You are on page 1of 10

43

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN


PERILAKU IBU DALAM PEMBERANTASAN SARANG
NYAMUK (PSN) DBD

(The Correlation between Knowledge and Motivation with Mother’s


Behavior in Eradication Mosquito Nest of Dengue Haemorrhagic
Fever)

Merry Kristin Waruwu*, Tintin Sukartini*, Retno Indarwati*


*Program Studi Pendidikan Ners
Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115
e-mail: merrywaruwu123@gmail.com

ABSTRACT
Introduction: Dengue Haemorhagic Fever (DHF) still becomes health problem in
Indonesia. Less understand about it will lead into people’s ignorance in cutting the
transmission line, for the example by eradicate mosquito nest. Not only knowlegde, but
people’s motivation also important to implement particular behavior. The aim of this
study was to examine the correlation between knowledge and motivation with mother’s
behavior in eradication mosquito nest of DHF. Method: This was correlational study
with cross sectional approach. Population were mother at Kelurahan Pegirian,
Surabaya. Samples were 80 respondents, taken with proposionate cluster sampling. The
independent variables were mother’s knowledge and motivation, while the dependent
variable was mother’s behavior in eradicate mosquito nest. Data were collected by using
questionaire, then analyzed by using Spearman Rank Test with level of significance
α≤0.05. Result: The result had showed that there was significant weak correlation
between mother’s knowledge and behavior (p=0.000; r=0.309). While mother’s
motivation have significant moderate correlation with behavior in eradicate mosquito
nest (p=0.000; r=0.423). Discussion: It can be concluded that mother’s knowledge and
motivation correlate with their behavior in eradicate mosquito nest. Mother should
inform the member of her family about preventing DHF transmission by eradicate
mosquito nest. Nurses should empower mother to do it through health education
regularly.

Keywords: knowledge, motivation, behavior, mother, eradication of mosquito nest

PENDAHULUAN Jumlah kasus DBD pada tahun 2010 di


Indonesia sebanyak 156.086 kasus
Penyakit DBD (DBD) merupakan salah dengan jumlah kematian akibat DBD
satu penyakit infeksi yang ditularkan sebesar 1.358 orang. Demikian, angka
melalui gigitan nyamuk yang banyak insiden (AI) DBD pada tahun 2010
ditemukan di daerah tropis dan sub adalah 65,7 per 100.000 penduduk dan
tropis di seluruh dunia.Tingginya angka angka kematian kasus sebesar 0,87%.
kesakitan penyakit ini sebenarnya karena Tahun 2010 angka insiden DBD Jawa
perilaku diri sendiri. Di tingkat keluarga, Tengah sebesar 368,7/ 100.000
orang tua khususnya ibu, yang memiliki penduduk dengan jumlah kasus
peran untuk mengelola rumah tangga, sebanyak 5.556 kasus dengan 47
sudah memiliki pengetahuan yang cukup kematian (Aryanti, 2012).
mengenai penyakit DBD serta
pencegahannya tetapi masih belum Dinas Kesehatan Surabaya (2012),
optimal dan kesadarannya masih kurang melaporkan kasus DBD tertinggi dari di
(Aboesina, 2008). wilayah kerja Puskesmas Pegirian
Surabaya sebanyak 28 orang, dan presentasi
rumah bebas jentik dari total
44

rumah di Pegirian sebanyak 12.500


rumah dan rumah yang diperiksa 10.290 Penelitian ini menggunakan desain
(82,32%) didapatkan hasil rumah bebas deskriptif analitik dengan rancangan
jentik di wilayah Puskesmas Pegirian penelitian yang digunakan korelasional
adalah 8.799 (85,51%) yang seharusnya dengan pendekatan cross-sectional
mencapai target 100%. Dari data Dinkes dengan populasi seluruh ibu yang
Surabaya tahun 2012, Puskesmas bertempat tinggal di Kelurahan Pegirian
Pegirian mendapat peringkat 10 besar Surabaya sejumlah 80 responden.
kasus Kejadian DBD dari 62 puskesmas Sampel dalam penelitian ini adalah ibu
di Surabaya. Sampai saat ini angka rumah tangga yang bertempat tinggal di
kesakitan DBD semakin meningkat. Kelurahan Pegirian. Pada penelitian ini
menggunakan purposive sampling
Dari beberapa penelitian menyebutkan dengan tipe cluster yang diambil 2 RW
masih kurangnya pengetahuan dan peran dari 94 RW di Kelurahan Pegirian yaitu
masyarakat terutama peran keluarga RW 8 dan RW 10. Kemudian dari 2 RW
dalam pencegahan terjadinya DBD dipilih 6 RT yaitu dari RW 8 diambil
terutama peran ibu dalam pemeliharaan RT 3, RT 5, RT 6, dan dari RW 10
kesehatan keluarganya (Widagdo, 2008). diambil RT 3, RT 6, RT 8 di mana
menurut laporan dari pihak Puskesmas
Pengetahuan dan motivasi masyarakat Pegirian wilayah tersebut sangat rentan
yang positif terhadap penyakit DBD dan terkena DBD.
cara pencegahannya akan mendorong
warga untuk melaksanakan Variabel independen dalam penelitian
pemberantasan sarang nyamuk dalam ini adalah pengetahuan dan motivasi ibu
kehidupan sehari-hari, sehingga penyakit dalam PSN DBD. Variabel dependen
DBD dapat dicegah. Terutama perilaku dalam penelitian ini adalah perilaku ibu
ibu yang memiliki motivasi tinggi dalam dalam PSN DBD. Instrumen penelitian
pemberantasan sarang nyamuk berdarah ini menggunakan kusioner yang diambil
dengue diharapkan mampu memberikan dari penelitian sebelumnya
contoh yang baik kepada ibu yang (Wuryaningsih, 2008; Putri, 2012)
kurang memiliki motivasi dalam
pemberantasan sarang nyamuk berdarah Analisa data pada penelitian ini
dengue melalui kegiatan 3M. menggunakan analisa univariat dan
Berdasarkan latar belakang di atas maka bivariat. Analisis bivariat digunakan
peneliti tertarik untuk meneliti dan untuk menjelaskan hubungan dua
mengambil judul penelitian hubungan variabel yaitu antara variabel bebas
pengetahuan dan motivasi dengan variabel terikat yaitu untuk
dengan perilaku ibu dalam melihat hubungan variabel pengetahuan
pemberantasan sarang nyamuk DBD di dan motivasi dengan perilaku ibu dalam
Kelurahan Pegirian Surabaya. pemberantasan sarang nyamuk DBD.
Analisis bivariat yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu uji korelasi
spearman dengan tingkat signifikansi
α≤0.05.
BAHAN DAN METODE
45

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Hubungan antara pengetahuan dan perilaku ibu dalam PSN DBD

Tabel 1 menunjukkan hubungan RT 6) dan RW 10 (RT 3, RT 6, dan RT


pengetahuan dengan perilaku ibu dalam 8) Kelurahan Pegirian Surabaya. Nilai
PSN DBD berdasarkan perhitungan uji (r)=0,309 menunjukkan arah korelasi
statistik Spearman’s rank correlation positif dengan menunjukkan tingkat
diperoleh nilai signifikan korelasi lemah, artinya pengetahuan
(p)=0,000<0,005 yang berarti hipotesis berhubungan dengan perilaku ibu dalam
diterima dengan koefisien PSN DBD. Sehingga dapat disimpulkan
korelasi=0,309. Ini berarti hipotesis bahwa semakin tinggi pengetahuan
diterima dan menunjukkan adanya semakin tinggi pula perilaku ibu dalam
hubungan yang signifikan antara PSN DBD.
pengetahuan dengan perilaku ibu dalam
PSN DBD di di RW 8 (RT 3, RT 5 dan

Tabel 2 Hubungan antara motivasi dan perilaku ibu dalam PSN DBD
Perilaku
Cukup Baik Total
MotivasiMotivasi Negatif 39 4 43
48,8% 5,0% 53,8%
Motivasi Positif 13 24 37
16,3% 30,0% 46,3%
Total 52 28 80
65,0% 35,0% 100,0%
Spearman Rank r= 0,423 p= 0,000

Table 2 menunjukkan hubungan 8) Kelurahan Pegirian Surabaya. Nilai


motivasi dengan perilaku ibu dalam (r) = 0,423 menunjukkan arah korelasi
PSN DBD berdasarkan perhitungan uji positif dengan menunjukkan tingkat
statistik Spearman’s rank correlation korelasi sedang, artinya motivasi
diperoleh nilai signifikan berhubungan dengan perilaku ibu dalam
(p)=0,000<0,005 yang berarti hipotesis PSN DBD, sehingga dapat disimpulkan
diterima dengan koefisien bahwa semakin tinggi motivasi positif
korelasi=0,423. Ini berarti hipotesis semakin tinggi pula perilaku ibu dalam
diterima dan menunjukkan adanya PSN DBD.
hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan perilaku ibu dalam PEMBAHASAN
PSN DBD di di RW 8 (RT 3, RT 5 dan
RT 6) dan RW 10 (RT 3, RT 6, dan RT
46

Hasil penelitian ini menunjukkan ada 23 seseorang akan lebih matang dalam
(28,8%) responden yang memiliki berpikir dan bekerja. Hal ini sejalan
pengetahuan baik, cukup 47 (58,8%), dengan Notoatmodjo (2007) bahwa
dan rendah 10 (12%). Dari penelitian ini umur dapat mempengaruhi seseorang,
didapatkan mayoritas pengetahuan ibu di semakin cukup umur, tingkat
RW 8 (RT 3, RT 5 dan RT 6) dan RW kemampuan dan kematangan seseorang
10 (RT 3, RT 6, dan RT 8) Kelurahan akan lebih tinggi dalam berpikir dan
Pegirian Surabaya tentang DBD dan menerima informasi. Namun perlu
PSN DBD dalam kategori ditekankan bahwa seorang yang
berpengetahuan cukup yaitu sebanyak berumur lebih tua tidak mutlak memiliki
47 (58,8%). pengetahuan yang lebih tinggi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dibandingkan dengan seseorang yang
jawaban responden tentang pengetahuan lebih muda.
PSN DBD yang rendah dengan tingkat
kesalahan 76,3% ada pada item Berdasarkan uraian di atas, peneliti
pertanyaan mengenai cara apakah yang berpendapat bahwa hal ini membuktikan
paling mudah dan efektif untuk bahwa umur mempengaruhi kematangan
mencegah penularan penyakit DBD, seseorang untuk berperilaku sehat dan
tingkat kesalahan 90% ada pada karena diusia 31-40 tahun pengalaman,
pertanyaan pemberantasan pada penular informasi untuk mendapatkan
DBD yang efektif. Sehingga dapat pengetahuannya bisa lebih banyak.
disimpulkan bahwa masyarakat masih Tidak selamanya semakin tua usia maka
kurang memahami mengenai cara pengetahuan semakin tinggi dan
apakah yang paling mudah dan efektif perilaku seseorang semakin baik, karena
untuk mencegah penularan penyakit dengan pengaruh beberapa faktor seperti
DBD dan pemberantasan DBD yang banyak mendapatkan informasi tentang
paling efektif, Sedangkan hasil cara pencegahan penyakit DBD dari
penelitian yang paling tinggi tingkat berbagai media elektronik dan cetak
kebenarannya terdapat pada pertanyaan juga petugas kesehatan, maka usia yang
mengenai vektor dari penyakit DBD masih muda pun dapat berperilaku baik.
yaitu sebanyak 2,5% responden
menjawab benar. Sehingga dari Faktor lain yang mempengaruhi
kuisioner masyarakat lebih memahami pengetahuan seseorang adalah
mengenai vektor dari penyakit DBD. pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian
responden yang memiliki pengetahuan
Selain itu, pengetahuan juga dipengaruhi tinggi terdapat pada jenis pekerjaan
oleh umur dan jenis pekerjaan. PNS/ABRI/pensiunan yaitu 2 dari 3
Berdasarkan penelitian, sebagian besar orang memiliki pengetahuan tinggi dan
responden yang berpengetahuan tinggi sisanya memiliki pengetahuan cukup.
tergolong pada umur 31-40 sebanyak 10 Menurut (Notoatmodjo, 2007) pekerjaan
(12,5%) responden, sedangkan usia yang memiliki pengaruh pada pengetahuan
memiliki pengetahuan rendah dimiliki seseorang. Lingkungan pekerjaan dapat
responden terdapat pada usia 61-70 menjadikan seseorang memperoleh
tahun sebanyak 1,3%. Menurut teori pengalaman dan pengetahuan baik
Green, umur merupakan salah satu secara langsung maupun secara tidak
presdisposing factor terjadinya langsung.
peubahan perilaku seseorang. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa perbedaan usia Pengetahuan responden mengenai DBD,
seseorang bisa mempengaruhi seseorang vektor penyebabnya, dan cara
dalam melakukan perilaku pencegahan penularan DBD sangat
kesehatan. Menurut Hurlock (2005) diperlukan. Karena pengetahuan
bahwa semakin cukup umur, tingkat merupakan dasar untuk terbentuknya
kemampuan dan kekuatan tindakan seseorang (Notoatmodjo,
47

2007). Penelitian ini juga sejalan dengan sangat setuju, 4 (5%) responden
teori Roger (1971) yang dikutip oleh menjawab setuju, dan 5 (6,3%)
Ancok bahwa pengetahuan tentang suatu responden menjawab ragu-ragu.
objek tertentu sangat penting bagi Sedangkan pada pernyataan no. 8 yang
terjadinya perubahan perilaku yang menyatakan bahwa responden
merupakan proses yang sangat melakukan pemberantasan sarang
kompleks. Perilaku yang didasari oleh nyamuk (PSN) DBD hanya karena
pengetahuan akan lebih baik dari pada pencegahan itu diwajibkan oleh RT/RW
perilaku yang tidak didasari oleh sebanyak 1 (1,3%) responden menjawab
pengetahuan. sangat setuju, 4 (5%) responden
menjawab setuju, dan 5 (6,3%)
Berdasarkan uraian di atas dapat responden menjawab ragu-ragu.
disimpulkan bahwa pengetahuan Sehingga dapat disimpulkan bahwa
merupakan domain terbentuknya motivasi seseorang bisa timbul karena
perilaku kesehatan dan faktor-faktor adanya pengawasan dari pihak
yang mempengaruhi terbentuknya masyarakat seperti peran kader maupun
pengetahuan seperti pendidikan, umur himbauan dari RT/RW.
dan pekerjaan juga mempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang, sehingga Hal ini sesuai dengan teori Green (1980)
mempengaruhi tingkat perilaku dalam Notoatmodjo (2007) bahwa
seseorang. motivasi individu atau kelompok sangat
berpengaruh untuk melakukan sesuatu,
Salah satu faktor yang berperan dalam dengan demikian motivasi yang positif
pembentukan perilaku menurut dapat memotivasi individu dalam
Notoatmodjo (2007) adalah motivasi. melakukan kegiatan pemberantasan
Pada penelitian ini terdapat 37 (46,3%) jentik nyamuk sehingga angka kejadian
responden yang memiliki kriteria positif DBD dapat dikurangi. Berdasarkan
dan sebanyak 43 (53,8%) responden uraian di atas peneliti berpendapat
memiliki motivasi negatif. Responden bahwa munculnya motivasi seseorang
yang menjawab sangat setuju kalau dipengaruhi oleh berbagai macam
melakukan PSN DBD dengan kesadaran faktor. Tingginya motivasi positif yang
diri sebanyak 37 responden diantaranya dimiliki masyarakat tentang pencegahan
15 (18,8%) responden menjawab setuju DBD, semakin tinggi pula kesadaran
dan 65 (81,3%), dan responden yang untuk berperan serta dalam mencegah
menjawab sangat setuju mengenai DBD di mana dalam hal ini pemerintah
pernyataan melakukan PSN DBD karena juga berperan sebagai fasilitator dan
hal tersebut merupakan tindakan dalam motivator.
pencegahan dan upaya penting bagi
kesehatan sebanyak 37 responden Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
dengan jumlah 22 (27,5%) menjawab bahwa responden mayoritas memiliki
setuju dan 57 (71,3%) responden perilaku yang cukup dalam PSN DBD
menjawab sangat setuju. Dapat yaitu sebanyak 52 (62%) responden.
disimpulkan bahwa masyarakat yang Sedangkan responden yang memiliki
mempunyai motivasi positif mempunyai prilaku baik hanya 28 (35%) responden.
kesadaran diri untuk melakukan PSN Sedangkan ditinjau dari observasi jentik
dan beranggapan bahwa tindakan PSN nyamuk pada tiap rumah responden
DBD sangat penting untuk mencegah yaitu masih terdapat jentik pada rumah
terjadinya wabah DBD. responden sebanyak 29 (36,3%).
Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor yang berperan dalam
responden melakukan PSN DBD setelah pembentukan perilaku dikelompokkan
ada himbauan dari kader atau pak menjadi dua jenis yaitu: Faktor yang
RT/RW sebanyak 3 (3,8%) menjawab berada dalam diri individu itu sendiri
48

yaitu salah satunya adalah motivasi. Dari masyarakat bisa dilihat saat observasi
hasil penelitian ini 37 (46,3%) keberadaan jentik nyamuk yang
responden yang tergolong memiliki merupakan indikator dari potensi
motivasi positif 24 (30%) diantaranya keterjangkitan masyarakat akan DBD.
berperilaku baik sehingga dapat Jentik nyamuk ini dapat berkembang
disimpulkan bahwa motivasi merupakan pada wadah-wadah di sekitar
penggerak perilaku. Faktor lainnya yaitu pemukiman. Pada penelitian ini,
tingkat pendidikan, Usia, jumlah keberadaan jentik nyamuk (ABJ)
keluarga, dan jenis diamati pada bak air mandi, tempat
penyimpanan air (gentong air) dan
Hasil penelitian, ditemukan bahwa dari selokan yang berada di sekitar
80 rumah responden ditemukan 29 pemukiman masyarakat.
(36,3%) responden rumahnya masih
terdapat jentik nyamuk. Dari hasil Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penelitian Meica (2009) di mana
perilaku dari masyarakat akan sangat disimpulkan bahwa perilaku sehat dapat
menentukan tingkat kesehatan dari dipandang sebagai suatu respon yang
masyarakat itu sendiri. Perilaku rasional terhadap hal-hal yang dapat
mayoritas di tempat penelitian tergolong mengakibatkan sakit. Dari contoh-
perilaku dengan kategori cukup 52 contoh masalah kesehatan lingkungan di
(65%). Perilaku masyarakat yang baik atas menggambarkan bahwa
akan memberikan dampak yang baik menciptakan lingkungan yang bersih
bagi kesehatan, dan sebaliknya perilaku membutuhkan upaya dan usaha yang
masyarakat yang tidak baik akan keras, sehingga dapat disimpulkan
berdampak buruk bagi kesehatannya. bahwa hal ini disebabkan adanya
Seperti halnya penyakit lain, perilaku perbedaan tentang anggapan atau
masyarakat juga akan menentukan persepsi individu tentang lingkungan
keterjangkitan DBD di tengah yang bersih, serta diperlukan adanya
masyarakat. Sehingga peneliti kesadaran/motivasi, tingkat
menyimpulkan bahwa dari hasil pengetahuan, keperdulian, kerja sama
observasi jentik nyamuk saat penelitian, setiap anggota masyarakat.
masih terdapat jentik nyamuk, karena
mayoritas responden masih tergolong Hasil uji statistik penelitian ini
berperilaku cukup dalam pelaksanaan menunjukkan adanya hubungan antara
PSN DBD sehingga masih terdapat pengetahuan dengan perilaku ibu dalam
masyarakat yang terkena DBD sehingga PSN DBD. Dapat disimpulkan bahwa
sangat diperlukan kegiatan-kegiatan seseorang yang memiliki tingkat
untuk meningkatkan perilaku ibu dalam pengetahuan ibu yang tinggi, tingkat
PSN DBD. perilaku dalam PSN DBD juga tinggi.
Hasil ini sejalan dengan teori
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Notoatmodjo (2007) yang menjelaskan
penelitian sebelumnya yang dilakukan bahwa semakin tinggi pengetahuan
oleh Wulandari (2008) bahwa seseorang makan akan berpengaruh
pengetahuan signifikan mempengaruhi terhadap upaya peningkatan perilaku
program PSN DBD. Untuk itu kesehatan. Hasil penelitian ini sesuai
diperlukan usaha-usaha dari pemerintah dengan penelitian sebelumnya yang
untuk meningkatkan Pengetahuan dilakukan oleh Hasanah (2006) bahwa
masyarakat agar ada peningkatan ada hubungan antara pengetahuan dan
perilaku PSN masyarakat. Pada perilaku. Semakin tinggi pengetahuan
penelitian ini, peneliti juga seseorang tentang DBD, semakin baik
mengobservasi rumah responden dengan perilaku mereka terhadap pencegahan
melihat adanya jentik nyamuk pada dan pemberantasan penyakit DBD.
tempat penampungan air. Perilaku Untuk itu diperlukan usaha dari
49

pemerintah untuk meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit DBD.


pengetahuan masyarakat agar ada Pemberantasan sarang nyamuk DBD
peningkatan perilaku pemberantasan dapat dimulai dari membersihkan
sarang nyamuk DBD. Usaha-usaha itu lingkungan sekitar rumah. Dewasa ini
bisa melalui iklan layanan masyarakat kesadaran masyarakat terutama ibu
di radio, televisi, dan koran. dalam hal memperhatikan kebersihan
lingkungan tempat tinggal masih
Bloom (1908) dalam Notoatmodjo dirasakan sangat kurang.
(2007) menyatakan bahwa tingkat
pengetahuan dalam diri seseorang Hal ini sependapat dengan Suarli dan
terbagi menjadi 6 tahapan yaitu tahu Bahtiar (2010) yang menyebutkan
(know), memahami (comprehension), bahwa motivasi adalah proses
(aplication), analisis (analysis), sintesis manajemen untuk mempengaruhi
(synthesis), evaluasi (evaluation). tingkah laku manusia berdasarkan
Dalam penelitian ini, pengetahuan pengetahuan mengenai apa yang
responden masih tergolong mayoritas membuat orang tergerak. Dalam
berpengetahuan cukup dan dari Notoatmodjo (2007) motivasi
pengetahuan cukup tersebut terdapat merupakan persyaratan masyarakat
perilaku mayoritas yang cukup sehingga untuk berpartisipasi, tanpa motivasi
masih ditemukan adanya masyarakat sulit untuk berpartisipasi,
jentik nyamuk pada golongan tanpa motivasi masyarakat sulit untuk
responden yang memiliki pengetahuan berpartisipasi di semua program.
cukup (18 responden atau 22,5%) dari Timbulnya motivasi harus dari
29 rumah yang terdapat adanya jentik masyarakat itu sendiri dan pihak luar
nyamuk. hanya memberikan dukungan saja.

Demikian pula pada penelitian yang Berdasarkan uraian di atas dapat


dilakukan Benthem et al menunjukkan disimpulkan bahwa motivasi sangat
adanya hubungan antara tingkat berpengaruh terhadap terbentuknya
pengetahuan dengan upaya pencegahan perilaku. Oleh karena itu, faktor-faktor
DBD, di mana masyarakat yang yang mempengaruhi terbentuknya
memiliki pengetahuan yang baik motivasi seperti tingkat pengetahuan
mengenai DBD memiliki upaya mampu memotivasi ibu untuk
pencegahan yang baik pula (Sutaryo, melaksanakan perilaku pemberantasan
2006). Namun, kendala yang masih sarang nyamuk dengan baik. Tanpa
sering terjadi di masyarakat adalah adanya motivasi atau kesadaran diri
ketidaktahuan masyarakat mengenai untuk berperilaku sehat, maka untuk
penyakit dan perilaku manusia yang membentuk perilaku yang sehat juga
belum konsisten dalam melakukan sangat sulit. Dengan adanya dorongan
program pencegahan dan pemberantasan dan motivasi tentang berperilaku sehat,
DBD (Sungkar, dkk. 2010). bisa mendorong ibu untuk melakukan
perilaku baik dalam menjaga kebersihan
Penelitian ini menyatakan adanya dan melakukan PSN secara berkala
hubungan antara motivasi dengan untuk pencegahan DBD.
perilaku ibu dalam PSN DBD. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa seseorang KESIMPULAN DAN SARAN
yang memiliki motivasi positif juga
sangat berpengaruh untuk timbulnya Simpulan
perilaku baik. Kurangnya motivasi
seseorang atau masyarakat Ada hubungan antara pengetahuan
terhadap penanggulangan dan dengan perilaku ibu dalam PSN DBD.
pencegahan penyakit demam berdarah Semakin tinggi pengetahuan ibu,
akan menyebabkan semakin besar semakin tinggi pula perilaku ibu dalam
50

PSN DBD. Ada hubungan antara pengendalian-dbd-di-asean.html


motivasi dengan perilaku ibu dalam (diakses tanggal 20 Maret 2014.
PSN DBD. Semakin tinggi motivasi Jam 15.00 WIB)
ibu, semakin tinggi pula perilaku ibu
dalam PSN DBD
2012, Penanggulangan
NTD Merupakan Hak Asasi
Saran
Manusia Cegah Morbiditas,
Mortalitas dan Cacat, terdapat
Motivasi sangat berhubungan dengan
pada
perilaku, sehingga ibu harus lebih
http://www.depkes.go.id/index.p
memberikan pengaruh dengan
hp/berita/press-release/2065
memotivasi anggota keluarga seperti
penanggulangan-ntd-
membiasakan untuk berperilaku sehat
merupakan-hak-asasi-manusia-
dengan menjaga kebersihan di mana
cegah- morbiditas-
tempat nyamuk DBD berkembang biak,
mortalitas-dan-cacat-.html
mampu melakukan tindakan pencegahan
(diakses tanggal 20 Maret 2014.
DBD dan melakukan PSN secara
Jam 12.00 WIB)
mandiri. Program Intervensi PSN dari
2012, Waspada DBD,
rumah ke rumah harus lebih
ditingkatkan di Kelurahan Pegirian. terdapat pada
Intervensi dilakukan secara keseluruhan http://www.depkes.go.id/index.p
tiap rumah, sehingga mendapatkan hasil hp/berita/press-release/439-
yang lebih optimal. Dinas kesehatan waspada- demam-berdarah-
kota Surabaya melalui Puskesmas dengue.html (diakses tanggal 20
Pegirian perlu memberikan perhatian Maret 2014 jam 19.00 WIB)
terhadap pengetahuan masyarakat
sekaligus memotivasi dengan diadakan Hasanah 2006, Partisipasi ibu Rumah
kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan, tangga dalam pencegahan
lomba-lomba kebersihan dan pendidikan pemberantasan penyakit demam
kesehatan yang sebaiknya dilakukan berdarah di kecamatan Medan
secara berkala ke seluruh masyarakat . Helvita,Kota Medan
Propinsi Sumatra Utara,
Daftar Pustaka Universitas Gajah Mada, Thesis,
dipublikasikan
Depkes RI 2011, Pemberantasan Demam
Berdarah Membutuhkan Notoatmodjo, S 2007, Kesehatan
Komitmen Semua Pihak, Masyarakat Ilmu dan Seni ,
terdapat pada Rineka Cipta, Jakarta
http://www.depkes.go.id/index.p
hp/berita/press release/1547- 2007, Promosi
pemberantasan-demam- Kesehatan & Ilmu Perilaku,
berdarah-membutuhkan- Rineka Cipta, Jakarta
komitmen- semua-pihak.html
(diakses tanggal 20 Putri, DP 2012, Motivasi dan partisipasi
Maret 2014. Jam 19.00 WIB) warga dalam mencegah angka
kejadian DBD di RW 09
2011, Indonesia Prakarsai Kelurahan Pondok Cina
Pengendalian DBD di Asean, Kecamatan Beji, Depok, Skripsi,
terdapat pada Fakultas Ilmu Keperawatan,
http://www.depkes.go.id/index.ph Universitas Indonesia,
p/berita/press-release/1542- dipublikasikan
indonesia-prakarsai-
51
Wuryaningsih, T 2008, Hubungan

Sungkar, S 2007, „Pemberantasan DBD


sebuah tantangan yang harus antara pengetahuan dan persepsi
dijawab‟, Jurnal Kedokteran dengan perilaku masyarakat
Indonesia, Vol. 57 no. 6 dalam pemberantasan sarang
nyamuk DBD (psn dbd) di
Sungkar, S, Winita, R, Kurniawan, kota kediri, Tesis sarjana
Agnes 2010, “pengaruh Kesehatan Masyarakat,
penyuluhan terhadap tingkat Universitas Sebelas Maret,
pengetahuan masyarakat dan Surakarta, dipublikasikan
kepadatan aedes aegypti di
kecamatan bayah, provinsi
banten”, Jurnal Kesehatan, vol
14, No. 2 (hlm 81-85)

You might also like