You are on page 1of 12

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Jurnal Online Universitas Pekalongan

ANALISIS RESIDU PESTISIDA PADA TANAMAN BAWANG


MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KABUPATEN BREBES

The Analysis Of Residual Pesticides In The Onion (Allium


Ascalonicum L.) Plant In Brebes Regency

Ubad Badrudin, Syakiroh Jazilah


Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan

Abstract

The onion (Allium ascalonicum L.) is one of the horticultural crops that having a significant
economic value. The center of onion production is in Brebes regency central of Java. It supplies
about 50% nationaly need. The efforts of increased production of onion often faced constraints in
the form of pests and diseases, thus failing to harvest crops or at least reduced. One way of action
of plant maintenance is the use of pesticides. Pesticides are toxic chemicals, excessive use of
pesticides can be a source of contaminants for food, water, and environment. The purpose of the
study is determination of the type of pesticide applied, the frequency of spraying pesticides, and
pesticide residues in onion crops in Brebes regency. The experiment was conducted in the
Larangan subdistrict, Brebes district from June to November 2010. Onion crop’s samples were
taken from the most extensive farmers as much as 10% of whole villages in the subdistrict of
Larangan, Brebes. Research methods by interviewing and laboratory analyzed by gas of
chromatography (GC). The observed variables include the type of pesticide applied, the frequency
of use of pesticides, and pesticide residues in onion crop. The analysis data made by way of
recapitulation, described and compared with maximum residue limits of pesticides in accordance
with the Joint Degree of the Ministry of Agriculture and Ministry of Health, No.
881/MENKES/SKB/VIII/1996; 711/Kpts/TP.270/8/1996. The results showed that the type of
pesticide that was applied to the onion plant consists of several kinds of pesticides, with an average
frequency of spraying fifteen times in one planting season, while the pesticide of residues in onion
crop is below the maximum residue limits (MRL), so that it is still relatively safe for consumption.

Keywords: Pesticide of residues, Onion, Brebes

PENDAHULUAN dan dikonsumsi orang setiap hari


sebagai bumbu penyedap masakan,
Bawang merah (Allium
sayuran, rempah, maupun obat
ascalonicum L.) merupakan salah
tradisional serta untuk bahan industri
satu tanaman hortikultura yang
makanan yang saat ini terus
mempunyai nilai ekonomi penting
berkembang dengan pesat dan
dalam pembangunan pertanian di
merupakan komoditas ekspor,
Indonesia (Iriani et al., 2004), karena
sehingga dapat menambah devisa
sebagai sumber penghasilan petani
negara (Rokhminarsi, 1999).

75
Potensi pasar komoditas ini merah juga dapat dibuktikan sebagai
cukup terbuka sebagai akibat usahatani yang mampu memberikan
semakin meningkatnya kebutuhan keuntungan yang menjanjikan
konsumsi dan perkembangan industri (Soetiarso et al., 1999). Meskipun
olahan. Diperkirakan permintaan demikian, adanya permintaan dan
kebutuhan bawang merah di dalam kebutuhan bawang merah yang terus
negeri terus meningkat kurang lebih meningkat setiap tahunnya belum
5 % tiap tahunnya di luar kebutuhan dapat diikuti oleh peningkatan
restoran, hotel, dan industri olahan produksinya.
(Suwandi dan Hilman, 1995). Produktivitas tanaman bawang
Bawang merah dibandingkan merah rata-rata ditingkat petani
dengan sayuran lainnya mempunyai masih rendah yaitu sebesar 7,17
kandungan gizi yang tinggi dan ton/ha, sementara potensi hasil
komposisi yang lebih lengkap, bawang merah bisa mencapai lebih
seperti energi atau kalori tinggi, dari 10 ton/ha (Iriani et al., 2001).
berprotein dan kaya akan kalsium Oleh karena itu, perlu ada upaya
(Departemen Pertanian, 2000). untuk meningkatkan produksi
Di Indonesia tanaman bawang bawang merah.
merah telah lama diusahakan petani Sentra produksi bawang merah
sebagai perkembangan dari cara-cara tingkat nasional berada di Jawa
tradisional yang bersifat subsisten ke Tengah yaitu Kabupaten Brebes.
cara budidaya yang intensif dan Kabupaten Brebes merupakan salah
berorientasi pasar atau usahatani satu kabupaten di Provinsi Jawa
bersifat komersial (Ambarwati dan Tengah sebagai penghasil sayur-
Yudono, 2003). Sifat komersial sayuran terutama bawang merah.
tersebut dicirikan oleh sebagian Menurut Pitoyo (2003) Kabupaten
besar atau seluruh produksinya Brebes memasok kebutuhan nasional
ditujukan untuk memenuhi sekitar 50 %. Produksi bawang
permintaan pasar, baik pasar merah di Kabupaten Brebes
domestik maupun ekspor. Selain mencapai 2 (dua) juta kwintal
sifat komersial, usahatani bawang (Kabupaten Brebes, 2009; Subhan, et

76
al., 2002). Namun demikian tanaman pangan (Ardiwinata, 2008).
produksi bawang merah masih belum Frekuensi aplikasi pestisida bisa
mampu memenuhi kebutuhan. mencapai 3-5 kali dalam seminggu
Upaya peningkatan produksi dengan menggunakan lebih dari dua
bawang merah sering menghadapi jenis pestisida, bahkan bisa mencapai
kendala berupa terjadinya serangan tujuh jenis pestisida yang digunakan
hama dan penyakit yang sekaligus secara dioplos. Pestisida
menyebabkan gagal panen atau adalah bahan kimia beracun,
minimal hasil panen berkurang. pemakaian pestisida yang berlebihan
Salah satu cara yang terbukti bisa dapat menjadi sumber pencemar bagi
meningkatkan produksi bawang bahan pangan, air, dan lingkungan
merah sebagai salah satu tindakan hidup (Atmawidjaja et al., 2004).
pemeliharaan tanaman adalah Salah satu dampak dari penggunaan
penggunaan pestisida. Sebagian pestisida adalah tertinggalnya residu
besar petani beranggapan bahwa pestisida di dalam produk pertanian
pestisida adalah sebagai “Dewa dan di dalam tanah, serta bahaya
Penyelamat” yang sangat vital. residu bagi kesehatan manusia
Petani meyakini bahwa dengan (Sastroutomo, 1992).
aplikasi pestisida tanamannya akan Pada umumnya petani
terhindar dari kerugian akibat menyemprot tanamannya dengan
serangan jasad pengganggu tanaman pestisida secara intensif yang
yang terdidi dari kelompok hama, kemungkinan dapat meninggalkan
penyakit, dan gulma. Keyakinan residu pada umbinya. Menurut
tersebut cenderung memicu Hidayat et al., (1991) penggunaan
penggunaan pestisida dari waktu ke pestisida oleh petani bawang merah
waktu meningkat dengan pesat. di kabupaten Brebes sudah sangat
Pestisida telah merupakan bagian tinggi, jauh melebihi dosis yang
yang tidak terpisahkan dari system direkomendasikan.
pertanian di Indonesia. Penggunaan Pengaruh residu pestisida
pestisida tertinggi adalah pada lahan terhadap kesehatan manusia adalah
hortikultura dan diikuti pada lahan dapat menganggu metabolisme

77
steroid, merusak fungsi tiroid, Sampel tanaman bawang merah
berpengaruh terhadap diambil dari petani yang luas
spermatogenesis, terganggunya pertanaman bawang merahnya paling
system hormon endokrin (hormone luas. Sampel bawang merah diambil
reproduksi), atau yang lebih dikenal sebanyak 10 % dari seluruh desa
dengan istilah EDs (Endocrine yang ada di Kecamatan Larangan,
Disrupting Pesticides), disamping Kabupten Brebes. Variabel yang
dapat merangsang timbulnya kanker. diamati meliputi jenis pestisida yang
Gejala keracunan akut pada manusia digunakan dan diaplikasikan oleh
adalah paraestesia, tremor, sakit petani bawang merah, frekuensi
kepala, keletihan, perut mual dan penggunaan pestisida, dan residu
muntah. Efek keracunan kronis pada pestisida pada tanaman bawang
manusia adalah kerusakan sel-sel merah.
hati, ginjal, system syaraf, system Metode penelitian dilaksanakan
imunitas, dan system reproduksi dengan cara wawancara dan analisis
(Ardiwinata, 2008; Irawati, 2004). laboratorium menggunakan
Tujuan penelitian ini adalah untuk Kromatografi Gas (KG)
mengetahui (1) jenis pestisida yang Analisis data dilakukan dengan
diaplikasikan, (2) frekuensi aplikasi cara data yang diperoleh
pestisida dan (3) residu pestisida direkapitulasi, kemudian hasilnya
pada tanaman bawang merah di dideskripsikan dan dibandingkan
Kabupaten Brebes dengan batas maksimum residu
(BMR) pestisida sesuai dengan
METODE PENELITIAN Keputusan Bersama Menteri
Penelitian dilaksanakan pada Pertanian dan Menteri Kesehatan,
tanaman bawang merah yang berada Nomor :
di Kecamatan Larangan, Kabupaten 881/MENKES/SKB/VIII/1996;
Brebes dan Laboratorium Residu 711/Kpts/TP.270/8/1996 tentang
Bahan Agrokimia, Bogor, mulai batas maksimum residu pestisida
bulan Juni sampai November 2010. pada hasil pertanian.

78
HASIL DAN PEMBAHASAN digunakan dalam pengendalian hama
dan penyakit tanaman bawang merah
Hasil penelitian yang telah
adalah bervariasi dengan jenis dan
dilaksanakan pada tanaman bawang
merek dagang yang berbeda-beda
merah di Kecamatan Larangan,
antara petani yang satu dengan petani
Kabupaten Brebes, yang berkaitan
yang lainnya dengan dilengkapi
dengan penggunaan pestisida oleh
bahan lainnya, yaitu bahan pelekat
petani menunjukkan bahwa frekuensi
(tabel 1). Adapun hasil analisis
penyemprotan dilakukan rata-rata
residu pestisida pada tanaman
sebanyak lima belas (15) kali
bawang merah disajikan pada tabel
penyemprotan selama satu musim
2.
tanam, sedangkan pestisida yang

79
Tabel 1. Data Hasil Penelitian

Jenis Pestisida Bahan Lain Frekuensi


Insektisida Bahan Aktif Fungisida Bahan Aktif Pelekat Bahan Aktif Penyempr
No Sampel
otan
(kali)
Dursban 20 EC, Agrimec Klorfiripos 15
1. I 18 EC, Virtako 300 SC Abamectin - - - -
Klorantraniliprol
Virtako 300 SC, Agrimec Klorantraniliprol 15
18 EC, Brefaton Abamectin
2. II - - - -
Demolish 18 EC -
Abamectin
Dursban 20 EC, Virtako Klorfiripos Boller Ikilfenol etoksilat 15
3. III - -
300 SC Klorantraniliprol
Prevathon Klorantraniliprol Boller Ikilfenol etoksilat 15
4. IV Dursban 20 EC, Klorfiripos - -
Trubus -
Prevathon Klorantraniliprol Borer 15
5. V - - -
Despor -
Marshal 5 G Karbosulfan 15
Virtako 300 SC Brepaton Klorantraniliprol
6. VI - - - -
Trubus -
-
Lotsa 50 EC Dursban 20 Beta cypluthrin Amistratop 325 SC Azoksistrobin 15
7. VII - -
EC Klorfiripos Difekonazol
Virtako 300 SC Klorantraniliprol 25
Pratakon -
8. VIII - - - -
Demolish 18 EC Abamectin
Alphamax 10 EC Alphacypermethrin
Opra - 15
Prevathon Klorantraniliprol
9. IX - - - -
Wito 4 EC Abamectin
Despor -
Prevathon Klorantraniliprol Tripel Alkilaril glacial 15
10. X - - Besmor Polioksietilenalkilari
200 AS l eter
Keterangan : - = tidak diketahui

80
Tabel 2. Hasil Analisis Residu Pestisida pada Tanaman Bawang Merah
Hasil analisis residu Bahan lain hasil Konsentrasi Batas
No Sampel Jenis pestisida Bahan aktif pestisida analisis residu residu pestisida maksimum
pestisida (ppm) residu (ppm)
Dursban 20 EC Klorpiripos Klorfiripos - 0,007** 0,05
Agrimec 18 EC Abamectin - - - -
1. I
Virtako 300 SC Klorantraniliprol - - - -
Profenopos 0,041 -
Virtako 300 SC Klorantraniliprol - - - -
Agrimec 18 EC Abamectin - - - -
Brefaton - - - - -
2. II
Demolish 18 EC Abamectin - - - -
Klorfiripos 0,039** 0,05
Profenopos 0,704 -
Dursban 20 EC Klorpiripos Klorfiripos - 0,011** 0,05
Virtako 300 SC Klorantraniliprol - - - -
3. III
Boller Ikilfenol etoksilat - - - -
Profenopos 0,602 -
Prevathon Klorantraniliprol - - - -
Dursban 20 EC Klorpiripos Klorfiripos - 0,003** 0,05
4. IV Boller Ikilfenol etoksilat - - - -
Trubus - - - - -
Profenopos 0,215 -
Prevathon Klorantraniliprol - - - -
Borer - - - - -
5. V Despor - - - - -
Klorfiripos 0,001** 0,05
Profenopos 0,003 -
Marshal 5 G Karbosulfan - - - -
Virtako 300 SC Klorantraniliprol - - - -
Brepaton - - - - -
6. VI
Trubus - - - - -
Klorfiripos 0,008** 0,05
Profenopos 0,543 -
Lotsa 50 EC Beta cypluthrin - - - -
Amistartop 325SC Azoksistrobin - - - -
7. VII Difenokazol - - - -
Dursban 20 EC Klorpiripos Klorfiripos - 0,018** 0,05
Profenopos 0,766 -

81
Virtako 300 SC Klorantraniliprol - - - -
Pratakon - - - - -
Demolish 18 EC Abamectin - - - -
8. VIII
Alphamax 10 EC Alphacypermethri - - - -
n Klorfiripos 0,009** 0,05
Profenopos 0,086 -
Opra - - - - -
Prevathon Klorantraniliprol - - - -
Wito 4 EC Abamectin - - - -
9. IX
Despor - - - - -
Klorfiripos 0,027** 0,05
Profenopos 0,902 -
Prevathon Klorantraniliprol - - - -
Tripel Alkilaril glacial - - - -
10. X Besmor 200 AS Polioksietilen - - - -
alkyl eter Klorfiripos 0,006** 0,05
Profenopos 0,009 -
Keterangan : ** = di bawah batas maksimum residu
- = tidak terdeteksi

82
Berdasarkan hasil analisis daerah yang beriklim sedang.
sampel tanaman bawang merah di Kemudian praktek yang dilakukan
laboratorium, menunjukkan bahwa oleh petani dalam melakukan
tanaman bawang merah yang penyemprotan pestisida dengan
diproduksi dan dihasilkan oleh petani frekuensi yang sangat tinggi, namun
di wilayah kecamatan Larangan, dosis pestisida yang diaplikasikannya
Kabupaten Brebes masih berada sesuai dan mengikuti rekomendasi
dibawah ambang batas maksimum yang ditetapkan atau bahkan
residu (BMR) pestisida yaitu di aplikasinya di bawah dosis yang
bawah 0,05 ppm (tabel 2), sedangkan direkomendasikan. Kemudian pada
batas maksimum residu pestisida saat penanaman bawang merah
adalah 0,05 ppm (Menurut Surat masih sering terjadi hujan yang rata-
Keputusan Bersama Menteri rata sekitar 217,83 mm per bulan
Kesehatan dan Menteri Pertanian (Amir, 2010), sehingga residu
Nomor : pestisida yang menempel pada
881/MENKES/SKB/VIII/1996; bagian luar tanaman bawang merah
711/Kpts/TP.270/8/1996), sehingga tercuci dan terbawa bersama air
masih relatif aman untuk hujan dan air permukaan yang
dikonsumsi. Hal ini disebabkan mengakibatkan pestisida yang
karena pestisida yang digunakan oleh terakumulasi di dalam bawang merah
petani termasuk golongan pestisida tidak tinggi (relatife sedikit).
yang diperbolehkan untuk digunakan Menurut Djojosumarto (2008)
dalam pengendalian hama dan banyaknya curah hujan
penyakit tanaman dan bersifat mempengaruhi residu pestisida pada
kontak. tanaman. Hujan bisa mencuci
Kabupaten Brebes termasuk pestisida yang terdapat dipermukaan
kedalam daerah yang bersuhu tinggi tanaman. Selanjutnya dosis yang
dan beriklim panas. Menurut rendah juga memungkinkan makin
Djojosumarto (2008) daerah yang rendah residu pestisida yang ada
beriklim panas degradasi pestisida pada tanaman. Keadaan seperti ini
terjadi lebih cepat dibandingkan menyebabkan keberadaan residu

83
pestisida dalam bawang merah dapat KESIMPULAN
terurai dan larut dengan cepat dan
1. Jenis pestisida yang digunakan
tidak menimbulkan bahaya.
oleh petani dalam menyemprot
Pestisida golongan organoposfat
tanaman bawang merah adalah
diperbolehkan untuk digunakan di
bervariasi dan berbeda-beda
Indonesia dan dapat dinonaktifkan
antara petani satu dan petani
(deaktifasi) di lingkungan (Barchia,
lainnya
2009; Zulkarnain, 2010). Air hujan
2. Frekuensi penyemprotan pestisida
dapat melarutkan pestisida yang
pada tanaman bawang merah
tertahan dalam permukaan tajuk
yang dilakukan oleh petani di
tanaman, kemudian terbawa aliran
Kecamatan Larangan, Kabupaten
permukaan menuju badan air
Brebes sangat tinggi, yaitu rata-
penerima seperti sungai. Menurut
rata lima belas kali dalam satu
Djojosumarto (2008) pestisida yang
musim tanam.
bersifat non-sistemik atau bersifat
3. Residu pestisida yang terdapat
kontak dan tidak persisten,
dalam bawang merah masih
mengakibatkan pestisida tidak
berada di bawah ambang batas
diserap oleh jaringan tanaman,
maksimum residu (BMR)
namun hanya menempel pada bagian
pestisida, sehingga masih relatif
luar tanaman.
aman untuk dikonsumsi.
Pestisida yang tidak persisten
akan mudah didegradasi di
UCAPAN TERIMA KASIH
lingkungan, sehingga kurang
Penulis mengucapkan terima
menimbulkan residu dibandingkan
kasih kepada Dinas Pendidikan
pestisida yang lebih persisten
Nasional Jawa Tengah yang telah
(Djojosumarto, 2008). Disamping
mendanai penelitian ini dan sdr
itu pestisida jenis organoposfat
Slamet Raharjo dan Tarsono,
termasuk pestisida yang lebih mudah
mahasiswa Fakultas Pertanian
terurai, tidak bertahan lama, dan
Universitas Pekalongan yang telah
mudah hilang di alam (Handojo,
1997; Alegantina et al., 2005).

84
membantu dalam pelaksanaan Barchia, M.F. 2009. Pestisida dan
Polusi Tanah. (on-line)
penelitian ini.
Http//www.google.co.id/artik
el. Diakses 27 Oktober 2010.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian. 2000.


Teknologi Budidaya Bawang
Merah. Badan Penelitian dan
Amir. 2010. Data Curah Hujan Pengembangan Pertanian.
Tahunan. Stasiun Larangan, Hal.7-10.
Sub Dinas Pengairan Pemali
Hilir, Brebes Djojosumarto, P. 2008. Panduan
Lengkap Pestisida dan
Alegantina, S., M. Raini, P. Lestari. Aplikasinya. Agromedia
2005. Penelitian Kandungan Pustaka, Jakarta
Organoposfat dalam Tomat
dan Slada yang Beredar di Handojo, D. 1997. Sedikit Tentang
Beberapa Jenis Pasar di DKI Pestisida. Dinas Kesehatan
Jakarta. Media Penelitian Jawa Tengah.
dan Pengembangan
Kesehatan. Hidayat, A., Y. Hilman, N. Nurtika,
Suwandi. 1991. Hasil-Hasil
Ambarwati, E dan P. Yudono. 2003. Penelitian Sayuran Dataran
Keragaan Stabilitas Hasil Rendah dalam Proseding
Bawang Merah. Ilmu Lokakarya Nasional Sayuran,
Pertanian, Fakultas Pertanian, Lembang, 22-24 Nopember
UGM. Vol.10(2).p.2 1990

Ardiwinata, A.N. 2008. Teknologi Iriani, E., Yulianto, H. Anwar, S.


Arang Aktif untuk Pengendali Eman, S. Catur, B.S. dede,
Residu Pestisida di Soelarno, S. Cahyati. 2001.
Lingkungan Pertanian. Pengkajian SUT Terpadu
Http//www.Google.com Berbasis Sayuran (Penerapan
(online) diakses 15 Maret PHT Bawang Merah)
2010.
Iriani, E., H. Anwar, Widarto. 2004.
Atmawidjaja, S., D.H. Tjahjono, Uji Adaptasi Calon Varietas
Rudiyanto. 2004. Pengaruh Unggul bawang Merah di
Perlakuan terhadap Kadar Jawa Tengah. Proseding
Residu Pestisida Metidation Seminar Nasional Inovasi
pada Tomat. Acta Teknologi dan Kelembagaan
Pharmaceutica Indonesia. Agribisnis
V.29(2):1-9

85
Irawati, Z. 2004. 96,8 Persen Subhan, Y. Hilman, R. Rosliani.
“Karedok” Mengandung 2002. Pengaruh Unsur
Residu Pestisida Metasiklor. Mikro Cu, Zn, dan Cara
Media Indonesia Online. Pemberiannya terhadap
Pertumbuhan dan Hasil
Kabupaten Brebes. 2009. Brebes Bawang Merah. J.
dalam Angka. Pemerintah Hort.12(2):88-89
Kabupaten Brebes.
Surat Keputusan Bersama Menteri
Pitoyo. 2003. Penangkaran Benih Kesehatan dan Menteri
Bawang Merah. Pertanian Nomor:
Kanisius,Yogyakarta 881/MENKES/SKB/VIII/199
6; 711/Kpts/TP.270/8/1996.
Rokhminarsi, E. 1999. tentang Batas Maksimum
Pemanfaatan Mikoriza V-A Residu Pestisida pada Hasil
pada Tanaman Bawang Pertanian.
Merah dalam Upaya
Mengurangi Pupuk Fosfat Suwandi dan Y. Hilman. 1995.
Pabrik dan Cemaran Residu Budidaya Tanaman Bawang
Pestisida di Tanah Podzolik Merah dalam H. Sumarjono,
Merah Kuning. Majalah Suwandi, A.H. Permadi, F.A.
Ilmiah Unsoed, Purtwokerto Bahar, S. Susihanti, W. Broto
(Eds) Teknologi Produksi
Sastroutomo, S.S. 1992. Pestisida : bawang Merah.
Dasar-dasar dan Dampak Puslitbanghort.
Penggunaannya. PT
Gramedia Pustaka Utama, Zulkarnain, I. 2010. Aplikasi
Jakarta Pestisida dan Analisa Residu
Pestisida Golongan
Soetiarso, T.A., Purwanto, A. Organoposfat pada Beras di
Hidayat. 1999. Identifikasi Kecamatan Portibi
Usahatani Tumpanggilir Kabupaten Padang Lawas
Bawang Merah dan Cabai Utara Tahun 2009. Skripsi.
Merah Guna Menunjang Fakultas Kesehatan
Pengendalian Hama Terpadu Masyarakat, Universitas
di Brebes. J. Hortikultura. Sumatera Utara, Medan
Vol.8.(4)

86

You might also like