Professional Documents
Culture Documents
MINI SKRIPSI
Oleh :
Kata kunci: Lymphocytic Chorio Meningitis Virus and infections that cause
lymph nodes
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
sendirinya, ternyata ada juga jenis pembengkakan yang tergolong kategori
mematikan.
Pembengkakan yang tergolong mematikan ini bisa saja disebabkan
karena adanya infeksi darah atau adanya penyebaran kanker pada jaringan
kelenjar getah bening. Logika adalah ilmu yang mempelajari secara
sistematis kaidah-kaidah penalaran yang absah (valid).
Pada dasarnya, kelenjar getah bening terdapat di seluruh tubuh
kita, namun kondisi pembengkakan biasanya hanya terjadi di area ketiak,
leher, di bawah dagu, dan di pangkal paha. Pembengkakan kelenjar getah
bening (lymphadenopathy) adalah kondisi ketika kelenjar getah bening
atau gumpalan jaringan sebesar kacang yang berisi sel darah putih
mengalami pembesaran.
Kelenjar getah bening juga termasuk bagian dari sistem kekebalan
tubuh manusia yang bisa membantu melawan infeksi, baik disebabkan
oleh bakteri, virus, atau lainnya. Jika terjadi infeksi, kelenjar getah bening
akan membengkak untuk memberikan tanda. Setelah infeksi mereda,
kelenjar getah bening akan mengempis dengan sendirinya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
4
1) Untuk mengetahui Bagaimana dampak Virus Korio
Meningitis Limfositik bisa menginfeksi tubuh sehingga
menyebabkan terjadinya kelenjar Getah Bening.
2) Untuk mengetahui Faktor penyebab dari Virus Korio
Meningitis Limfositik serta Infeksi yang mengakibatkan
terjadinya kelenjar Getah Bening.
3) Untuk mengetahui Dampak Virus Korio Meningitis
Limfositik serta Infeksi yang menyebabkan terjadinya
kelenjar Getah Bening di Majalengka.
1.4 MANFAAT
Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi dan
edukasi kepada khalayak ramai sebagai sample ataupun contoh kepada
penulis generasi peneliti medis mengenai virus koriomeningitis Limfositik
serta infeksi yang menyebabkan kelenjar getah bening di Majalengka
berikutnya.
1.6 ASUMSI
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
Bila gejalanya mengarah ke meningitis, maka dilakukan
pemeriksaan terhadap cairan serebrospinal. Diagnosis ditegakkan dengan
ditemukannya virus dalam cairan serebrospinal atau kenaikan
kadar antibodi di dalam darah.
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Infeksi virus
penyebabnya dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan tikus
rumah dan melakukan tindakan pencegahan saat menangani hewan
pengerat (misalnya tikus, hamster, atau marmut).
Meskipun jarang, hewan pengerat peliharaan dapat terinfeksi virus
dari hewan pengerat liar. Orang-orang yang memelihara hewan pengerat atau
bekerja di tempat peternakan hewan dan toko hewan perlu melakukan
tindakan pencegahan terhadap adanya hewan pengerat liar, sehingga tidak
kontak dengan hewan pengerat peliharaan.
7
2.2 DEFINISI KELENJAR GETAH BENING
Sistem getah bening adalah bagian penting dari sistem imun, alias
sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit. Sistem getah bening
merupakan jaringan di dalam tubuh yang dibentuk dari pembuluh limpa
dan kelenjar getah bening.
8
2.3 TAHAP PENYAKIT KELENJAR GETAH BENING
9
Peran utama dari limpa adalah untuk menyaring darah. Limpa
mengembang dan memproduksi sel-sel kekebalan yang matang yang
mampu mengidentifikasi dan menghancurkan patogen. Terkandung dalam
pulpa putih limpa adalah sel-sel kekebalan yang disebut limfosit B dan T.
limfosit T bertanggung jawab untuk kekebalan yang diperantarai sel, yang
merupakan John Gibson (2015) respon imun yang melibatkan aktivasi sel
kekebalan tertentu untuk melawan infeksi. Sel T mengandung protein yang
disebut reseptor sel T yang mengisi membran sel-T. Mereka mampu
mengenali berbagai jenis antigen (zat yang menimbulkan reaksi kebal).
Limfosit T yang berasal dari timus dan melakukan perjalanan ke limpa
melalui pembuluh darah. Limfosit B atau sel-B berasal dari sumsum
tulang sel-sel induk. Sel B membuat antibodi yang spesifik untuk antigen
tertentu. Antibodi mengikat antigen dan menandai untuk penghancuran
oleh selsel imun lainnya. Kedua pulpa putih dan merah mengandung
limfosit dan sel-sel kekebalan yang disebut makrofag. Sel-sel ini
membuang antigen, sel-sel mati, dan puing-puing dengan menelan dan
mencerna mereka.Sementara fungsi limpa terutama untuk menyaring
darah, juga menyimpan sel-sel darah merah dan trombosit. Dalam kasus di
mana pendarahan ekstrim terjadi, sel darah merah, trombosit, dan
makrofag dilepaskan dari limpa. Makrofag membantu mengurangi
peradangan dan menghancurkan
Patogen atau sel yang rusak di daerah luka. Trombosit adalah
komponen darah yang membantu pembekuan darah untuk menghentikan
kehilangan darah. Sel darah merah dilepaskan dari limpa ke dalam
sirkulasi darah untuk membantu mengkompensasi kehilangan darah.
2.3.4 Etiologi
Limfadenitis TB disebabkan oleh M.tuberculosis complex, yaitu
M.tuberculosis (padamanusia), M.bovis (pada sapi), M.africanum,
M.canetti dan M.caprae.Secara mikrobiologi,M.tuberculosis merupakan
basil tahan asam yang dapat dilihat dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen atau
KinyounGabbett.M. tuberculosis dapat tumbuh dengan energi yang
diperoleh dari oksidasi senyawakarbon yang sederhana. CO2 dapat
merangsang pertumbuhan.M.tuberculosis merupakanmikroba kecil seperti
batang yang tahan terhadap desinfektan lemah dan bertahan hidup
padakondisi yang kering hingga berminggu-minggu, tetapi hanya dapat
tumbuh di dalamorganisme hospes. Kuman akan mati pada suhu 600C
selama 15-20 menit, Pada suhu 300atau400-450C sukar tumbuh atau
bahkan tidak dapat tumbuh. Pengurangan oksigen dapatmenurunkan
metabolisme kuman.Daya tahan kuman
M.tuberculosis lebih besar dibandingkan dengan kuman
lainnyakarena sifat hidrofobik pada permukaan selnya.Kuman ini tahan
terhadap asam, alkali danzat warna malakit.Pada sputum yang melekat
pada debu dapat tahan hidup selama 8-10 hari tuberculosis dapat dibunuh
dengan pasteurisasi(Raviglione, 2014).
2.3.5 Patofisiologi
10
Secara umum penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi
TB pulmoner dan TB ekstrapulmoner.TB pulmoner dapat diklasifikasikan
menjadi TB pulmoner primer dan TB pulmoner post-primer (sekunder).TB
primer sering terjadi pada anak-anak sehingga sering disebut child-type
tuberculosis, sedangkan TB post-primer (sekunder) disebut juga adult-type
tuberculosis karena sering terjadi pada orang dewasa, walaupun faktanya
TB primer dapat juga terjadi pada orang dewasa Basil tuberkulosis juga
dapat menginfeksi organ lain selain paru, yang disebut sebagai TB
ekstrapulmoner. Menurut Raviglione (2014), organ ekstrapulmoner yang
sering diinfeksi oleh basil tuberkulosis adalah kelenjar getah bening,
pleura, saluran kemih, tulang, meningens, peritoneum, dan perikardium.
(Raviglione, 2014).
TB primer terjadi pada saat seseorang pertama kali terpapar
terhadap basil tuberkulosis .Basil TB ini masuk ke paru dengan cara
inhalasi droplet. Sampai di paru, basil TB ini akan difagosit oleh makrofag
dan akan mengalami dua kemungkinan. Pertama, basil TB akan mati
difagosit oleh makrofag. Kedua, basil TB akan dapat bertahan hidup dan
ber-multiplikasi dalam makrofag sehingga basil TB akan dapat menyebar
secara limfogen, perkontinuitatum, bronkogen, bahkan hematogen.
Penyebaran basil TB ini pertama sekali secara limfogen menuju kelenjar
limfe regional di hilus, dimana penyebaran basil TB tersebut akan
menimbulkan reaksi inflamasi di sepanjang saluran limfe (limfangitis) dan
kelenjar limfe regional (limfadenitis). Pada Orang yang mempunyai
imunitas baik, 3 – 4 minggu setelah infeksi akan terbentukimunitas seluler.
Imunitas seluler ini akan membatasi penyebaran basil TB dengan cara
menginaktivasi basil TB dalam makrofag membentuk suatu fokus primer
yang disebut fokus Ghon. Fokus Ghon bersamasama dengan limfangitis
dan limfadenitis regional disebut dengan kompleks Ghon.Terbentuknya
fokus Ghon mengimplikasikan dua hal penting.Pertama, fokus Ghon
berarti dalam tubuh seseorang sudah terdapat imunitas seluler yang
spesifik terhadap basil TB. Kedua, fokus Ghon merupakan suatu lesi
penyembuhan yang didalamnya berisi basil TB dalam keadaan laten yang
dapat bertahan hidup dalam beberapa tahun dan bisa tereaktivasi kembali
menimbulkan penyakit (Datta, 2015).
Jika terjadi reaktivasi atau reinfeksi basil TB pada orang yang
sudah memiliki imunitas seluler, hal ini disebut dengan TB post-primer.
Adanya imunitas seluler akan membatasi penyebaran basil TB lebih cepat
daripada TB primer disertai dengan pembentukan jaringan keju (kaseosa).
Sama seperti pada TB primer, basil TB pada TB post-primer dapat
menyebar terutama melalui aliran limfe menuju kelenjar limfe lalu ke
semua organ.Kelenjar limfe hilus, mediastinal, dan paratrakeal merupakan
tempat penyebaran pertama dari infeksi TB pada parenkim paru.
(Raviglione, 2014).
Basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar limfe tanpa terlebih
dahulu menginfeksi paru. Basil TB ini akan berdiam di mukosa orofaring
setelah basil TB masuk melalui inhalasi droplet. Di mukosa orofaring basil
11
TB akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke tonsil, selanjutnya akan
dibawa ke kelenjar limfe di leher(Raviglione, 2014).
2.3.6 Manifestasi Klinis
Limfadenitis tb adalah presentasi klinis paling sering dari tb
ekstrapulmoner.Limfadenitis tb juga dapat merupakan manifestasi lokal
dari penyakit sistemik.Pasien biasanya datang dengan keluhan pembesaran
kelenjar getah bening yang lambat.Pada pasien limfadenitis tb dengan
HIV-negatif, limfadenopati leher terisolasi adalah manifestasi yang paling
sering dijumpai yaitu sekitar dua pertiga pasien.Oleh karena itu, infeksi
mikobakterium harus menjadi salah satu diagnosis banding dari
pembengkakan kelenjar getah bening, terutama pada daerah yang
endemis.Durasi gejala sebelum diagnosis berkisar dari beberapa minggu
sampai beberapa bulan.
Limfadenitis tb paling sering melibatkan kelenjar getah bening
servikalis, kemudian diikuti berdasarkan frekuensinya oleh kelenjar
mediastinal, aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik
dan kelenjar inguinalis (Mohapatra, 2014)..pada pasien dengan HIV-
negatif maupun HIV-positif, kelenjar limfe servikalis adalah yang paling
sering terkena, diikuti oleh kelenjar limfe aksilaris dan inguinalis. Menurut
Sharma (2014) Pembengkakan kelenjar limfe dapat terjadi secara
unilateral atau bilateral, tunggal maupun multipel, dimana benjolan ini
biasanya tidak nyeri dan berkembang secara lambat dalam hitungan
minggu sampai bulan, dan paling sering berlokasi di regio servikalis
posterior dan yang lebih jarang di regio supraklavikular (Mohapatra,
2014). Keterlibatan multifokal ditemukan pada 39% pasien HIV-negatif
dan pada 90% pasien HIV-positif.Pada pasien HIV-positif, keterlibatan
multifokal, limfadenopati intratorakalis dan intraabdominal serta TB paru
adalah sering ditemukan beberapa pasien dengan limfadenitis TB dapat
menunjukkan gejala sistemik yaitu seperti :
Penurunan berat badan, fatigue dan keringat malam. Lebih dari 57%
pasien tidak menunjukkan gejala sistemik (Mohapatra, 2014). Terdapat
riwayat kontak terhadap penderita TB pada 21,8% pasien, dan terdapat
TB paru pada 16,1% pasien (Mohapatra, 2014).
Menurut Mohapatra (2014) limfadenopati tuberkulosis perifer dapat
diklasifikasikan ke dalam lima stadium
Stadium 1, pembesaran kelenjar yang berbatas tegas,Mobile dan
diskret.
Stadium 2, pembesaran kelenjar yang kenyal serta terfiksasi ke
jaringan sekitar oleh karena adanya periadenitis.
Stadium 3, perlunakan di bagian tengah kelenjar (central softening)
akibat pembentukan abses.
Stadium 4, pembentukan collar-stud abscess.
Stadium 5, pembentukan traktus sinus.
Gambaran klinis limfadenitis TB bergantung pada stadium penyakit.
Kelenjar limfe yang terkena biasanya tidak nyeri kecuali terjadi infeksi
12
sekunder bakteri, pembesaran kelenjar yang cepat atau koinsidensi
dengan infeksi HIV. Abses kelenjar limfe dapat pecah, dan kemudian
kadang-kadang dapat terjadi sinus yang tidak menyembuh secara
kronis dan pembentukan ulkus. Pembentukan fistula terjadi pada 10%
dari limfadenitis TB servikalis (Mohapatra, 2014).
Pembengkakan kelenjar getah bening yang berukuran = 2 cm
biasanya disebabkan oleh M.tuberculosis. Pembengkakan yang berukuran
< 2 cm biasanya disebabkan oleh mikobakterium atipik, tetapi tidak
menutup kemungkinan pembengkakan tersebut disebabkan oleh
M.tuberculosis (Narang, 2015).
2.37 Klasifikasi
1) Limfadenitis lokal. Ini merupakan jenis limfadenitis
yang paling umum terjadi. Limfadenitis lokal hanya terjadi pada
beberapa kelenjar getah bening yang berdekatan.
2) Limfadenitis umum. Kondisi ini terjadi ketika
banyak kelenjar getah bening yang mengalami radang akibat
penyebaran infeksi melalui aliran darah, atau akibat penyakit lain
yang menyebar ke seluruh tubuh.
2.3.8 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan pasien Limfadenitis Tb menggunakan paduan
OAT yang terdiri dari OAT lini pertama dan lini kedua, yang dibagi
dalam 5 kelompok berdasar potensi dan efikasinya. Levofloxacin
adalah golongan fluoroquinolon, mempunyai efek bakterisidal kuat
terhadap M.tb. Dosis 500–1000 mg per hari pada pasien dewasa.Dosis
ratarata 750 mg bentuk sediaan oral dan intravena.Efek samping
Levoflokxacin adalah mual, pusing, insomnia, tremor. Efek yang
jarang terjadi adalah rupture tendon, arthralgia, dan prolong
QT.Ethambutol mempunyai efek bakteriostatik terhadap kuman
M.tubeculosis, Dosis dewasa 15–25 mg/kg BB/hari. Bentuk sediaan
oral, tidak tersedia bentuk parenteral.Efek samping obat yang bisa
terjadi adalah neuritis retrobulbar.5 Pirazinamid adalah derivate
nikotinamid.Dosis dewasa 25 mg/kg BB/hari, dosis maksimal 2
gram/hari.Efek samping obat adalah gout (hiperurisemia) dan artralgia,
hepatotoksik, rash pada kulit, fotosensitivitas, dan gangguan
gastrointestinal.Kanamycin adalah golongan
aminoglikosida.Mempunyai efek bakterisidal terhadap kuman
MTB.Dosis dewasa 15 mg/kg BB/hari.Efek samping ototoksisitas dan
toksisitas vestibular.Penggunaan kanamycin harus dengan monitoring
fungsi ginjal. Ethionamid adalah derivate asam isonikotinat.Bersifat
bakterisidal lemah.Dosis 15–20 mg/kg BB/ hari.Bentuk sediaan tablet
salut 250 mg. (Mohapatra, 2014).
2.4 DAMPAK VIRUS KORIOMENINGITIS LIMFOSTIK SERTA
INFEKSI TERJADINYA KELENJAR GETAH BENING
13
Salah satu jenis kanker yang paling banyak diidap masyarakat
Indonesia adalah kanker kelenjar getah bening atau kanker limfoma.
Dalam gejala yang ditunjukkannya, pasien kanker jenis ini tampak seperti
mengalami meningitis.
Gejala awal meningitis mirip infeksi virus biasa, seperti demam tinggi.
Selain itu, sering mengeluh adanya sakit kepala, adanya kekakuan pada
leher, penurunan kesadaran, muntah, dan kejang.Untuk menentukan pasien
kanker tersebut mengalami meningitis atau gejala meningitis akibat
penyebaran sel kanker ke selaput otak, dokter perlu melakukan
pemeriksaan lanjutan.“Periksa biopsi/situlogi semua daerah dicurigai, apa
ada sel tumor di situ karena sel kanker bisa menyebar ke berbagai organ
(termasuk selaput otak),” kata Ronald.
2.4.1 Gejala biasanya timbul dalam 8 sampai 13 hari. Gejala awal sering
kali meliputi:
- demam
- sakit kepala
- muntah
Jika infeksi menyebar, itu dapat menyebabkan kondisi yang lebih serius
seperti meningitis. Meningitis adalah infeksi jaringan yang melapisi
sumsum tulang belakang dan otak Anda.
14
2.4.2 Infeksi terjadinya Kelenjar Getah Bening
15
BAB III
METODE PENELITIAN
16
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif. Karena pada penelitian ini data yang di gunakan berupa angka
Banyaknya LCMV atau Lymphocytic Choriomeningitis Virus dan kelenjar
getah bening servikalis Keterlibatan dengan multifokal ditemukan pada
39% pasien HIV-negatif dan pada 90% pasien, penderita TB pada 21,8%
pasien, dan terdapat TB paru pada 16,1% pasien pada Tahun 2020 s/d
tahun 2022 . Sehingga Di dapatkan hasil yang Statistik.
17
3.4.2. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang dimaksud adalah
subyek dari data yang dapat diperoleh, ada dua sumber data yang
digunakan yaitu :
18
BAB VI
POPULASI DAN SAMPLE PENELITIAN
4.1 POPULASI
Tahun Jumlah
2020 87 kasus
2021 77 kasus
2022 67 kasus
Dari data diatas dapat dilihat terdapat data orang dewasa yang terjangkit virus
koriomeningitis limfositik serta infeksi yang menyebabkan terjadinya
kelenjar getah bening pada orang dewasa.
4.2.1 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik
acak sederhana ( simple random sampling ).
19
DATA SAMPLING YANG SUDAH DI PROSES DENGAN SPSS
20
BAB V
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Saran yang dapat penulis berikan setelah melakukan penelitian ini di antaranya
adalah:
21
bagian dalam, dan ketiak adalah area di mana kelenjar getah bening sering
membengkak.
DAFTAR PUSTAKA
Http://data.majalengkakab.go.id/organisasi/rumah-sakit-umum-daerah-
majalengka/
22