You are on page 1of 59

2nd HELP Bioethics Course: 3 Januari 2016

Tindakan manusia
Dan

Tindakan manusiawi

DR. CB. Kusmaryanto, SCJ


Actus hominis vs Actus humanus

In Ethical point of view, we have to distinguish


between
 Actus hominis (act of human/tindakan -
perbuatan manusia)
 Actus humanus (human act/tindakan -
perbuatan manusiawi).
Freedom
We can distinguish between actus humanus and actus hominis:
Actus hominis (act of man = undeliberate actions): act
performed by human person but which may in itself have
no moral significance because it does not involve of moral
reason, intention and the will. Example: digesting food
 Actus hominis refers to human being as a biological subject
(act of man)  Refers to an action performed by a human
person, but may in itself have no moral significance
because of lack of reason, intention and or freedom.
 Actus hominis doesn’t have moral meaning.
 Example: digestion, growing finger nails, sneezing,
Freedom

Based on the freedom, we can distinguish between actus


humanus and actus hominis:
Actus humanus (human act = deliberate actions): the
act of human person; the acts which engages intelligent
and the freedom of the person. In order to become
actus humanus it include: Involvement of knowledge;
Presence of voluntariness; and freely done. It is the
question of the person  It has moral dimension,
responsibility
Actus hominis vs Actus humanus
Actus humanus (human action) refers to human
being as a moral subject  Refers to an action performed by a
human person with deliberative reason that aims at a moral
purpose proper to human person. It is an action with free will
with a knowledge of the end of the act itself.
The distinction between actus hominis and actus humanus is in
the ethical dimension of action  Actus humanus is a moral
act.
Examples: Choosing which shirt to put on (although involving
lower level of freedom and intention) but it is actus hominis;
choosing deliberately red shirt to put on as a symbol of
rebellion is actus humanus.
Freedom

 Actus humanus†a human action, an act of decision, whose


source is in rational knowledge and free will. The human
act is not limited to the cognitive action of the intellect,
nor is it manifested chiefly in theoretical knowledge, but it
takes in practical cognition (acts of decision) and “poetic”
cognition, namely creative and artistic cognition.
 There are 2 aspects tobe underlined:
Freedom
practical cognition (acts of decision)
creative and artistic cognition
Actus hominis vs Actus humanus
 It is actus humanus that is considered as exclusive human
act. In other words: animal does not capacity to do actus
humanus
 Actus humanus involves higher level of human nature and it
becomes the sources of civilized society.
 It need education and long process in order to have good
actus humanus.
 The object of ethics is only actus humanus.
 Inorder to be actus humanus, it has to be 3 dimentions:
1. Intellect/knowledge/tahu
2. Freedom/choice/will/Mau
3. Voluntary/awareness/Sadar
Actus Humanus

Tidak semua tindakan adalah tindakan moral. Suatu


tindakan baru akan menja-di suatu tindakan moral kalau:
1. Tahu yang biasanya diungkapkan dengan maksud
dan tujuan tertentu dari perbuatan itu dan juga
pengetahuan akan apa yang dibuatnya - Intensi.
2. Mau - Kebebasan bahwa orang mempunyai
kemungkinan untuk berbuat sesuatu yang lain.
3. Kesadaran: ini menyangkut faktor internal manusia
dimana orang memang meghendaki adanya tindakan
itu.
Ringkasan

Supaya sebuah tindakan menjadi actus


humanus ‟ Tindakan yang mengandung
nilai moral maka:
1. Tahu
2. Mau (bebas tidak ada
paksaan)
3. Sadar

29-Jun-18
Case Study

Ada seorang kasir toko swalayan yang dirampok


ketika dia sedang menjaga tokonya di malam hari.
Si Perampok menodongkan senjata otomatisnya
kepada si kasir, oleh karena sangat ketakutan maka
si kasir memberikan semua uang yang ada dalam
lacinya sejumlah 500 juta. Keesokan harinya ada
headline koran lokal dengan judul, “Seorang kasir
yang murah hati, memberikan uang 500 juta
kepada seseorang yang bahkan tidak dia kenal”.
Case Study

Ada seorang yang kecelakaan di jalan, kemudian ditolong


oleh seorang petani yang kebetulan lewat di jalan itu.
Sang petani membawanya ke rumah sakit. Sampai di
rumah sakit, dokter jaga di rumah skait itu marah-marah
kepada petani, “Mengapa kamu tidak menolong
menghentikan pendarahannya?” Sang petani menjawab,
“Saya tidak tahu caranya pak Dokter.” Dokter itu terus
marah sambil mengatakan, “Dasar petani bodoh, masak
menolong menghentikan pedarahan dan pasang infus saja
tidak bisa.”
Tindakan manusia dan manusiawi

„ Permenkes no. 290 tahun 2008 tentang


Persetujuan tindakan kedokteran pasal 2:
”Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadap pasien harus mendapat persetujuan.”
„ UU no 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran
Pasal 45 (1) “Setiap tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.”
„ Dan lain-lain
Tindakan manusia dan manusiawi

Hanya pasien yang kompeten yang bisa memberikan


consent:
„ Seorang pasien hanya bisa memberikan informed
consent kalau dia sadar. Kalau tidak sadar maka
yang tanda tangan walinya.
„ Konsent (persetujuan) itu hanya bisa diberikan
setelah diberi informasi (informed) sehingga tahu.
„ Pasien tidak boleh dipaksa untuk menyetujui
(consent). Kalau ada pemaksaan, maka persetujuan
itu tidak syah. Oleh karena itu harus ada
kebebasan.
KEWAJIBAN & KEBEBASAN

„ Untuk apa bicara kebebasan?


„ Bukankah etika dan moral berhubungan dengan peraturan,
mengapa bicara soal kebebasan? Karena adanya aturan itu
hanya masuk akal bila ada kebebasan. Kalau tidak ada
kebebasan maka tidak perlu aturan/perintah.
„ Kewajiban mengandaikan kebebasan. Hanya orang yang bebas
yang bisa dituntut kewajiban dan tanggung jawab.
„ Binatang tidak mempunyai kewajiban dan tanggung jawab
sebab dia tidak punya kebebasan. Apa yang dia buat hanyalah
insting yang bisa diramalkan sebelumnya.
„ Manusia tidak demikian, sebab dengan kebebasannya dia bisa
berkata “ya” atau “tidak” atas rangsangan dari luar.
KEWAJIBAN & KEBEBASAN
„ Insting manusia lemah dan terbuka dan dalam banyak situasi
tidak bisa membimbing manusia secara benar. Maka akal budi
manusia yang punya pengertian yang akan memberikan
pengertian dan memahami adanya alternatif-alternatif lainnya.
„ Kalau tidak ada alternatif, maka tidak ada gunanya ada
larangan: Kalau memang tidak ada jalan belok ke kanan, maka
tidak ada gunanya tanda “dilarang belok ke kanan!”
„ Kebebasan berarti kita sendiri bisa menentukan apa yang harus
saya buat. Jadi kebebasan bukanlah masalah bebas dari segala
macam ikatan dan peraturan tetapi bagaimana aku bisa
menentukan sendiri apa yang akan aku buat.
KEWAJIBAN & KEBEBASAN

„ Hanya karena kita mempunyai kemampuan untuk


menentukan sendiri itulah maka kebebasan itu kita hargai
„ Di sini, aku sendirilah yang menentukan apa yang mau
saya buat dan yang tidak saya buat.
„ Yang menjadi masalah ialah, “Apa dasar dari perbuatan
kita itu?” Bisa terjadi pertimbangan yang rasional atau
yang tidak rasional atau bahkan yang sama sekali
melawan kemanusiaan.
„ Ada dua macam kebebasan:
‟ Kebebasan Eksistensial
‟ Kebebasan Sosial
Kebebasan eksistensial
 Kebebasan eksistensial: kemampuan manusia
untuk menentukan dirinya sendiri. Di sebut kebasan
positif sebab kebebasan ini adalah kebebasan untuk apa
dan bukan kebebasan dari apa.
 Tidak semua kegiatan manusia adalah tindakan moral.
Detak jantung dan nafas bukanlah tindakan moral sebab
berjalan tanpa diketaui, dimaui (bebas) dan sadar.
 Binatang tidak dapat bertindak secara moral sebab dia
berbuat hanya sebatas naluri saja, sedangkan manusia
bisa mengatakan yes atau no terhadap naluri itu.
Kebebasan eksistensial
 Manusia bisa berkata “no” atau “yes” terhadap nalurinya.
Manusia tidak akan makan begitu melihat makanan walau
lapar.
 Kebebasan eksistensial terbagi dalam:
 Kebebasan fisik
 Kebebasan rohani.
 Kebebasan fisik berarti orang bisa menggerakkan sendiri
tubuhnya sesuai dengan kehendaknya atau menentukan
sendiri secara fisik apa yang akan dikerjakannya secara
fisik, sebab kebebasan itu sendiri bukanlah sesuatu yang
abstrak tetapi berarti dalam kehidupan nyata.
Kebebasan fisik
Hanya saya keterbatasan natural dari fisik manusia tidak
boleh dipandang sebagai pembatasan dari kebebasan
fisik, misalnya fakta bahwa gerakaan tubuh manusia itu
terbatas (tidak bisa terbang) tetapi itu bukanlah bentuk
dari pembatasan kebebasan tetapi merupakan wujud
khas dari kebebasan sebagai manusia.
Dengan kata lain: Keterbatasan yang terjadi oleh karena
alam, tidak boleh dipandang sebagai pembatas dari
kebebasan fisik kita. Kalau ada orang yang di atas atap
dan dikelilingi oleh banjir, dia tetap bebas tetapi mungkin
dia tidak bisa.
Kebebasan fisik
Tapi bisa terjadi kebebasan jasmani kita dikekang oleh
paksaan, yakni kekuatan fisik yang lebih besar untuk
menaklukkan kita. Maka kejasmanian kita bisa dipakai
untuk memaksa kita untuk berbuat yang melawan
kehendak diri.
Kita dicegah untuk berbuat yang dikehendaki oleh diri
sendiri dengan sebuah kekuatan fisik lainnya sehingga
kita berbuat apa yang tidak dikehendakinya sendiri.
Ternyata pembatasan fisik kita ini berpengaruh besar
terhadap rohani kita.
Kebebasan eksistensial
„ Adanya paksaan juga menunjukkan bahwa kebebasan
fisik kita bukan hanya sekedar kemampuan jasmani
saja melainkan berakar pada kehendak kita. Maka
kebebasan jasmani bersumber pada kebebasan rohani
„ Antara kebebasan fisik dan kebebasan rohani terdapat
hubungan yang sangat erat. Bisa dikatakan bahwa
“tindakan” adalah suatu kehendak yang menjilma
menjadi nyata dan “kehendak” adalah permulaan dari
tindakan itu.
„ Jadi: kita harus membedakan antara
kehendak/kemauan dengan keinginan.
Kebebasan eksistensial
„ Keinginan sejajar dengan lamunan atau khayalan yang tidak
terlalu berbobot. Menginginkan itu mudah untuk dibuat.
„ Kemauan ada dorongan dari dalam diri untuk mewujud
nyatakannya karena itu tindakan menjadi perwujudan dari
kehendak.
„ Orang bisa menginginkan apa yang tidak mungkin secara fisik
(ingin terbang) tetapi dia tidak bisa berkehendak apa yang tidak
mungkin secara fisik.
„ Kebebasan rohani = kemampuan untuk menentukan sendiri apa
yang dipikirkan, dikehendaki, dan bertindak secara terencana.
„ Kebebasan rohani bersumber pada akal budi yang melampaui
keterbatasan fisik, kebebasan rohani ini tak terbatas lagi.
„ Kebebasan rohani pada dasarnya tidak bisa dipasung secara
lang-sung. Orang tidak bisa memaksa kita untuk memikirkan
sesuatu
LOGO
KEBEBASAN ROHANI

Kebebasan rohani adalah kemampuan kita sendiri


untuk berfikir dan menghendaki sesuai sesuai dengan
rencana kita sendiri.
Kebebasan rohani bersumber pada akal budi manusia.
Oleh karena akal budi manusia itu melampaui segala
macam halangan fisik, dalam roh kita bebas
mengembara, maka kebebasan rohani ini tidak terbatas.
Kebebasan rohani manusia ini seluas jangkauan fikiran
dan bayangan manusia.
LOGO
KEBEBASAN ROHANI
Kebebasan rohani adalah sanggar manusia yang
paling dalam dimana aku berhadapan dengan aku, sebab
orang tidak mungkin bisa dipaksa untuk memikirkan
sesuatu.
Hanya saja kebebasan rohani bisa dipengaruhi secara
tidak langsung, dikacau dan ditiadakan dengan mis-
information atau informasi disaring secara sistematis.
Kita bisa dimanipulasi dengan berbagai cara: tekanan
fisik dan psikis, lama diisolasi, dsb. Dengan demikian
orang bisa kehilangan orientasi.
Tekanan fisik dan psikis lama kelamaan bisa membuat
manusia tak berdaya sehingga kebebasan rohaninya pun
bisa hilang.
Makna Kebebasan Eksistensial
Sekali lagi: Kebebasan eksistensial adalah kemampuan
manusia untuk menentukan sendiri tindakannya sendiri.
Kemampuan itu bersumber kepada kemampuan manusia
untuk berfikir dan berkehendak dan akhirnya terwujud
dalam tindakan.
Maka: Dalam tindakan itu diri saya sendirilah yang
bertindak dan diri saya sendirilah yang terlibat. Oleh
karena itu, saya menjadi diri saya sendiri melalui tindakan
itu. Bahkan bisa dikatakan bahwa saya berada dalam
tindakan saya itu.
Makna Kebebasan Eksistensial
Oleh karena itu melalui kebebasan eksistensial itulah maka
saya menentukan diri sendiri, menjadi diri sendiri dan
mengaktualkan diri sendiri.
Manusia tidak dicetak begitu saja oleh dunia luar
(rangsangan dari luar) tetapi manusia bisa memilah-milah
untuk berbuat atau tidak berbuat seturut pertimbangan diri
sendiri.
Ia membangun dirinya sendiri melalui dan di dalam
kebebasan eksistensialnya itu.
Makna Kebebasan Eksistensial
Karena itu, kebebasan manusia itu adalah martabat
manusia dan oleh karenanya, kebebasan itu sangat
bermakna bagi manusia
Dengan kata lain: menegasikan kebebasan manusia
berarti menegasikan manusia itu sendiri.
Memaksakan sesuatu kepada orang lain merupakan
pengingkaran martabat manusia dan meminta orang
lain untuk berbuat sesuatu itu berarti menghargai
martabat manusia.
Kebebasan sosial
„ Kebebebasan eksistensial itu termasuk kemanusiaan
sehingga kita hanya dapat menghayatinya dalam
hubungan dengan orang lain. Bahkan kadang-kadang
kita tidak sadar bahwa kita mempunyainya.
„ Kita yang biasa bernafas baru sadar kalau kita memang
sangat membutuhkan nafas itu kalau kita terendam di
dalam air.
„ Demikianlah juga kebebasan eksistensial kita baru
disadari kalau ada orang/institusi lain yang membatasi
kebebasan itu karena pada dasarnya manusia itu bebas.
We are born to be free.
Kebebasan sosial
„ Oleh karena itu biasanya yang menjadi pembicaraan
bukanlah kebebasan itu sendiri tetapi pembatasan-
pembatasan yang dibuat oleh orang lain.
„ Kebebasan sosial ialah kebebasan yang diberikan oleh
orang/institusi lain. Ini bisa berwujud “pembolehan”
atau “pelarangan”.
Pembatasan kebebasan
Setiap pemaksaan bukan hanya menyakitkan tetapi
menghina martabat manusia. Kebebasan adalah
mahkota martabat manusia
Memaksakan sesuatu kepada orang lain berarti
mengabaikan martabatnya sebagai manusia yang
sanggup untuk mengambil sikab bagi dirinya sendiri.
Kebebasan eksistensial ini bisanya baru disadari
kepemilikannya ketika ada sesuatu yang
membatasinya.
Pembatasan kebebasan
Oleh karena itu, kebebasan eksistensial ini kita hayati
dalam hubungan dengan orang lain sejauh orang lain tidak
membatasi kita.
Akan tetapi tidak semua pembatasan untuk bertindak
boleh dirasakan sebagai pembatasan kebebasan. Manusia
sendiri pada hakekatnya sudah terbatas. Fakta bahwa
manusia tidak bisa terbang, merupakan bentuk jelas dari
keterbatsan manusia, tetapi fakta tidak bisa terbang itu
tidak dirasakan sebagai pembatasan kebebasan manusia.
Pembatasan kebebasan
Demikian juga pembatasan yang dilakukan oleh
kekuatan alam tidak dipandang sebagai
pembatasan kebebasan, misalnya orang yang
terkepung banjir dan terpaksa berada di atas
pohon, dia tetap bebas mau kemana saja, tetapi
“kalau dapat”. Ini tentu berbeda dengan kalau
disengaja ditaruh dalam situasi demikian oleh
orang lain, maka ini dirasa sebagai pembatasan
kebebasan itu.
Pembatasan Kebebasan Sosial
„ Kebebasan sosial itu itu terbatas karena kita tidak
mungkin akan bisa berbuat sekehendak hati kita. Orang
lain akan menjadi batasnya. Walaupun kita selalu
membutuhkan orang lain, namun kebutuhan hidup orang
lain perlu kita berhitungkan. Maka, pertanyaannya bukan
“apakah kebebasan sosial bisa dibatasi? Karena
memang sudah terbatas” tetapi sejauh mana
pembatasan itu legitimate
Pembatasan Kebebasan Sosial
Ada beberapa hal dimana pembatasan kebebasan sosial itu syah:
„ Hak setiap manusia atas kebebasan yang sama. Kebebasan
saya tidak boleh mengganggu kebebasan orang lain. Makanya:
Kebebasan kita tidak boleh sampai mengurangi kebebasan
orang lain. Saya bersama orang lain menjadi anggota
masyarakat. Saya menjadi demikian oleh karena bantuan dan
dukungan masyarakat. Maka masyarakat berhak untuk
membatasi kebebasan saya demi kepentingan umum (bonum
Comune). The golden rule: Buatlah apa yang kamu inginkan
orang lain perbuat bagimu dan jangan berbuat apa yang tidak
kamu ingini orang lain berbuat bagimu.
Pembatasan Kebebasan Sosial

„ Masyarakat berhak untuk membatasi kebebasan kita


sejauh itu perlu untuk menjamin hak-hak semua
anggota masyarakat dan demi kepentingan dan
kemajuan masyarakat sebagai keseluruhan, menurut
batas wewenang masing-masing. Pembatasan itu tidak
boleh melebihi apa yang perlu untuk mencapai tujuan
itu. Oleh karena itu, pembatasan itu harus
dipertanggungjawabkan sedemikian rupa sehingga
orang melihat keperluannya dan bukan sewenang-
wenang
KEBEBASAN & PAKSAAN

„ Kebebasan sosial ini bisa dibatasi dengan:


- Paksaan jasmani
- Paksaan psikis
- Paksaan dengan larangan/undang-undang.
„ Memang tidak semua pembatasan dalam arti kewajiban
itu negatif, tetapi bisa berarti positif, misalnya
kewajiban membayar pajak, tidak membunyikan radio
waktu kerja dsb.
KEBEBASAN & PAKSAAN
„ Cara pertama: (Paksaan jasmani) Paksaan jasmani.
Memang tidak semua pembatasan dalam arti kewajiban
itu negatif, tetapi bisa berarti positif, misalnya
kewajiban membayar pajak, tidak membunyikan radio
waktu kerja dsb. Pembatasan kebebasan sosial ialah
pembatasan kebebasan jasmani yang bisa dibatasi
dengan paksaan, yakni orang lain memakai kekuatan
fisik yang membat kita takberdaya. Kebebasan rohani
kita memang tidak bisa dibatasi, tetapi karena
kebebasan rohani itu diungkapkan dalam tindakan fisik,
maka pembatasan kebebasan fisik ini bisa bermakya
yang sangat mendalam.
KEBEBASAN & PAKSAAN
„ Cara yang ke dua ialah pembatasan secara psikis, yakni
kemampuan kita untuk menentukan dibatasi atau
dikurangi secara psikis. Paksaan itu membuat saya tidak
bisa melakukan apa yang saya kehendaki. Saya dibuat
kurang bisa berfikir dan tidak bebas mengarahkan
kehendak saya. Pembatasan ini bisa berupa distorsi
informasi atau bahkan ketidaklengkapan informasi.
Berbeda dengan paksaan fisik yang masih menyisakan
kebebasan psikis saya untuk berkehendak, tetapi
paksaan psikis ini lebih buruk, sebab ini mencampuri
urusan kepribadian saya yang menjadi tempat duduk
kedirian saya. Tekanan prikis ini dapat membongkar
kepribadian saya dan membuat saya tidak menjadi
pribadi saya lagi.
KEBEBASAN & PAKSAAN
„ Pembatasan ke tiga ialah melalui larangan dan perintah.
Perintah dan larangan ini bisa berakibat positif maupun
negatif. Akan tetapi larangan dan perintah ini masih
tetap membuat fisik dan psikis saya bebas dan
bukannya tidak berdaya seperti no 1 dan 2 di atas.
Dalam hal ini yang hilang adalah hak saya untuk berbuat
yang ada dalam larangan itu. Oleh karena itu larangan
ini tidak menghapus kebebasan saya tetapi justru
menantang saya kebebasan eksistensial saya. Misalnya
dilarang untuk membaca buku porno: saya akan
membaca atau tidak, tergantung diri saya
KEBEBASAN & PAKSAAN

„ Contoh lain ialah pembatasan supaya orang tidak masuk


ke kamar. Ada 3 kemungkinan untuk melaksanakan
pembatasan itu: Fisik (mengunci kamar sehingga orang
lain tidak akan bisa masuk kamar), manipulasi psikis
(mengkondisikan sedemikian rupa hingga orang takut
untuk masuk, misalnya ditakuttakuti ada hantu) dan
larangan normatif (ditulis “Dilarang Masuk”).
KEBEBASAN & PAKSAAN

„ Cara yang pertama effektif baik bagi manusia maupuh


bagi binatang sedangkan cara ke tiga hanya effektif bagi
manusia. Dengan cara pertama berarti menyamakan
manusia dengan binatang, karena orang tidak
menghargai kebebasan manusia.
KEBEBASAN & PAKSAAN
„ Cara ke tiga dengan larangan normatif sangat menghormati
kebebasan dan martabat manusia sebab diri sendiri yang harus
memutuskan apakah akan ikut atau tidak sebab hanya makluk
yang punya pengertian yang dapat paham. Akan tetapi kalau
pembatasan normatif tidak mempan membuat orang
bertanggung jawab, maka di sinilah sistem hukum berjalan.
Maka sejauh larangan normatif sudah bisa berjalan, tidak
perlulah membuat larangan hukum. Maka cara yang paling
terhormat untuk membatasi kebebasan sosial manusia adalah
pembatasan normatif melalui pemberitahuan dan bukan
paksaan fisik atau manipulasi psikis
KEBEBASAN & PAKSAAN

„ Cara ke dua ialah manipulasi psikis. Cara ini tidak


pernah bisa dibenarkan dalam menuntut ketaatan
adalah manipulasi psikis sebab manipulasi ini merusak
kepribadian orang dari dalam. Misalnya: tekanan psikis,
menakut-nakuti, penyiksaan, tekanan batin, sensor
informasi dsb. Paksaan fisik hanya terbatas pada fisik
saja tetapi dia tidak dipaksa untuk tidak berfikir begini
atau begitu, sedangkan manipulasi psikis terkena pada
keduanya.
Kebebasan Eksistensial & Tanggung jawab

„ Kebebasan yang sudah diberikan oleh masyarakat itu


baru bernilai apabila kita sendiri menentukan diri
(mengambil sikab) di dalamnya sebab yang bertanggung
jawab adalah masing-masing individu dan bukan
masyarakat. Pertanggungjawaban keputusan pribadi itu
di dasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan yang
sebenarnya dalam perspektif tugas pribadi dan orang
lain.
Kebebasan Eksistensial & Tanggung jawab

„ Akan tetapi harus diingat bahwa kebebasan itu harus


dipertanggung jawabkan secara obyektif. Maka
kebebasan bukanlah sewenang-wenang karena dia
harus mempertanggung jawabkannya.
„ Bertanggung jawab berarti tahu dan sadar tentang apa
yang seharusnya dilakukan dan melakukannya juga.
„ Semain orang tidak bertanggung jawab maka semakin
tidak bebaslah dia sebab dia hanya akan dikendalikan
oleh kekuatan dari luar dirinya.
Kebebasan Eksistensial & Tanggung jawab

„ Kalau dia sadar harus berbuat ini dan itu dan dia
melaksanakannya maka semakin dia bisa menentukan
sendiri apa yang dibuatnya dan semakin bebas.
„ Kalau orang tahu dan sadar bahwa dia harus berbuat ini
dan itu, tetapi dia memilih untuk tidak melakukannya,
maka dia sendirilah menjadi penjara bagi dirinya.
„ Orang yang tidak bertanggung jawab berarti bahwa dia
tahu apa yang baik, apa yang pantas dan wajar tetapi
memilih untuk tidak melakukan entah karena malas, tak
suka dsb
Penolakan tanggung jawab
Penolakan bertanggung jawab akan
berakibat:
„ Wawasan semakin menyempit karena segala sesuatu
hanya dilihat dalam perspektif diri (kepentingan dan
perasaan diri). Orang menjadi semakin lemah, semakin
tidak bebas untuk menentukan diri. Misalnya: para
morfinis dan penjudi acute: semakin tidak bisa
menentukan diri karena dikuasai oleh dorongan
irasional, kemalasan, emosi dan sentimen belaka.
Penolakan tanggung jawab
„ Dengan kata lain: Semakin orang bertanggung jawab,
maka semakin bebaslah dia dan semakin tidak
bertanggung jawab maka semakin tidak bebaslah dia.
Otonomi Moral
„ Orang yang semakin bebas, semakin otonom sebab dia
semakin bisa menentukan sendiri apa yang akan
dibuatnya. Dalam hal ini tokoh yang berperan penting di
sini ialah Immanuel Kant (1724 ‟ 1804).
Otonomi Moral
Kant membedakan dua tindakan moral:
1. Sikab moral heteronom (heteros = lain +
nomos = hukum) ialah sikab dimana orang memenuhi
kewajibannya bukan karena insyaf bahwa kewajiban
itu pantas dilakukan tetapi karena takut dosa,
hukuman, dikutuk Tuhan dsb. Heteronomi ini
merendahkan manusia sebab membuat orang menjadi
takut, tidak bebas, tertekan, buta akan nilai dan
tanggung jawab sebenarnya. Heteronomi moral ini
merupakanpenyimpangan sikab moral yang
sebenarnya.
Otonomi Moral
2. Sikab moral Otonom (autos = sendiri + nomos
=hukum) berarti bahwa manusia berbuat sesuatu oleh
karena dia sadar bahwa ini memang perlu untuk dibuat.
Otonomi moral sebenarnya berarti bahwa dia tunduk
kepada dirinya sendiri. Otonomi moral tidak berarti
bahwa dia tidak mau tunduk kepada hukum yang dibuat
oleh orang lain tetapi dia taat karena dia sendiri insyaf
bahwa tuntutan itu memang harus dipenuhi oleh karena
nilai intrinsicnya baik.
Otonomi Moral
„ Otonomi moral berarti bahwa kita melakukan sesuatu
bukan karena dibebankan dari luar tetapi diri sendiri
menyadari bahwa itu sebagai sesuatu yg bernilai dan
dirasakan sebagai tanggung jawabnya. Oleh karena itu,
dalam menjalankan kewajiban itu kita tidak merasa
direndahkan.
„ Sikab moral yang heteronom ini harus didobrak.
„ Semakin banyak pilihan maka semakin banyak kebebasan
dan semakin tinggi nilai moral dari tindakan itu.
„ Sebaliknya: Semakin tidak ada pilihan maka semakin kecil
kebebasan dan semakin rendah nilai moral tindakan itu.
Penolakan tanggung jawab
„ Sebaliknya: dengan sikab otonom kita bisa menolak
untuk berbuat sesuatu karena sadar bahwa ini memang
seharusnya ditolak sebab merupakan sesuatu yang
buruk dan tidak dapat dipertanggung jawabkan. Sikab
moral heteronom harus didobrak. Semakin banyak
pilihan maka semakin banyak kebebasan dan semakin
tinggi nilai moral dari tindakan itu.
LOGO

Baik dan buruknya


suatu tindakan Moral
LOGO
Baik dan buruk tindakan
Menkes mengatakan:
 Dalam menanggapi kasus susu formula, “Menkes Kecam
Bidan yang Sengaja Berikan Susu Formula ke Bayi demi
Upah.” (Detik online 27 ‟ 4 ‟ 2013)
 Dalam menanggapi kasus dokter Ayu, “Tidak ada dokter
yang baik di Indonesia yang sengaja membunuh
pasiennya.”
 Menanggapi kasus dokter Ayu, direktur RS Siloam
Simatupang mengatakan, “Saya Bekerja dengan Niat,
Prosedur & Komunikasi yang Baik"
LOGO
Baik dan buruk tindakan
 Suatu tindakan moral akan menjadi baik kalau memenuhi
kriteria sbb:
1. Motivasinya baik
2. Caranya baik
3. Environment/situasi baik/tepay
 Semua poin harus baik karena kalau tidak maka perbuatan
itu tidak baik. Jadi:
 Tidak cukup bahwa motivasinya yang baik
 Cara nya juga perlu baik
 Situasinya hanya menambah atau mengurangi bobot
pelaku
LOGO
Baik dan buruk tindakan
Contoh:
 Pemerintah perlu mengurangi jumlah rakyat miskin
dengan cara membunuh orang miskin
 Motivasi baik
 Cara tidak baik
 Ada perbuatan yang intrinsik jahat, yakni suatu perbuatan
yang walaupun motivasinya baik dan caranya baik, tetapi
itu selalu salah: misalnya: memperkosa
LOGO
Baik dan buruk tindakan
 Invironment atau situasi hanya berfungsi untuk
menambah atau mngurangi bobot/nilai tindakan:
Contoh:
 Mencuri uang Rp. 10.000 di rumah orang miskin dan di
rumah orang kaya, bobot ilai moralnya berbeda walaupun
sama-sama bersalah.
 Mencuri beras untuk mempertahankan hidup berbeda
dengan mencuri besar korupsi import beras.

You might also like