibuatkannya surat untuk permohonan
Daftar Pustaka
dengan menggunakan B-12, jika diperlukannya Effendi, T. (2015). Dasar-dasar Hukum Acara
penitipan Barang Bukti, maka pelaksanaannya Pidana (Cetakan Kedua). Malang:
dilengkapi dengan surat perintah penitipan ba- Setara Press.
rang bukti (B-5) dan Berita Acara Penitipan
Barang Bukti (B-17). Setelah proses pen- Hartono. (2010). Penyelidikan dan Penegakan
Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 2, 2019. CC-BY-SA 4.0 License
185
Kewenangan Penyelesaian Berkas Perkara Pidana Dalam Tahap Pra Penuntutan

Hukum Pidana Melalui Pendekatan


Progresif (Cetakan Pertama). Jakarta:
Sinar Grafika.
Marpaung, L. (2009). Proses Penanganan
Perkara Pidana Penyelidikan & Penyi-
dikan (Cetakan Kedua). Jakarta: Sinar
Grafika.
Samosir, C. D. (2018). Hukum A cara Pidana
(Cetakan Pertama). Bandung: Nuansa
Aulia.
Keputusan Jaksa Agung Nomor Kep-518/A/
J.A/11/2001 tanggal 1 November 2001
tentang perubahan Keputusan Jaksa
Agung RI nomor Kep-132/A/
J.A/11/1994 tanggal 7 November 1994
tentang Administrasi Perkara Tindak
Pidana.
Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia.

Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 2, 2019. CC-BY-SA 4.0 License


186

You might also like