You are on page 1of 15

PENYELESAIAN PERKARA TINDAK PIDANA KEKERASAN

DALAM RUMAH TANGGA MENURUT HUKUM


ADAT BATAK DI TAPUNG HULU

Oleh: Theresia Devi Hartini


Pembimbing 1: Dr. Erdianto Efendi,S.H.,M.Hum
Pembimbing 2: Ulfia Hasanah,S.H.,M.Kn
Alamat: Jalan Kembang Harapan Nomor 3 Pekanbaru
Email: Theresiadevihartini@yahoo.co.id-Telepon: 081261620828

ABSTRACT
In the Indonesian positive law, criminal matters must be resolved in court
proceedings. But in Certain cases it is possible Reviews their settlement out of court, one of
the which is the completion undertaken by traditional institutions items, namely through the
intermediary of King parhata, as an alternative to settling Disputes in the field of criminal
law in the application of customary law , such as in Sub Tapung Reviews those upstream.
This study aims: Firstly; to Determine Whether the legal system Batak Recognized in the
Indonesian legal system legalistic, Second; to Determine the Batak settlement in line with the
nature of criminal law as public law, the Third; to Determine the legal effect of the settlement
Batak.
This type of research can be classified in this type of sociological juridical research,
because they live in this study the authors conducted research on a study in order to provide
a complete and clear picture of the issues examined. This research was conducted in the
district of Hulu Tapung Kampar regency. While the overall population and sample the
parties relating to the issues examined in this study, the data source used primary data,
secondary data and data tertiary, data collection techniques in this study with interviews and
literature study.
From the research there are three main things that can be inferred. First, in the
completion of the crime of domestic violence still adheres to the settlement that is familial
with deliberation in reaching a decision under the provisions of customary conducted with
intermediaries King parhata, remedy criminal assault domestic violence recognized in the
Indonesian legal system that was legalistic. Both the completion of criminal assault domestic
violence is not in line with the nature of criminal law as public law. Third, the completion of
the criminal case of domestic violence according to the customary law of the Batak have
legal certainty, as the settlement was made in the form of an agreement that contains several
provisions which, if breached customs will be penalized in the form of customary feed local
communities (parsahutaon). Advice writer, it is advisable to conduct a study and explore the
local wisdom of indigenous people and a number of laws related to the existence and
authority of traditional institutions in resolving a case that recognized indigenous and
authority in resolving a legal issue. Second, that the King of indigenous parhata upgraded in
terms of making agreements and sanctions. Third, the completion of the offense by the law
should be retained in any problems that occur in the middle of the community as a form of
respect and uphold the customs as the main protection.

Keywords: Settlement - Crime - Customary Law

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 1


BAB I hukum pidana, juga ada norma-norma
PENDAHULUAN lain yang hidup dalam masyarakat itu
sendiri yaitu hukum adat. Bentuk
A. Latar Belakang Masalah hukum adat dalam pemberian sanksi
Istilah hukum adat terdiri dari berupa sanksi denda, dikucilkan dari
dua kata, yaitu hukum dan adat. Hukum pergaulan bahkan diusir dari kampung.
adalah himpunan peraturan-peraturan Masyarakat mengakui sanksi tersebut
yang hidup yang bersifat memaksa, memiliki kekuatan hukum yang sama
berisikan perintah, larangan atau izin dengan hukum pidana. Sebab sanksi
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu tersebut merupakan kesepakatan yang
serta dengan maksud untuk mengatur telah ditetapkan oleh pemuka-pemuka
tata tertib dalam kehidupan adat sebelumnya. Pemuka adat tersebut
1
masyarakat. Sedangkan Adat tergabung dalam suatu lembaga adat
merupakan cerminan dari kepribadian baik yang bersifat formal seperti
suatu bangsa, merupakan salah satu kesepakatan Adat Batak Toba, maupun
penjelmaan dari pada jiwa bangsa yang yang non formal.4
bersangkutan dari abad ke abad.2 Keluarga merupakan sebuah
Adat Batak memiliki ciri khas kelompok yang terdiri dari ayah, ibu
tersendiri dari adat atau suku-suku lain dan anak. Setiap keluarga ingin
yang ada di Indonesia, terutama dari membangun keluarga bahagia dan
segi penarikan garis keturunan. penuh rasa saling mencintai baik secara
Masyarakat Batak menganut sistem lahir maupun batin, namun pada
Patrilineal yaitu penarikan keturunan kenyataannya tidak semua keinginan
menurut garis keturunan ayah. Ciri khas dari keluarga tersebut dapat tercapai,
lainnya yaitu setiap laki-laki merupakan hal ini diindikasikan dengan masih
generasi penerus marga ayahnya, dijumpainnya pada sejumlah rumah
bahkan hubungan kekerabatan dan tangga yang bermasalah, bahkan terjadi
hubungan interaksi sesama masyarakat berbagai ragam kekerasan dalam rumah
Batak baik sifatnya formal maupun tangga (KDRT). Kekerasan dalam
tidak juga diatur oleh adat itu sendiri. rumah tangga terjadi pada semua
Keberadaan hukum pidana adat lapisan masyarakat mulai dari
pada masyarakat merupakan masyarakat berstatus rendah sampai
pencerminan kehidupan masyarakat masyarakat berstatus tinggi, sebagian
tersebut dan pada masing-masing besar korban Kekerasan dalam rumah
daerah memiliki Hukum Pidana Adat tangga adalah perempuan dan
yang berbeda sesuai dengan adat pelakunya biasanya suami.
istiadat yang ada di daerah tersebut Di dalam Pasal 4 Undang-
dengan ciri khas tidak tertulis ataupun Undang Penghapusan Kekerasan Dalam
terkodifikasikan.3 Rumah Tangga makna sesungguhnya
Begitu juga halnya di Tapung penghapusan kekerasan dalam rumah
Hulu Kabupaten Kampar, disamping tangga menurut Undang-Undang
berlakunya KUHP sebagai payung Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga adalah mencegah segala bentuk
1
Said Sampara, et al., Buku Ajar Pengantar kekerasan dalam rumah tangga,
Ilmu Hukum, Total Media, Yogyakarta, 2009, hlm. melindungi korban kekerasan dalam
38.
2 rumah tangga, menindak pelaku
Soerojo Wignjodipuro, Pengantar Dan Asas-
Asas Hukum Adat, CV Haji Masagung, Jakarta,
4
1988, hlm. 235. Wawancara dengan Bapak Feri Sagala,
3
Chairul Anwar, Hukum Adat Indonesia Ketua Lembaga Adat Batak, Hari Senin, Tanggal
Meninjau Hukum Adat Minangkabau, Rineka 18 Januari 2016, Bertempat di Kecamatan Tapung
Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 11. Hulu.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 2


kekerasan dalam rumah tangga, dan diselesaikan berdasarkan lembaga
memelihara keutuhan rumah tangga Dalihan Natolu dari para masing-
yang harmonis dan sejahtera.5 masing pihak.7
Adapun bentuk tindak pidana Berdasarkan uraian diatas yang
yang termasuk dalam kekerasan dalam telah dijelaskan, maka penulis tertarik
rumah tangga meliputi:6 untuk melakukan penelitian dengan
1. Kekerasan fisik; judul ³3HQ\HOHVDLDQ Perkara Tindak
2. Kekerasan psikis; Pidana Kekerasan Dalam Rumah
3. Kekerasan seksual; Tangga Menurut Hukum Adat Batak
4. Penelantaran rumah tangga. 'L 7DSXQJ +XOX´.
Berdasarkan data yang penulis
dapatkan dari Kepolisian Sektor B. Rumusan Masalah
Tapung Hulu yaitu sebagai berikut: 1. Apakah penyelesaian perkara
Tabel I.1 secara adat Batak diakui dalam
Kasus Kekerasan Dalam Rumah sistem hukum Indonesia yang
Tangga di Kepolisian bersifat Legalistik?
Sektor Tapung Hulu 2. Apakah penyelesaian perkara
secara adat Batak tersebut sejalan
Tahun dengan sifat hukum pidana
Korban
N
Kekeras 2013 2014 2015 Jumah
sebagai hukum publik?
o 3. Apakah akibat hukum dari
an
Kekeras penyelesaian perkara adat Batak
an
1
Terhada
2 4 6 12 tersebut harus diselesaikan dalam
p Istri sistem hukum pidana Indonesia?
Kekeras
an
Terhada
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
2 3 2 4 9 1. Tujuan Penelitian
p Anak
Peremp a. Untuk mengetahui Pengakuan
uan
sistem hukum adat Batak
Kekeras
an dalam sistem hukum Indonesia
Terhada yang bersifat legalistik.
p b. Untuk mengetahui
3 1 3 4 8
Pembant
u penyelesaian perkara adat
Rumah Batak sejalan dengan sifat
Tangga hukum pidana sebagai hukum
Sumber: Data dari Kepolisian Sektor Tapung Hulu
publik.
Jumlah tindak pidana kekerasan c. Untuk mengetahui akibat
dalam rumah tangga yang diselesaikan hukum dari penyelesaian
menurut hukum adat Batak di Tapung perkara adat Batak.
Hulu berjumlah empat kasus. Kasus
tersebut diselesaikan oleh ketua adat 2. Kegunaan Penelitian
Batak (Raja Parhata) Bapak Feri Adapun kegunaan yang dapat
Sagala dan Bapak Polmer Sibarani. diperoleh dari penelitian ini, penulis
Menurut ketua adat Batak (Raja kelompokkan menjadi 2 (dua) bagian
Parhata) tersebut tindak pidana yaitu:
kekerasan dalam rumah tangga
5 7
Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23 tahun Wawancara dengan Bapak Polmer Sibarani,
2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Ketua Lembaga Adat Batak, Hari Jumat, Tanggal
Rumah Tangga 06 Mei 2016, Bertempat di Kecamatan Tapung
6
Ibid, hlm. 9. Hulu.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 3


a. Kegunaan Teoritis Pada strafbaar feit terdapat dua unsur
1. Syarat dalam memperoleh pembentuk kata, yaitu strafbaar dan
Gelar Sarjana Hukum di feit. Perkataan feit dalam bahasa
Fakultas Hukum Universitas Belanda diartikan sebagian dari
Riau. kenyataan, sedangkan strafbaar berarti
2. Memberikan sumbangan ilmu dapat dihukum, sehingga strafbaar feit
pengetahuan tentang berarti sebagian dari kenyataan yang
Penyelesaian Perkara Tindak dapat dihukum.9
Pidana Kekerasan Dalam Para ahli hukum memberikan
Rumah Tangga menurut pengertian yang berbeda-beda
Hukum Adat Batak. mengenai strafbaar feit. Tindak pidana
3. Memperkaya perpustakaan di adalah suatu perbuatan yang dilakukan
Fakultas Hukum Riau sehingga manusia yang dapat bertanggung jawab
bermanfaat bagi yang ingin yang mana perbuatan tersebut dilarang
memperdalam ilmu dibidang atau diperintahkan atau dibolehkan oleh
hukum pidana terutama yang Undang-Undang yang diberi sanksi
memiliki objek kajian yang berupa sanksi pidana.10 Dapat juga
sama. dikatakan bahwa perbuatan pidana
b. Kegunaan Praktis adalah perbuatan yang dilarang hukum
1. Berguna bagi penulis sendiri dan diancam pidana asal saja dalam hal
untuk mengetahui peran itu diingat bahwa larangan ditujukan
Lembaga Adat Batak dalam pada perbuatan, yaitu kejadian atau
menangani tindak pidana keadaan yang ditimbulkan oleh
kekerasan dalam rumah kelakuan orang, sedangkan ancaman
tangga. pidananya ditujukan pada orang yang
2. Berguna bagi praktisi dan menimbulkan kejahatan.11 Setiap tindak
lembaga adat, mengenai pidana yang terdapat dalam Kitab
peranan lembaga adat dalam Undang-Undang Hukum Pidana itu
menangani tindak pidana pada umumnya dapat dijabarkan ke
kekerasan dalam rumah tangga dalam unsur-unsur yang pada dasarnya
khusunya yang dilakukan oleh dapat dibagi menjadi dua macam unsur
pelaku kekerasan dalam rumah yakni unsur-unsur subjektif dan unsur-
tangga. unsur objektif.12
3. Berguna untuk membuka pola
pikir masyarakat luas perihal 2.Teori Hukum Adat
adat istiadat masyarakat Batak Berdasarkan sejarah hukum
yang telah berdomisili di dapat diketahui bahwa sistem hukum
wilayah perkotaan yang amat adat merupakan sistem hukum tertua
jarang bersentuhan secara pada masyarakat Indonesia. Akar
langsung dengan adat istiadat sejarah hukum adat sebetulnya telah
tersebut.
9
P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum
D.Kerangka Teori Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1. Teori Tindak Pidana 2011, hlm. 181.
10
(UGLDQWR ³3HQ\HOHVDLDQ 7LQGDN 3LGDQD <DQJ
Istilah tindak pidana berasal dari
7HUMDGL GLDWDV 7DQDK 6HQJNHWD´ Jurnal Ilmu
istilah yang dikenal dalam hukum Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau, Edisi 3,
pidana Belanda yaitu strafbaar feit.8 1 Agustus 2012, hlm. 20.
11
Evi Hartanti, Op.cit, hlm. 7.
12
P.A.F Lamintang, Delik-Delik Khusus
8
Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan, Sinar
Bagian 1, Raja Grafindo, Jakarta, 2002, hlm. 67. Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 193.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 4


mulai terbentuk sejak zaman pra Hindu, tanah sebagai milik bersama di daerah
yakni pada zaman Malaio polinesia.13 asal atau tanah leluhur.16
Hukum adat adalah hukum non-statutair
yang sebagian besar adalah hukum 3.Teori Penerapan Hukum Pidana
kebiasaan dan sebagian kecil adalah Sebagai Hukum Publik
hukum Islam. Hukum adat itupun Bagi penegak hukum Indonesia
mencakup hukum yang berdasarkan saat ini, satu-satunya sumber
keputusan-keputusan hakim yang berisi penyelesaian sengketa adalah Undang-
asas-asas hukum dalam lingkungan, Undang yang dalam hal ini KUHP dan
dimana memutuskan perkara.14 Van hukum pidana khusus. Inilah sebabnya
Vollenhoven dalam penelitian mengapa sering kali terjadi perbedaan
pustakanya pernah menyatakan bahwa, rasa keadilan antara masyarakat dengan
masyarakat-masyarakat asli yang hidup aparat penegak hukum.17 Berbeda
di Indonesia sejak ratusan tahun dengan sistem hukum Anglo Saxon
sebelum kedatangan bangsa Belanda dimana penyelesaian sengketa di
telah memiliki dan hidup dalam tata lapangan hukum pidana didasarkan
hukumnya sendiri. Tata hukum pada yurisprudensi dan pendapat
masyarakat asli tersebut dikenal dengan masyarakat.18
sebutan hukum adat.
Susunan atau tatanan sosial D. Kerangka Konseptual
kemasyarakatan suku Batak, disebut 1. Penyelesaian adalah proses,
GHQJDQ LVWLODK OHPEDJD ³Dalihan cara,perbuatan, menyelesaikan
QDWROX´. Disebut lembaga kerena (dalam berbagai-bagai arti seperti
Dalihan Natolu memiliki 3 (tiga) unsur pemberesan, pemecahan).19
penting yang mendukung kinerja 2. Perkara adalah masalah atau
lembaga, yaitu Hula-Hula, Dongan persoalan.20
Tubu dan Boru.15 Lembaga Dalihan 3. Tindak Pidana adalah suatu tindakan
Natolu ini didalam hubungan dan atau perbuatan yang diancam dengan
tatanan sosial di masyarakat secara pidana oleh peraturan Perundang-
nyata (dalam prakteknya di masyarakat) Undangan, bertentangan dengan
digerakkan oleh Marga. Sehingga hukum dan dilakukan dengan
marga memegang peranan yang sangat kesalahan oleh seseorang yang
penting di dalam tatanan sosial mampu bertanggung jawab.21
masyarakat hukum adat Batak. Marga 4. Kekerasan Dalam Rumah Tangga
diibaratkan sebagai api yang adalah setiap perbuatan terhadap
memanaskan dan menghangatkan atau
sebagai tenaga penggerak dalam 16
Ibid, hlm. 32
berbagai hubungan sosial dari 17
5LDQGD 0DLV\D ³3HQGHNDtan Restorative
masyarakat Dalihan Natolu. Marga Justice Dalam Penyelesaian Tindak Pidana
adalah nama persekutuan dari orang- Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Kepolisian
5HVRU .RWD %XNLW 7LQJJL´ JOM, Fakultas Hukum
orang bersaudara, sedarah, seketurunan
Universitas Riau, Vol. 2, No. 1 Oktober 2015, hlm.
menurut garis ayah, yang memepunyai 3.
18
Erdianto Effendi, Op.cit, hlm. 73.
19
Ahmad A.K Muda, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Reality Publisher, Jakarta, 2006, hlm.
483
13 20
Ulfia Hasanah, Hukum Adat, Pusbangdik, http://www.artikata.com/arti-344840-
Pekanbaru, 2012, hlm. 17. perkara.html, diakses, tanggal, 20 Januari 2016.
14 21
Soepomo, Op.cit, hlm. 13 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana
15
Doangsa P.L Situmeang, Dalihan Natolu, 1, Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-Teori
Sistem Sosial Kemasyarakatan Batak Toba, Dian Pemidanaan dan Batas Berlakunya Hukum Pidana,
Utama, Jakarta, 2007, hlm. 23. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 72.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 5


seseorang terutama perempuan, yang Tabel I.2
berakibat timbulnya kesengsaraan Populasi dan Sampel
atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau No Responden Populasi Sampel Persentase
Kepala
penelantaran rumah tangga termasuk kepolisian
ancaman untuk melakukan 1 Sektor 1 1 100%
perbuatan, pemaksaan, atau Tapung
Hulu
perampasan kemerdekaan secara Penyidik
melawan hukum dalam lingkup Pembantu
rumah tangga.22 2
Kepolisian
1 1 100%
Sektor
5. Hukum adat adalah adanya tingkah Tapung
laku yang terus-menerus dilakukan Hulu
oleh masyarakat, teratur, dan Korban
sistematis, mempunyai nilai sakral, Kekerasan
3 Dalam 10 10 100%
adanya keputusan pemuka dan Rumah
pemangku adat, adanya sanksi/akibat Tangga
hukum, tidak tertulis, dan ditaati Pelaku
Kekerasan
dalam masyarakat.23 4 Dalam 5 5 100%
Rumah
F. Metode Penelitian Tangga
Ketua Adat
1. Jenis dan Sifat Penelitian Batak
5 5 2 40%
Mengacu pada judul dan Tapung
rumusan masalah, maka penelitian ini Hulu
Jumlah 22 11 -
tergolong kedalam penelitian yuridis Sumber : Data Primer Olahan Tahun 2016
sosiologis.
4. Sumber Data
2. Lokasi Penelitian a. Data Primer
Lokasi penelitian penulisan Data primer adalah data yang
skripsi ini adalah di Wilayah penulis dapatkan/peroleh secara
Kecamatan Tapung Hulu. langsung melalui responden
dengan cara melakukan penelitian
3. Populasi dan Sampel di lapangan mengenai hal-hal
a. Populasi yang bersangkutan dengan
1. Kepala Kepolisian Sektor masalah yang akan diteliti.
Tapung Hulu; b. Data Sekunder
2. Penyidik Pembantu Data sekunder adalah data yang
Kepolisian Sektor Tapung sudah ada sebelumnya atau
Hulu; merupakan data jadi atau buku.
3. Korban Kekerasan Dalam Data sekunder bersumber dari
Rumah Tangga; penelitian kepustakaan yang
4. Pelaku Kekerasan Dalam terdiri dari:
Rumah Tangga; 1) Bahan Hukum Primer
5. Ketua Adat Batak di Merupakan bahan
Tapung Hulu. penelitian yang bersumber
dari penelitian kepustakaan
b. Sampel yang diperoleh dari
Undang-Undang antara
22
Bambang Waluyo, Victimologi lain Undang-Undang
Perlindungan Korban dan Saksi, Sinar Grafika, Nomor 23 Tahun 2004
Jakarta, 2011, hlm. 10. Tentang Penghapusan
23
Suwardi MS, Op.cit, hlm. 17.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 6


Kekerasan Dalam Rumah sejenisnya, yaitu apa yang dinyatakan
Tangga. responden secara tertulis atau lisan dan
2) Bahan Hukum Sekunder perilaku nyata yang diteliti dan
Merupakan bahan-bahan dipelajari sebagai sesuatu yang
penelitian yang berasal utuh.24Dari pembahasan tersebut, akan
dari literatur atau hasil menarik kesimpulan secara deduktif
penulisan para sarjana yaitu penarikan kesimpulan dari yang
yang berupa buku yang bersifat umum kepada khusus.
berkaitan dengan pokok
pembahasan. BAB II
3) Bahan Hukum Tersier TINJAUAN PUSTAKA
Merupakan bahan-bahan
penelitian yang diperoleh A. Tinjauan Umum Tentang Tindak
melalui ensiklopedia atau Pidana
sejenisnya yang berfungsi 1. Pengertian Tindak Pidana
mendukung data primer Dalam Undang-Undang Negara
dan data sekunder seperti kita dikenal istilah strafbaar feit untuk
Kamus Besar Bahasa menyebutkan istilah dari tindak pidana
Indonesia (KBBI) dan didalam Kitab Undang-Undang Hukum
internet. Pidana tanpa ada penjelasan dari
perkataan strafbaar feit. Istilah tindak
5. Teknik Pengumpulan Data pidana menunjukkan pengertian gerak-
a. Wawancara gerik tingkah laku dan gerak-gerik
Yaitu pola khusus dalam jasmani seseorang.25
bentuk interaksi dimana Menurut Moeljatno, mengatakan
pewawancara mengajukan bahwa tindak pidana adalah perbuatan
pertanyaan seputar masalah yang dilarang oleh suatu aturan hukum
penelitian kepada responden larangan dimana disertai ancaman
atau melakukan tanya jawab (sanksi) yang berupa pidana tertentu,
langsung dengan pihak yang bagi barang siapa melanggar larangan
bersangkutan. tersebut.26 Sedangkan menurut Simons,
b. Studi Kepustakaan bahwa tindak pidana adalah perbuatan
Mengkaji, menelaah dan melawan hukum yang berkaitan dengan
menganalisis berbagai literatur kesalahan (schuld) seseorang mampu
yang berhubungan dengan bertanggung jawab.27
permasalahan yang sedang
diteliti, dan bahan ini di dapat 2. Unsur-unsur Tindak Pidana
dari pustaka Soeman HS Unsur tindak pidana dari sudut
Pekanbaru dan pustaka pandang Undang-Undang. Dari sudut
Fakultas Hukum Univrsitas pandang Undang-Undang terdapat dua
Riau. unsur tindak pidana, yakni:
a. Unsur Subjektif
6. Analisis Data
Data yang diperoleh baik dari
hasil wawancara maupun kajian 24
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
kepustakaan akan dianalisis dengan
Hukum, UI-Press, Jakarta, 1982, hlm. 32.
metode kualitatif. Artinya data yang 25
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, PT. Raja
berdasarkan uraian kalimat atau data Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 49.
26
tidak dianalisis dengan menggunakan Adam Chazawi, Op.cit, hlm. 71.
27
statistik atau matematika ataupun Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, Sinar
Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 224.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 7


Unsur Subjektif adalah unsur- psikologis, dan/atau penelantaran
unsur yang melekat atau rumah tangga termasuk ancaman
berhubungan pada diri pelaku untuk melakukan perbuatan,
termasuk segala sesuatu yang pemaksaan, atau perampasan
terkandung didalam hatinya. kemerdekaan secara melawan hukum
b. Unsur Objektif dalam lingkup rumah tangga.
Unsur objektif suatu tindak
pidana adalah unsur-unsur 2. Penyebab terjadinya Kekerasan
yang ada hubungannya dengan Dalam Rumah Tangga
keadaan-keadaan, yaitu Faktor penyebab terjadinya
didalam tindakan-tindakan kekerasan dalam rumah tangga,
mana tindakan pelaku itu harus berakar dari adanya budaya partriarki.
dilakukan. Budaya patriarki yang melihat garis
keturunan dari ayah, secara tidak
3. Jenis-jenis Tindak Pidana langsung membuat timbulnya
Dilihat dari beberapa pembagian pemikiran bahwa perempuan
terpenting dari tindak pidana, baik oleh mempunyai posisi yang lebih rendah
pembentuk Undang-Undang maupun dari pada laki-laki (subordinat).
oleh para ahli didalam pengetahuan
hukum pidana. Para ahli hukum C. Tinjauan Umum Tentang Hukum
membagi tindak pidana kedalam tiga Adat
jenis, yang disebut criminal 1. Pengertian Hukum Adat
atrocissima, atricia, dan levia yang Hukum adat adalah hukum
didasarkan pada berat ringannya yang mengatur tingkah laku yang terus-
kejahatan itu. Dimana berat ringannya menerus dilakukan oleh masyarakat,
kejahatan itu didasarkan pada berat teratur, dan sistematis, mempunyai nilai
ringannya hukuman yang telah sakral, adanya keputusan pemuka dan
diancamkan pada masing-masing pemangku adat, adanya sanksi/akibat
kejahatan. hukum, tidak tertulis serta ditaati
masyarakat.
B. Tinjauan Umum Tentang
Kekerasan Dalam Rumah Tangga 2. Pengertian Tentang
1. Pengertian Kekerasan Dalam Masyarakat Hukum Adat
Rumah Tangga Ter Haar mengemukakan,
Menurut Jhon Galtung, bahwa masyarakat (persekutuan
kekerasan adalah suatu perlakuan hukum) adat terdiri dari:29
yang menyebabkan realitas aktual a. Kesatuan manusia yang
seseorang ada dibawah realitas teratur;
potensial.28 Berdasarkan Undang- b. Menetap di suatu daerah
Undang Penghapusan Kekerasan tertentu;
Dalam Rumah Tangga pada Pasal 1 c. Mempunyai penguasa-
butir 1 menyebutkan bahwa kekerasan penguasa;
dalam rumah tangga adalah setiap d. Mempunyai kekayaan yang
perbuatan terhadap seseorang berwujud ataupun tidak
terutama perempuan, yang berakibat berwujud.
timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual,
28 29
Windu Warsan, Kekerasan dan Kekerasan Bushar Muhammad, Asas-asas Hukum Adat
Menurut Thon Galtung, Pustaka Pelajar, (Suatu Pengantar), PT Pradnya Paramita, Jakarta,
Yogyakarta, 1992, hlm. 20. 2006, hlm. 21.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 8


3. Cara Penyelesaian Sengketa b) Sebelah Selatan berbatas
Untuk menyelesaikan perkara, dengan Kecamatan
pada umumnya terdapat beberapa cara Tapung
yang dapat dipilih yaitu Negosiasi, c) Sebelah Timur berbatas
mediasi, pengadilan, Arbitrase. dengan Kecamatan
Tapung Hilir
D. Tinjauan Umum Tentang d) Sebelah Barat berbatas
Penerapan Hukum Pidana dengan Kecamatan
Sebagai Hukum Publik Tandun Kabupaten Rokan
Hukum pidana adalah hukum yang Hulu
mengatur tentang pelanggaran- c. Luas Wilayah
pelanggaran dan kejahatan-kejahatan Luas wilayah Kecamatan
terhadap kepentingan umum, perbuatan Tapung Hulu 3.126,36 Km2
mana diancam dengan hukuman yang yang terdiri dari satu
merupakan suatu penderitaan atau Kecamatan dan empat belas
siksaan.30 desa, dengan ibu kota
Dalam beralihnya hukum pidana Kecamatan Desa
menjadi hukum publik, maka negara Senamanenek.
yang mengambil alih urusan jika ada 2. Demografi
seseorang warga negara menjadi korban a. Jumlah Penduduk
suatu kejahatan. Ketakutan seseorang Jumlah penduduk di wilayah
melakukan kejahatan kepada orang lain, kecamatan Tapung Hulu hasil
tetapi ketakutan akan sanksi hukum sensus terakhir tahun 2015
yang akan di berikan oleh negara.31 adalah sejumlah 99.567 jiwa
dengan kepadatan penduduk
BAB III rata-rata 40 jiwa/km.
TINJAUAN UMUM LOKASI
PENELITIAN Tabel lll.1
Jumlah Penduduk
A. Gambaran Umum Kecamatan Kecamatan Tapung hulu
Tapung Hulu
1. Geografis LU
D JIWA
a. Letak Wilayah U
N AS R R K
DESA S
Wilayah Tapung Hulu terletak O (KM T W K L P
2 U
) K R
di antara 1.01 LU, sampai N
0.20 LS dan antara 0.40 BT Senam 4. 8. 8.
1.55
1 anene 5 89 29 35 68 27
s/d 0.90 BB dan memiliki k
9,12
5 0 0
wilayah 3.126,36 Km2. 4. 10 9.
Kasik 203,
b. Batas Wilayah 2
an 64
5 73 13 95 .5 79
2 43 8
Kecamatan Tapung Hulu
Bukit 1. 2. 2.
mempunyai batas-batas 3 Kemu
16,6
4 30 9 28 73 47
1
sebagai berikut : ning 0 0 0
a) Sebelah Utara berbatas Danau
900, 11
4. 8. 7.
4 Lanca 5 26 18 71 82
dengan Kecamatan Kunto ng
01 0
0 5 0
Darussalam Kabupaten Muara 10,2 27 53 52
5 4 12 6
Rokan Hulu Intan 9 9 1 0
Intan 10,2 26 56 52
6 4 16 8
Jaya 4 5 9 3
30
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tanah 10,3 40 64 76
7 3 12 6
Tata Hukum Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, Datar 5 6 0 7
1986, hlm. 257. 8
Rimba 14,8
4 21 8
87 1. 1.
31 Jaya 1 0 46 34
Erdianto Effendi, Op.cit, hlm. 46.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 9


2 5 kelahiran, hingga pada peristiwa
Rimba 1. 1.
9 Makm
15,9
4 25 9
58
13 26
kematian). Dari punguan (kumpulan)
7 8 inilah yang menjadi asal mula suku
ur 6 7
Rimba
61,9
1. 2. 2. Batak di kecamatan Tapung Hulu.
10 Bering 4 29 13 35 72 68
6
in 4 8 7
3. 5. 6. C. Gambaran Umum Kepolisian
Sukar 120,
11
amai 00
4 50 14 44 32 00 Sektor Tapung Hulu
0 6 8
1. 3. 2.
Sumb 75,0 Tabel lll.3
12 4 30 11 43 11 88
er Sari 0
6 7 7 Nama Personil Polsek
Kusau 1. 2. 2. Tapung Hulu
80,0
13 Makm 4 38 13 21 61 73
0
ur 2 8 5
Talan 1. 1. N PANG
48,3 94 NAMA NRP JABATAN
14 g 4 24 8 89 88 O KAT
6 0 7611006
Danto 5 0 1 Nurman Akp Kapolsek
8
25 50 48 6011077
3.12 55 17 2 Noprizal Ipda Kanit Sabhara
Jumlah 58 .5 .6 .8 5
6,36 9 3
56 90 77 M.
Sumber Data : Kantor Kecamatan Tapung Hulu Salman
9207038
Tahun 2015 3 Farizi Ipda Kanit Reskrim
6
Putera,
SIK
B.Gambaran Umum Masyarakat Adat 6209093
Batak di Kecamatan Tapung Hulu 4 Yuhardi Aiptu Kanit Spkt I
0
Suku Batak berasal dari Pusuk W.
6204082
5 Damani Aiptu Kanit Spkt II
Buhit di sebelah barat Pangururan di k
7
pinggiran danau Toba. Tarombo siraja W.
6612020 Anggota
Batak (silsilah garis keturunan bangsa 6 Hutahae Aiptu
2 Sabhara
an
Batak) dimulai dari seorang individu
Sudarso 7307058
bernama raja Batak. Siraja Batak 7 Aiptu Kanit Spkt III
no 6
berdiam di lereng Pusuk Buhit, Sianjur 8
Amit
Aipda
7707086 Kanit
Mula-Mula namanya, sehingga lereng Elpian 3 intelkam
Jimmy 7912023
Pusuk Buhit dapat dikatakan sebagai 9
Sibarani
Bripka
4
Kanit Provos
asal muasal suku bangsa Batak yang 10
Harisma
Bripka
7908036 Anggota
kemudian menyebar ke berbagai n 6 Reskrim
Dedi 7911068
pelosok baik Indonesia maupun dunia. 11
Oktavia
Bripka
5
Kasium
Asal mula suku Batak di kecamatan Dhanes 7905170
12 Bripka Kanit Binmas
Tapung Hulu yaitu berdasarkan suatu hamda 1
Jona H. 8007110
komunitas yang berbentuk organisasi 13
Sitinjak
Bripka
6
Kanit lantas
yang para anggotannya adalah Ade
8110069 Anggota
masyarakat marga tertentu dimana 14 Mailan Bripka
7 Reskrim
kepengurusannya dipilih diantara Cendana
Jhoni 8304061 Anggota
mereka sendiri, yang dianggap mampu, 15
Saputra
Bripka
9 Lantas
cakap, bijak dan berwawasan luas untuk Ridarto
Brigad 8206110 Anggota
mengurus lembaga adat tersebut, yang 16 Panjaita
ir 7 Sabhara
n
nantinya lembaga tersebut akan Robby
beraktifitas pada peristiwa-peristiwa Brigad 8408081 Anggota
17 Mesakh
ir 7 Sabhara
tertentu, dimana pada peristiwa tertentu L.B
Zulhasm Brigad 8609018 Anggota
tersebut para pengurus melakukan tugas 18
i Muas ir 7 Reskrim
dan kewajibannya masing-masing Erianto Brigad 7901057 Anggota
19
sesuai dengan peristiwa yang terjadi S ir 8 Reskrim
Rismant Brigad 8508168 Anggota
(misalnya peristiwa pernikahan, 20
oS ir 0 Reskrim

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 10


Anggota masyarakat, karena merupakan
Darwin Brigad 8508168
21 Bhabinkamtib
S ir 6
mas
sebagai bentuk penghormatan untuk
Anggota para ketua adat, serta menjunjung
Freddy Brigad 8605095
22
Munthe ir 7
Bhabinkamtib tinggi adat.33 Adapun pendapat
mas
Anggota
menurut Ibu Nurhaida sebagai
Andri Brigad 8510145 masyarakat setempat beliau
23 Bhabinkamtib
Ramon ir 4
mas mengatakan bahwa penyelesaian
Feri perkara diluar pengadilan dapat
Brigad 8702083 Anggota
24 Ferdine
ir 6 Reskrim diterima oleh masyarakat karena
nP
Suwarn Brigad
Anggota
8704086
dirasakan lebih mampu menjangkau
25 Bhabinkamtib rasa keadilan, proses penyelesaian
oA ir 9
mas
Sumber Data : Kantor Kepolisian Sektor Tapung perkaranya cepat, dan dengan biaya
Hulu murah.34
Menurut Bapak Jimmy Sibarani
BAB IV selaku kanit provos di kepolisian
HASIL PENELITIAN DAN sektor Tapung Hulu beliau
PEMBAHASAN mengatakan adapun upaya yang
dilakukan oleh polisi dalam
A. Pengakuan Sistem Hukum Adat menangani perkara kekerasan dalam
Batak Dalam Sistem Hukum rumah tangga yaitu kata polisi tersebut
Indonesia Yang Bersifat Legalistik menerima laporan dari pihak yang
Tiap-tiap hukum merupakan melapor, kemudian memeriksa saksi-
suatu sistem, yaitu peraturan- saksi, melakukan Visum et repertum,
peraturannya merupakan suatu lalu melakukan mediasi dengan pihak
kebulatan berdasarkan atas kesatuan keluarga dengan melibatkan saksi-
alam pikiran. Sistem berasal dari bahasa saksi, ketua RT, dan apabila pihak
<XQDQL ³V\VWHPD´ \DQJ GDSDW GLDUWLNDQ yang berperkara tersebut merupakan
sebagai keseluruhan yang terdiri atas karyawan PTP maka dilibatkan juga
macam-macam bagian.32 Subekti dari pihak perkebunan seperti asistent
mengatakan bahwa sistem adalah ataupun mandor. Dari hasil mediasi
susunan yang teratur, suatu keseluruhan tersebut apabila para pihak telah
yang terdiri atas bagian-bagian yang berdamai maka dibuatlah kesepakatan
berkaitan satu dan lainnya, tersusun dalam bentuk perjanjian yang
menurut rencana atau pola, hasil dari ditandatangani oleh kedua belah
suatu penulisan untuk mencapai tujuan. pihak, saksi-saksi, ketua RT, dan
Menurut bapak Feri Sagala mandor. Menurut beliau penyelesaian
masyarakat di kecamatan Tapung perkara yang dilakukan oleh
Hulu masih menghargai sistem hukum masyarakat hukum adat Batak
adat yang berlaku bukan hanya di merupakan sebuah bentuk mediasi
suku Batak saja melainkan juga di karena kebanyakan dari masyarakat di
suku-suku lain. Sampai sejauh ini kecamatan Tapung Hulu lebih
proses penyelesaian perkara melalui memilih penyelesaian diluar
hukum adat masih terus berlangsung. pengadilan dari pada di selesaikan di
Beliau mengatakan penyelesaian pengadilan, karena jika diselesaikan
melalui hukum adat harus tetap melalui adat maka para pihak yang
dipertahankan disetiap permasalahan berperkara diusahakan untuk
yang terjadi ditengah-tengah
33
Feri Sagala, Ibid.
34
Wawancara dengan Ibu Nurhaida,
32
M. Efran Helmi Juni, Filsafat Hukum, CV Masyarakat Tapung Hulu, Hari Sabu, Tanggal 11
Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm. 275. Juni 2016, Bertempat di Desa Talang Danto.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 11


berdamai, berbeda dengan urusan pribadi (privat) dan bukanlah
penyelesaian di pengadilan yang ada suatu perbuatan yang benar-benar
hanya kalah dan menang dan berujung tercela, melainkan musibah baik bagi
perceraian.35 pelaku maupun bagi korban.
Dasar hukum utama dari
perdamaian di Indonesia adalah dasar C. Akibat Hukum Dari Penyelesaian
negara Indonesia yaitu Pancasila, Perkara Adat Batak
dimana dalam filosofinya tersirat Penyelesaian secara adat
bahwa asas musyawarah untuk merupakan salah satu upaya yang
mufakat. Hal tersebut juga tersirat dipilih bagi masyarakat Kecamatan
dalam Undang-Undang Dasar 1945 Tapung Hulu dalam menyelesaikan
Pasal 18B ayat (2) mengatakan bahwa perkara tindak pidana kekerasan dalam
³1HJDUD PHQJDNXL GDQ PHQJKRUPDWL rumah tangga, karena melalui
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum penyelesaian ini keputusan yang
adat beserta hak-hak tradisionalnya diambil merupakan keputusan
sepanjang masih hidup dan sesuai berdasarkan kesepakatan bersama dan
dengan perkembangan masyarakat dan tidak merugikan bagi kedua belah
prinsip Negara Kesatuan Republik pihak. Isi kesepakatan sepenuhnya
Indonesia, yang diatur dalam Undang- diserahkan kepada para pihak dan
Undang.36 berdasarkan kesepakatan tersebut maka
perkara diputus dengan perdamaian.
B. Penyelesaian Perkara Secara Adat Putusan perdamaian mempunyai arti
Batak di Tinjau dari Sifat Hukum yang sangat baik terutama bagi pihak
Pidana Sebagai Hukum Publik yang berperkara. Rasio dari usaha
Penyelesaian perkara pidana perdamaian ialah untuk mencegah atau
melalui mekanisme di luar pengadilan menghindari biaya yang mahal dan juga
saat ini semakin sering dilakukan untuk menghindari proses perkara yang
khususnya di kecamatan Tapung Hulu berlarut-larut dalam waktu yang lama.
dan dapat diterima oleh masyarakat Proses penyelesaian ini
karena dirasakan lebih mampu dipimpin oleh Raja Parhata dan
menjangkau rasa keadilan. Lembaga Dalihan Natolu dari masing-
Jika ditinjau dari sifat hukum pidana masing para pihak.37 Adapun
sebagai hukum publik maka kesepakatan yang dicapai dalam
penyelesaian perkara tindak pidana mediasi tersebut dibuat dalam bentuk
kekerasan dalam rumah tangga harus perjanjian yang dimana ditandatangani
diselesaikan melalui jalur hukum. oleh kedua belah pihak, saksi-saksi,
Perdamaian dalam ketua RT dan mandor. Kesepakatan
menyelesaikan perkara tindak pidana tersebut memiliki kekuatan hukum
kekerasan dalam rumah tangga karena kesepakatan tersebut dibuat
bertentangan dengan sifat hukum dalam bentuk perjanjian yang dimana
pidana sebagai hukum publik. Namun kesepakatan tersebut memuat beberapa
dalam praktiknya, masyarakat sanksi adat yang apabila dilanggar akan
menganggap terjadinya kekerasan dikenakan sanksi adat yaitu berupa
dalam rumah tangga merupakan memberi makan masyarakat setempat
(parsahutaon).
35 Dari penjelasan di atas dapat
Wawancara dengan Bapak Jimmy Sibarani,
Kanit Provos Kepolisian Sektor Tapung Hulu, Hari disimpulkan bahwa penyelesaian
Minggu, Tanggal 12 Juni 2016, Bertempat di
37
Kantor Kepolisian Sektor Tapung Hulu. Wawancara dengan Bapak Polmer Sibarani,
36
Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Ketua Lembaga Adat Batak, Hari Senin, Tanggal
1945. 18 Januari 2016, Bertempat di Kediaman Bapak.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 12


perkara tindak pidana kekerasan dalam Indonesia sesuai dengan Pasal 18B
rumah tangga menurut hukum adat ayat (2) Undang-Undang Dasar
Batak di Tapung Hulu tersebut apabila 1945, mengaWDNDQ EDKZD ³1HJDUD
telah tercapainya kata sepakat dan para mengakui dan menghormati
pihak setuju dengan pendapat-pendapat kesatuan-kesatuan masyarakat
raja parhata dan lembaga dalihan natolu hukum adat beserta hak-hak
maka penyelesaian perkara tindak tradisionalnya sepanjang masih
pidana tersebut telah selesai dan tidak hidup dan sesuai dengan
lagi diselesaikan menurut sistem hukum perkembangan masyarakat dan
pidana Indonesia. Tetapi apabila prinsip Negara Kesatuan Republik
penyelesaian tersebut belum juga dapat Indonesia, yang diatur dalam
terselesaikan dan para pihak belum juga Undang-Undang.
berdamai maka penyelesaian tersebut b. Penyelesaian perkara tindak
harus di selesaikan menurut hukum pidana kekerasan dalam rumah
pidana Indonesia. Hal ini agar para tangga menurut hukum adat Batak
pihak mendapatkan keadilan dan di kecamatan Tapung Hulu
memiliki kepastian hukum sehingga melalui mediasi dengan
besar kemungkinan perkara tersebut Perdamaian dalam menyelesaikan
tidak akan terulang kembali. Karena perkara tindak pidana kekerasan
jika diselesaikan di pengadilan maka dalam rumah tangga bertentangan
yang ada hanya yang menang dan dengan sifat hukum pidana sebagai
kalah, sangat berbeda jauh dengan hukum publik. Namun dalam
penyelesaian melalui hukum adat tidak praktiknya, masyarakat
mengenal sistem menang atau kalah menganggap terjadinya kekerasan
melainkan sebisa mungkin para pihak di dalam rumah tangga merupakan
damaikan. urusan pribadi (privat) dan
bukanlah suatu perbuatan yang
BAB V benar-benar tercela, melainkan
PENUTUP musibah baik bagi pelaku maupun
bagi korban.
1. Kesimpulan c. Proses penyelesaian perkara tindak
Dari uraian diatas maka dapat pidana kekerasan dalam rumah
ditarik kesimpulan yang menjadi tangga melalui hukum adat Batak
pembahasan dalam penulisan skripsi memiliki kekuatan hukum, karena
ini adalah sebagai berikut : penyelesaian perkara tersebut
a. Dalam penyelesaian perkara dibuat dalam bentuk kesepakatan
tindak pidana kekerasan dalam yang memuat beberapa ketentuan
rumah tangga di kecamatan adat yang apabila dilanggar akan
Tapung Hulu masih menganut dikenakan sanksi adat berupa
penyelesaian yang bersifat memberi makan masyarakat
kekeluargaan yaitu proses setempat (parsahutaon). Dengan
penyelesaiannya dengan cara dilakukannya penyelesaian perkara
mediasi dalam mencapai suatu tindak pidana kekerasan dalam
keputusan berdasarkan ketentuan rumah tangga menurut hukum adat
adat Batak yang dilakukan dengan Batak, maka dihapuskan sanksi
perantaraan Raja adat (raja pidana terhadapnya. Dikarenakan
parhata). Penyelesaian perkara masyarakat di kecamatan Tapung
tindak pidana kekerasan dalam Hulu lebih menghargai hukum
rumah tangga menurut hukum adat adat karena proses penyelesaian
Batak diakui dalam sistem hukum perkaranya cepat, biaya murah,

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 13


dan lebih memberikan keadilan Adat Minangkabau, Rineka
bagi para pihak, dan apabila suatu Cipta, Jakarta.
perkara telah diselesaikan melalui
hukum adat maka hukum pidana Chazawi, Adam, 2002, Pelajaran
Nasionalnya tidak dipergunakan Hukum Pidana 1, Stelsel
lagi. Pidana, Tindak Pidana,
Teori-Teori Pemidanaan dan
2. Saran Batas Berlakunya Hukum
a. Disarankan untuk melakukan Pidana, PT Raja Grafindo
kajian hukum dan menggali nilai- Persada, Jakarta.
nilai serta kearifan lokal yang
dijalankan oleh masyarakat adat _____________, 2002, Pelajaran
sejumlah peraturan perundang- Hukum Pidana Bagian 1,
undangan terkait keberadaan dan Raja Grafindo, Jakarta.
kewenangan lembaga adat dalam
menyelesaiakn suatu perkara adat Effendi, Erdianto, 2011 Hukum
sehingga diakui keberadaannya dan Pidana Indonesia, PT. Refika
kewenangannya dalam Aditama, Bandung.
menyelesaikan persoalan hukum.
b. Agar Raja Parhata adat Hartanti, Evi, 2005, Tindak Pidana
ditingkatkan kemampuannya dalam Korupsi, Sinar Grafika,
hal pembuatan perjanjian yang Jakarta.
akan menjadi suatu ikatan dan
pemberian sanksi yang lebih berat Hasanah, Ulfia, 2012, Hukum Adat,
lagi apabila pelaku mengulangi Pusbangdik, Pekanbaru.
melakukan tindak pidana kekerasan
terhadap rumah tangga. Helmi Juni, M. Efran, 2012, Filsafat
c. Cara penyelesaian dengan Hukum, CV Pustaka Setia,
menggunakan teknik penyelesaian Bandung.
melalui hukum adat harus tetap
dipertahankan disetiap Kansil, C.S.T., 1986, Pengantar Ilmu
permasalahan yang terjadi diengah- Hukum dan Tata Hukum
tengah masyarakat Kecamatan Indonesia, PN Balai Pustaka,
Tapung Hulu, karena sebagai Jakarta.
bentuk penghormatan untuk para
Raja Parhata, serta menjunjung Lamintang, P.A.F, 2009, Delik-Delik
tinggi adat, dan pihak Khusus Kejahatan Terhadap
pemerintahan yang dianggap Harta Kekayaan, Sinar
mampu menyelesaikan Grafika, Jakarta.
permasalahan yang menjadi polmik
masyarakat adat. ______________, 2011, Dasar-
Dasar Hukum Pidana
DAFTAR PUSTAKA Indonesia, Citra Aditya
Bakti, Bandung.
A. Buku
MS, Suwardi et. al., 2011, Hukum
Abidin Farid, Zainal, 2008, Hukum
Adat Melayu Riau, Alaf Riau,
Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta.
Pekanbaru.
Anwar, Chairul, 1997, Hukum Adat
Indonesia Meninjau Hukum

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 14


Muda, A.K Ahmad, 2006, Kamus Universitas Riau, Edisi 3, 1
Umum Bahasa Indonesia, Agustus.
Reality Publisher, Jakarta.
5LDQGD 0DLV\D ³3HQGHNDWDQ
Muhammad, Bushar, 2006, Asas-asas Restorative Justice Dalam
Hukum Adat (Suatu Penyelesaian Tindak Pidana
Pengantar), PT Pradnya Kekerasan Dalam Rumah
Paramita, Jakarta. Tangga di Kepolisian Resor
.RWD %XNLW 7LQJJL´ JOM,
Prasetyo, Teguh, 2011, Hukum Fakultas Hukum Universitas
Pidana, PT. Raja Grafindo Riau, Vol. 2, No. 1 Oktober .
Persada, Jakarta.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Sampara, Said et al., 2009, Buku Ajar
Pengantar Ilmu Hukum, Undang-Undang Dasar 1945.
Total Media, Yogyakarta.
Undang-Undang Nomor 23 tahun
Situmeang, Doangsa P.L, 2007, 2004 Tentang Penghapusan
Dalihan Natolu, Sistem Kekerasan Dalam Rumah
Sosial Kemasyarakatan Tangga, Lembaran Negara
Batak Toba, Dian Utama, tahun 2004 Nomor 95,
Jakarta. Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4419.
Soekanto, Soerjono, 1982, Pengantar D. Internet
Penelitian Hukum, UI-Press,
http://www.artikata.com/arti-344840-
Jakarta.
perkara.html, diakses, tanggal,
20 Januari 2016.
Soepomo, R., 2013, Bab-bab Tentang
Hukum Adat, Balai Pustaka,
Jakarta.

Waluyo, Bambang, 2011, Victimologi


Perlindungan Korban dan
Saksi, Sinar Grafika, Jakarta.

Warsan, Windu, 1992, Kekerasan dan


Kekerasan Menurut Thon
Galtung, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Wignjodipuro, Soerojo, 1988,


Pengantar Dan Asas-Asas
Hukum Adat, CV Haji
Masagung, Jakarta.

B. Jurnal
(UGLDQWR ³3HQ\HOHVDLDQ 7LQGDN
Pidana Yang Terjadi diatas
7DQDK 6HQJNHWD´ Jurnal Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016 Page 15

You might also like