You are on page 1of 18

Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-16

IDENTITAS DAN KARAKTER BUDAYA LOKAL PADA


KEMASAN MAKANAN OLEH-OLEH

Nina Nurviana, Priyanto Sunarto, Achmad Syarief

Insitut Teknologi Bandung

ABSTRACT
“Oleh-oleh”has become an important thing to buy. “Oleh-oleh” package with prominent
characterisic of the local culture can be found in a small number of “oleh-oleh” shops or
stalls. This characterisic might be hard to ind in other areas. Nowadays, the number of such
packaging is sill limited. With its various cultures, Indonesia should have become a great
source of inspiraion to develop packaging design”oleh-oleh”. This background triggered
the idea that “oleh-oleh” packaging design has great potenial to be developed. Such “oleh-
oleh” packaging can be considered to have a unique posiion for several reasons. In addiion
to its design, its existence in the area of tourism aciviies and cultural environment has been
coninually living side by side with the idenity where it is marketed. “Oleh-oleh” packaging
will be deeply assessed by using a combinaion method of qualitaive and quanitaive
approaches. Qualitaive approach is used to idenify the physical and graphic of it. The
theory underlining this study is a packaging design theory and theories related to the form
of culture. To idenify the character of the packaging, theory associated with uniqueness,
exoics and emoions are employed. Making use of quesionnaire, consumer percepions of
the design are collated. To idenify the average opinion of the respondents, a quanitaive
approach with Semanic Diferenial assessment method is adopted. The study of the food
“oleh-oleh” packaging which can be useful source in design planning, shows that: (1) form,
materials and how to package are the aspects inluencing the construcion of the package;
(2) cultural context viewed at the packaging is cultural context seen as exoics, nostalgic
experience, visual experience, (3) recogniion from consumers is needed to show evidence
of physical experience to the place visited and the desire to collect (4) aspects of culture
on the packaging can be considered as an opportunity to increase sales; (5) the eforts of
food manufacturers in decoraing the package is considered quite successful in highlighing
the uniqueness and the atraciveness of the appearance.

Key words: packaging design, culture, character

1
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012

1. PENDAHULUAN dikembangkan dengan mengusung ciri


Oleh-oleh menjadi kebutuhan bagi orang budayanya.
yang bepergian, di tempat penjualan oleh-
oleh akan dijumpai dalam beragam kategori Manfaat desain berciri budaya pada
keripik, kerupuk, kacang, kue, dodol, kemasan dapat disimak pada kasus hasil
manisan dan sari buah. Sebagian besar observasi dan wawancara dengan pelaku
kemasan tampil seragam karena terbuat usaha makanan oleh-oleh di Garut.
dari bahan yang sama seperi plasik Pada tahun 2009 muncul kreasi baru,
transparan atau kotak dus, begitu pula dodol yang dibalut dengan cokelat yang
bentuk, ukuran dan teknologi produksinya. bersifat padat. Produsen juga berkreasi
Model kemasan demikian memang eisien dengan kemasan luarnya, yaitu dengan
dan terjangkau harganya, akan tetapi mengambil gagasan dari besek. Ukuran
dari aspek desain sulit menonjol dalam besek diperkecil, diberi warna dan diberi
persaingan dalam tampilan produknya. label yang warnanya serasi dengan
Sementara di tempat oleh-oleh juga sering kemasan. Selain itu, tempat penjualan
dijumpai kemasan makanan oleh-oleh pun ditata modern. Upaya ini mendapat
yang menarik perhaian. Kemasannya respon yang baik dari wisatawan. Produsen
tampil beda karena bentuk, bahan dan menganisipasi dengan memperbanyak
cara mengemasnya berbeda dari biasanya. ragam rasa dan produk, diikui dengan
Kemasan ini memunculkan ciri karakter pengembangan kemasan yang dilakukan
lokal suatu daerah di Indonesia. dengan bekerja sama dengan pengrajin
setempat. Gagasan awal memicu pikiran
Indonesia dikenal mempunyai kekayaan untuk mencari bentuk-bentuk selain besek,
budaya yang amat beragam, dari berbagai seperi kukusan, tas selempang, keranjang
suku dan etnis yang inggal di beribu pulau. kotak atau silinder. Bentuk-bentuk tersebut
Menengok kembali kekayaan budaya, diperkecil disesuaikan dengan isi produk.
bukan berari harus berperilaku mundur Hasilnya, penjualan meningkat bahkan
ke belakang, tapi budaya dapat menjadi kewalahan memenuhi pesanan. Setahun
potensi yang dapat dimanfaatkan dan kemudian pada bulan September tahun
diupayakan menjadi suatu kebaruan yang 2010 produsen yang bernama Kiki Gumelar
sesuai dengan zaman dan gaya hidup yang itu memperoleh penghargaan sebagai
sedang berlaku. Kesejahteraan masyarakat wirausahawan muda yang berprestasi. Hal
Indonesia telah semakin meningkat, lain yang menarik menurut Kiki Gumelar
kemudahan transportasi menyebabkan adalah keberagaman bentuk kemasan
masyarakat menjadi lebih sering bepergian berciri budaya itu menjadi daya tarik
ke luar kota. Efek posiif bagi perekonomian tersendiri di samping produknya sehingga
adalah di daerah yang dikunjungi, mereka konsumen tertarik untuk mengkoleksi dan
akan berbelanja oleh-oleh. Adanya iga memajangnya di rumah (Wawancara 15
faktor berikut, yakni: meningkatnya gaya November 2010).
hidup bepergian dan membeli oleh-oleh,
kekayaan budaya bangsa Indonesia serta Desain kemasan makanan oleh-oleh
upaya produsen yang inovaif dalam berciri budaya di Indonesia masih perlu
mengemas produk oleh-oleh, melahirkan dikembangkan karena jumlahnya masih
pemikiran pada desain kemasan oleh- sangat sedikit. Sebagai iik awal, maka
oleh sebagai potensi yang besar untuk desain kemasan yang inovaif inilah yang

2
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15

akan menjadi obyek peneliian. Maka Posisi desain kemasan oleh-oleh kaitannya
rumusan untuk peneliian ini adalah: Aspek- dengan konsumen dan pariwisata
aspek desain apa yang diperimbangkan dipengaruhi oleh fungsi informasi, tampilan,
dalam desain kemasan makanan oleh-oleh kontekstualitas budaya dan idenitas
agar lebih menonjol dibanding kemasan kemasan oleh-oleh. Secara skemais
sekitarnya? Selanjutnya bagaimana persepsi hubungan tersebut seperi diperlihatkan
konsumen terhadap desain kemasan oleh- pada gambar 2.
oleh yang bercirikan budaya? Dari rumusan
tersebut peneliian ini dimaksudkan untuk Desain kemasan diobservasi dari dua sisi.
memahami peran aspek desain kemasan Pertama mengideniikasi yang sifatnya
makanan oleh-oleh dengan karakterisik isik yang terdapat pada obyek desain
ciri budaya lokal. Selain untuk mengetahui itu sendiri. Kedua, mengideniikasi yang
faktor persepsi pengguna terhadap desain bersifat interpretaif, berupa nilai, makna
kemasan oleh-oleh yang berciri budaya atau simbolik. Oleh karena desain kemasan
lokal. merupakan sarana komunikasi antara obyek
dan konsumen, maka dalam peneliian
2. MATERI DAN METODE ini selain observasi dan interpretasi oleh
Materi kemasan yang ditelii didasarkan penelii juga diperlukan interpretasi
pada kemasan oleh-oleh yang terlihat responden/konsumen terhadap obyek.
berbeda, unik, eksois dan berciri budaya Peneliian Desain kemasan makanan oleh-
diambil dari beberapa kota yang banyak oleh menggunakan pendekatan yang
dikunjungi oleh wisatawan, yaitu Bandung, bersifat kualitaif dan kuanitaif.
Yogyakarta, Solo, Garut, Denpasar, Padang,
Riau dan Makassar. Observasi obyek desain dilakukan
berdasarkan sudut pandang penelii
dengan memakai metode peneliian
kualitaif. Teori yang digunakan adalah
teori desain kemasan yang berhubungan
dengan fungsi umum, informasi dan
tampilan. Desain kemasan adalah bagian
dari wujud kebudayaan yang terkait dengan
kelokalan, maka pengetahuan pendukung
yang digunakan adalah berkaitan dengan
ilmu Antropologi seperi wujud budaya dan
eksoisme. Dalam pengambilan keputusan
untuk membeli produk, konsumen idak
saja dituntun oleh pikiran rasionalnya,
seperi rasa enak, isi banyak, atau harga
murah tapi juga sisi emosionalnya, misalnya,
bentuk kemasan yang mengingatkan pada
masa lalu, tekstur daun yang eksois, atau
Gambar 1. Desain Kemasan Makanan Oleh-oleh kemasan berkancing. Untuk itu peneliian
Sumber: Dokumen pribadi ini akan menggunakan pengetahuan
tentang keterkaitan emosional.

3
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012

Gbr. 2 Posisi Desain Kemasan Oleh-oleh


Sumber: Dokumen pribadi

Pendekatan ini mengandalkan data dari tergantung pada kebutuhan peneliian,


responden melalui teknik kuesioner. Materi contoh kata sifat ‘tradisional/modern’,
kuesioner dibuat berdasarkan observasi dan untuk pengisian disediakan 5 sampai 7
interpretasi penelii dengan menggunakan spektrum posisi yang menunjukkan makna,
rangkaian gambar berbagai desain subyek diminta memaknai sebuah obyek
kemasan, pertanyaan dan pernyataan atau konsep dengan mengisi salah satu
yang harus dipilih. pertanyaan kepada posisi makna. Fiske pada Subandy (2007).
responden menggiring pada jawaban yang Responden adalah yang mampu bepergian
bersifat kualitaif namun dalam pengukuran ke luar kota dan diperkirakan senang beli
hasil jawaban responden pada kuesioner oleh-oleh. Umur responden 20 hingga di
digunakan metode kuanitaif. Salah satu atas 40 tahun, jumlah antara laki-laki dan
metode untuk mengkaji interaksi antara perempuan seimbang.
pengguna (konsumen) dan pesan adalah
Semanika diferensial yang dikembangkan 3. ANALISIS
oleh Charles Osgood sebagai suatu cara Kemasan oleh-oleh yang terideniikasi
untuk mempelajari perasaan, sikap, berciri budaya lokal yang didapat dari
atau emosi manusia terhadap konsep beberapa kota berjumlah 22 buah.
tertentu. Fiske pada Subandy (2007:200). Proses analisis terbagi menjadi 2 tahap.
Pada metoda tersebut, kepada subyek Tahap pertama, terseleksi 15 buah untuk
(konsumen) disediakan berbagai pasangan dianalisis penelii. Pada tahap selanjutnya
kata sifat yang bersifat biner, yang jumlahnya desain kemasan oleh-oleh melalui berbagai

4
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15

Gbr. 3 Format Kuesioner, halaman penjelasan dan kuesioner halaman 3


Sumber: Dokumen pribadi

perimbangan diseleksi menjadi 8 buah. responden dapat saling dirujuk. Masing-


Kedelapan kemasan ini ditampilkan pada masing prosedur dibuat rangkuman
kuesioner. yang hasilnya dapat menunjukkan
kecenderungan-kecenderungan kemasan
Tahapan analisis desain kemasan oleh-oleh oleh-oleh. Untuk mendapat gambaran
terdiri dari 2 bagian yaitu: Bagian pertama tentang bagaimana menganalisis kemasan
adalah analisis aspek informasi, tampilan dalam wawasan budaya dan idenitas,
kemasan, konteks budaya, idenitas pada maka akan ditampilkan salah satu kemasan
kemasan. Bagian ke dua adalah itur untuk yang terpilih pada seleksi untuk analisis
diisi responden dengan formasi: informasi, tahap pertama dan seleksi tahap ke dua
atrakif dan higienis, 3 itur ini berkaitan untuk kuesioner.
dengan fungsi utama kemasan. Unik. simpel
dan eksois, keiga itur ini berkaitan dengan 3.1 Analisis Tahap Pertama
idenitas kemasan. Modern, familiar dan Materi tahap pertama yang dipilih adalah
mudah dibawa, berkaitan dengan akivitas Kemasan Cokelat Gage Choco produksi
manusia. Fitur pada analisis pertama akan Chocodot dari Garut. Analisis tahap
menjadi dasar untuk membangun sebagian pertama secara prinsip membagi ke dalam:
itur pada kuesioner, dengan demikian a. Fungsi Informasi
antara analisis pertama dan analisis ke dua Fungsi informasi pada kemasan Cokelat
akan saling berhubungan sehingga hasil Gage Choco memuat pesan tentang
antara pendapat penelii dan pendapat idenitas dan informasi konten produk.

5
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012

Gbr. 4.1 Kiri, Gbr 4.2 Tengah dan Gbr 4.3 Tengah Kemasan Cokelat ‘Gage Choco’
Sumber: Dokumen pribadi

Gbr. 4.4 Kiri , Gbr 4.5 Tengah dan Gbr 4.6 Kanan Kemasan Cokelat ‘Gage Choco’
Sumber: Dokumen pribadi

Pesan informasi yang terdapat pada tersebut maka desain kemasan yang
Cokelat Gage Choco memuat nama beredar di masyarakat memenuhi
produk, nama merk, dan asal produk aspek hukum yang memuat informasi
sedangkan informasi konten produk konten produk yang dikemas.
memuat komposisi, keterangan
kadaluarsa, cara menyimpan, dan berat b. Fungsi Tampilan
isi. Muatan fungsi informasi tersebut Fisik Kemasan
dibuat merujuk pada aturan ketentuan Bentuk luar kemasan mengambil
Undang-Undang Label dan Pangan RI gagasan dari wadah tradisional besek/
Tahun 1999. Dengan mengikui itur pipii yang diperkecil 30% (Gbr. 4.2,

Tabel 1. Idenitas dan Informasi Kemasan Cokelat Gage Choco


Sumber: Dokumen pribadi

1. Idenitas produk 2. Informasi produk


Nama produk Cokelat Komposisi • Nama produsen •
Nama merek Chocodot Kadaluarsa • Alamat produsen •
Asal produk Garut Cara simpan • No. Pendataran •
Berat bersih/Isi Asal kota •
Asal negara •

6
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15

4.3). Kemasan sekunder berbahan serat San serif, ipe ini cukup memenuhi
bambu yang dijalin rapat, kemasan fungsi informaif. Jumlah huruf yang
primer berbahan kertas alumunium dipakai 3 ipe (Gbr 4.6).
foil (Gbr. 4.1, 4.5). Label berfungsi
sebagai ruang informasi (Gbr. 4.3, c. Kontekstualitas Budaya pada Kemasan
4.6). Cara kemas: produk yang sudah Oleh-oleh
dilapisi alumunium foil dimasukkan ke Tampilan kemasan mengambil gagasan
dalam besek lalu dililit oleh label, label dari besek atau pipii yang dahulu biasa
berfungsi pula sebagai segel pengaman digunakan untuk wadah makanan,
(Gbr. 4.6). bekal atau berkat makanan yang dibawa
pulang seusai kenduri (Gbr. 4.3).
Grais kemasan
Kemasan primer menggunakan d. Idenitas pada Kemasan Oleh-oleh
bahan alumunium foil berwarna Konsumen idak mempunyai bayangan
perak. Kemasan luar berwarna hijau, mengenai bentuk, rupa dan warna
sedangkan label dominan berwarna makanan karena idak ada gambar/
kuning. Penggunaan warna pada foto atau jendela. Konsumen dapat
kemasan ini berfungsi sebagai sistem memahami setelah membaca informasi.
untuk membedakan ragam rasa produk, Dari segi tampilan, informasi pada label
misalnya hijau-kuning untuk rasa terkesan idak atrakif karena ipe huruf
pisang, ungu-biru untuk rasa bluberi untuk nama produk dan nama merek
(Gbr. 4.3). kurang tebal, warna antara latar puih
dan huruf kuning kurang kontras, lay
Informasi tentang jenis produk, nama out sepi. Informasi tentang produk yang
produk dan merek diletakkan pada berupa teks seperi komposisi, cara
bidang elips, bidang diberi garis border simpan dan kadaluarsa cukup memadai
merah. Label komposisi label simetris, (Gbr. 4.3).
informasi tentang produk berada
pada sisi kanan dan kiri, komposisi Tampilan besek yang membangkitkan
berkesan stais, biasa dan konvensional. emosi (hasrat untuk membeli) melalui
Kepadatan lay out cenderung sepi (Gbr. visual: bentuk, moif anyaman, ukuran
4.3). dan warna. Tampilan antara kemasan
dan label serasi. Melalui rabaan:
Hirarki ukuran huruf menuntun tekstur garis tajam, anyaman bambu
pembaca dengan urutan: nama produk dan bentuk kubus. Melalui bunyi: keika
- nama merek - informasi produk. kemasan diguncang (Gbr. 4.4). Bahan
Legibilitas huruf pada nama produk, alumunium foil untuk produk berkesan
“Gage Choco” kurang terbaca walaupun higienis (Gbr. 4.5).
sudah diberi outline. Tipe huruf yang
dipakai pada nama produk yaitu San Pemakaian kombinasi warna analog,
serif ipis dan pada nama merek yaitu efek kilau warna, dan pengecilan
ipe Script, kedua ipe ini terlihat kurang bentuk besek menampilkan kesan unik
formal dan ragu-ragu (Gbr. 4.3). Tipe (Gbr. 4.2). Bentuk besek yang seperi
huruf yang dipergunakan pada nama kotak yang dililit label terkesan simpel
produk dan teks informasi adalah ipe (Gbr. 4.3). Bentuk besek/pipii, bahan,

7
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012

tekstur garis sayatan bambu, moif kemudian dirujuk pada hasil analisis pada
anyaman menampilkan kesan eksois tahap pertama, sebagai berikut: Responden
(Gbr. 4.3). setuju pada pernyataan atrakif, unik,
simpel, eksois, familiar dan mudah dibawa
Tampilan besek yang tradisional sesuai dengan analisis penelii.
menjadi modern keika diwarnai
dan diperkecil ukurannya (Gbr. 4.2). Responden cenderung ragu pada
Tampilan besek dapat mempengaruhi pernyataan ‘informaif’ sesuai dengan
memori, mengingat wadah masa dulu, analisis penelii antara lain karena:
mengingat kemudahan keika dipakai, informasi teks lengkap namun kurang
keika dibuang, mengingat keika cepat tertangkap karena idak ada jendela
mendapat berkat sehabis kenduri (Gbr. kemasan dan gambar, informasi pada
4.3). Bentuk besek yang berbentuk label kurang atrakif karena kepadatan
kotak dan kecil segenggaman tangan sepi, ipe huruf nama merek/produk
menampilkan kesan mudah dibawa kurang tebal warna huruf dan latar sama-
(Gbr. 4.4). sama pucat. Responden cenderung ragu
pada pernyataan ‘higienis’, idak sesuai
3.2 Analisis Tahap Kedua dengan analisis penelii karena kemasan
Materi kemasan sama dengan materi primer terbuat dari kertas alumunium
analisis tahap pertama, kemasan ini foil memenuhi syarat higienis, responden
sebagai kontestan pada kuesioner yang kurang mendapat kesan higienis karena
diinterpretasi oleh 35 responden laki-laki kemasan tertutup. Responden cenderung
dan perempuan. Hasil ideniikasi kemasan idak setuju dengan pernyataan ‘modern’
pada kuesioner ini adalah hasil rata-rata idak sesuai dengan analisis penelii antara
dari pendapat 35 orang responden yang lain karena: pewarnaan dengan warna

Tabel 2. Hasil Rata-rata Pendapat Responden untuk


Kemasan Cokelat Gage Choco

8
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15

Tabel 3. Idenitas dan Informasi Produk Kemasan Oleh-oleh

cerah jauh dari warna alami, bentuk yang bentuk geometris seperi, kotak, silinder,
diperkecil dari ukuran asli besek, kombinasi kerucut, elips dan bundar. Bentuk non
yang serasi antara label dan kemasan, cara geometris seperi, tas selempang dan
menempelkan label. Responden mungkin hai. Bahan kemasan sekunder terdiri
hanya terpaku pada gagasan bentuk dari: anyaman bambu, anyaman pandan,
tradisional saja. anyaman rotan, kerajinan daun, kayu dan
plasik. yang terbanyak adalah anyaman
4. HASIL PENELITIAN bambu. Bahan kemasan primer yang dipakai
4.1 Ideniikasi Visual terdiri dari: alumunium foil, selofan, kertas
Dari 10 kriteria idenitas dan informasi minyak, daun lontar, daun pisang kering,
wajib pada kemasan hanya 3 kriteria yang plasik, plasik sachet, dan botol plasik.
dipenuhi seluruh produsen, yaitu: nama Bahan kemasan yang terbanyak dipakai
produk, nomor pendataran dan asal kota. adalah selofan dan plasik. Warna kemasan
Dari 15 produk ada 2 yang memenuhi hampir terdiri dari: warna natural bahan alami,
semua kriteria idenitas dan informasi yang warna celup coklat. hijau, merah marun
harus ada pada kemasan, yaitu: produk dan warna cat hijau toska, sebagian besar
cokelat Chocodot dari Garut dan produk memakai warna natural. Warna label terdiri
Markisa Cemerlang dari Makassar. dari: warna puih, kuning, hijau, coklat dan
oranye, yang terbanyak dipakai adalah
Bentuk kemasan sekunder terdiri dari warna puih. Komposisi label terdiri dari:

9
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012

komposisi simetris, komposisi dinamis, dan faktor keatrakifan tampilan kemasan.


komposisi idak seimbang, yang terbanyak Hasil analisis aspek informasi pada
dipakai adalah komposisi simetris. kemasan oleh-oleh menunjukkan
Kepadatan lay out pada label terdiri: padat, 3 kecenderungan, sebagai berikut:
sedang dan sepi, yang terbanyak dipakai atrakif, kurang atrakif dan atrakif
adalah kepadatan sedang dan sepi. yang mengganggu.
b. Atrakif
Border atau bingkai yang berupa garis Tampilan atrakif yang dimaksudkan
atau moif banyak dijumpai pada desain adalah tampilan yang dapat ditangkap
label makanan. Sebagian besar lay out melalui visual dan rabaan. Melalui
pada label kemasan menggunakan border. visual: bentuk, jendela, jinjingan, ikatan,
Pemanfaatan jumlah ipe huruf pada asesoris kemasan, bahan, anyaman,
masing-masing label kemasan terdiri dari: moif tekstur, moif anyaman, warna
1 ipe, 2 ipe, 3 ipe, 5 ipe dan 8 ipe, yang alami, warna oleh-oleh, warna celup
terbanyak adalah pemanfaatan 2 ipe. atau cat, warna label serta keserasian
Hirarki menuntun pembaca saat membaca antara label dan kemasan. Melalui
informasi. Hirarki terdiri dari 2 cara antara rabaan: bentuk, pengecilan, jinjingan,
lain: cara 1, nama merek - nama produk - ikatan, tekstur dan asesoris kemasan.
informasi; cara 2: nama produk - informasi. c. Higienis
Yang terbanyak dipakai adalah cara 1. Pemakaian kemasan primer yang
Pemanfaatan gambar terdapat pada 6 digunakan cenderung higienis kecuali
kemasan, seperi gambar buah markisa, daun pisang kering. Bahan tersebut
melon, sirsak, stroberi dan nanas. Foto adalah alumunium foil, kertas selofan,
produk “madu mongso”, “gambar kuda” kertas minyak, daun lontar, plasik,
lambang kota Kuningan, gambar “topeng plasik sachet, dan botol plasik.
Bali”, ikon “rumah gadang” idenitas kota d. Unik
Padang. Pemanfaatan gagasan yang berasal Seluruh kemasan yang dianalisis
dari budaya seperi besek, kukusan, tampah, sangat berbeda dengan kemasan yang
bakul, keranjang buah, keranjang sayur, tas umumnya dijumpai seperi plasik
selempang, kemasan lama seperi “brem transparan berlabel, karton, dan cara
Bali” dan “lempok duren”. kemas yang biasa. Karena berbeda dari
biasanya maka semua kemasan dapat
4.2 Ideniikasi Karakter dianggap unik.
Idenitas karakter implementasinya ke e. Simpel
dalam desain menyangkut aspek-aspek: Semangat para produsen untuk tampil
informasi, atrakif, higienis, unik, simpel, beda mengakibatkan kemasan sebagian
eksoik, modern dan mudah di bawa. idak simpel karena pengaruh bentuk,
a. Informaif tekstur, anyaman, moif dan warna.
Produsen atau desainer kemasan f. Eksois
menyampaikan informasi dengan Eksois dapat dilihat melalui: bahan
berbagai cara antara lain: melalui alami yang mempunyai ciri khas, tekstur,
teks, gambar visual dan jendela corak dan warna; tekstur anyaman,
kemasan. Kesediaan konsumen moif dan kerajinan; cara pengemasan
meluangkan waktu untuk membaca yang cenderung lebih banyak pekerjaan
informasi kemasan dipengaruhi oleh tangan; sehingga semua kemasan dapat

10
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15

Tabel 4. Hasil Rata-rata Pendapat Responden pada Seluruh Kemasan

dianggap eksois untuk konsumen 4.3 Hasil Rata-rata Pendapat Responden


terutama yang belum pernah melihat. Hasil ideniikasi Responden melalui
g. Modern kuesioner didapat dari 35 orang yang terdiri
Semua kemasan yang dianalisis dari 17 respoden laki-laki dan 18 responden
cenderung idak modern karena bahan perempuan. Rangkuman hasil kuesioner
yang dipakai banyak mempergunakan menunjukkan nilai yang kecenderungan
bahan alami dan cara pengemasan seperi yang digambarkan pada tabel 4.
manual.
h. Familiar Nilai karakter yang teringgi adalah
Familiar dapat dirasakan melalui: bentuk unik, atrakif, mudah dibawa, eksois
benda budaya masa lalu yang dekat dan familiar. Nilai kelima karakter pada
dengan lingkungannya seperi besek, kemasan ini berada pada ingkatan yang
kukusan, bakul, tampah, tas, keranjang; ditanggapi posiif oleh responden (warna
bahan seperi kertas ‘krep’, anyaman hijau). Nilai karakter berikutnya adalah
bambu dan anyaman pandan; gambar kurang informaif, kurang higienis dan
visual seperi topeng Bali. Sebagian kurang simpel. Nilai keiga karakter pada
besar kemasan yang dianalisis diduga kemasan ini berada pada ingkatan yang
mempunyai kedekatan emosional bagi ditanggapi kurang posiif oleh responden
konsumen dalam negeri. (warna oranye). Nilai karakter berikutnya
i. Mudah dibawa adalah cenderung idak modern. Nilai
Dari seluruh kemasan sebagian besar karakter pada kemasan ini berada pada
mudah dibawa, kemudahan didukung ingkatan yang ditanggapi negaif oleh
oleh adanya jinjingan dan volume yang responden (warna abu). Jika hasil rata-rata
idak lebih lebar dari telapak tangan. pendapat responden tentang karakter dan

11
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012

kemasan ditunjukkan dengan angka maka dengan pendapat penelii karena sebagian
hasilnya adalah seperi yang diperlihatkan besar konteks kemasan berkaitan dengan
oleh tabel 5. budaya masa lalu, bahan kemasan dipakai
bukan olahan pabrik tapi bahan alami, cara
4.4 Hasil Rata-rata Pendapat Responden kemasan dominan menggunakan tangan.
jika dirujuk dengan Hasil Ideniikasi Sebagian besar kemasan oleh responden
Karakter menurut Penelii: dianggap cenderung kurang higienis. Tidak
Responden cenderung menganggap sesuai dengan hasil ideniikasi visual dan
kemasan unik, atrakif dan eksois, familiar, karakter karena menurut analisis penelii
mudah dibawa sesuai dengan hasil sebagian besar bahan kemasan memenuhi
ideniikasi visual dan karakter pendapat syarat higienis, mungkin kesan higienis
penelii. Demikian pula dengan pendapat kurang terlihat karena kemasan luar yang
responden tentang kurang informaif, tertutup dan terpengaruh oleh tampilan
kurang simpel dan cenderung idak modern. yang idak modern.

Sebagian besar kemasan oleh responden Berdasarkan jumlah nilai karakter dan nilai
dianggap cenderung kurang simpel sesuai kemasan maka terpilihlah kemasan yang
dengan pendapat penelii karena bentuk, paling disukai, disukai dan kurang disukai
tekstur, moif hias, anyaman dan cara oleh responden, seperi diperlihatkan pada
mengemas sangat variaif. Produsen belum gambar 5, 6 dan 7.
banyak melakukan pengorganisasian
desain yang simpel tapi tetap menarik. 5. KESIMPULAN
Sebagian besar kemasan oleh responden Desain kemasan makanan oleh-oleh
dianggap cenderung idak modern sesuai berciri budaya yang ditelii dan setelah

Tabel 5. Jumlah Nilai Karakter dan Nilai Kemasan

12
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15

Gbr. 5 Kemasan yang paling disukai responden


Sumber: Dokumen pribadi

diideniikasi memiliki 3 ciri berikut:


a). bentuk yang variaif baik geometris
Gbr. 7 Kemasan yang kurang disukai responden
maupun non geometris, b). bahan yang Sumber: Dokumen pribadi
variaif, seperi bambu, pandan, rotan,
daun kering, kertas krep dan plasik, c). konteks budaya pada kemasan makanan
cara pengemasan yang variaif serta lebih oleh-oleh dipandang sebagai ‘eksoisme’
mengandalkan pekerjaan tangan. Konteks yang mencirikan obyek, terutama bagi
budaya pada desain kemasan makanan yang belum atau jarang melihatnya. Hal
oleh-oleh dapat dilihat dari cara produsen lain adalah pemanfaatan konteks budaya
mengambil gagasan yaitu: penggunaan pada kemasan makanan oleh-oleh memiliki
gambar berorientasi budaya tertentu potensi sebagai penghela emosi, khususnya
(seperi topeng Bali dan rumah gadang), dari sisi relekif, dimana bentuk kemasan
penggunaan bentuk benda-benda masa lalu ‘membangkitkan’ kembali pengalaman
berukuran kecil/miniatur (seperi besek, masa lalu sebagai sebuah pengalaman
kukusan, tas anyaman, tampah, bakul nostalgia, misalnya melalui pemanfaatan
atau keranjang), pemanfaatan bentuk, bentukan besek, kukusan, tampah dan
anyaman dan simpul ikatan sebagai cara bakul.
pengemasan, misalnya dengan mengikat
ujung tali, menambahinya dengan jinjingan, Sisi lain yang dapat mempengaruhi emosi
menambahkan tutup, atau dilengkapi adalah perasaan senang yang diimbulkan
kancing. keika berinteraksi dengan obyek melalui
Dari sudut pandang konsumen, pemunculan indera manusia, khususnya sisi pengalaman

Gbr. 6 Kemasan yang cukup disukai responden


Sumber: Dokumen pribadi

15
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012

visual (bentukan kemasan yang unik, serta pemanfaatan gradasi warna yang
moif anyaman, moif tutul) dan dari sisi kurang tepat. Selain itu hasil peneliian
pengalaman perabaan (bentuk jinjingan, memperlihatkan bahwa masih dominannya
tekstur daun). Sensasi eksois memberikan penggunaan border dan komposisi simetris
pengalaman baru (experience) kepada yang terkesan kuno, membosankan, dan
konsumen. Nostalgia, rasa senang keika dapat dianggap ‘keinggalan’ jaman.
melihat kemasan unik, atau rasa nyaman Seringkali kemasan menampilkan keidak-
keika menjinjing kemasan menimbulkan serasian antara komposisi label dengan
emosi posiif. Kedua hal inilah yang bentuk kemasan, yang menunjukan bahwa
berperan pening dalam menumbuhkan produsen belum memahami dan mengeri
aspek persuasi bujukan pada diri konsumen kemanfaatan strategis dari pengetahuan
untuk memilih dan membeli produk. desain grais untuk kemasan makanan.

Hasil peneliian memperlihatkan bahwa Produsen belum melihat bahwa


upaya produsen untuk mencantumkan pengembangan desain kemasan berciri
idenitas dan informasi dalam rangka budaya memiliki peluang meningkatkan
memenuhi kriteria pelabelan makanan penjualan. Peluang desain kemasan yang
sesuai UU Label dan Pangan belum dapat meningkatkan penjualan dilihat
semuanya tercapai secara konsisten. Hanya secara jeli oleh produsen Chocodot di Garut.
sebagian kecil kriteria pelabelan yang Upaya awal memanfaatkan konteks budaya
umumnya dipenuhi oleh produsen (nama pada kemasan mendapat respon yang baik
produk, nomor pendataran dan asal kota). oleh konsumen. Respon ini dianisipasi
Dengan demikian upaya produsen makanan dengan mengembangkan lebih banyak lagi
oleh-oleh dalam mendandani kemasan baik variasi makanan maupun kemasannya.
dengan menggunakan cara pengemasan Upaya yang dilakukan tersebut berhasil
yang berciri budaya dapat dianggap meningkatkan penjualan lebih lanjut,
cukup berhasil menonjolkan keunikan dan sehingga hal ini dapat menjadi contoh bagi
keatrakifan tampilan kemasan walaupun produsen lain.
belum sepenuhnya menyampaikan
aspek informasi produk seperi yang Pemanfaatan ciri budaya lokal pada
dipersyaratkan dalam standar pelabelan kemasan oleh-oleh dapat mendukung
makanan. Hal tersebut juga tampak dari ‘kebutuhan pengakuan’ dari konsumen
hasil analisis terhadap ragam kemasan untuk menunjukkan buki ‘pengalaman
makanan sampel yang menunjukkan bahwa isikal’ mengikui perjalanan ke suatu tempat
produk kemasan makanan oleh-oleh yang yang dikunjunginya, yang pada akhirnya
terlihat atrakif seringkali menunjukkan- dapat memicu percakapan dengan orang
nya secara ‘berlebihan’ sehingga kerap yang diberi. Desain kemasan makanan oleh-
mengganggu aspek keterbacaan informasi, oleh yang menarik dan mempunyai ragam
misalnya dengan menggunakan variasi yang banyak (serial) akan mempengaruhi
ipe huruf yang berlainan, variasi warna konsumen untuk memiliki dan mengkoleksi
huruf yang terlalu banyak dan terlalu kemasan atau dipakai untuk wadah yang
mencolok, layout yang idak teratur, terlalu lain. Hal ini dapat menjadi temuan pening
banyak menggunakan gambar sehingga sebagai sumber informasi dalam proses
terkesan ‘semrawut’, idak jelasnya hirarki perancangan. Jika pemanfaatan ciri budaya
visual dari informasi yang tercantum, lokal dapat membantu konsumen maka

14
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15

kemasan makanan oleh-oleh mempunyai Safanayong, Yongky (2006): Desain


peran tambahan yang spesiik dibanding Komunikasi Visual Terpadu, Arte
kemasan makanan lainnya. Ia menjadi duta Intermedia, Jakarta - Indonesia.
untuk memperkenalkan produk oleh-oleh, Vihma, Susan & Vakeva, Seppo (2009):
idenitas kota dan ciri budaya setempat Semioika Visual dan Semanika
kepada masyarakat lainnya yang berbeda Produk, penerjemah Ikramullah
budaya. Mahyuddin, Penerbit Jalasutra,
Yogyakarta - Indonesia.
6. DAFTAR PUSTAKA Visser, Edwin (2009): Packaging Design: A
Calver, Giles (2004): What Is Packaging Cultural Sign, Index Book, Barcelona -
Design, Rotovision, SWITZERLAND Spain.
Fiske, John (2007): Cultural and
Communicaion Studies, Penterjemah Situs
Idi Subandy Ibrahim, Jalasutra, Badan Pusat Staisik Republik Indonesia
Yogyakarta - Indonesia. (BPS RI) Copyright©2009:
Giard, Jacques (1990): Product Semanics Angka IPM Indonesia, www.bps.go.id/tab_
and Communicaion dalam Susann sub/view.php (Diunduh 27 Oktober
Vihma, Ed Semanic Visions in Design, 2010)
University of Industrial Arts UIAH, Deinisi Kemasan (2011), Arikel Laman,
Helsinki - Finland. htp://tosuro.blogspot.com (Diunduh
Klimchuk, Marianne R. & Krasovec, Sandra A 25 Mei 2011)
(2007): Desain Kemasan: Perencanaan Exoicsim, htp://en.wikipedia.org/wiki/
Merek Produk yang Berhasil Mulai Exoicism (Diunduh 12 Mei 2011)
dari Konsep sampai Penjualan, Exoicism, www.metmuseum.org/toah/h/
penterjemah Bob Sabran, Erlangga, exot/hd.exot.htm (Diunduh 12 Mei
Jakarta - Indonesia. 2011)
Koentjaraningrat (1981): Pengantar Ilmu Exoicism, www.qub.ac.uk/schools/
Antropologi, Aksara Baru, Jakarta – schoolof English/Imperial/key-
Indonesia. concepts/Exoicism.htm, (Diunduh 12
Norman, Donald A (2004): Emoional Mei 2011)
Design, Basic Books, New York - USA Human Development Report, htp://hdr.
Pirous, A.D (2003): Desain Grais pada undp.org/en/statsiics (Diunduh 27
Kemasan dalam Melukis Itu Menulis, Oktober 2010)
Penerbit ITB, Bandung – Indonesia. Sihombing, Danton (2010): Tipograi
Rustan, Surianto (2008): Layout dasar dan dalam Desain Grais, Arikel Laman,
penerapannya, Gramedia Pustaka htp://freedommag.friendhood.net/
Utama, Jakarta - Indonesia. t48-ipograi-dalam-desain-grais
Rustan, Surianto (2011): Hurufonipograi, (Diunduh 25 Mei 2011)
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta -
Indonesia.
Sabana, Seiawan dkk (2001): Kemasan
Tradisional Makanan Sunda: Ungkapan
Simbolik & Esteik Senirupa Tradisional
Sunda, Penerbit ITB, Bandung -
Indonesia.

15

You might also like