Professional Documents
Culture Documents
http://jurnal.farmasi.umi.ac.id/index.php/fitofarmakaindo/index
Copyright © 2021 Jurnal Fitofarmaka Indonesia. This is an open-access article distributed under
the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License
LC50 yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk 1:10 (b/v) selama 3 hari dan diaduk dengan interval
menentukan kadar ekstrak etanol bawang Dayak waktu. Campuran disaring dan residu dimaserasi
yang aman untuk sediaan tablet effervescent. kembali selama 3 hari. Setelah tiga hari, maserasi
Bentuk sediaan tablet effervescent memiliki diulang kembali. Semua filtrat hasil penyaringan
keuntungan antara lain dalam hal penyiapan, larut disatukan dan dipekatkan dengan rotary evaporator.
dalam waktu seketika, mengandung dosis yang Ekstrak pekat yang dihasilkan ditimbang untuk
tepat, menghasilkan lapisan yang dapat menutupi mengetahui rendeman, dilakukan uji toksisitas, dan
rasa, bau, dan warna yang tidak disukai dari ekstrak analisis fitokimia.
bawang Dayak. Proses pembuatan tablet
II.4 Uji Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp
effervescent membutuhkan bahan pengikat untuk
Lethality Test (BSLT)
memberikan daya tahan yang kuat sehingga dapat
Ekstrak etanol bawang Dayak diuji
menyatukan bahan dalam bentuk granul. Beberapa
toksisitas dengan metode BSLT yang diadopsi dari
peneliti telah melaporkan penggunaan
Meyer et al., (1982). Larutan ekstrak etanol bawang
polivinilpirolidon (PVP) dengam berbagai
Dayak dalam air laut dengan variasi konsentrasi 800,
konsentrasi sebagai bahan pengikat. Sebagai contoh
1.000, 1.200, 1.400 dan 1.600 ppm ditambahkan 10
adalah 2% PVP pada pembuatan granul effervescent
ekor larva A. salina lalu ditambahkan larutan ragi (3
sari buah nanas (Egeten, 2016), 3% PVP untuk tablet
mg/mL) sebagai nutrisi. Sebagai kontrol adalah
effervescent daun talas (Dewangga et al., 2018), 5%
tanpa penggunaan ekstrak etanol. Pengujian
PVP untuk tablet kunyah kelopak bunga Rosella
dilakukan sebanyak tiga kali (triplo). Tabung uji dan
(Sawiji, 2019), serta 7% PVP untuk tablet hisap
kontrol disimpan dalam keadaan terbuka dan
campuran katekin gambir dan jahe (Rustiani,
mendapat cahaya selama 24 jam. Jumlah larva A.
Indriati and Actia, 2019). Berdasarkan hal tersebut
salina yang hidup dihitung dan dicatat untuk
maka tujuan penelitian adalah ekstraksi senyawa
menentukan persentase kematian larva A. salina.
bioaktif dari umbi bawang Dayak, uji toksisitas
ekstrak etanol, analisis fitokimia ekstrak etanol,
% kematian =
formulasi tablet effervescent dengan variasi
∑ larva hidup kontrol – ∑ larva hidup perlakuan
konsentrasi PVP, dan karakterisasi tablet ×100%
effervescent ekstrak etanol bawang Dayak. ∑ larva hidup kontrol
lalu diayak dengan ayakan 14 mesh kemudian disebut komponen basa. Komponen asam dan
granul basah. Selanjutnya granul basah dikeringkan komponen basa dicampur hingga homogen untuk
di oven suhu 40 °C selama 3 jam lalu diayak kembali memperoleh granul effervescent ekstrak etanol
dengan ayakan 16 mesh. Granul hasil ayakan ini bawang Dayak.
(a) (b)
Gambar 1. Morfologi bawang Dayak (a), Serbuk bawang Dayak (b)
Data yang diperoleh selanjutnya digunakan (Gambar 2) sehingga nilai LC50 untuk ekstrak etanol
untuk menentukan nilai LC50 dengan menghitung bawang Dayak sebesar 1.241 ppm. Hasil uji BSLT
persentasi kematian larva udang dan log konsentrasi mengindikasikan bahwa ekstrak etanol bawang
ekstrak yang digunakan untuk uji dibandingkan Dayak dikategorikan tidak toksik. Ekstrak bioaktif
dengan nilai probit yang diperoleh dari tabel probit. dinyatakan tidak toksik bila nilai LC50 > 1.000 ppm
LC50 merupakan nilai konsentrasi suatu bahan dalam (Meyer et al., 1982). Nilai LC50 selanjutnya
ppm yang dapat menyebabkan kematian 50% hewan digunakan sebagai dasar kadar ekstrak etanol yang
uji. Hasil uji toksisitas diperoleh persamaan garis digunakan untuk pembuatan tablet effervescent.
yaitu y = 6,2456x – 14,325 dengan nilai R2 = 0,932
Gambar 2. Grafik hubungan antara log konsentrasi ekstrak etanol bawang Dayak
(Eleutherin palmifolia L. Merr.) terhadap nilai probit
III.4 Pembuatan Tablet Effervescent basa. Pemisahan komponen asam dan basa pada
Tablet effervescent dibuat dengan proses granulasi ditujukkan untuk mencegah
menggunakan metode granulasi basah dengan terjadinya reaksi effervescent dini pada saat proses
memisahkan antara komponen asam dan komponen pencampuran bahan-bahan. Sebelum komponen
asam dan komponen basa dicampurkan, proses Granul kemudian dicetak untuk memperoleh tablet
granulasi mengalami dua kali pengayakan. effervescent (Gambar 3).
Pengayakan pertama dengan ayakan 14 mesh yang
kemudian dikeringkan dengan oven untuk
mendapatkan granul yang kering dan tidak lembab.
Gambar 3. Hasil pembuatan granul effervescent (a), dan Hasil percetakan tablet (b)
Tablet effervescent yang diperoleh adanya kelembapan berlebih pada tahap granulasi
memiliki warna cokelat kemerahan untuk semua (Zaman and Sopyan, 2020).
formula. Warna cokelat kemerahan ini berasal dari
III.5 Karakteristik Tablet Effervescent
ekstrak etanol bawang Dayak. Bentuk permukaan
Karakterisasi sifat fisik tablet sangat
dari semua formula menunjukkan permukaan yang
diperlukan untuk mengetahui karakter serta kualitas
tidak begitu halus. Hal ini kemungkinan pada saat
tablet berdasarkan sifat fisiknya. Hasil karakterisasi
pencetakan tablet terjadi sticking, yaitu melekatnya
sifat fisik tablet dapat dilihat pada Tabel 4.
granul pada cetakan karena massa cetak lengket dan