Professional Documents
Culture Documents
) DENGAN
PEMBERIAN PUPUK HAYATI PADA BERBAGAI MEDIA TANAM
ABSTRACT
Growth and Production of Shallot (Allium ascalonicum L.) to the Application of Biofertilizer in the
Variety of Plants Media. The objective of this research was to know growth and production of
shallot (Allium ascalonicum L.) to the application of biofertilizer in the variety of plants media, it
was conducted at Tanjung Selamat, Sunggal, Medan with altitude ± 25 meter above the surface of
sea, began January until April 2012, by using a Randomized Block Design with two factors. First
factor was plants media consist of four level : M1 (Ultisol : Sand (2:1)), M2 (Vermicompost : Sand
(2:1)), M3 (Ultisol : Vermicompost : Sand (2:1:1)), M4 (Ultisol : Vermicompost : Sand (2:2:1))
and the second factor is biofertilizer consist of three level, K1 (100 KG/HA), K2 (200 KG/ha), K3
(300 kg/ha). The parameter observed were plant height, tiller number, leaf number, fresh weight
bulb per sample, fresh weight bulb per plot, dry weight bulb per sample, dry weight bulb per
plot,and clove number per sample. The result showed that plants media treatments influential
significantly to parameters : plant height 4-7 week after plant,tiller number 6-7 week after plant,
leaf number 3-7 week after plant, fresh weight bulb per sample, fresh weight bulb per plot, and was
not significantly to parameter plant height 2-3 week after plant, tiller number 2-5 week after plant,
leaf number 2 week after plant and clove number per sample. The aplication of biofertilizer and
interaction of plant media and biofertilizer was not significantly to all parameter.
Keywords : biofertilizer, plants media, shallot
ABSTRAK
Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Pupuk
Hayati pada Berbagai Media Tanam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pertumbuhan dan
Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dengan Pemberian Pupuk Hayati pada berbagai
Media tanam, yang dilaksanakan di desa Tanjung Selamat, Kecamatan Sunggal, Medan dengan
ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut, yang dimulai pada bulan Januari sampai April 2012,
menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama
adalah media tanam dengan 4 taraf, yaitu M1 (Ultisol : Pasir (2:1)), M2 (Kascing : Pasir (2:1)), M3
(Ultisol : Kascing : Pasir (2:1:1)), M4 (Ultisol : Kascing : Pasir (2:2:1))sedangkan faktor kedua
adalah pupuk hayati dengan 3 taraf, yaitu K1 (100kg/ha) K2 (200kg/ha), K3 (300kg/ha). Parameter
yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, bobot basah umbi per sampel,
bobot kering umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per plot dan jumlah
siung per sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan media tanam berpengaruh
nyata terhadap parameter : tinggi tanaman 4–7 MST, jumlah anakan 6–7 MST, jumlah daun 3–7
MST, bobot basah umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering umbi per sampel, dan
bobot kering umbi per plot, serta berpengaruh tidak nyata pada parameter tinggi tanaman 2–3 MST,
jumlah anakan 2–5 MST, jumlah daun 2 MST dan jumlah siung per sampel. Pupuk hayati
berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter dan interaksi antara pemberian berbagai media
dan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter.
1
Kata kunci : pupuk hayati, media tanam, bawang merah
5
HASIL DAN PEMBAHASAN S, fe, Mn, Al, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo, serta
Hasil analisis data statistik pemberian kompos kascing juga dapat
menunjukkan bahwa perlakuan media tanam memperbaiki struktur tanah, menetralkan pH
berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanah, serta mampu menahan air dan dapat
tanaman 4–7 MST, jumlah anakan 6–7 MST, mendukung pertumbuhan tanaman menjadi
jumlah daun 3–7 MST, bobot basah umbi per lebih baik.
sampel, bobot basah umbi per plot, bobot Perlakuan media tanam berpengaruh
kering umbi per sampel, dan bobot kering tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman
umbi per plot. Dimana nilai tertinggi dari 2–3 MST, jumlah anakan 2–5 MST, jumlah
semua parameter terdapat pada perlakuan M2 daun 2 MST dan jumlah siung per sampel.
(kascing : pasir (2:1)) dan diikuti oleh Hal ini diduga karena unsur hara yang
perlakuan M3 (ultisol : kascing : pasir (2:1:1)) terdapat pada media tanam belum dapat
dan M4 (ultisol : kascing : pasir (2:2:1)). Hal diserap secara optimal oleh tanamanpada awal
ini diduga karena pemberian kascing pada pertumbuhan. Karena tanaman bawang merah
media dapat meningkatkan pertumbuhan dan memiliki cadangan makanan sendiri untuk
produksi bawang merah dimana pemberian membantu proses tumbuhnya pada awal masa
kascing pada tanah dapat memperbaiki sifat pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan
fisik, kimia dan biologi tanah seperti pernyataan Sutedjo (2001) yang menyatakan
menyuburkan tanah, menambah unsur hara, bahwa kemampuan tanaman menyerap unsur
menambah humus, mempengaruhi kehidupan hara selama pertumbuhan dan
jasad renik yang hidup dalam tanah, selain itu perkembangannya (terutama dalam hal
juga dapat meningkatkan kapasitas mengikat pengambilan atau penyerapan) adalah tidak
air tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan sama.
Fahrudin (2009) yang menyatakan bahwa
7
Hasil rataan sidik ragam bobot basah siung per sampel pada berbagai komposisi
umbi per sampel (g), bobot basah umbi per media tanam dan pupuk hayati dengan umur 2
plot (g), bobot kering umbi per sampel (g), – 7 MST dapat dilihat pada Tabel 2.
bobot kering umbi per plot (g), dan jumlah
Tabel 2. Rataan bobot basah per sampel (g), bobot basah per plot (g), bobot kering per sampel (g),
bobot kering per plot (g), jumlah siung per sampel.
Rataan Bobot Rataan Bobot Rataan Bobot Rataan Rataan
Media Tanam Basah Umbi Per Basah Umbi Kering Umbi Kering Umbi Jumlah Siung
Sampel Per Plot Per Sampel Per Plot Per Sampel
M1 = ultisol : 331.42a 13.72a 313.16a 5.52
pasir (2:1) 16.94a
M2 = kascing : 402.14c 18.09b 382.82c 6.36
pasir (2:1) 23.07c
M3 = ultisol :
kascing : pasir 20.28b 387.49bc 15.68a 354.53bc 6.03
(2:1:1)
M4 = ultisol :
kascing : pasir 18.39ab 363.06ab 14.26a 342.50ab 6.10
(2:2:1)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.
8
S, fe, Mn, Al, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo, serta berbagai proses pertumbuhan intensitasnya
pemberian kompos kascing juga dapat berbeda-beda.
memperbaiki struktur tanah, menetralkan pH Dari hasil analisis statistik
tanah, serta mampu menahan air dan dapat menunjukan bahwa pemberian pupuk hayati
mendukung pertumbuhan tanaman menjadi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter
lebih baik. tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah daun,
Perlakuan media tanam berpengaruh bobot basah umbi per sampel, bobot basah
tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman umbi per plot, bobot kering umbi per sampel,
2–3 MST, jumlah anakan 2–5 MST, jumlah bobot kering umbi plot, dan jumlah siung per
daun 2 MST dan jumlah siung per sampel. sampel. Hal ini terjadi karena pupuk hayati
Hal ini diduga karena unsur hara yang yang diberikan lambat tersedia bagi tanaman,
terdapat pada media tanam belum dapat oleh karena itu tanaman belum memberikan
diserap secara optimal oleh tanamanpada awal respon yang berpengaruh nyata. Serta bakteri
pertumbuhan. Karena tanaman bawang merah yang ada dalam pupuk hayati tidak dapat
memiliki cadangan makanan sendiri untuk bersimbiosis dengan baik pada media tanam
membantu proses tumbuhnya pada awal masa yang digunakan karena tanah yang digunakan
pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan bereaksi asam dan penyediaan hara yang tidak
pernyataan Sutedjo (2001) yang menyatakan langsung disediakan oleh pupuk hayati
bahwa kemampuan tanaman menyerap unsur menyebabkan kurangnya pengaruh pupuk
hara selama pertumbuhan dan hayati terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini
perkembangannya (terutama dalam hal sesuai dengan literatur Damanik et al, (2011)
pengambilan atau penyerapan) adalah tidak yang menyatakan perbedaan pupuk hayati
sama. Tanaman membutuhkan waktu dan dengan pupuk kimia adalah respon tanaman
jumlah unsur hara yang berbeda, selama lambat, penyediaan hara tidak langsung,
pertumbuhan dan perkembangannya terhadap dampak lingkungan tidak ada.
9
Aplikasi pupuk hayati memberikan dan pemberian pupuk hayati berpengaruh
respon yang tidak nyata diduga karena pupuk tidak nyata terhadap parameter tinggi
yang dibenamkan dalam tanah dapat tercuci. tanaman, jumlah anakan, jumlah daun, bobot
Hal ini dikarenakan pada saat penelitian basah umbi per sampel, bobot basah umbi per
dilakukan terjadi terjadi cuaca ekstrim, plot, bobot kering umbi per sampel, bobot
sehingga pupuk yang diaplikasikan tercuci kering umbi plot, dan jumlah siung per
dari tanah yang mengakibatkan pupuk hayati sampel. Hal ini diduga karena media yang
tersebut tidak maksimal. Sehingga tidak dapat digunakan tidak saling mendukung dengan
menghasilkan senyawa yang mampu pupuk hayati yang digunakan karena tanah
menghasilkan senyawa yang berperan dalam ultisol merupakan tanah yang masam dan
proses penyediaan unsur hara. Hal ini sesuai kejenuhan basa rendah menyebabkan bakteri
dengan pernyataan Damanik, dkk (2011) yang ada dalam pupuk hayati tidak dapat
yang menyatakan pupuk hayati adalah pupuk berkembang biak dengan baik untuk
yang mengandung bahan aktif mikroba yang menghasilkan hara tersedia bagi tanaman.
mampu menghasilkan senyawa yang berperan Sutedjo (2001) menyatakan bahwa bila salah
dalam proses penyediaan unsur hara dalam satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor
tanah, sehingga dapat diserap tanaman. Pupuk lain sehingga faktor lain tersebut tertutupi dan
hayati juga membantu usaha mengurangi masing-masing faktor mempunyai sifat yang
pencemaran lingkungan akibat penyebaran jauh berbeda pengaruh dan sifat kerjanya,
hara yang tidak diserap tanaman pada maka akan menghasilkan hubungan yang
penggunaan pupuk anorganik. Melalui berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan
aplikasi pupuk hayati, efisiensi penyediaan tanaman. Lebih lanjut Sutanto (2005) yang
hara akan meningkat sehingga penggunaan menyatakan salah satu kendala teknologi
pupuk anorganik bisa berkurang. pupuk hayati adalah kendala kimiawi yaitu
Hasil analisis data menunjukkan tanah yang asam atau tanah garaman akan
bahwa interaksi antara berbagai media tanam
10
berpengaruh negatif pada populasi mikroba Damanik, MMBD., Hasibuan, BE., Fauzi.,
Sarifuddin., dan Hamidah H. 2011.
yang ada dalam pupuk hayati. Kesuburan Tanah dan Pemupukan.
UsuPress. Medan.
bobot kering umbi per plot, kecuali pada Krishnawati, Desiree. 2001 Pengaruh
Pemberian Pupuk Kascing Terhadap
jumlah siung per sampel dengan komposisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Kentang. Jurusan F-MIPA, ITS,
terbaik untuk media adalah kascing : pasir Surabaya
(2:1). Pemberian pupuk hayati berpengaruh Mulat, T., 2003. Membuat dan Memanfaatkan
Kascing Pupuk Organik Berkualitas.
tidak nyata terhadap seluruh parameter yang Agromedia Pustaka. Jakarta.
diamati : tinggi tanaman, jumlah anakan, Musa, L., Mukhlis dan Rauf, A. 2006. Dasar
Ilmu Tanah. Departemen Ilmu Tanah
jumlah daun, bobot basah umbi per sampel, Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
bobot kering umbi per sampel, bobot basah
Sirwin, R.M, Mulyati, dan E. S. Lolita. 2007.
umbi per plot, bobot kering umbi per plot dan Peranan Kascing dan Inokulasi Jamur
Mikoriza Terhadap Serapan Hara
jumlah siung per sampel. Tidak ada interaksi Tanaman Jagung. Jurusan Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Unram.
antara berbagai komposisi media tanam
Sumarni, N, dan Hidayat, A., 2005. Panduan
Teknis Budidaya Bawang Merah.
dengan pupuk hayati dalam meningkatkan
Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Lembang.
pertumbuhan dan produksi bawang merah.
Sutanto, R. 2005. Pertanian Organik.
Kanisius. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Sutedjo, M. M., 2001. Pupuk dan Cara
Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta.
Buana, L., Siahaan, D dan Adiputra, S. 2008. Jakarta.
Budidaya Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
11
www.bps.go.id. 2010. Sumatera Utara Dalam
Angka . Badan Pusat Statistik.
Provinsi Sumatera Utara, Medan.[21
Mei 2011].
12