You are on page 1of 23

ANALISA DAMPAK VIRUS KORIOMENINGITIS LIMFOSITIK SERTA

INFEKSI YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KELENJAR GETAH


BENING

( CONTOH KASUS : MASYARAKAT DIDAERAH MAJALENGKA


TAHUN 2020 S/D 2022 )

MINI SKRIPSI

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komputer

Dengan Dosen Pengampu : Muhamad Agus Fitriadi.,S.T,.M.Kom

Oleh :

Anggun Aulia Agisty (20142011057)

Sofi Solihah (20142011103)

PRODI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL MAJALENGKA TAHUN
AJARAN 2022/2023

Jl. Gerakan Koperasi No.003, Majalengka Wetan, Kec. Majalengka,

Kabupaten Majalengka, Jawa Barat 45411


DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH..........................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................................................
1.3 TUJUAN.....................................................................................................................
1.4 MANFAAT.................................................................................................................
1.5 KETERBATASAN PENELITIAN..........................................................................
1.6 ASUMSI......................................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................................
2.1 KAJIAN TEORI.............................................................................................................
2.2 DEFINISI KELENJAR GETAH BENING.................................................................
2.3 TAHAP PENYAKIT KELENJAR GETAH BENING...............................................
2.4 DAMPAK VIRUS KORIOMENINGITIS LIMFOSTIK SERTA
INFEKSI TERJADINYA KELENJAR GETAH BENING...........................................
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................
3.1 METODE PENELITIAN.......................................................................................
3.2 PENDEKATAN PENELITIAN.............................................................................
3.3 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN..............................................................
3.4 DATA DAN SUMBER DATA................................................................................
3.5 SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN.................................................................
BAB VI POPULASI DAN SAMPLE PENELITIAN..........................................................
4.1 POPULASI...............................................................................................................
4.2 SAMPLE PENELITIAN.........................................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................
5.1 KESIMPULAN........................................................................................................
5.2 SARAN.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
ABSTRAK

Lymphocytic choriomeningitis is a virus that causes nonbacterial meningitis in


mice and occasionally in humans. It is used widely in experimental studies. First,
To find out how the impact of the Lymphocytic Chorio Meningitis Virus can infect
the body, causing the occurrence of lymph nodes. Second, To find out the factors
that cause Lymphocytic Chorio Meningitis Virus and infections that cause lymph
nodes. Threed, To find out the impact of Lymphocytic Chorio Meningitis Virus
and the infection that causes lymph nodes in Majalengka.Primary Data Sources,
are data obtained or collected directly in the field by the person conducting the
research or concerned, the data obtained from the source of the informant,
namely individuals or individuals. The primary data sources are Secondary Data
Sources, are data obtained from existing parties or other sources, used to support
primary information that has been obtained. It means from existing data such as
graphs, tables, diagrams, and writings from previous researchers. The secondary
data sources are articles, books, and literature.

Kata kunci: Lymphocytic Chorio Meningitis Virus and infections that cause
lymph nodes

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Dari pandang Kesehatan Kota Majalengka juga diharapkan dapat


digunakan sebagai sarana pemantauan, pembinaan dan pengawasan upaya
program dan pelayanan kesehatan, karena sebagian besar masyarakat
Kota Majalengka baik di kota terutama pedalaman masih sulit
mendapatkan pelayanan kesehatan walaupun dalam skala minimal. Derajat
Kesehatan dipengaruhi banyak hal diantara-Nya faktor geografis,
demografis, sosial serta budaya serta faktor perilaku. Mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat Kota memerlukan kesadaran
yang adekuat perlu proaktif masyarakat, bergandeng tangan dengan
instansi terkait pemerintah kota Majalengka untuk melaksanakan
pembangunan di Kota Majalengka khususnya dibidang kesehatan. Faktor
perilaku sangat berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, untuk itu upaya meningkatkan pengetahuan, kepedulian dan
menumbuhkan kesadaran dan kemauan yang pada akhirnya masyarakat
menimbulkan sikap untuk berperilaku hidup sehat.
Lymphocytic chorio-meningitis adalah virus yang menyebabkan
nonbacterial meningitis pada tikus dan kadang-kadang pada manusia. Itu
digunakan secara luas dalam studi percobaan.
Lymphocytic chorio-meningitis (LCM) disebut juga penyakit dari
tikus yang disebabkan oleh virus choriomeningitis Limfositik (LCMV),
turunan virus Arenaviridae. LCM bisa dibawa oleh hewan pengerat yang
biasanya ada di rumah-rumah.
Selain itu, virus ini juga bisa disebarkan oleh hewan pengerat peliharaan
seperti hamster. Jika Anda tergigit atau terkena air liur dan air kencing
hewan tersebut, Anda berisiko tinggi mengalami penyakit infeksi ini,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya kelenjar getah bening.
Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem imun dalam
tubuh yang terdapat di bagian bawah rahang, ketiak, dan pangkal paha.
Kelenjar getah bening juga mempunyai peran untuk menangkal dan
melawan bakteri, infeksi, dan virus yang menyerang tubuh. Namun jika
getah bening dalam tubuh seseorang mengalami pembesaran atau
pembengkakan, justru inilah yang bisa menyebabkan kondisi kesehatan
seseorang menurun dan bisa berisiko terhadap munculnya penyakit, seperti
penyakit kelenjar getah bening. Selain infeksi ringan, infeksi dari virus
juga bisa menimbulkan terjadinya pembengkakan kelenjar. Seperti infeksi
virus rubella atau infeksi dari demam kelenjar. Pembengkakan kelenjar
juga bisa ditimbulkan oleh penyakit lupus, campak, dan rematoidarthritis.
Namun penyebab pembengkakan seperti ini kasusnya sangat jarang.
Pembengkakan kelenjar getah bening selain jenis yang bisa pulih dengan

3
sendirinya, ternyata ada juga jenis pembengkakan yang tergolong kategori
mematikan.
Pembengkakan yang tergolong mematikan ini bisa saja disebabkan
karena adanya infeksi darah atau adanya penyebaran kanker pada jaringan
kelenjar getah bening. Logika adalah ilmu yang mempelajari secara
sistematis kaidah-kaidah penalaran yang absah (valid).
Pada dasarnya, kelenjar getah bening terdapat di seluruh tubuh
kita, namun kondisi pembengkakan biasanya hanya terjadi di area ketiak,
leher, di bawah dagu, dan di pangkal paha. Pembengkakan kelenjar getah
bening (lymphadenopathy) adalah kondisi ketika kelenjar getah bening
atau gumpalan jaringan sebesar kacang yang berisi sel darah putih
mengalami pembesaran. 
Kelenjar getah bening juga termasuk bagian dari sistem kekebalan
tubuh manusia yang bisa membantu melawan infeksi, baik disebabkan
oleh bakteri, virus, atau lainnya. Jika terjadi infeksi, kelenjar getah bening
akan membengkak untuk memberikan tanda. Setelah infeksi mereda,
kelenjar getah bening akan mengempis dengan sendirinya.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka


perlu dilakukan perumusan masalah untuk memperoleh sasaran sesuai
dengan tujuan penelitian. Adapun rumusan masalahnya yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana Dampak Virus Korio Meningitis Limfositik serta
Infeksi yang menyebabkan terjadinya kelenjar Getah Bening di
Majalengka tahun 2020 s/d 2022.
2. Faktor yang menyebabkan Virus Korio Meningitis Limfositik
menginfeksi tubuh sehingga terjadinya kelenjar Getah Bening
3. Dampak Virus Korio Meningitis Limfositik serta Infeksi yang
menyebabkan terjadinya kelenjar Getah Bening di daerah
Majalengka.
1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum

Pada rumusan masalah yang telah dicantumkan diatas maka


tujuan dari penelitian ini agar tercapainya tujuan penelitian
pencegahan mengenai virus Korio meningitis serta dapat
meminimalisir tahap penyakit kelenjar Getah Bening

1.3.2 Tujuan Khusus

4
1) Untuk mengetahui Bagaimana dampak Virus Korio
Meningitis Limfositik bisa menginfeksi tubuh sehingga
menyebabkan terjadinya kelenjar Getah Bening.
2) Untuk mengetahui Faktor penyebab dari Virus Korio
Meningitis Limfositik serta Infeksi yang mengakibatkan
terjadinya kelenjar Getah Bening.
3) Untuk mengetahui Dampak Virus Korio Meningitis
Limfositik serta Infeksi yang menyebabkan terjadinya
kelenjar Getah Bening di Majalengka.

1.4 MANFAAT
Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi dan
edukasi kepada khalayak ramai sebagai sample ataupun contoh kepada
penulis generasi peneliti medis mengenai virus koriomeningitis Limfositik
serta infeksi yang menyebabkan kelenjar getah bening di Majalengka
berikutnya.

1.5 KETERBATASAN PENELITIAN


Banyak Masyarakat Awam kurangnya pengetahuan dan informasi
ataupun pengetahuan sekilas tentang virus koriomeningitis Limfositik dan
infeksi kelenjar Getah Bening dalam kesehatan sehari – hari.

1.6 ASUMSI
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Dampak Virus Korio Meningitis Limfositik serta Infeksi yang


menyebabkan terjadinya kelenjar Getah Bening dalam masyarakat di
daerah Majalengka.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 KAJIAN TEORI


Koriomeningitis Limfositik merupakan penyakit infeksi virus yang
disebarkan melalui binatang pengerat (rodent) dan menyebabkan
peradangan pada selaput otak, otak, atau keduanya.
Penyebabnya adalah virus koriomeningitis limfositik (LCMV-
Lymphocytic Choriomeningitis Virus), yang merupakan golongan
Arenavirus.
Virus ini biasa ditemukan pada binatang pengerat, seperti tupai,
hamster, dan terutama tikus rumah. Binatang ini biasanya terinfeksi virus
selama hidupnya dan akan mengeluarkan virus dalam air kemih, tinja, dan
air liurnya. Infeksi pada manusia biasanya terjadi karena paparan debu
atau makanan yang terkontaminasi. Penyakit ini biasanya timbul pada
musim dingin dimana tikus liar bersembunyi di dalam rumah.
Dalam waktu 1-3 minggu setelah terinfeksi, penderita bisa
mengalami demam, mungkin disertai menggigil. Selain itu, timbul rasa
tidak enak badan, mual, lemah, nyeri otot, sakit kepala di belakang mata
yang bertambah bila melihat cahaya terang dan penurunan nafsu makan.
Penderita juga bisa mengalami nyeri tenggorokan, nyeri sendi, dan
muntah-muntah. Penyakit ini juga dapat menyebabkan pembengkakan
pada sendi-sendi jari tangan, peradangan pada buah zakar, dan kerontokan
rambut kepala.
Penyakit ini sering terjadi dalam dua fase yaitu Peradangan selaput
otak, yang terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah gejala-gejala yang
menyerupai flu. Penderita meningitis mengalami sakit kepala dan kaku
leher (kaku kuduk). Dan Peradangan otak, dimana timbul sakit kepala dan
rasa mengantuk. Bisa juga terjadi kerusakan saraf yang menetap, walaupun
jarang.
Selama minggu pertama, gejala-gejala yang timbul mirip dengan
gejala flu atau infeksi virus lainnya, sehingga biasanya belum dilakukan
pemeriksaan. Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya
peradangan paru-paru.

6
Bila gejalanya mengarah ke meningitis, maka dilakukan
pemeriksaan terhadap cairan serebrospinal. Diagnosis ditegakkan dengan
ditemukannya virus dalam cairan serebrospinal atau kenaikan
kadar antibodi di dalam darah.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Infeksi virus
penyebabnya dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan tikus
rumah dan melakukan tindakan pencegahan saat menangani hewan
pengerat (misalnya tikus, hamster, atau marmut).
Meskipun jarang, hewan pengerat peliharaan dapat terinfeksi virus
dari hewan pengerat liar. Orang-orang yang memelihara hewan pengerat atau
bekerja di tempat peternakan hewan dan toko hewan perlu melakukan
tindakan pencegahan terhadap adanya hewan pengerat liar, sehingga tidak
kontak dengan hewan pengerat peliharaan.

7
2.2 DEFINISI KELENJAR GETAH BENING

Kelenjar getah bening adalah salah satu bagian tubuh yang


memegang peranan besar dalam sistem kekebalan tubuh manusia.
Sayangnya, kelenjar ini juga sangat rentan terhadap gangguan dan
penyakit. Anda mungkin sudah sering dengar soal pembesaran kelenjar
getah bening atau bahkan kanker kelenjar getah bening.

Kelenjar getah bening adalah struktur jaringan kecil yang


bentuknya menyerupai kacang merah. Kelenjar getah bening dapat
berukuran sekecil kepala peniti atau sebesar buah zaitun.Ada ratusan
kelenjar getah bening pada tubuh dan kelenjar ini bisa ditemukan sendiri
atau dalam kumpulan. Kumpulan kelenjar getah bening banyak terdapat
pada leher, paha bagian dalam, ketiak, di sekitar usus, dan di antara paru-
paru.Kelenjar getah bening memiliki sel-sel darah putih yang merupakan
sel imun yang membantu tubuh melawan infeksi.

Fungsi utama dari kelenjar getah bening adalah menyaring cairan


getah bening (yang terdiri dari cairan dan zat sisa dari jaringan tubuh) dari
organ terdekat atau area pada tubuh. Bersamaan dengan pembuluh limpa,
kelenjar getah bening membangun sistem getah bening.

Sistem getah bening adalah bagian penting dari sistem imun, alias
sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit. Sistem getah bening
merupakan jaringan di dalam tubuh yang dibentuk dari pembuluh limpa
dan kelenjar getah bening.

Sistem kelenjar getah bening mengumpulkan cairan, zat sisa, dan


hal-hal lain (seperti virus dan bakteri) pada jaringan tubuh, di luar aliran
darah. Pembuluh getah bening membawa cairan getah bening ke kelenjar
getah bening. Begitu cairan mengalir, kelenjar getah bening
menyaringnya, menjebak bakteri, virus dan zat asing lainnya. Kemudian,
agen-agen berbahaya dihancurkan oleh limfosit, yang merupakan sel darah
putih khusus. Kemudian, cairan yang telah disaring, garam, dan protein
dikembalikan ke dalam peredaran darah.

Saat ada masalah seperti infeksi, cedera, atau kanker, kelenjar


getah bening atau kelompok kelenjar getah bening bisa membesar atau
membengkak karena mereka bekerja untuk melawan agen-agen yang jahat.
Leher, paha bagian dalam, dan ketiak adalah area di mana kelenjar getah
bening sering membengkak.

8
2.3 TAHAP PENYAKIT KELENJAR GETAH BENING

Kelenjarr getah bening yang terjadi akibatterjadinya infeksi dari


suatu bagian tubuh maka terjadi pula peradangan pada kelenjar getah
bening regioner dari lesi primer. Limfadenitis tuberkulosis (TB)
merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah bening yang
disebabkan oleh basil tuberkulosis.Apabila peradangan terjadi pada
kelenjar limfe di leher disebut dengan scrofula Limfadenitis pada kelenjar
limfe di leher inilah yang biasanya paling sering terjadi (Kumar, 2014).

2.3.1 dasar pengertian


Limfadenitis tb, suatu peradangan pada satu atau lebih kelenjar getah
bening.Penyakit ini masuk dalam kategori tuberkolosis luar.Tuberkolosis
sendiri dikenal sejak 1000 tahun sebelum Masehi seperti yang tertulis
dalam kepustakaan Sanskrit kuno.Nama “tuberculosis” berasal dari kata
tuberculum yang berarti benjolan kecil yang merupakan gambaran
patologik khas pada penyakit ini.
2.3.2 Anatomi Limpa
Limpa sering digambarkan sebagai seukuran kepalan tangan kecil.
Limpa diposisikan di bawah tulang rusuk, di bawah diafragma, dan di atas
ginjal kiri. Limpa kaya akan darah yang diberikan melalui arteri limpa.
Keluar darah organ ini melalui vena limpa.(Mansjoer, 2013).
Limpa juga berisi pembuluh limfatik eferen, yang mengangkut
getah bening jauh dari limpa.Getah adalah cairan bening yang berasal dari
plasma darah yang keluar pembuluh darah pada bad kapiler.Cairan ini
menjadi cairan interstitial yang mengelilingi sel. Pembuluh limfa
mengumpulkan dan mengarahkan getah bening langsung terhadap
pembuluh darah atau kelenjar getah bening lainnya.Limpa adalah, organ
memanjang lembut yang memiliki penutup jaringan ikat luar yang disebut
kapsul.Kapsul dibagi secara internal ke dalam banyak bagian yang lebih
kecil yang disebut lobulus.(Gayton & Hall, 2015).
Limpa terdiri dari dua jenis jaringan: pulpa merah dan pulpa putih.
Pulpa putih adalah jaringan limfatik yang terutama terdiri dari limfosit
yang disebut limfosit B dan limfosit T yang mengelilingi arteri. Pulpa
merah terdiri dari sinus vena dan tali limpa. Sinus vena pada dasarnya
rongga penuh dengan darah, sementara tali limpa adalah jaringan ikat yang
mengandung sel-sel darah merah.(Gayton & Hall, 2015).
2.3.3 Limpa

9
Peran utama dari limpa adalah untuk menyaring darah. Limpa
mengembang dan memproduksi sel-sel kekebalan yang matang yang
mampu mengidentifikasi dan menghancurkan patogen. Terkandung dalam
pulpa putih limpa adalah sel-sel kekebalan yang disebut limfosit B dan T.
limfosit T bertanggung jawab untuk kekebalan yang diperantarai sel, yang
merupakan John Gibson (2015) respon imun yang melibatkan aktivasi sel
kekebalan tertentu untuk melawan infeksi. Sel T mengandung protein yang
disebut reseptor sel T yang mengisi membran sel-T. Mereka mampu
mengenali berbagai jenis antigen (zat yang menimbulkan reaksi kebal).
Limfosit T yang berasal dari timus dan melakukan perjalanan ke limpa
melalui pembuluh darah. Limfosit B atau sel-B berasal dari sumsum
tulang sel-sel induk. Sel B membuat antibodi yang spesifik untuk antigen
tertentu. Antibodi mengikat antigen dan menandai untuk penghancuran
oleh selsel imun lainnya. Kedua pulpa putih dan merah mengandung
limfosit dan sel-sel kekebalan yang disebut makrofag. Sel-sel ini
membuang antigen, sel-sel mati, dan puing-puing dengan menelan dan
mencerna mereka.Sementara fungsi limpa terutama untuk menyaring
darah, juga menyimpan sel-sel darah merah dan trombosit. Dalam kasus di
mana pendarahan ekstrim terjadi, sel darah merah, trombosit, dan
makrofag dilepaskan dari limpa. Makrofag membantu mengurangi
peradangan dan menghancurkan
Patogen atau sel yang rusak di daerah luka. Trombosit adalah
komponen darah yang membantu pembekuan darah untuk menghentikan
kehilangan darah. Sel darah merah dilepaskan dari limpa ke dalam
sirkulasi darah untuk membantu mengkompensasi kehilangan darah.
2.3.4 Etiologi
Limfadenitis TB disebabkan oleh M.tuberculosis complex, yaitu
M.tuberculosis (padamanusia), M.bovis (pada sapi), M.africanum,
M.canetti dan M.caprae.Secara mikrobiologi,M.tuberculosis merupakan
basil tahan asam yang dapat dilihat dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen atau
KinyounGabbett.M. tuberculosis dapat tumbuh dengan energi yang
diperoleh dari oksidasi senyawakarbon yang sederhana. CO2 dapat
merangsang pertumbuhan.M.tuberculosis merupakanmikroba kecil seperti
batang yang tahan terhadap desinfektan lemah dan bertahan hidup
padakondisi yang kering hingga berminggu-minggu, tetapi hanya dapat
tumbuh di dalamorganisme hospes. Kuman akan mati pada suhu 600C
selama 15-20 menit, Pada suhu 300atau400-450C sukar tumbuh atau
bahkan tidak dapat tumbuh. Pengurangan oksigen dapatmenurunkan
metabolisme kuman.Daya tahan kuman
M.tuberculosis lebih besar dibandingkan dengan kuman
lainnyakarena sifat hidrofobik pada permukaan selnya.Kuman ini tahan
terhadap asam, alkali danzat warna malakit.Pada sputum yang melekat
pada debu dapat tahan hidup selama 8-10 hari tuberculosis dapat dibunuh
dengan pasteurisasi(Raviglione, 2014).
2.3.5 Patofisiologi

10
Secara umum penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi
TB pulmoner dan TB ekstrapulmoner.TB pulmoner dapat diklasifikasikan
menjadi TB pulmoner primer dan TB pulmoner post-primer (sekunder).TB
primer sering terjadi pada anak-anak sehingga sering disebut child-type
tuberculosis, sedangkan TB post-primer (sekunder) disebut juga adult-type
tuberculosis karena sering terjadi pada orang dewasa, walaupun faktanya
TB primer dapat juga terjadi pada orang dewasa Basil tuberkulosis juga
dapat menginfeksi organ lain selain paru, yang disebut sebagai TB
ekstrapulmoner. Menurut Raviglione (2014), organ ekstrapulmoner yang
sering diinfeksi oleh basil tuberkulosis adalah kelenjar getah bening,
pleura, saluran kemih, tulang, meningens, peritoneum, dan perikardium.
(Raviglione, 2014).
TB primer terjadi pada saat seseorang pertama kali terpapar
terhadap basil tuberkulosis .Basil TB ini masuk ke paru dengan cara
inhalasi droplet. Sampai di paru, basil TB ini akan difagosit oleh makrofag
dan akan mengalami dua kemungkinan. Pertama, basil TB akan mati
difagosit oleh makrofag. Kedua, basil TB akan dapat bertahan hidup dan
ber-multiplikasi dalam makrofag sehingga basil TB akan dapat menyebar
secara limfogen, perkontinuitatum, bronkogen, bahkan hematogen.
Penyebaran basil TB ini pertama sekali secara limfogen menuju kelenjar
limfe regional di hilus, dimana penyebaran basil TB tersebut akan
menimbulkan reaksi inflamasi di sepanjang saluran limfe (limfangitis) dan
kelenjar limfe regional (limfadenitis). Pada Orang yang mempunyai
imunitas baik, 3 – 4 minggu setelah infeksi akan terbentukimunitas seluler.
Imunitas seluler ini akan membatasi penyebaran basil TB dengan cara
menginaktivasi basil TB dalam makrofag membentuk suatu fokus primer
yang disebut fokus Ghon. Fokus Ghon bersamasama dengan limfangitis
dan limfadenitis regional disebut dengan kompleks Ghon.Terbentuknya
fokus Ghon mengimplikasikan dua hal penting.Pertama, fokus Ghon
berarti dalam tubuh seseorang sudah terdapat imunitas seluler yang
spesifik terhadap basil TB. Kedua, fokus Ghon merupakan suatu lesi
penyembuhan yang didalamnya berisi basil TB dalam keadaan laten yang
dapat bertahan hidup dalam beberapa tahun dan bisa tereaktivasi kembali
menimbulkan penyakit (Datta, 2015).
Jika terjadi reaktivasi atau reinfeksi basil TB pada orang yang
sudah memiliki imunitas seluler, hal ini disebut dengan TB post-primer.
Adanya imunitas seluler akan membatasi penyebaran basil TB lebih cepat
daripada TB primer disertai dengan pembentukan jaringan keju (kaseosa).
Sama seperti pada TB primer, basil TB pada TB post-primer dapat
menyebar terutama melalui aliran limfe menuju kelenjar limfe lalu ke
semua organ.Kelenjar limfe hilus, mediastinal, dan paratrakeal merupakan
tempat penyebaran pertama dari infeksi TB pada parenkim paru.
(Raviglione, 2014).
Basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar limfe tanpa terlebih
dahulu menginfeksi paru. Basil TB ini akan berdiam di mukosa orofaring
setelah basil TB masuk melalui inhalasi droplet. Di mukosa orofaring basil

11
TB akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke tonsil, selanjutnya akan
dibawa ke kelenjar limfe di leher(Raviglione, 2014).
2.3.6 Manifestasi Klinis
Limfadenitis tb adalah presentasi klinis paling sering dari tb
ekstrapulmoner.Limfadenitis tb juga dapat merupakan manifestasi lokal
dari penyakit sistemik.Pasien biasanya datang dengan keluhan pembesaran
kelenjar getah bening yang lambat.Pada pasien limfadenitis tb dengan
HIV-negatif, limfadenopati leher terisolasi adalah manifestasi yang paling
sering dijumpai yaitu sekitar dua pertiga pasien.Oleh karena itu, infeksi
mikobakterium harus menjadi salah satu diagnosis banding dari
pembengkakan kelenjar getah bening, terutama pada daerah yang
endemis.Durasi gejala sebelum diagnosis berkisar dari beberapa minggu
sampai beberapa bulan.
Limfadenitis tb paling sering melibatkan kelenjar getah bening
servikalis, kemudian diikuti berdasarkan frekuensinya oleh kelenjar
mediastinal, aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik
dan kelenjar inguinalis (Mohapatra, 2014)..pada pasien dengan HIV-
negatif maupun HIV-positif, kelenjar limfe servikalis adalah yang paling
sering terkena, diikuti oleh kelenjar limfe aksilaris dan inguinalis. Menurut
Sharma (2014) Pembengkakan kelenjar limfe dapat terjadi secara
unilateral atau bilateral, tunggal maupun multipel, dimana benjolan ini
biasanya tidak nyeri dan berkembang secara lambat dalam hitungan
minggu sampai bulan, dan paling sering berlokasi di regio servikalis
posterior dan yang lebih jarang di regio supraklavikular (Mohapatra,
2014). Keterlibatan multifokal ditemukan pada 39% pasien HIV-negatif
dan pada 90% pasien HIV-positif.Pada pasien HIV-positif, keterlibatan
multifokal, limfadenopati intratorakalis dan intraabdominal serta TB paru
adalah sering ditemukan beberapa pasien dengan limfadenitis TB dapat
menunjukkan gejala sistemik yaitu seperti :

 Penurunan berat badan, fatigue dan keringat malam. Lebih dari 57%
pasien tidak menunjukkan gejala sistemik (Mohapatra, 2014). Terdapat
riwayat kontak terhadap penderita TB pada 21,8% pasien, dan terdapat
TB paru pada 16,1% pasien (Mohapatra, 2014).
 Menurut Mohapatra (2014) limfadenopati tuberkulosis perifer dapat
diklasifikasikan ke dalam lima stadium
 Stadium 1, pembesaran kelenjar yang berbatas tegas,Mobile dan
diskret.
 Stadium 2, pembesaran kelenjar yang kenyal serta terfiksasi ke
jaringan sekitar oleh karena adanya periadenitis.
 Stadium 3, perlunakan di bagian tengah kelenjar (central softening)
akibat pembentukan abses.
 Stadium 4, pembentukan collar-stud abscess.
 Stadium 5, pembentukan traktus sinus.
 Gambaran klinis limfadenitis TB bergantung pada stadium penyakit.
Kelenjar limfe yang terkena biasanya tidak nyeri kecuali terjadi infeksi

12
sekunder bakteri, pembesaran kelenjar yang cepat atau koinsidensi
dengan infeksi HIV. Abses kelenjar limfe dapat pecah, dan kemudian
kadang-kadang dapat terjadi sinus yang tidak menyembuh secara
kronis dan pembentukan ulkus. Pembentukan fistula terjadi pada 10%
dari limfadenitis TB servikalis (Mohapatra, 2014).
Pembengkakan kelenjar getah bening yang berukuran = 2 cm
biasanya disebabkan oleh M.tuberculosis. Pembengkakan yang berukuran
< 2 cm biasanya disebabkan oleh mikobakterium atipik, tetapi tidak
menutup kemungkinan pembengkakan tersebut disebabkan oleh
M.tuberculosis (Narang, 2015).
2.37 Klasifikasi
1) Limfadenitis lokal. Ini merupakan jenis limfadenitis
yang paling umum terjadi. Limfadenitis lokal hanya terjadi pada
beberapa kelenjar getah bening yang berdekatan.
2) Limfadenitis umum. Kondisi ini terjadi ketika
banyak kelenjar getah bening yang mengalami radang akibat
penyebaran infeksi melalui aliran darah, atau akibat penyakit lain
yang menyebar ke seluruh tubuh.
2.3.8 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pasien Limfadenitis Tb menggunakan paduan
OAT yang terdiri dari OAT lini pertama dan lini kedua, yang dibagi
dalam 5 kelompok berdasar potensi dan efikasinya. Levofloxacin
adalah golongan fluoroquinolon, mempunyai efek bakterisidal kuat
terhadap M.tb. Dosis 500–1000 mg per hari pada pasien dewasa.Dosis
ratarata 750 mg bentuk sediaan oral dan intravena.Efek samping
Levoflokxacin adalah mual, pusing, insomnia, tremor. Efek yang
jarang terjadi adalah rupture tendon, arthralgia, dan prolong
QT.Ethambutol mempunyai efek bakteriostatik terhadap kuman
M.tubeculosis, Dosis dewasa 15–25 mg/kg BB/hari. Bentuk sediaan
oral, tidak tersedia bentuk parenteral.Efek samping obat yang bisa
terjadi adalah neuritis retrobulbar.5 Pirazinamid adalah derivate
nikotinamid.Dosis dewasa 25 mg/kg BB/hari, dosis maksimal 2
gram/hari.Efek samping obat adalah gout (hiperurisemia) dan artralgia,
hepatotoksik, rash pada kulit, fotosensitivitas, dan gangguan
gastrointestinal.Kanamycin adalah golongan
aminoglikosida.Mempunyai efek bakterisidal terhadap kuman
MTB.Dosis dewasa 15 mg/kg BB/hari.Efek samping ototoksisitas dan
toksisitas vestibular.Penggunaan kanamycin harus dengan monitoring
fungsi ginjal. Ethionamid adalah derivate asam isonikotinat.Bersifat
bakterisidal lemah.Dosis 15–20 mg/kg BB/ hari.Bentuk sediaan tablet
salut 250 mg. (Mohapatra, 2014).
2.4 DAMPAK VIRUS KORIOMENINGITIS LIMFOSTIK SERTA
INFEKSI TERJADINYA KELENJAR GETAH BENING

13
Salah satu jenis kanker yang paling banyak diidap masyarakat
Indonesia adalah kanker kelenjar getah bening atau kanker limfoma.
Dalam gejala yang ditunjukkannya, pasien kanker jenis ini tampak seperti
mengalami meningitis.

Konsultan hematologi onkologi medik, dokter Ronald A. Hukom


menjelaskan bahwa sel kanker bisa saja menyebar ke berbagai organ
tubuh. Ketika penyebaran sel tumor mencapai ke selaput otak, pasien
tersebut memperlihatkan gejala seperti mengalami peradangan selaput otak
atau meningitis.“Sel tumor lainnya, bukan hanya kanker kelenjar getah
bening, bila menyebar ke selaput otak, bisa saja gejalanya seperti
meningitis,” kata dokter Ronald Hukom.

Gejala awal meningitis mirip infeksi virus biasa, seperti demam tinggi.
Selain itu, sering mengeluh adanya sakit kepala, adanya kekakuan pada
leher, penurunan kesadaran, muntah, dan kejang.Untuk menentukan pasien
kanker tersebut mengalami meningitis atau gejala meningitis akibat
penyebaran sel kanker ke selaput otak, dokter perlu melakukan
pemeriksaan lanjutan.“Periksa biopsi/situlogi semua daerah dicurigai, apa
ada sel tumor di situ karena sel kanker bisa menyebar ke berbagai organ
(termasuk selaput otak),” kata Ronald.

Dampak Virus Koriomeningitis limfositik

Koriomeningitis limfositik merupakan penyakit virus yang dibawa oleh


hewan seperti tikus. Diperkirakan lima persen tikus rumahan di Amerika
Serikat mengidap choriomeningitis limfositik. Ini dapat ditularkan ke
manusia melalui air liur, darah, kotoran, atau urine.

2.4.1 Gejala biasanya timbul dalam 8 sampai 13 hari. Gejala awal sering
kali meliputi:

- demam

- perasaan umum tidak sehat

- kehilangan selera makan

- sakit kepala

- muntah

Jika infeksi menyebar, itu dapat menyebabkan kondisi yang lebih serius
seperti meningitis. Meningitis adalah infeksi jaringan yang melapisi
sumsum tulang belakang dan otak Anda.

14
2.4.2 Infeksi terjadinya Kelenjar Getah Bening

Infeksi bakteri atau virus yang tergolong ringan merupakan faktor


yang paling sering menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening.
Beberapa contoh infeksi ringan tersebut adalah demam kelenjar, pilek,
infeksi tenggorokan, radang amandel, infeksi gigi, infeksi telinga, dan
infeksi kulit (selulitis). Pada kasus yang jarang terjadi, pembengkakan
kelenjar getah bening juga bisa disebabkan oleh kondisi medis tertentu,
seperti artritis reumatoid, lupus, campak, sarkoidosis, tuberkulosis, rubella,
sifilis, kanker, HIV/AIDS, cytomegalovirus,  dan kanker (seperti leukimia
limfositik kronis dan limfoma non-Hodgkin).

Komplikasi pembengkakan kelenjar getah bening dapat terjadi jika


infeksi penyebab pembengkakan kelenjar tidak segera diobati. Komplikasi
tersebut dapat berupa pembentukan abses (kumpulan nanah akibat infeksi)
dan bakteremia (infeksi dalam aliran darah).

Pembengkakan kelenjar getah bening (lymphadenopathy) adalah kondisi


ketika kelenjar getah bening atau gumpalan jaringan sebesar kacang yang
berisi sel darah putih mengalami pembesaran. Kondisi ini ditandai dengan:

 Kelenjar getah bening terasa keras saat ditekan.


 Kelenjar getah bening membengkak tanpa sebab yang jelas disertai
badan yang terasa lemah.
 Kelenjar getah bening telah membengkak lebih dari dua minggu
dan/atau disertai dengan ukuran yang membesar.
 Demam yang tidak kunjung mereda.
 Selalu berkeringat di malam hari.
 Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
 Sakit tenggorokan yang menyebabkan sulit menelan atau bernapas.

Jika terjadi infeksi, kelenjar getah bening akan membengkak untuk


memberikan tanda. Setelah infeksi mereda, kelenjar getah bening akan
mengempis dengan sendirinya.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


kuantitatif. Jadi metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis
penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis atau angka yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan pada populasi,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.

3.2 PENDEKATAN PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan tipe pendekatan deskriptif. Metode
pendekatan deskriptif yaitu metode untuk menggambarkan dan
mendeskripsikan obyek atau sample yang diteliti melalui data yang telah
terkumpul, tanpa melakukan analisis.

3.3 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


3.3.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah)
Majalengka
3.3.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini di laksanakan bulan Mei 2020
3.4 DATA DAN SUMBER DATA
3.4.1. Data

16
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif. Karena pada penelitian ini data yang di gunakan berupa angka
Banyaknya LCMV atau Lymphocytic Choriomeningitis Virus dan kelenjar
getah bening servikalis Keterlibatan dengan multifokal ditemukan pada
39% pasien HIV-negatif dan pada 90% pasien, penderita TB pada 21,8%
pasien, dan terdapat TB paru pada 16,1% pasien pada Tahun 2020 s/d
tahun 2022 . Sehingga Di dapatkan hasil yang Statistik.

17
3.4.2. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang dimaksud adalah
subyek dari data yang dapat diperoleh, ada dua sumber data yang
digunakan yaitu :

a) Sumber data primer, yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti


dari sumber utama, adapun data primer dalam penelitian ini adalah
sering terjadi pada orang dewasa, walaupun faktanya TB primer
dapat juga terjadi pada orang dewasa Basil tuberkulosis juga dapat
menginfeksi organ lain selain paru, yang disebut sebagai TB
ekstrapulmoner dengan Lymphocytic Choriomeningitis Virus.
b) Sumber data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti sebagai penunjang dari sumber data primer ( dapat juga
dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen), data
sekunder dalam penelitian ini adalah jurnal, artikel dan literature
yang terkait.

3.5 SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN


3.5.1 Populasi
Yang termasuk populasi dalam penelitian ini yaitu orang dewasa.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut ataupun bagian kecil dari anggota populasi
yang diambil menurut prosedur tersebut sehingga dapat mewakili
populasinya.
3.5.3 Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat
berbagai macam teknik sampling untuk menentukan sampel yang
akan dipakai dalam penelitian. Dalam penelitian ini memakai teknik
purposive sampling. Pada teknik ini, ditentukan sampel dengan
pertimbangan tertentu yaitu berupa angka Banyaknya LCMV-
Lymphocytic Choriomeningitis Virus dan kelenjar getah bening
servikalis Keterlibatan dengan multifokal ditemukan pada 39%
pasien HIV-negatif dan pada 90% pasien, penderita TB pada 21,8%
pasien, dan terdapat TB paru pada 16,1% pasien pada Tahun 2020
s/d tahun 2022.

18
BAB VI
POPULASI DAN SAMPLE PENELITIAN
4.1 POPULASI

Populasi dari penelitian ini adalah dampak virus koriomeningitis limfositik


serta infeksi yang menyebabkan terjadinya kelenjar getah bening ( contoh
kasus : masyarakat di daerah majalengka tahun 2020 s/d 2022 )

DATA PASIEN YANG TERKENA VIRUS KORIOMENINGITIS


LIMFOSITIK SERTA INFEKSI YANG MENYEBABKAN TERJADINYA
KELENJAR GETAH BENING DARI TAHUN 2020 S/D 2022

Tahun Jumlah

2020 87 kasus

2021 77 kasus

2022 67 kasus

4.2 SAMPLE PENELITIAN

Dari data diatas dapat dilihat terdapat data orang dewasa yang terjangkit virus
koriomeningitis limfositik serta infeksi yang menyebabkan terjadinya
kelenjar getah bening pada orang dewasa.

4.2.1 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik
acak sederhana ( simple random sampling ).

19
DATA SAMPLING YANG SUDAH DI PROSES DENGAN SPSS

Hipotesa dari data diatas yaitu terjadi penurunan terjangkit virus


koriomeningitis limfositik serta infeksi yang menyebabkan terjadinya
kelenjar getah bening pada orang dewasa angka dari tahun 2020 s/d 2022
sebanyak 231 orang dewasa, tahun 2020 s/d 2021 mengalami penurunan
sebanyak mengalami penurunan sebanyak 10 %, tahun 2021 s/d 2022
menurun sebanyak 10%.

20
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah dilakukan pada


penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor utama resiko
Infeksi virus koriomeningitis limfositik serta infeksi yang menyebabkan
terjadinya kelenjar getah bening penyebabnya dapat dicegah dengan
menghindari kontak dengan tikus rumah dan melakukan tindakan
pencegahan saat menangani hewan pengerat (misalnya tikus, hamster, atau
marmut) menunjukkan adanya peradangan paru-paru.Bila gejalanya
mengarah ke meningitis, maka dilakukan pemeriksaan terhadap
cairan serebrospinal. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya virus
dalam cairan serebrospinal atau kenaikan kadar antibodi di dalam darah.
Komplikasi pada pembengkakan kelenjar getah bening dapat terjadi jika
infeksi penyebab pembengkakan kelenjar tidak segera diobati. Komplikasi
tersebut dapat berupa pembentukan abses (kumpulan nanah akibat infeksi)
dan bakteremia (infeksi dalam aliran darah).

5.2 SARAN
Saran yang dapat penulis berikan setelah melakukan penelitian ini di antaranya
adalah:

 Diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat dan


penelitian yang akan datang tentang resiko Infeksi virus koriomeningitis
limfositik serta infeksi yang menyebabkan terjadinya kelenjar getah
bening penyebabnya dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
tikus rumah dan melakukan tindakan pencegahan saat menangani hewan
pengerat (misalnya tikus, hamster, atau marmut).
 Disarankan kepada masyarakat bahwa yang memelihara hewan pengerat
atau bekerja di tempat peternakan hewan dan toko hewan perlu melakukan
tindakan pencegahan terhadap adanya hewan pengerat liar, sehingga tidak
kontak dengan hewan pengerat peliharaan.
 Diharapkan generasi penelitian berikutnya mengenai Infeksi virus
koriomeningitis limfositik serta infeksi yang menyebabkan terjadinya
kelenjar getah bening perlu meng-edukasi lebih kepada masyarakat bahwa
saat ada masalah seperti infeksi, cedera, atau kanker, kelenjar getah bening
atau kelompok kelenjar getah bening bisa membesar atau membengkak
karena mereka bekerja untuk melawan agen-agen yang jahat. Leher, paha

21
bagian dalam, dan ketiak adalah area di mana kelenjar getah bening sering
membengkak.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2014. Patofisiologi: Buku Saku Edisi 3. Jakarta:


EGC.

Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. 2013. Buku Ajar


Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem imunologi.
Jakarta: Salemba Medika .

Http://data.majalengkakab.go.id/organisasi/rumah-sakit-umum-daerah-
majalengka/

22

You might also like