You are on page 1of 8

TRADISI A’BORONG DALAM PENYELESAIAN SENGKETA SECARA

ADAT DALAM WILAYAH MASYRAKAT ADAT AMMATOA KAJANG


BULUKUMBA
A'BORONG TRADITION IN TRADITIONAL DISPUTE SETTLEMENT IN THE AMMATOA
INDIGENOUS COMMUNITY TERRITORY, KAJANG BULUKUMBA

Rahmat fauzi ramadhan


Mahasiswa fakultas hukum universitas sembilang belas november kolaka

ABSTRACT
A'borong is one of the systems or containers used by the Kajang indigenous people in terms of taking the
resolution of a dispute. Where this decision is accompanied by deliberation by all traditional stakeholders
so that the results of this deliberation have the power that applies to all the Kajang indigenous people.
Literature research is a type of research used in the study of related norms or doctrines. The results of this
study will be reviewed in the form of a qualitative description of the application of the concept of literature
review accompanied by a normative juridical approach until conclusions can be drawn. The legal basis for
implementing a'borong in the Kajang Customary Law Society is contained in PERDA NO. 9 YEAR 2015 in
article 8 point b, article 14 point a, article 22 paragraph 1 and 2. A'borong is defined as a forum to resolve
all disputes or problems which is delegated by Customary Law based on Pairs. This forum is in the form of
a joint forum that must be attended by customary stakeholders and community leaders. A'borong is one
way to decide all disputes and problems and is the main choice in the settlement process compared to other
methods, if it can be resolved in A'borong. A'borong was carried out by the MHA Ammatoa Kajang
customary court, there was a dispute that occurred, whether it was done by.

keywords: a'borong; dispute; legal community; kajang custom

ABSTRAK:
A’borong merupakan salah satu sistem atau wadah yang digunakan oleh masyarakat adat Kajang dalam hal
mengambil penyelasaian sebuah sengketa.Dimana keputusan ini disertai dengan musyawarah oleh semua
pemangku adat sehingga hasil musyawarah ini memiliki kekuatan yang berlaku kepada semua masyarakat
adat Kajang tersebut. Penelitian kepustakaan (library research) menjadi tipe penelitian yang di gunakan
pada kajian norma-norma atau doktrin terkait. Hasil penelitian ini akan di kajikan dalam bentuk deskriptif
kualitatif penerapan konsep kajian kepustakaan yang disertai dengan pendekatan yuridis normatif hingga
pada akhirnya dapat di tarik kesimpulan. Dasar hukum pelksanaan a’borong di Masyarkat Hukum Adat
kajang terdapat dalam PERDA NO.9 TAHUN 2015 pada pasal 8 poin b, pasal 14 poin a, pasal 22 ayat 1
dan 2.A’borong diartikan sebagai wadah untuk menyelesaikan segala sengketa atau permasalahan yang
dilimpahkan secara Hukum Adat berdasarkan Pasang. Wadah ini berbentuk forum bersama yang harus
dihadiri oleh para pemangku adat dan tokoh masyarakat, A’borong menjadi salah satu cara dalam
memutuskan segala Sengketa dan permasalahan dan menjadi pilihan utama dalam proses penyelesaian
dibandingkan cara yang lain, jika memang bisa diselesaikan dalam A’borong. A’borong dilaksanakan oleh
peradilan adat MHA Ammatoa Kajang terhadap adanya suatu sengketa yang terjadi baik yang dilakukan
oleh MHA Ammatoa maupun masyarakat luar selama sengketa tersebut dilakukan di dalam kawasan MHA
Ammatoa yang dikenal dengan IlalangEmbayya(kawasan dalam).
kata kunci: a’borong;sengketa;masyaarakat hukum;adat kajang
PENDAHULUAN
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
A’borong merupakan salah satu sistem yang dalam undang-undang.”
digunakan oleh masyarakat adat Kajang dalam
hal mengambil suatu keputusan untuk segala Hak masyarakat adat adalah hak yang melekat
macam perbuatan. Dimana keputusan ini disertai pada setiap orang sebagai masyarakat asli atau
dengan musyawarah oleh semua pemangku adat masyarakat pribumi sebagai pemangku hak dan
sehingga hasil musyawarah ini memiliki kewajiban serta sebagai perwujudan dari hak
kekuatan yang berlaku kepada semua masyarakat asasi manusia pada umumnya. Masyarakat adat
adat Kajang tersebut. yang berada pada suatu wilayah tertentu dengan
hukum adat tertentu yang dijadikan sebagai
Hukum adat merupakan salah satu bentuk hukum pedoman dan landasan hidupnya. Hak-hak
yang berlaku dalam kehidupan dan budaya masyarakat adat yang dimaksud adalah hak
hukum masyarakat Indonesia yang hingga saat ini Pengelolaan dan Pemanfaatan Lingkungan
masih berlaku. Keberadaan hukum adat dalam Hidup,Hak Spritualitas dan Hak Ekonomi, Sosial
sistem hukum nasional Indonesia mendapat Dan Budaya serta berbagai macam hak lainnya.
tempat penting dan strategis. Hukum adat sebagai Pada Pasal 28 I ayat (3) menyatakan bahwa :
bagian dari hukum yang hidup dan berkembang “Identitas budaya dan hak masyarakat tradisonal
dalam masyarakat sudah ada jauh sebelum dihormati selaras dengan perkembangan zaman
produk hukum kolonial diberlakukan di dan peradaban”.
Indonesia atau bahkan pada sejarah kolonialisme
di Indonesia. Hukum adat dipandang sebagai prasarana yang
digunakan oleh Masyarakat Hukum adat dalam
Keberadaan Hukum adat dapat kita lihat hingga memenuhi hak adat mereka, sehingga hukum
saat ini melalui adanya peradilan-peradilan adat adat harus diperhatikan dan dilindungi
serta perangkat-perangkat hukum adat yang keberadaannya baik oleh hukum, masyarakat,
masih dipertahankan oleh masyarakat hukum maupun pemerintah sehingga eksistensi atau
adat di Indonesia untuk menyelesaikan keberadaan hukum adat dalam kehidupan dan
permasalahan-permasalahan delik dan sengketa. budaya hukum masyarakat Indonesia dapat terus
Masyarakat Hukum Adat percaya dan puas dijaga.
terhadap hasil keputusan yang dikeluarkan
melalui peradilan adat mereka terhadap suatu Seiring berkembangnya zaman banyak
permasalahan yang diadili melaluinya, serta Perubahan- perubahan terjadi dengan berbagai
putusan tersebut dapat mengembalikan masalah yang ditimbulkan, berkaitan dengan
keseimbangan dalam kehidupan masyarakat adat persoalan tertib kehidupan masyarakat serta
atas keguncangan spiritual yang terjadi atas sarana kontrol dengan segala aspek hukumnya.
permasalahan-permasalahan tersebut. Perubahan tidak hanya terjadi pada skala lokal ke
nasional, regional ke global, tetapi juga dalam
Secara Yuridis eksistensi hukum adat diakui oleh kontrak strukturalnya dari yang homogen ke yang
Negara sebagai salah satu bentuk hukum yang heterogen dan dari yang dependen ke yang
diakui keberadaaannya dalam kehidupan dan interdependen.
budaya hukum masyarakat Indonesia, pengakuan
dan penghormatan Negara mengenai hukum adat Pentingnya mekanisme penyelesaian sengketa
tercantum dalam bagi masyarakat yang memiliki sistem
Undang-Undang Dasar Negara Republik pengurusan diri sendiri self-governance menjadi
Indonesia Tahun 1945 Pasal 18B ayat (2) yang hal utama. Jika masyarakat adat ingin memiliki
berbunyi: keyakinan akan adat istiadat mereka sendiri maka
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan- mereka harus merasa bahwa kelembagaan dalam
kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak masyarakatnya dapat menjalankan pengaturan
tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai secara adil jika keadilan ini tidak terjamin maka
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip warga masyarakat adat akan mencari kepastian
norma norma yang memiliki makna berbeda
Masyarakat Hukum Adat dibeberapa daerah di dengan norma-norma lainnya.
Indonesia hingga saat ini masih menggunakan
hukum adat untuk menyelesaikan permasalahan
PEMBAHASAN/HASIL
atau sengketa yang terjadi di kawasan adat
mereka.Salah satunya adalah Masyarakat hukum
adat Ammatoa yang berada di Kabupaten A. Tradisi a’borong dalam penyelesaian
Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan yang sengketa masyarakat adat ammatoa kajang
menerapkan peraturan adat dan masih
menggunakan peraturan tersebut sebagai dasar 1. pasang ri kajang(pesan di kajang)
falsafah dalam kehidupan sehari-hari.
Jika merunut sejarah tentang Pasang dari
Masyarakat adat Ammatoa secara turun temurun
Ammatoa sebagai pemimpin disebutkan bahwa
hidup mendiami desa Tana Toa (tanah tertua),
Pasang ri Kajang adalah ajaran dan peraturan
Kecamatan Kajang yang kira-kira terletak 90 KM
tentang segala sesuatu yang harus dilaksanakan
arah timur dari ibukota Kabupaten Bulukumba dalam kehidupan ini agar mendapat kesalamatan
atau sekitar 240 KM di selatan kota Makassar
dari Turiek Arakna dimana Pasang ini tidak
Sulawesi Selatan.
dituliskan dan tidak boleh dikitabkan karna pada
awal mulanya pasang-lah yang menjadi sumber
Masyarakat Hukum Adat Ammatoa Kajang
dari ajaran yang tertulis, sumber Pasangyang
merupakan salah satu masyarakat Adat yang ada diterima Ammatoa adalah ajaran dan tuntunan
di Indonesia dan sampai saat ini masih hidup
langsung dari Turiek Arakna, jadi semacam
berdasarkan adat para leluhurnya, dipimpin oleh wahyu dalam Agama Abrahamik yang
seorang kepala suku yang disebut sebagai Amma.
diturunkan dari Tuhan ke seorang yang diutus
Pemenuhan hak-hak Masyarakat Hukum Adat
untuk menyampaikan wahyu tersebut ke seluruh
Kajang belum seluruhnya direalisasikan oleh
umat manusia.
pemerintah. Ini dibuktikan dengan adanya
diskriminasi terhadap Masyarakat Hukum Adat Jika kita melihat kedudukannya dalam Perda
Kajang dalam pengelolaan dan pemanfaatan
Kab. Bulukumba Nomor 9 Tahun 2015 Pasal 1
Hutan Adat yang dilakukan oleh Pemerintah.
ayat (7) yaitu:
Dalam hal ini PT. Longsum sebagai perusahaan
Pasang Ri Kajang untuk selanjutnya disebut
yang mengelolah dan memanfaatkan Hutan Adat
pasang adalah sumber nilai yang mengatur
Riallaa yang dimiliki Oleh Masyarakat Hukum seluruh sendi kehidupan MHA Ammatoa Kajang,
Adat Kajang menjadi bukti bentuk diskriminasi
diantaranya berhubungan dengan masalah
Pemerintah terhadap Masyarakat asli tersebut.
sosial, budaya, pemerintahan, kepercayaan,
Dengan pengelolaan dan pemanfaatan Hutan
lingkungan dan pelestarian hutan.
Adat ini oleh pemerintah, maka Masyarakat
Hukum Adat Kajang tidak dapat memanfaatkan
Secara umum, ada hal yang menjadi pokok aturan
hutan adatnya sendiri dan terdapatempat ribu
di dalam adat Ammatoa yaitu diantaranya sebagai
Masyarakat Adat yang tidak memiliki tempat
berikut :
tingal.
a.Melaksanakan perintah adat dan menjauhi hal-
hal yang dilarang.
METODE PENELITIAN b.Patuh dan taat pada aturan-aturan adat.
Tipe yang digunakan adalah penelitian hukum c. Menghargai dan menghormati aturan adat.
normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
cara pengumpulan bahan bahan hukum yang Pokok aturan tersebut merupakan landasan dalam
berkaitan dengan masalah yang di ajukan dalam menjalankan aturan-aturan adat di Kawasan Adat
penelitian ini. Penelitian kepustakaan Ammatoa yang berlaku untuk semua.
meerupakan upaya untuk lebih jauh menjajaki Maksudnya, bahwa siapa pun itu tanpa pandang
sekaligus mendalami suatu masalah dengan bulu, tanpa melihat pangkat, derajat, harkat dan
mencukupkan pada kajian norma norma atau martabat seseorang, kalau melanggar aturan
doktrin hukum terkait sehingga menemukan
berarti harus dihukum sesuai dengan hukum adat yang di selenggarakan oleh
yang berlaku. Dalam aturan adat, ada yang lembaga adat.
disebut Pasang berupa larangan, Pasang dengan
ketegori ini adalah isinya lebih mengarah ke Tugas ddan wewenang MHA
aturan yang bersifat sanksi bagi yang melanggar ammatoa kajang adalah Pasal 14 poin a
seperti, tidak boleh memungut hasil hutan mematuhi, menjaga dan
larangan, tidak boleh merubah model rumah dan melestarikan pasang sebagai
lain sebagainya bersifat larangan. Hal ini menjadi pedoman tatanan kehidupan
ketegasan yang tetap dijaga sakralitasnya hingga masyrakat adat.
saat ini. Salah satu pasang yang berbunyi: MHA ammatoa kajang berhak Pasal 22 ayat 1
untuk menjalankan hukum
adatnya
Pangsulu’ rara lalang rambang adalah larangan
Dalam hal terjadi pelanggaran
keras bagi siapa saja yang mengeluarkan darah
atas hukum adat dalam wilayah Pasal 22 ayat 2
manusia, baik yang disengaja maupun tidak, adat, baik yang dilakukan oleh
bahkan luka yang disebabkan perkelahian MHA ammatoa kajang maupun
ataupun karena hal- hal lain yang lain yang bukan MHA ammatoa kajang,
disebabkan oleh pelanggran yang mengeluarkan diselesaikan melalui sistem
darah meskipun tidak ada pembunuhan maka pradilan adat.
akan Nipassala (dikenakan sanksi) yaitu Poko’ Sumber data: perda no.9 tahun
Ba’bala. 2015

Penulisan hukum pidana adat Kajang Berdasarkan tabel di atas, secara umum
yang dilakukan para penulis dan penelitian tidak dijelaskan tentang prosedur
Kajang sebelumnya tidak pernah memiliki a’borong/mediasi di MHA Ammatoa Kajang. Hal
keseragaman dan lengkap layaknya sebuah kitab ini disebabkan karena a’borong/mediasi ini diatur
hukum. Hal ini disebabkan masyarakat adat Tana dalam Pasang sebagaimana dalam pasal 14 poin
Toa kajang tidak memiliki kitab mengenai hukum a di atas. Oleh sebab itu, prosedur a’borong/
pidana adatnya. Hasil penelitian dan penulisan medisi ini hanya dapat dilakukan apabila:
selama ini didasarkan pada wawancara sehingga a. A’borong/mediasi tersebut tersebut
kerap hasilnya tidak utuh, karena sering kajian dibuat dan dilaksanakan oleh Lembaga
hukum pidana adat Tana Toa Kajang hanya Adat pada MHA Ammatoa Kajang
‘terselip’ menjadi pelengkap dari tema besar sebagaimana pada pasal 8 poin b
kajian budaya Tana Toa Kajang. tersebut.
b. A’borong tersebut diatur dalam Pasang
2. dasar hukum a’borong di MHA ammatoa (tuntunan) yang diistilahkan sebagai
kajang Pasang Ri Kajang (tuntunan masyarakat
Mediasi dalam Masyarakat Hukum Adat Kajang). Semua MHA Ammatoa Kajang
(MHA) Ammatoa Kajang disebut dengan istilah menerapkan ketentuan-ketentuan adat
A’Borong dalam bahasa Indonesia adalah yang ada dalam pasangtersebut tanpa
musyawarah untuk perdamaian. pengecualian. Ketentuan adat ini
Adapun prosedur mediasi atau a’borong adalah dipandang sesuatu yang baku (lebba)
sebagai berikut: yang diterapkan kepada setiap orang
yang melakukan pelanggaran akan
Tabel. Dasar Hukum A’Borong/mediasi Di MHA mendapat sanksi. Sikap tegas (gattang),
Ammatoa Kajang jujur (lambusu), taat (pisona) dan sabar
PERDA NO.9 TAHUN 2015 KETERANGAN (sabbara) sebagaimana dikutip dalam
Dalam kedudukan sebagai subjek pasang ri Kajangbahwa Anre Na’kulle
hukum, MHA ammatoa kajang Pasal 8 poin b Nipinr-pinrai Punna Anu Lebba’artinya
berhak untuk mengurus jika sudah menjadi ketentuan tidak bisa
kehidupan bersama masyarkat diubah lagi dan Lambusunuji Nukaraeng,
adat berdasarkan hukum adat Gattannuji Nu Ada, Pisonanuji Nu Sanro,
Sabbarannu Nu Guru artinya dihormati permasalahan yang dilimpahkan secara Hukum
karena kejujuran, dipandang karena Adat berdasarkan Pasang. Inilah yang dimaksud
ketegasan, berilmu karena ketaatan dan dengan sistem peradilan adat dalam Perda Kab.
berhasil karena kesabaran. Bulukumba Nomor 9 Tahun 2015 pasal 22 ayat
c. A’borong/ mediasi merupakan salah satu (1) dan (2).
hukum adat yang terdapat dalam MHA
Ammatoa Kajang sebagaimana dalam Wadah ini berbentuk forum bersama yang harus
pasal 22 ayat 1 di atas. Oleh karena itu, dihadiri oleh para pemangku adat dan tokoh
semua masyarkat Ammatoa Kajang masyarakat, A’borong menjadi salah satu cara
wajib untuk tunduk dan patuh dalam dalam memutuskan segala Sengketa dan
melaksanakan hukum adat tersebut. permasalahan dan menjadi pilihan utama dalam
Termasuk tunduk dan patuh dalam proses penyelesaian dibandingkan cara yang lain,
pelaksanaan a’borong apapun hasilnya jika memang bisa diselesaikan dalam A’borong.
nanti
d. A’borong dilaksanakan oleh peradilan Setiap urusan dan permasalahan yang
adat MHA Ammatoa Kajang terhadap dilimpahkan ke wilayah penyelesaian adat
adanya suatu sengketa yang terjadi baik berdasarkan dua cara. Pertama, sengketa atau
yang dilakukan oleh MHA Ammatoa permasalahan tersebut merupakan perintah
maupun masyarakat luar selama sengketa langsung Ammatoa untuk menghadiri berupa
tersebut dilakukan di dalam kawasan acara adat seperti yang terjadi pada saat ritual
MHA Ammatoa yang dikenal dengan a’dingingi yang dihadiri langsung oleh peneliti,
IlalangEmbayya(kawasan dalam). dimana pemanggilan ini diwakili oleh pemangku
adat dan tokoh masyarakat. Kedua, setiap urusan
Berdasarkan hal di atas, bahwa mediasi/a’borong dan permasalahan dapat berupa pelaporan dari
dalam MHA Ammatoa Kajang ini dilaksanakan masyarakat langsung dan usulan dari para
sesuai dengan prosuder yang terdapat dalam pemangku adat maupun tokoh masyarakat. Perlu
Pasang Ri Kajang Dilaksanakan oleh seluruh diketahui, bahwa pelaporan berarti suatu urusan
MHA Ammatoa Kajang tanpa terkecuali dalam dan permasalahan tersebut belum pernah ada
hal penyelesaian suatu sengketa. upaya untuk penyelesaian yang dilimpahka
secara Hukum Adat sebagai forum pertama untuk
Pelaksanaan a’borong/mediasidilakukan menyelesaikannya, dan usulan berarti suatu
olehpemangku adat(Ammatoa) atau pemangku masalah sudah pernah di upayakan
adat lainnya yang diberikan kepercayaan dari penyelesaiannya tetapi tidak menemui solusi dan
Ammatoa untuk melakukan a’borong/mediasi keputusan.
tersebut dengan menghadirkan para pihak yang
bersengketa dalam kasus tersebut.
Tata urutan pelaksanaan A’borong dalam
Hasil keputusan a’borong ini dipatuhi dan penyelesaian sengketa adalah sebagai berikut.
dijalankan oleh para pihak yang bersengketa 1. Setelah ada pelaporan atau usulan dari
sebagai wujud dari penghormatan mereka Pemangku Adat maka Ammatoa akan
sebagai masyarakat hukum adat kepada Turie’ memanggil para pemangku adat untuk
a’ra’na (Yang Maha Kuasa). Dengan demikian membicarakannya lebih dulu.
semua proses mediasi/a’borong mencapai 2. Setelah siap untuk dilaksanakan prosesi
kesepakatan damai. A’borong maka Galla Puto adalah orang yang
harus membuka A’borong sekaligus menutup
B. Proses penyelesaian sengketa melalui setelah pada tahap keputusan (Le’ba’).
tradisi a’borong masyarakat adat ammatoa 3. Setelah itu, orang-orang yang terkait dalam
kajang sengketa langsung didudukkan dan dimintai
ke terangan awal, jika sudah pernah
A’borong diartikan sebagai wadah untuk diupayakan penyelesaiannya oleh Labbiriyya
menyelesaikan segala sengketa atau atau Ada’ maka akan diminta keterangan
bagaimana kronologis penyelesaian dan apa Ammatoa yang diberikan karena pelanggaran
kendalanya, setelah jelas apa duduk perkara ini melanggar aturan yang memang sangat
dan kendalanya barulah A’borong dimulai dilarang (Le’ba’ Riolo).
dengan melanjut kan hasil-hasil pembicaraan 6. Keputusan (Le’ba) Pada akhir A’borong ini
sebelumnya yang dilakukan oleh forum diputuskanlah keputusan dari sengketa yang
Labbiriyya ataupun Ada’. Tetapi jika forum di bahas apakah termasuk Cappa’ Ba’bala,
A’borong menjadi forum pertama Tangnga Ba’bala atau Poko’ Ba’bala, setelah
penyelesaian maka akan diminta keterangan Ammatoa memberikan salah satu dari ketiga
awal apa yang duduk perkara dan yang sanksi maka putusan harus secepat mungkin
disengketakan sampai pada kesimpulan ahwa dilaksanakan demi menghindari kekacauan
sengketa itu siap untuk dibahas untuk prosesi dan keburukan yang akan menimpa wilayah
pembuktian. adat yang disebut (manraki tau ta’bala).
4. Prosesi pembuktian adalah prosesi yang
dilaksanakan dengan sangat teliti dan tegas. Mekanisme Lain Dalam Menyelesaikan Sengketa
Semua orang yang dianggap terlibat dalam Dan Permasalahan Perkara Adat dalam MHA
sengketa seperti tergugat, penggugat, saksi- Kajang.
saksi, pihak ketiga, pihak keempat dan lainnya Pada keadaan tertentu ketika suatu masalah tidak
wajib untuk didudukkan disatu barisan tempat dapat dilimpahkan pada metode A’borong atau
duduk yang sama dan dimintai keterangan keputusan A’borong tidak dilaksanakan serta
jujur, jika ada keraguan didalamnya atau sengketa yang diserahkan dalam A’borong sulit
keterangan yang disampaikan oleh pihak yang untuk diputuskan maka langkah-langkah yang
bersengketa menurut forum sangat penting diambil adalah langkah tegas, ketegasan ini
menjadi dasar keputusan maka diperlukan berbentuk ritual sakral yaitu.
daya paksa yang sangat tegas dan sakral, yaitu
dengan melaksanakan ritual tambahan yaitu 1. Ritual Adat
Tunra atau disumpah adat.
5. Setelah prosesi pembuktian dan sumpah jika a. Tunu Panroli (Bakar Linggis/Besi)
diperlukan telah dilaksanakan maka forum Secara harfiah tunu panroli ini dapat diartikan
Ammatoa memberikan ancaman sanksi yang dengan bakar besi. Ritual adat ini hanya
akan diterima, pada tahap ini kepada orang dilaksanakan pada kasus pencurian, dimana ritual
yang dianggap bersalah (Tergugat) dapat ini dilaksanakan jika tidak ada pengakuan
meminta keringan hukuman yang disebut langsung dari yang dituduh sebagai pelaku pada
kebijaksanaan Ammatoa sebagai prosesi A’borong atau memang pelaku tidak
“Angrappungngi Amma” seperti pada kasus ditemukan.Pada prosesi ini sebuah besi akan
film Liontin TanahTerlarang yang dipanaskan sampai besi tesebut berwarna merah
didalamnya dimainkan dan menjadi panas, dan besi tersebut dibacakan jimat dan
narasumber oleh beberapa masyarakat Kajang mantra tertentu untuk mencari siapa pencuri yang
yang memainkan secara keliru prosesi Adat sebenarnya, dimana besi ini akan dipegang
Ganrang Tallua, hinggga sampai pada sanksi seluruh orang yang ada dan yang dituduh sebagai
Poko’ Ba’bala, tetapi diberikan kebijaksanaan pelaku, bagi siapa yang tidak bersalah pasti tidak
oleh Ammatoa untuk diringankan. Tetapi akan ada luka bakar atau lecet sedikitpun tetapi
kebijaksanaan ini tergantung pada jenis sebaliknya pelaku pasti terbakar. Tetapi rata-rata
pelanggaran apa yang ia buat, jika sudah kasus sesuai dengan wawancara langsung
terlalu penting dan menyangkut hajat hidup dengan Galla Puto juru bicara Ammatoa, pelaku
orang banyak seperti menebang pohon akan segera mengaku ketika gilirannya
dihutan terlarang meskipun jumlahnya satu memegang besi tersebut, tetapi ada juga beberapa
pohon kecil, mengambil ikan meskipun kasus dimana pelaku sudah menipis keyakinan
seekor, atau mengambil madu setetes atau nya terhadap pasang tetap berani menguji
mengeluarkan darah manusia riilalang kesaktian ritual tersebut dan akhirnya tangannya
embayya meskipun tidak membunuh melepuh dan ini betul-betul terjadi.
sekalipun maka tidak ada kebijaksanaan
b. Tunra (Penyumpahan) membakar sesajen dan mengasapi semua orang
Ritual ini adalah ritual yang dilakukan pada yang terlibat dalam sengketa ataupun yang
proses pembuktian A’borong dan hal-hal yang disangka telah mmebuat pelanggaran, setelah itu
lain yang bertujuan untuk meminta keterangan turunlah kutukan Ammatoa, yang hanya
atau kesaksian yang sejujur-jujurnya. Adapun Ammatoa sendiri yang dapat mengucapkannnya.
Tunra ini harus dibawa oleh ahli sumpah yang Setelah turun hukuman berupa kutukan tersebut
ditunjuk langsung Ammatoa untuk membacakan maka semua orang diharapkan agar tetap tenang
mantra dan azimat tertentu, dan Tunra tidak dapat dalam beberapa hari kedepan untuk mengetahui
dilaksanakan sselain orang yang mempunyai apa yang terjadi dan jika hari yang dimaksud
tugas membawanya. Dimana dampak yang Ammatoa telah tiba, Ammatoa sendiri akan
didapat oleh orang yang tidak memberikan memutuskan siapa yang bersalah dalam
keterangan dan kesaksian yang sebenarnya maka permasalaha n yang terjadi.
akan mendapatkan kesukaran rejeki dan umur
yang tidak diberkahi, sama dengan tunu panroli PENUTUP
ancaman ini kebanyakan akan mengundurkan KESIMPULAN
niat yang bersengketa dan siap mengakui 1. A’borong merupakan salah satu sistem yang
kesalahannya atau akan memberikan kesaksian digunakan oleh masyarakat adat Kajang
yang jujur walaupun akan memberatkan orang dalam hal mengambil suatu keputusan untuk
yang dibelanya bagi yang meyakini kesakralan segala macam perbuatan. Dimana keputusan
pasang tetapi sebaliknya bagi yang sudah menipis ini disertai dengan musyawarah oleh semua
keyakinannya akan pasang akan tetap siap untuk pemangku adat sehingga hasil musyawarah ini
disumpah, karna pada prinsipnya sanksi-sanksi memiliki kekuatan yang berlaku kepada
yang seperti ini secara ilmiah sulit untuk semua masyarakat adat Kajang tersebut.
diterangkan tetapi pada fakta yang terjadi pada 2. Dasar hukum pelksanaan a’borong di
Masyarakat Ammatoa betul-betul terjadi. Masyarkat Hukum Adat kajang terdapat
dalam PERDA NO.9 TAHUN 2015 pada
c. Tunu Passau (Bakar Sesajen) pasal 8 poin b, pasal 14 poin a, pasal 22 ayat 1
Tunu passau sebagai jalan terakhir dalam dan 2.
penyelesaian sengketa dan permasalahan. Syarat 3. A’borong diartikan sebagai wadah untuk
dilaksanakannya Tunu Passau adalah: menyelesaikan segala sengketa atau
1. Jika orang bersengketa tidak memenuhi permasalahan yang dilimpahkan secara
penggilan ammatoa dalam A’borong Hukum Adat berdasarkan Pasang. Wadah ini
dimana pemanggilan ini harus dianggap berbentuk forum bersama yang harus dihadiri
sebagai bentuk penolakan orang yang oleh para pemangku adat dan tokoh
bersengketa dan dapat dikenai langsung masyarakat, A’borong menjadi salah satu cara
sanksi Poko’ Ba’bala. dalam memutuskan segala Sengketa dan
2. Jika tidak ada saksi atau bukti pada permasalahan dan menjadi pilihan utama
pelanggaran memang dinggap dalam proses penyelesaian dibandingkan cara
merugikan/mencelakai seseorang, yang lain, jika memang bisa diselesaikan
misalnya kasus yang dialami Karaeng dalam A’borong. A’borong dilaksanakan oleh
Pattongko yang berakhir pada ritual peradilan adat MHA Ammatoa Kajang
Tunu Passau, hal ini terjadi setelah terhadap adanya suatu sengketa yang terjadi
dibicarakan lebih dahulu Ammatoa baik yang dilakukan oleh MHA Ammatoa
dengan pemangku adat lain, karena maupun masyarakat luar selama sengketa
Karaeng Pattongko pun termasuk tersebut dilakukan di dalam kawasan MHA
pemangku adat. Setelah disetujui barulah Ammatoa yang dikenal dengan
prosesi ini akan dilanjutkan. IlalangEmbayya(kawasan dalam).

Tata cara pelaksanaan ritual ini harus


dilaksanakan dikediaman langsung Ammatoa dan
juga dilaksanakan olehnya, pertama dengan
repository.unhas.ac.id/id/eprint/2423/3/B0221
SARAN 72005_tesis%201-2.pdf
Adapun saran yang terkait di antaranya adalah
perlu kiranya memasukkan unsur unsur atau
nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang di gunakan
dalam masyaraakat adat terkhusus yang ada di
masyrakat hukum adat kedalam aturan nasional
baik yang berbntuk undang undang ataupun
aturan teknis lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Muhdar, M. Z., & Jasmaniar, J. (2020). Studi


Perbandingan A'borong (Musyawarah)
Masyarakat Hukum Adat Kajang Dihubungkan
Dengan PERMA Nomor: 1 Tahun 2016 Tentang
Mediasi. PETITUM, 8(1 April), 57-70.

Syamsul, N. Q. (2020). EKSISTENSI


PENYELESAIAN SENGKETA SECARA ADAT DALAM
WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT
AMMATOA KAJANG (Doctoral dissertation,
Universitas Hasanuddin).

Fitriani, A. (2003). Eksistensi tanah hak ulayat


masyarakat hukum adat Kajang dan
pengelolaannya di Kabupaten Bulukumba
Sulawesi Selatan (Doctoral dissertation,
Universitas Gadjah Mada).

Fuad, F., Thalib, H., & Zainuddin, Z. (2021).


Penerapan Asas Legalitas Materil Terhadap
Hukum Pidana Adat: Studi Tana Toa Kajang.
Journal of Lex Theory (JLT), 2(1), 1-18.

Hafid, A. (2013). Sistem Kepercayaan Pada


Komunitas Adat Kajang Desa Tanah Towa
Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
Patanjala, 5(1), 1-19.

SYAMSUL, N. Q. (2020, november 26). EKTENSI


PENYELESAIAN SENGKETA SECARA ADAT
DALAM WILAYAH MASYARAKAT HUKUM ADAT
AMMATOA KAAJANG . megister knotaritan
fakultas hukum universitas hasanuddin, pp. 14-
19. Retrieved from

You might also like