You are on page 1of 12

Pelatihan Modal Psikologis

Pelatihan modal psikologis untuk meningkatkan keterikatan


kerja

Sayu Prabandari Mahathanaya


Magister Profesi Psikologi Universitas Surabaya
Email: sayumahathanaya@gmail.com

Muhammad Fariz Fauzi


Magister Profesi Psikologi Universitas Surabaya
Email: mfarizfauzi@gmail.com

Abstract
This research was conducted with the aim of increasing the work engagement of
employees at PT. Mason through psychological capital training. All sessions in the
training are outlined from the four aspects of psychological capital, namely hope,
optimism, resilience, and self-efficacy. The delivery of material is carried out using
lecturing, audio-visual methods, games, role play, as well as discussion and
reflection. Participants in the study were 21 employees of PT. Masons from 10
different divisions with the lowest position are staff and the highest position, namely
factory manager. The training design used was a one-group pretest-posttest design.
Work engagement variables were measured using the UWES-17 scale (Utrecht Work
Engagement Scale-17). The results of the analysis show that there is no significant
difference in the participant's work engagement between before and after the
training was given. This proves that the psychological capital training provided is not
effective enough to increase employee work engagement at PT. Mason. Training
design, participant selection, and participant characteristics also influence the
effectiveness of the training.

Keywords: Psychological Capital, Work Engagement, Workers, Human Resource

Abstrak
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keterikatan kerja
karyawan di PT. Mason melalui pelatihan modal psikologis. Seluruh sesi dalam
pelatihan dituangkan dari keempat aspek modal psikologis, yaitu hope, optimism,
resilience, dan self-efficacy. Penyampaian materi dilakukan dengan metode
lecturing, audio-visual, permainan, role play, serta diskusi dan refleksi. Partisipan
dalam penelitian adalah 21 karyawan PT. Mason dari 10 divisi yang berbeda dengan
jabatan terendah adalah staf dan jabatan tertinggi, yaitu factory manager. Desain
pelatihan yang digunakan adalah one-group pretest-posttest design. Variabel
keterikatan kerja diukur dengan menggunakan skala UWES-17 (Utrecht Work
Engagement Scale-17). Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam keterikatan kerja partisipan antara sebelum dan sesudah pelatihan
diberikan. Hal ini membuktikan bahwa pelatihan modal psikologis yang diberikan
belum cukup efektif untuk meningkatkan keterikatan kerja karyawan di PT. Mason.
Rancangan pelatihan, pemilihan peserta, dan karakteristik peserta turut
mempengaruhi efektivitas pelatihan.
Pelatihan Modal Psikologis

Kata kunci: Modal Psikologis, Keterikatan Kerja, Karyawan, Sumber Daya Manusia

PENDAHULUAN sekitarnya (Bakker & Demerouti,


Kinerja sumber daya manusia 2008).
adalah kunci bagi perkembangan Pada PT. Mason, karyawan
organisasi, untuk itu, pengelolaan divisi produksi kurang menunjukkan
kinerja SDM menjadi tugas penting keterlibatan dalam pekerjaan maupun
bagi setiap organisasi. Dalam organisasi. Menurut kepala divisi,
meningkatkan kinerja karyawan, karyawan tidak mempunyai rasa
organisasi harus memperhatikan setiap memiliki terhadap organisasi sehingga
faktor yang dapat mempengaruhi karyawan tidak bersungguh-sungguh
fluktuasi kinerja karyawan. Salah satu dalam bekerja. Ketika bekerja,
faktor tersebut adalah tingkat karyawan menunjukkan tingkat
keterikatan kerja karyawan. Tingkat konsentrasi yang rendah dan tampak
keterikatan kerja yang tinggi memiliki tidak antusias. Motivasi karyawan
peran penting dalam meningkatkan dalam melakukan pekerjaannya hanya
fungsi emosi, kognitif, dan perilaku didasari oleh rasa takut kehilangan
karyawan saat bekerja (Kahn, 1990, pekerjaan serta ketakutan pada
dalam Schaufeli, 2012). Dengan atasan. Dari wawancara yang
adanya keterikatan kerja, karyawan dilakukan, hampir seluruh responden
akan memiliki cara pandang yang pada level manajer dan supervisor
positif terhadap pekerjaannya menyampaikan bahwa sebagian besar
sehingga dapat menampilkan kinerja, karyawan divisi produksi terlihat tidak
keterlibatan, kepuasan, dan energi bersemangat, tidak antusias, terlihat
yang tinggi saat bekerja (Macey & jenuh saat bekerja, dan cenderung
Schneider, 2008). menolak perubahan. Para karyawan
Keterikatan kerja merupakan juga cenderung mengulur waktu saat
kondisi pikiran yang positif dan puas bekerja dan menyebabkan kegagalan
terkait pekerjaan, yang ditandai dalam mencapai target produksi.
dengan adanya karakteristik seperti Berbagai permasalahan yang
vigor, dedication, dan absorption. dialami oleh sebagian besar karyawan
Karyawan yang engaged memiliki PT. Mason seperti yang dipaparkan
tingkat energi yang tinggi, antusias diatas dapat dijelaskan melalui konsep
terhadap pekerjaannya, dan sangat teori keterikatan kerja. Schaufeli &
fokus pada pekerjaan sehingga tidak Bakker (2004) mendefinisikan
menyadari waktu (Schaufeli, Salanova, keterikatan kerja sebagai kondisi kerja
Gonzàlez-Romá, & Bakker, 2002 dalam yang aktif dan positif yang meliputi
Schaufeli, 2012). Karyawan yang tiga karakteristik, yaitu vigor
engaged juga menampilkan kinerja (ketahanan mental saat bekerja) ,
lebih baik dibandingkan karyawan dedication (perasaan antusias), dan
yang tidak engaged. Hal ini absorption (sikap kerja yang penuh
dikarenakan karyawan yang engaged konsentrasi). Dalam usaha untuk
memiliki emosi yang positif, kesehatan meningkatkan aspek-aspek keterikatan
yang lebih baik, mampu menciptakan kerja pada karyawan PT. Mason, maka
sumber daya kerja dan personal, serta dibutuhkan sebuah intervensi yang
mampu menyebarkan kondisi-kondisi dapat mengatasi tidak hanya
positif tersebut pada orang lain di keterikatan kerja yang rendah, tetapi
juga akar permasalahan yang
Pelatihan Modal Psikologis

menyebabkan rendahnya keterikatan 1. Apa saja perbedaan yang tampak


kerja pada karyawan. Modal psikologis dari penerapan pelatihan modal
(Psychological Capital) merupakan psikologis?
sebuah intervensi yang telah berulang 2. Sejauh mana pelatihan modal
kali terbukti dapat meningkatkan psikologis dapat meningkatkan
keterikatan kerja pada karyawan. keterikatan kerja pada sumber
Modal psikologis merupakan kondisi daya manusia di PT. Mason?
perkembangan psikologis individu yang 3. Faktor-faktor apa saja yang
positif yang meliputi beberapa dapat mendukung dan
kapasitas, yaitu hope, menghambat efektivitas
efficacy/confidence, resilience, dan pelatihan?
optimism (Luthans & Youssef, 2004).
Alessandri, Consiglio, Luthans, & KAJIAN TEORI
Borgogni (2018) menemukan bahwa Alessandri et al. (2018)
adanya peningkatan pada aspek-aspek mengungkapkan bahwa peningkatan
modal psikologis dapat memprediksi pada aspek-aspek modal psikologis
peningkatan keterikatan kerja yang dapat memprediksi peningkatan
juga berpengaruh terhadap keterikatan kerja. Tidak hanya itu,
peningkatan kualitas kerja karyawan. peningkatan keterikatan kerja juga
Berdasarkan pemaparan hasil diikuti dengan adanya peningkatan
penelitian di atas serta hasil asesmen kualitas kinerja karyawan. Penelitian
yang ditemukan di lapangan, maka yang dilakukan Alessandri et al. (2018)
penelitian ini dilakukan untuk mengkonfirmasi temuan Salanova,
memberikan pelatihan modal Schaufeli, Xanthopoulou, & Bakker
psikologis dengan tujuan (2010) yang menyatakan bahwa
meningkatkan keterikatan kerja dengan mempertahankan aspek-aspek
karyawan di PT. Mason. Hipotesis modal psikologis pada karyawan,
dalam penelitian ini adalah terdapat karyawan termotivasi untuk
peningkatan keterikatan kerja yang memperoleh, melindungi, dan
signifikan pada karyawan PT. Mason menumbuhkan sumber daya psikologis
sebelum dan setelah diberikan (psychological resources) untuk
pelatihan modal psikologis. mencapai hasil kinerja yang baik, dan
dengan demikian akan mengarah pada
RUMUSAN MASALAH peningkatan keterikatan kerja.
Berdasarkan pemaparan latar Dalam intervensi FAMILY yang
belakang tersebut, penulis dikembangkan oleh Constantini et al.
mengidentifikasi rumusan masalah (2017), hasil intervensi menunjukkan
sebagai berikut: bahwa peningkatan indikator modal
a) Tahap Asesmen psikologis berpengaruh secara efektif
1. Bagaimana gambaran keterikatan terhadap peningkatan keterikatan
kerja karyawan di PT. Mason? kerja. Dengan meningkatkan aspek-
2. Kendala apa yang dialami oleh aspek modal psikologis sebagai
karyawan dalam menunjukkan personal resources pada karyawan,
keterikatan kerja? tidak hanya menambah kemampuan
3. Dampak-dampak apa yang karyawan untuk menghadapi tuntutan
disebabkan oleh kendala pekerjaan secara lebih efisien, tetapi
tersebut? juga berkontribusi dalam mengalami
b) Tahap Intervensi
Pelatihan Modal Psikologis

kondisi positif, seperti keterikatan menggunakan metode eksperimen.


kerja. Metode eksperimen merupakan
Karyawan dengan aspek-aspek metode penelitian yang digunakan
modal psikologis yang tinggi lebih untuk mencari pengaruh perlakuan
terikat dengan pekerjaannya dan lebih tertentu terhadap yang lain dalam
mungkin untuk mengalami kepuasan kondisi yang terkendalikan (Sugiyono,
kerja dan memiliki komitmen afektif 2014). Desain eksperimen yang
organisasi (Paek et al., 2015). digunakan adalah Pre-Experimental
Keterikatan kerja terbukti merupakan Design dengan One Group Pretest-
dampak positif dari modal psikologis, Posttest Design. Pada desain
tidak hanya itu, keterikatan kerja yang eksperimen One Group Pretest-
dialami karyawan juga menjadi dasar Posttest, peneliti mengukur kondisi
terbentuknya moral karyawan. awal kelompok eksperimen sebelum
Dalam penelitian yang dilakukan diberikan perlakuan kemudian
oleh Joo, Lim, & Kim (2016), modal mengukur kembali kondisi akhir
psikologis menjadi prediktor kelompok eksperimen setelah
terbentuknya keterikatan kerja dengan diberikan perlakuan. Kedua hasil
mediasi Work Empowerment. Hal ini pengukuran tersebut kemudian
sejalan dengan hasil penelitian Pan et dibandingkan untuk mengetahui efek
al. (2017) yang juga mengemukakan dan hasil perlakuan dengan lebih
bahwa modal psikologis merupakan akurat. Pada penelitian ini, peneliti
prediktor kuat yang dapat menggunakan metode eksperimen
meningkatkan keterikatan kerja pada dengan desain One Group Pretest-
karyawan. Posttest untuk mengetahui hasil
Berdasarkan keseluruhan penelitian perlakuan secara lebih akurat. Dalam
tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini, perlakuan yang diberikan
modal psikologis yang terdiri dari berupa pemberian pelatihan Modal
hope, optimism, resilience, dan Psikologis untuk meningkatkan
efficacy merupakan sumber daya Keterikatan Kerja pada karyawan PT.
pribadi (personal resource) yang Mason. Bagan desain yang digunakan
terdapat pada diri masing-masing pada penelitian ini dapat dilihat pada
karyawan. Dengan peningkatan Gambar 1.
sumber daya pribadi ini, karyawan
akan mampu menoleransi tuntutan-
tuntutan pekerjaan sehingga
menghasilkan keterikatan kerja pada
diri karyawan terhadap pekerjaan Gambar 1. Desain Penelitian
maupun perusahaannya (Contantini et
al., 2017). Tidak hanya itu, keterikatan
kerja juga dapat memberikan dampak Partisipan Penelitian
jangka panjang berupa peningkatan Partisipan penelitian ini adalah
kualitas kinerja pada karyawan. karyawan PT. Mason sebanyak 21
orang. Pemilihan subjek penelitian
METODE PENELITIAN didasari oleh karakteristik inklusi yang
Jenis Penelitian telah ditetapkan. Karakteristik tersebut
Desain penelitian yang antara lain: 1) berstatus karyawan
digunakan dalam penelitian ini adalah tetap atau kontrak di PT. Mason; 2)
desain penelitian kuantitatif dengan mengalami permasalahan terkait
Pelatihan Modal Psikologis

keterikatan kerja; dan 3) bersedia pelatihan modal psikologis dengan


mengikuti pelatihan sejak awal hingga judul pelatihan “Be A Great
akhir. Employee”.
Pelatihan ini bertujuan untuk
Pengumpulan Data meningkatkan keterikatan kerja pada
Pengumpulan data dalam karyawan PT. Mason sebagai peserta
penelitian ini dilakukan melalui metode pelatihan. Pelatihan yang diberikan
wawancara, analisis dokumen, memuat sesi yang mengacu pada
observasi, pengukuran dengan skala aspek modal psikologis, yaitu efficacy,
modal psikologis dan skala keterikatan hope, optimism, dan resilience.
kerja, penggunaan lembar kerja, serta Pembagian aspek modal
penilaian hasil evaluasi. Variabel bebas psikologis pada tiap sesi pelatihan
pada penelitian ini adalah modal ditunjukkan pada Gambar 2.
psikologis yang diukur dengan
menggunakan Psychological Capital
Questionnaire-24 (Luthans et al, 2007)
dalam bentuk skala Likert dan berisi 24
aitem. Seluruh aitem dikelompokkan
ke dalam empat sub skala yang
menggambarkan dimensi modal
psikologis, yaitu efficacy, optimism,
hope, dan resilience. Variabel
keterikatan kerja diukur menggunakan
skala UWES-17 (Utrecht Work
Engagement Scale-17) milik Schaufeli,
Salanova, Gonzalez-Roma, dan Bakker
(2002) yang berisi 17 aitem dan
berbentuk skala Likert. Skala terdiri
dari tiga dimensi yang
menggambarkan aspek vigor,
dedication, dan absorption.
Dalam penelitian ini turut
dilakukan pengukuran pengetahuan
peserta mengenai materi yang
diberikan melalui sesi tanya jawab Gambar 2. Urutan Sesi Pelatihan
serta pemberian lembar kerja. Follow-
up dilakukan dengan memberikan Pelatihan terdiri dari 6 sesi
kuesioner modal psikologis dan pelatihan dengan aktivitas, yaitu: 1)
keterikatan kerja serta melakukan pengenalan terhadap konsep
wawancara dengan peserta maupun keterikatan kerja dan modal psikologis;
rekan kerjanya untuk menggali 2) menumbuhkan harapan; 3)
perbedaan perilaku yang ditunjukkan meningkatkan optimisme; 4) melatih
oleh peserta setelah mendapatkan resiliensi; 5) menanamkan keyakinan
pelatihan. diri; dan 6) melatih seluruh aspek
tersebut melalui sesi diskusi dan
Prosedur Intervensi pengisian lembar kerja. Materi
Intervensi yang diberikan dalam diberikan dengan konsep experiential
penelitian ini adalah penerapan learning melalui metode lecturing,
Pelatihan Modal Psikologis

audiovisual, role play, diskusi, refleksi, sebagian peserta yang mampu


dan permainan. menganalisis secara kompleks dari
faktor eksternal maupun internal.
Analisis Data Beberapa peserta juga mampu
Analisis data kuantitatif yang menuliskan kalimat-kalimat untuk
dilakukan meliputi uji asumsi dan uji membangkitkan sikap optimis pada diri
hipotesis. Uji asumsi dilakukan untuk sendiri dan orang lain.
menguji normalitas. Uji hipotesis Pada sesi “Menjadi Karyawan
dilakukan dengan menggunakan uji yang Kuat dan Tahan Banting”,
beda untuk mengetahui efektivitas seluruh peserta tampak lebih terbuka
pelatihan Be A Great Employee dalam dan antusias saat mengisi refleksi dari
meningkatkan keterikatan kerja permainan yang dilakukan. Peserta
peserta pelatihan. Analisis data juga mampu menguraikan konsep
dilakukan dengan SPSS versi 25. ketahanan diri pada video yang telah
diputarkan. Selain itu, seluruh peserta
HASIL DAN PEMBAHASAN sangat terbuka dalam menuliskan
Hasil pengalaman kegagalan yang dialami
Hasil uji normalitas pada saat bekerja serta menceritakan
seluruh data menunjukkan nilai tindakan yang dilakukan untuk
signifikansi >0,05. Hal tersebut mengatasi kendala tersebut.
menunjukkan bahwa data yang Pada sesi “I Can Do It!”,
digunakan dari setiap variabel memiliki seluruh peserta mampu menuliskan
sebaran data yang bersifat normal. refleksi dari aktivitas permainan yang
Melalui sesi diskusi dan hasil telah dilaksanakan. Peserta tidak
lembar kerja yang diberikan dalam hanya mampu menguraikan konsep
pelatihan, pada sesi “Work keyakinan diri dalam pekerjaan sehari-
Engagement dan Modal Psikologis? hari, tetapi juga mampu memahami
Apa Itu?”, seluruh peserta mampu dan menerapkan konsep keyakinan diri
menjelaskan kembali konsep dalam bersosialisasi dengan rekan
keterikatan kerja dan modal psikologis kerja. Peserta menjadi lebih peka
dengan memberi contoh nyata terhadap keyakinan diri rekan kerjanya
penerapan kedua konsep tersebut dan turut berusaha menumbuhkan
dalam kehidupan sehari-hari. keyakinan diri pada rekan kerjanya.
Pada sesi “A Magic Called Terakhir, pada sesi action plan
Hope”, hampir seluruh peserta dapat “I Will Do It!”, seluruh peserta mampu
menuliskan tujuan yang ingin dicapai menganalisis kasus yang diberikan
dalam waktu 1, 3, dan 5 tahun serta dengan konsep modal psikologis.
menuliskan langkah-langkah untuk Peserta juga mampu menguraikan
mencapai tujuan tersebut dengan hambatan yang dialami dalam
konsep S.M.A.R.T. Peserta juga pekerjaan saat ini serta membuat
mampu menuliskan kemungkinan target untuk menyelesaikan
hambatan yang akan ditemui dan permasalahan tersebut berdasarkan
menyiapkan langkah alternatif untuk konsep modal psikologis.
menghadapi hambatan tersebut.
Pada sesi “Optimis 1000%”,
seluruh peserta dapat menganalisis Tabel 1. Hasil Uji Beda
contoh kasus yang diberikan dengan
perspektif Optimisme, namun hanya
Pelatihan Modal Psikologis

Karyawan yang tidak


bersemangat, tidak antusias, mudah
Hasil uji hipotesis pada Tabel 1 merasa jenuh, cenderung melakukan
menunjukkan signifikansi pada variabel pekerjaan yang monoton, tidak merasa
keterikatan kerja sebesar 0,282 tertantang untuk bisa
(sig>0,05) dan modal psikologis 0,476 mengembangkan pekerjaan atau
(sig>0,05). Hal tersebut menunjukkan menjadi lebih baik dalam
bahwa tidak terdapat perbedaan pekerjaannya, kurang antusias
perilaku yang signifikan pada peserta terhadap nilai-nilai perusahaan, dan
sebelum dan sesudah pelatihan tidak tertarik dalam mempelajari hal
sehingga dapat disimpulkan bahwa baru, mencerminkan rendahnya aspek
pelatihan modal psikologis belum Dedication pada karyawan Produksi.
cukup efektif untuk meningkatkan Menurut Constantini et al. (2017),
keterikatan kerja karyawan divisi karyawan dengan aspek Dedication
Produksi di PT. Mason. yang rendah cenderung pasif dan tidak
antusias saat bekerja, tidak merasa
Pembahasan terikat dengan pekerjaan maupun
Secara umum tingkat perusahaannya, tidak merasa
keterikatan kerja karyawan unit tertantang dalam melakukan
Produksi di PT. Mason cukup rendah. pekerjaan, dan tidak memiliki rasa
Hal ini diperoleh melalui hasil kebermaknaan terkait pekerjaan yang
wawancara dan observasi pada saat dilakukan.
asesmen. Rendahnya keterikatan kerja Berdasarkan pemaparan
karyawan Produksi terlihat dari tersebut, maka penting bagi karyawan
minimnya aspek-aspek keterikatan Produksi untuk bisa meningkatkan
kerja yang ditampilkan karyawan aspek-aspek keterikatan kerja guna
dalam pekerjaan sehari-hari. Sebagian mengasah sikap-sikap yang berkaitan
besar karyawan di unit Produksi dengan pekerjaan dan
kurang memiliki kesadaran diri, mengoptimalkan kinerja karyawan.
kemauan, dan inisiatif untuk bekerja. Dengan adanya keterikatan kerja,
Karyawan juga cenderung tidak fokus karyawan akan mampu memfokuskan
saat bekerja dan sering melupakan energi dan usahanya untuk mencapai
tugas-tugasnya. Dalam melaksanakan tujuan organisasi. Karyawan yang
tugas, karyawan harus selalu memiliki keterikatan kerja akan terikat
diingatkan oleh atasan sehingga secara fisik, kognitif, dan emosi
karyawan tampak bekerja dengan dengan pekerjaannya (Kahn, 1990,
terpaksa. Hal ini mencerminkan bahwa dalam Bakker, 2011).
aspek Absorption pada karyawan Dalam usaha untuk
Produksi masih tergolong rendah. meningkatkan aspek-aspek keterikatan
Menurut Constantini, Paola, Ceschi, kerja pada karyawan Produksi, maka
Sartori, Meneghini, & Fabio (2017), dibutuhkan sebuah intervensi yang
karyawan dengan Absorption rendah dapat mengatasi tidak hanya
tidak mampu menampilkan sikap kerja keterikatan kerja yang rendah, tetapi
yang penuh fokus dan serius pada juga akar permasalahan yang
pekerjaan serta melakukan pekerjaan menyebabkan rendahnya keterikatan
dengan perasaan terpaksa, tidak kerja pada karyawan. Modal psikologis
senang, dan tidak sepenuh hati. (Psychological Capital) merupakan
sebuah intervensi yang telah berulang
Pelatihan Modal Psikologis

kali terbukti dapat meningkatkan peserta menyerap informasi yang


keterikatan kerja pada karyawan. diberikan oleh trainer. Partisipan dapat
Modal psikologis merupakan kondisi melengkapi lembar kerja sesuai
perkembangan psikologis individu yang indikator yang ditentukan serta
positif yang meliputi beberapa tampak aktif dalam menjawab maupun
kapasitas, yaitu hope, mengajukan pertanyaan kepada
efficacy/confidence, resilience, dan trainer terkait materi pelatihan. Melalui
optimism (Luthans & Youssef, 2004). hasil penghitungan skor pre-test dan
Modal psikologis merupakan post-test, ditemukan bahwa
sumber daya pribadi yang dapat peningkatan skor paling tinggi pada
mengarahkan individu pada variabel keterikatan kerja terjadi pada
peningkatan keterikatan kerja aspek Dedication. Hal ini sejalan
(Constantini et al., 2017; Joo, Lim, & dengan tingginya aspek Hope pada
Kim, 2016; Pan, Mao, Zhang, Wang, & variabel modal psikologis yang
Su, 2017). Sejalan dengan hal itu, berkorelasi langsung dalam
dalam penelitian yang dilakukan oleh peningkatan Dedication. Meski
Paek, Schuckert, Kim, dan Lee (2015) demikian, aspek-aspek lainnya dalam
ditemukan bahwa modal psikologis keterikatan kerja tidak mengalami
berpengaruh terhadap peningkatan perubahan yang signifikan. Hal ini
keterikatan kerja yang kemudian mengindikasikan bahwa pelatihan
memediasi peningkatan kepuasan yang diberikan belum cukup efektif
kerja dan komitmen afektif organisasi. dalam meningkatkan sikap dan
Alessandri, Consiglio, Luthans, & perilaku yang diharapkan.
Borgogni (2018) menemukan bahwa Faktor metodologis dan
adanya peningkatan pada aspek-aspek psikologis peserta turut mempengaruhi
modal psikologis dapat memprediksi hasil penelitian ini. Secara
peningkatan keterikatan kerja yang metodologis, pemilihan peserta dan
juga berpengaruh terhadap rancangan pelatihan sangat
peningkatan kualitas kerja karyawan. mempengaruhi keberlangsungan
Berbeda dengan hasil penelitian pelatihan. Saat menentukan
yang telah dipaparkan di atas, kebutuhan pengembangan di PT.
penelitian ini menunjukkan bahwa Mason, asesmen dilakukan pada
pelatihan modal psikologis belum hampir seluruh karyawan unit
cukup efektif untuk meningkatkan Produksi. Dari hasil asesmen
keterikatan kerja pada karyawan unit ditemukan bahwa karyawan unit
Produksi. Karyawan yang memiliki Produksi membutuhkan
modal psikologis diharapkan dapat pengembangan sikap keterikatan
menunjukkan peningkatan keterikatan kerja. Berdasarkan hal tersebut,
kerja dalam melaksanakan pekerjaan idealnya pelatihan modal psikologis
sehari-hari, namun, pada penelitian ini diberikan pada seluruh karyawan di
tampak bahwa modal psikologis bukan unit Produksi, namun menjelang
satu-satunya solusi yang dapat pelaksanaan pelatihan, pemilihan
diterapkan untuk memecahkan peserta ditentukan oleh pihak
masalah keterikatan kerja. perusahaan dan karakteristik peserta
Berdasarkan hasil yang tampak yang dipilih untuk mengikuti pelatihan
pada aktivitas pengerjaan lembar kerja kurang sesuai dengan materi
pelatihan di tiap sesi, dapat pelatihan. Pada akhirnya, pelatihan ini
disimpulkan bahwa sebagian besar diikuti oleh 3 orang karyawan di unit
Pelatihan Modal Psikologis

Research & Development, 5 karyawan dilakukan dengan metode lecturing,


Finance & Accounting, 1 karyawan tetapi juga dengan penayangan video,
Purchasing, 1 karyawan Quality aktivitas role-play, permainan, serta
Assurance, 2 karyawan Quality diskusi dan refleksi. Metode yang
Control, 3 karyawan Teknik, 1 beragam ini cukup efektif dalam
karyawan Logistik, 1 karyawan Human mengurangi kebosanan peserta serta
Resource, dan 1 karyawan Learning & menyegarkan kondisi peserta agar siap
Development, sedangkan karyawan untuk menerima materi berikutnya.
dari unit Produksi yang mengikuti Berdasarkan hasil evaluasi, metode
pelatihan hanya berjumlah 3 orang. lecturing mampu menambah wawasan
Selain itu, jabatan seluruh peserta peserta mengenai konsep modal
sangat beragam mulai dari staf, psikologis dan keterikatan kerja.
penyelia, manajer, hingga jabatan Seluruh video yang ditayangkan
tertinggi di PT. Mason, yaitu factory pada tiap sesi pelatihan telah dipilih
manager. Hal ini menyulitkan peneliti agar sesuai dengan materi pelatihan
dalam menyesuaikan rancangan serta kondisi, karakteristik, dan
pelatihan yang telah didesain sesuai kebutuhan peserta. Hal ini
kebutuhan karyawan dari unit memudahkan peserta untuk
Produksi. merefleksikan pengalaman mereka
Dari faktor psikologis, yang dirasa memiliki kemiripan dengan
keberagaman posisi serta jabatan kondisi di video. Dengan merefleksikan
peserta turut mempengaruhi pengalaman masing-masing, peserta
perbedaan perilaku peserta pelatihan. menjadi lebih mudah menemukan
Dengan hadirnya seluruh jajaran pembelajaran baru mengenai materi
manajemen pada saat pelatihan, akan pelatihan dari video tersebut. Pada
meningkatkan kecenderungan ‘faking lembar kerja, peserta juga mampu
good’ peserta lainnya, khususnya staf menuliskan hal-hal baru yang
bagian Produksi, ketika mengisi didapatkan dari video. Meski demikian,
kuesioner maupun pada saat terdapat pula beberapa peserta yang
mengikuti pelatihan. Pada saat mengisi kesulitan memahami materi karena
kuesioner, kecenderungan untuk tidak memperhatikan video. Hal itu
memberikan respons yang terlihat dikarenakan peserta memiliki
baik, bukan respons yang sesuai kesibukan di lapangan dan harus
dengan kondisi sebenarnya, dapat keluar dari ruang pelatihan beberapa
menjelaskan nihilnya peningkatan skor kali selama video ditayangkan.
keterikatan kerja setelah mengikuti Metode permainan (games)
pelatihan. Tidak hanya itu, manajemen disisipkan pada hampir tiap sesi
maupun karyawan lain diluar unit pelatihan. Materi yang berkaitan
Produksi umumnya sudah memiliki dengan sesi pelatihan diberikan
tingkat keterikatan kerja yang tinggi dengan cara menstimulasi keterlibatan
sehingga hal ini turut mempengaruhi peserta dalam sebuah permainan.
tingginya skor keterikatan kerja pada Dengan adanya permainan, peserta
pre-test maupun post-test secara tampak lebih aktif dan antusias ketika
keseluruhan. mengikuti sesi pelatihan dan lebih
Pada saat pelatihan, cara mudah memahami materi pelatihan.
penyampaian materi dilakukan dengan Penggunaan permainan juga dapat
pendekatan experiential learning. menstimulasi para peserta yang
Penyampaian materi tidak hanya sebelumnya tampak pasif selama
Pelatihan Modal Psikologis

pelatihan. Berdasarkan hasil evaluasi, Hal ini mencerminkan wujud dari


para peserta merasa lebih memahami peningkatan aspek Dedication pada
diri mereka setelah mengikuti keterikatan kerja peserta. Di sisi lain,
permainan. peserta yang berasal dari unit non-
Secara umum, peserta pelatihan Produksi mengungkapkan bahwa
tampak antusias dalam mengikuti pelatihan ini menambah wawasan,
pelatihan dari awal hingga akhir, tetapi belum memberi pengaruh pada
khususnya pada materi yang diberikan sikap kerja peserta pada unit non-
melalui tayangan video dan Produksi.
permainan. Meski demikian, terdapat Berbagai temuan di atas
beberapa peserta yang terlihat sibuk menunjukkan bahwa pelatihan modal
dan beberapa kali keluar dari ruang psikologis belum mampu
pelatihan untuk menangani pekerjaan meningkatkan sikap keterikatan kerja
tertentu. Hal ini tentunya dapat peserta secara umum. Pelatihan yang
mengganggu konsentrasi peserta diberikan dapat meningkatkan
dalam mengikuti jalannya pelatihan. pengetahuan dan pemahaman
Pada sesi diskusi, sebagian besar mengenai materi, namun belum
peserta yang terlihat aktif untuk mampu meningkatkan sikap yang
bertanya maupun menjawab berasal mencerminkan modal psikologis
dari kalangan manajemen. Peserta maupun keterikatan kerja. Sonnentag,
non-manajemen tampak sungkan Dormann, dan Demerouti (2010)
dalam mengajukan pendapat selama mengungkapkan bahwa tingkat
pelatihan. Ketika trainer memberi keterikatan kerja dapat bervariasi
pertanyaan pada peserta non- setiap hari tergantung kondisi dan
manajemen, peserta tampak gugup situasi personal serta karakteristik
saat menjawab dan terkadang pekerjaan. Hal ini juga dapat
melempar pertanyaan tersebut pada menjelaskan ketiadaan peningkatan
peserta yang lain. skor keterikatan kerja pada peserta
Berdasarkan hasil evaluasi pelatihan.
tahap akhir, hanya peserta yang Keterbatasan dalam penelitian
berasal dari unit Produksi yang ini adalah materi dan durasi pelatihan
mengungkapkan adanya peningkatan yang belum mampu memfasilitasi
dalam sikap kerjanya. Sesi pelatihan peningkatan sikap keterikatan kerja
yang dirasa berpengaruh besar dalam pada peserta pelatihan. Untuk
peningkatan tersebut adalah sesi pada mengatasi keterbatasan tersebut,
aspek Hope. Materi mengenai dibutuhkan pelatihan secara berkala
penetapan tujuan menggunakan teknik serta evaluasi yang berkelanjutan.
S.M.A.R.T membantu peserta dalam Materi yang digunakan pada pelatihan
menetapkan tujuan-tujuan kerja yang ini juga tergolong kurang fleksibel
lebih realistis bagi dirinya maupun sehingga sulit beradaptasi dengan
rekan kerjanya. Dengan adanya perubahan kondisi peserta.
tujuan-tujuan kerja yang lebih jelas,
peserta merasa bahwa kinerja dalam Simpulan
timnya menjadi lebih produktif. Simpulan penelitian ini adalah
Peserta menjadi lebih antusias untuk tidak terdapat perbedaan yang
mengembangkan diri maupun signifikan pada tingkat keterikatan
pekerjaannya dengan menetapkan kerja karyawan PT. Mason pada
tujuan kerja yang lebih menantang. sebelum dan setelah mendapat
Pelatihan Modal Psikologis

pelatihan. Hal ini membuktikan bahwa dilakukan secara berkala sehingga


pelatihan modal psikologis belum perubahan perilaku yang diharapkan
cukup efektif untuk meningkatkan dapat bertahan. Metode dan materi
keterikatan kerja pada karyawan di PT. pelatihan dapat dirancang dengan
Mason. Simpulan tersebut diketahui fleksibel sehingga mudah
melalui uji signifikansi yang diperoleh dikembangkan dan dimodifikasi ketika
dari uji beda. menghadapi perubahan yang terjadi
Hasil pelatihan ini sangat secara tiba-tiba di lapangan.
dipengaruhi oleh situasi selama Pemberian pelatihan dapat dilakukan
pelatihan serta kebutuhan karyawan. dengan aktivitas yang beragam,
Pada asesmen, diketahui bahwa seperti dengan penayangan video dan
karyawan dari unit Produksi memang games, untuk meningkatkan
membutuhkan pengembangan terkait keterlibatan peserta. Aktivitas yang
sikap keterikatan kerja, sehingga menuntut keterlibatan peserta terbukti
pelatihan modal psikologis mampu dapat memberikan refleksi yang lebih
memfasilitasi peningkatan keterikatan mendalam mengenai materi pelatihan.
kerja pada aspek Dedication. Kelemahan penelitian ini adalah
Sebaliknya, karyawan dari unit non- adanya faktor eksternal seperti
Produksi maupun pihak manajemen suasana pelatihan dan karakteristik
sudah memiliki tingkat keterikatan peserta yang turut mempengaruhi
kerja yang tinggi sehingga cenderung keberhasilan pelatihan. Pada penelitian
tidak mengalami perubahan sikap berikutnya, diharapkan untuk
setelah mendapat pelatihan. memperhatikan kondisi-kondisi
eksternal yang dapat mempengaruhi
Saran keberlangsungan pelatihan.
Pada penelitian selanjutnya,
diharapkan agar pelatihan dapat

Daftar Pustaka
Alessandri, G., Consiglio, C., Luthans, 13(3), 209-223. DOI:
F., Borgogni, L. (2018). Testing a 10.1108/13620430810870476
dynamic model of the impact of Constantini, A., Paola, F. D., Ceschi,
psychological capital on work A., Sartori, R., Meneghini, A. M.,
engagement and job Fabio, A. D. (2017). Work
performance. Career engagement and psychological
Development International, capital in the Italian public
23(1), 33-47. DOI: 10.1108/CDI- administration: A new resource-
11-2016-0210 based intervention programme.
Bakker, A. B. (2011). An Evidence- SA Journal of Industrial
Based Model of Work Psychology, 43(0), 1-11. DOI:
Engagement. Current Directions 10.4102/sajip.v43i0.1413
in Psychological Science, 20(4), Joo, B. K., Lim, D. H., Kim, S. (2016).
265-269. DOI: Enhancing Work Engagement:
10.1177/0963721411414534 The roles of psychological capital,
Bakker, A. B., Demerouti, E. (2008). authentic leadership, and work
Towards a model of Work empowerment. Leadership &
Engagement. Career Organization Development
Development International,
Pelatihan Modal Psikologis

Journal, 37(8), 1117-1134. DOI: Salanova, M., Schaufeli, W. B.,


10.1108/LODJ-01-2015-0005 Xanthopoulou, D., & Bakker, A.
Luthans, F., Avolio, B. J., Avey, J. B., B. (2010). The gain spiral of
Norman, S. M. (2007). Positive resources and work engagement:
Psychological Capital: Sustaining a positive worklife,
Measurement and Relationship dalam Bakker, A. B. & Bakker, A.
with Performance and B. (Eds), Work Engagement: A
Satisfaction. Personnel Handbook of Essential Theory
Psychology, 60, 541-572 and Research, (pp. 118-131).
Luthans, F., Youssef, C. M. (2004). Psychology Press, New York, NY.
Human, Social, and Now Positive Schaufeli, W. B. (2012). Work
Psychological Capital engagement. What do we know
Management: Investing in People and where do we go? Romanian
for Competitive Advantage. Journal of Applied Psychology,
Organizational Dynamics, 33(2), 14(1), 3-10.
143-160. DOI: Schaufeli, W. B., Bakker, A. B. (2004).
10.1016/j.orgdyn.2004.01.003 Job demands, job resources and
Macey, W. H., Schneider, B. (2008). their relationship with burnout
The Meaning of Employee and engagement: A multi-
Engagement. Society for sample study. Journal of
Industrial and Organizational Organizational Behavior, 25, 293–
Psychology, 1, 3-30 315. DOI: 10.1002/job.248
Paek, S., Schuckret, M., Kim, T. T., Schaufeli, W. B., Salanova, M.,
Lee, G. (2015). Why is hospitality Gonzales-Roma, V., & Bakker,
employees’ psychological capital A.B. (2002). The measurement of
important? The effects of engagement and burnout: A two
psychological capital on work sample confirmatory factor
engagement and employee analytic approach. Journal of
morale. International Journal of Happiness Studies, 3(1), 71-92.
Hospitality Management, 50, 9- DOI: 10.1023/A:1015630930326
26. DOI: Sonnentag, S., Dormann, C., &
10.1016/j.ijhm.2015.07.001 Demerouti, E. (2010). Not all
Pan, X., Mao, T., Zhang, J., Wang, J., days are created equal: The
Su, P. (2017). Psychological concept of state work
capital mediates the association engagement. Work engagement:
between nurses’ practice Recent developments in theory
environment and work and research, 25–38. New York,
engagement among Chinese NY: Psychology Press.
male nurses. International Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Journal of Nursing Sciences, 4, Pendidikan Pendekatan
378-383. DOI: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
10.1016/j.ijnss.2017.09.009 Bandung: Alfabeta.

You might also like