You are on page 1of 12

Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)

ISSN 2623-1573 (Print)

STAKEHOLDER ANALYSIS PADA KEBIJAKAN PEMANFAATAN


TELEMEDICINE DALAM MENGHADAPI COVID-19 DI INDONESIA

Andhi Bahtiar1, Adis Imam Munandar2


Kajian Ketahanan Nasional, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia 1,2
andhi.bahtiar@ui.ac.id1, adis.imam@ui.ac.id2

ABSTRACT
The use of telemedicine is one of the strategic policies of the Indonesian government to minimize
physical contact between doctors and patients in the fight against the Covid-19 pandemic. Various
suggestions, directions and decisions from government elements in implementing the policy are aimed
at maintaining public health services, without increasing the potential for Covid-19 transmission in
health facilities. However, in the midst of optimism for the success of the policy, various policy makers
had doubts, especially regarding the readiness of facilities, the ethical dimensions of medical
professionalism, and the potential for the emergence of new capitalism in the health sector. Through a
qualitative approach based on the stakeholder analysis method, this study maps and identifies the
various stakeholders involved in the implementation of telemedicine, as well as their strengths,
authorities and interests. The data were obtained through literature studies based on the roles and
regulatory bases of each agency, in order to obtain identification of the main tasks and functions of
stakeholders related to telemedicine. The results of this study indicate that there are at least thirty-one
stakeholders involved, including the Indonesian Ministry of Health, the Covid-19 Task Force and the
Indonesian Medical Council as definitive stakeholders, as well as investors, providers of telemedicine
platforms and the pharmaceutical industry as dangerous stakeholders. In the successful implementation
of telemedicine, it was concluded that definitive stakeholders have great power, authority and interest
to determine various telemedicine parameters, such as services, tariffs, supervision and telemedicine
business models so that the face of the health world and the government's strategy in suppressing the
spread of the Covid-19 outbreak can be successful. through telemedicine services.

Keywords : Covid-19, Health Services, Stakeholders Analysis, Telemedicine

ABSTRAK
Pemanfaatan layanan kesehatan jarak jauh (telemedicine) merupakan salah satu kebijakan strategis
Pemerintah Indonesia untuk meminimalisir kontak fisik antara dokter dan pasien dalam upaya perang
melawan wabah pandemi Covid-19. Berbagai anjuran, arahan dan keputusan unsur pemerintah dalam
implementasi kebijakan tersebut ditujukan agar layanan kesehatan masyarakat tetap terjaga, tanpa
meningkatkan potensi penularan Covid-19 di lingkungan fasilitas kesehatan. Namun begitu, di tengah
optimisme keberhasilan kebijakan tersebut, muncul keraguan dari berbagai pemangku kebijakan,
terutama mengenai kesiapan sarana, dimensi etik profesionalisme tenaga medis, serta potensi
munculnya kapitalisme baru di dunia kesehatan. Melalui pendekatan kualitatif dengan berbasis metode
stakeholder analysis, penelitian ini memetakan dan mengidentifikasi berbagai pemangku kebijakan
yang terlibat dalam implementasi telemedicine, sekaligus kekuatan, kewenangan dan kepentingan yang
dimilikinya. Data diperoleh melalui studi literatur berdasarkan peran dan dasar regulasi yang dimiliki
masing – masing instansi, agar diperoleh identifikasi tugas pokok dan fungsi stakeholder yang berkaitan
dengan layanan telemedicine. Hasil penelitian ini menunjukkan setidaknya terdapat tiga puluh satu
pemangku kebijakan yang terlibat, diantaranya adalah Kementerian Kesehatan RI, Satuan Tugas Covid-
19 dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) sebagai definitive stakeholder, serta investor, penyedia
platform telemedicine dan industri farmasi sebagai dangerous stakeholder. Dalam menyukseskan
implementasi telemedicine tersebut, disimpulkan bahwa definitive stakeholder mempunyai kekuatan,
kewenangan dan kepentingan yang besar untuk menentukan berbagai parameter telemedicine, seperti
layanan, tarif, pengawasan serta model bisnis telemedicine agar wajah dunia kesehatan dan strategi
pemerintah dalam menekan penyebaran wabah Covid-19 dapat berhasil melalui layanan telemedicine.

Kata Kunci : Analisis Stakeholder, Covid-19, Layanan Kesehatan Jarak Jauh

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 68


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

PENDAHULUAN layanan kesehatan jarak jauh atau


telemedicine sebagai salah satu strategi
Meluasnya wabah pandemi Covid-19 dalam menghadapi pandemi Covid-19.
yang berasal dari Wuhan, China pada akhir Waller and Stotler (2018) meyakini bahwa
2019 hingga ke seluruh dunia menjadi definisi umum telemedicine tidak jauh
sebuah bencana global yang sangat berbeda dengan definisi literal gabungan
mengancam populasi umat manusia antara kata medicine dan tele, yakni ilmu dan
(Djoyonegoro, 2020). Penetapan Covid-19 seni pemeliharaan kesehatan, sekaligus
sebagai status darurat global kesehatan pencegahan, pengentasan dan penyembuhan
masyarakat pada Januari 2020 oleh World penyakit yang dilakukan secara jarak jauh.
Health Organization (WHO) (Santosa, 2020) Definisi tersebut senada dengan yang
juga mencerminkan situasi dunia modern di disampaikan oleh WHO (2010) bahwa
tengah ancaman wabah mematikan tersebut. telemedicine atau dalam term lain disebut
Menghadapi kondisi tersebut, dunia telehealth adalah pemberian layanan
menerapkan berbagai strategi interupsi perawatan kesehatan secara jarak jauh oleh
seperti deteksi dini, isolasi wilayah serta semua tenaga profesional kesehatan dengan
pelacakan infeksi wabah Covid-19, bantuan peralatan informasi dan teknologi
disamping memastikan pencegahan komunikasi dalam pertukaran informasi,
transmisi dan optimalisasi pengobatan pengobatan, pencegahan penyakit dan
(Sohrabi et al., 2020). Tujuan strategisnya cedera, penelitian dan evaluasi, serta
adalah agar penyebaran Covid-19 tidak pendidikan penyedia layanan kesehatan.
meluas dan berdampak pada sektor Lebih lanjut, Grigsby and Sanders (1998)
kehidupan manusia lainnya. menyebutkan bahwa program tersebut
Di antara berbagai strategi tersebut, ditemukan pertama kali sekitar tahun 1960-
pencegahan penyebaran transmisi an, meskipun baru berkembang pesat pasca
menempati prioritas utama dalam 1990-an, yang oleh Craig and Patterson
penanganan Covid-19. Berbagai negara (2005) disebut sebagai jawaban dari
menerapkan strategi physical distancing, tantangan umat manusia pada Abad 21
termasuk anjuran tetap di rumah, dalam menghadapi ketersediaan perawatan
pembatasan perjalanan serta penutupan kesehatan berkualitas bagi semua pihak.
fasilitas publik agar interaksi fisik antar Seiring dengan perkembangan teknologi
manusia dapat dihindari (Gostin and Wiley, modern, telemedicine yang pada mulanya
2020). Namun demikian, beberapa layanan berkembang dalam komunikasi satelit antar
publik diyakini menghadapi dilema, wilayah, kini bertransformasi menjadi
termasuk layanan kesehatan yang selama ini layanan kesehatan berbasis aplikasi digital
lazim menggunakan interaksi fisik antara (Wiweko, Zesario and Agung, 2016).
dokter dan pasien. Fakta bahwa rumah sakit Sementara itu, kajian mengenai
dan tenaga medis mempunyai risiko tinggi perkembangan telemedicine banyak
terpapar Covid-19 (Ran et al., 2020), ditemukan di berbagai literatur, terutama
menjadikan interaksi antara dokter dan yang membahas mengenai konsep, manfaat,
pasien sebagai aktifitas kontak fisik yang serta polemiknya pada aspek etika
harus dijauhi. Di sisi lain, pasien dan profesionalitas dan legalitas hukum. Namun
pengunjung juga merupakan pembawa mayoritas peneliti sepakat bahwa
pathogen yang potensial (Gan, Lim and telemedicine merupakan kunci layanan
Koh, 2020), sehingga penerapan protokol kesehatan di masa depan. Pacis, Subido and
kesehatan serta pembatasan kunjungan juga Bugtai (2018) bahkan menyebutkan bahwa
wajib dilakukan agar tidak ada virus Covid- tren telemedicine akan terus berkembang,
19 yang masuk ke rumah sakit. terutama beriringan dengan perkembangan
Merujuk pada kondisi tersebut, berbagai artificial intelligence (AI), sehingga
negara mencoba meningkatkan penggunaan penggunaan telemedicine akan sampai pada

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 69


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

pemantauan pasien, informasi perawatan Namun begitu, di tengah langkah positif


kesehatan, bantuan diagnosa, serta tersebut, berbagai keraguan mengenai
kolaborasi analisis informasi. implementasi telemedicine juga
Manfaat serta praktik penggunaan bermunculan, salah satunya mengenai
telemedicine di berbagai negara dalam dimensi etik profesionalitas kedokteran.
menghadapi Covid-19 juga banyak dikaji, Praktik telemedicine bahkan dianggap tidak
seperti Calton, Abedini and Fratkin (2020) mengakomodir perilaku profesional dokter
yang meneliti penggunaan telemedicine di yang diharuskan memeriksa pasien terlebih
Amerika Serikat, Mahajan, Singh and Azad dahulu, sebelum memberikan terapi atas
(2020) di India, Omboni (2020) di Italia, diagnosa yang telah diambil (Kuntardjo,
serta Pinzon, Paramitha and Wijaya (2020) 2020). Selain itu, di tengah banyaknya kasus
di Indonesia. Beragam implementasi malapraktik, telemedicine juga dapat
telemedicine di masa Covid-19 juga banyak meningkatkan risiko kelalaian dokter dalam
diteliti seperti Bhaskar et al. (2020) yang mendiagnosa pasien, karena tidak disertai
mengusulkan penggunaan artificial tatap muka seperti layanan pada umumnya
intelligence dan robotics dalam penanganan (Dharma, 2020).
pasien Covid-19, Bokolo Anthony Jnr Di sisi lain, aspek keuntungan ekonomi
(2020) dalam remote treatment, serta Royce, pada layanan telemedicine juga tidak dapat
Sanoff and Rewari (2020) yang meneliti dikesampingkan. Laporan Google dan
pemanfaatan telemedicine dalam menangani Temasek (2020) dalam e-economy SEA 2020
pasien kanker. Kesimpulan diutarakan oleh bahkan menyebut bahwa pengguna
Hollander and Carr (2020) yang meneliti telemedicine di Asia Tenggara telah
praktek telemedicine di USA, bahwa meningkat sebanyak empat kali lipat selama
meskipun telemedicine bukan jawaban pandemi Covid-19 serta mengalami
sempurna bagi Covid-19, namun peningkatan investasi dari 19 juta USD
keberadannya merupakan solusi bagi menjadi 22 juta USD selama semester
kebutuhan pasien, baik bagi pasien Covid-19 pertama tahun 2020. Merujuk pada
maupun pasien non-Covid-19 dalam pernyataan Jian (2020) yang menyebut
menerima layanan kesehatan. bahwa lembaga pelayanan kesehatan
Sementara itu, meskipun praktik berorientasi pada profit, maka implementasi
telemedicine di Indonesia sudah ada keberhasilan telemedicine di Indonesia juga
sebelumnya, penekanan peningkatan harus mempertimbangkan aspek
implementasi telemedicine setidaknya keekonomian, yang pada dimensi lainnya
tertuang dalam Peraturan Konsil Kedokteran rawan dijadikan sebagai komoditas
Indonesia (KKI) Nomor 74 Tahun 2020 kapitalisme baru di dunia kesehatan.
tentang Kewenangan Klinis Dan Praktik Banyaknya pemangku kebijakan yang
Kedokteran Melalui Telemedicine pada terlibat dalam implementasi telemedicine
Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 membuat penilaian kebijakan tersebut harus
(Covid-19) di Indonesia (Konsil Kedokteran dianalisa dari berbagai sudut pandang. Oleh
Indonesia, 2020). Peraturan tersebut karena itu, penelitian ini akan menekankan
bertujuan untuk memberikan kewenangan pada pengkajian kebijakan melalui metode
klinis tambahan serta kepastian hukum bagi stakeholder analisis yang belum pernah
dokter dan dokter gigi dalam melakukan ditemukan pada penelitian sebelumnya.
layanan telemedicine yang selama ini belum Melalui metode tersebut, penelitian ini akan
jelas. Langkah tersebut juga sejalan dengan memetakan berbagai pihak yang terlibat
rekomendasi WHO untuk mengintensifkan dalam upaya implementasi telemedicine di
penggunaan telemedicine sebagai salah satu Indonesia, sehingga dapat menggambarkan
upaya dalam meminimalkan penggunaan secara utuh kekuatan (power), kepentingan
Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga (urgency) serta kewenangan (legitimacy)
medis. yang dimiliki oleh masing – masing

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 70


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

stakeholder. Tujuan analisis tersebut legitimacy dan urgency, maka perannya


dibutuhkan dalam rangka mengidentifikasi menjadi pasif; (2) Discretionary
dan memahami hubungan yang dimiliki stakeholders, yaitu pemangku kebijakan
antar stakeholder dalam layanan yang memiliki atribut legitimacy namun
telemedicine, sehingga pemangku kebijakan tidak memiliki kekuatan dan kepentingan
utama dapat mengembangkan tindakan yang yang mendesak, sehingga perannya hanya
sesuai bagi tindak lanjut implementasi sebagai penerima tanggung jawab; (3)
telemedicine di Indonesia. Demanding stakeholders atau pemangku
kebijakan yang menuntut atau mendesak
METODE sebuah kebijakan karena atribut urgency
yang besar; (4) Dominant stakeholders,
Adanya pergeseran paradigma dari biasanya dicirikan sebagai pemangku
pemerintah (government) menjadi kebijakan yang mempunyai power dan
pemerintahan (governance) membuat legitimacy, sehingga perannya sangat vital
pemerintah tidak lagi menjadi aktor tunggal dalam sebuah kebijakan; (5) Dangerous
sebagai penentu kebijakan. Hal tersebut stakeholders, atau pemangku kebijakan yang
sesuai yang disampaikan oleh Usman (2016) mempunyai kekuatan dan kepentingan,
yang mengatakan bahwa dalam perspektif sehingga perannya dapat berpotensi koersif
governance, kebijakan publik dirumuskan dan berbahaya karena bersifat memaksa; (6)
oleh tiga pihak, yaitu pemerintah, Dependent stakeholders atau pemangku
masyarakat, dan pihak swasta. Utoyo (2017) kebijakan yang bergantung pada pihak lain
juga menyebutkan bahwa terminologi yang lebih mempunyai power atas
governance mengakui adanya banyak pusat kebijakan; (7) Definitive Stakeholders, yakni
pengambilan keputusan yang bekerja pada pemangku kebijakan yang memiliki ketiga
tingkat berbeda, sehingga seluruh pihak atribut utama; serta (8) Nonstakeholder
terkait dianggap sebagai bagian dari proses yakni pihak yang tidak mempunyai ketiga
pengambilan kebijakan. Keterlibatan dan atribut utama dalam sebuah kebijakan.
interaksi banyak pihak atau yang disebut
stakeholder tersebut juga memberi
kontribusi dalam menghasilkan kebijakan
yang secara rasionalitas lebih baik
(Apriansyah and Munandar, 2019).
Dalam menganalisa pengaruh banyak
pihak dalam sebuah kebijakan, Freeman
(2015) mengenalkan metode pendekatan
stakeholder analysis yang pada intinya
berguna untuk menganalisa hubungan antar
pihak, baik yang dipengaruhi maupun yang
mempengaruhi sebuah kebijakan.
Melanjutkan teori tersebut, Mitchell, Agle
and Wood (1997) mengklasifikasikan
stakeholder sesuai tiga atribut utama, yaitu
berdasarkan kekuatan (power), kewenangan
(legitimacy) dan kepentingannya (urgency)
dalam sebuah kebijakan (Gambar 1).
Gambar 1. Kombinasi atribut Teori Mitchell
Secara singkat, kombinasi stakeholder
Teori Mitchell terbagi menjadi delapan
Berbasis teori tersebut, penelitian ini
kombinasi, yaitu (1) Dormant stakeholders,
akan menggunakan pendekatan kualitatif
atau pemangku kebijakan yang mempunyai
dengan metode deskriptif analisis terhadap
power, namun karena tidak memiliki

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 71


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

delapan kombinasi stakeholder dalam Teori HASIL


Mitchell. Melalui pendekatan tersebut, data
berupa aktor – aktor yang mempunyai kaitan Melalui studi literatur yang dilakukan
dengan layanan telemedicine di Indonesia terhadap portal Jaringan Dokumentasi dan
akan disusun dan dipetakan berdasarkan Informasi Hukum (JDIH) DPR RI, portal
peran, tugas pokok dan fungsi sesuai dasar Kementerian / Lembaga (K/L) terkait, serta
regulasi yang dimiliki. Regulasi diperoleh berbagai sumber terbuka lainnya, diperoleh
melalui data sekunder berupa studi pustaka setidaknya 31 stakeholder yang mempunyai
dari berbagai sumber terbuka seperti portal keterlibatan terhadap implementasi
website DPR RI, Kemenkumham dan portal telemedicine di Indonesia. Dalam rangka
resmi lembaga yang sedang diteliti. memudahkan identifikasi dan peran masing
Bersumber data tersebut, informasi berupa – masing stakeholder tersebut, perlu
kekuatan, kewenangan dan kepentingan dirumuskan lima kategori stakeholder
masing – masing stakeholder diambil, sebagai berikut: lembaga negara, organisasi
dianalisa, diverifikasi dan selanjutnya profesi kesehatan, organisasi
diidentifikasi ke dalam unsur – unsur kemasyarakatan, sektor swasta dan bisnis
kombinasi stakeholder dalam Teori serta aktor luar negeri. Secara detail,
Mitchell. stakeholder beserta peran dan dasar
regulasinya dijelaskan dalam tabel 1.

Tabel 1. Stakeholder Mapping Implementasi Telemedicine


No Lembaga/ Aktor Peran dan Dasar Regulasi
Kategori : Lembaga Negara
Pemegang kekuasaan pemerintahan (UUD 1945 Pasal 4 ayat 1), pengajuan
1 Presiden RI
RUU (Pasal 5 ayat 1)
Dewan Perwakilan Rakyat Fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan (UUD 1945 Pasal 20a ayat 1)
2
(DPR)
Perumusan dan pelaksana teknis layanan komunikasi dan informatika
3 Kominfo
nasional (Perpres 54/2015)
4 Kemenkes Pelaksana kebijakan kesehatan dan pengendalian penyakit (Perpres 35/2015)
Satgas Penanganan Covid- Mencegah, merespon dan mempercepat penanganan Covid-19 (Perpres
5
19 7/2020; Perpres 82/2020)
6 Kemendagri Pencatatan sipil, pengembangan masyarakat dan daerah (UUD 1945)
Dewan TIK Nasional Merumuskan, membuat dan sinkronisasi kebijakan TIK antara K/L dan
7
(Wantiknas) stakeholder nasional (Keppres 1/2014)
Perumusan dan harmonisasi peraturan perundang-undangan (Perpres
8 Kemenkumham
44/2015)
Merencanakan kebijakan dan pembangunan nasional, termasuk sarana
9 Bappenas prasarana kesehatan. (Perpres 65,66/2015)
Perumusan, pengembangan serta penetapan inovasi dan teknologi kesehatan
10 Kemenristekdikti
(Perpres 13/2015)
Kemendesa, PDT dan Perumusan, pembinaan, pengembangan dan penelitian masyarakat pedesaan
11
Transmigrasi & PDT (Perpres 12/2015)
12 LAPAN Pengkajian sarana telemedicine berbasis satelit (Perpres 49/2015)
13 BPJS Jaminan kesehatan nasional (UU 24/2011)
14 BSSN Pengamanan siber nasional dan transaksi elektronik (Perpres 53,133/2017)
Penyusunan dan kajian statistik kondisi kesehatan masyarakat (Perpres
15 BPS
86/2007)
Kategori : Unit dan Organisasi Kesehatan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 72


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

Kewajiban pemberian layanan dan penyediaan sarana - prasarana kesehatan


16 Rumah sakit dan klinik
(Permenkes 4/2018)
Menjalankan praktik pelayanan kesehatan dan mendapatkan hak
17 Organisasi profesi medis
perlindungan keselamatan (UU 36/2014)
Membantu program pemerintah di bidang layanan kesehatan pada
18 Laboratorium Kesehatan
masyarakat (Permenkes 411/2010)
Konsil Kedokteran Pembinaan praktik kedokteran dan peningkatan mutu layanan kesehatan (UU
19
Indonesia (KKI) 29/2004)
Kategori : Kemasyarakatan
Lembaga akademik Inovasi dan riset teknologi kesehatan nasional (PP 04/2014;
20
(perguruan tinggi) Permenristekdikti 23, 39/2018)
21 Forum Pasien Konsumen layanan telemedicine
Yayasan Lembaga Kepedulian hak dan kewajiban pasien dalam layanan telemedicine (UU
22 Konsumen Indonesia 8/1999)
(YLKI)
Kategori : Sektor Swasta dan Bisnis
Penyedia Platform Penyedia aplikasi telemedicine swasta (profit oriented) (Permenkes 46/2017)
23
Telemedicine
24 Investor Pendanaan sektor swasta, dari dalam dan luar negeri (Permenkes 46/2017)
25 Industri farmasi Perumusan standar layanan telemedicine (Permenkes 46/2017)
Penyedia infratruktur fisik dan internet untuk layanan telemedicine
26 Operator Internet (ISP)
(Permenkes 46/2017)
27 Asuransi kesehatan Badan penjamin pasien untuk layanan telemedicine (UU 40/2014)
Penyedia obat dan pendukung layanan kesehatan (PP 26/1965; Kepmenkes
28 Apotik
1332/2002)
Kategori : Aktor / organisasi LN
World Health Organisation Koordinator kesehatan publik internasional, penanggungjawab penanganan
29
(WHO) Covid-19 internasional
Join research dengan lembaga penelitian dalam negeri untuk implementasi
30 Lembaga penelitian LN
telemedicine
31 Foreign Government Kerjasama G-to-G terkait layanan telemedicine internasional.

PEMBAHASAN mengendalikan dan memberantas wabah


penyakit menular. Oleh karena itu, arahan
Stakeholder Mapping dan perintah presiden serta dukungan
Berdasarkan pemetaan pemangku legislatif pada Kementerian / Lembaga
kebijakan pada tabel 1, semua aktor yang (K/L) negara yang terkait dalam penanganan
terlibat dalam implementasi telemedicine Covid-19 akan sangat berpengaruh terhadap
dianalisa berdasarkan perannya masing – percepatan dan efektifitas telemedicine
masing. Pada kategori lembaga negara, dalam melawan wabah pandemi tersebut.
peran presiden dan Dewan Perwakilan Selanjutnya, di antara K/L yang
Rakyat (DPR) menempati porsi utama dalam mempunyai peran signifikan adalah
merealisasikan kemauan politik negara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang
(political will state) dalam menginisiasi serta menyelenggarakan fungsi perumusan dan
merealisasikan kebijakan telemedicine pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan
dengan berbagai variannya. Beyrer et al. masyarakat, serta pencegahan dan
(2015) menyebut bahwa kemauan politik pengendalian penyakit (Sianipar, 2015).
adalah sebuah intervensi kesehatan publik Dalam melaksanakan fungsi tersebut,
paling efektif dalam sejarah, yang oleh Stein implementasi telemedicine sebagai salah
(2015) disebut sangat mempengaruhi satu strategi pencegahan penyebaran Covid-
kelayakan layanan medis dalam mencegah, 19 menjadi domain utama Kemenkes,

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 73


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

termasuk standart operation procedure diperlukan peran dari Badan Siber dan Sandi
(SOP), regulasi serta pelatihan profesional Negara (BSSN) yang mempunyai tugas
bagi tenaga medis yang terlibat. Peran nyata pokok dalam penyusunan regulasi dan
keterlibatan Kemenkes tersebut setidaknya pengamanan siber nasional.
terdapat pada inovasi aplikasi konsultasi Sementara itu, pada kategori organisasi
kesehatan daring gratis yang diberi nama kesehatan, rumah sakit, klinik dan
SehatPedia serta berbagai kerjasama dengan laboratorium kesehatan juga menjadi
negara lain seperti Inggris dalam akselerasi penentu implementasi telemedicine di
penggunaan telemedicine berbasis Indonesia, baik secara mandiri maupun yang
komunitas (Kemenkes RI, 2020). tergabung dalam perhimpunan rumah sakit,
Selanjutnya, peran Satuan Tugas seperti Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
(Satgas) Covid-19 sebagai garda terdepan Indonesia (PERSI) dan Asosiasi Rumah
dalam penanganan Covid-19 juga sangat Sakit Swasta Indonesia (ARSSI). Peran
besar, karena berkepentingan dalam tersebut terutama terlihat dalam kesiapan,
penggunaan berbagai strategi nasional kemauan dan keseriusan rumah sakit dalam
melawan penyebaran wabah mematikan penerapan telemedicine sebagai salah satu
tersebut. Selain Kemenkes dan Satgas strategi menghadapi pandemi Covid-19.
Covid-19, perencanaan telemedicine secara Bragazzi et al. (2020) bahkan menyebut
nasional juga harus melibatkan Kementerian bahwa rumah sakit dan komunitas farmasi
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan harus berperan aktif dalam memonitor,
Perencanaan Pembangunan Nasional konsultasi dan konseling psikologis pada
(PPN/Bappenas), Kementerian Dalam pasien Covid-19 secara jarak jauh. Di
Negeri (Kemendagri), Kementerian Desa, samping fasilitas kesehatan, peran profesi
PDT dan Transmigrasi, dan Biro Pusat petugas medis juga sangat signifikan dalam
Statistik (BPS). Lembaga – lembaga tersebut mendorong dan mengusulkan metode
diperlukan perannya untuk mengidentifikasi implementasi telemedicine yang baik. PB
kondisi penduduk Indonesia, terutama yang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) misalnya,
berkaitan dengan akses teknologi internet, dengan menerbitkan Pedoman Standar
kemiskinan, dan kondisi layanan kesehatan Perlindungan Dokter Era Covid-19 pada
di berbagai daerah. Informasi tersebut September 2020, telah ikut
penting karena implementasi telemedicine merekomendasikan penggunaan
merupakan program nasional yang tidak telemedicine pada pasien, sekaligus anjuran
hanya akan digunakan menghadapi Covid- pada dokter untuk menyebarluaskan
19, namun juga sebagai backbone layanan informasi dan fasilitas telemedicine kepada
kesehatan di masa depan (Bashshur et al., masyarakat (PB IDI, 2020). Keputusan
2020). Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) sebagai
Di sisi lain, peran Kementerian badan independen yang bertanggung jawab
Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dalam langsung kepada Presiden RI juga
penyediaan jaringan internet dan Lembaga menguatkan klaim bahwa dokter dan tenaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional kesehatan lainnya harus menjadi fokus
(LAPAN) dalam penyediaan jaringan satelit kajian implementasi telemedicine di
juga sangat signifikan dalam implementasi Indonesia.
satelit. Kemampuan dan kewenangan kedua Selanjutnya pada kategori
lembaga tersebut dalam penyediaan akses kemasyarakatan, peran masyarakat sosial
telemedicine diperlukan agar layanan sebagai pasien sekaligus konsumen layanan
telemedicine dapat dijangkau oleh semua telemedicine juga menempati nilai strategis.
wilayah di Indonesia. Selain itu, dalam da Luz (2019) menyebut bahwa hubungan
rangka menjamin kerahasiaan data pasien dokter – pasien pada telemedicine harus
dan komunikasi digital sesuai UU Nomor 36 didasari oleh kepercayaan, baik terhadap
tahun 2009 tentang Kesehatan, maka dokter maupun pada layanan yang diberikan,

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 74


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

sehingga orientasi kebutuhan pasien harus kewenangan (legitimacy) yang dimiliki.


didahulukan, terutama kerahasiaan data. Identifikasi stakeholder tersebut difokuskan
Untuk menjamin hal tersebut, juga terdapat pada peran stakeholder dalam merumuskan
peran Yayasan Lembaga Konsumen ketentuan serta penekanan implementasi
Indonesia (YLKI) yang dapat memberikan telemedicine sebagai salah satu strategi
perlindungan bagi pasien dan konsumen dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
telemedicine. Selain itu, lembaga pendidikan Merujuk pada delapan kombinasi
seperti perguruan tinggi dan rumah sakit stakeholder dalam Teori Mitchell, berikut
pendidikan juga mempunyai peran penting akan disampaikan mengenai identifikasi 31
dalam riset serta pengembangan stakeholder, dengan penomoran merujuk
telemedicine, dikaitkan dengan berbagai pada Tabel 1.
perkembangan dinamis yang mengiringi
pandemi Covid-19.
Pada kategori unit bisnis dan sektor
swasta, peran penyedia platform layanan
kesehatan bertindak sebagai aktor signifikan
dalam implementasi telemedicine di
Indonesia, selain investor, asuransi dan
produsen peralatan kesehatan. Layanan
telemedicine saat ini bahkan diyakini telah
didominasi oleh perusahaan yang
berorientasi profit, sehingga
pertumbuhannya selalu diiringi dengan
peningkatan pendanaan dari venture capital
dan masifnya penawaran rencana kesehatan Gambar 2. Identifikasi Stakeholder
(asuransi) (Elliott and Yopes, 2019). Selain
aktor – aktor tersebut, terdapat juga peran
Pada kategori dormant stakeholder,
operator internet dan apotik sebagai bagian
terdapat dua pemangku kebijakan yakni
dari kelompok bisnis dan sektor swasta yang
DPR RI dan Kominfo sebagai pemilik
juga dapat dianggap sebagai stakeholder
kekuatan (power) untuk merumuskan
implementasi telemedicine.
kebijakan layanan telemedicine berbasis
Sementara itu, pada kategori luar negeri,
TIK. Namun karena tidak memiliki
peran World Health Organisation (WHO)
kewenangan (legitimacy) dan kepentingan
sebagai koordinator kesehatan umum
(urgency) langsung dalam penanganan
internasional di bawah United Nations (UN)
Covid-19, kedua stakeholder tersebut
juga sangat signfikan dalam menentukan
bersifat pasif menunggu instruksi.
standar telemedicine yang baik. Selain itu,
Sedangkan pada kategori discretionary
berbagai kerjasama Indonesia melalui model
stakeholders, terdapat beberapa pemangku
Government-to-Government (G-to-G)
kebijakan seperti Kemenkumham,
maupun penelitian akademik internasional
Bappenas, LAPAN, BSSN, Perguruan
juga membuktikan bahwa terdapat unsur
Tinggi (PT) dan lembaga penelitian dari luar
stakeholder luar negeri yang juga
negeri. Para aktor tersebut mempunyai
berpengaruh terhadap implementasi
atribut tunggal yakni kewenangan untuk
telemedicine di Indonesia.
merencanakan dan memberi masukan dalam
implementasi telemedicine. Tanpa kekuatan
Identifikasi Stakeholder
dan kepentingan yang mendesak, peran
Dalam rangka mendalami peran masing
pemangku kebijakan dalam discretionary
– masing stakeholder, diperlukan
stakeholders juga bersifat pasif, hanya
identifikasi lanjutan mengenai kekuatan
menerima tanggung jawab yang diberikan
(power), kepentingan (urgency) dan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 75


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

kepadanya. Sementara pada pemilik atribut perumusan kebijakan karena terlibat


tunggal lainnya, yakni pemangku kebijakan langsung dalam pemberian layanan
yang mempunyai kepentingan (demanding telemedicine. Di sisi lain, pasien dan YLKI
stakeholder) terhadap implementasi juga mempunyai kepentingan dan
telemedicine, terdapat beberapa pemangku kewenangan dalam menerima layanan
kebijakan seperti Kemendesa, PDT dan kesehatan yang baik, tanpa adanya risiko
Transmigrasi, BPS, laboratorium kesehatan, kebocoran data pribadi maupun potensi
operator internet, asuransi kesehatan dan malapraktik dokter karena dilakukan secara
apotik. Para stakeholder tersebut diyakini jarak jauh.
memiliki kepentingan, baik yang bersifat Selanjutnya, di antara beberapa
profit maupun non-profit seperti stakeholder tersebut, terdapat tiga aktor
kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. yang dapat diidentifikasi memenuhi unsur
Selanjutnya pada kombinasi antara dua sebagai definitive stakeholder, yakni
atribut, pemangku kebijakan seperti Kemenkes, Satgas Penanganan Covid-19
Presiden RI, Kemendagri dan Wantiknas dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
dapat dikategorikan sebagai dominant Ketiganya dianggap memiliki tiga atribut
stakeholders, karena mempunyai power dan utama dalam implementasi telemedicine,
legitimacy yang tinggi. Peran ketiganya yaitu kekuatan, kewenangan dan
dalam perencanaan dan strategi penerapan kepentingan. Kemenkes misalnya, melalui
telemedicine di seluruh wilayah Indonesia dasar hukum Perpres No 35 Tahun 2015
sangat vital, sehingga keberhasilan Kementerian Kesehatan telah diberi
implementasinya juga tergantung pada kekuatan sebagai penyelenggara urusan
political will dari pemangku kebijakan pemerintahan bidang kesehatan (Pasal 2)
tersebut. Sedangkan pada dangerous dan mempunyai wewenang dalam
stakeholders, beberapa aktor seperti pelaksanaan kebijakan, termasuk pelayanan
penyedia platform, investor, dan industri kesehatan, serta pencegahan dan
farmasi dianggap mempunyai kepentingan pengendalian penyakit (Pasal 3). Sedangkan
sekaligus kekuatan berupa dana yang besar. pada penanganan Covid-19, Kemenkes juga
Dengan memiliki dua atribut tersebut, ketiga mempunyai kepentingan yang mendesak
stakeholder dianggap berbahaya karena agar wabah pandemi mematikan tersebut
dapat mempunyai peran memaksa, baik pada dapat segera dikendalikan. Dengan berbagai
saat perencanaan maupun saat implementasi atribut tersebut, Kemenkes menjadi salah
telemedicine. Berbagai kepentingan profit satu pemangku kebijakan yang definitif
dapat menjadi kontra-produktif terhadap dalam merumuskan kebijakan telemedicine
penanganan Covid-19, sehingga regulasi dan di Indonesia. Atribut yang sama juga
Standar Operational Procedure harus dimiliki KKI sebagai badan otonom yang
menjadi pedoman bagi implementasi dibentuk untuk melindungi masyarakat dan
telemedicine di Indonesia. meningkatkan mutu layanan kesehatan.
Sementara pada dependent Melalui kekuatan yang diberikan oleh UU
stakeholders, yakni pemangku kebijakan Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
yang mempunyai kewenangan dan Kedokteran, KKI juga terbukti memiliki
kepentingan, ditemukan sejumlah aktor wewenang dalam mengeluarkan Peraturan
seperti World Health Organisation (WHO), KKI Nomor 74 Tahun 2020 tentang praktik
Kemenristekdikti, BPJS, fasilitas pelayanan kedokteran melalui telemedicine di masa
kesehatan (fasyankes), organisasi profesi pandemi Covid-19. Melalui peraturan
medis, serta forum pasien dan YLKI. Aktor tersebut, KKI dianggap telah memberikan
– aktor tersebut mempunyai kepentingan dan kepastian hukum bagi tenaga kesehatan
kewenangan dalam ikut menyukseskan dalam memberikan pelayanan kesehatan
implementasi telemedicine. Rumah sakit dan jarak jauh (PORI, 2020).
dokter misalnya, harus ikut serta dalam

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 76


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

Sementara itu, pemerintah negara lain ‘Post Border Control Policy:


dianggap sebagai non-stakeholder karena Stakeholder Analysis Perspective’,
tidak berkaitan langsung dengan kebijakan Customs Research and Applications
implementasi telemedicine di Indonesia, Journal, 1(1), pp. 111–125.
namun hanya berperan sebagai konsultan Bashshur, R. et al. (2020) ‘Telemedicine and
ataupun mitra edukasi. the COVID-19 Pandemic, Lessons For
The Future’, Telemedicine and e-
KESIMPULAN Health, 26(5), pp. 571–573.
Beyrer, C. et al. (2015) ‘The Vancouver
Penelitian ini menunjukkan bahwa Consensus: Antiretroviral Medicines,
pemerintah dengan segala unsurnya tidak Medical Evidence, And Political Will’,
menjadi aktor tunggal penentu kebijakan The Lancet. Lancet Publishing Group,
telemedicine di Indonesia. Setidaknya pp. 505–507.
ditemukan 31 aktor yang mempunyai porsi Bhaskar, S. et al. (2020) ‘Designing
terhadap kekuatan, kewenangan dan Futuristic Telemedicine Using Artificial
kepentingan terhadap kebijakan tersebut. Intelligence and Robotics in the
Banyaknya aktor yang terlibat, membuat COVID-19 Era’, Frontiers in Public
tiga aktor utama yang berada dalam kategori Health, 8(November), pp. 1–7.
devinitive stakeholder, yakni Kemenkes RI, Bokolo Anthony Jnr (2020) ‘Use of
Satgas Penanganan Covid-19 dan Konsil Telemedicine and Virtual Care for
Kedokteran Indonesia (KKI) menjadi Remote Treatment in Response to
penentu utama kebijakan telemedicine, baik COVID-19 Pandemic’, Journal of
dalam menekan penyebaran Covid-19 Medical Systems, 44(7), pp. 1–9.
maupun merubah wajah layanan kesehatan Bragazzi, N. L. et al. (2020) ‘The Role of
nasional, Perannya dalam merumuskan, Hospital and Community Pharmacists
melaksanakan dan mengatur implementasi in the Management of COVID-19:
telemedicine, termasuk pelatihan dan Towards an Expanded Definition of the
pengawasannya, menjadi sangat vital bagi Roles, Responsibilities, and Duties of
keberhasilan layanan tersebut di masa the Pharmacist’, Pharmacy, 8(3), p.
depan. Regulasi yang komprehensif dalam 140.
menjembatani hubungan antar stakeholder Calton, B., Abedini, N. and Fratkin, M.
yang terlibat juga dibutuhkan agar peran, (2020) ‘Telemedicine in the Time of
kewenangan dan tindakannya tidak saling Coronavirus’, Journal of Pain and
tumpang tindih serta berpotensi kontra- Symptom Management, 60(1), pp. e12–
produktif terhadap tujuan yang ingin dicapai e14.
dari implementasi telemedicine. Craig, J. and Patterson, V. (2005)
‘Introduction To The Practice Of
UCAPAN TERIMAKASIH Telemedicine’, Journal of Telemedicine
Terima kasih yang tulus kami and Telecare, 11(1), pp. 3–9.
sampaikan kepada para tenaga kesehatan di Dharma, A. A. G. S. S. (2020) ‘Pengaturan
seluruh Indonesia, atas pengabdian dan Pelayanan Kesehatan yang Dilakukan
pengorbanannya dalam memerangi Covid- oleh Dokter Melalui Telemedicine’,
19. Semoga telemedicine menjadi salah satu Jurnal Magister Hukum Udayana, 9(3),
kunci kemenangan kita menghadapi virus pp. 621–631.
tersebut, sekaligus memajukan dunia Djoyonegoro, N. (2020) Perang Global
kesehatan Indonesia di masa depan. Melawan Corona : Perspektif Intelijen.
Bogor: Yayasan Insan Waskita
Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA Elliott, T. and Yopes, M. C. (2019) ‘Direct-
Apriansyah, T. and Munandar, A. I. (2019) to-Consumer Telemedicine’, Journal of

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 77


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

Allergy and Clinical Immunology: In No.74/2020: Kewenangan Klinis dan


Practice, 7(8), pp. 2546–2552. Praktik Kedokteran Melalui
Freeman, R. E. (1984) Strategic Telemedicine Pada Masa Pandemi
management: A stakeholder approach, COVID-19 di Indonesia’.
Strategic Management: A Stakeholder Kuntardjo, C. (2020) ‘Dimensions of Ethics
Approach. London: Pitman Publishing and Telemedicine in Indonesia: Enough
Ins. of Permenkes Number 20 Year 2019 As
Gan, W. H., Lim, J. W. and Koh, D. (2020) a Frame of Telemedicine Practices in
‘Preventing Intra-hospital Infection and Indonesia?’, Soepra, 6(1), pp. 1–14.
Transmission of Coronavirus Disease da Luz, P. L. (2019) ‘Telemedicine and the
2019 in Health-care Workers’, Safety Doctor/Patient Relationship’, Arquivos
and Health at Work, 11(2), pp. 241– Brasileiros de Cardiologia. pp. 100–
243. 102.
Google, Temasek and Bain & Company Mahajan, V., Singh, T. and Azad, C. (2020)
(2020) e-Conomy SEA 2020 Report : At ‘Using Telemedicine During the
Full Velocity, Resilient and Racing COVID-19 Pandemic’, Indian
Ahead. Massachusetts. Available at: Pediatrics, 57(7), pp. 658–661.
https://www.bain.com/insights/e- Mitchell, R. K., Agle, B. R. and Wood, D. J.
conomy-sea-2020/. (1997) ‘Toward A Theory Of
Gostin, L. O. and Wiley, L. F. (2020) Stakeholder Identification and Salience:
‘Governmental Public Health Powers Defining the Principle of Who and What
during the COVID-19 Pandemic: Stay- Really Counts’, Academy of
at-home Orders, Business Closures, and Management Review, 22(4), pp. 853–
Travel Restrictions’, JAMA - Journal of 886.
the American Medical Association, Omboni, S. (2020) ‘Telemedicine during the
323(21), pp. 2137–2138. COVID-19 in Italy: A Missed
Grigsby, J. and Sanders, J. H. (1998) Opportunity?’, Telemedicine and e-
‘Telemedicine: Where it is and where Health, 26(8), pp. 973–975.
it’s going’, Annals of Internal Medicine. Pacis, D. M. M., Subido, E. D. C. and
American College of Physicians, pp. Bugtai, N. T. (2018) ‘Trends In
123–127. Telemedicine Utilizing Artificial
Hollander, J. E. and Carr, B. G. (2020) Intelligence’, AIP Conference
‘Virtually Perfect? Telemedicine for Proceedings, 1933. doi:
Covid-19’, New England Journal of 10.1063/1.5023979.
Medicine, 382(18), pp. 1679–1681. PB IDI (2020) Pedoman Standar
Jian, D. (2020) Studies on Hospital Perlindungan Dokter di Era Covid-19.
Management Transformation. Jakarta: PB Ikatan Dokter Indonesia
Singapore: World Scientific Publishing (PB IDI).
Co. Pte. Ltd, number 11589. Pinzon, R., Paramitha, D. and Wijaya, V. O.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020) ‘Acceleration Of Telemedicine
(2010) ‘Permenkes No 411 Tahun 2010 Use For Chronic Neurological Disease
: Laboratorium Klinik.’ Patients During Covid-19 Pandemic In
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Yogyakarta, Indonesia: A Case Series
(2017) ‘Permenkes No 46 Tahun 2017 : Study’, Kesmas, 15(2), pp. 28–31.
Strategi E-Kesehatan Nasional.’ PORI (2020) Kebijakan Pori
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Teleradioterapi di Masa Pandemik
(2018) ‘Permenkes No 4 Tahun 2018 : Covid-19. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia.
Pasien’ Presiden Republik Indonesia (2007)
Konsil Kedokteran Indonesia (2020) ‘PKKI ‘Perpres No. 86 Tahun 2007 : Badan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 78


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

Pusat Statistik”. Tingkat Daya Beli Masyarakat di Jawa


Presiden Republik Indonesia (2015) Tengah’, PREPOTIF : Jurnal
‘Perpres No. 54 Tahun 2015 : Kesehatan Masyarakat, 4(2), pp. 253–
Kementerian Komunikasi dan 267.
Informatika”. Sianipar, B. H. (2015) ‘Kebijakan
Presiden Republik Indonesia (2015) Pengembangan Tele-Medisin di
‘Perpres No. 35 Tahun 2015 : Indonesia’, Kajian Kebijakan dan
Kementerian Kesehatan”. Hukum Kedirgantaraan, 1(1), pp. 42–
Presiden Republik Indonesia (2020) 62.
‘Perpres No. 82 Tahun 2020 : Komite Sohrabi, C. et al. (2020) ‘World Health
Penanganan Corona Virus Disease 2019 Organization Declares Global
(Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Emergency: A Review Of The 2019
Nasional”. Novel Coronavirus (COVID-19)’,
Presiden Republik Indonesia (2015) International Journal of Surgery.
‘Perpres No. 44 Tahun 2015 : Elsevier Ltd, pp. 71–76.
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Stein, R. A. (2015) ‘Political Will And
Manusia”. International Collaborative Frameworks
Presiden Republik Indonesia (2015) In Infectious Diseases’, International
‘Perpres No. 65 Tahun 2015 : Journal of Clinical Practice, 69(1), pp.
Kementerian Perencanaan 41–48.
Pembangunan Nasional”. Usman, U. (2016) ‘Mencari Aktor Utama
Presiden Republik Indonesia (2015) Dalam Proses Pembuatan Kebijakan
‘Perpres No. 13 Tahun 2015 : Agama (Tinjauan Buku)’, Jurnal
Kementerian Perencanaan Masyarakat dan Budaya, 18(1), pp.
Pembangunan Nasional”. 147–155.
Presiden Republik Indonesia (2015) Utoyo, B. (2017) ‘Analisis Kebijakan
‘Perpres No. 12 Tahun 2015 : Prinsip Governance dan Aktor Melalui
Kementerian Desa, Pembangunan Analytical Hierarchy Process (AHP)
Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi”. dalam Perencanaan Kota’, Jurnal Spirit
Presiden Republik Indonesia (2015) Publik, 12(1), pp. 45–56.
‘Perpres No. 49 Tahun 2015 : Lembaga Waller, M. and Stotler, C. (2018)
Penerbangan Dan Antariksa Nasional”. ‘Telemedicine: a Primer’, Current
Presiden Republik Indonesia (2017) Allergy and Asthma Reports, 18(10), pp.
‘Perpres No. 53 Tahun 2017 : Badan 1–9.
Siber Dan Sandi Negara”. Wiweko, B., Zesario, A. and Agung, P. G.
Ran, L. et al. (2020) ‘Risk Factors of (2016) ‘Overview The Development Of
Healthcare Workers With Coronavirus Tele Health And Mobile Health
Disease 2019: A Retrospective Cohort Application In Indonesia’, ICACSIS, pp.
Study in a Designated Hospital of 9–14.
Wuhan in China’, Clinical Infectious World Health Organization (2010)
Diseases, 71(16), pp. 2218–2221. TELEMEDICINE : Opportunities and
Royce, T. J., Sanoff, H. K. and Rewari, A. developments in Member States.
(2020) ‘Telemedicine for Cancer Care in Switzerland: WHO Press.
the Time of COVID-19’, JAMA
Oncology. American Medical
Association, pp. 1698–1699.
Santosa (2020) ‘Analisis Dampak Pandemi
Covid 19 Terhadap Perekonomian
Lokal dari Sudut Pandang Jenis
Pekerjaan dan Pendapatan Terhadap

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 79

You might also like