Professional Documents
Culture Documents
Bahan Referensi Debat 3
Bahan Referensi Debat 3
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
ABSTRACT
The criminal law enforcement process turns out to be able to violate of the rights of the perpetrators as a
result of the actions taken by the criminal law enforcers. In such connection, the criminal procedures law
provides a means to test the actions taken by such law enforcers whether or not they have violated the human
rights. The formulation of the issues in this research is the role of the commissioner judge in dealing with the
Miscarriage of Justice according to the criminal justice system in Indonesia? The method used in this
research is a normative legal research method with descriptive analysis approach. The commissioner judge is
established in order to provide better protection of human rights of a person accused of committing an offense
in the criminal justice process. The commissioner judge will prevent any disagreement on the legality of the
actions taken during the preliminary examination, whether the arrest, detention, search and seizure are legal
or not as this is related to human rights issues related to the suspects / defendants, being the right to freedom
and liberty, right to own assets and right to protection against insecurity and disturbance. Guaranteed
protection of the suspects / defendants’ rights during the preliminary investigation stage should be the
manifestation of the functions of the criminal procedures law which is to administer fair trials in order to find
the material and essential truth. Forced efforts committed by the Investigator in order to collect preliminary
evidences must not be up to the investigators but be subjected to examination by the the commissioner judge.
Keywords: judge commissioner; miscarriage; criminal justice.
ABSTRAK
Proses penegakan hukum pidana ternyata dapat menimbulkan pelanggaran terhadap hak asasi pelaku
sebagai akibat dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum pidana. Berkaitan dengan
hal itu sebagaimana hukum acara pidana menyediakan sarana untuk menguji tindakan-tindakan aparat
penegak hukum yang melanggar hak asasi manusia. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Bagaimana fungsi hakim komisaris dalam menangani Miscarriage of Justice menurut sistem peradilan pidana
di Indonesia? Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif/
pendekatan diskriptif analisis. Keberadaan hakim komisaris dengan maksud untuk lebih memberi jaminan
perlindungan terhadap HAM seseorang yang menjadi tersangka/terdakwa dalam proses peradilan pidana.
Dengan adanya hakim komisaris mencegah terjadinya perbedaan pandangan mengenai keabsahan tindakan
hukum pada pemeriksaan pendahuluan yakni mengenai keabsahan penangkapan, penahanan, penggeledahan,
dan penyitaan karena tindakan hukum tersebut terkait dengan persoalan hak asasi manusia yang ditetapkan
sebagai tersangka/terdakwa yakni mengenai kemerdekaan dan kebebasan, kepemilikan terhadap harta
kekayaan dan perlindungan terhadap rasa aman dan tentram. Jaminan perlindungan terhadap hak tersangka/
terdakwa pada tahapan pemeriksaan pendahuluan sebagai perwujudan dari fungsi hukum acara pidana yaitu
menyelenggarakan peradilan yang adil (fair trial) dalam rangka untuk menemukan kebenaran materiil atau
kebenaran yang hakiki. Dan upaya paksa yang dilakukan oleh Penyidik untuk mendapatkan bukti permulaan
yang cukup bukan hanya diserahkan sepihak kepada penyidik akan tetapi harus ada pengujian yang dilakukan
oleh hakim komisaris.
Kata kunci: hakim komisaris; miscarriage; peradilan pidana.
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
dan penuntutan sama sekali tidak ada. Memang, lembaga Praperadilan, dengan memberikan
pada masa itu ada semacam pengawasan oleh tambahan kekuasaan yang bersifat “dwang-
hakim, yakni dalam hal perpanjangan waktu middelen” atau upaya paksa. Sehingga lembaga
penahanan sementara yang harus dimintakan Praperadilan dapat lebih efektif dan tidak hanya
persetujuan hakim [vide Pasal 83 c ayat (4) HIR]. bersifat “administratif” saja. Tambahan kekuasaan
Namun, dalam kenyataannya, pengawasan hakim ini juga sudah seharusnya memberikan hak kepada
ini kurang dirasakan manfaatnya karena tidak pemohon Praperadilan untuk dapat membahas
efektif mengingat urusan perpanjangan penahanan substansi perkara. Hal ini sesuai dengan jiwa
oleh hakim itu bersifat tertutup dan semata-mata KUHAP, bahwa hak asasi tersangka dilindungi
dianggap urusan birokrasi. dengan mengedepankan asas praduga tidak
bersalah, sehingga ada baiknya, menurut pendapat
Dengan demikian, kehadiran lembaga
Penulis, kepada tersangka di dalam memajukan
Praperadilan menjadi titik balik dan memberikan
Praperadilan juga diberi hak untuk mengajukan
semangat baru, khususnya mengenai jaminan hak-
kepada hakim Praperadilan mengenai laik-
hak si tersangka, karena bersifat transparan dan
tidaknya perkara yang bersangkutan disidangkan.
akuntabilitas publik (public accountability) yang
merupakan syaratsyarat tegaknya sistem peradilan Keberadaan Hakim Investigasi di Eropa dan
yang bebas dan tidak memihak serta menjunjung Amerika Utara menggunakan konsep model hakim
HAM. investigasi (investigating judge atau investigating
magistrate). Di Belanda disebut rechter-
Sebagai contoh, perkara gugatan Praperadilan
commissaris, di Perancis judge d’instruction. Di
terhadap Polda Kalimantan Selatan yang menahan
Italia disebut giudice istruttore (sampai tahun
direktur CV. Bina Benua dan Kepala Logpond.
1989). Di Spanyol disebut juez de intruscion.
Putusan Praperadilan Pengadilan Negeri
Di Jerman disebut unschuhungsrichter dan di
Banjarmasin menetapkan bahwa Penahanan yang
Amerika Serikat setara dengan magistrate (di
dilakukan oleh Polda Kalimantan Selatan tidak sah
negara bagian/states maupun di tingkat nasional/
karena penggeledahan dan penahanan dilakukan
federal).
tanpa izin dari Pengadilan Negeri Banjarmasin.
Putusan Praperadilan juga memerintahkan agar Hakim investigasi adalah penyeimbang
kedua tersangka segera dibebaskan, merehabilitasi antara diskresi Jaksa Penuntut Umum dengan
nama para Tersangka dan membayar ganti rugi. perlindungan hak asasi terdakwa. Peran Jaksa
Namun, Polda Kalimantan Selatan menolak Penuntut Umum di negara-negara tersebut di atas,
membebaskan para Tersangka dengan alasan umumnya sangat dominan sebagai master of the
belum menerima putusan tersebut, padahal sidang procedure atau dominus litis. Hakim investigasi
pembacaan putusan Praperadilan juga dihadiri adalah lembaga penyaring perkaraperkara besar/
wakil dari Polda Kalimantan Selatan.3 Bandingkan menarik perhatian masyarakat, yang oleh Jaksa
misalnya dengan putusan perkara E.C.W. Neloe, Penuntut Umum/Kejaksaan diputuskan akan
Sholeh Tasripan dan I Wayan Pugeg, mereka diajukan/dituntut di hadapan hakim.6
segera dilepaskan dari tahanan begitu putusan Menurut sejarahnya, hakim investigasi
Pengadilan membebaskannya.4 Hal serupa dialami mulai dibentuk melalui KUHAP Perancis (code
Dr. Elly Engelbert Lasut, M.E. dalam perkara d’instruction). Hakim investigasi bukanlah hakim
Praperadilan No. 04/Praperadilan/2010/ PN.MDO yang menyidangkan perkara yang bersangkutan.
yang akan diuraikan lebih lanjut dalam buku ini. Tugasnya melakukan investigasi yudisial terhadap
Indriyanto SenoAdji5 setuju dengan perluasan perkara yang oleh jaksa diminta untuk dilakukan
investigasi, apakah perkara itu cukup kuat
3 “Dua Bos Perusahaan Kayu Bebas,” Harian Kompas
pembuktiannya sehingga dapat menghasilkan
(Jakarta, April 18, 2006). hlm. 25 pemidanaan dari pengadilan. Dari latar belakang
4 “Divonis Bebas, Neloe Dkk. Tinggalkan Rutan di atas maka perumusan masalah dalam makalah
Presiden Minta Transparang Jaksa Agung ini adalah “Bagaimana fungsi hakim komisaris
Terkesima,” last modified 2006, accessed June dalam menangani Miscarriage of Justice menurut
19, 2006, http://www.ti.or.id/news/details.
php?newslD=524. sistem peradilan pidana di Indonesia?”
5 Indriyanto Seno Adji, “‘Dwang-Middelen’dan Ide
Ke Arah Hakim Komisaris,” Media Hukum 1, no. 5 6 Hasil penelitian di Belanda pada tanggal 24
(2003): 24–35. April 2006.
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
atas pengaduan adanya dugaan kejahatan jabatan atau yang disebut sebagai penuntutan malice
karena alasan teknis judisial. Keputusan Judex prosecution berdasarkan abuse of prosecution
Facti dan Judex Juris mutlak tidak bisa diganggu harus segera dihentikan oleh Hakim Investigasi
gugat sekalipun menabrak undang-undang dan demi kepentingan tersangka dan terdakwa untuk
merekayasa saksi serta barang bukti. menghindari pelanggaran terhadap perlindungan
Mahkamah Agung baru menaruh perhatian hak asasi. Penyalahgunaan kekuasaan oleh
apabila media massa secara terus menerus hakim-hakim di pengadilan dan di lembaga
mengkritik. Contohnya, dalam tuduhan kasus pemasyarakatan juga menjadi objek investigasi
pembunuhan Moh. Asrori oleh terdakwa Imam hakim investigasi. Dengan dibentuknya hakim
Chambali alias Kemat dan kawan-kawan di investigasi, akan tercapai tujuan hukum acara
Jombang. Putusan PK No. 89 PK/Pid/2008 dan yang baik (due process of law atau behoorluk
No. 90 PK/Pid/2008 terhadap Memori PK dapat strafprocessrecht).13
dijatuhkan dalam tempo 3 hari. Ketiga terpidana/ Dalam rancangan KUHAP di bawah bab
terdakwa dituntut dan diputus bebas. Berapa VII dengan judul: Wewenang Pengadilan untuk
banyak eks menteri dalam sistem presidensial Mengadili, bagian I: Hakim Komisaris, diatur
dipidana setelah pensiun karena kebijakan yang mengenai Hakim Komisaris yang dimulai dari
diambilnya? Pasal 73 sampai dengan Pasal 78. Pasal 75 ayat (2)
Tujuan peradilan pidana adalah menemukan dengan jelas mengatur dalam hal perkara sudah
kebenaran objektif dengan melindungi hak- diperiksa oleh Pengadilan Negeri, perkara tidak
hak asasi si terdakwa dan mencegah orang yang dapat diajukan kepada Hakim Komisaris. Hal ini
tidak bersalah dijatuhi pidana. Hakim investigasi bertentangan dengan konsep Hakim Investigasi
merupakan lembaga yang dimaksudkan untuk yang Penulis maksud yang dapat melakukan
mewujudkan tujuan peradilan tersebut. pemeriksaan di setiap tingkat perkara.
Di Indonesia, lembaga hakim investigasi Penulis merujuk pada kondisi dalam
sudah saatnya diimplementasikan menggantikan perkara Nurdin Halid di PN Jakarta Utara yang
lembaga Praperadilan. Dalam hal ini, Penulis membuktikan bahwa semua BAP, khususnya
mengambil posisi untuk memperluas wewenang mengenai keterangan saksi a-charge tidak pernah
dari hakim investigasi dalam mengawasi tindakan dilakukan. Sementara itu, Nurdin Halid telah
dan diskresi yang dimiliki oleh aparat penegak dirampas kemerdekaannya melalui upaya paksa,
hukum, meliputi polisi, jaksa, hakim di pengadilan yaitu penahanan, sejak di tingkat penyidikan,
dan lembaga pemasyarakatan. Hakim investigasi penuntutan sampai pada tahap pengadilan.
akan mempunyai wewenang untuk memeriksa
penegak hukum (sub sistem dari sistem peradilan 13 Lihat juga Lord Denning, The Family Story (London:
Butterworths, 1981), 179–180. Ia menekankan,
pidana) yang diduga melakukan pelanggaran bahwa kekuasaan itu tidak boleh dilampaui atau
HAM terhadap tersangka, terdakwa dan terpidana. disalahgunakan oleh siapapun yang memilikinya.
Di samping berwenang melakukan pemeriksaan Hukum harus menyediakan upaya yang memadai
terhadap terdakwa yang dilanggar HAM-nya, dan efisien bagi terjadinya pelampauan dan
penyalahgunaan kekuasaan bagaimanapun
saksi-saksi dan bukti-bukti, hakim investigasi
berkuasanya orang tersebut.
juga diberi wewenang untuk memberi perintah Jika tidak ada upaya hukum, orang yang terkena
penahanan, penggeledahan dan upaya paksa lain tindakan pelampauan dan penyalahgunaan
(coercive measures). kekuasaan tersebut akan menemukan upayanya
sendiri, sehingga dapat menimbulkan anarki.
Hakim investigasi yang berbeda dari trial Oleh karena itu, bagi Denning, merupakan hal
judge atau zittingrechter adalah hakim yang yang fundamental di masyarakat Inggris bahwa
memeriksa polisi, jaksa, hakim, personil lembaga seorang hakim harus berusaha sekuat-kuatnya agar
pemasyarakatan yang melakukan tugasnya secara kekuasaan itu tidak dilampaui atau disalahgunakan.
Kalau terjadi konflik dengan kebebasan individu
melawan hukum atas diri tersangka, terdakwa
atau dengan kebebasan fundamental lainnya
dan terpidana. Keberadaan hakim investigasi adalah wewenang hakim untuk membuat
akan dapat melindungi hak asasi tersangka di tiap keseimbangan di antara kepentingan-kepentingan
tingkatan. Hakim Investigasi diberi wewenang yang saling bersaing. Dalam mempertahankan
dan kekuasaan yang bersifat deklaratoir dan keseimbangan tersebut, paling dulu hakim harus
mempertahankan kebebasan, terutama harus
kondemnatoir. Penuntutan yang didasarkan memprioritaskan kebebasan individu.
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
Jangkauan kekuasaan dan wewenang Hakim diduga melakukan pelanggaran HAM terhadap
Investigasi melindungi terdakwa seharusnya dapat tersangka, terdakwa dan terpidana.
diterapkan terhadap Nurdin Halid di Pengadilan, Bentuk pelanggaran-pelanggaran HAM yang
hakim yang memeriksa perkara tersebut harus dilakukan oleh pejabat penegak hukum tersebut
dengan segera memerintahkan penangguhan antara lain melakukan penyimpangan dalam
penahanan sekaligus pembatalan surat dakwaan proses penangkapan, penahanan, penuntutan
demi hukum karena surat dakwaan tersebut dibuat pengadilan dan dalam proses pembinaan di
secara melawan hukum. Namun sebaliknya, lembaga pemasyarakatan. Dengan adanya
Nurdin Halid dimajukan ke pengadilan tanpa penyimpangan-penyimpangan tersebut, dalam
berkas perkara. Hukuman yang diberikan Rancangan KUHAP yang baru perlu diatur secara
kepada pelaku pelanggaran dan penyelewengan tegas mengenai sanksi yang dapat dikenakan
hukum-pun terkesan tidak serius. Pelanggaran kepada penyidik, penuntut umum, hakim dan
oleh penyidik kepotisian hanya diberikan sanksi aparat lembaga pemasyarakatan yang melakukan
pelanggaran indisipliner setelah penyidik penyimpangan tersebut.
PROPAM turun tangan.
Meskipun dalam Pasal 333 KUHP14 sudah
Seiring dengan hal ini, baik penyidik, diatur mengenai sanksi pidana terhadap seseorang
penuntut umum, pengadilan maupun lembaga yang dirampas kemerdekaannya, ketentuan
pemasyarakatan yang telah merampas tersebut hanya mengatur pelanggaran HAM
kemerdekaan Nurdin Halid secara melawan secara umum dan dalam praktiknya ketentuan ini
hukum tidak dijatuhkan hukuman apapun. tidak digunakan atau dikenakan terhadap pejabat
Selain itu, salah satu hal yang juga luput dari penegak hukum yang melakukan penyimpangan
pengaturan dalam Rancangan KUHAP adalah dalam proses penangkapan, penahanan, penuntutan
mengenai penahanan terdakwa di rumah tahanan pengadilan maupun dalam proses pembinaan di
tanpa surat perintah penahanan sebagaimana lembaga pemasyarakatan. Hal ini jelas tergambar
dialami oleh Abdullah Puteh yang akan diuraikan dalam perkara Nurdin Halid di Pengadilan Negeri
lebih lanjut dalam bab selanjutnya. Bandingkan Jakarta Utara (perkara No. 190/Pid.B/ 2005/
dengan KUHP Argentina, Austria dan Jepang. PN.Jak.UT).
Berdasarkan uraian di atas, Penulis Penulis berpendapat bahwa ketentuan
menghendaki agar jangkauan kekuasaan Hakim mengenai sanksi pidana perlu benar-benar
Investigasi yang Penulis maksud melebihi diterapkan pada penegak hukum yang merampas
wewenang Hakim Komisaris di Belanda dan kemerdekaan seseorang atau meneruskan
Perancis. Lembaga hakim investigasi di dalam perampasan kemerdekaan yang demikian. Pejabat
KUHAP harus mempunyai wewenang mulai dari penegak hukum yang bertindak sewenang-
tingkat penyidikan, penuntutan, pemeriksaan wenang dalam melakukan proses penangkapan,
perkara di pengadilan sampai di tingkat lembaga penahanan, penuntutan pengadilan maupun dalam
pemasyarakatan. Kekuasaannya termasuk proses pembinaan dalam lembaga pemasyarakatan
kekuasaan deklaratoir dan kondemnatoir. harus diperiksa oleh hakim investigasi. Seiring
3. Sanksi yang dijatuhkan oleh hakim dengan hal ini, kewenangan penjatuhan upaya
investigasi kepada sub sistem SPP dalam paksa juga harus dimiliki oleh hakim investigasi.
Rancangan KUHAP yang baru
14 Pasal 333 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Di Indonesia, lembaga hakim investigasi (KUHP), n.d. Barangsiapa dengan sengaja dan
sudah saatnya diimplementasikan. Dasar melawan hukum merampas kemerdekaaan
pembentukan lembaga hakim investigasi ini seseorang, atau meneruskan perampasan
kemerdekaan yang demikian, diancam dengan
adalah banyaknya terjadi pelanggaran terhadap pidana penjara paling lama delapan tahun; (2) Jika
hak asasi tersangka, terdakwa dan terpidana perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, maka
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yang yang bersalah dikenakan pidana penjara paling
meliputi polisi, jaksa, pengadilan dan lembaga lama sembilan tahun; (3) Jika mengakibatkan coati,
pemasyarakatan. Dengan dibentuknya lembaga dikenakan pidana penjara paling lama dua belas
tahun; (4) Pidana yang ditentukan dalam pasal
ini, hakim investigasi akan mempunyai wewenang ini berlaku juga bagi orang yang dengan sengaja
untuk memeriksa pejabat penegak hukum yang memberi tempat untuk perampasan kemerdekaan
yang melawan hukum.
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
Dalam hal ini, berdasarkan perbandingan makin memantapkan pentingnya konsep hakim
dengan KUHP Argentina, Jepang dan Austria investigasi di Indonesia. Dengan adanya hakim
mengenai lamanya sanksi pidana yang dapat investigasi maka penyidik yang mendapatkan
dikenakan terhadap pejabat penegak hukum yang keterangan atas dasar pelanggaran hak asasi
telah sewenang-wenang melakukan penahanan, tersangka dapat diberikan sanksi agar pejabat
penangkapan, penuntutan pengadilan maupun penegak hukum tersebut mendapat efek jera dan
proses pembinaan dalam lembaga pemasyarakatan tidak mengulangi perbuatannya tersebut. Dengan
terhadap tersangka, terdakwa dan terpidana, kata lain, tanpa pengawasan hakim investigasi,
Penulis berpendapat bahwa ancaman pidana akan sering terjadi pelanggaran pidana yang
penjara terhadap pejabat penegak hukum adalah merupakan kejahatan jabatan di tingkat kepolisian,
minimal 5 tahun dan atau paling lama 10 tahun. kejaksaan, pengadilan malah LP.
Bahkan, dalam kasus Budi Harjono di Bekasi,15 Lebih lanjut Walker menjelaskan bahwa
terhadap oknum penyidik, seharusnya dikenakan keenam kategori yang menyebabkan terjadinya
hukuman seumur hidup atau hukuman mati miscarriage of justice dapat menimbulkan suatu
mengingat beratnya pelanggaran yang dilakukan kegagalan yang tidak bersifat langsung yang
oknum penegak hukum terkait. memengaruhi komunitas masyarakat secara
Kasus ini bermula dari kematian Ali keseluruhan. Suatu penghukuman yang lahir dari
Hartawinata pada tanggal 17 November 2002 ketakjujuran atau rekayasa akan menimbulkan
yang disidik oleh Polres Bekasi. Tanpa adanya tuntutan terhadap legitimasi negara yang
bukti yang cukup, Budi dinyatakan sebagai seharusnya menghormati hak-hak individu.
tersangka atas pembunuhan ayahnya tersebut. Dalam konteks ini miscarriage of justice
Selain itu, Budi juga mengalami penyiksaan fisik akan menimbulkan bahaya bagi integritas moral
dan mental sewaktu berada dalam penahanan dalam proses pidana. Bahkan, lebih jauh lagi dapat
Polres Bekasi. Dalam penyidikan, Budi Harjono merusak kepercayaan masyarakat akan penegakan
dipaksa mengakui semua cerita versi penyidik hukum.17
demi menjaga keselamatan ibunya yang diancam
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya
akan dibunuh oleh penyidik.
miscarriage of justice sebagaimana dikemukakan
Sebelum disidangkan, Budi Harjono harus H. Archibal Kaiser dan Clive Walker juga menjadi
menjalani masa penahanan selama enam bulan faktor-faktor penyebab terjadinya miscarriage
di Lembaga Pemasyarakatan Bulak Kapal Bekasi of justice di Indonesia. Namun, perkenankanlah
pada pertengahan 2002. Di dalam persidangan penulis menelisik lebih jauh persoalan yang
karena tidak cukup bukti, Budi Harjono dibebaskan lebih mendasar munculnya faktor-faktor tersebut,
dari segala tuduhan, namun stigma sebagai khususnya dalam sistem peradilan pidana di
pembunuh sulit dihilangkan.16 Kebenaran akan Indonesia.
pembunuh sebenarnya baru terungkap tanggal 27
Persoalan mendasar pertama adalah, hukum
Juni 2006 ketika Marsin, mantan pekerja bangunan
telah dikonversikan menjadi alat kekuasaan.
di rumah keluarga (alm) Ali Hartawinata mengaku
Dalam Konstitusi kita memang dinyatakan dengan
sebagai orang yang membunuh Ali Hartawinata.
tegas bahwa Indonesia adalah negara hukum (Pasal
Kasus ini merupakan preseden buruk 1 angka 3 UUD 1945, Amandemen ke 3). Apa
dalam peradilan pidana di Indonesia dan artinya itu? Tidak lain berarti Indonesia adalah
negara yang adil. Mengapa? Karena kesejatian
15 Dalam kasus tersebut, Budi Harjono, melalui hukum adalah keadilan dengan dua prinsip yang
rekayasa penyidikan, disiksa, diperas, malah sederhana dan berlaku universal, yakni: neminem/
diteror. Teror dilakukan dalam bentuk ancaman aedere (jangan merugikan orang) dan unicuique
terhadap keluarganya. Kasus ini mengingatkan sum tribuere (berikan kepada tiap-tiap manusia
kita pada kasus Sengkon dan Karta, sehingga orang
yang pernah mengalami nasib serupa, trauma
apa yang menjadi haknya).18
melihat polisi. Lihat “Manipulasi Penyidikan Dan
Kami Masih Trauma Melihat,” Kompas, 2006. Hlm. 17 Clive Walker and Keir Starmer, Miscarriages of
25. Justice: A Review of Justice in Error (London:
16 “Kesaksian Korban Salah Tangkap,” last modified Blackstone Press, 1999), 33–38.
2006, accessed August 9, 2006, http://news. 18 Kedua prinsip ini terkandung dalam ajaran Hukum
indosiar.com/newsread.htm?id=53376. Alam yang dikembangkan oleh aliran filsafat Stoa,
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
Dua prinsip ini berlaku tidak hanya dalam power tends to corrupt absolutely”. Sehingga,
relasi antara orang perorang dalam masyarakat dan terjadilah praktik korupsi yudisial (judicial
relasi individu dengan komunitasnya, tetapi juga corruption) dalam sistem peradilan pidana.
relasi antara negara dengan warga negara. Artinya, Korupsi yudisial itu dapat terjadi dalam
negara tidak boleh merugikan anggota masyarakat beberapa bentuk bergantung kepada kepentingan
dan memberikan kepada warga negara apa yang atau keuntungan (motivasi) yang hendak
menjadi haknya. Negara tidak boleh merampas dicapai, antara lain: pertama, dalam bentuk
apa yang jadi hak warga negara. Tujuan hukum transaksi hukum. Kasih uang habis perkara
adalah mencegah berkuasanya ketakadilan, yakni (KUHP). Keputusan yang dibuat dalam sistem
kekuasaan yang melanggar dua prinsip tersebut di peradilan pidana tidak lagi berdasarkan pada
atas. pertimbangan moral dan keadilan, tetapi semata-
Hukum hanya dihormati masyarakat mata berdasarkan besaran uang atau materi yang
dalam kesejatian makna dan tujuannya ini. Para dibayarkan kepada aparat penegak hukum; kedua,
pendiri negara kita menyadari bahwa negara dan intervensi kekuasaan politik dari para elit politik.
masyarakat Indonesia tidak dapat eksis jika hukum Ini dapat terjadi karena adanya persekongkolan
tidak dihormati. Kalaupun eksis, negara dan antara elit politik dengan para penegak hukum.
masyarakat itu hidup dalam krisis yang panjang. Dengan persekongkolan itu kepentingan elit politik
Ketika hukum telah dikonversikan menjadi dapat dilindungi di satu pihak, dan di pihak lain
alat kekuasaan, maka institusi-institusi penegakan aparat penegak hukum mendapatkan keuntungan
hukum mempersepsikan diri sebagai organ- pengamanan posisi jabatan atau promosi jabatan.
organ negara yang memiliki otoritas hukum yang Persekongkolan seperti ini umumnya terjadi pada
adalah alat kekuasaan itu. Ketika dipersepsikan tingkat elit pimpinan institusi-institusi penegak
demikian, institusiinstitusi penegakan hukum, hukum. Dalam bentuk hubungan ini, hukum dan
Kepolisian, Kejaksaan, KPK, Pengadilan yang sistem peradilan pidana digunakan sebagai alat
direpresentasikan masing-masing oleh aparat kepentingan politik.
penegak hukum, tidak lagi imun terhadap Kesan “tebang pilih” dalam pemberantasan
penyakit kekuasaan yang diungkapkan Lord tindak pidana korupsi, misalnya, sedikit banyak
Acton19itu:”power tends to corrupt, and absolute menggambarkan adanya persekongkolan ini.
Dalam praktik “tebang pilih” yang menjadi target
penegakan hukum pemberantasan tindak pidana
aliran filsafat yang paling memengaruhi pandangan
orang Romawi mengenai hukum. Dua prinsip ini korupsi bersifat selektif pada: pertama, posisi-
kemudian digunakan oleh Thomas Aquinas (354- posisi jabatan tertentu di daerah atau pada instansi
430 SM), seorang filsuf abad Abad Pertengahan. tertentu untuk kepentingan politik tertentu; kedua,
Kedua prinsip ini dimasukkan Aquinas ke dalam orang-orang yang berada dalam posisi dukungan
kategori Hukum Alam primer, yakni norma-
norma yang berlaku bagi semua manusia (pnncipia
politik lemah atau tidak memiliki kekuatan
prima communia) karena bersifat umum. Ajaran- jaringan kolusi dan nepotisme, walaupun orang-
ajaran aliran hukum alam ini dihidupkan kembali orang tersebut tidak berada dalam posisi sebagai
dalam teori hukum alam abad XX yang dikenal orang yang memiliki kompetensi tanggung jawab
teori hukum alam zaman modern. Aliran yang atas tindak pidana korupsi yang didakwakan
berpengaruh pada munculnya kembali ajaran
hukum alam ini adalah aliran Neothomisme kepadanya. Orangorang tersebut dikorbankan
— aliran yang diinspirasi oleh filsafat Thomas untuk melindungi pihak yang seharusnya
Aquinas. Ajaran-ajarannya disesuaikan dengan bertanggung jawab atas suatu tindak pidana
perkembangan dewasa ini. Francois Geny dan korupsi.
Johannes Messner, dua filsuf hukum alam modern,
meneruskan penggunaan dua prinsip ini dalam Hukum yang dikonversikan jadi alat
ajarannya (Lihat: Theo Huijbers, Filsafaat Hukum kekuasaan itu seringkali tidak kasat mata,
Dalam Lintasan Sejarah (Jakarta: Kanisius, 1982). tetapi dikemas, dibungkus dengan iktikad baik.
Saya menggunakan kedua prinsip ini karena norma Namun, iktikad itu bukanlah iktikad baik yang
dasar sekaligus moral dasar ini masih berlaku dan
bersifat universal, malah menjadi norma yang
hidup dalam hukum positif kita (lihat: rumusan Emerich Edward Dalberg Acton, sejarawan Inggris
delik pencurian dan tindak pidana korupsi) dan (1834 — 1902) ini ditulis dalam John Emerich
hukum adat setiap masyarakat adat di Indonesia. Edward Dalberg Acton, Surat Kepada Bishop
19 Ungkapan Lord Acton yang nama lengkapnya John Mandell Creighton (1887).
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
merupakan fondasi keadilan sebagaimana pernah Penegakan hukum dengan tirani iktikad
diungkapkan Marcus Tillius Cicero (106 SM baik mengabaikan syarat-syarat terwujudnya
- 43 SM), advokat, penulis, filsuf, orator, dan procedural fairness dan keadilan prosedural,
negarawan Romawi. Iktikad baik itu bukanlah procedural justice, dalam proses sistem peradilan
sebagai fondasi keadilan, tetapi hanya merupakan pidana, seperti syarat-syarat konsistensi, tidak bias
topeng. Sejatinya, merupakan suatu tirani iktikad oleh kepentingan pribadi, akurasi, dapat dipercaya,
baik. dapat dikoreksi, representasi, etika, respek, dan
Paul Craig Roberts, mantan arsitek kebijakan justifikasi. Bahkan, tidak segan-segan para aparat
pemotongan pajak dalam pemerintahan Presiden penegak hukum melanggar ketentuan hukum
Amerika Serikat, Ronald Reagan, dan Chairman acara, dan asas-asas hukum bersifat universal.
of the Institute for the Polical Economy, dan Bill Clinton, mantan Presiden Amerika
Lawrence M. Stratton, seorang advokat, Serikat yang juga seorang advokat, pernah
menggambarkan tirani iktikad baik ini dalam buku mengungkapkan:
yang mereka tulis berjudul The Tyranny of Good “the road to tyranny, we must never forget,
Intentions: How Prosecutors and Bureaucrats Are begins with the destruction of the truth”.
Trampling the Constitution in the Name of Justice’
— jalan menuju tirani, kita harus ingat, mulai
— Tirani Iktikad Baik: Bagaimana Para Jaksa dan
dengan penghancuran kebenaran.
Birokrat Menginjak-Injak Konstitusi Atas Nama
Keadilan.20 Tirani iktikad baik itu menghancurkan
kebenaran dan mengabaikan ajaran Buckminster
Roberts dan Stratton menjelaskan, dengan
Fuller, “Always tell only the truth, and all the
topeng iktikad baik dalam memberantas berbagai
truth, and do so promptly — right now.”21
kejahatan, jaksa dan birokrat merampas kebebasan
warga negara, menghancurkan kehidupan individu Persoalan mendasar kedua yang berpengaruh
dalam masyarakat dan korbannya adalah orang- pada munculnya persoalan korupsi yudisial dan
orang yang tidak bersalah. Roberts dan Stratton praktik tirani iktikad baik adalah terjadinya krisis
mengupas habis dan menelanjangi praktik- spiritualitas profesi penegakan hukum. Krisis
praktik penegakan hukum yang melanggar hak- ini ditandai dengan hilangnya jiwa profetik
hak konstitusional warga negara. Mereka dari profesi penegakan hukum. Dalam krisis
menunjukkan bagaimana hukum tidak lagi jadi spiritualitas profesi ini, aparat penegak hukum
tameng perlindungan warga negara yang tidak tidak lagi melihat dan mempersepsikan jabatan,
bersalah, tetapi telah menjadi senjata penuh kuasa tugas dan tanggung jawabnya itu sebagai suatu
di tangan para jaksa yang terlampau semangat panggilan untuk mengungkapkan kebenaran,
(overzealous) dan bermental menang dengan cara menegakkan keadilan dan hukum, menghukum
apa pun, win at all costs, mengorbankan pencarian yang salah, melindungi orang-orang yang benar
kebenaran hanya demi kemajuan karier dan dengan segala hak-haknya termasuk melindungi
mencapai target. masyarakat dari kejahatan, menyembuhkan luka-
luka korban kejahatan dan luka-luka masyarakat
Salah satu hal penting yang dikemukakan
akibat kejahatan, dan menegakkan hukum yang
Roberts dan Stratton adalah terabaikannya salah
berintikan keadilan.
satu elemen hukum pidana yakni unsur “mens
rea” (the evil of minds/the guilty of mind). Para Jabatan, tugas dan tanggung jawab itu
jaksa dan hakim hanya memerhatikan satu elemen hanya dilihat sebagai cara untuk mencari nafkah
saja yakni “actus reus” (the evil of deeds). dan penanganan kasus lebih dilihat sebagai cara
Sementara, dalam hukum pidana dikenal prinsip: untuk mendapatkan uang dan untuk kepentingan
actus reus non fact reum nisi mens sit rea atau peningkatan jabatan. Karena itu, orientasi
dalam bahasa Belanda “gees straf zonder schuld’ pada pencapaian target sukses penanganan
— tidak dipidana jika tidak ada kesalahan. perkara menjadi pertimbangan utama daripada
menegakkan hukum dan keadilan dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan syarat-syarat
20 Paul Craig Roberts and Lawrence M. Stratton, The
Tyranny of Good Intentions: How Prosecutors and terwujudnya procedural fairness dan keadilan
Bureaucrats Are Trampling the Constitution in
the Name of Justice (California: Prima Publishing 21 Lihat: R. Buckminster Fuller, Critical Path (New
Forum, 2000). York: St. Martin’s Press, 1981).
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
prosedural, procedural justice. Untuk mencapai kunci: (1) integritas; (2) martabat semua manusia
target tersebut, tidak jarang ketentuan-ketentuan yang dilingkupi peradaban, (3) kesempurnaan,
dalam hukum acara pidana (KUHAP) dilanggar dan (4) simpati.24 Hanya dengan adanya keempat
dan asas-asas hukum yang berlaku universal prinsip kunci ini profesi penegak hukum itu
ditabrak. Dalam persidangan kasus-kasus dihayati sebagai suatu panggilan, atau yang sering
tertentu, misalnya kasus-kasus korupsi, hakim disebut “amanah”, sekaligus mendasari adanya
menunjukkan sikap keberpihakan, parsial, malah “professional pritillege”25 yang melekat pada
tidak jarang bertindak seperti jaksa penuntut profesi penegak hukum.
umum (inquisitorial system), bukan sebagai Inilah yang menjadi hal-hal mendasar
hakim yang memeriksa dan mengadili perkara dari sebab-sebab terjadinya miscarriage of
(adversarial system). justice sebagaimana dikemukakan di atas,
Analisis yang terkenal dari Max Weber sekalipun hukum dalam sistem hukum peradilan
mengenai birokrasi menegaskan bahwa pidana sendiri -KUHAP, umpamanya- sudah
imparsialitas sebagai satu kebajikan utama cukup. Pertanyaannya adalah: Siapakah yang
pejabat publik ditandai dengan dominasi dari jiwa dapat melakukan pengawasan atas aktualisasi
kepribadian yang formal: “Sine ira et studio”, pelaksanaan sistem peradilan pidana yang
tanpa adanya kebencian ataupun semangat, koruptif, praktik tirani iktikad baik, dan krisis
sehingga dengan demikian juga tidak ada afeksi spiritualitas profesi aparat penegak hukum?
ataupun antusiasme. Norma-norma dominan Seandainya di antara kita ada yang jadi
merupakan konsep tentang adanya kewajiban korban miscarriage of justice: Upaya hukum
yang langsung timbul tanpa adanya pertimbangan- apa yang dapat kita lakukan? Jika miscarriage
pertimbangan pribadi. Setiap orang tunduk of justice terjadi pada tingkat penyidikan, tentu
pada perlakuan formal yang sama, yaitu setiap kita dapat melakukan upaya hukum praperadilan.
orang berada dalam situasi empirik yang sama. Sejauh ini praperadilan tidak menimbulkan
Inilah semangat dari pejabat yang ideal dalam persoalan hukum dalam arti sepenuhnya masih
menjalankan jabatannya.”22 menjadi hak tersangka atau saksi korban/ pelapor
Imparsialitas seperti diungkapkan Weber ini sesuai KUHAP.
seharusnya menjadi kebajikan utama polisi, jaksa, Bagaimana jika putusan pengadilan yang
dan hakim sebagai pejabat publik, tetapi dalam merupakan miscarriage of justice itu telah
krisis spiritualitas profesi, kebajikan ini hilang. memiliki kekuatan hukum tetap? Berdasarkan
Hakim sudah menunjukkan sikap keberpihakan. ketentuan dalam KUHAP kita dapat menggunakan
Tidak jarang pula, dalam kasus-kasus korupsi, upaya hukum luar biasa yang disebut Peninjauan
tanggung jawab hakim tampak hanya memutuskan Kembali (PK) yang diatur dalam Pasal 263, 264,
dan mengirim terdakwa ke penjara. Hakim Gerald 265, 266, 267, 268 KUHAP dengan memenuhi
Sheindlin pernah mengungkapkan: ketentuan dan syarat-syarat dalam Pasal 263
I often thought that if a judge’s only KUHAP. Ketentuan PK dalam KUHAP merupakan
responsibility were to send people to prison, upaya hukum luar biasa yang diberikan undang-
what a miserable job that would be.23 undang kepada terpidana atau ahli warisnya
Krisis spiritualitas profesi menyebabkan yang menjadi korban miscarriage of justice. Hak
para penegak hukum kehilangan apa yang disebut mengajukan PK ini tidak diberikan kepada negara
Dean Starr sebagai suatu budaya atau kultur yang direpresentasikan oleh Kejaksaan RI, karena
berbuat benar yang terdiri atas empat prinsip
24 Kenneth W. Starr, “Morality, Community, and the
Legal Profession,” Wyoming Law Review 5, no. 2
22 Max Weber, Economy and Society Vol. 1, ed. (2005): 403–416.
Guenther Roth and Claus Wittich (California: 25 “Professional privilege’ adalah wewenang khusus
University of California Press, 1978), 225. Lihat yang hanya diberikan kepada polisi, jaksa, hakim,
juga: Brian Barry, Justice as Impartiality, a Treatise termasuk advokat yang mencakup menyelidik,
on Social Justice Vol. II (Oxford: Clarendon Press, menyidik, menuntut, mengadili, menjatuhkan
1995), 13. hukum, dan mengeksekusi putusan pengadilan,
23 Judge Gerald Sheindlin and Catherine Whitney, serta wewenang yang diberikan advokat untuk
Blood Trial (New York: The Ballantine Publishing melakukan pembelaan. Wewenang ini tidak
Group, Random House, Inc., 1996), 37. diberikan kepada profesi lain.
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
negara tidak pernah menjadi korban miscarriage ahli warisnya yang dalam ketentuan-ketentuan itu
of justice. Negara adalah pihak yang melakukan disebut sebagai “Pemohon”.28
tindakan miscarriage of justice terhadap warga Dalam perkembangan praktik penegakan
negaranya. hukum dewasa ini hak yang oleh undang-undang
Hal ini pun secara tegas diatur dalam diberikan kepada terdakwa atau ahli waris itu untuk
KUHAP.26 Hak terpidana atau ahli warisnya memperjuangkan hak-haknya sebagai korban
dipertegas lagi dalam Keputusan Menteri miscarriage of justice berhadapan dengan negara,
Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.01. justru diambil pula oleh negara. Sehingga hak
PW.07.03 Tahun 1982 tentang Pedoman pengajuan PK tersebut juga menjadi hak negara,
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara pelaku miscarriage of justice. Pengambilalihan
Pidana.27 Dalam ketentuan mengenai pelaksanaan hak ini dilakukan dengan cara melakukan
hak tersebut juga secara jelas menunjukkan bahwa interpretasi atas ketentuan Pasal 263 KUHAP.29
hak tersebut hanya ditujukan kepada terpidana atau Interpretasi terhadap ketentuan PK
dalam KUHAP ini, baik yang dilakukan oleh
26 Pasal 1 angka ke-12 Kitab Undang-Undang Hukum Kejaksaan Agung RI maupun oleh Mahkamah
Acara Perdata (KUHAP), n.d. yang menyatakan: Agung RI, tidak hanya bertentangan dengan jiwa
“Upaya hukum adalah hak terdakwa atau penuntut
umum untuk tidak menerima putusan pengadilan
dan ketentuan-ketentuan mengenai PK dalam
yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi
atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan
peninjauan kembali dalam hal serta menurut cara 28 Dalam Pasal 264 ayat (1) Kitab Undang-Undang
yang diatur dalam undang-undang ini.” Pasal 263 Hukum Acara Perdata (KUHAP). dinyatakan:
ayat (1) KUHAP yang menyatakan: Permintaan peninjauan kembali oleh pemohon”
“Terhadap putusan pengadilan yang telah Dalam Pasal 264 ayat (4) KUHAP dinyatakan:
memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali “Dalam hal pemohon peninjauan kembali adalah
putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan terpidana yang kurang memahami hukum....”
hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat Dalam Pasal 265 ayat (2) KUHAP dinyatakan:
mengajukan permintaan peninjauan kembali “Dalam pemeriksaan sebagaimana tersebut pada
kepada Mahkamah Agung”. ayat (1), pemohon dan jaksa ikut hadir dan dapat
27 Pada bagian MEMUTUSKAN: Menetapkan bagian menyampaikan pendapatnya.”
Pertama Keputusan ini dinyatakan bahwa Buku Dalam Pasal 265 ayat (3) KUHAP dinyatakan:
Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang “Atas permintaan tersebut dibuat berita acara
Hukum Acara Pidana merupakan pedoman pemeriksaan yang ditandatangani oleh hakim,
bagi seluruh aparatur penegak hukum, dalam jaksa, pemohon dan panitera....”
melaksanakan Undang-Undang Nomor 8 Tahun Dalam Pasal 265 ayat (4) KUHAP dinyatakan:
1981 tentang Hukum Acara Pidana. “Ketua pengadilan , yang tembusan surat
Dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang- pengantarnya disampaikan kepada pemohona
Undang Hukum Acara Pidana, n.d., Bab III Kitab dan jaksa.” Dalam Pasal 266 ayat (2) KUHAP huruf
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, pada a dinyatakan: “Apabila Mahkamah Agung tidak
angka 6: Upaya Hukum, di bawah judul Peninjauan membenarkan alasan pemohon,....”
Kembali Putusan, alinea ke-2, ditegaskan kembali: Dalam Pasal 266 ayat (2) huruf b KUHAP
“Terhadap putusan pengadilan yang telah dinyatakan: “Apabila Mahkamah Agung
memperoleh kekuatan hukum tetap, kecuali membenarkan alasan pemohon, Mahkamah
putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan Agung membatalkan putusan yang
hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat dimintakan peninjauan kembali itu dan
mengajukan permintaan peninjauan kembali
menjatuhkan putusan yang dapat berupa: 1.
kepada Mahkamah Agung.” Lebih lanjut hal ini
dipertegas lagi dalam Buku Pedoman tersebut putusan bebas; 2. putusan lepas dari segala
pada Bab V “UPAYA HUKUM BIASA DAN LUAR tuntutan hukum; putusan tidak dapat
BIASA” — Ad.II. “Upaya Hukum Luar Biasa” yang menerima tuntutan penuntut umum; putusan
menyatakan: dengan menerapkan ketentuan pidana yang
“Hak permintaan untuk pinjauan kembali hanya lebih ringan.”
diberikan kepada terpidana atau ahli-warisnya Dalam Pasal 268 ayat (2) KUHAP dinyatakan: “
dan hanya terhadap putusan pengadilan yang Apabila dan sementara itu pemohon meninggal
telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang dunia, mengenai diteruskan atau tidaknya
tidak memuat putusan bebas atau lepas dari peninjauan kembali tersebut diserahkan kepada
segala tuntutan hukum.” Jadi, hak tersebut tidak kehendak ahli warisnya.”
diberikan kepada Kejaksaan karena logis kalau 29 Lihat: Pengajuan PK oleh jaksa penuntut umum
yang berkepentingan adalah terpidana sendiri atau atas Putusan Kasasi Mahkamah Agung RI Nomor
ahli warisnya. 1688/K/Pid/2000 (2000). tanggal 28 Juni 2001.
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
KUHAP itu, tetapi bertentangan prinsip yang Suatu putusan secara umum diikuti, demikian
berlaku universal yang terkandung dalam adigium Blackstone seperti dikutip Ambrose Bierce, jika
interpretatio cessat in claris, jika teks/kata-kata putusan itu adil dan tidak absurd. Putusan yang
atau redaksi undang-undang telah terang dan tidak adil dan absurd bukan hanya merupakan
jelas, tidaklah diperkenankan lagi melakukan hukum yang buruk, tetapi bukan hukum. Menurut
penafsiran. Penafsiran yang dilakukan terhadap Ambrose Bierce, preseden itu hanya dapat
kata-kata atau redaksi undang-undang yang berguna ketika memperlihatkan bahwa suatu
sudah terang, jelas, dan tegas itu menyebabkan kasus yang diputuskan berdasarkan prinsip-
terjadinya interpretatio est perversio, penafsiran prinsip tertentu dan sama sekali tidak mengikat
yang menghancurkan. ketika bertentangan dengan prinsip-prinsip itu.30
Terkait dengan soal penafsiran ini Prof. Mr. Pandangan ini sesuai dengan doktrin lex
van Hamel menyatakan bahwa terhadap redaksi iniusta non est lex, hukum yang tidak adil sama
undang-undang yang rumusannya sudah jelas sekali bukan hukum, yang diyakini Cicero,
dan tidak dapat diartikan jamak harus digunakan Agustinus, dan Aquinas seperti yang telah penulis
strictissima interpretatio atau penafsiran yang ungkapkan di atas.
striktif. Demikian pula pendapat Prof. Mr. van Yang ingin penulis sampaikan dalam uraian
Hattum. Itulah yang dimaksud Prof. Mr. D. ini adalah bahwa sistem peradilan pidana di
Simons ketika menyatakan bahwa pada dasarnya Indonesia telah menyiapkan instrumen hukum
undang-undang itu harus ditafsirkan menurut bagi korban miscarriage of justice, yakni upaya
undangundang itu sendiri. Jikalau kata-kata atau hukum luar biasa PK sebagaimana diatur dalam
rumusan undang-undang itu cukup jelas, hakim KUHAP. Ini adalah hak terpidana atau ahli waris
tidak boleh menyimpang dari kata-kata tersebut, yang menjadi korban miscarriage of justice, dan
walaupun maksud yang sungguh-sungguh sama sekali tidak boleh diinterpretasikan sebagai
pembuat undang-undang itu berlainan dengan hak yang juga diberikan oleh undang-undang
arti kata tersebut, Prof. Logemann mengatakan kepada negara. Karena yang memiliki kewenangan
bahwa penafsiran undang-undang tidak boleh melaksanakan sistem peradilan pidana adalah
memperkosa maksud dan jiwa undang-undang. negara yang direpresentasikan oleh institusi-
Dengan kata lain, hakim tidak boleh bertindak institusi penegakan hukum. Negaralah yang
sewenang-wenang. Segala sesuatu yang logis melakukan miscarriage of justice terhadap warga
dapat disimpulkan menjadi kehendak pembuat negara yang jadi korban tindakan tersebut. Oleh
undang-undang. karena itu, hak mengajukan PK hanya diberikan
Dalam beberapa kasus, Pihak Kejaksaan kepada penduduk/rakyat yang menjadi korban
Agung R.I. dalam mengajukan argumentasi miscarriage of justice berhadapan dengan negara
sebagai dasar pengajuan PK mengacu kepada sebagai pelaku miscarriage of justice. Pengajuan
Putusan Mahkamah Agung mengenai PK yang PK yang dilakukan oleh jaksa penuntut umum
diajukan pihak Kejaksaan dengan menyatakan tidak lebih daripada jalan menuju miscarriage of
bahwa meskipun hukum acara pidana Indonesia justice- the road to miscarriage of justice. Hal ini
tidak menganut asas stare decisis atau preseden dapat dilihat dari perspektif bagaimana terjadinya
sebagaimana dianut dalam sistem hukum common Miscarriage of Justice sebagaimana diuraikan
law, guna memelihara konsistensi dan keseragaman oleh Clive Walker dan Keir Starmer.31
hukum, Jaksa merujuk pada beberapa putusan Miscarriage of justice tidak hanya
Mahkamah Agung tentang PK ini. berdampak buruk pada mereka yang secara
Hal yang perlu diperhatikan dan dicermati langsung jadi korban, tetapi juga keluarga, teman-
adalah penggunaan preseden dalam doktrin “stare teman, komunitas, jaringan sosial yang lebih
decesis et non quieta movers’ tidak semata-mata luas. Negara harus bertanggungjawab secara
demi kepentingan memelihara konsistensi dan penuh atas kegagalan sistem peradilan pidana dan
keseragaman hukum. Namun, yang paling penting memberikan kompensasi secara penuh kepada
adalah bahwa putusan-putusan yang dijadikan korban kesalahan itu. Kompensasi finansial
acuan tersebut merupakan putusan berdasarkan
asas-asas hukum dan prinsip rule of law. 30 http://www.lectlaw.com
31 Walker and Starmer, Miscarriages of Justice: A
Review of Justice in Error, 33.
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi: Kep. Dirjen. Penguatan Risbang. Kemenristekdikti:
No:30/E/KPT/2018
Roni Hanitijo Soemitro. Metode Penelitian Hukum Putusan Kasasi Mahkamah Agung RI Nomor
Dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1688/K/Pid/2000 (2000).
1983. Reglement Op de Strafvordering Vor de Raden van
Sheindlin, Judge Gerald, and Catherine Whitney. Justkie of Java En Het Hooggerechtshof van
Blood Trial. New York: The Ballantine Indonesie, Stb. 1847-40 Jo. 57, 1848.
Publishing Group, Random House, Inc.,
1996.
Situmorang, Mosgan. “Kududukan Hakim
Komisaris Dalam RUU Hukum Acara
Pidana.” Jurnal Penelitian Hukum De Jure
18, no. 4 (2018): 433–444.
Soekanto, Soerjono, and Sri Mamudji. Penelitian
Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali, 1985.
Starr, Kenneth W. “Morality, Community, and the
Legal Profession.” Wyoming Law Review 5,
no. 2 (2005): 403–416.
Walker, Clive, and Keir Starmer. Miscarriages
of Justice: A Review of Justice in Error.
London: Blackstone Press, 1999.
Buku Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana, n.d.
“Divonis Bebas, Neloe Dkk. Tinggalkan Rutan
Presiden Minta Transparang Jaksa Agung
Terkesima.” Last modified 2006. Accessed
June 19, 2006. http://www.ti.or.id/news/
details.php?newslD=524.
“Dua Bos Perusahaan Kayu Bebas.” Harian
Kompas. Jakarta, April 18, 2006.
Email Tertanggal 17 Maret 2006 13:54:53
+0100 Dari Antonio Mura, Jaksa Senior
Ditempatkan Pada Kejaksaan Agung Pada
Mahkamah Agung Italia (Procura Generale
Della Corte Di Cassazione) Di Roma
Kepada Salah Seorang Anggota Tim Peneliti
Indonesia Tentang Haki (2006).
“Kesaksian Korban Salah Tangkap.” Last modified
2006. Accessed August 9, 2006. http://news.
indosiar.com/newsread.htm?id=53376.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata
(KUHAP), n.d.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),
n.d.
KUHAP Perancis, n.d.
“Manipulasi Penyidikan Dan Kami Masih Trauma
Melihat.” Kompas, 2006.