You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/330541310

ANALISIS KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL


HIERARCHY PROCESS Studi Kasus di Universitas Amikom Yogyakarta

Article  in  Online Journal of Analytic Combinatorics · January 2019

CITATIONS READS

0 119

5 authors, including:

Muflikhah Isna Nuraini Nur Aini


Stmik Amikom Yogyakarta Universitas Riau
5 PUBLICATIONS   32 CITATIONS    50 PUBLICATIONS   23 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Ikhsan Nur Syahbanu Nugi Nuryanto G


Stmik Amikom Yogyakarta Stmik Amikom Yogyakarta
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Jounal View project

Journal Computer Science View project

All content following this page was uploaded by Windi Saputri on 22 January 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS KINERJA DOSEN
MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS
Studi Kasus di Universitas Amikom Yogyakarta
Muflikhah Isna Nur Aini1*, Ikhsan Nur Syahbanu1, Nugi Nuryanto G2, Windi
Saputri3

1,2,3,
Jurusan Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Amikom Yogyakarta, Jl.
Ring Road Utara, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta 55283, Indonesia

Abstrak
Didalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan yang sangat penting.
Setiap perguruan tinggi diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas baik
soft skill dan hard skill untuk dapat memenangkan persaingan dengan perguruan tinggi
lainnya dan persaingan di dunia kerja. Universitas Amikom Yogyakarta merupakan salah
satu perguruan tinggi swasta yang selalu berupaya meningkatkan kelulusan terbaik. Salah
satu upaya yang dilakukan yaitu dengan melakukan penilaian kinerja dosen pada setiap
akhir semester di setiap program studi dan fakultas. Oleh karena itu perlu penilaian dengan
menggunakan metode AHP(Analytic Hierarchy Process) yang diharapkan subyektivitas
dalam pengambilan keputusan dapat dikurangi.
Kata kunci : Kinerja dosen, metode AHP.

Abstract
In the era of globalization the world of education plays a very important role. Every college
is expected to be able to produce graduates of good quality soft skills and hard skills to be
able to win competition with other universities and competition in the world of work.
Amikom University Yogyakarta is one of the private universities that always strives to
improve the best graduation. One of the efforts made is by conducting lecturer performance
assessments at the end of each semester in each study program and faculty. Therefore it is
necessary to evaluate using the AHP (Analytic Hierarchy Process) method which is
expected to reduce subjectivity in decision making.
Keywords: Lecturer performance, AHP method.
1 Pendahuluan
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok
manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju,
sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan tinggi harus tampil
sebagai leader yang dapat diandalkan dalam pengembangan kemajuan dan peradaban
bangsa. Disamping itu perguruan tinggi mempunyai misi yang bersifat nasional dan
merupakan infrastruktur untuk melahirkan lulusan atau calon pemimpin bangsa yang
berkualitas dan berbudi luhur. Salah satu komponen penting dalam proses pendidikan
tinggi adalah Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini yaitu dosen, yang juga
dibantu komponen lainnya yang mendukung terselenggarakan pendidikan di perguruan
tinggi.
Lembaga pendidikan tinggi khususnya pendidikan tinggi kejuruan, lulusannya
sangat dituntut mengusai keterampilan (soft skill) sesuai dengan disiplin ilmu bukan
hanya kemampuan akademik (hard skill) dengan IPK tinggi. Dengan demikian ilmu
yang didapat betul-betul bermanfaat dan akan mengurangi pengangguran.
Dalam manajemen modern ditemukan bahwa suksesnya seseorang tidak
ditentukan dari kecerdasan semata, akan tapi juga soft skill yang dimiliki. Menurut I
Nyoman Sucipta (2009:8) menyampaikan bahwa, “soft skills adalah skills yang
berkaitan dengan hubungan antar manusia, seperti bagaimana melakukan conflict
resolution, memahami personal dynamics, dan melakukan negosiasi.”
Diperlukan upaya-upaya yang serius untuk memperbaiki kualitas pendidikan
tinggi di Indonesia dan khususnya Universitas AMIKOM Yogyakarta. Hal ini
menuntut adanya perbaikan yang menyeluruh terhadap unsur-unsur yang saling terkait
di dalamnya guna menciptakan keseimbangan kemampuan akademik (hard skill) dan
penguasaan keterampilan (soft skill). Salah satu unsur yang sangat penting dalam
mewujudkan tujuan tersebut adalah tenaga pendidik, dalam hal ini adalah dosen.
Dosen dituntut untuk dapat memperlihatkan kinerja yang baik. Peningkatan
kinerja dosen ini memerlukan beberapa hal seperti motivasi yang tinggi, kompetensi
yang memadai, kepemimpinan yang baik dan lingkungan kerja yang mendukung dosen
untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Terkait dengan hal ini, Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 juga mensyaratkan bahwa, dosen harus mempunyai jabatan fungsional
sekurang-kurangnya Asisten Ahli. Secara umum ternyata masih terdapat beberapa
dosen yang belum mempunyai jabatan fungsional, padahal jabatan fungsional
merupakan salah satu syarat mengajar.
Kinerja dosen merupakan faktor yang penting dalam upaya menjamin
manajemen mutu dari perguruan tinggi. Karena kinerja dosen merupakan tolok ukur
dari kemampuan dan kecakapan personil dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya.
Dosen-dosen Universitas AMIKOM Yogyakarta sangat berperan untuk
melahirkan lulusan yang tidak hanya bekerja di pemerintahan dengan nilai akademik
yang memuaskan, akan tetapi dituntut mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri,
dan menguasai lapangan pekerjaan. Dalam hal ini yang sangat dibutuhkan adalah
kemampuan keterampilan (soft skill). Namun demikian berdasarkan observasi penulis
mereka lebih mengandalkan nilai akademik terbaik untuk mengusai dunia kerja. Jadi
dalam hal ini sangat dibutuhkan kinerja dosen yang baik untuk mencapai keseimbangan
antara hard skill dan soft skill tersebut.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka permasalahan terkait dengan kinerja dosen
dalam menyeimbangkan kemampuan akademik (hard skill) dan penguasaan
keterampilan (soft skill) mahasiswa Universitas AMIKOM Yogyakarta tentu menarik
untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh
kemampuan, motivasi, kedisiplinan dan tanggung jawab terhadap dosen dalam
menyeimbangkan kemampuan akademik dan penguasaan keterampilan mahasiswa
Universitas AMIKOM Yogyakarta.
Ada berbagai macam metode untuk pendukung keputusan yang dapat
digunakan untuk proses penilain. Salah satunya adalah Metode AHP (Analitical
Hierarchy Process), AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan
efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat
proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam
bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki,
member nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel
dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang
memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi
tersebut. Berdasarkan permasalahan yang terjadi, dilakukan analisis terhadap proses
penilaian dosen, sehingga akan menghasilkan sebuah sistem pendukung keputusan
penilaian dosen dengan metode AHP.
2 Tinjauan Pustaka
2.1 Kinerja Dosen
Kinerja dosen adalah kemampuan dosen untuk melakukan penugasan
dalam menyelesaikan pekerjaan. Kinerja, dengan kata lain, adalah presentasi
kerja, implementasi pekerjaan, prestasi kerja, atau hasil kerja Apa saja yang
dinilai?
Untuk mengetahui tingkat kinerja dosen selama satu semester. Evaluasi
ini diupayakan agar terciptanya hal-hal positif terhadap kinerja dosen dalam
pelaksanaan tugasnya. Tugas utama dosen pada institusi Pendidikan Tinggi
adalah sebagai pelaksana kegiatan Tri Dharma, sehingga yang akan menjadi
sasaran evaluasi kinerja dosen meliputi:
Penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan Pendidikan dan Pengajaran
1. Kompetens
2. Manajemen waktu dan proses belajar mengajar
3. Konstribus diluar kelas
4. Tujuan Evaluasi Kinerja Dosen?
Evaluasi kinerja dosen ini mempunyai tujuan:
Untuk mencapai visi dan misi perguruan tinggi. Secara umum penilaian
kinerja dosen ini akan dimanfaatkan pergruruan tinggi untuk upaya
meningkatkan kinerja dosen dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas.
Untuk merumuskan kebijakan sebagai upaya meningkatkan mutu
pembelajaran dan pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan seluruh
pemangku kepentingan.
Untuk menjamin pelayanan terbaik kepada mahasiswa selaku
stakeholder utama.
Apa manfaat evaluasi kinerja Dosen?
1. Bagi mahasiswa
Bagi mahasiswa selaku stakeholder utama, merupakan salah satu sarana
penyampaian aspirasi dan keluhan atas mutu layanan.
2. Bagi perguruan tinggi
a. Untuk mengetahui tingkat kinerja para dosen
b. Meningkatkan penjaminan mutu internal universitas lewat
SDM
3. Bagi Dosen
Bagi dosen selaku penyelenggara layanan pendidikan akan menjadi
dasar pijakan untuk terus melakukan perbaikan dalam pelaksanaan
tugasnya.

2.2 AHP
Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty pada tahun 1970-an.Metode ini merupakan salah satu model pengambilan
keputusan multikriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia dimana
faktor logika, pengalaman pengetahuan, emosi dan rasa dioptimasikan ke dalam
suatu proses sistematis.
Pada dasarnya, AHP merupakan metode yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok–
kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hierarki,
kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam
melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu hipotesa maka akan dapat
ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.
Pada Kasus di Universitas AMIKOM Yogyakarta Hubungan antara
Kriteria dan Alternative dapat digambarkan sebagai berkut :

Penilaian Kinerja
Dosen

Kehadiran Pengumpulan Keterlambatan Kecepatan


Dosen Nilai Masuk KBM selesai KBM

Dosen 1 Dosen 2 Dosen 3 Dosen 4

Keuntungan yang diperoleh bila seseorang memecahkan masalah dan


mengambil keputusan menggunakan AHP antara lain (Saaty, 1993) :
1. AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes
untuk keanekaragam persoalan tak terstruktur.
2. AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan
sistem dalam memecahkan persoalan kompleks.
3. AHP dapat menangani saling ketergantunganelemen-elemen dalam
suatu sistem dan tak memaksakan pemikirang linear.
4. AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-
milah elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan
dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
5. AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan mewujudkan
metode penetapan prioritas.
6. AHP melacak konsistensi logis dan pertimbangan-pertimbangan
yang digunakan dalam menggunakan berbagai prioritas.
7. AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan
sistem alternatif.
8. AHP mempertimbangkan prioritas relatif dari berbagai faktor sistem
dan memungkinkan organisasi memilih alternatif terbaik
berdasarkan tujuan-tujuan mereka.
9. AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesiskan suatu hasil
yang representatif dari berbagai penilaian.
10. AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada
suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan serta pengertian
mereka melalui pengulangan.

2.3 Tahapan Dalam Metode AHP


Dalam metode Analytical Hierarchy Process dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 2010) :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini penulis berusaha menentukan masalah yang akan
penulis pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari
masalah yang ada penulis coba tentukan solusi yang mungkin cocok
bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih
dari satu. Solusi tersebut nantinya penulis kembangkan lebih lanjut
dalam tahap berikutnya.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengantujuan utama. Setelah
menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki
yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk
mempertimbangkan atau menilai alternatif yang penulis berikan dan
menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas
yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika
mungkin diperlukan).
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau
kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat
sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi,
mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua
perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan
prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan.
Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas
yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan
berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai
tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk
memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari
level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di
bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya
E1,E2,E3,E4,E5.
4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga
diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah,
dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil
perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1
sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu
elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan
dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah
terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen.
Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan
elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan
berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat
di bawah.
Intensitas Kepentingan:
a. 1 berarti kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen
mempunyai pengaruh yang sama besar
b. 3 berarti elemen yang satu sedikit lebih penting daripada
elemen yanga lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit
menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
c. 5 berarti elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya,
Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen
dibandingkan elemen yang lainnya
d. 7 berarti satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada
elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan
terlihat dalam praktek.
e. 9 berarti satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya,
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain
memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin
menguatkan.
f. 2,4,6,8 berarti nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-
pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua
kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas
i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j , maka j
mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak
konsisten maka pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan
yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas
elemen elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan.
Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom
dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang
bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan
menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan
jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Adapun yang diukur dalam Analytical
Hierarchy Process adalah rasio konsistensi dengan melihat indeks
konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati
sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid.
Walaupun sulit. untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi
diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.
Rumus Untuk Menentukan Rasio Konsistensi (CR) Indeks konsistensi dari
matriks berordo n dapat diperoleh dengan rumus:

dimana :
CI = Indeks konsistensi (Consistency Index) λ maksimum = Nilai eigen
terbesar dari matrik berordo n.
λ maksimum didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom
dengan eigen vektor utama. Apabila C.I = 0, berarti matriks konsisten.
Batas ketidakkonsistenan yang ditetapkan Saaty diukur dengan
menggunakan rasio konsistensi (CR), yakni perbandingan indek konsistensi
dengan nilai pembangkit random (RI). Nilai RI bergantung pada ordo matrik n.
CR dirumuskan:

N RI
1 0.00
2 0.00
3 0.58
4 0.90
5 1.12
6 1.24
7 1.32
8 1.41
9 1.45
10 1.49
11 1.51
12 1.58

Tabel Nilai RI

View publication stats

You might also like