You are on page 1of 18

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN


PENATALAKSANAAN AWAL DIARE PADA BALITA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS II
PONTIANAK TAHUN 2013

ERISA HERWINDASARI
I11108020

PROGRAM STUDI PENIDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUUNGPURA
PONTIANAK
2014
1

Association between mother’s level of knowledge


with early management of diarrhea in toddler
in Puskesmas Perumnas II
Pontianak in 2013

Erisa Herwindasari1; Eka Ardiani Putri2; Andriani3

Abstract

Background- Diarrhea is the major cause of mortality in toddler in


Indonesia. The mortality is caused by inappropriate diarrhea management
at home and in health public service. Management of diarrhea at home is
affected by mother’s knowledge level. Mother’s knowledge level affected
by mother’s age, education of mother and occupation of mother.
Objective- The aim of this study is to measure the mother’s knowledge
level with early management of diarrhea in toddler.
Method- The study was an analytical cross sectional. Data was gained
from questionnaire filled by mother who fit inclusion criteria in Posyandu at
Puskesmas Perumnas II Pontianak in 2013.
Result- There are 73 respondents taken as samples. Thirty seven percent
are in good level of knowledge and 63% are in lack level of knowledge.
Seventy two point six percent of mother had a good early management of
diarrhea and 27,4% mother had a bad early management of diarrhea.
Data was analyzed with chi- square test showing a significant association
between mother’s level of knowledge with early management of diarrhea
in toddler (p= 0,017). Data resulted from multivariate study with logistic
regression showing a significant association between mother’s age with
early management of diarrhea (OR= 4,019)
Conclusion- Early management of diarrhea in toddler is more affected by
mother’s age than mother’s knowledge level.

Keyword: diarrhea, mother’s level of knowledge, early management

1. Medical School, Faculty of Medicine, Tanjungpura University,


Pontianak, West Kalimantan
2. Department of Public Health Care, Faculty of Medicine, Tanjungpura
University, Pontianak, West Kalimantan
3. Department of Biochemistry and Molecular Biology, Faculty of
Medicine, Tanjungpura University, Pontianak, West Kalimantan
2

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan


Penatalaksanaan Awal Diare pada Balita
di Wilayah Puskesmas Perumnas II
Pontianak Tahun 2013

Oleh: Erisa Herwindasari1; Eka Ardiani Putri2; Andriani3

Intisari

Latar Belakang- Diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di


Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana
yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Penanganan
diare di rumah oleh ibu dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu.
Pengetahuan ibu dipengaruhi oleh usia ibu, pendidikan ibu, dan pekerjaan
ibu.
Tujuan- Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan
penatalaksanaan awal diare pada balita.
Metodologi- Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Data
diambil dari kuesioner yang diisi oleh ibu yang memenuhi kriteria inklusi di
Posyandu-posyandu di wilayah kerja Puskesnas Perumnas II Pontianak.
Hasil- Didapatkan 73 responden sebagai sampel dengan tingkat
pengetahuan ibu yang baik sebanyak 37% dan tingkat pengetahuan ibu
yang kurang sebanyak 63%. Ibu dengan penatalaksanaan awal diare
yang baik sebanyak 72,6% dan ibu dengan penatalaksanaan awal diare
yang buruk sebanyak 27,4%. Analisis data dengan uji chi square
didapatkan adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan
penatalaksanaan awal diare pada balita (p= 0,017). Hasil uji multivariat
dengan analisis regresi ganda logistik didapatkan hasil yang signifikan
antara usia ibu dengan penetalaksanaan awal diare (OR= 4,019).
Kesimpulan- Penatalaksanaan awal diare pada balita lebih dipengaruhi
oleh usia ibu daripada tingkat pengetahuan ibu.

Kata Kunci: diare, tingkat pengetahuan ibu, penatalaksanaan awal.

1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas


Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat
2. Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat
3. Departemen Biokimia dan Biologi Molekular, Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat
3

PENDAHULUAN
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.1 Diare
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, karena
dari tahun 2000 hingga 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas
dan Riset Kesehatan Dasar2 dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare
masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.

Insiden diare di dunia mencapai 1,731 milyar pada tahun 2010 pada anak
usia dibawah 5 tahun dan angka kematian diare di tahun 2011 mencapai
sekitar 700.000 balita.3 Diare merupakan penyebab kematian nomor satu
di rumah sakit dengan case fatality rate 1,45.4 Dehidrasi merupakan salah
satu komplikasi penyakit diare yang dapat menyebabkan kematian.5

Di Indonesia, satu dari tujuh anak balita menderita diare.6 Bila dilihat per
kelompok umur prevalensi diare tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4
tahun) yaitu 16,7% diikuti dengan kelompok umur kurang dari satu tahun
yaitu sebesar 16,5%.2

Penyebab utama kematian akibat diare adalah tatalaksana yang tidak


tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan.2 Sekitar 35% anak-anak
dengan diare tidak mendapatkan terapi rehidrasi oral yang merupakan
pengobatan utama penyakit ini.7 Beberapa perilaku masyarakat dalam
penatalaksanaan diare di rumah tangga belum menunjukkan perbaikan
dan belum sesuai dengan harapan. Masih ada beberapa ibu yang
menghentikan pemberian ASI (Air Susu Ibu) dan makanan padat saat
anaknya diare. Bahkan ada pula ibu yang tidak memberikan oralit saat
anaknya diare.2 Tindakan penanganan diare di rumah oleh ibu ini
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu, semakin baik pengetahuan ibu,
4

semakin baik pula tindakannya terhadap penanganan diare,8 sedangkan


pengetahuan ibu dipengaruhi oleh usia ibu, pendidikan ibu, dan pekerjaan
ibu.9,10

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya


hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan awal
diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Perumnas II Pontianak.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik non-probability sampling dengan cara dengan consecutive
sampling. Kriteria inklusi penelitian ini meliputi ibu yang memiliki anak usia
<5 tahun, ibu dengan anak yang memiliki riwayat diare, ibu yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Perumnas II dan ibu yang bersedia mengisi
kuesioner. Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2013
di Posyandu-posyandu di wilayah kerja Puskemas Perumnas II Pontianak.

Data didapatkan dengan mebagiakan kuesioner kepada ibu-ibu yang


memenuhi kriteria inklusi penelitian. Didapatkan 73 responden yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini. Analisis dilakukan secara univariat,
biavariat dengan uji chi square untuk menentukan adanya hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan awal diare pada
balita, dan multivariat dengan regresi ganda logistik untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh tingkat pengetahuan ibu sebagai variabel bebas
dan usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu sebagai variabel perancu
terhadap penatalaksanaan awal diare pada balita sebagai variabel terikat.
5

HASIL

A. Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Usia, Pendidikan, Pekerjaan Ibu, Pengetahuan dan


Penatalaksanaan Awal Diare
No. Variabel Jumlah Persentase
1. Usia Ibu
≤25 tahun 20 orang 27,4%
>25 tahun 53 orang 72,6%
2. Pendidikan Ibu
Rendah 24 orang 32,9%
Tinggi 49 orang 67,1%
3. Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja 68 orang 93,2%
Bekerja 5 orang 6,8%
4. Pengetahuan Ibu
Kurang 46 orang 63%
Baik 27 orang 37%
5. Penatalaksanaan Awal
Diare 20 orang 27,4%
Buruk 53 orang 72,6%
Baik
(Sumber: Data Primer)

Tabel 1 menunjukkan karakteristik responden dalam penelitian. Usia ibu


dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu usia ≤25 tahun berjumlah 20
orang (27,4%) dan kelompok usia >25 tahun berjumlah 53 orang (72,6%).
Pendidikan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu pendidikan
rendah berjumlah 24 orang (32,9%) dan pendidikan tinggi berjumlah 49
orang (67,1%). Pekerjaan responden dibagi menjadi dua kriteria, yaitu ibu
6

yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) berjumlah 68 orang (93,2%) dan
ibu yang bekerja berjumlah 5 orang (6,8%).

Pengetahuan ibu mengenai diare dibagi menjadi dua kriteria, yaitu ibu
dengan pengetahuan diare yang kurang berjumlah 46 orang (63%) dan
ibu dengan pengetahuan diare yang baik berjumlah 27 orang (37%).
Penatalaksanaan awal diare dibagi menjadi dua kategori, yaitu ibu dengan
penatalaksanaan awal diare yang buruk sebanyak 20 orang (27,4%) dan
ibu dengan penatalaksanaan awal diare yang baik sebanyak 53 orang
(72,6%).

B. Analisis Bivariat

Tabel 2. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Penatalaksanaan Awal


Diare
Tingkat Pengetahuan Penatalaksanaan Awal Diare
Ibu Baik % Buruk %
Baik 24 32,9 3 4,1
Kurang 29 39,7 17 23,3
(Sumber: Data Primer). Chi-square, p =0,017, RP =1,410

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan


baik sebanyak 24 orang (32,9%) diantaranya memberikan
penatalaksanaan awal diare yang baik. Ibu yang memiliki tingkat
pengetahuan baik sebanyak 3 orang (4,1%) memberikan
penatalaksanaan awal diare yang buruk kepada anaknya. Sedangkan ibu
yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 29 orang (39,7%)
diantaranya memberikan penatalaksanaan awal diare yang baik. Ibu yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 17 orang (23,3%)
memberikan penatalaksanaan awal diare yang buruk kepada anaknya.
7

Hal ini sesuai dengan hasil analisis statistik yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan
penatalaksanaan awal diare pada balita (p=0,017). Berdasarkan analisis
statistik tingkat pengetahuan ibu mempengaruhi penatalaksanaan awal
diare pada balita sebanyak 1,410 kali.

C. Analisis Multivariat

Pada penelitian ini dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi ganda
logistik untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan
penatalaksanaan awal diare pada balita dengan memperhitungkan
adanya variabel perancu, seperti usia, pendidikan, dan pekerjaan.

Tabel 3. Analisis Multivariat


Variabel p Odds Ratio
Tingkat Pengetahuan Ibu 0,155 2,844
Usia Ibu 0,024 4,019
Pendidikan Ibu 0,074 3,038
Pekerjaan Ibu 0,418 0,425
(Sumber: Data Primer) Regresi ganda logistik

Ternyata setelah mempertimbangkan variabel perancu, tidak ada


hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan
penatalaksanaan awal diare pada balita. Berdasarkan tabel 3 terlihat
bahwa tingkat pengetahuan ibu bukan merupakan faktor yang memiliki
pengaruh bermakna terhadap penatalaksanaan awal diare pada balita.
Data di atas menunjukkan usia ibu memiliki peranan yang lebih bermakna
terhadap penatalaksanaan awal diare pada balita. Berdasarkan tabel 3
dapat dilihat bahwa ibu yang berusia >25 tahun memiliki peluang untuk
melakukan penatalaksanaan awal diare yang baik sebesar 4,019 kali
dibandingkan dengan ibu yang berusia ≤25 tahun. Usia akan
8

meningkatkan tingkat pengetahuan ibu dan juga akan meningkatkan


penatalaksaan awal diare pada balita yang dilakukan ibu.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan ibu dengan kelompok umur 25 tahun lebih


dominan dibandingkan dengan ibu dengan kelompok umur ≤25 tahun.
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambahnya usia akan semakin berkembang pula daya tanggap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Semakin tua seseorang akan semakin bijaksana, semakin
banyak informasi yang dijumpai, dan semakin banyak hal yang dikerjakan
sehingga menambah pengetahuannya.11

Pendidikan merupakan hal yang penting jika berkaitan dengan informasi


kesehatan.12 Pendidikan mempengaruhi kesehatan dalam beberapa cara,
yaitu: pengetahuan dan perilaku kesehatan, pekerjaan dan pendapatan,
serta faktor sosial dan psikologikal.13 Selain itu, Pendidikan formal
seorang ibu secara langsung mempengaruhi pengetahuan kesehatan ibu
dimasa depan. Ibu yang memiliki keterampilan membaca dan berhitung
yang didapatkan disekolah meningkatkan kemampuan untuk mengenali
penyakit dan kemampuan untuk mencari pertolongan untuk anak mereka.
Mereka juga memiliki kemampuan yang lebih baik dalam membaca
instruksi medis untuk perawatan penyakit anak-anak dan menerapkan
terapinya. Lamanya seorang wanita sekolah membuat ia lebih mau
menerima pengobatan modern. Selain itu, ibu yang berpendidikan lebih
memiliki kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang
tinggi, menikah dengan pria berpendidikan tinggi, dan hidup dengan
lingkungan yang baik dimana hal tersebut berpengaruh terhadap
kesehatan anak dan penyelamatan nyawa anak.14,15,16
9

Sebagian besar dari responden yang mengikuti penelitian ini adalah ibu-
ibu yang tidak bekerja, yaitu sebanyak 93,2%. Bekerja bagi ibu-ibu akan
mempengaruhi kehidupan keluarga.17 Pekerjaan memiliki peranan penting
dalam membentuk gaya hidup seseorang karena pekerjaan memiliki
hubungan dengan akses pelayanan sosial dasar seperti kesehatan,
rekreasi dan aktivitas di waktu luang.18 Pekerjaan ibu juga dapat
berpengaruh terhadap penatalaksanaan awal diare pada balita.
19
Sivakami menyebutkan bahwa ibu yang berkerja menghabiskan waktu
dengan anaknya rata-rata kurang dari 2,4 jam dibandingkan dengan ibu
yang tidak bekerja dalam melakukan perawatan pada anak. Selain itu
penelitian ini menunjukkan anak dari ibu yang bekerja memiliki risiko
penyakit yang lebih tinggi. Sivakami19 juga mengemukakan bahwa di
Kerala jika seorang wanita bekerja, risiko kematian pada anak lebih tinggi
daripada jika dia tidak bekerja, karena ibu yang bekerja memiliki waktu
yang singkat untuk anaknya.

Hasil penelitian menunjukkan masih banyak responden yang memiliki


pengetahuan yang kurang, yaitu sebanyak 63%. Hal ini dapat
berpengaruh terhadap tindakan seorang ibu mengenai kesehatan
anaknya, karena pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.20 Pengetahuan
akan menimbulkan kesadaran dan akhirnya akan menyebabkan orang
berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.21 Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan.17 Pengetahuan juga merupakan
parameter keadaan sosial yang dapat menentukan kesehatan
masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari suatu penyakit asalkan
pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku
dan keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat.22
10

Berdasarkan hasil penelitian, masih ada ibu yang memberikan


penatalaksanaan awal diare yang buruk kepada anak, yaitu sebanyak
27,4%. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada potensi seorang anak
untuk mengalami perburukan gejala/ komplikasi diare. Dehidrasi
merupakan komplikasi yang sering terjadi dan dapat menyebabkan
kematian.5 Pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian karena diare, diantaranya adalah
melaksanakan tatalaksana penderita diare yang sesuai standar, baik di
sarana kesehatan maupun di rumah tangga.2 Akan tetapi dalam penelitian
ini terlihat bahwa masih ada ibu yang tidak memberikan oralit ataupun
cairan tambahan dan tidak memberikan makanan yang cukup saat anak
mereka diare.

Analisis bivariat dengan uji statistik chi-square menunjukkan bahwa


terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan
penatalaksanaan awal diare pada balita (p= 0,017). Hal ini menunjukkan
bahwa semakin baik pengetahuan ibu maka penatalaksanaan awal diare
yang akan dilakukan oleh ibu akan semakin baik pula. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Fediani8 yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan ibu terhadap kejadian diare pada
balita dan semakin baik pengetahuan ibu mengenai diare maka semakin
baik tindakan ibu terhadap diare pada anak. Fediani8 juga menyebutkan
bahwa semakin rendah tingkat pengetahuan ibu mengenai diare maka
semakin kurang tindakan ibu terhadap diare pada anak. Ali23 juga
menyebutkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan praktek
penatalaksanaan penderita diare. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Subekti24 yang menyatakan adanya korelasi antara tingkat
pengetahuan ibu tentang diare dengan tindakan penanganan pada balita.

Perawatan anak merupakan tanggung jawab penuh dari seorang ibu. Oleh
karena itu, pengetahuan ibu mengenai perawatan anak akan
11

mempengaruhi kualitas perawatan yang diberikan kepada anak. Beberapa


penelitian menunjukkan tingkat pendidikan ibu berpengaruh positif
terhadap pengetahuannya dan berpengaruh terhadap bagaimana cara
seorang ibu memberikan perawatan kesehatan kepada anak. Pengalaman
di praktek kesehatan anak menunjukkan adanya hubungan yang nyata
dalam kesehatan anak dan pengetahuan ibu.25 Pengetahuan ibu juga
merupakan jalan utama yang didapat dengan pendidikan dan akan
berpengaruh terhadap kesehatan anak.26

Analisis multivariat dengan uji regresi ganda logistik dalam penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan
penatalaksanaan awal diare pada balita dengan memperhitungkan
adanya variabel perancu, seperti usia, pendidikan, dan pekerjaan.
Pengetahuan dasar ibu mengenai diare bergantung pada berbagai faktor
seperti status usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah keluarga dan
pendapatan keluarga.10 Hasil analisis dalam penelitian ini, menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan ibu bukan merupakan faktor yang memiliki
pengaruh bermakna terhadap penatalaksanaan awal diare pada balita.
Data di atas menunjukkan usia ibu memiliki peranan yang lebih bermakna
terhadap penatalaksanaan awal diare pada balita.

Ibu yang berusia >25 tahun memiliki peluang sebesar 4,019 kali untuk
melakukan penatalaksanaan awal diare yang baik dibandingkan dengan
ibu yang berusia ≤25 tahun. Semakin tinggi usia ibu, penatalaksanaan
awal diare yang diberikan kepada anak akan semakin baik. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Papikyan27 yang menyebutkan
durasi diare pada anak lebih singkat pada anak-anak dengan ibu lebih tua
daripada ibu yang lebih muda dimana setiap usia ibu meningkat satu
tahun akan meningkatkan pengetahuan ibu sebanyak 0,1 unit. Selain itu,
disebutkan pula fakta bahwa ibu yang usianya lebih tua memilki lebih
12

banyak pengalaman dalam efektivitas penanganan diare sehingga


mempersingkat durasi diare.27

KESIMPULAN
1. Tingkat pengetahuan ibu yang kurang sebanyak 63% dan tingkat
pengetahuan ibu yang baik sebanyak 37%.
2. Ibu dengan penatalaksanaan awal diare yang buruk sebanyak 27,4%
dan ibu dengan penatalaksanaan awal diare yang baik sebanyak
72,6%
3. Penatalaksanaan awal diare pada balita lebih dipengaruhi oleh usia
ibu dibandingkan dengan tingkat pengetahuan ibu.

SARAN

1. Bagi Puskesmas Perumnas II agar lebih meningkatkan pemberian


informasi kepada masyarakat khususnya ibu-ibu mengenai
penatalaksanaan awal diare pada balita untuk menghindari
perburukan keadaaan balita yang menderita diare. Pemberian
informasi ini dapat diberikan dengan membagikan pamflet/ brosur
kepada masyarakat, selain itu dapat pula dilakukan penempelan
poster di Puskesmas dan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas
Perumnas II Pontianak.
2. Bagi ibu agar lebih memperhatikan penanganan diare pada balita
dan mewaspadai tanda-tanda perburukan kondisi balita saat
mengalami diare sehingga dapat memberikan penanganan yang baik
dan mencegah komplikasi. Selain itu ibu juga diharapkan
memperhatikan kebersihan agar dapat mencegah terjadinya diare.
3. Bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian lanjutan dengan
memperhatikan penatalaksanaan diare dengan rencana terapi
lanjutan dan faktor-faktor risiko diare lainnya dengan metode
penelitian yang lebih baik.
13

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan (Depkes) R.I. Buku Saku Petugas


Kesehatan Lintas Diare. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011.
2. Kementrian Kesehatan (Kemenkes) R.I. Situasi Diare di Indonesia,
Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. 2011; 2:1-18.
3. Walker, Rudan, Theodoratou, Bhutta, O’Brien, Campbell, Black.
Global Burden of Childhood Pneumonia and Diarrhoea. The Lancet.
2013; 381:1405-1416.
4. Kementrian Kesehatan (Kemenkes) R.I. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2012. Jakarta: Kemenkes R.I. 2013.
5. Agtini, M.D. Morbiditas dan Mortalitas Diare pada Balita di Indonesia
Tahun 2000-2007 dalam Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan. 2011; 2:26-32.
6. Unicef Indonesia. 2012, Ringkasan Kajian Kesehatan Ibu dan Anak.
2012. Tersedia di: http:// www.unicef. org/ indonesia/id/ A5__B_
Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf.
7. World Health Organization (WHO). End Preventable Deaths: Global
Action Plan for Prevention and Control of Pneumonia and Diarrhoea.
2013. Tersedia di: http:// apps. who. Int /iris/ bitstream/ 10665/
79200/1/9789241505239_eng.pdf.
8. Fediani, T. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Tindakan
Ibu Terhadap Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Tanjung Sari
Tahun 2011[Skripsi]. Universitas Sumatera Utara: 2011.
9. Anshari, M. A Survey of Mother’s Knowledge about Childhood
Diarrhoea and It’s Management among a Marginalised Community of
Morang, Nepal. Australasian Medical Journal (AMI). 2011; 4,9, 474-
479.
14

10. Ghasemi, A.A. Talebian, Alav, Mousavi. Knowledge of Mothers in


Management of Diarrhea in Under-Five Children in Kashran, Iran.
2013.
11. Sitompul, M.T. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Gizi Semasa
Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Tukka Kabupaten Tapanuli
Tengah Tahun 2011 [Skrips]. 2012.
12. Olankule, J.M, Valentine, O, Kamaldeen, Buhari. Assessment of
Mother’s Knowledge of Home Management of Childhood Diarrhea in
A Nigerian Setting. IJPRBS. 2012; 1(4): 168-184.
13. Commision on Health. Education and health: Education matters for
health (Issue Brief 6). Washington, DC: Robert Wood Johnson
Foundation. Commission to Build a Healthier America. 2009.
14. Ahmad. M dan Izqbal, K. Is There Any Threshold in Mother’s
Education and Child Health Relationship? Evidence from Nigeria.
2007.
15. Abuya, B.A, Ciera, Murage. Effect of Mother’s Education on Chlid
Nutritional Status in The Slums of Nairobi. BMC Pediatrics. 2012:
12:8.
16. Njeri, G. Household Choice of Diarrhea Treatments for Children
Under The Age of Five In Kenya: Evidence from The Kenya
Demographic and Health Survey 2008-09. European Scientific
Journal. 2013: 9(6).
17. Wawan dan Dewi. Pengetahuan, Sikap, dan perilaku Manusia,.
Yogyakarta: Nuha Medika. 2010.
18. Olaogun, A.A, Adebayo, A.A, Ayandiran, O.E, Olasode O.A. Effects
of Mother’s Socio-economic Status on The Management of Febrile
Condition in Their Under Five Children in a Resource Limited Setting.
BMC International Health and Human Rights. 2006. 6:1.
19. Sivakami, M. Female Work Participation and Child Health: An
Investigation In Rural tamil Nadu, India. Health Transition Review 7.
1997: 21-32.
15

20. Notoadmojo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rineka Cipta. 2007.
21. Notoadmojo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta. 2010.
22. Asshiddiq, M.H. Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Penanganan
Diare pada Balita di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan
Baru [Skripsi]. Universitas Sumatra Utara. 2010.
23. Ali, M. Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Praktik Ibu Balita
dalam Penatalaksanaan Penderita Diare di Puskesmas Siwalan
Kabupaten Pekalongan [Skripsi]. 2003.
24. Subekti, H. Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Diare dengan
Tindakan Penanganan pada Balita di RSUD dr. Sayadiman Magetan.
Universitas Negeri Semarang. 2009.
25. Al-Ayed, I.H. Mother Knowledge of Child Health Matters: Are We
Doing Enough?. J Family Community Med. 2010:17(1): 22–
28.Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 tahun 2008 tentang Wajib
Belajar.
26. Maiga, E. The Impact of Mother’s Education on Child Health and
Nutrition in Developing Countries: Evidence from a Natural
Experiment in Burkina Faso. African Center for Ecinomic
Transformatoion. 2011
27. Papikyan, S. The Association of Maternal Knowledge and
Management with Prevalence and Duration of Childhood Diarrheal
Disease in Yerevan. American University of Armenia. 2009.
16

You might also like