You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/351992305

Jurnal Penginderaan Jauh dan SIG

Preprint · May 2021


DOI: 10.13140/RG.2.2.16594.27840

CITATIONS READS

0 170

5 authors, including:

Desry Risanty
Universitas Negeri Surabaya
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Tugas Tambahan PJL View project

Tugas tambahan PJL View project

All content following this page was uploaded by Desry Risanty on 31 May 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PEMANFAATAN INFORMASI SPASIAL BERBASIS SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN LONGSOR

Desry Risanty Widyaningtias


S1 Pendidikan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya

Abstract : The purpose of this research base is for landslide disaster management
using the GIS method. The research method used is a quantitative method by
presenting scores, weights and overlapping (overlay). The research results are
described in a catastrophic disaster. From this research, it can be concluded that: 1)
the risk of landslides from threats and vulnerabilities. 2) Disaster risk can be caused
by three natural factors as well as human factors 3) There is a planned spatial
pattern for protected areas and cultivation areas that are considered high risks, such
as protected forest areas, forest areas, conservation forests, production forests,
wetlands, dry lands, plantations, and settlements. 4) The results of the analysis of
the directions for the use of space for landslide risk areas. It is hoped that the
results of this study can provide recommendations in the form of evaluation of
space utilization in the form of landslide risk management efforts.
Keywords : Disasters, landslides, GIS

Abstrak: Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk pemetaan berbagai
risiko bencana longsor dengan metode SIG. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kuantitatif dengan cara pemberian skor, bobot dan tumpang susun
(overlay). Hasil penelitian digambarkan dalam peta risiko bencana. Dari penelitian
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1) Risiko bencana longsor terdiri dari ancaman
dan kerentanan. 2) Risiko bencana dapat disebabkan oleh tiga faktor alamserta
faktor manusia 3) Terdapat rencana pola ruang kawasan lindung dan kawasan
budidaya yang masuk kedalam risiko tinggi seperti kawasan hutan lindung, enclave
kawasan hutan, hutan konservasi, hutan produksi, lahan basah, lahan kering,
perkebunan, dan permukiman. 4) Hasil analisis arahan pemanfaatan ruang
menghasilkan pemanfaatan ruang untuk kawasan risiko longsor. Diharapkan dari
hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi berupa evaluasi pemanfaatan
ruang berupa sebagai upaya meminimalisir risiko bencana longsor
Kata kunci: Bencana, Longsor, SIG

A. PENDAHULUAN
Bencana merupakan suatu peristiwa kemungkinan bencana yang dapat
yang mengancam dan mengganggu menimpanya. Masyarakat yang tinggal
kehidupan dan penghidupan masyarakat di lereng gunung curam, menghadapi
yang disebabkan, baik oleh faktor alam risiko kemungkinan terjadinya tanah
dan/atau faktor nonalam maupun faktor longsor (Soehatman, 2010:17).
manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, Bencana dalam kenyataan
kerusakan lingkungan, kerugian harta keseharian menyebabkan, 1) berubahnya
benda, dan dampak psikologis. Bencana pola-pola kehidupan dari kondisi
tidak terjadi begitu saja, namun ada normal, 2) merugikan harta benda dan
faktor kesalahan dan kelalaian manusia jiwa manusia, 3) merusak struktur sosial
dalam mengantisipasi alam dan komunitas, 4) memunculkan lonjakan

1
kebutuhan pribadi atau komunitas. Oleh longsor merupakan hal biasa ketika
karena itu bencana cenderung terjadi terjadi peralihan dari musim kemarau ke
pada komunitas yang rentan, dan akan musim hujan. Ada banyak hal yang
membuat komunitas semakin rentan. menyebabkan
(Setyowati, 2010:10). Fenomena tanah
terjadinya longsor seperti terutama untuk memasukkan data spasial serta
faktor alam yaitu air yang bbisa berasal printer dan plotter untuk penyajian data
dari air hujan ataupun air tanah yang dalam bentuk hardcopy.
jenuh, aktivitas seismik dan aktivitas 1. Perangkat Lunak SIG Perangkat lunak
gunung berapi. SIG meliputi program dan user interface
Efek dari ketiga penyebab tersebut untuk menjalankan perangkat keras.
sangatlah bermacam-macam dan Perangkat lunak yang banyak digunakan
tergantung dari faktornya, antara lain antara lain ArcView, ArcInfo, AutoCAD
kemiringan lereng, morfologi atau Map, MapInfo, IDRISI, ArcGIS,
bentuk dari sebuah medan, jenis tanah, GRASS, dan ILWIS. Perangkat lunak
dan ada atau tidaknya masyarakat tersebut digunakan sesuai dengan
disekitar area yang terkena efeknya. Ada spesifikasi dan kemampuannya dalam
dua hal penyebab tanah longsor yang menyelesaikan masalah SIG. User
berkaitan dengan hujan, yakni hujan interface pada tiap perangkat lunak SIG
berintensitas tinggi dalam waktu singkat memiliki daftar menu, graphical icons,
dan menerpa daerah yang kondisi dan perintah – perintah.
tanahnya labil. Tanah kering ini menjadi 2. Sumber Daya Pengguna Sumber daya
labil dan mudah longsor saat terjadi pengguna sama pentingnya dengan
hujan. Kondisi lain adalah akumulasi perangkat lunak dan perangkat keras.
curah hujan di musim hujan pada tebing Sumber daya pengguna penting untuk
terjal yang menyebabkannya runtuh. menentukan sasaran dan hasil
Tanah longsor ini cukup berbahaya dan pembuatan sistem dan memberikan
dapat mengakibatkan korban jiwa tidak pertimbangan serta alasan penggunaan
sedikit (Kusnoto, 2008:3). SIG.
3. Infrastruktur Infrastruktur merujuk
B. KAJIAN PUSTAKA pada organisasi, administrasi dan
lingkungan budaya yang dibutuhkan
Sistem Informasi Geografis. untuk operasi SIG. Infrastruktur
Menurut Crisman (dalam Mohammad meliputi ketrampilan, standar data,
iqbal, 2012:204) SIG merupakan suatu clearinghouses, dan pola organisasi
sistem yang terdiri dari perangkat keras, umum. Data Spasial Menurut Nugraha
Perangkat lunak, data, manusia, dan Hani’ah (2011), data geografis yang
organisasi dan lembaga yang digunakan spasial yang ciri-cirinya adalah :
untuk mengumpulkan, menyimpan, 1. Memiliki geometrik properties seperti
menganalisa dan menyebarkan koordinat dan lokasi.
informasi-informasi mengenai daerah- 2. Terkait dengan aspek ruang seperti
daerah di permukaan bumi. Komponen persil, kota, kawasan pembangunan.
Sistem Informasi Geografis Menurut 3. Berhubungan dengan semua
Asnawati dan Galih Putra Kusuma fenomena yang terdapat di bumi,
(2011) Sistem Informasi Geografi (SIG) misalnya data, kejadian, gejala atau
dapat dibagi menjadi empat komponen objek.
yaitu : Perangkat Keras Perangkat Flowchart Menurut Yakub (2012),
komputer tambahan untuk mendukung Bagan alir (program flowchart) adalah
kegiatan SIG antara lain monitor untuk bagan yang menggambarkan urutan
menyajikan hasil digitizer, dan scanner instruksi proses dan hubungan satu

2
proses dengan proses lainnya (2008) menuliskan bahwa ada 2
menggunakan simbol-simbol tertentu. penyebab primer dari tanah longsor
Bagan alir digunakan sebagai alat bantu yaitu manusia dan alam. Bahkan
komunikasi dan dokumentasi. Pada saat terkadang tanah longsor disebabkan dari
akan menggambarkan suatu bagan alir kombinasi keduanya yang membuat
analis sistem atau programmer dapat kejadian tanah longsor tersebut lebih
mengikuti pedoman-pedoman sebagai buruk. Faktor alam utama yang dapat
berikut : menyebabkan tanah longsor yaitu air,
1. Bagan alir sebaiknya digambarkan aktivitas seismik dan aktivitas gunung
dari atas ke bawah dan mulai dari bagian berapi. Efek dari ketiga penyebab
kiri dari suatu halaman. tersebut sangatlah bervariasi dan
2. Kegiatan di dalam bagan alir harus tergantung dari faktornya, antara lain
ditunjukkan dengan jelas. kemiringan lereng, morfologi atau
3. Harus ditunjukkan darimana kegiatan bentuk dari sebuah medan, jenis tanah,
akan dimulai dan di mana akan dan ada atau tidaknya masyarakat
berakhirnya. disekitar area yang terkena efeknya.
4. Masing-masing kegiatan di dalam alir
sebaiknya digunakan suatu kata yang Faktor alam yang pertama
mewakili suatu pekerjaan. adalah air. Kejenuhan air sebuah lereng
5. Masing-masing kegiatan di dalam merupakan penyebab utama terjadinya
bagan alir harus dalam urutan yang tanah longsor. Kejenuhan tersebut bisa
semestinya. muncul dalam bentuk turunnya hujan
6. Kegiatan yang terpotong dan akan lebat, perubahan tingkat dalam air tanah,
disambung di tempat lain harus kenaikan level permukaan air sepanjang
ditunjukkan dengan jelas menggunakan pantai, di danau, bendungan air, dan
simbol penghubung. sungai (Highland dan Bobrowsky,
2008). Musim kering yang panjang akan
C. METODOLOGI PENELITIAN menyebabkan terjadinya penguapan air
Jenis penelitian menggunakan di permukaan tanah dalam jumlah besar.
pendekatan geospasial. Penelitian Hal itu menyebabkan munculnya pori-
menggunakan metode kuantitatif. pori atau rongga tanah hingga terjadi
Teknik pengumpulan data berupa data retakan dan merekahnya tanah
primer dan data sekunder. Primer permukaan. Ketika hujan, air akan
dengan cara wawancara, observasi dan menyusup ke bagian yang retak
dokumentasi. Sekunder dengan cara sehingga tanah dengan cepat
mencari dan mengumpulkan data mengembang kembali.
melalui instansi-instansi pemerintah
maupun lembaga swasta yang hasil Pada awal musim hujan,
publikasinya bersifat resmi. Analisis intensitas hujan yang tinggi biasanya
yang digunakan yaitu Analisis Ancaman sering terjadi, sehingga kandungan air
Bencana Longsor, Analisis Kerentanan pada tanah menjadi jenuh dalam waktu
Bencana Longsor, Analisis Risiko singkat. Hujan lebat pada awal musim
Bencana Longsor, Analisis Kajian dapat menimbulkan longsor karena
RTRW Terhadap Kawasan Risiko melalui tanah yang merekah air akan
Bencana Longsor dan Analisis Arahan masuk dan terakumulasi dibagian dasar
Pemanfaatan Ruang lereng, sehingga menimbulkan gerakan
lateral (Nandi, 2007). Curah hujan yang
turun akan mempengaruhi kondisi air
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyebab Terjadinya Tanah tanah, tanah yang kandungan air
Longsor Highland dan Bobrowsky tanahnya meningkat maka akan
meningkat massanya dan semakin

3
rendah tingkat kepadatan dan Dan faktor terakhir ialah faktor
kekompakannya. Longsoran disebabkan aktivitas gunung berapi, tanah longsor
oleh kondisi tata air tanah dan sifat yang disebabkan aktivitas gunung berapi
fisik/mekanik tanah yang tidak baik, merupakan tipe paling mengenaskan.
sehingga pada saat musim hujan telah Lava gunung berapi dapat melelehkan
terjadi air tinggi sehingga dapat salju dengan cepat dan menyebabkan
menimbulkan peningkatan tekanan air banjir lahar dingin yang akan turun
tanah, penurunan kekuatan dan tahanan dengan cepat dan menghabcurkan segala
geser tanah akan menyebabkan benda di depannya. Bangunan-bangunan
longsoran (BBSDLP , 2009). Sebagai volkanik rata-rata masih muda, tidak
salah satu parameter untuk menentukan solid dan secara geologis memiliki
wilayah rawan longsor, faktor-faktor struktur yang lemah yang dapat runtuh
curah hujan seperti besarnya curah kapan saja dan menyebabkan runtuhnya
hujan, intensitas hujan dan distribusi bebatuan dan tanah longsor.
curah hujan akan menentukan seberapa
besar peluang terjadinya longsor dan Faktor manusia, meningkatnya
dimana longsor itu akan terjadi. populasi yang mengisi lahan baru dan
membangun sebuah desa dan kota
Faktor alam yang kedua adalah merupakan arti sebenarnya dari
aktivitas seismik Banyaknya daerah kontribusi manusia terhadap terjadinya
yang berbukit membuat daerah tersebut tanah longsor. Mengganggu atau
lebih mudah mengalami tanah longsor. mengubah bentuk drainase alami,
Dan juga daerah yang sering mengalami membuat ketidakstabilan sebuah lereng,
gempa bumi. Terjadinya gempa bumi di dan menghilangkan vegetasi alami
daerah dataran yang cukup tinggi merupakan tindakan yang umum
meningkatkan kemungkinan terjadinya dilakukan oleh manusia yang akhirnya
tanah longsor di daerah tersebut dapat menyebabkan terjadinya tanah
(Highland dan Bobrowsky, 2008). longsor. Pengalaman lapangan, proses
Getaran yang yang terjadi biasanya tanah longsor bisa dipilah dalam tiga
diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, tingkatan yakni: massa tanah sebagian
getaran mesin dan getaran lalu lintas besar telah meluncur ke bawah
kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya (longsor), massa tanah bergeser
adalah tanah, badan jalan, lantai, dan sehingga menimbulkan rekahan/retak
dinding rumah menjadi retak (Nandi, (rayapan), dan massa tanah belum
2007) Munculnya retakan di permukaan bergerak tetapi memiliki potensi longsor
bumi tersebut yang membuat infiltrasi tinggi (potensial longsor)
air lebih mudah terjadi. Wilayah dengan
lereng >45% (sangat curam) merupakan Beberapa hal yang perlu
wilayah yangsangat berpotensi untuk diperhatikan pada daerah longsor
terjadinya tanah longsor. Dalam bencana maupun rawan longsor adalah sebagai
tanah longsor, faktor kemiringan lahan berikut:
sangat berpengaruh, semakin tinggi dan
semakin tegak lereng maka 1. Slope reshaping lereng terjal
kemungkinan terjadinya longsoran (pembentukan lereng lahan menjadi
semakin tinggi. Hal tersebut berkaitan lebih landai) pada daerah yang potensial
dengan kestabilan lereng, semakin longsor.
curam lereng maka lereng 2. Penguatan lereng terjal dengan
akanmengalami tekanan beban yang bronjong kawat pada kaki lereng.
lebih besar sehingga makin tidak stabil
untukmenahan beban di atasnya dari
pengaruh gravitasi bumi.

4
3. Penutupan rekahan/retakan tanah kepada daerah dengan tingkat risiko
dengan segera karena pada musim bencana longsor sedang hingga tinggi.
penghujan rekahan bisa diisi oleh air Dimana hasil kajian RTRW terhadap
hujan yang masuk ke dalam tanah kawasan risiko bencana merupakan
sehingga menjenuhi tanah di atas lapisan upaya pengendalian pemanfaatan
kedap. Bangunan rumah dari kontruksi kawasan rawan bencana longsor.
kayu (semi permanen) lebih tahan Pengendalian pemanfaatan ruang
terhadap retakan tanah disbanding sebagai upaya untuk menekan
dengan bangunan pasangan batu/bata pemanfaatan ruang agar sejalan dengan
pada lahan yang masih akan bergerak. RTRW yang telah disusun. Untuk lebih
jelas melihat bentuk pengendalian
Geografis dan bentuk wilayah pemanfaatan ruang sebagai berikut:
mempengaruhi sistem pengelolaan dan
pertumbuhan tanaman secara tidak 1. Meningkatkan perizinan dengan
langsung. Dari fisiografi memberikan membuat alur perizinan yang mudah
informasi tentang bentuk wilayah dan agar masyarakat bersedia mengurus
batuan dominan pembentuk tanah. Misal perizinan terkait lahan dan bangunan.
perbukitan karst berarti bentuk Selain itu perlu dilakukan pemantauan
wilayahnya perbukitan dan batuannya terhadap izin-izin yang telah
karst. Bentuk wilayah dibagi menurut diberikan/dikeluarkan agar penggunaan
kecuraman lerengnya misal datar, lahan sesuai dengan peruntukannya.
berombak, bergelombang, berbukit dan
bergunung. 2. Perlu disusun Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) beserta peraturan Zonasi
Bentuk wilayah ini menentukan (PZ). Rencana detail tata ruang dapat
cara penggunaan lahan misalnya untuk dijadikan dasar dalam pemberian ijin
tanaman semusim, wanatani atau dan mengevaluasi kesesuaian
tanaman keras. Dari bentuk wilayah pemanfaatan lahan dengan rencana tata
dapat diketahui apakah suatu, lahan ruang yang telah ditetapkan
mempunyai kemungkinan untuk
mekanisasi, keadaan air tanah, 3. Pemberian insentif dan disinsentif
pengaruhi infiltrasi (peresapan) atau
keadaan tergenang air. Peranan langsung 4. Penentuan lokasi relokasi
dari bentuk wilayah pada potensi permukiman penduduk yang berada
pertanian suatu lahan adalah melalui pada jarak daerah rawan bencana
pengaruh lereng yakni terhadap longsor
kerusakan lahan karena erosi, dan biaya 5. Penggunaan lahan yang tidak sesuai
konservasi. Tidak semua lahan yang terutama di kawasan lindung perlu
berbentuk datar dapat digunakan untuk diberi peringatan maupun sanksi seperti
usaha pertanian, hal ini dikarenakan oleh sanksi administratif, denda, kenaikan
keadaan perbatuannya (lithology) dan pajak atau pembongkaran bangunan
tanahnya sering tidak mendukung serta diarahkan untuk merubah
contoh dataran pasir kwarsa. Sebaliknya penggunaan lahan sesuai dengan
tanah yang subur diperbukitan yang rencana pola ruang.
kaya abu vulkan dan mineral, masih
banyak diusahakan untuk pertanian yang 6. Perlu sosialisasi kepada masyarakat
intensif. terkait peraturan yang telah ditetapkan
pemerintah. Selain itu perlunya
Hasil kajian RTRW terhadap pengawasan, monitoring, dan evaluasi
kawasan risiko bencana menunjukan secara berjenjang dan berkala yang
rencana pola ruang apa saja yang masuk didukung kerjasama yang baik dari

5
seluruh pihak baik dari pemerintah, masyarakat tentang tata cara
masyarakat maupun stakeholder lainnya. menyelamatkan diri jika terjadi bencana
longsor
Selain bentuk pengendalian
pemanfaatan ruang di kawasan risiko 4. Pemasangan Early Warning System
bencana longsor, diperlukan juga bentuk (EWS) mengingat luasnya wilayah yang
mitigasi yang sesuai pada daerah risiko berisiko terhadap bencana longsor.
bencana longsor di Kabupaten Bogor Pemasangan EWS ini harus diikuti
bagian Barat. Untuk lebih jelas melihat dengan pelatihan dan pemeliharaan
bentuk mitigasi sebagai berikut: kepada masyarakat agar alat ini dapat
berfungsi dan bertahan lama
1. Perlunya adanya edukasi kepada
masyarakat terkait daerah risiko bencana 5. Memasang papan peringatan longsor
longsor, serta tata cara evakuasi diri ke dijalan dan di daerah yang rawan
tempat yang aman. Edukasi dapat terhadap bencana longsor
diberikan melalui pendidikan pada
sekolah-sekolah maupun masyarakat 6. Membangun tanggul penahan untuk
sekitar runtuhan batuan (rock fall)

2. Sosialisasi atau penyuluhan terkait 7. Membangun jalan dengan konstruksi


bencana longsor seperti cara beton dan memasang saluran pada air
pencegahan, penanganan bencana dan
cara menyelamatkan diri. Sosialisasi 8. Pemantauan pada daerah risiko
dilakukan untuk meningkatkan longsor di Kabupaten Bogor bagian
kewaspadaan dan kesiapan masyarakat Barat. Pemantauan dilakukan untuk
jika terjadi bencana mengetahui tingkat kerawanan longsor
dan mengantisipasi terjadinya bencana
3. Melakukan pelatihan atau longsor.
memberikan pendidikan kepada

6
Gambar 1. Peta Risiko Bencana Tanah Longsor

E. KESIMPULAN

Penelitian menggunakan dua kawasan lindung. Berdasarkan analisis


variabel penting terkait bencana tanah arahan pemanfaatan ruang dapat dilihat
longsor yaitu variabel ancaman terdiri bahwa kawasan yang mutlak dilindungi
dari 5 faktor yaitu kemiringan lereng, diperuntukkan sebagai hutan lindung.
jenis batuan, curah hujan, jenis tanah Sedangkan kawasan yang dapat
dan penggunaan lahan dan variabel dikembangkan/dikembangkan bersyarat
kerentanan. Kemudian Variabel variabel berupa kawasan hutan produksi,
kerentanan terdiri dari 4 faktor yaitu kawasan peruntukan lahan basah,
kerentanan fisik, sosial, ekonomi dan kawasan peruntukan lahan kering,
lingkungan. perkebunan dan permukiman

Bentuk pengendalian Penggunaan variabel yang


pemanfaatan ruang berupa mengacu ke Peraturan Kepala Badan
meningkatkan perizinan, pemberian Nasional Penanggulangan Bencana No
insentif dan disinsentif, penentuan lokasi 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman
relokasi permukiman penduduk yang Umum Pengkajian Risiko Bencana tidak
berada pada jarak daerah rawan bencana dapat diaplikasikan di semua daerah
longsor dan perlu diberi peringatan karena kondisi setiap daerah berbeda.
maupun sanksi terhadap penggunaan Keterbatasan hasil studi pengkajian
lahan yang tidak sesuai terutama di risiko bencana ini yaitu peneliti tidak

7
membahas sampai indeks kapasitas,
karena pengamatan kapasitas pada setiap
daerah berbeda–beda.

F. DAFTAR PUSTAKA Raharjo P.D. Hidayat E. Winduhutomo


S. Widiyanto K. dan Puswanto
E. 2014. Penggunaan Model
Barus B. 1999. Pemetaan Bahaya Analytic Hierarchy Process
Longsoran Berdasarkan Untuk Penentuan Potensi
Klasifikasi Statistik Peubah Ancaman Longsor Secara
Tunggal Menggunakan Sig: Spasial. Prosiding Geoteknologi
Studi Kasus Daerah Ciawi- Lipi.
Puncak-Pacet, Jawa-Barat.
Jurnal Ilmu Tanah Dan Rahmad R. Suib S. dan Nurman A.
Lingkungan. 2018. Aplikasi SIG Untuk
Pemetaan Tingkat Ancaman
Bayuaji D.G. Nugraha A.L dan Longsor Di Kecamatan
Sukmono A. 2016. Analisis Sibolangit, Kabupaten Deli
Penentuan Zonasi Risiko Serdang, Sumatera Utara.
Bencana Tanah Longsor Majalah Geografi Indonesia.
Berbasis Sistem Informasi
Geografis (Studi Kasus: Saputra I.W.G.E. dan Eka W.G. 2015.
Kabupaten Banjarnegara). Analisis Risiko Bencana Tanah
Jurnal Geodesi Undip. Longsor Di Kecamatan
Sukasada, Kabupaten Buleleng.
Faizana F. Nugraha A.L. dan Yuwono Denpasar: Program Pasca
B.D. 2015. Pemetaan Risiko Sarjana Universitas Udayana
Bencana Tanah Longsor Kota Denpasar.
Semarang. Jurnal Geodesi
Undip. Setiawan, R., Kurniadi, D., &
Bunyamin, H. (2017).
Perancangan Sistem
Hamida, F. N., & Widyasamratri, H. Pengelolaan Penanggulangan
(2019). Risiko Kawasan Bencana Alam Garut Berbasis
Longsor Dalam Upaya Mitigasi Sistem Informasi Geografis.
Bencana Menggunakan Sistem Jurnal Algoritma, 14(2), 343-
Informasi Geografis. Pondasi, 349.
24(1), 67-89.
Sitorus S.R. 2006. Pengembangan
Lahan Berpenutupan Tetap
Nurjanah D. Kuswanda D. dan Siswanto Sebagai Kontrol Terhadap
A. 2012. Manajemen Bencana. Faktor Resiko Erosi dan
Bandung: Alfabeta Bencana Longsor. Direktorat

8
Jenderal Penataan Ruang
Departemen Pekerjaan Umum.
Jakarta.

Surono. 2003. Potensi Bencana Geologi


Di Kabupaten Garut. Prosiding
Semiloka Mitigasi Bencana
Longsor Di Kabupaten Garut.
Pemerintah Kabupaten Garut.

Usup F.M.H. Franklin P.J. dan


Karongkong H.H. 2019.
Analisis Aspek Kebencanaan Di
Kecamatan Bolangitang Barat
Kabupaten Bolang Mongondow
Utara.

https://journal.unesa.ac.id/index.php/jg/i
ssue/view/776

https://journal.unesa.ac.id/index.php/jg/i
ssue/view/JGGP18-1
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jg/i
ssue/view/522
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jg/i
ssue/view/V17.1
http://geo.fish.unesa.ac.id/web/index.ph
p/en/publikasi/jurnal

View publication stats

You might also like