Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
“Oleh-oleh”has become an important thing to buy. “Oleh-oleh” package with prominent
characterisic of the local culture can be found in a small number of “oleh-oleh” shops or
stalls. This characterisic might be hard to ind in other areas. Nowadays, the number of such
packaging is sill limited. With its various cultures, Indonesia should have become a great
source of inspiraion to develop packaging design”oleh-oleh”. This background triggered
the idea that “oleh-oleh” packaging design has great potenial to be developed. Such “oleh-
oleh” packaging can be considered to have a unique posiion for several reasons. In addiion
to its design, its existence in the area of tourism aciviies and cultural environment has been
coninually living side by side with the idenity where it is marketed. “Oleh-oleh” packaging
will be deeply assessed by using a combinaion method of qualitaive and quanitaive
approaches. Qualitaive approach is used to idenify the physical and graphic of it. The
theory underlining this study is a packaging design theory and theories related to the form
of culture. To idenify the character of the packaging, theory associated with uniqueness,
exoics and emoions are employed. Making use of quesionnaire, consumer percepions of
the design are collated. To idenify the average opinion of the respondents, a quanitaive
approach with Semanic Diferenial assessment method is adopted. The study of the food
“oleh-oleh” packaging which can be useful source in design planning, shows that: (1) form,
materials and how to package are the aspects inluencing the construcion of the package;
(2) cultural context viewed at the packaging is cultural context seen as exoics, nostalgic
experience, visual experience, (3) recogniion from consumers is needed to show evidence
of physical experience to the place visited and the desire to collect (4) aspects of culture
on the packaging can be considered as an opportunity to increase sales; (5) the eforts of
food manufacturers in decoraing the package is considered quite successful in highlighing
the uniqueness and the atraciveness of the appearance.
1
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012
2
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15
akan menjadi obyek peneliian. Maka Posisi desain kemasan oleh-oleh kaitannya
rumusan untuk peneliian ini adalah: Aspek- dengan konsumen dan pariwisata
aspek desain apa yang diperimbangkan dipengaruhi oleh fungsi informasi, tampilan,
dalam desain kemasan makanan oleh-oleh kontekstualitas budaya dan idenitas
agar lebih menonjol dibanding kemasan kemasan oleh-oleh. Secara skemais
sekitarnya? Selanjutnya bagaimana persepsi hubungan tersebut seperi diperlihatkan
konsumen terhadap desain kemasan oleh- pada gambar 2.
oleh yang bercirikan budaya? Dari rumusan
tersebut peneliian ini dimaksudkan untuk Desain kemasan diobservasi dari dua sisi.
memahami peran aspek desain kemasan Pertama mengideniikasi yang sifatnya
makanan oleh-oleh dengan karakterisik isik yang terdapat pada obyek desain
ciri budaya lokal. Selain untuk mengetahui itu sendiri. Kedua, mengideniikasi yang
faktor persepsi pengguna terhadap desain bersifat interpretaif, berupa nilai, makna
kemasan oleh-oleh yang berciri budaya atau simbolik. Oleh karena desain kemasan
lokal. merupakan sarana komunikasi antara obyek
dan konsumen, maka dalam peneliian
2. MATERI DAN METODE ini selain observasi dan interpretasi oleh
Materi kemasan yang ditelii didasarkan penelii juga diperlukan interpretasi
pada kemasan oleh-oleh yang terlihat responden/konsumen terhadap obyek.
berbeda, unik, eksois dan berciri budaya Peneliian Desain kemasan makanan oleh-
diambil dari beberapa kota yang banyak oleh menggunakan pendekatan yang
dikunjungi oleh wisatawan, yaitu Bandung, bersifat kualitaif dan kuanitaif.
Yogyakarta, Solo, Garut, Denpasar, Padang,
Riau dan Makassar. Observasi obyek desain dilakukan
berdasarkan sudut pandang penelii
dengan memakai metode peneliian
kualitaif. Teori yang digunakan adalah
teori desain kemasan yang berhubungan
dengan fungsi umum, informasi dan
tampilan. Desain kemasan adalah bagian
dari wujud kebudayaan yang terkait dengan
kelokalan, maka pengetahuan pendukung
yang digunakan adalah berkaitan dengan
ilmu Antropologi seperi wujud budaya dan
eksoisme. Dalam pengambilan keputusan
untuk membeli produk, konsumen idak
saja dituntun oleh pikiran rasionalnya,
seperi rasa enak, isi banyak, atau harga
murah tapi juga sisi emosionalnya, misalnya,
bentuk kemasan yang mengingatkan pada
masa lalu, tekstur daun yang eksois, atau
Gambar 1. Desain Kemasan Makanan Oleh-oleh kemasan berkancing. Untuk itu peneliian
Sumber: Dokumen pribadi ini akan menggunakan pengetahuan
tentang keterkaitan emosional.
3
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012
4
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15
5
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012
Gbr. 4.1 Kiri, Gbr 4.2 Tengah dan Gbr 4.3 Tengah Kemasan Cokelat ‘Gage Choco’
Sumber: Dokumen pribadi
Gbr. 4.4 Kiri , Gbr 4.5 Tengah dan Gbr 4.6 Kanan Kemasan Cokelat ‘Gage Choco’
Sumber: Dokumen pribadi
Pesan informasi yang terdapat pada tersebut maka desain kemasan yang
Cokelat Gage Choco memuat nama beredar di masyarakat memenuhi
produk, nama merk, dan asal produk aspek hukum yang memuat informasi
sedangkan informasi konten produk konten produk yang dikemas.
memuat komposisi, keterangan
kadaluarsa, cara menyimpan, dan berat b. Fungsi Tampilan
isi. Muatan fungsi informasi tersebut Fisik Kemasan
dibuat merujuk pada aturan ketentuan Bentuk luar kemasan mengambil
Undang-Undang Label dan Pangan RI gagasan dari wadah tradisional besek/
Tahun 1999. Dengan mengikui itur pipii yang diperkecil 30% (Gbr. 4.2,
6
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15
4.3). Kemasan sekunder berbahan serat San serif, ipe ini cukup memenuhi
bambu yang dijalin rapat, kemasan fungsi informaif. Jumlah huruf yang
primer berbahan kertas alumunium dipakai 3 ipe (Gbr 4.6).
foil (Gbr. 4.1, 4.5). Label berfungsi
sebagai ruang informasi (Gbr. 4.3, c. Kontekstualitas Budaya pada Kemasan
4.6). Cara kemas: produk yang sudah Oleh-oleh
dilapisi alumunium foil dimasukkan ke Tampilan kemasan mengambil gagasan
dalam besek lalu dililit oleh label, label dari besek atau pipii yang dahulu biasa
berfungsi pula sebagai segel pengaman digunakan untuk wadah makanan,
(Gbr. 4.6). bekal atau berkat makanan yang dibawa
pulang seusai kenduri (Gbr. 4.3).
Grais kemasan
Kemasan primer menggunakan d. Idenitas pada Kemasan Oleh-oleh
bahan alumunium foil berwarna Konsumen idak mempunyai bayangan
perak. Kemasan luar berwarna hijau, mengenai bentuk, rupa dan warna
sedangkan label dominan berwarna makanan karena idak ada gambar/
kuning. Penggunaan warna pada foto atau jendela. Konsumen dapat
kemasan ini berfungsi sebagai sistem memahami setelah membaca informasi.
untuk membedakan ragam rasa produk, Dari segi tampilan, informasi pada label
misalnya hijau-kuning untuk rasa terkesan idak atrakif karena ipe huruf
pisang, ungu-biru untuk rasa bluberi untuk nama produk dan nama merek
(Gbr. 4.3). kurang tebal, warna antara latar puih
dan huruf kuning kurang kontras, lay
Informasi tentang jenis produk, nama out sepi. Informasi tentang produk yang
produk dan merek diletakkan pada berupa teks seperi komposisi, cara
bidang elips, bidang diberi garis border simpan dan kadaluarsa cukup memadai
merah. Label komposisi label simetris, (Gbr. 4.3).
informasi tentang produk berada
pada sisi kanan dan kiri, komposisi Tampilan besek yang membangkitkan
berkesan stais, biasa dan konvensional. emosi (hasrat untuk membeli) melalui
Kepadatan lay out cenderung sepi (Gbr. visual: bentuk, moif anyaman, ukuran
4.3). dan warna. Tampilan antara kemasan
dan label serasi. Melalui rabaan:
Hirarki ukuran huruf menuntun tekstur garis tajam, anyaman bambu
pembaca dengan urutan: nama produk dan bentuk kubus. Melalui bunyi: keika
- nama merek - informasi produk. kemasan diguncang (Gbr. 4.4). Bahan
Legibilitas huruf pada nama produk, alumunium foil untuk produk berkesan
“Gage Choco” kurang terbaca walaupun higienis (Gbr. 4.5).
sudah diberi outline. Tipe huruf yang
dipakai pada nama produk yaitu San Pemakaian kombinasi warna analog,
serif ipis dan pada nama merek yaitu efek kilau warna, dan pengecilan
ipe Script, kedua ipe ini terlihat kurang bentuk besek menampilkan kesan unik
formal dan ragu-ragu (Gbr. 4.3). Tipe (Gbr. 4.2). Bentuk besek yang seperi
huruf yang dipergunakan pada nama kotak yang dililit label terkesan simpel
produk dan teks informasi adalah ipe (Gbr. 4.3). Bentuk besek/pipii, bahan,
7
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012
tekstur garis sayatan bambu, moif kemudian dirujuk pada hasil analisis pada
anyaman menampilkan kesan eksois tahap pertama, sebagai berikut: Responden
(Gbr. 4.3). setuju pada pernyataan atrakif, unik,
simpel, eksois, familiar dan mudah dibawa
Tampilan besek yang tradisional sesuai dengan analisis penelii.
menjadi modern keika diwarnai
dan diperkecil ukurannya (Gbr. 4.2). Responden cenderung ragu pada
Tampilan besek dapat mempengaruhi pernyataan ‘informaif’ sesuai dengan
memori, mengingat wadah masa dulu, analisis penelii antara lain karena:
mengingat kemudahan keika dipakai, informasi teks lengkap namun kurang
keika dibuang, mengingat keika cepat tertangkap karena idak ada jendela
mendapat berkat sehabis kenduri (Gbr. kemasan dan gambar, informasi pada
4.3). Bentuk besek yang berbentuk label kurang atrakif karena kepadatan
kotak dan kecil segenggaman tangan sepi, ipe huruf nama merek/produk
menampilkan kesan mudah dibawa kurang tebal warna huruf dan latar sama-
(Gbr. 4.4). sama pucat. Responden cenderung ragu
pada pernyataan ‘higienis’, idak sesuai
3.2 Analisis Tahap Kedua dengan analisis penelii karena kemasan
Materi kemasan sama dengan materi primer terbuat dari kertas alumunium
analisis tahap pertama, kemasan ini foil memenuhi syarat higienis, responden
sebagai kontestan pada kuesioner yang kurang mendapat kesan higienis karena
diinterpretasi oleh 35 responden laki-laki kemasan tertutup. Responden cenderung
dan perempuan. Hasil ideniikasi kemasan idak setuju dengan pernyataan ‘modern’
pada kuesioner ini adalah hasil rata-rata idak sesuai dengan analisis penelii antara
dari pendapat 35 orang responden yang lain karena: pewarnaan dengan warna
8
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15
cerah jauh dari warna alami, bentuk yang bentuk geometris seperi, kotak, silinder,
diperkecil dari ukuran asli besek, kombinasi kerucut, elips dan bundar. Bentuk non
yang serasi antara label dan kemasan, cara geometris seperi, tas selempang dan
menempelkan label. Responden mungkin hai. Bahan kemasan sekunder terdiri
hanya terpaku pada gagasan bentuk dari: anyaman bambu, anyaman pandan,
tradisional saja. anyaman rotan, kerajinan daun, kayu dan
plasik. yang terbanyak adalah anyaman
4. HASIL PENELITIAN bambu. Bahan kemasan primer yang dipakai
4.1 Ideniikasi Visual terdiri dari: alumunium foil, selofan, kertas
Dari 10 kriteria idenitas dan informasi minyak, daun lontar, daun pisang kering,
wajib pada kemasan hanya 3 kriteria yang plasik, plasik sachet, dan botol plasik.
dipenuhi seluruh produsen, yaitu: nama Bahan kemasan yang terbanyak dipakai
produk, nomor pendataran dan asal kota. adalah selofan dan plasik. Warna kemasan
Dari 15 produk ada 2 yang memenuhi hampir terdiri dari: warna natural bahan alami,
semua kriteria idenitas dan informasi yang warna celup coklat. hijau, merah marun
harus ada pada kemasan, yaitu: produk dan warna cat hijau toska, sebagian besar
cokelat Chocodot dari Garut dan produk memakai warna natural. Warna label terdiri
Markisa Cemerlang dari Makassar. dari: warna puih, kuning, hijau, coklat dan
oranye, yang terbanyak dipakai adalah
Bentuk kemasan sekunder terdiri dari warna puih. Komposisi label terdiri dari:
9
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012
10
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15
11
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012
kemasan ditunjukkan dengan angka maka dengan pendapat penelii karena sebagian
hasilnya adalah seperi yang diperlihatkan besar konteks kemasan berkaitan dengan
oleh tabel 5. budaya masa lalu, bahan kemasan dipakai
bukan olahan pabrik tapi bahan alami, cara
4.4 Hasil Rata-rata Pendapat Responden kemasan dominan menggunakan tangan.
jika dirujuk dengan Hasil Ideniikasi Sebagian besar kemasan oleh responden
Karakter menurut Penelii: dianggap cenderung kurang higienis. Tidak
Responden cenderung menganggap sesuai dengan hasil ideniikasi visual dan
kemasan unik, atrakif dan eksois, familiar, karakter karena menurut analisis penelii
mudah dibawa sesuai dengan hasil sebagian besar bahan kemasan memenuhi
ideniikasi visual dan karakter pendapat syarat higienis, mungkin kesan higienis
penelii. Demikian pula dengan pendapat kurang terlihat karena kemasan luar yang
responden tentang kurang informaif, tertutup dan terpengaruh oleh tampilan
kurang simpel dan cenderung idak modern. yang idak modern.
Sebagian besar kemasan oleh responden Berdasarkan jumlah nilai karakter dan nilai
dianggap cenderung kurang simpel sesuai kemasan maka terpilihlah kemasan yang
dengan pendapat penelii karena bentuk, paling disukai, disukai dan kurang disukai
tekstur, moif hias, anyaman dan cara oleh responden, seperi diperlihatkan pada
mengemas sangat variaif. Produsen belum gambar 5, 6 dan 7.
banyak melakukan pengorganisasian
desain yang simpel tapi tetap menarik. 5. KESIMPULAN
Sebagian besar kemasan oleh responden Desain kemasan makanan oleh-oleh
dianggap cenderung idak modern sesuai berciri budaya yang ditelii dan setelah
12
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15
15
Wimba, Jurnal Komunikasi Visual & Mulimedia. Vol.04 No.2 Tahun 2012
visual (bentukan kemasan yang unik, serta pemanfaatan gradasi warna yang
moif anyaman, moif tutul) dan dari sisi kurang tepat. Selain itu hasil peneliian
pengalaman perabaan (bentuk jinjingan, memperlihatkan bahwa masih dominannya
tekstur daun). Sensasi eksois memberikan penggunaan border dan komposisi simetris
pengalaman baru (experience) kepada yang terkesan kuno, membosankan, dan
konsumen. Nostalgia, rasa senang keika dapat dianggap ‘keinggalan’ jaman.
melihat kemasan unik, atau rasa nyaman Seringkali kemasan menampilkan keidak-
keika menjinjing kemasan menimbulkan serasian antara komposisi label dengan
emosi posiif. Kedua hal inilah yang bentuk kemasan, yang menunjukan bahwa
berperan pening dalam menumbuhkan produsen belum memahami dan mengeri
aspek persuasi bujukan pada diri konsumen kemanfaatan strategis dari pengetahuan
untuk memilih dan membeli produk. desain grais untuk kemasan makanan.
14
Nina Nurviana, Idenitas dan Karakter Budaya Lokal pada Kemasan Makanan Oleh-Oleh 1-15
15